Anda di halaman 1dari 8

MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI

LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL PADA SISWA KELAS X SMA


NEGERI 1 GETASAN, KABUPATEN SEMARANG

Maya Theofany Kesitawahyuningtyas


Alumni Program Studi Bimbingan dan Konseling
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

Sumardjono Padmomartono
sumardjonopm@staff.uksw.edu
Program Studi Bimbingan dan Konseling,
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa


SMA Negeri 1 Getasan, Kabupaten Semarang melalui layanan bimbingan klasikal. Penelitian
eksperimen semu ini menggunakan desain pretest dan posttest. Ditetapkan 20 siswa kelas
X.1 sebagai kelompok eksperimen dan 20 siswa kelas X.2 sebagai kelompok kontrol
berdasarkan perolehan skor yang rendah pada skala komunikasi interpersonal. Kelompok
eksperimen mendapatkan bimbingan klasikal dengan materi untuk meningkatkan
komunikasi interpersonal selama 5 (lima) sesi. Untuk menguji perbedaan perolehan skor
komunikasi interpersonal digunakan analisis Mann Whitney dengan p = 0,000  0,050
pada mean rank pretest kelompok eksperimen 10,75 dan mean rank posttest kelompok
eksperimen 30,25. Selisih mean rank pretest dan mean rank posttest kelompok eksperimen
sebesar 19,50 artinya ada peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal yang
signifikan setelah siswa menempuh bimbingan klasikal selama 5 sesi. Disimpulkan bahwa
bimbingan klasikal dapat meningkatkan secara signifikan komunikasi interpersonal siswa kelas
X.1 SMA Negeri 1 Getasan, Kabupaten Semarang.
Kata Kunci: Komunikasi interpersonal, Bimbingan Klasikal, Siswa SMA Kelas X

PENDAHULUAN perilaku seseorang, karena sifatnya yang


dialogik dalam percakapan.
Komunikasi sangat dibutuhkan
Komunikasi interpersonal siswa
karena individu sebagai makhluk sosial
berkaitan dengan peningkatan pergaulan di
tidak mampu bertahan menjalani kehidupan
lingkungan sekolah maupun lingkungan
sendiri, sehingga dibutuhkan kemauan
rumah. Bagi siswa yang terpenting adalah
untuk memiliki dan menjalin hubungan
menjadikan komunikasi sebagai sarana
yang positif dengan orang lain (Rakhmat,
untuk bergaul dengan teman sebaya. Siswa
2003). Effendy (2004) menyatakan komuni-
yang kurang mampu mengembangkan
kasi interpersonal adalah komunikasi antara
keterampilan komunikasi interpersonal
komunikator dengan komunikan, komuni-
berakibat siswa sulit memulai interaksi dan
kasi jenis ini dianggap paling efektif dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan. Upaya
upaya mengubah sikap, pendapat atau
untuk meningkatkan keterampilan komuni-

