Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH CASHFLOW PROYEKSI LABA/RUGI DAN ANALISIS

KELAYAKAN
MATA KULIAH STUDI KELAYAKAN BISNIS

DISUSUN OLEH :
Kevin Yosia (210111)
Dipa Fattaah (210111)
Yosafat Kharisma M. Gani (210111222)
Alvito Dian Putra (210111)
Chandra Adi Pratama (210111)
Farrel Rifki Rafasya (210111)
Muhammad Lutfi Agam (210111232)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2021
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Pokok Bahasan (RPS)


1. Analisis Kelayakan Usaha Kriteria Investasi
a) Pay Back Period (PP)
b) Net Present Value (NPV)
c) Profitability Index (PI)
d) Internal Rate of Return (IRR)
2. Analisis Sensitifitas dan Switching Value
3. Perubahan Harga Output
4. Perubahan Produksi
5. Perubahan dan Harga Input

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Mengetahui Kelayakan Usaha Kriteria Investasi Melalui 4 Metode
2. Mengetahui Sensitifas dan Swicthing Value
3. Mengetahui Perubahan Harga Output
4. Mengetahui Perubahan Produksi
5. Mengetahui Perubahan dan Harga Input
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Analisis Kelayakan Usaha Kriteria Investasi

A. Payback Periods (PP)

Payback Period (Periode Payback) adalah suatu metode yang digunakan untuk
menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah
diinvestasikan dari aliran kas masuk (Proceeds) taunan yang dihasilkan oleh proyek
investasi tersebut. Apabila proceeds setiap tahunnya jumlahnya sama maka Payback
Period (PP) dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi
(outlays) dengan proceeds tahunan. Berikut adalah rumus/cara dalam menghitung
Payback Periods :

Jika dalam menghitung payback periods yang mempunayi nilai proceeds yang tidak sama
pada setiap tahunnya maka harus dihitung akumulasi proceeds-nya terlebih dahulu
sehingga diperoleh akumulasi kas masuk (nol).

Bentuk kriteria dalam kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode payback


yaitu suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika payback period lebih pendek
dibandingkan periode payback maksimum. Lalu jika payback period suatu investasi
tersebut dinyatakan tidak layak berarti investasi tersebut lebih panjang daripada period
payback maksimum. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk
menentukan alternatif terbaik dilakukan pemilihan investasi yang mempunyai Payback
Period yang paling pendek.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Payback Periods (PP) :

Kelebihan :

a) Mudah dihitung tanpa memerlukan data yang begitu banyak.


b) Tidak berdasarkan accrual basis namun berdasarkan cash basis.
c) Akurat dalam mengukur nilai investasi yang diperbandingkan untuk beberapa kasus
dan bagi pembuat keputusan.
d) Dapat digunakan untuk melihat hasil-hasil yang dapat diperbandingkan dan
mengabaikan alternatif-alternatif investasi yang buruk.
e) Lebih menekan kan pada ragam alternative investasi yang memiliki periode
pengembalian yang lebih cepat.

Kekurangan :

a) Tidak mapu dalam memberikan informasi tentang tingkat profitabilitas investasi.


b) Tidak memperhitungkan nilai waktu uang
c) Rumit dalam membuat kesimpulan terdapat 2 peluang invesatasi.
d) Tidak memperhitungkan pengembalian invesatasi setelah melewati waktu Payback
Period.

B. Net Present Value (NPV)


Metode Net Present Value (NPV) merupakan metode yang digunakan untuk melengkapi
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode Payback Periods (PP). Metode ini
merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai antara nilai dari
aliran kas masuk bersih (proceeds) dan dari nilai biaya pengeluaran suatu investasi
(outlays). Maka dari itu, didalam menghitung kelayakan investasi dengan metode NPV
diperlukan data aliran kas keluar awal (initial cash outflow), aliran kas masuk bersih
dimasa yang akan dating (future net cash inflows), dan rate of return minimum yang
diinginkan.
Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika
NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan
rate of return minimum yang diinginkan, maka investasi sebaiknya ditolak.
Berikut merupakan rumus didalam menghitung Net Present Value (NPV) :

Bentuk kriteria dalam kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode NET


Present Valu (NPV) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak apabila Net
Present Value dalam suatu invetsai lebih besar dari noil atau positif. Jika NPV suatu
investasi lebih kecil dari nol atau negatif maka investasi tersebut tidak dinyatakan layak.
Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka untuk alternatif investasi yang terbaik
dipilih dengan cara menentukan alternatif investasi yang mempunyai Net Present Value
yang paling besar.

