Anda di halaman 1dari 23

[Type text]

Matakuliah : Teori Pendidikan


Dosen : Prof. Dr. H. Aliasar, M.Ed

Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar


Pendidikan UNESCO
Oleh :
MUHARDI
NIM : 1204357

PROGRAM PASCA SARJANA (S3)


PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
10/21/2012

www.muhardi.com

Halaman 1 dari 22

Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO


Oleh : MUHARDI
A. PENDAHULUAN
Pendidikan Nasional di Indonesia menurut Undang-Undang RI no.20 tahun 2003 ,bab I
Pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri kepribadian kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam bahasa arab pendidikan disebut tarbiyah yang berarti proses persiapan dan
pengasuhan manusia pada fase-fase awal kehidupannya yaitu pada tahap
perkembangan masa bayi, dan kanak-kanak.
Islam menempatkan pendidikan dalam kedudukan yang sangat penting sehingga
dalam Al-Quran surat al-Mujadalah Allah berfirman:Allah akan meninggikan derajat
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan
beberapa derajat (QS. Al-Mujadalah 58: 11) . Dan tujuan dari pendidikan adalah
mendekatkan diri kepada Allah , sebagaimana firman Allah dalam surat QS. AlDzariyah, 56 : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan mereka
mengabdi kepada Ku
Sehingga diperlukan adanya pendidik dan metode pembelajaran yang efektif
, sistematik, terencana, berproses dan terevaluasi, sehingga tujuan pendidikan itu
dapat tercapai sesuai yang kita inginkan. Yaitu menghasilkan seorang insan kamil.

Perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya, meningkatnya pergerakan


migrasi

manusia,

proses

globalisasi,

digital-based

information

dan

teknologi

komunikasi, knowledge-based economy dan sebagainya memasuki abad ke 21


(Delors, 1996) mengindikasikan tantangan kehidupan manusia semakin tinggi dan
kompleks.

1 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 2 dari 22

Untuk itu UNESCO (The International Commission on Education for the Twenty-first
Century) memandang penting adanya perubahan paradigma pendidikan sebagai
instrument ke paradigma sebagai pengembangan manusia seutuhnya (all-rounded
human beings). Berdasarkan hal terasebut empat pilar pendidikan UNESCO meliputi
belajar untuk memperoleh pengetahuan dan untuk melakukan pembelajaran
selanjutnya (learning to know), belajar untuk memiliki kompetensi dasar dalam
berhubungan dengan situasi dan tim kerja yang berbeda-beda (learning to do),
belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan kepribadian yang
memiliki timbangan dan tanggung jawab pribadi (learning to be), dan belajar untuk
mampu

mengapresiasikan

dan

mengamalkan

kondisi

saling

ketegantungan,

keanekaragaman, memahami dan perdamaian intern antar bangsa (learning to live


together) (Majid dan Dian Andayani, 2004: 1).

Pendidikan Nasional di Indonesia menurut Undang-Undang RI no.20 tahun 2003 ,bab I


Pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri kepribadian kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan Negara.

Menghadapi beragam perkembangan tersebut serta masalah global-eksternal, DIKTI


melalui Kepmendiknas No 045/U/2002 menuntut perubahan arah pendidikan tinggi
untuk a) menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia global; (b) adanya
perubahan orientasi pendidikan tinggi yang tidak lagi hanya menghasilkan manusia
cerdas berilmu tetapi juga yang mampu menerapkan keilmuannya dalam kehidupan
di masyarakatnya (kompeten dan relevan), yang lebih berbudaya; dan (c) Juga
adanya perubahan kebutuhan di dunia kerja yang terwujud dalam perubahan
persyaratan dalam menerima tenaga kerja, yaitu adanya persyaratan soft skills yang
dominan disamping hard skillsnya. Sehingga kurikulum yang dikonsepkan lebih
didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai/dimiliki oleh lulusan

2 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 3 dari 22

perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh
masyarakat pemangku kepentingan / stakeholders (competence based curriculum)
(Dirjen Dikti, 2008).

