Anda di halaman 1dari 15

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Tanaman kratom merupakan salah satu komoditi tanaman
perkebunan. Tanaman kratom dan produk olahannya termasuk senyawa
kimia aktif dimasukkan ke dalam Narkotika Golongan I. Daun kratom oleh
masyarakat secara empiris dimanfaatkan untuk obat tradisional seperti
obat diare,perawatannifas dan lain-lain.Selain untuk obat tradisional
tanaman kratom juga digunakan sebagai sajian seperti teh. Beberapa
penelitian terkait tanaman kratom menyebutkan bahwa penggunaan pada
dosis rendah berefek stimulan, namun pada dosis tinggi mengakibatkan
depresi dan withdrawl (gejalaputusobat),penelitian lainmenyebutkan jika
kratom digunakan bersama obat lain seperti tramadol bisa mengakibatkan
kematian.Sejauh ini belum ada pengaturan yang melarang budidaya dan
distribusi baik dalam bentuk remahan maupun serbukkratom.
Kratom bernilai ekonomi tinggi karena permintaan ekspor sebagai
obat herbal yang meningkat. Nilai ekonomi yang diperoleh tidak sekedar
dari nilai jual serbuk daun kratom. Kratom secara luas memberikan
dampak ekologi seperti menambah luasan lahan hijau untuk meningkatkan
simpanan karbon dalam tanah, mencegah abrasi, menjadi tempat
simpanan air dalam tanah, serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
Keseluruhan hal tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi yang bermanfaat
dalam perkembangan pembangunan yang berkelanjutan. Pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi Indonesia di masa depan dibayangi ancaman
dampak beban lingkungan dan sosial karena pengaruh perubahan iklim,
berkurangnya keanekaragaman hayati dan perubahan penggunaan
lahan. Indonesia ikut tergabung dalam kesepakatan global melakukan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Growth) yang
didalamnya menyangkut pengimplementasian konsep ekonomi hijau.
Pemanfaatan lahan oleh masyarakat Kalimantan Barat sebagai sentra
kratom merupakan suatu jawaban tantangan pertumbuhan ekonomi hijau.
Pertumbuhan ekonomi masyarakat menunjukkan sinyal positif berupa
perbaikan ekonomi petani kratom yang sebelumnya terpuruk akibat
turunnya harga karet. Perubahan sosial masyarakat terjadi sebagai hasil
peningkatan lapangan kerja dan penghasilan disektor pertanian kratom
dan peluang jasa yang menyertainya.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah:
a. Untuk merubah paradigma masyarakat lokal akan keyakinannya terhadap
budidaya Kratom sebagai satu satunya sumber ekonomi.
b. Adanya jenis tanaman lain yang tidak berdampak negatif bagi kesehatan yang
dapat dijadikan sumber ekonomi bagi masyarakat lokal.

BAB II
Pembahasan

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Identifikasi Kratom
Kratom termasuk kedalam suku Rubiacea seperti tanaman kopi.
Secara morfologi, kratom berupa tanaman pohon dengan batang lurus
dan kulit batang berwarna abu kecoklatan (Secretariat, 2017). Warna
tulang dan urat daun menjadi salah satu parameter pembeda, karena
terdapat dua jenis warna, yaitu hijau dan coklat kemerahan (Shellard dan
Lees, 1965). Kratom tumbuh subur di daerah dekat aliran sungai pada
jenis tanah aluvial yang kaya bahan organik. Kratom bukan tanaman air
namun mempunyai kemampuan bertahan hidup bila kondisilahan
sewaktu-waktu tergenang air. Kratom (MitragynaspeciosaKorth.) tumbuh
tersebar di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Filipina,
Kamboja, Vietnam, Papua Nuginidan Indonesia (Mukhlisidkk., 2018).
Kratom sedang hangat diperbincangkan karena isu kesehatan,
sosial, ekonomi dan ekologi. Kratom secara tradisional digunakan di
Malaysia dan Thailand untuk mengurangi rasa nyeri, relaksasi, mengatasi
diare, menurunkan panas, dan mengurangi kadar gula darah (Veltri dan
Grundmann,2019). Pengguna di Thailand menyebutkan selain
memberikan efekstimulan, konsums ikratom menghasilkan perasaan yang
menyenangkan (Griffin, 2018). Di Indonesia, secara tradisional kratom
digunakan untuk menambah stamina, mengatasi nyeri, rematik, asamurat,
hipertensi, gejalastroke, diabetes, susahtidur, luka, diare, batuk,
kolesterol, tipus, dan menambah nafsu makan (Wahyono, 2012;
Wahyono, 2015).
Indonesia merupakan penghasil kratom terbesar dan terbaik di
dunia, bahkan 90% impor kratom Amerika berasal dari Indonesia. Kratom
diketahui mempunyaikan dungan kimia mitraginin dan 7-hidroksi
mitraginin yang mempunyai efek menyerupai opioid dan dikategorikan
sebagai New Psychoactive Substance (NPS). Berkaitan dengan
kandungan senyawa dan efek yang ditimbulkan tersebut beberapa
Negara telah memasukkan kratom sebagai narkotika. Di Indonesia
sampai saat ini belum dilakukan pengaturan kratom sehingga masih
bebas di budidayakan dan diperdagangkan.