Kelebihan serta kekurangan Net Present Value (NPV)

Kelebihan

a) Memperhitungkan tingkat bunga sebenarnya.


b) Mudah diterapkan
c) Mudah dalam penyesuaian risiko, yaitu dengan menggunakan tingkat bunga yang
berbeda untuk tahun-tahun berikutnya.

Kekurangan

a) Rumit dalam menentukan rate minimum yang diinginkan.


b) Tidak menunjukan rate of return sebenarnya.
c) Adanya asumsi bahwa semua aliran kas masuk bersih segera dapat
diinventariskan kembali pada rate yang dipilih.

C. Metode Profitability Index (PI)


1. Pengertian dan Rumus
24 Metode Profitability Index (PI) atau sering disebut dengan Desirability Index (DI)
merupakan metode yang menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaan kas
bersih di masa yang akan datang (proceeds) dengan nilai sekarang investasi (outlays).
Rumus yang digunakan untuk menghitung Profitability Index (PI) adalah sebagai berikut.

Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun maka, seperti
halnya dalam NPV untuk menghitung dengan metode Profitability Index (PI), harus
menghitung Present Value dari proceeds setiap tahunnya terlebih dahulu untuk
dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah Present Value dari keseluruhan proceeds yang
diharapkan dari investasi. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode
Profitability Index (PI) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika
Profitability Index (PI) lebih besar dari satu. Sebaliknya, jika Profitability Index (PI)
suatu investasi lebih kecil dari satu maka investasi terebut dinyatakan tidak layak.
Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka alternatif investasi terbaik ditentukan
dengan cara memilih alternatif investasi yang mempunyai Profitability Index (PI) yang
paling besar.

2. Kelebihan dan Kekurangan


Metode Profitability Index (PI), sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat
pengembalian investasi, mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
D. Metode Internal Rate of Return (IRR)
1. Pengertian dan Rumus
Metode Internal Rate of Return (IRR) pada dasarnya merupakan metode untuk
menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua
aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek. Maka pada
prinsipnya metode ini digunakan untuk menghitung besarnya rate of return yang
sebenarnya. Pada dasarnya Internal Rate of Return (IRR) harus dicari dengan trial and
error. Rumus yang digunakan untuk menghitung Internal Rate of Return (IRR) adalah
sebagai berikut.

Keterangan:
r = Tingkat bunga yang akan menjadikan PV dan proceeds sama dengan p.v. dari capital
outlays
At = Cash Flow untuk periode t
n = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan
Jika initial cash flow terjadi pada waktu 0 maka persamaanya dapat dinyatakan sebagai
berikut.

Selanjutnya, dengan mengadakan interpolasi dari 2 tingkat bunga yang dipilih secara
coba-coba r-nya dapat dihitung seperti cara tersebut diatas. Dengan rumus Internal Rate
of Return (IRR) seperti tersebut diatas maka langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
menghitung nilai IRR adalah sebagai berikut.

1) Menghitung present value dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat
bunga yang dipilih secara apriori
2) Membandingkan hasil perhitungan present value dari proceeds dengan jumlah present
value dari investasi atau outlays.
3) Jika present value dari proceeds lebih tinggi dibandingkan jumlah present value dari
investasi atau outlays maka tingkat bunga yang lebih tinggi harus digunakan. Sebaliknya,
jika present value dari proceeds lebih kecil dari present value dari outlay-nya maka
tingkat bunga yang lebih rendah harus digunakan.
4) Ulangi langkah ketiga hingga menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan
present value dari proceeds sama besarnya dengan present value dari outlays-nya.
5) Pada tingkat bunga yang dapat menjadikan present value dari proceeds sama besanya
dengan present value dari outlay-nya, Net Present Value dari usul investasi tersebut
adalah Rp 0 (nol) atau mendekati nol. Besarnya tingkat buga tersebut menggambarkan
besarnya Internal Rate of Return (IRR) dari usul investasi tersebut.