B. PEMBAHASAN
UNESCO adalah kependekan dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural
Organization. UNESCO (merupakan singkatan dari United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan,
dan Kebudayaan PBB merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945. Tujuan
organisasi adalah mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan
kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam
rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan,
peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki. (Artikel 1 dari konstitusi UNESCO).
UNESCO memiliki anggota 191 negara. Organisasi ini bermarkas di Paris, Prancis,
dengan 50 kantor wilayah serta beberapa institut dan pusat di seluruh dunia. UNESCO
memiliki lima program utama yang disebarluaskan melalui: pendidikan, ilmu alam, ilmu
sosial & manusia, budaya, serta komunikasi & informasi. Proyek yang disponsori oleh
UNESCO termasuk program baca-tulis, teknis, dan pelatihan-guru; program ilmu
internasional; proyek sejarah regional dan budaya, promosi keragaman budaya; kerja
sama persetujuan internasional untuk mengamankan warisan budaya dan alam serta
memelihara HAM; dan mencoba untuk memperbaiki perbedaan digital dunia.
Tujuan yang luas dan tujuan konkret masyarakat internasional - sebagaimana
tercantum dalam tujuan pembangunan yang disepakati secara internasional,
termasuk Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) - mendukung semua strategi
UNESCO dan kegiatan. Dengan demikian kompetensi unik UNESCO di bidang
pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya dan komunikasi dan informasi memberikan
kontribusi menuju terwujudnya tujuan tersebut.

3 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 4 dari 22

Misi UNESCO adalah untuk memberikan kontribusi pada pembangunan perdamaian,


pemberantasan kemiskinan, pembangunan berkelanjutan dan dialog antar budaya
melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, komunikasi dan informasi
Konferensi Umum Organisasi menetapkan tujuan dan prioritas setiap dua tahun dan
menetapkan anggaran . Badan Eksekutif bertemu dua kali setahun untuk mengikuti
pelaksanaan program.

UNESCO mengatur badan :


A. Konferensi Umum
Konferensi Umum terdiri dari wakil dari Negara Anggota Organisasi. Hal ini
memenuhi setiap dua tahun, dan dihadiri oleh Negara Anggota dan Anggota
Associate, bersama dengan pengamat untuk non-negara anggota, organisasi
antar pemerintah dan organisasi non-pemerintah (LSM). Setiap negara memiliki
satu suara, terlepas dari ukuran atau tingkat kontribusinya terhadap anggaran.
Konferensi Umum menentukan kebijakan dan garis-garis utama kerja Organisasi.
Tugasnya adalah untuk mengatur program dan anggaran UNESCO. Hal ini juga
memilih Anggota Dewan Eksekutif dan menunjuk, setiap empat tahun, Direktur
Jenderal. Bahasa resmi Konferensi Umum adalah bahasa Arab, Cina, Inggris,
Perancis, Rusia dan Spanyol.
B. Badan Eksekutif
Para Dewan Eksekutif , dalam arti, menjamin manajemen keseluruhan dari
UNESCO. Ini mempersiapkan karya Konferensi Umum dan melihat bahwa
keputusannya benar dilakukan. Fungsi dan tanggung jawab Dewan Eksekutif
berasal terutama dari konstitusi dan dari aturan atau arahan yang ditetapkan oleh
Konferensi Umum.
Setiap dua tahun Konferensi Umum memberikan tugas khusus kepada Dewan.
Fungsi lain merupakan bagian dari perjanjian yang dibuat antara UNESCO dan
PBB, badan-badan khusus dan organisasi antar pemerintah lainnya.
Lima puluh delapan anggotanya dipilih oleh Konferensi Umum. Pemilihan wakilwakilnya sebagian besar adalah masalah keragaman budaya dan asal geografis

4 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 5 dari 22

mereka. Negosiasi terampil mungkin diperlukan sebelum keseimbangan tercapai


antara berbagai daerah di dunia dengan cara yang akan mencerminkan
universalitas Organisasi. Badan Eksekutif bertemu dua kali setahun.

UNESCO (The International Commission on Education for the Twenty-first Century)


memandang penting adanya perubahan paradigma pendidikan sebagai instrument
ke paradigma sebagai pengembangan manusia seutuhnya (all-rounded human
beings). Berdasarkan hal terasebut empat pilar pendidikan UNESCO meliputi belajar
untuk memperoleh pengetahuan dan untuk melakukan pembelajaran selanjutnya
(learning to know), belajar untuk memiliki kompetensi dasar dalam berhubungan
dengan situasi dan tim kerja yang berbeda-beda (learning to do), belajar untuk
mengaktualisasikan

diri

sebagai

individu

dengan

kepribadian

yang

memiliki

timbangan dan tanggung jawab pribadi (learning to be), dan belajar untuk mampu
mengapresiasikan

dan

mengamalkan

kondisi

saling

ketegantungan,

keanekaragaman, memahami dan perdamaian intern antar bangsa (learning to live


together)

a. learning to know (belajar untuk tahu)


