Peran Indonesia menciptakan perdamaian dunia diberbagai bidang dalam berbagai
organisasi internasional
Bidang sosial budaya
The United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO)
UNESCO didirikan untuk mendukung perdamaian dan keamanan dengan
cara mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuma, dan budaya. Hal ini dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, Hak Asasi Manusia, dan kebebasan hakiki. Organisasi khusus PBB ini beranggotakan 191 negara. Organisasi ini berpusat di Paris, Prancis. Selain itu, organisasi ini memiliki 50 kantor wilayah serta beberapa lembaga dan institute di seluruh dunia. Terdapat lima program utama yang dari UNESCO. Kelima program utama tersebut disebarluaskan melalui pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial, dan manusia, budaya, serta komunikasi, dan infromasi. UNESCO mensponsori proyek seperti program baca-tulis, teknis, dan pelatihan guru; program ilmu internasional; proyel sejarah regional, dan budaya, promosi keragaman budaya; kerjasama persetujauan internasional untuk mengamankan warisan budaya, dan alam serta memelihara HAM; dan mencoba memperbaiki perbedaan digital dunia. Indonesia masuk menjadi anggota UNESCO pada 27 Mei 1950. Semenjak itu, Indonesia berperan aktif dalam berbagai kegiatan UNESCO. Hal ini tidak terlepas dari pandangan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Peran Indonesia dalam UNESCO diantaranya adalah: 1. Program IFIT (Indonesia Funds-In-Trust) Program IFIT adalah bagian dari kontribusi Indonesia dalam mengatasi kesulitan finansial yang dialami UNESCO. Hal ini terjadi karena Amerika Serikat menghentian pembayaran kontribusi negaranya saat Palestian diterima sebagai anggota UNESCO pada tahun 2011. Indonesia berkontribusi sebesar 10 juta dolar AS. Enam juta dolar AS digunakan untuk dana darurat, sedangkan empat juta dolar AS dialokasikan untuk Program IFIT. Terdapat delapan proyek IFIT yang dilakukan antara tahun 2012 hingga 2017. Kedelapan program tersebut diantaranya Forum Global Media, Visi Baru Kota Tua, Solusi Ekologi dan Ekohidrologi untuk Manajemen Berkelanjutan.
2. Peran Indonesia dalam Konvensi UNESCO 2005
Indonesia berperan aktif dalam mengimplementasikan Konensi UNESCO 2005. Indonesia menjadi salah satu negara Pihak sejak meratifikasi konvensi ini pada tahun 2012 silam. Selain itu, Indonesia juga menjadi anggota Komite Antar Pemerintan Konvensi ini untuk periode 2015 – 2019. Konvensi UNESCO 2005 adalah instrumen standar pengaturan internasional yang menyediakan kerangka kerja bagi tata kelola budaya. Kerangka kerja tersebut didasarkan pada prinsip kesadaran berekspresi, kesetaraan gender, keterbukaan, dan keseimbangan terhadap budaya yang saling melengkapi untuk pembangunan berkelanjutan. Sebagai negara yang ikut serta dalam konvensi tersebut, maka Indonesia berkewajiban hukum untuk menyampaikan laporan berkala kepada UNESCO setiap empat tahun. Indonesia meratifiasi hasil dari konvensi tersebut pada tahun 2012. Konvensi di bidang kebudayaan ini tidak hanya diratifikasi oleh Indonesia saja, tetapi juga oleh 142 negara. Konvensi UNESCO 2005 ini mendorong pemerintah untuk memperkenalkan kebijakan untuk budaya dalam konteks global. Selain itu, juga sebagai komitmen untuk melindungi dan mempromosikan keanekaragaman ekspresi budaya.
3. Terpilihnya Indonesia sebagai Anggota Badan Eksekutif UNESCO
Pencalonan diri Indoensia sebagai anggota Badan Eksekutif UNSECO Periode 2017 – 2021 adalah bentuk kontribusi nyata Indonesia untuk berkontribusi lebih bagi UNESCO. Hal ini khususnya melalui partisipasi aktif sebagai anggota salah satu badan pemerintahan di UNESCO. Indonesia pun terpilih sebagai anggota Badan Eksekutif UNESCO pada periode 2017 – 2021. Pemilihan dilaksanakan di sela-sela sidang umum ke- 39 negara anggota UNESCO di Paris, Prancis, pada Rabu tanggal 8 November 2017. Indonesia mampu mendapatkan 160 suara dan menempati peringkat 3 pada Grup Asia Pasifik. Selain Indonesia, negara lainnya yang juga terpilih adalah India, Jepang, China, Filipina, dan Bangaladesh di kelompok Asia Pasifik. Keberhasilan Indonesia menjadi anggota Badan Eksekutif UNESCO tidak terlepas dari capaian dan diplomasi Indonesia di UNESCO. Indonsia telah duduk sebagai anggota World Heritage Committee (WHC) periode 2015 – 2019 yang artinya memiliki mandat untuk pelestarian warisan budaya. Indonesia juga telah menyumbangkan beberapa Works of Art untuk UNESCO. Selain itu, UNESCO juga mengakui Indonesia sebagai negara besar dalam promosi dan pelestarian budaya. UNESCO telah mengakui berbagai macam warisan budaya Indonesia. Warisan budaya tersebut mulai dari wayang, keris, batik, angklung, noken, kawasan Candi Borobudur, kawasan Candi Prambanan, Tari Saan, dan Tari Bali. Status Indonesia sebagai Anggota Badan Eksekutif UNESCO dapat memberi ruang strategi bagi Indonesia untu berkontribusi nyata dalam UNESCO. Hal ini karena Badan Eksekutif UNESCO, bekerja sama dengan General Conference UNESCO, ialah badan pembuat keputusan-keputusan penting di UNESCO, yakni dalam standar pengaturan bidang pendidikan, kebudayaan, sains, dan informasi komunikasi. Badan Eksekutif juga mengatur berbagai hal terkait manajemen UNESCO, khusunya dalam bidang anggaran dan administrasi.