Prosedur Kerja: PT Perkebunan Nusantara I (Persero)
Prosedur Kerja: PT Perkebunan Nusantara I (Persero)
1. Tujuan
Untuk mengetahui dosis pemupukan yang tepat, sehingga efektivitas pemupukan
dapat tercapai dalam meningkatkan produktivitas tanaman.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
2. Ruang Lingkup
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Unit kebun.
3. Definisi
a. Top soil adalah tanah permukaan dengan kedalaman 20-30 cm.
b. LSU (Leaf Sampling Unit) atau KCD (Kesatuan Contoh Daun) adalah areal
dimana diambil contoh daun yang merupakan satu kesatuan untuk
pemupukan
c. Pohon contoh adalah pohon kelapa sawit yang dijadikan contoh dalam
pengambilan contoh daun untuk dilakukan analisa.
d. Pelepah daun pertama adalah pelepah daun termuda yang anak daunnya
telah membuka seluruhnya.
6. Rincian Prosedur
a. Analisis Tanah
Analisis tanah digunakan sebagai dasar penyusunan dosis pupuk yang
dilakukan oleh Balai Penelitian. Analisis tanah dilakukan 3-5 tahun sekali atau
setahun sekali jika diperlukan sesuai dengan kebutuhan jumlah contoh tanah
yang diambil.
b. Analisis Daun
1). Menentukan Leaf Sampling Unit (LSU)
Satu LSU/KCD harus memenuhi prinsip keseragaman umur tanaman,
jenis tanah, tindakan kultur teknis, topografi dan drainase.
Luas satu LSU/KCD adalah 20-30 Ha atau satu blok asalkan luas areal
tersebut tidak lebih kecil dari 5 Ha. Tanaman yang berumur lebih dari 20
tahun tidak dilakukan pengambilan contoh daun.
2). Sistem Pengambilan Contoh Daun
a). Sistem ancak tersebar
Dengan sistem ini pohon contoh disebarkan diseluruh LSU/KCD.
Penentuan pohon contoh berdasarkan interval barisan dan interval
pohon.
b). Sistem sentral (terpusat)
Dengan sistem ini pada satu LSU/KCD luas ditentukan pada suatu
areal tertentu yang dinilai mewakili satu LSU/KCD. Selanjutnya pohon
contoh diambil dari areal yang mewakili tersebut dan tetap
berdasarkan interval barisan dan interval pohon.
Berdasarkan hasil penelitian yang paling sesuai untuk contoh daun adalah
pelepah ke-17 pada tanaman menghasilkan, sedangkan untuk tanaman
belum menghasilkan pada pelepah ke-9.
Untuk menentukan pelepah daun ke-9 atau ke-17 maka harus ditetapkan
daun ke-1 terlebih dahulu, yaitu
a). Pelepah daun pertama adalah pelepah daun termuda yang anak
daunnya telah membuka seluruhnya.
b). Pelepah daun ke-9 terletak di bawah pelepah daun ke-1 agak ke
sebelah kiri pada tanaman yang mempunyai spiral kanan dan agak
sebelah kanan pada tanaman yang mempunyai spiral kiri.
e). Helaian anak daun (8 helai) diikat dan disatukan dengan contoh daun
dari pohon contoh lainnya, kemudian dimasukkan ke dalam amplop
coklat (kantong plastik) lalu diberi label nama.
f). Contoh daun tersebut dikeringkan dengan oven yang mempunyai alat
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Kebun : ………………………………………………..
Afdeling : ………………………………………………..
Blok : ………………………………………………..
Luas : ………………………………………………..
Tahun Tanam : ………………………………………………..
No LSU/KCD : ………………………………………………..
Tgl. Pengambilan : ………………………………………………..
Pelepah ke : ………………………………………………..
Pencatat : ………………………………………………..
c). Tidak dilakukan pada musim hujan dengan curah hujan >400
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
mm/bulan.
d). Sebaiknya diambil pada bulan yang sama untuk setiap tahun.
e). Untuk TBM pengambilan contoh daun hanya jika diperlukan dan
pertama kali dilakukan pada umur 12 bulan.
f). Contoh daun diambil mulai pagi hari pukul 07.00-12.00 WIB dan pada
saat tidak hujan.
Bagian Tanaman
1. RKAP/RKO Penyusunan draf pengambilan sampel
2. Prosedur Kerja tanah/daun kelapa sawit sebagai pedoman
3. Guide line Tanaman dalam pembuatan Rekomendasi
pemupukan oleh Balai Penelitian PPKS.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Tidak
Direksi PIC : Direktur Produksi
Persetujuan Duration: 2 hari kerja
Ya
Bagian Tanaman
Pengajuan surat ke Balai Penelitian PPKS
PIC : Kepala Urusan
untuk melakukan analisa tanah/daun kelapa
Duration: 2-4 hari kerja
sawit disertai dengan form isian dari kebun
berkaitan dengan riwayat pemupukan
sebelumnya.