Learning to know adalah bagian dari proses pembelajaran yang memungkinkan
pelajar/mahasiswa- nya untuk tidak sekedar memperoleh pengetahuan tapi juga
menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar
untuk mencetak generasi muda yang memiliki kemampuan intelektual dan
akademik yang tinggi.
Tidak hanya memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh
pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda
yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.
Secara implisit, learning to know bermakna belajar sepanjang hayat (Life long
education). Asas belajar sepanjang hayat bertitik tolak atas keyakinan bahwa
proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup, baik didalam
maupun diluar sekolah. Sehubungan dengan asas pendidikan seumur hidup

5 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 6 dari 22

berlangsung seumur hidup, maka peranan subjek manusia untuk mendidik dan
mengembangkan diri sendiri secara wajar merupakan kewajiban kodrati manusia.
Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar, maka kita
mendorong supaya tiap pribadi sebagai subjek yang bertanggung jawab atas
pedidikan diri sendiri menyadari, bahwa:
1) Proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam
kandungan hingga manusia meninggal.
2) Bahwa untuk belajar, tiada batas waktu. Artinya tidak ada kata terlambat atau
terlalu dini untuk belajar.
3) Belajar/ mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral/
totalitas kehidupan (Burhannudin Salam, 1997:207).
Menurut Isjoni (2008:47), guru adalah orang yang identik dengan pihak yang
memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di
tangan gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya, sehingga
mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa yang akan
datang.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan
belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut
perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode
mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam
mengelola proses belajar-mengajar.
Guru bisa dikatakan unggul dan profesional bila mampu mengembangkan
kompetensi individunya dan tidak banyak bergantung pada orang lain.
Konsep learning to know ini menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu
berperan sebagai berikut:
a) Guru berperan sebagai sumber belajar
Peran ini berkaitan penting dengan penguasaan materi pembelajaran.
Dikatakan guru yang baik apabila ia dapat menguasai materi pembelajaran

6 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 7 dari 22

dengan baik, sehingga benar-benar berperan sebagi sumber belajar bagi


anak didiknya.
b) Guru sebagai Fasilitator
Guru berperan memberikan pelayanan memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran.
c) Guru sebagai pengelola
Guru berperan menciptakan iklim blajar yang memungkinkan siswa dapat
belajar secara nyaman. Prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan guru
dalam pengelolaan pembelajaran, yaitu:
1. Sesuatu yang dipelajari siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.
2. Setiap siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing.
3. Siswa akan belajar lebih banyak, apabila setiap selesai melaksanakan
tahapan kegiatan diberikan reinforcement.
4. Penguasaan secara penuh.
5. Siswa yang diberi tanggung jawab, maka ia akan lebih termotivasi untuk
belajar.
d) Guru sebagai demonstrator
Guru berperan untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
membuat

siswa

lebih

mengerti

dan

memahami

setiap

pesan

yang

disampaikan.
e) Guru sebagai pembimbing
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap
perbedaan. Perbedaan inilah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing.
f) Guru sebagai mediator
Guru selain dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan
juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media dengan
baik.

7 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 8 dari 22

g) Guru sebagai Evaluator


Yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Dengan penilaian tersebut,
guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap

pelajaran,

serta

ketepatan/

keefektifan

metode

mengajar

(Fakhruddin, 2010:49-61).

Kiat-kiat Agar Menjadi Guru Favorit menurut Fakhruddin (2010:97) yaitu:


a) Sabar
b) Bisa menjadi sahabat
c) Konsisten dan komitmen dalam bersikap
d) Bisa menjadi pendengar dan penengah
e) Visioner dan misioner
f) Rendah hati
g) Menyenangi kegiatan mengajar
h) Memaknai mengajar sebagai pelayanan
i)

Bahasa cinta dan kasih sayang

j)

Menghargai proses

b. learning to do (belajar untuk melakukan)


Sasaran dari pilar ke dua ini adalah kemampuan kerja generasi muda. Peserta
didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi yang konkrit yang tidak
terbatas pada penguasaan keterampilan yang mekanistis melainkan juga
keterampil dalam berkomunikasi, berkerja sama, mengelola dan mengatasi suatu
konflik. Melalui penerapan pilar kedua ini, dimungkinkan mampu mencetak
generasi baru yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk
berinovasi.
Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh
untuk terampil berbuat/ mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu
yang bermakna bagi kehidupan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah kemampuan
kerja generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industry