2.1.2 Dampak Kratom


Kratom bernilai ekonomi tinggi karena permintaan ekspor sebagai
obat herbal yang meningkat dalam beberapa tahun ini. Cakupan
pemanfaatan akan lebih luas apabila mampu dikembangkan menjadi
bahan baku obat alam nasional untuk memenuhi kebutuhan obat dalam
pelayanan kesehatan. Nilai ekonomi yang diperoleh tidak sekedar dari
nilai jual serbuk daun kratom. Kratom secara luas memberikan dampak
ekologi seperti menambah luasan lahan hijau untuk meningkatkan
simpanan karbon dalam tanah, mencegah abrasi, menjadi tempat
simpanan air dalam tanah, serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
Keseluruhan hal tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi yang bermanfaat
dalam perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.
Pertumbuhan dan stabilitas ekonomi Indonesia di masa depan
dibayangi ancaman dampak beban lingkungan dan social karena
pengaruh perubahan iklim, berkurangnya keanekaragaman hayati dan
perubahan penggunaan lahan. Indonesia ikut tergabung dalam
kesepakatan global melakukan pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development Growth) yang didalamnya menyangkut pengimplementasian
konsep ekonomi hijau. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat Kalimantan
Barat sebagai sentra kratom merupakan suatu jawaban tantangan
pertumbuhan ekonomi hijau. Pertumbuhan ekonomi masyarakat
menunjukkan sinyal positif berupa perbaikan ekonomi petani kratom yang
sebelum nyaterpuruk akibat turunnya harga karet. Perubahan social
masyarakat terjadi sebagai hasil peningkatan lapangan kerja dan
penghasilan disektor pertanian kratom dan peluang jasa yang
menyertainya.
2.1.3 Dampak Ekonomi dan Sosial
Akhir-akhir ini dalam kurun waktu lebih kurang 10 tahunterakhir
rebusan daun kratom yang dulunya hanya untuk pengobatan dan
menjaga kesehatan mulai banyak dikonsumsi dan dihidangkan pada
acara kumpul-kumpul bersama. Rebusan daun kratom atau biasa
disebut teh kratom sudah menjadi hidangan layaknya minuman teh dan
kopi sebagai pelengkap dalam kegiatan sosial masyarakat. Hal ini
sesuai dengan khasiat rebusan daun kratom jika digunakan dalam dosis
rendah sebagai stimulan atau badan tetap terasa segar, dampak
menyegarkan tubuh juga diyakini setelah bangun tidur. Namun demikian
mengingat kratom jika dikonsumsi pada dosis tinggi atau jumlah banyak
berakibat depresan dan kecanduan maka dikhawatirkan akan
berdampak buruk pada masyarakat.
Dampak sosial lain seperti hasil testimoni masyarakat antara
lain adalah tersedianya lapangan kerja baru sebagai pemetik daun kratom
atau bekerja sebagai karyawan pengepul, pedagang dan eksportirdaun
kratom. Dengan adanya kesibukan dari warga masyarakat pada kurun
waktu sepanjang hari dari pagi sampai sore (berbeda dengan petani karet
yang biasanya bekerja hanya pagi hari), maka waktu luang yang ada
semakin sempit dan hal ini dapat mengurangi angka kriminalitas seperti
pengakuan dari warga maupun petugaskeamanan. Perkembangan
pemanfaatan kratom di luar negeri yang meningkat pesat serta
permintaan ekspor yang tinggi berdampak pula bagi masyarakat untuk
membudidayakan secara masif di daerah pinggiran sungai dan rawa-
rawa. Mudahnya perawatan tanaman dan tingkat perkembangan yang
cepat diiringi dengan permintaan yangbesarberakibat pada perubahan
perilaku masyarakat yang dulunya mencari daun kratom dengan cara
merambah ke hutan namun saat ini sebagian besar sudah melakukan
budidaya di sekitar rumah (pekarangan dan kebun) serta di bantaran
sungai dan daerah yang sering tergenang air.Kratom merupakan tanaman
yang potensial .Selain pohonnya yang bermanfaat sebagai penahan
abrasi sungai dan rehabilitasi lahan rawa pasang surut, daunnya
merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang
potensial mengangkat perekonomian masyarakat. Daunnya dimanfaatkan
sebagai obat tradisional dan sebagian besar diekspor dalam bentuk
tepung kratom.Sejak dulu tanaman ini sudah dikonsumsi oleh
masyarakat  local sebagai obat herbal  serta untuk meningkatkan
produktivitas kerja serta menjaga stamina dan menghilangkan rasa lelah
saat bekerja.

