Anda di halaman 1dari 10

DRAKULA (DRAGON FRUIT KONSUMSI PENUNDA LAPAR) UPAYA

PEMANFAATAN AMPAS BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) SEBAGAI


STRATEGI PENGHIJAUAN LINGKUNGAN

Disusun oleh:

Utari Akhir Gusti 17031081/2017


Junida Fitriani Siregar 17031152/2017

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


PADANG
2018
PENGESAHAN ESSAY ILMIAH PIKOM-G

1. Judul Karya Tulis : DRAKULA (Dragon Fruit Konsumsi Penunda


Lapar) Upaya Pemanfaatan Ampas Buah Naga
(Hylocereus polyrhizus) sebagai Strategi
Penghijauan Lingkungan
2. Sub Judul Lingkungan

3. Ketua Essay : Utari Akhir Gusti


a. NIM : 17031081
b. Jurusan : Biologi
c. Universitas : Universitas Negeri Padang
d. Alamat dan Nomor : Pesisir Selatan dan 082387356996
Telp/hp
e. Email : Utariakhir_g@yahoo.co.id
4. Anggota Pelaksana : 1
5. Dosen Pendamping
a. NamaLengkap : Drs. Ardi, M.Si.
b. NIP : 19660606 199303 1 004
c. Alamat Rumah dan : Jl. Damar I No. 4 Padang dan 081319543747
No Tel./Hp
Padang, 20 April 2018

Ketua Kelompok

Drs. Ardi, M.Si. Utari Akhir Gusti


NIP. 19660606 199303 1 004 NIM. 17031081
SURAT PERNYATAAN KETUA ESSAY

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Utari Akhir Gusti
NIM : 17031081
Program Studi : Pendidika Biologi
Fakultas : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dengan ini menyatakan bahwa essay ilmiah dengan judul “DRAKULA


(Dragon Fruit Konsumsi Penunda Lapar) Upaya Pemanfaatan Ampas
Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) sebagai Strategi Penghijauan
Lingkungan” merupakan murni hasil pikiran dari penulis/kelompok.

Bila mana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan


ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan
yang berlaku saat perlombaan berlangsung.

Padang, 20 April 2018


Yang menyatakan,

Utari Akhir Gusti


NIM.17031081
DRAKULA (Dragon Fruit Konsumsi Penunda Lapar) Upaya Pemanfaatan Ampas
Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) sebagai Strategi Penghijauan Lingkungan