8 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 9 dari 22

(Soedijarto, 2010). Dalam masyarakat industri tuntutan tidak lagi cukup dengan
penguasaan keterampilan motorik yang kaku melainkan kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti controlling, monitoring, designing,
organizing. Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi konkrit
yang tidak hanya terbatas pada penguasaan ketrampilan yang mekanitis
melainkan juga terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain,
mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini, dimungkinkan
mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja dan mempunyai
kemampuan untuk berinovasi.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya
untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya
agar Learning to do dapat terealisasi. Secara umum, bakat adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Meskipun bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan
berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan . Lingkungan
disini dibagi menjadi dua yaitu:
1) Lingkungan sosial
Yang termasuk dalam lingkungan social siswa adalah masyarakat dan
tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa
tersebut. Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar
ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.
2) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar,
dan keadaan cuaca. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa (Muhibbin Syah, 2004:138).
Sekolah juga berperan penting dalam menyadarkan peserta didik bahwa
berbuat sesuatu begitu penting. Oleh karena itulah peserta didik mesti terlibat

9 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 10 dari 22

aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Tujuannya adalah agar


peserta didik terbiasa bertanggung jawab, sehingga pada akhirnya, peserta
didik terlatih untuk memecahkan masalah.

c. learning to live together (belajar bersama dengan orang lain)


Di zaman yang semakin kompleks ini, berbagai konflik makin merebak seperti,
konflik nasionalis, ras, dan konflik antar agama. Apapun penyebabnya, semua
konflik itu didasari oleh ketidak mampuan beberapa individu atau kelompok untuk
menerima suatu perbedaan. Itulah sebabnya, Learning to live together menjadi
pilar belajar yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian.

Kerjasama akan membangun motivasi para siswa, mereka dapat lebih bergairah
untuk belajar , karena mereka dapat mengaktualisasi diri, ketika motivasi itu
berkembang dan motivasi yang terbangun secara internal , akan memberikan
satu kekuatan yang meningkatkan tujuan dari maksud pembelajaran tersebut.

Bahagian ini menyari dari buku Pada Chapter 1 . part 1 buku Models of teaching ,
dijelaskan bahwa social models mengkombinasi antara belajar (learning) dan
masyarakat (society) . kedudukannya kearah pengajaran dengan prilaku yang
kooperatif (cooperative behavior) menstimulasi tidak hanya secara social tapi juga
intelektual, dan karenanya tugas interaksi social dapat di desain untuk
meningkatkan studi akademik.
Sesuai dengan penekanan dan titik beratnya aplikasi model ini adalah untuk
mengembangkan kecakapan individu pelajar dalam berhubungan dengan orang
lain atau masyarakat. Individu siswa dalam hal ini dihadapkan oleh grtu dalam
situasi yang demokratis didorong untuk berprilaku produktif dalam bermasyarakat.
Salah satu model yang mengutamakan interaksi antara siswa dalam situasi
demokratis adalah model mengajar role playing

10 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

karena

banyak

Halaman 11 dari 22

teori

social

yang

tidak

hanya

berpotensi

meningkatkan

kemampuan rasional siswa tapi juga juga sudah menerbitkan pertanyaan serius
adu kuat bentuk pendidikan yang sudah ada disekolah.

A. PARTNERS IN LEARNING/BELAJAR DALAM BERKELOMPOK


A. Skenario 1
Mary Hilltepper membuka tahun ajaran barunya pada kelas 10 dengan
memberi tugas presentasi kepada siswanya 12 puisi yang diseleksi dari 100 puisi
yang ada . dia membagi siswanya berpasangan, menyuruh mereka membaca
dan mengklasifikasi puisi berdasar stuktur, bentuk dan tema., mereka bekerja
sama dalam mengklasifikasi puisi, saling menyiapkan untuk saling berdiskusi di
antara mereka dalam bentuk group, saling berdebat, kemudian proses model
pembelajaran ini diikuti dengan beberapa tugas lain yang masih berhubungan,
yaitu satu ditugasi memutuskan tema-tema yang saling berhubungan satu
sama lain secara gaya dan struktur . yang lainnya membangun hipotesis
tentang bagaimana penulis puisi megkombinasikan antara gaya dan tema
serta struktur puisi mereka.
Mary mengorganisir kelasnya dalam metode belajar berpasangan (partnership
based learning). tugas ini membangun tidak saja pengetahuan kognitif siswa
tapi juga mempersiapkan siswa untuk menaikkan kerjasama dalam belajar
siswa berikutnya. Menulis puisi atau belajar tentang cerita pendek menjadi
tingkat pembelajaran selanjutnya.

B. Skenario 2
Kelly Farmers, mengajar di kelas 5 . pada hari pertama tahun ajaran baru, dia
membuka kelas dengan tersenyum dan mengajak siswanya untuk belajar
tentang semua nama mereka dan dia mengatakan bahwa kita akan saling
bekerja sama sepanjang tahun. Lets star by learning al our names and one of
the ways we will be working together this year.