BAB III
Metode Penelitian

3.1 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan
informasi mengenai suatu gejala yang ada tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku secara umum atau generalisasi (Hikmawati, 2019).
Metode penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesa
tertentu, tetapi hanya menggambarkan suatu variabel, gejala, atau keadaan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
pengumpulan data dengan dokumentasi. Dokumentasi bisa berupa tulisan,
gambar atau karya-karya monumental seseorang (Hikmawati, 2019). Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa artikel-artikel yang pernah terbit
di berbagai media massa baik secara online maupun konvensional serta
penelitian-penelitian mengenai kratom.
3.3 Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis data. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah teknik analisis
data yang bertujuan untuk menilai sejauh mana variabel yang diteliti telah
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan (Hikmawati, 2019).

BAB IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil
Data BPS (2019), mata pencaharian masyarakat di provinsi Kalimantan
Barat masih bergantung pada kegiatan bercocok tanam atau sektor agriculture
melalui pemanfaatan hutan/perkebunan. Kratom merupakan salah satu hasil
perkebunan di Kalimantan Barat yang menggeser peminatan terhadap hasil
kebun lain, seperti karet, sebagai efek imitasi keberhasilan ekonomi petani
kratom terdahulu.
Kondisi tersebut didukung juga oleh melemahnya harga karet
dunia sehingga banyak petani merugi dan beralih ke kratom (Rahmat dan
Hanadi, 2007). Keunggulan komoditas Kratom bagi petani perkebunan, antara
lain:
 Budidaya: mudah/cepat tumbuh
 Pengelolaan mudah dan murah: mayoritas masih dilakukan secara
manual/tradisional
 Permintaan pasar terhadap bahan mentah tinggi: baik pasar lokal ataupun
internasional untuk meningkatkan harga jual
 Dukungan dari kelompok usaha tani setempat: kemudahan pemasaran
Perdagangan Kratom sudah ada sejak tahun 2000, namun baru marak
sekitar 5 tahun terakhir. Kini dikenal sebagai primadona untuk di ekspor. Harga
jual terbaik daun segar dari petani adalah Rp 8.000/kg pada Agustus 2019
(saat pengumpulan data BALITBANGKES) harga petani berkisar Rp. 4.000-
5.000/kg. Sedangkan, harga remahan kratom sekitar Rp. 26.000-Rp.29.000/kg.
Data terakhir Misterexportir.com (2020) menunjukkan harga penjualan serbuk
kratom Rp.98.000/kg. Permintaan pasar lokal/dalam negeri lebih diminati
dalam bentuk remahan dan serbuk Kratom untuk pasar internasional dikirim
dalam bentuk serbuk (powder) dengan tujuan ke Amerika Serikat, Kanada,
Arab Saudi, India, Uni Eropa, Balkan, India, Hongkong, Taiwan dan Singapura.
Serbuk kratom ekspor dibandrol dengan harga 22- 25 USD/kg. Tata niaga