Lingkungan adalah suatu hal yang penting dalam siklus kehidupan


manusia. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi “Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain”. Lingkungan sebagai sumber daya merupakan aset yang dapat
menyejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai dengan perintah Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa,
bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dipergunakan untuk
sebesar-bersarnya untuk kemakmuran rakyat.
Seiring perkembangan globalisasi yang semakin pesat, dengan jumlah
penduduk yang meningkat dari tahun ke tahun, yang menyebabkan tingginya
tingkat konsumsi penduduk. Tingginya tingkat konsumsi penduduk mampu
menghasilkan limbah atau sampah yang hanya dibuang kelingkungan secara
sembarangan. Limbah dan sampah berpotensi besar dalam pencemaran
lingkungan karena menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup serta
merusak ekosistem alaminya. Dampak negatif dari menurunnya kualitas
lingkungan hidup, baik karena terjadinya pencemaran atau kerusakannya sumber
daya alam adalah timbulnya ancaman atau dampak negatif terhadap kesehatan,
menurunnya nilai estetika, kerugian ekonomi (economic cost), dan terganggunya
sistem alami (natural system) seperti gersangnya suatu lahan akibat dari limbah
dan sampah yang hanya dibuang secara sembaranagn kelingkungan.
Permasalahan sampah selalu meresahkan kota-kota di dunia menghasilkan
sampah hingga 1.3 miliar ton setiap tahunnya. Bank dunia memperkirakan pada
2025 produksi sampah dunia akan meningkat drastis menjadi 2,2 miliar ton.
Jumlah tumpukan sampah per hari diperkirakan 175.000 s.d 176.000 ton/hari atau
64 juta ton/tahun (2004). Jumlah tersebut akan meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kebudayaan Republik Indonesia
menargetkan partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah itu terealisasi pada
tahun 2016-2018. Pengelolaan sampah akan dimulai dari lingkup rumah tangga
dan nantinya berkembang dalam lingkup yang luas. Partisipasi masyarakat
mengelola sampah tersebut akan mengurangi residu ketempat pembuangan akhir
(TPA). Berdasarkan data kementrian LHK sampah organik menepati urutan
pertama yaitu sebanyak 38,40% atau sekitar 60% dari jumlah sampah di Indonesia
dengan penyumbang sampah terbesar di Indonesia berasal dari sampah rumah
tangga sebesar 48%.
Dengan tercemarnya lingkungan hidup oleh limbah dan sampah nilai
estetika dari lingkungan tersebut akan menurun, lingkungan yang tercemar
tersebut akan terlihat kumuh dan tidak dapat digunakan untuk kepentingan sehari-
hari. Konflik yang terjadi antara pemerintah daerah dan masyarakat
mengindikasikan perencanaan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah belum
optimal. Tanpa menangani sumber sampah secara baik, masalah sampah tidak
akan pernah selesai. Salah satu solusi yang dapat diterapkan pada sistem
pengelolaan sampah adalah memberdayakan masyarakat yang menghasilkan
sampah. Masyarakat dapat mengolah sampah secara mandiri sehingga jumlah
sampah yang dihasilkan dapat diminimalkan. Paradigma baru pengelolaan sampah
bertumpu pada upaya mengurangi sampah sebanyak mungkin dari sumbernya
akan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA.
Di Indonesia penanganan pengelolaan sampah masih sepenuhnya
dibebankan kepada pemerintah. Sampah yang berasal dari berbagai sumber
dikumpulkan dalam suatu lokasi yang disebut Tempat Penampungan Sampah
Sementara (TPS) untuk selanjutnya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA). Sistem pengelolaan seperti ini masih banyak menimbulkan masalah,
karena keterbatasan dana, peralatan dan tenaga yang dimiliki oleh pemerintah.
Masih banyak kejadian penumpukan sampah di TPS karena tidak terangkut oleh
petugas kebersihan, seperti yang terjadi di kota Padang, penumpukan sampai di
pusat kota yang meresahkan masyarakat.
Buah naga atau lazim juga disebut pitaya, terakhir ini menjadi salah satu
buah yang popular di kalangan masyarakat. Buah yang termasuk kelompok kaktus
atau family cactaceae ini sangat digemari oleh masyarakat untuk konsumsi. Rasa
yang manis dan segar pada buah naga membuat para konsumennya ketagihan,
buah naga juga memiliki berbagai khasiat obat yang bermanfaatkan bagi
kesehatan tubuh. Menurut Mahadianto (2007) buah naga memiliki cukup banyak
khasiat bagi kesehatan diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah,
membersihkan darah, menguatkan ginjal, menyehatkan lever, perawatan
kecantikan, menguatkan daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata,
mengurangi keluhan panas dalam dan sariawan, menstabilkan tekanan darah,
mengurangi keluhan keputihan, mengurangi kolesterol, mencegah kanker usus
serta mencegah sembelit dan memperlancar feses.
Beberapa kandungan buah naga yang penting bagi kesehatan antara lain
vitamin C, kalsium, fosfor, serta serat. Vitamin C paling tinggi terdapat pada buah
naga putih jenis Hylocereus undatus. Kandungan fosfor dan serat yang paling
tinggi terdapat pada Hylocereus polyrhizus, atau lebih dikenal sebagai buah naga
merah, sedangkan kandungan kalsium palinf tinggi terdapat pada buah naga
kuning (Selenicereus megalanthus), jenis ini jarang ditanam di Indonesia. Selain
kandungan vitamin C yang tinggi, buah naga mengandung 80% air (Simatupang,
2007). Zat nutrisi lain yang terkandung di dalam buah naga ialah serat, kalsium,
zat besi, fosfor yang cukup bermanfaat untuk mengatasi penyakit darah tinggi.
Buah naga yang berdaging merah juga baik untuk memperbaiki penglihatan mata
karena mengandung karotenoidnya yang tinggi. Fitokimia di dalam buahnya juga
diketahui dapat menurunkan resiko kanker.
Kandungan yang terdapat dalam Kulit buah naga tidak kalah penting
dengan kandungan buah naga itu sendiri seperti antioksidan (DPPH) dan
antosianin. Antosianin dapat berfungsi untuk merendahkan kadar kolesterol dalam
darah. Sedangkan kulitnya yang mempunyai berat 30% - 35% dari berat buah
belum dimanfaatkan dan hanya dibuang sebagai sampah sehingga dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan. Hal ini sangat disayangkan karena kulit
buah naga mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan kulit buah naga
menurut penelitian yang dilakukan oleh Li Chen Wu (2005) adalah kaya
polyphenol dan sumber antioksidan yang baik. Bahkan menurut studi yang
dilakukannya terhadap total phenolickonten, aktivitas antioksidan dan kegiatan
antiproliferative, kulit buah naga merah adalah lebih kuat inhibitor pertumbuhan
sel-sel kanker daripada dagingnya dan tidak mengandung toksik. Oleh karena itu
kulit buah naga sangat layak untuk dijadikan bahan baku produk olahan, salah
satunya adalah dijadikan bahan baku makanan penunda lapar (manisan).
Maka dari itu perlu usaha untuk membangkitkan pemanfaatan kulit buah
naga, yang biasanya menjadi sampah di kalangan masyarakat, dengan cara yang
lebih efektif dan menarik. Secara psikologis, makanan penunda lapar (makanan
ringan) lebih banyak diminati khususnya manisan, tidak hanya diminati
dikalangan anak-anak namun juga dikalangan orang dewasa. Oleh sebab itu,
dalam proses peningkatan manfaat kulit buah naga tentu dibutuhkan usaha yang
keras untuk membuat makanan yang tidak hanya mengenyangkan tapi juga
menyehatkan bagi kesehatan manusia pada umumnya.
DRAKULA merupakan makanan penunda lapar yang tidak hanya
mengenyangkan namun menyehatkan bagi kesehatan masyarakat, seperti
merendahkan kadar kolesterol dalam darah dan membunuh sel-sel kanker didalam
tubuh manusia, karena mengandung antioksidan (DPPH) dan antosianin yang
tinggi. DRAKULA dibuat dengan semaksimal mungkin untuk menarik minat
masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsinya. DRAKULA ini juga dibuat tanpa
penyedap buatan, yang biasanya terdapat pada manisan yang sering dikonsumsi
dikalangan masyarakat yang dapat membahayakan kesehatan bagi yang
mengkonsumsinya.
Adapun proses pengolahan kulit buah naga menjadi manisan yaitu:
Pertama, bersihkan kulit buah naga sampai bersih dari kotoran yang terdapat pada
kulit buah naga tersebut dan potong kulit buah naga tipis-tipis agar pada saat
direndam dalam air gula lebih meresap dan menghilangkan rasa pahit pada kulit
buah naga tersebut. Kedua, masukan kulit buah naga kedalam air yang telah di
campur gula pasir dan garam, tujuan pemberian garam agar manisan tersebut lebih
tahan lama. Kulit buah naga tersebut direndam didalam air yang telah dicampur
garam dan gula pasir selama 2-3 hari supaya mendapatkan hasil yang lebih
maksimal. Ketiga, angkat kulit buah naga yang telah direndam selama 2-3 hari
tersebut dan diamkan selama 1-2 jam agar manisan kulit buah naga tersebut
mengering, setelah itu manisan kulit buah naga dapat dinikmati selain enak namun
juga menyehatkan bagi tubuh manusia dan menjadi makanan alternatif penunda
lapar.
Adapun kelebihan DRAKULA yaitu pertama, dari segi lingkungan dapat
dijadikan sebagai salah satu upaya mencengah pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan oleh sampah organik khususnya sampah yang dihasilkan dari kulit
buah naga tersebut. Pencemaran lingkungan yang dapat mengurangi daya dukung
terhadap lingkungan mampu menyebabkan gersangnya suatu daerah. Oleh karena
itu, dengan adanya DRAKULA mampu meningkatkan peghijauan lingkungan.
Kedua, dari segi kesehatan, Makanan yang sehat yang banyak mengandung zat-
zat yang dibutuhkan tubuh seperti: antioksidan (DPPH) dan antosianin yang
mampu mencegah penyakit kanker. Ketiga, dari segi ekonomi, DRAKULA dapat
dijadikan sebagai UMKM yang mampu meningkatkan perekonomian di Indonesia
karena bahan dari DRAKULA yang berasal dari dari kulit buah naga yang hanya
menjadi sampah bagi masyarakat, sehingga tidak memerlukan dana besar dalam
pengelolaannya. Maka dengan adanya DRAKULA dapat mengurangi jumlah
sampah yang dihasilkan oleh buah naga khususnya. Kulit buah naga yang hanya
dibuang kelingkungan secara sembarangan tanpa memikirkan akibat yang di
timbulkan. DRAKULA adalah makanan penunda lapar yang mampu mengurangi
resiko kanker, yang akhir-akhir ini menjadi penyakit nomor 1 pembunuh manusia
di dunia, sehingga dengan DRAKULA (Dragon Fruit Konsumsi Penunda Lapar)
alternatif pembasmi kanker, selain rasanya yang manis yang banyak disukai
masyarakat tapi juga menyehatkan dan sebagai salah satu upaya penghijauan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Langseth, Lilian. 1995. Oxidant, Antioxidant, and Disease Prevention.