11 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 12 dari 22

Dia membagi meja dengan siswa yang berpasangan sebagai partner bekerja
hari itu. Kelly menyuruh siswanya yang sudah terbagi sebagai patner tersebut
untuk bekerja sama membuat klasifikasi nama-nama temannya dalam
beberapa kategori .
Dalam beberapa menit mereka sudah dapat mengklasifikasi nama-nama
teman mereka, sebagai contoh, mereka menempatkan Nancy dan sally
bersama karena mempunyai huruf Y pada akhir nama mereka, menempatkan
George dan Jerry bersama karena nama mereka terdengar sama pada awal
kata.
Kelly sudah memulai tahun ajaran barunya dengan mengorganisasi kerjasama
siswa nya dalam bentuk metode belajar kooperatif cooperative set

B. TUJUAN COOPERATIVE LEARNING COMMUNITIES (MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM KELOMPOK)
1. Sinergi dari model kerjasama ini bisa lebih memotivasi siswa dari pada
bekerja belajar sendirian, menciptakan iklim kompetitif, meningkatkan
integrasi sosial, perasaan saling berkoneksi membangun energi yang positif.
2. Para anggota saling bekerjasama dalam grup satu sama lain, setiap pelajar
saling Bantu bahu membahu menbantu.
3. Interaksi sesama, membangun kemampuan kognitif sama baiknya dengan
kemampuan bersosial. Menciptakan lebih banyak activitas intelektual yang
meningkatkan proses belajar jika dibandingkan mereka belajar secara
individu (solitary study).
4. Kerjasama juga meningkatkan positif feeling terhadap sesama , mengurangi
keterasingan,

kesepian,

membangun

hubungan

meningkatkan

pandangan yang baik terhadap orang lain.


5. Kooperatif

system

meningkatkan

percaya

diri

(self

estem)

bukan

saja meningkatkan kemampuan belajar tapi juga meningkatkan feeling


atau perasaan dihargai , diperhatikan oleh orang lain yang ada
disekitarnya.

12 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 13 dari 22

6. Pelajar atau para siswa dapat merespon pengalamannya dalam tugas ini,
mengembangkan kapasitas kerjanya agar lebih produktif, atau dengan
kata lain, pelajar yang diberi kesempatan bekerja bersama akan lebih baik
mendapatkan manfaat untuk kemampuan umum mereka bersosial .
7. Pejajar , termasuk anak sekolah dasar dapat belajar membangun
kemampuannya bekerja sama.

C. CARA MEMBANGUN KERJASAMA


1. TRAINING FOR COOPERATION (MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF)
Jumlah proporsi siswa dalam grup dapat menentukan berjalan atau
tidaknya suatu kerjasama
Kebanyakan siswa mudah untuk berkerjasama ketika tugas yang diberikan
tersebut telah jelas, bagaimanapun pengembangan cara yang lebih efisien
yang lebih jelas itu sangat penting. Ada beberapa cara untuk menolong
pelajar agar lebih praktis dan efisien, dalam bentuk besar grup,
keragamannya dan prakteknya.
Bila siswa belum berpengalaman dalam bekerja sama maka tempatkan
mereka dalam jumlah yang kecil saja. Jumlah grup yang terdiri dari 2, 3 atau
4 biasanya yang paling umum digunakan. Jumlah anggota yang lebih dari
6 orang biasanya jadi kaku dan membutuhkan kemampuan kepemimpinan
dimana siswa tidak dapat bekerja sama satu sama lain, bila mereka tidak
berpengalaman

2. TRAINING FOR EFFICIENCY (BELAJAR EFISIENSI)


Kagan telah mengembangkan beberapa cara prosedur pembelajaran
pada siswa dimana kerjasama menjadi tujuan , dimana semua siswa
berpartisipasi secara equal, dalam menjalankan tugas.
Sebagai contoh ketika ada group yang ter diri dari 3 orang diberi tugas,
maka, harus ada pembagian tugas yang merata agar, masing-masing
siswa saling bekerja dan melengkapi, ada yang menjadi pembicara, ada

13 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 14 dari 22

yang menulis , ada yang mencari jawaban yang benar atau yang
mengecek untuk jawaban bagi temannya sebagai pembicara.

3. TRAINING FOR INTERDEPENCE (BELAJAR SALING MEMBUTUHKAN)


Belajar untuk saling membutuhkan adalah penting dalam berkerja sama ,
agar kerjasama bias saling efisien dan berperoses. Dengan saling
membutuhkan akan timbul empaty, sehingga sebuah grup ini akan dapat
berjalan dinamis, tercipta suasana yang berkembang dan bertanggung
jawab.

