ABSTRAK
Dimulai dengan tinjauan sejarah, esai ini menelusuri evolusi UNESCO dari awal
berdirinya pada tahun 1945 hingga statusnya saat ini sebagai lembaga penting dalam
sistem PBB. Menekankan komitmennya untuk mempromosikan perdamaian melalui
pendidikan, inisiatif UNESCO dalam program literasi, pelatihan guru, dan pengembangan
kurikulum disorot sebagai komponen integral dari mandatnya.
Selain itu, esai ini mengkaji upaya UNESCO dalam melestarikan warisan budaya
berwujud dan tak berwujud, termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO dan Konvensi
Perlindungan Warisan Budaya Takbenda. Melalui mekanisme ini, UNESCO tidak hanya
melindungi keanekaragaman budaya dunia namun juga menumbuhkan rasa identitas dan
rasa memiliki di antara masyarakat.
Selain itu, esai ini menganalisis upaya UNESCO dalam mendorong dialog antar
budaya dan mempromosikan diplomasi budaya sebagai alat untuk pencegahan konflik dan
pembangunan perdamaian. Dengan memfasilitasi pertukaran antar budaya yang beragam
dan mendorong saling pengertian, UNESCO memupuk budaya toleransi dan rasa hormat di
dunia yang semakin saling terhubung.
Beginning with a historical overview, the essay traces UNESCO's evolution from
its inception in 1945 to its current status as a pivotal agency within the United Nations
system. Emphasizing its commitment to promoting peace through education, UNESCO's
initiatives in literacy programs, teacher training, and curriculum development are
highlighted as integral components of its mandate.
PENDAHULUAN
Konvensi ini berasal dari 2 hal terpisah yang digabungkan: yang pertama berfokus
pada pelestarian situs budaya, yang kedua berfokus pada konservasi alam dan lainnya.
Konvensi ini juga membahas dan mendefinisikan secara rinci tentang hal yang berkaitan
dengan warisan dunia, terutama mengenai perlindungan nasional dan internasional
terhadap warisan budaya dan alam. Konvensi ini juga membentuk suatu badan yaitu “The
World Heritage Centre?” (WHC) yang bertugas sebagai sekretariat dan koordinator
UNESCO untuk segala urusan yang berhubungan dengan konvensi, seperti
menyelenggarakan sidang tahunan, memberikan saran dan masukan kepada negara yang
ingin mendaftarkan situs nya sebagai warisan dunia, dan bekerja sama dengan Badan
Penasehat UNESCO dalam mengawasi serta melaporkan situs warisan dunia yang dalam
status bahaya maupun situs yang memerlukan perawatan.
Hingga saat ini WHC beranggotakan 193 negara anggota dan terdapat 21 negara
anggota yang juga bertugas sebagai World Heritage Committee yang dipilih 4 tahun sekali.
Indonesia merupakan salah satu negara anggota UNESCO yang telah meratifikasi konvensi
tersebut sejak tahun 1989 dan turut berpartisipasi dalam mengimplementasikan hasil World
Heritage Convention, mendefinisikan penggunaan World Heritage Fund dan
mengalokasikan bantuan keuangan atas permintaan dari negara-negara anggota.6 Sejak
tahun 2004-2019 Indonesia telah memiliki 19 situs yang masih berada pada Tentative List
UNESCO. Selanjutnya juga terdapat 9 situs warisan dunia di Indonesia yang telah
diresmikan menjadi World Heritage Sites oleh UNESCO, salah satunya yaitu Ombilin
Coal Mining Heritage of Sawahlunto (OCMHS) yang baru saja ditetapkan pada tahun
2019.
(1) tiap negara mendapatkan dana untuk kepentingan studi mengenai perlindungan,
konservasi, presentasi, dan rehabilitasi warisan budaya dan alam sesuai dengan
ketentuan konvensi;
(2) tiap negara mendapatkan tenaga ahli terampil, teknisi agar
tujuan di nomor sebelumnya tercapai;
(3) mendapat pelatihan staf dan spesialis di
semua tingkatan di bidang identifikasi, perlindungan, konservasi, presentasi dan
rehabilitasi warisan budaya dan alam;
(4) mendapatkan peralatan yang dibutuhkan untuk
keperluan konservasi ataupun rehabilitasi warisan budaya dan alam;
(5) mendapat
pinjaman berbunga rendah atau tanpa bunga yang mungkin harus dibayar kembali
dalam jangka panjang; dan
(6) pemberian pinjaman dalam kasus luar biasa dan untuk
alasan khusus, subsidi yang tidak dapat dibayar kembali.
Selain itu manfaat yang didapatkan bagi masyarakat yaitu memperkaya
pengetahuan mengenai warisan budaya, meningkatkan jumlah wisatawan ke Provinsi
Sumatera Barat terutama Kota Sawahlunto agar mendorong industri kreatif masyarakat
berkembang dan yang terakhir agar menjadi daya tarik bagi akademisi kelas nasional
maupun internasional demi kegiatan riset maupun edukasi.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu UNESCO?
2. Apa saja peran Indonesia dalam UNESCO?
3. Bagaimana kontribusi UNESCO dalam melestarikan kebudayaan dunia?
PEMBAHASAN
1. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO)
UNESCO merupakan badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
dituangkan dalam konstitusi yang ditandatangani 16 November 1945. Konstitusi yang
mulai berlaku pada tahun 1946 menyerukan peningkatan kolaborasi internasional di bidang
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Kantor pusat permanen badan tersebut
berada di Paris, Prancis.