Kratom hingga saat ini masih jadi bahan perundingan.
Salah seorang petani kratom Bambang Sucipto (39), yang sudah tiga
tahun fokus menjadi petani kratom menyebut permintaan untuk tanaman
tersebut cukup tinggi. Dalam sebulan, ia bisa melakukan empat kali pengiriman
daun remahan ke Pontianak setiap bulan dengan jumlah 2 ton sekali antar.
"Mungkin bisa 300-400 ton sebulan kita kali saja nilai di Amerika itu berapa.
Kita berharap ini bisa tuntas dan tidak menjadi keraguan di masyarakat kita.
Dan kalau ini tuntas daerah ini juga akan dapat bagian (pendapatan) daripada
itu. Sekarang kan daerah gak dapat, masyarakat bekerja penuh kebingungan,"
kata Nasir yang juga salah satu petani kratom. Ia menyebut harga kratom
tergolong fluktuatif. Untuk saat ini, ia bisa menjual ke pengepul besar di
Pontianak Rp 35 ribu per kilogram. Berdasarkan Buku Tarif Kepabeanan
Indonesia tahun 2017 terhadap ekspor impor kratom menggunakan HS Code
Kratom Powder 1211 Plant and Part. Pontinak Post (2019) menyebutkan
bahwa ekspor Kratom jika dikirim melalui Pos Indonesia harus melalui asosiasi
yang sudah bekerjasama.
Potensi ekonomi kratom secara tidak langsung berdampak pada
potensisosial, khususnya masyarakat Kalimantan. Barat seperti:
 Menciptakan lapangan pekerjaan: Petani/Pekerja kratom/pekerja jasa
(pengakutan/pengiriman kratom): meningkatkan pendapatan keluarga.
 Menurunkan angka putus sekolah: penghasilan yang cukup untuk memberi
bekal pendidikan hingga jenjang yang tinggi
 Mengurangi aktivitas kurang baik (konsumsi alkohol/miras) karena
kesibukan pekerjaan yang tinggi (petani kratom), sehingga angka
kriminalitas menurun
Sejak lima tahun belakangan, kratom tengah menjadi polemik di antara
peneliti dan pembuat kebijakan. Sementara itu para peneliti masih terus
melakukan riset untuk memastikan efek samping penggunaan kratom, para
pemangku kebijakan takut kratom disalahgunakan. Badan Narkotika Nasional
(BNN) mempertimbangkan untuk memasukkan kratom sebagai obat-obatan
Golongan I. BNN meminta Kementerian Kesehatan mengklasifikasikan kratom
sebagai psikotropika, di golongan yang sama seperti heroin dan kokain.
Karena kinerjanya dinilai sama seperti morfin sehingga membuat kratom
menjadi obat herbal yang populer.
Amerika Serikat lewat Drug Enforcement Administration pun pernah
menilai kratom sebagai salah satu obat-obatan yang cukup berbahaya.
Bahkan, pada 2016, lembaga tersebut mengusulkan kratom menjadi obat-
obatan di golongan yang sama dengan heroin, LSD, dan MDMA. Namun
hingga saat ini, kratom masih dilegalkan di Amerika Serikat. Hanya 6 negara
bagian yang memberi status ilegal seperti di Alabama dan Wisconsin.  Di
Eropa kratom ilegal di Irlandia, Swedia, Latvia, Lithuania, Polandia, dan Inggris,
legal di Jerman, Prancis, dan Spanyol.  

