Daftar isi
[sembunyikan]
1Latar Belakang
2Kekacauan Kubu Pasukan Imam Ali as
o 2.1Penunjukkan Wakil
3Kerangka Peristiwa Arbitrase
4Tindakan dan Nasehat-nasehat Imam Ali as
5Hasil Arbitrasi Abu Musa
6Munculnya Khawarij
7Catatan Kaki
8Daftar Pustaka
Latar Belakang
Artikel utama: Perang Shiffin
Pasukan Muawiyah mendapatkan serangan hebat dari pasukan Malik Asytar, mereka merasakan
akan mendapat kekalahan. Untuk bisa keluar dari kondisi ini Muawiyah datang menemui Amru bin
'Ash.[1] Maka dengan usulan Amru bin 'Ash dan perintah Muawiyah, pasukan Syam menancapkan
tombak ke Alquran dan meneriakan yel-yel; wahai penduduk Irak! Hakim antara kita adalah Tuhan.
Bala tentara Syam juga datang dengan berteriak: "Wahai kelompok Arab! Pikirkanlah anak-anak dan
istri-istri kalian, jika kalian terbunuh, besok siapa yang akan berperang melawan kaum Romawi,
Turki dan Persia?!" [2]
Kedua pihak harus rela dengan apa yang diputuskan oleh Alquran dan merujuk kepadaNya
pada masalah-masalah yang diperdebatkan.
Imam Ali as dan pengikutnya harus memilih Abu Musa al-Asy'ari sebagai pengawas dan hakim.
Begitu juga Muawiyah harus memilih Amru bin 'Ash.
Jika dalam Alquran tidak ditemukan penyelesaian dari perbedaan yang terjadi, hendaklah
merujuk kepada Sunah dan perbuatan Nabi saw.
Tidak akan menyinggung hal-hal yang menyebabkan perpecahan dan tidak mengikuti hawa
nafsu.
Nyawa,harta dan harga diri kedua perwakilan harus terjaga selama tidak melewati batasan
haknya.
Jika salah seorang dari kedua perwakilan meninggal dunia sebelum menjalankan tugasnya,
maka pemimpin dari kedua pihak hendaklah memilih salah seorang sebagai penggantinya.
Jika salah satu dari pemimpin kedua kelompok meninggal dunia, maka pengikut kelompok
tersebut memilih salah seorang untuk menjadi penggantinya.
Jika kedua perwakilan tidak melaksanakan apa yang menjadi sumpahnya, maka umat berhak
untuk tidak mengikutinya.
Mulai dari dibuatnya surat perjanjian damai sampai masa waktunya berakhir, maka nyawa, harta
dan harga diri masyarakat tetap terjaga dan aman.
Seluruh senjata harus disimpan (tidak digunakan) sampai masa akhir perjanjian dan setiap jalan
haruslah aman; dalam masalah ini, tidak ada perbedaan antara yang hadir maupun yang tidak
hadir diwaktu perjanjian perdamaian.
Kedua perwakilan harus tinggal di tempat antara Irak dan Syam, selain orang-orang yang
diperkenankan oleh mereka, tidak seorangpun berhak hadir disana.
Jika kedua perwakilan tidak melaksanakan apa yang ada pada Alquran dan Sunah Nabi saw,
maka kaum muslimin akan melanjutkan peperangan mereka dan sama sekali tidak ada
kesepakatan antara mereka. [10]
Munculnya Khawarij
Artikel utama: Khawarij
Dengan demikian, tanpa ada pembicaraan tentang Alquran dan Sunah Nabi saw, kejadian
perundingan damai pun menjadi sumber perpecahan lain antara masyarakat Syam dan Irak.[17] Hasil
terpenting dari Arbitrasi ini bagi masyarakat Syam dikemudian hari adalah masyarakat Syam
menganggap Muawiyah sebagai Amirul Mukminin. [18]
Sekelompok dari pengikut Imam Ali as dari awal penentangan dengan perundingan damai dan
menganggap bahwa hal itu langkah mundur dari agama dan keraguan dalam iman. [19] Sebagian
juga dengan alasan dua ayat Alquran (Al-Maidah: 44 dan Hujurat: 9) menginginkan berlanjutnya
perang dengan Muawiyah dan menganggap kafir bagi siapa saja yang menerima perundingan
damai serta hendak segera bertaubat. Mereka menginginkan dari Imam Ali as untuk bertobat dari
kekufuran ini dan membatalkan semua syarat yang diajukan oleh Muawiyah. Akan tetapi Imam Ali
as tidak menerima untuk menolak perundingan damai. Setelah berakhirnya perang dan kembalinya
Imam Ali as ke Kufah dan Muawiyah ke Syam, para penentang perundingan damai berpisah dari
Imam Ali as dan pergi ke kawasan Harura' dekat dengan kota Kufah. [20]