63
Satya Widya, Vol. 30, No.2. Desember 2014: 63-70

kasi interpersonal siswa telah dilakukan oleh ketika melakukan relasi komunikasi dengan
Trisnaningtyas dan Nursalim (2010) melalui teman sebaya atau dengan para guru. Hal
penerapan latihan asertif. Dalam penelitian ini disebabkan karena siswa cemas untuk
pengembangan, Dewi (2013) mendesain memulai berkomunikasi apalagi siswa baru
program bimbingan pribadi sosial untuk kelas X dan masih perlu menyesuaikan diri
mengembangkan hubungan interpersonal dengan lingkungan dan orang-orang yang
peserta didik kelas XI SMA Negeri 11 baru. Siswa enggan menyampaikan masalah
Bandung dengan temuan adanya daya penga- pribadi sosial. Kesulitan yang dialami siswa
ruh yang cukup baik berupa peningkatan khususnya pada masalah kurang terampil
skor rerata dari pretest 211,60 menjadi rerata melakukan komunikasi interpersonal dengan
227,25 pada posttest keterampilan menjalin sesama siswa dan orang dewasa di lingkung-
hubungan interpersonal. an sekolah. Kesulitan yang dikemukakan
Berdasarkan wawancara dengan yaitu tidak berani mengemukakan pendapat
guru bimbingan dan konseling di SMA di depan kelas, malu, ragu-ragu karena cemas
Negeri 1 Getasan, selama ini guru bimbingan melakukan kesalahan, merasa rendah diri
dan konseling di SMA Negeri 1 Getasan dan kurang dapat bergaul dengan teman.
menye- lenggarakan layanan orientasi agar Berdasarkan uraian latar belakang,
siswa mengenal lingkungan sekolah dengan penulis tertarik untuk melakukan eksperimen
baik dan menjalin hubungan yang efektif guna meningkatkan komunikasi interpersonal
dengan warga sekolah, bersikap sopan, ramah melalui layanan bimbingan klasikal pada
serta berakhlak mulia. Guru bimbingan dan siswa kelas X SMA Negeri 1 Getasan
konseling di SMA Negeri 1 Getasan meman- Kabupaten Semarang.
dang perlu diselenggarakan layanan bimbing-
KAJIAN TEORI
an klasikal dengan berbagai macam variasi
kegiatan materi yang dibutuhkan siswa Komunikasi Interpersonal
untuk meningkatkan keterampilan komuni- Devito (2009) mendefinisikan komu-
kasi interpersonal. Siswa berhak mendapat- nikasi interpersonal sebagai proses pengi-
kan bekal pengetahuan dari guru bimbingan riman dan penerimaan pesan-pesan antara
dan konseling khususnya bagi siswa yang dua orang, atau di antara sekelompok kecil
kurang mampu melakukan interaksi dan orang-orang dengan beberapa efek dan be-
penyesuaian diri di lingkungan sosial siswa berapa umpan balik seketika. Hovland
tersebut. Bimbingan klasikal sering disebut (2007) mengemukakan bahwa komunikasi
sebagai layanan dasar yakni layanan bantuan adalah proses seseorang memindahkan
bagi siswa melalui kegiatan kegiatan klasi- perangsang yang berbentuk lambang kata-
kal yang disajikan secara sistematik, dalam kata untuk mengubah perilaku orang lain.
rangka membantu siswa mengembangkan Dapat disimpulkan komunikasi interper-
potensinya secara optimal (Yusuf dan sonal adalah komunikasi antara individu
Nurihsan, 2008). dengan individu lain untuk melakukan
Hasil wawancara dan diskusi yang penyampaian informasi melalui proses
dilakukan dengan kepala sekolah, wali kelas interaksi antar individu; individu melakukan
dan guru bimbingan dan konseling di SMA interaksi dengan orang lain dengan tujuan
Negeri 1 Getasan mengenai siswa kelas X, mengubah sikap, pendapat atau perilaku
ditemukan siswa mengalami ketegangan individu yang bersifat dialogik yaitu berupa