4.2 Pembahasan
Kratom di Indonesia dapat ditemukan di beberapa wilayah, seperti
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Pulau Kalimantan terutama
Kalimantan Barat telah lama dikenal sebagaisentra kratom. Salah satu daerah
yang terkenal dengan komoditas kratom di Kalimantan Barat (Putussibau,
Kapuas Hulu). Bertandang ke Kota Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat,
jangan heran bila di pekarangan rumah warga terdapat satu jenis tanaman yang
sama. Tanaman dengan bentuk daun menyirip itu merupakan kratom, tanaman
asli Kapuas Hulu.
Mayoritas masyarakat Putussibau menanam pohon kratom di rumah atau
kebun mereka dan menjual daunnya. Daun kratom biasanya dijual dalam bentuk
basah, kering, remahan (digiling), maupun sudah dalam bentuk tepung. Hingga
saat ini, masih ada cengkarut mengenai aspek legalitasnya. BNN berasumsi
bahwa saat ini adalah masa transisi sampai tahun 2022, ketika Kratom akan
dinyatakan sebagai Narkotika Gol. 1. dalam Permentan Nomor
104/KPTS/HK.104/M/2/2020 tentang Komoditas Binaan Direktorat Jenderal
Hortikultura, kratom yang punya nama latin Mitragyna speciosa ditetapkan
sebagai komoditas tanaman obat binaan.
Terkait legalitas kratom, Bupati Kapuas Hulu Muhammad Nasir meminta
pihak-pihak terkait melakukan kajian mendalam melalui uji laboratorium untuk
melihat seberapa besar dampak negatif kratom. Sejauh ini, kata dia, di wilayah
Kapuas Hulu tidak ditemukan bukti dampak buruk dari konsumsi kratom. Nasir
menegaskan kratom menjadi salah satu komoditas penggerak ekonomi
masyarakat Kapuas Hulu. Tanaman tersebut juga sesuai dengan kondisi
geografis Kapuas Hulu di pinggir Sungai Kapuas yang sering mengalami banjir.
Ia menyebut tanaman kratom tetap bisa tumbuh dan dipanen meskipun sudah
terendam banjir selama 6 bulan. Ia berharap aspek hukum kratom bisa segera
diperjelas agar masyarkat Kapuas Hulu tidak kebingungan dalam
membudidayakan tanaman kratom. Peredaran kratom (Mitragyna speciosa) atau
dikenal juga nama daun purik, diwacanakan dilarang pemerintah melalui Badan
Narkotika Nasional (BNN). Kondisi ini tentunya berdampak kepada para petani
di daerah. Dalam masa transisi pelarangan daun kratom karena di wacanakan
akan masuk kedalam jenis narkotika golongan I harga kratom jenis remahan
turun drastis. Dari semula Rp 35.000 per kg menjadi Rp 25.000 per kg.
Harganya merosot sampai lebih dari Rp 10.000 per kg. dari harga tersebut
pendapatan yang diperoleh petani kratom berkisar antara Rp 1.500.000 sampai
dengan Rp 8.000.000 perbulannya. Dengan pendapatan tersebut sebagian
besar petani kratom mampu memenuhi kebutuhan hidup dan membiayai
pendidikan anak serta tidak adanya pengeluran untuk membeli beras. Hal ini
diperkuat terhadap observasi kepada masyarakat petani kratom yang
memperhatikan bahwa petani kratom dari hari kehari mempunyai rumah yang
makin bagus, karena pembangunan rumah yang terus dibangun, makanan yang
lebih beragam, adanya perubahan dari jenis kendaraan yang digunakan mulai
dari sepeda motor bahkan mobil, serta alat komunikasi yang canggih berupa
telepon seluler (Simamora, 2020).
Perubahan mata pencaharian masyarakat petani asal Putussibau Utara
menjadi petani dan pedagang kratom, berdampak besar terhadap meningkatnya
nilai taraf hidup, kebudayaan, dan pola interaksi masyarakat. Peralihan sumber
mata pencaharian ini menyebabkan timbulnya perubahan interaksi sosial
maupun hubungan kerja antara satu dengan yang lain. Interaksi sosial yang
terjadi antar pedagang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam kegiatan
ekonomi.
Dalam masa transisi pelarangan tanaman kratom akan dilakukan
pembinaan kepada petani Kratom untuk alih tanaman dari Kratom ke tanaman
produksi lainnya. Badan POM sebenarnya juga telah melarang penggunaan
kratom sebagai obat tradisional dan suplemen makanan. Hal ini diwujudkan
melalui keputusan kepala badan POM Nomor HK 00.05.23.3644 tahun 2004
tentang ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen makanan dan peraturan
kepala badan POM tahun 2005 Nomor HK 00.05.41.1384 tentang kriteria dan
tatalaksana pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka
serta surat edaran badan POM nomor HK. 04.4.42.421.09.16.1740 tahun 2016
tentang pelarangan penggunaan mitragyna speciosa (kratom) dalam obat
tradisional dan suplemen makanan.
Pelarangan penggunaan kratom sebagai obat herbal oleh badan POM
disinyalir disebabkan karena efek stimulan kratom pada dosis rendah dan efek
sedative-narkotika kratom pada dosis tinggi. Dalam beberapa hal yang
disampaikan di atas, kratom mempunyai berbagai macam efek pada manusia.
Oleh sebab itu, sebaiknya penggunaan kratom sebagai obat herbal, dibatasi
dalam penggunaannya oleh masyarakat untuk menghindari efek samping yang
tidak diharapkan.