Untuk menghitung Internal Rate of Return (IRR) dimana proceeds suatu investasi tidak
sama besarnya dari tahun ke tahun maka dua tingkat bunga yang berbeda dipilih,
kemudian dilakukan interpolasi untuk menentukan tingkat bunga yang mendekati rate
yang sebenarnya, atau secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut dengan asumsi
menggunakan dua tingkat bunga yang berbeda:
Rumus Interpolasi:

Keterangan:
r = Internal Rate of Return (IRR) yang dicari
P1 = Tingkat bunga pertama
P2 = Tingkat bunga kedua
C1 = Net Present Value ke-1
C2 = Net Present Value ke-2

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan metode Internal Rate of Return


(IRR) adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan layak jika Internal Rate of Return
(IRR) lebih besar dari tingkat keuntungan yang dikehendaki. Sebaliknya, jika Internal
Rate of Return (IRR) suatu investasi lebih kecil dari tingkat keuntungan yang
dikehendaki maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak. Apabila terdapat beberapa
alternatif investasi maka pilih alternatif investasi terbaik dengan memilih alternatif
investasi yang mempunyai Internal Rate of Return (IRR) yang paling besar.

2. Kelebihan dan Kekurangan


Metode Internal Rate of Return (IRR), sebagai alat analisis untuk menentukan tingkat
pengembalian investasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
2.2 Analisis Sensifitas dan Switching Value

Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh2 yang akan
terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah

Tujuan Analisis Sensitivitas :

1. Menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi
atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.

2. Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada
proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yg akan terjadi di waktu
yang akan datang

3. Analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau
ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat.

Variabel biaya dan harga jual produk dalam analisis finansial diasumsikan tetap untuk
setiap tahunnya, walaupun di kenyataan kedua variabel ini kerap berubah sejalan
pertambahan waktu. Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat sejauh mana kenaikan
biaya atau penurunan harga yang terjadi, karena hal tersebut dapat mengakibatkan
perubahan dalam kriteria investasi, yaitu memiliki prospek yang baik untuk dilaksanakan.

ANALISIS NILAI PENGGANTI (SWITCHING VALUE ANALYSIS)


Adalah suatu variasi pada analisis sensitivitas .

Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari
perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau
perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi)
yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan
jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk
dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai
dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).

Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan analisis
switching value ini adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui
secara empirik (misal: kenaikan harga bahan baku 4%) untuk selanjutnya dihitung
dampaknya terhadap hasil kelayakan.

Sedangkan pada switching value justru perubahan tersebut yang dicari (misal: berapa
perubahan maksimum dari kenaikan harga bahan baku yang masih dapat ditoleransi agar
bisnis masih tetap layak).

Hal ini menunjukkan bahwa harga bahan baku tidak boleh naik melebihi nilai pengganti
tersebut. Bila melebihi nilai pengganti tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV < 0.
Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba
perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow
atau outflow.