Catatan Kaki
1. Jump up↑ Ibnu Abi Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jld. 2, hlm. 210.
2. Jump up↑ Ibnu Muzahim, Waqi'ah al-Shiffin, hlm. 478.
3. Jump up↑ Ibnu Muzahim, Waqi'ah al-Shiffin, hlm. 490.
4. Jump up↑ Ibnu A'tsam, Kitab al-Futuh, jld. 3, hlm. 163.
5. Jump up↑ Ibnu Muzahim, hal. 545.
6. Jump up↑ Abi Abu Sa'ad, jilid 1, hal. 421.
7. Jump up↑ Ya'qubi, Tarikh Ya'qubi, jilid 2, hal. 189.
8. Jump up↑ Ibnu Muzahim, Waqi'ah al-Shiffin, hlm. 504.
9. Jump up↑ Syahidi, Tarikh-e Tahlili-ye Islam, hlm. 142.
10. Jump up↑ Thabari, Tarikh Thabari, jld. 3, hlm. 103-104.
11. Jump up↑ Abi Abu Sa'ad, Min Natsri al-Dur, jld. 1, hlm. 421.
12. Jump up↑ lihat: Ibnu Abi Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jld. 2, hlm. 255.
13. Jump up↑ Ibnu Abi Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jld. 2, hlm. 256.
14. Jump up↑ QS. Al-A'raf; 176.
15. Jump up↑ QS. Al-Jumu'ah; 5.
16. Jump up↑ Ibnu Abi Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jld. 2, hlm. 256
17. Jump up↑ Ibnu Muzahim, Waqi'ah al-Shiffin, hlm. 545; begitu juga Syahidi, Tarikh-e Tahlili-ye Islam, hlm. 143;
Ibnu Abi Hadid, Syarah Nahjul Balaghah, jld. 2, hlm. 256.
18. Jump up↑ Baladzuri, jilid 2, hal. 342.
19. Jump up↑ Ibnu Muzahim, Waqi'ah al-Shiffin, hlm. 484; Baladzuri, Jumal min Ansab Al-Asyraf, jilid 3, hal. 111-112.
20. Jump up↑ Ibnu Muzahim, Waqi'ah Shiffin, 1382 H.Q., hal. 513-514; Baladzuri, Jumal min Ansab Al-Asyraf, jld. 3,
hlm. 114-122; Thabari, Tarikh Thabari, jld 5, hlm. 63, 72 dan 78.
Daftar Pustaka
Abi Abu Sa'ad, Min Natsr Al-Dar, Wizarah Al-Tsaqafah Suriah, Damaskus.
Baladzuri, Ahmad bin Yahya, Insāb Al-Asyrāf, tahqiq Muhammad Baqir Mahmudi, Yayasan A'la, Berut.
Baladzuri, Ahmad bin Yahya, Jumal min Ansāb Al-Asyrāf, cetakan Suhail Zakkar dan Riyadh Zarikli, Berut
1417/1997.
Ibnu Abi Hadid, Syarah Nahjul Balāghah, tahqiq Muhammad Abdul Fadh Ibrahimi, Dar Ihya Al-Kutub
Al-‘Arabiyah, 1378 H.S. – 1959 M. (arsif ada di CD Maktabah Ahlul Bayt, arsif 20)
Ibnu Aitsam, Al-Futuh, Dar Al-Nadwah, Berut.
Ibnu Muzahim, Nashr, Waqi'ah Siffin, Kairo, cetakan Abdussalam Muhammad Harun, 1382 H. cetakan
Offset, Qom 1404 H.
Ibnu Muzahim, Waqi'ah Shiffin, penerbit Bashirati, Qom.
Mas'udi, Muruj Al-Dzahab, Beirut.
Muthahar bin Thahir, Afarinesh wa Tārikh, terjemah Muhammad Ridho Syafi'i Kadkani, Tehran, Aghah, jilid
1, 1374 S.
Syahidi, Sayyid Ja'far, Tarikh Tahlil Islami, sampai akhir masa bani Umayah, Markaz Nasyr Daneshgahi,
(cetakan 46), Tehran, 1390 S.
Thabari, Tārikh Thabari, yayasan A'la, Beirut.
Ya'qubi, Ahmad, Tārikh Ya'qubi, Beirut, Dar Shadir.