BAB V
Penutup

5.1 Kesimpulan
a. Kratom bernilai ekonomi tinggi karena permintaan ekspor sebagai obat herbal
yang meningkat dalam beberapa tahun ini. Amerika adalah salah satu negara
yang mengimpor sebagian besar kebutuhan akan kratom dari Indonesia.
Tingginya permintaan luar negeri terhadap kratom sebagai obat herbal
tersebut, mengangkat potensi kratom sebagai salah satu komoditas ekspor
dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil kratom terbesar dan
terbaik di dunia.
b. Petani yang bergerak di perkebunan rakyat khususnya di Kapuas Hulu banyak
merasakan keuntungan dari budidaya kratom setelah harga karet dunia
merosot. Ketertarikan petani memilih menanam kratom didasarkan atas
beberapa alasan yaitu kratom mudah dirawat, cepat panen, harga jual tinggi
dan dapat dipanen setiap hari tanpa tergantung cuaca. Dengan adanya
kesibukan dari warga masyarakat pada kurun waktu sepanjang hari dari pagi
sampai sore (berbeda dengan petani karet yang biasanya bekerja hanya pagi
hari), maka waktu luang yang ada semakin sempit dan menjadikan
penghasilan mereka bertambah karena kratom memiliki nilai jual yang cukup
bagus.
c. Peredaran kratom (Mitragyna speciosa) atau dikenal juga nama daun purik,
diwacanakan dilarang pemerintah melalui Badan Narkotika Nasional (BNN).
Badan Narkotika Nasional (BNN) telah memasukkan mitraginin ke dalam
New Psychoactive Substance dan telah merekomendasikan untuk dimasukkan
ke dalam narkotika golongan I. Rekomendasi ini masih belum ditetapkan lebih
lanjut dalam revisi Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Dalam masa transisi pelarangan tanaman kratom akan dilakukan
pembinaan kepada petani Kratom untuk alih tanaman dari Kratom ke tanaman
produksi lainnya. Badan POM sebenarnya juga telah melarang penggunaan
kratom sebagai obat tradisional dan suplemen makanan. Pelarangan
penggunaan kratom sebagai obat herbal oleh badan POM disebabkan karena
efek stimulan kratom pada dosis rendah dan efek sedative-narkotika kratom
pada dosis tinggi.
d. Dampak budidaya kratom dari segi ekonomi secara tidak langsung berdampak
juga pada kehidupan sosial. Kratom mempunyai potensi ekonomi tinggi dan
yang juga memberikan dampak potensi sosial yang positif. Diantaranya
menciptakan lapangan pekerjaan, menurunkan angka putus sekolah dan
mengurangi kriminalitas dan aktivitas kurang sosial baik seperti konsumsi
minuman beralkohol.
5.2 Saran