64
percakapan dengan melibatkan unsur Komunikasi interpersonal mengan-
pribadi secara utuh dalam penyampaian dan dung banyak implikasi bagi kehidupan
penerimaan pesan secara nyata dengan efek siswa. Manusia yang hidup berkelompok
umpan balik secara langsung. lebih besar peluang bertahan hidup dibanding-
Komunikasi interpersonal merupakan kan dengan manusia yang menyendiri
fenomena dinamik dan kompleks yang hidupnya. Manusia yang hidup berkelompok
melibatkan setidaknya dua komunikator. memiliki kemampuan mengembangkan
Kedua komunikator itu secara sengaja saling ikatan yang amat besar kesempatannya untuk
berorientasi sebagai subyek dan obyek mewariskan sifat-sifat pertahanan hidup
komunikasi yang tindakannya melambangkan kepada generasi berikutnya. Siswa yang
wawasan masing-masing, baik kepada diri memiliki keterampilan lebih tinggi dalam
sendiri maupun pada pasangan komunikasi- komunikasi interpersonal lebih mampu
nya. Pada intinya, komunikasi interpersonal beradaptasi dengan stres, lebih menikmati
merupakan interaksi yang berarah-tujuan kepuasan dalam pergaulan dengan banyak
diantara setidaknya dua orang yang secara teman serta kurang terganggu oleh perasaan
khas berlangsung pada lingkungan bersimuka tertekan/depresi atau cemas.
(face-to-face environment). Meskipun Agar komunikasi interpersonal ber-
demikian, akhir-akhir ini kecenderungan langsung efektif, Devito (2009) mengemu-
pakar komunikasi bergeser kajiannya tentang kakan komunikasi interpersonal perlu
komunikasi interpersonal yang dimediasi dimulai dengan lima aspek yaitu keterbuka-
oleh teknologi komunikasi. an (openness), empati (empathy), sikap
Komunikasi interpersonal diartikan mendukung (supportiveness), sikap positif
pula sebagai proses bertukar pesan antara (positiveness) dan kesetaraan (equality).
orang-orang yang kehidupannya saling Efektifitas komunikasi interpersonal amat
mempengaruhi dalam pola unik yang selaras strategik sebagai upaya untuk menciptakan
dengan norma sosial budaya. Pengertian ini kebahagiaan hidup siswa, karena: (1) komuni-
menonjolkan fakta bahwa komunikasi inter- kasi interpersonal membantu perkembangan
personal melibatkan dua atau lebih individu intelektual dan sosial siswa. (2) identitas/
yang saling bergantung sampai pada taraf jati diri siswa terbentuk di dalam dan mela-
tertentu serta yang membangun ikatan unik lui komunikasi dengan orang lain. (3) me-
berdasarkan konteks lingkungan sosial mahami realitas di sekeliling siswa serta me-
budaya. Dengan demikian, saling sapa sejenak nguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian
dengan petugas kantin di sekolah yang sebe- yang siswa miliki tentang dunia di sekitarnya.
narnya belum siswa kenal tidak dapat dikata- (4) kesehatan mental siswa sebagian besar
kan sebagai komunikasi interpersonal, karena juga ditentukan oleh kualitas komunikasi
siswa dan petugas kantin itu tidak sedang atau efektifitas hubungan siswa dengan
saling mempengaruhi dalam pola yang ber- siswa lain.
makna. Jika petugas kantin sekolah itu po- Bimbingan dan Konseling di Sekolah
sisinya sebagai seorang teman karib, anggo- berdasarkan pada aspek perkembangan yang
ta keluarga, atau tetangga sebelah rumah, dirumuskan dalam standar kompetensi
maka komunikasi siswa dengannya termasuk kemandirian peserta didik (Depdiknas,
dalam kategori komunikasi interpersonal. 2008), berkenaan dengan komunikasi
interpersonal siswa di jenjang pendidikan