4. DIVISION OF LABOR: SPECIALIZATION (PEMBAGIAN KERJA)


Pembagian kerja merupakan prosedur untuk membantu siswa belajar
bagaimana saling membantu diantara mereka. Setiap siswa memdapat
kewajiban yang sama, sebagai contoh sebuah kelas sedang mempelajari
tentang Africa, dibagai grup yang terdiri dari 4 orang siswa, 4 negara dipilh
untuk dipelajari, satu anggota dari tiap anggota grup di beri tugas mencari
tentang Negara tersebut, ada yang meringkasnya,ada yang menjadi tutor,
ada yang mendapat tugas mengingatkan semua aspek data.
Prosedur ini disebut jigsaw, dengan demikian para siswa diajak untuk
meningkatka kemampuannya , keterampilannya dalam pembagian tugas
dan bekerja sama.

5. KERJASAMA DAN MOTIVASI


Kerjasama akan membangun motivasi para siswa, mereka dapat lebih
bergairah untuk belajar , karena mereka dapat mengaktualisasi diri, ketika
motivasi itu berkembang dan motivasi yang terbangun secara internal , akan
memberikan satu kekuatan yang meningkatkan tujuan dari maksud
pembelajaran tersebut.

14 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 15 dari 22

D. GROUP INVESTIGATION: BUILDING EDUCATION THROUGH THE EMOCRATIC


PROCESS (MEMBANGUN PEMBELAJARAN MELALUI PROSES DEMOKRASI)

SKENARIO 3
Debbie spychoyos guru kelas 11 mengajar mata pelajaran georgrafi
memberikan data dari Komputer tentang 177 negara yang ada di dunia, setiap
grup yang terdiri dari 4 siswa mennganalisa 20 negara, dan mencari korelasi
antara populasi, perdapatan perkapita, angka kelahiran, angka harapan
hidup,

produksi

pertanian,

industri,

transportasi

system,

pelayanan

kesehatannya, hak-hak perempuan, dan hasil bumi tiap negara tersebut.


Grup-grup tersebut akhirnya mengemukakan banyak pendapat setelah
mereka menganalisa data-data yang ada tiap Negara, seperti , pada
beberapa Negara yang harapan hidupnya terpaut kurang sampai 20 tahun
dibanding negera yang lain, bahwa Negara yang kaya mempunyai fasilitas
militer

yang

lebih

baik

disbanding

Negara

yang

miskin

yang

lebih

mengutamakan pelayanan kesehatan, bahwa hak asasi wanita tidak


berhubungan dengan type suatu Negara, dan lain-lain.
Setelah semua analisa selesai dilakukan oleh para grup, Debby secara hati-hati
mencatat semua hasil reaksi penganalisaan mereka dan mereka memutuskan
untuk membaw semua hasil data dan kesimpulan yang mereka dapat dari hasil
diskusi, mereka juga memutuskan bahwa apa yang mereka butuhkan untuk
membuat sebuah hipotesis atas data yang mereka dapat. Ada siswa yang
ingin tahi tentang pengaruh dan hubungan antara organisasi dunia /WHO
dengan Negara-negara yang menjadi anggotanya.
Ketika begitu pertanyaan danb kesimpulan yang beraneka ragam timbul,
maka guru mengajak mereka untuk meinvetarisir kembali, memprioritaskan apa
yang ingin mereka gali kembali dan membagi kembali tugas tersebut.
Inilah yang dimaksud membangun pembelajaran dalam kelompok secara
demokratis.

Proses

demokratis

dalam

bentuk

kelompok

pembelajaran

walaupun memang sulit karena dibutuhkan seorang guru yang mempunyai

15 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 16 dari 22

standard qualifikasi dan keterampilan yang tinggi. Walaupun agak sulit dan
menakutkan karena para gurum orang tua dan kepala sekolah malah
menganggap metode ini malah akan jadi mandek.
Tapi bagaimanapun juga metode ini harus dicoba, untuk membangun
kapasitas building belajar para siswa, agar menjadi lebih kreatif dan mandiri.
Dipandu oleh guru-guru yang berpengalaman

E. THE PHILOSOPHICAL UNDERPINNINGS (dasar filosofi)


Dasar filosofi dalam pengembangan model demokrasi proses ini adalah John
Dewey yang menulis who wrote how we think tahun 1910, kemudian banyak
teori yang kemudian muncul , membahas teori ini, seperti tahun 1920 Charles
Hubbard Judd yang menekankan pengetahuan akademis. Willian Heard
Kilpatrick, yang beberapa tahun memjadi pembicara untuk progressive
movement, menekankan social problem solving . George Counts menekankan
tidak hanya problem solving tapi juga konstruktif masyarakat, tapi kemudian
teori yang paling mendekati tentang demokrasi proses ini dibuat oleh Gordo H
Hullfish dan Phillip G smith dalam buku Reflective thingking : Methode of
Education, kedua penulis ini memberikan tekanan pada peran pendidikan
dalam membangun kapasitas mengembangkan cara mengolah informasi dan
konsep , nilainya dan kepercayaan.
Esensi fungsi dari demokrasi adalah dengan membahas definisi masalah, dan
situasi masalah tersebut. Kemampuan membahas dengan orang lain atau
bertukar pikiran dengan orang lain akan membatu seseorang dapat bertukap
pikiran dengan dunianya.