a. Kratom memiliki potensi yang sangat besar untuk di eksplorasi


pemanfaatannya melalui penelitian. Penelitian yang dilakukan hendaknya
sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 41 tahun 2006 dimana kegiatan penelitian kratom di Indonesia harus
mendapatkan izin resmi dari Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
b. Pemerintah diharapkan segera mengeluarkan regulasi yang mengatur
tentang penggunaan kratom mengingat kemanfaatan dan keamanan kratom
masih terus menjadi bahan perdebatan. Selain itu, regulasi diperlukan untuk
memberikan kepastian hukum kepada para petani yang saat ini masih
menggantungkan mata pencahariannya dari budidaya kratom.
c. Kratom yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat mengangkat kehidupan
perekonomian masyarakat. Yakni petani kratom yang pada awal merupakan
petani karet, perlu mendapatkan alternatif keterampilan budidaya tanaman
lain, yang menjanjikan dan juga bernilai ekonomi tinggi. Hal ini mengingat
beralihnya petani karet menjadi petani kratom karena berbudidaya kratom
dinilai lebih menguntungkan secara ekonomi. Siklus panen yang singkat,
perawatan yang mudah dan murah serta menghasilkan keuntungan yang
besar.
d. Masa transisi perlu dilakukan sedari dini sebagai upaya antisipasi dan
pembinaan kepada petani Kratom untuk alih tanaman dari Kratom ke
tanaman produksi lainnya yang juga bernilai ekonomi tinggi.
Daftar Pustaka

Anita, Aminuyati, dan Ulfah, M. Analisis Pendapatan Petani Kratom dalam


Membantu Pembiayaan Pendidikan Anak Desa Sungai Uluk Palin. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. 2019
Hikmawati, Fenti. 2019. Metodologi Penelitian. Depok : PT Raja Grafindo Persada.
La’store. (2013). Daun Kratom dan Manfaatnya untuk Kesehatan (internet), Daun
Kratom dan Manfaatnya untuk Kesehatan. Dari: (Akses tanggal 18 oktober 2016).
NPGS. (2012). Mitragyna Speciosa Information. Tersedia dalam
https://npgsweb.arsgrin.gov/gringlobal/taxonomydetail.aspx?417532 (Akses tanggal
20 oktober 2016).
Wahyono S, dkk. (2019). Kratom Prospek Kesehatan dan Sosial Ekonomi. Jakarta :
Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Badan Pusat Statistik (BPS). “Kalimantan Barat 2019”. Katalog BPS 1102001.1375
diakses dari http://www.bps.go.id/, diakses pada tanggal 25 Januari 2021 pada jam
12.37 WIB
Basri ,Ahmad Fawzi Mohd dan Veithzal Rivai, 2005. Performance Appraisal.
Cetakan Pertama, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Boediono, 1999. “ Teori Pertumbuhan Ekonomi” . Yogyakarta : BPFE Bungin,
Burhan. 2001.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Tahun 2019. 2020.
Bappeda & PM Kalimantan Barat.
Simamora ,Hot Jungjungan. Peralihan Sistem Mata Pencaharian Dan Pola Interaksi
Masyarakat Petani Kratom Di Kecamatan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu
Kalimantan Bara. Jurnal Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Provinsi
Kalimantan Barat. 2020
Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2005. Peraturan Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor. HK.00.05.41.1384.
Carpenter JM, Criddle CA, Craig HK, Ali Z, Zhang Z, Khan IA, Sufka KJ. 2016.
Comparative effects of Mitragyna speciosa extract, mitragynine, and opioid agonists
on thermal nociception in rats. J Fitote. 109:87-90.
Chan KB, Pakiam C, Rahim RA. 2009. Psychoactive plant abuse: the identification of
mitragynine in ketum and ketum preparations. Bulletin on Narcotics LVII. (1/2):249-
256.
European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction [EMCDDA]. Kratom
(Mitragyna speciosa). Diakses: http://www.emcdda.europa.eu/publications /drug-
profiles/kratom/de ( di akses Januari 2021).

Anda mungkin juga menyukai