Unit Afdeling
1. Pengambilan sampel daun pada PIC : Asisten Afdeling
LSU/KCD setiap afdeling. Duration: 14 hari kerja
2. Pembersihan sampel daun.
3. Pengiriman sampel daun ke unit Kebun.
Unit Kebun
1. Pengeringan sampel daun dengan PIC : Asisten Tata Usaha
menggunakan oven. Duration: 7 hari kerja
2. Pengiriman sampel daun kering ke
Bagian Tanaman.
3.
PIC : PPKS
Rekomendasi Pemupukan Duration: 60 hari kerja
1. Tujuan
a. Untuk mempertahankan kesuburan tanah dengan memberikan pupuk ke
dalam tanah sebagai pengganti unsur hara yang telah diambil oleh tanaman.
b. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
a. Pupuk adalah penyubur tanaman yg ditambahkan ke tanah untuk
menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
b. Unsur hara adalah zat yg diperlukan tanaman untuk pertumbuhan,
pembentukan jaringan dan kegiatan hidup lainnya.
c. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah banyak, sementara unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
d. Pupuk tunggal adalah jenis pupuk yang mengandung satu unsur hara,
sementara pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara.
e. Khlorosis adalah keadaan tidak sehat yang ditandai oleh menguningnya
bagian-bagian yg biasanya berwarna hijau sebagai akibat tidak cukupnya
terbentuk klorofil.
f. Klorofil adalah zat penghijau tumbuhan (terutama pd daun) yg terpenting
dalam proses fotosintetis.
g. Fotosintesis adalah proses pemanfaatan energi cahaya matahari oleh
tanaman berhijau daun untuk mengubah karbondioksida dan air menjadi
karbohidrat.
6. Rincian Prosedur
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
a. Tanaman kelapa sawit dan karet memerlukan banyak unsur hara yang dapat
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
cangkang.
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
Defisiensi: gejala awal pada daun tua, bentuk segi empat berwarna hijau
pucat, kemudian berubah menjadi pudar atau bercak-bercak oranye
terang dan jaringan di pinggir daun berwarna cokelat keabu-abuan dan
menjadi kuning.
d. Waktu Pemupukan
Waktu yang tepat untuk memupuk adalah pada awal musim hujan.
Pemupukan pada bulan-bulan pada curah hujan tinggi akan menyebabkan
terjadinya leaching (pencucian) yang semakin tinggi atau menyebabkan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
e. Dosis Pemupukan
Konsep pemupukan adalah mempertahankan keseimbangan hara yaitu
mengganti unsur hara yang ada dalam tanah sebanyak yang digunakan
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Penetapan dosis yang harus
diberikan dilakukan melalui proses analisa tanah, analisa daun, analisa
produksi/blok/tahun tanam dan pemeriksaan visual.
Dosis pupuk untuk areal TM sesuai dengan rekomendasi yang diterbitkan
setiap tahunnya oleh PPKS berdasarkan hasil analisa daun. Dosis pada areal
TBM berdasarkan standar pemupukan sesuai perkembangan umur tanaman
yang diterbitkan oleh PPKS. Sementara dosis pupuk untuk bibitan PN dan MN
sesuai dengan standar PPKS.
penyebaran akar tanaman yang paling aktif menyerap unsur hara dari
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
dalam tanah.
6). Apabila menggunakan pupuk majemuk briket, pupuk diberikan sesuai
poin 2).
a). Bila hari terpanjang tidak hujan (dry spell) berturut-turut > 20 hari.
b). Jumlah hari hujan >20 hari/bulan (terlalu basah).
c). Intensitas hujan harian tinggi >30 mm/hari (terlalu basah/kelebihan
hujan).
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
d). Tanah jenuh air atau air sudah tergenang karena hujan terus-
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
menerus.
5). Frekuensi pemupukan dapat ditambah (pupuk ekstra) bila kondisi
tanaman kurang sehat atau setelah diserang hama/penyakit dimana
pelaksanaannya harus mendapat persetujuan direksi.
h. Norma Kerja/Waktu
1). Pembibitan PN Kelapa Sawit
Memupuk 2 bulan : 0.5 HK/15.000 bibit
Bahan : Urea (2 Gr/Ltr air) : 2 Gr/100 bbt/Mg
CF 15.15.6.4 (3 Gr/Ltr air) : 3 Gr/100 bbt/Mg
2). Pembibitan MN Kelapa Sawit
Memupuk 22 aplikasi : 3.000 Bag/HK/Apl
Bahan : CF 15.15.6.4 : 51 Gr/Pkk
CF 12.12.17.2 : 230 Gr/Pkk
Kieserite : 55 Gr/Pkk
3). Pembibitan Karet
Memupuk CF 15.15.6.4 : 0.5 HK/Ha/Apl
Umur 1 bulan : 5 Gr/Pkk
Umur 2 bulan : 10 Gr/Pkk
Umur 3 s.d 6 bulan : 15 Gr/Pkk
Memupuk 5 Aplikasi : 2.300 Bag/Ha/Apl
Bahan : RP : 50 Gr/Pkk
CF 15.15.6.4 : 50 Gr/Pkk
4). Tanaman Ulang (TU) Kelapa Sawit
Memupuk lubang tanam : 0.5 HK/Ha
Bahan : RP : 250 Gr/Lbg
Dolomite : 500 Gr/Lbg
5). Tanaman Ulang (TU) Karet
Memupuk lubang tanam : 1.5 HK/Ha
Bahan : RP : 250 Gr/Lbg
Memupuk urea (1Apl) : 1 HK/Ha
Bahan : Urea : 100 Gr/Pkk
CuSO4.