F. ORIENTATION TO THE MODEL


1. Goals and assumption
John Dewey (1916) merekomendasi agar seluruh sekolah diorganisir sebagai
miniature demokrasi, siswa-siswa berpartisipasi dalam mengembangkan
sosial system , melalui pengalaman, secara berkesinambungan belajar

16 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 17 dari 22

dengan metode sains untuk mengembangkan sosial masyarakat dewey


berpendapat untuk mempersiapkan warga Negara yang demokrasi,
sehingga metode ini di gunakan untuk mewujudkannya.
John U Michaelis (1980) kemudian menyari dari formulasi dewey dalam
mengajar siswa sekolah dasar. Pusat dari metode belajar ini sebagai kreasi
dalam demokrasi grup dalam mengatasi masalah sosial secara siqnifikan

G. MODELS OF TEACHING
1. SYNTAX (LANGKAH-LANGKAH)
Dimulai dengan melempar masalah secara konfrontasi, masalah dapat
secara verbal maupun pengalaman , sehingga siswa dapat terstimulasi
bereaksi, mereka menjadi lebih interes dalam berbagai reaksi terhadap
permasalahan yang dihadapi, siswa kemudian mengadakan analisis data
dan masalah , membahas dan membuat laporannya, akhirnya setiap
kelompok mengevaluasi tujuan yang mendasar. Jadi terdapat siklus mulai
dari mengulang sendiri, konfrontasi terhadap yang lain dengan problem
yang baru dan berkembang menjadi sesuatu siklus activitas yang mandiri.
Fase 1. awalnya siswa masih bingung terhadap situasi banyak masalah yang
muncul
Fase 2. siswa menyelidiki reaksi yang muncul dalam situasi tersebut
Fase 3. siswa memformulasi tugas dan mengorganisasi tugas (masalah,
definisi, tugas)
Fase 4. mendiskusikan secara mandiri dalam grup
Fase 5. siswa analisis progres dan proses
Fase 6. siklus aktivitas

SUPORT SISTEM
Dalam

merancan

kelompok

pembelajaran

sekolah

membutuhkan

perpustakaan yang baik yang dapat menyediakan berbagai informasi

17 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 18 dari 22

yang dibutuhkan siswa, mereka harus distimulasi untuk selalu mencari ilmu
pengetahuan.

H. INSTRUCTIONAL AND NURTURANT EFFECTS GROUP INVESTIGATION MODEL/


MODEL KELOMPOK PEMBELAJARAN
Model pembelajaran ini cukup menyeluruh dan serba guna, dapat meramu
tujuan akademik , social integrasi, social proses learning.
Dengan model pembelajaran berkelompok akan dihasilkan:
1. Rasa menghargai terhadap orang lain dan dapat menerima
semua perbedaan (pruralism) yang ada (respect for dignity of all and
commitment to prulism)
2. Mempunyai kepercayaan diri sebagai seorang pelajar yang memang
tugasnya adalah belajar (independence as a learner)
3. kesanggupan bersosial (commitment to Social )
4. mempunyai kepribadian yang hangat (interpersonal warmth and
affiliation)
5. kostruksi bagaimana kita memandang ilmu pengetahuan
6. kedisiplinan dalam mencari
7. efektivitas proses pembelajaran kelompok dan kepemimpinan

4. learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri)


Makna dari pilar ini adalah muara akhir dari tiga pilar belajar (Learning to know,
learning to do, learning to live together). Dengan pilar ini, peserta didik berpotensi
menjadi generasi baru yang berkepribadian mantap dan mandiri.
Tiga pilar pertama ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang mampu mencari
informasi dan/ menemukan ilmu pengetahuan, yang mampu melaksanakan tugas
dalam memecahkan masalah, dan mampu bekerjasama, bertenggang rasa, dan
toleran terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan
menimbulkan adanya rasa percaya diri pada masing-masing peserta didik.