2.3 Perubahan Harga Output

Perubahan biaya adalah meningkat atau menurunnya biaya produksi pada tiap tingkat
produksi dan selama tiap kurun waktu tertentu, khususnya jika ada keperluan untuk
melakukan produksi yang lebih banyak ataupun lebih sedikit.
Apabila pada pembuatan unit tambahan tersebut dibutuhkan adanya perekrutan satu
ataupun dua pekerja, dan meningkatkan biaya bahan baku, maka akan bisa dipastikan
akan ada perubahan dalam biaya produksi secara menyeluruh.
Perubahan harga output merupakan biaya yang berubah dengan perubahan kuantitas
output yang dihasilkan. Biaya ini secara langsung dipengaruhi oleh fluktuasi tingkat
aktivitas perusahaan. Biaya ini bervariasi dengan variasi volume, yaitu ketika ada
peningkatan dalam produksi, biaya variabel  ini juga akan meningkat secara proporsional
dengan persentase yang sama, jadi ketika tidak ada produksi maka tidak akan ada biaya
ini .
Contohnya adalah :
Ketika biaya variabel adalah Rp. 600 per unit dan output yang dihasilkan pada kuartal
pertama, kedua dan ketiga adalah 5000, 6000 dan 4000 unit.
Dari kasus diatas, bisa diperhatikan bahwa tingkat output berubah di semua periode
produksi sehingga biaya variabel juga akan berubah, tetapi hanya dalam jumlah total,
tidak dalam harga satuan.
Jadi biaya variabel pada masing-masing kuartal adalah :
Kuartal pertama  5000 x 600 = Rp. 3.000.000,
Kuartal kedua akan menjadi 6000 x 600 = Rp. 3.600.000
Kuartal ketiga adalah 4000 x 600 = Rp. 2.400.000.

2.4 Perubahan Produksi


Perubahan biava pada produksi adalah perubahan suatu harga atau biava Ketika kegiatan
suatu produksi barang dilakukan karena adanya perubahan dan persaingan di
pasar.Dalam perubahan Brodaksi, besama saldo kas sangat menentukan tinekat likuiditas,
suatu perusabaan,vaitu kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewaliban
finansialnva atas semua hutanalancarnya. Makin bear saldo kas yang terdapat dalam
perusahaan maka tinakat laba akan semakinmeninekat, dengan catatan jumlah hutane
lancarnva tetar atau meningkat relatif kecil bila dibandingkandengan pertambahan jumlah
uang kas. Tetapi perlu diperhatikan bahwa dengan jumlah uang kas yangtertanam dalam
perusahaan sangat besar akan menambah beban bagi perusahaan, karena sifat kasyang
tidak produktif, mudah dipindahkan, bentuknva kecil, dan selain itu resiko yang cukup
besar adalahadanya dana kas yang menganggur akan memperkecil tingkat profitabilitas
perusahaan. Sebaliknya apabila perusahaan hanva mengeiar profitabilitas sala dan
berusaha agar semua dana kas dapatberputar tapa memperhatikan umlah saldo kas, maka
akan membawa perusahaan pada situasimengalami kerugian. Dalam kondisi yang tidak
meneuntungkan ini kemungkinan untuk tetapmelaniutkan, produksinya akan semakin
sulit, dan tidak mustahil lika perusahaan tersebut akanmenghentikan produksinya bahkan
perusahaan bisa jadi gulung tikar.
Kelavakan suatu perusahaan yang mash baru dapat ditentukan ole beberapa faktor,
diantaranyaadalah arus kas yang cukup tingei / lancar, Remilihan lokasi yang tepat,
mampu bersaine di pasaran.Faktor yang paling dominan dalam kelavakan usaha adalah
iumlah arus kas yang besar dan setianperiodenya dapat mengalami peningkatan.
Sehingga dengan jumlah kas yang tinggi, produktifitas jugaakan meningkat dan
perusahaan layak untuk melaniutkan usahanva kembali dan mengembangkan usahanva
tersebut.

2.5 Laporan Perubahan Modal (Ekuitas)

Laporan perubahan modal atau ekuitas adalah bentuk laporan keuangan perusahaan jasa
yang secara khusus menyajikan informasi tentang segala perubahan yang terjadi pada
modal/ekuitas dalam satu periode akuntansi. Komponen yang terdapat pada laporan
perubahan modal antara lain, modal awal, laba-rugi bersih, setoran/penarikan, dan modal
akhir.

Dalam hal ini, modal atau ekuitas dapat bertambah jika laba lebih besar dari pengambilan
pribadi (prive). Sebaliknya, modal akan berkurang jika laba lebih kecil dari prive dan rugi
ditambah dengan prive.

Anda mungkin juga menyukai