65
Satya Widya, Vol. 30, No.2. Desember 2014: 63-70

SMA yaitu mengupayakan kematangan Komponen layanan dasar bersifat develop-


hubungan dengan teman sebaya dan kesadar- mental, sistematik, terstruktur dan disusun
an tanggung jawab sosial. Guru bimbingan untuk meningkatkan kompetensi belajar,
dan konseling yang didukung oleh personalia pribadi, sosial dan karir. Layanan dasar
sekolah wajib melengkapi siswa dengan merupakan layanan yang terstruktur untuk
bekal untuk mencapai aspek-aspek perkem- semua peserta didik, tanpa mengenal
bangan yang penting guna meningkatkan perbedaan gender, ras atau agama, mulai
keterampilan siswa dalam melakukan taman kanak-kanak sampai kelas XII SMA/
komunikasi interpersonal. Secara khusus SMK (K-12), disajikan melalui kegiatan
bimbingan dan konseling bertujuan untuk klasikal untuk memenuhi kebutuhan per-
membantu konseli agar dapat mencapai kembangan dalam bidang belajar, pribadi,
tugas-tugas perkembangannya yang meliputi sosial, dan karir peserta didik.
aspek pribadi, sosial, belajar/akademik dan Penyelenggaraan bimbingan klasikal
karir. bercirikan layanan bimbingan yang dilaku-
kan oleh pembimbing di dalam kelas. Dalam
Bimbingan Klasikal
kegiatan ini pembimbing membelajarkan
Bimbingan klasikal yaitu layanan berbagai kecakapan dan materi bimbingan
bantuan bagi siswa yang berjumlah antara melalui berbagai pendekatan dan teknik
20 40 orang melalui kegiatan klasikal yang yang dimaksudkan untuk meningkatkan
disajikan secara sistematik, bersifat pengem- pengetahuan dan/atau keterampilan kepada
bangan dan preventif serta mengupayakan siswa sehingga dapat menggunakannya
pemahaman diri dan pemahaman tentang untuk mencapai perkembangan yang optimal
orang lain yang berorientasi pada bidang dalam bidang akademik, pribadi-sosial, dan
pembelajaran, pribadi, sosial dan karir karir. Karena diberikan di dalam setting
dengan tujuan menyediakan informasi yang kelas, maka bimbingan klasikal, secara
akurat dan dapat membantu individu untuk umum diselenggarakan dengan meng-
merencanakan pengambilan keputusan gunakan metode yang menyerupai pembe-
dalam hidupnya serta mengembangkan lajaran. Atas dasar inilah maka bimbingan
potensi secara optimal. Tujuan bimbingan klasikal juga didefinisikan sebagai pembe-
klasikal adalah membantu individu agar lajaran tentang perkembangan secara
mampu menyesuaikan diri, mengambil terstruktur dan sistematik yang dirancang
keputusan untuk hidupnya sendiri, beradap- untuk membantu siswa mencapai kompetensi
tasi dalam kelompok, menerima dukungan, perkembangan yang diharapkan sesuai
dapat memberi dukungan pada teman dengan taraf perkembangan yang sedang
sebaya (Siwabessy dan Hastoeti, 2008). dialami.
Layanan bimbingan klasikal meru- Oleh sifatnya yang terstruktur dan
pakan layanan preventif sebagai upaya pen- sistematik, maka kegiatan bimbingan dapat
cegahan terjadinya masalah yang secara dan seharusnya berisikan materi kegiatan
spesifik diarahkan pada proses yang pro- yang telah diprogramkan terlebih dahulu
aktif. Berdasarkan model ASCA (asosiasi secara jelas, baik dalam bentuk program
konselor sekolah di Amerika) bimbingan besar (tahunan atau semesteran) dan pro-
klasikal merupakan bentuk kegiatan yang gram kecil atau detil dalam bentuk satuan
termasuk ke dalam komponen layanan dasar. kegiatan (yang dikenal dengan Satuan