18 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 19 dari 22

Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa
agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal
utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be)
(Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang
berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya
merupakan proses pencapain aktualisasi diri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendidikan menurut Djamal (2007:101)


yaitu:
1) Motivasi
Yaitu kondisi fisiologi dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan/
kebutuhan
2) Sikap
Sikap yaitu suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis
tindakan pada situasi yang tepat.
3) Minat
4) Kebiasaan belajar
Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bahwa hasil belajar mempunyai kolerasi
positif dengan kebiasaan atau study habit. Kebiasan merupakan cara
bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada
akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.
5) Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh
terhadap orang lain.

19 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 20 dari 22

Makna pilar ke empat ini adalah muara akhir dari tiga pilar pendidikan diatas.
Dengan pilar ini , peserta didik berpotensi menjadi generasi baru yang
berkepribadian mantap dan mandiri (Aezacan, 2011).

C. GARIS BESAR MENGENAI KE EMPAT PILAR PENDIDIKAN UNESCO


i. Kekuatan
Ke empat pilar pendidikan tersebut dirancang sangat bagus, dengan tujuan yang
bagus pula, dan sesuai dengan keadaan zaman sekarang yang menuntut pesera
didik

tidak

hanya

diajarkan

IPTEK,

kemudian

dapat

bekerja

sama

dan

memecahkan masalah, akan tetapi juga hidup toleran dengan orang lain
ditengah-tengah maraknya perbedaan pendapat dimasyarakat. Dengan ke
kempat pilar ini akan bisa tercapai pendidikan yang berkualitas.
ii. Kelemahan
Meskipun ke empat pilar pendidikan ini dirancang sedemikian bagusnya, namun
perlu diingat, masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut,
seperti kurangnya SDM guru yang benar-benar mumpuni, perbedaan pola pikir
setiap masyarakat atau daerah dalam memandang arti penting pendidikan,
kemudian ada lagi fasilitas, fasilitas yang masih minim akan sangat menghambat
kemajuan proses belajar mengajar, dan kendala-kendala lain.
iii. Peluang
Apabila pendidikan di Indonesia diarahkan pada ke empat pilar pendidikan ini,
maka pada gilirannya masyarakat Indonesia akan menjadi masyarakat yang
bermartabat di mata masyarakat dunia.
iv. Ancaman
Ke empat pilar pendidikan UNESCO ini bisa menjadi bumerang bagi peserta didik
dan pengajar apabila tujuan atau keinginan yang hendak dicapai tidak kunjung
terwujud. Bisa jadi akan muncul sikap pesimis dan putus asa kehilangan
kepercayaan diri.

20 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 21 dari 22

D. KESIMPULAN

Pilar-pilar pendidikan tersebut dirancang dengan sangat bagus dan dengan tujuan
yang sangat bagus pula. Dengan mengaplikasikan pilar-pilar tersebut, diharapkan
pendidikan yang berlangsung di seluruh dunia termasuk Indonesia dapat menjadi
lebih baik.
Namun masih banyak aspek penghalang dalam pelaksanaan tersebut, baik
mengenai SDM nya, fasilitasnya, perbedaan pola pikir setiap masyarakat atau daerah
dalam memandang arti penting pendidikan, dan kendala-kendala lain.
Persoalan pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama, karenanya tentu
secara bersama-sama pula kita mencari alternative pemecahannya. Mudahmudahan ke empat pilar tersebut dapat kita realisasikan dan akan nampak hasinya.
Mari melakukan introspeksi diri sejauh mana kita sudah melakukan yang terbaik untuk
perubahan dan perbaikan terhadap persoalan pendidikan yang melilit negeri ini. Satu
harapan kita semua, agar dunia pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan
berkualitas.
Majulah pendidikan indonesiaku..

21 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

www.muhardi.com

Halaman 22 dari 22

E. REFERENSI
1) Nasution, s. (2003). berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. jakarta:
bumi aksara.
2) Djamal. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
3) Fakhrudin. (2010). Menjadi Guru Favorit. Yogyakarta: Diva Press.
4) Isjoni.(2008). Guru Sebagai Motifator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
5) Isjoni.(2008). Memajukan Bangsa dengan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
6) Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
7) Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
8) Atika Aziz (2010) 4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO (online) tersedia:
9) Http://Atikatikaaziz.Blogspot.com.2010/09/4-pilar-pendidikan-menurutunesco.html?m=1 (20 Oktober 2012)
10) Aezacan (2011) 4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO (online) tersedia:
http://aezacan.wordpress.com (20 Oktober 2012)
11) Soedijarto (2010) Paradigma Pembelajaran Menjawab Tantangan Jaman
(online) tersedia: http://www.ilmupendidikan.net/2010/03/16/paradigmapembelajaran-menjawab-tantangan-jaman.php (20 Oktober 2012)

22 Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO | Matakuliah : Teori Pendidikan
Oleh : MUHARDI | NIM : 1204357

Anda mungkin juga menyukai