International Life Science Institute press. Belgium.

Li Chen Wu, Hsiu-Wen Hsu, YunChen Chen, Chih-Chung Chiu, Yu-In Lin and
Annie Ho . 2005. Antioxidant And Antiproliferative Activities Of Red

Reynertson. K.A., 2007. Phytochemical Analysis of Bioactive Constituens from


Edible Myrtaceae Fruit, Dissertation. The City University of New York.
New York.

Reynertson. K.A., 2007. Phytochemical Analysis of Bioactive Constituens from


Edible Myrtaceae Fruit, Dissertation. The City University of New York.
New York.

Saati, Elfi Anis. 2009. Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga
Merah (Hylocareus costaricensis) Pada Beberapa Umur Simpan Dengan
Perbedaan Jenis Pelarut. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
JIPTUMMDPPM. UMM. Malang

Silalahi, Jansen. 2006. Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin


Dunia Kedokteran No. 153, 2006 .http://www.kalbe.co.id

Soedjono, 1979, Pengamanan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Akibat


Industri, Alumni, Bandung
Lampiran

Gambar 1. Ampas Buah Naga

Gambar 2. Ampas Buah Naga Yang Sudah Dibersihkan

Gambar 3. Rendaman Ampas Buah Naga


Gambar 4. Manisan Buah Naga

Anda mungkin juga menyukai