66
Layanan Bimbingan dan Konseling (Satlan bagi siswa dapat menyampaikan permasalah-
BK), Rencana Pelaksanaan Bimbingan dan an kelas atau “mencurahkan isi hati” di
Konseling (RPBK) dan kini RPL (Rencana dalam kelas. 3) Terjadinya tatap muka,
Pelaksanaan Layanan). Karena telah dipro- dialog dan observasi guru BK terhadap
gramkan, maka bimbingan klasikal lebih kondisi siswa dalam suasana belajar di
berfungsi pengembangan dan preventif. dalam kelas. 4) Pemahaman terhadap pikiran,
Jika guru pembimbing mempertimbangkan perasaan, kehendak dan perilaku siswa
alokasi waktu dalam melayangkan bimbing- sebagai upaya pencegahan, penyembuhan,
an klasikal dalam perspektif kegiatan perbaikan dan pemeliharaan serta pengem-
bimbingan secara keseluruhan, bobot bangan.
alokasi waktu kegiatan bimbingan klasikal
METODE PENELITIAN
adalah antara 35% - 45% untuk jenjang SD;
25% - 35% di jenjang SMP dan 15% - 25% Jenis penelitian yang dipilih adalah
pada jenjang SMA/SMK. eksperimen semu (Quasi Experimental
Bimbingan klasikal sebagai satu Design). Desain yang dipakai adalah desain
strategi dalam layanan BK memiliki tujuan yang menggunakan pretest dan posttest
untuk meluncurkan aktivitas pelayanan yang (Sugijono, 2011). Sedangkan teknik
mengembangkan potensi siswa atau men- pengumpulan data dilakukan dengan meng-
capai tugas-tugas perkembangan (menyang- gunakan skala komunikasi interpersonal
kut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan yang diadaptasi berdasarkan teori Devito
moral spiritual) sehingga dapat mencapai (2009) yang terdiri dari lima (5) aspek, yaitu
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan keterbukaan, sikap suportif, sikap positif,
nasional dalam UU No. 20 Sisdiknas tahun empati dan kesetaraan. Sedangkan teknik
2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar analisis data yang digunakan adalah Uji
dan terencana untuk mewujudkan suasana Mann Whitney.
belajar dan proses pembelajaran agar peser-
ta didik secara aktif mengembangkan HASIL PENELITIAN DAN
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan PEMBAHASAN
spiritual keagamaan, pengendalian diri, Dilakukan pengujian untuk mengeta-
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta hui ada tidaknya peluang signifikansi
keterampilan yang diperlukan dirinya, dan perbedaan rerata skor komunikasi inter-
masyarakat. personal pada kelas X.1 (sebagai kelompok
Bimbingan klasikal disajikan oleh eksperimen) dan kelas X.2 (sebagai kelom-
guru BK dengan menggunakan beberapa pok kontrol) melalui program SPSS
teknik bimbingan kelompok sesuai dengan (Statistical Product and Service Solution) for
kebutuhan siswa dengan mempertimbang- Windows Release 16.0. dengan hasil sebagai
kan situasi dinamika kelompok untuk berikut.
menciptakan manfaat sebagai wadah/media
NPar Tests - Mann-Whitney - Pretest Ranks
agar: 1) Terjalinnya hubungan emosional
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
antara guru BK dengan siswa yang bersifat
Eksperimen 20 22 ,92 458 ,50
mendidik dan membimbing. 2) Terjadinya Skor
Kontrol 20 18 ,08 361 ,50
komunikasi langsung antara guru BK
Total 40
dengan siswa yang memberi kesempatan

67
Satya Widya, Vol. 30, No.2. Desember 2014: 63-70

Test Statistics b 0,050 dengan mean rank pretest kelompok


Nilai eksperimen 10,75 dan mean rank posttest
Mann - Whitney U 151 , 500 kelompok eksperimen 30,25. Selisih mean
Wilcoxon W 361 , 500 rank pretest dan mean rank posttest kelompok
eksperimen sebesar 19,50, artinya ada
Z - 1 ,313
peningkatan keterampilan komunikasi
Asymp . Sig. (2 - tailed) 0, 189
interpersonal yang signifikan setelah siswa
Exact Sig. [2*(1 - tailed Sig.)] 0, 192 a menempuh bimbingan klasikal selama 5 sesi.
a. Not corrected for ties
b. Grouping Variable: kelas X.1 & X.2
Ditemukan perbedaan yang signifikan
antara perolehan skor kelompok kontrol dan
Dari koefisien uji Mann-Whitney, skor kelompok eksperimen siswa kelas X
dapat dilihat pada output Test Statisticb nilai SMA Negeri 1 Getasan dengan hasil analisis
statistik uji Z yang kecil yaitu - 1,313 dan Uji Mann Whitney diperoleh koefisien
nilai sig.2-tailed adalah 0,189 > 0,05. signifikansi sebesar p = 0,000  0,050 yang
Karena itu diperoleh hasil uji tidak ada menunjukkan kelompok eksperimen mendapat
perbedaan yang signifikan antara skor skor komunikasi interpersonal yang lebih
komunikasi interpersonal siswa kelompok tinggi daripada kelompok kontrol. Dengan
eksperimen dan siswa kelompok kontrol kata lain, layanan bimbingan klasikal yang
pada hasil pretest komunikasi interpersonal. diterapkan pada siswa kelas X.1 sebagai
Selanjutnya dilakukan pengujian kelompok eksperimen berhasil meningkatkan
peluang signifikansi perbedaan skor pada skor komunikasi interpersonal (dari mean
hasil pretest dan posttest pada kelompok rank pretest 10,75 meningkat menjadi mean
eksperimen dengan uji Mann Whitney rank posttest 30,25) dibandingkan dengan
sebagai berikut.
NPar Tests - Mann-Whitney–Pretest &Posttest
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks


Pretest Kelompok Eksperimen 20 10,75 215,00
Skor
Posttest Kelompok Eksperimen 20 30,25 605,00
Total 40

Test Statisticsb
Nilai
Mann-Whitney U 5.000
Wilcoxon W 215,000
Z - 5,277
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 0,000a

a. Not corrected for ties.


b. Grouping Variable:Kelompok Eksperimen

Pengolahan terhadap hasil pretest siswa kelas X.2 sebagai kelompok kontrol
dan posttest pada kelompok eksperimen yang tidak mendapatkan layanan bimbingan
dengan uji Mann Whitney menunjukkan klasikal (dengan mean rank 18,08).
bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) p = 0,000 d”

68
Meningkatnya komunikasi interper- hadap teman sebaya dan yang ketiga meng-
sonal siswa kelas X.1 setelah mendapatkan ekspresikan perasaan positif dalam situasi
layanan bimbingan klasikal juga ditunjuk- interaksi dialogik. 5) Kesetaraan, artinya
kan dengan hasil analisis Uji Mann Withney komunikasi menjadi efektif jika siswa yang
antara hasil pre test dan hasil post test siswa saling berkomunikasi memiliki kesamaan
kelas X.1 sebagai kelompok eksperimen dalam beberapa segi tertentu, yaitu kesamaan
yaitu didapat hasil analisis dengan nilai kedudukan sebagai sesama siswa, kesamaan
signifikansi sebesar p = 0,000  0,050. status sebagai pembicara dan secara ber-
Hipotesis yang diajukan bahwa “Bimbingan gantian sebagai pendengar, kesamaan dalam
klasikal dapat meningkatkan secara signifi- segi pengalaman, pengetahuan dan tingkat
kan komunikasi interpersonal siswa kelas usia.
X SMA Negeri 1 Getasan, Kabupaten
Semarang.” dengan demikian dapat dinyata- SIMPULAN
kan diterima. Bimbingan klasikal yang
diselenggarakan selama 5 kali pertemuan Berdasarkan hasil penelitian dapat
ternyata berhasil meningkatkan secara diajukan simpulan sebagai berikut:
signifikan pemahaman siswa dalam lima Bimbingan klasikal dapat meningkat-
aspek komunikasi interpersonal, yaitu keter- kan secara signifikan komunikasi inter-
bukaan, perilaku suportif, perilaku positif, personal siswa kelas X SMA Negeri 1
empati dan kesetaraan. Getasan Kabupaten Semarang.
Melalui eksperimen ini dapatlah REKOMENDASI
diutarakan bahwa siswa kelas X SMA dapat
Berdasarkan simpulan penelitian,
memahami dan kemudian dapat memprak-
direkomendasikan bagi guru bimbingan dan
tikkan kelima aspek komunikasi interper-
konseling untuk makin mengembangkan
sonal yang efektif, sebagaimana yang dikemu-
layanan bimbingan klasikal sebagai upaya
kakan De Vito (2009), yaitu: 1) Keterbukaan,
memelihara keterampilan siswa menyeleng-
yang di dalamnya mengandung sub-aspek
garakan komunikasi interpersonal yang
untuk terbuka bagi tiap siswa yang ber-
efektif dengan sesama siswa dan dengan
interaksi dengan siswa sebayanya, artinya
para guru dan tenaga kependidikan lainnya
tiap siswa tidak saling tertutup dalam mene-
di sekolah, mengingat strategiknya komuni-
rima dan menyampaikan informasi. Sub-
kasi interpersonal yang efektif bagi kesehat-
aspek lainnya berupa keinginan untuk me-
an mental siswa.
nanggapi secara jujur semua stimuli yang
Selanjutnya direkomendasikan pada
datang kepadanya. 2) Empati, siswa merasa-
siswa agar berupaya menjalin komunikasi
kan sebagaimana yang dirasakan oleh siswa
interpersonal yang makin efektif terutama
sebayanya dan mencoba merasakannya
dengan sesama siswa sekelas maupun dengan
dengan cara yang sama dengan perasaan
para guru di sekolah melalui keterlibatan
siswa sebayanya itu. 3) Sikap suportif/saling
proaktif dalam kegiatan pembelajaran,
memberi dukungan dalam berkomunikasi,
bimbingan kelompok dan pergaulan kese-
artinya siswa melakukan interaksi secara
harian di sekolah. Sedangkan bagi penelitian
verbal maupun nonverbal. 4) Sikap positif,
lanjutan, disarankan untuk melakukan
terdiri dari tiga sub-aspek, bersikap positif
eksperimen penerapan strategi bimbingan
terhadap diri sendiri, bersikap positif ter-