Ketika banyak negara berkembang bergabung dengan PBB pada awal tahun 1950 -
an, UNESCO mulai mengeluarkan lebih banyak sumber daya untuk mengatasi
permasalahan mereka, termasuk kemiskinan, tingginya angka buta huruf, dan
keterbelakangan pembangunan. Selama tahun 1980-an UNESCO dikritik oleh Amerika
Serikat dan negara-negara lain karena dugaan pendekatan anti-Barat terhadap isu-isu
budaya dan perluasan anggarannya yang berkelanjutan. Masalah-masalah ini mendorong
Amerika Serikat untuk menarik diri dari organisasi tersebut pada tahun 1984, dan Inggris
serta Singapura menarik diri setahun kemudian.
Adapun Visi UNESCO yaitu: “…Since wars begin in the mind of men, it is in the
minds of men that the defenses of peace must be constructed…” Sedangkan Misi daripada
UNESCO yaitu mencipakan perdamaian dan keamanan melalui ilmu pengetahuan dengan
melaksanakan strategi, diantaranya:
a. Mempromosikan prinsip dan norma Universal yang berdasarkan pada Shared Value dan
kompetensi UNESCO dalam rangka melindungi dan mempertahankan Common Value.
Visi Misi diatas diciptakan dalam rangka mengarahkan UNESCO untuk dapat
bekerja dengan baik sebagaimana yang diharapkan. Selain itu, Visi Misi UNESCO juga
menjadi kekuatannya untuk menjalankan tugas-tugas yang akan dilaksanakan. Dengan Visi
dan Misi yang jelas, maka UNESCO akan lebih mudah diterima oleh masyarakat
internasional. UNESCO bekerja dalam rangka mencapai perdamaian dan keamanan
manusia, khususnya memenuhi hak manusia khususnya dalam bidang pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan.
Tujuan utama dari pendirian UNESCO adalah dalam rangka menyumbangkan kontribusi
untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan dunia dengan cara meningkatkan kerjasama
antar negara anggota UNESCO melalui kegiatan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan,
Kebudayaan dan Komunikasi agar dapat menghargai Keadilan, Hak Asasi Manusia, dan
kemerdekaan masyarakat dunia tanpa melihat suku, jenis kelamin, bahasa dan agama.42
Adapun dalam situs resmi dari UNESCO dimuat secara khusus mengenai tujuan
dibentuknya organisasi tersebut, yaitu:
"To contribute to peace and security by promoting collaboration among the nation
through education, science and culture in order to further the universal respect for justice,
for the rule of law and for human rights and fundamental freedoms which are affirmed for
the peoples of the world, without distinction of race, sex, language or religion."
Tujuan yang lebih luas dan lebih nyata dari UNESCO adalah dalam rangka
mencerdaskan
masyarakat internasional. Bahwa, masyarakat internasional harus lebih peka terhadap isu-
isu yang selama ini dianggap tidak begitu penting khususnya dalam bidang kebudayaan.
UNESCO mendukung tujuan dari pembangunan milenium dalam MDGs, bahwa
masyarakat internasional juga harus turut mendukung tujuan tersebut.
Selain itu, UNESCO dalam hal ini tentunya bertanggung jawab dalam menjamin
perlindungan dan pelestarian terhadap budaya-budaya setiap negara yang tidak hanya
karena berpotensi mengalami kepunahan, tetapi lebih dari itu yaitu untuk mempertahankan
peradaban dunia. UNESCO sebagai sebuah organisasi fungsional tentu harus berkomitmen
dalam menjalankan tugas tersebut. Dengan demikian, maka Visi dan Misi UNESCO dapat
terwujud dan berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Sebagai salah satu negara anggota UNESCO, Indonesia telah secara aktif
melaksanakan aktivitas inskripsi untuk pengakuan internasional atas kekayaan budaya
yang dimilikinya. Per tahun 2022 ini, Indonesia tercatat memiliki berbagai warisan budaya
dan situs warisan dunia antara lain:
● 9 situs alam dan budaya Indonesia telah diakui sebagai UNESCO World Heritage –
terbanyak di Asia Tenggara
● 12 warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia diakui sebagai WBTB Dunia
● 19 cagar biosfer Indonesia dalam World Network of Biosphere Reserves.
● 7 geopark Indonesia telah masuk dalam Global Geopark Network
● 8 arsip/dokumen Indonesia masuk dalam Ingatan Kolektif Dunia (Memory of the
World)
● 4 kota di Indonesia yang masuk dalam Daftar UNESCO Creative Cities Network
(Ambon – Kota Musik, Bandung – Kota Kreatif, Jakarta – Kota Literasi,
Pekalongan – Kota Kerajinan)
Pemerintah Indonesia akan mengajukan diri menjadi bagian dari anggota Dewan
Eksekutif (Executive Board) UNESCO untuk periode 2023-2027. Sebelumnya Indonesia
merupakan salah satu anggota Dewan Eksekutif terpilih untuk periode 2017-2021.
Indonesia terus berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama kebudayaan, pendidikan, dan
ilmu pengetahuan demi mencapai perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.
Pada tahun 2003, UNESCO mengadakan sebuah konvensi dalam rangka membahas
perlindungan warisan budaya tak benda (Convention For Safeguarding of The Intangible
Cultural Heritage) yang bertujuan untuk melindungi Warisan Budaya Tak Benda yang
sejalan dengan perjanjian internasional tentang HAM dan yang memenuhi persyaratan
saling menghormati antar masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
Dapat disimpulkan bahwa peranan UNESCO dalam melestarikan kebudayaan dunia, yaitu:
KESIMPULAN
FOOTNOTE