69
Satya Widya, Vol. 30, No.2. Desember 2014: 63-70

yang melibatkan siswa saling berkomuni- Effendy, Onong Uchjana. 2004. Dinamika
kasi intensif dengan sesama siswa dan Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda-
dengan guru bimbingan dan konseling, karya.
misalnya dengan mengukur peran-serta aktif Hovland, Carl L. 2007. Definisi Komunikasi.
siswa dalam pembelajaran di dalam dan di Jakarta: Raja Grafindo Persada.
luar kelas melalui kegiatan diskusi, debat, Rakhmat, Jalaludin. 2003. Psikologi Komuni-
kerja kelompok, kegiatan kepramukaan/ kasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
ekstrakurikuler.
Siwabessy, Louise B. dan Sri Hastoeti. 2008.
Bahan Ajar Sertifikasi Guru Bimbingan
DAFTAR PUSTAKA dan Konseling dalam Jabatan melalui
Jalur Pendidikan: Praktik Bimbingan
Depdiknas RI. 2008. Rambu-Rambu Klasikal. Jakarta: Universitas Negeri
Penyelenggaraan Bimbingan dan Jakarta dan Dikti Depdiknas.
Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal, diperbanyak oleh Jurdi PPB - Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
FIP, UPI Bandung untuk Lingkungan Kualitatif dan R & D. Bandung:
Terbatas ABKIN. DepDikNas RI. Alfabeta.
Bandung: UPI. Trisnaningtyas, Esti dan Nursalim, Mochamad.
Dewi, Vivit Puspita. 2013. Program Bimbingan 2010. Penerapan Latihan Asertif untuk
Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Meningkatkan Keterampilan Komunikasi
Hubungan Interpersonal Peserta Didik. Interpersonal Siswa. Psikologi Pendi-
repositori upi.edu-perpustakaan upi. dikan dan Bimbingan. Vol. 11, No. 1,
edu. Http://repository.upi.edu/6741/2/ 2010.Http://ejournal.unesa.ac.id/
S_PPB_0901246_Abstract.pdf . index.php/jurnal_ ppb/article /view/
Diunduh 5 Juni 2013. 5404/2774. Diunduh 5 Juni 2013.

Devito, J. A. 2009. The Interpersonal Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan.


Communication Book, 12th edition, 2008. Landasan Bimbingan dan
Allyn & Bacon: Boston. Konseling. Bandung: Remaja Rosda-
karya.

70

Anda mungkin juga menyukai