7). TBM-II Kelapa Sawit
Memupuk Urea/TSP/MOP/
Dolomite/Borate/CuSO4 : 0.5 HK/Ha/Apl
Bahan : Urea, TSP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Dolomite, Borate, tanaman.
CuSO4.
8). TBM-III Kelapa Sawit
Memupuk Urea/TSP/MOP/
Dolomite/Borate. : 0.5 HK/Ha/Apl
Bahan : Urea, TSP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Dolomite, Borate. tanaman.
9). TBM-I Karet
Memupuk Campur : 2 HK/Ha/2Bln
Bahan : Urea, TSP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Kieserite tanaman
10).TBM-II Karet
Memupuk Campur : 2 HK/Ha/2 Bln
Bahan : Urea, RP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Kieserite tanaman
11).TBM-III Karet
Memupuk Campur : 2 HK/Ha/2 Bln
Bahan : Urea, RP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Kieserite tanaman
12).TM Kelapa Sawit
Memupuk Tunggal : 0.75 HK/Ha/Apl
Bahan : Urea, MOP, TSP, :Dosis sesuai rekomendasi PPKS
Dolomite
Memupuk Majemuk : 1.5 HK/Ha/Apl
Membuat Pocket 6 Bh/Pkk : 2 HK/Ha/Apl
Bahan : Briket, granular : Dosis sesuai rekomendasi PPKS
Bagian Tanaman
1. RKAP/RKO Penyusunan draf kebutuhan bahan dan
2. Prosedur Kerja biaya pemupukan dengan dosis sesuai
3. Guide line Tanaman Rekomendasi Pemupukan PPKS.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Tidak
Ya
Bagian Tanaman
Pengajuan Memo kebutuhan pupuk kepada PIC : Kepala Bagian
Bagian Pengadaan berdasarkan permintaan Duration: 2 hari kerja
bahan/barang (AU31) dari kebun.
Bagian Pengadaan
1. Pembuatan kontrak kerja sama
PIC : Kepala Bagian
pengadaan pupuk dengan pihak ketiga.
Duration: 30 hari kerja
2. Pengiriman pupuk ke masing-masing
Gudang Kebun.
Unit Afdeling
1. Penyusunan program pemupukan per PIC : Asisten Afdeling
tahun tanam per blok. Duration: 2 hari kerja
2. Pengajuan permintaan pupuk (AU58) ke
unit Kebun sesuai kebutuhan.
Tidak
Unit Kebun
PIC : Manajer
Persetujuan
Duration: 1 hari kerja
Ya
Unit Afdeling
1. Pengambilan pupuk ke Gudang Kebun
2. Pengeceran pupuk ke lokasi pemupukan
3. Aplikasi pemupukan blok per blok
4. Pengumpulan goni eks pupuk. PIC : Asisten Afdeling
5. Pengawasan mulai pada saat Duration: 25 hari kerja/bulan
pengambilan pupuk dari Gudang Kebun,
sampai dengan selesai pelaksanaan
pemupukan di lapangan.
Unit Kebun
Rekapitulasi laporan realisasi pemupukan PIC : Asisten Tata Usaha
dari setiap afdeling Duration: 2 hari kerja
1. Tujuan
Pemupukan dapat terlaksana dengan efektif apabila organisasi pemupukan telah
berjalan dengan baik dan didukung dengan keamanan dan tetap memperhatikan
prinsip 5T.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
a. Organisasi pemupukan adalah organisasi yang dibentuk agar pemupukan
dapat dilaksanakan secara efektif.
b. Prinsip 5T adalah prinsip-prinsip dalam pemupukan yang harus ditegakkan
agar pelaksanaan pemupukan efektif, yaitu tepat waktu, tepat cara, tepat
sasaran, tepat jenis dan tepat dosis.
6. Rincian Prosedur
a. OrganisasiPemupukan
1). Asisten Afdeling atau Mandor-I harus mengawasi pelaksanaan
pemupukan yang dipimpin oleh seorang Mandor yang membawahi 4 grup
dengan jumlah tenaga kurang lebih 13-17 orang yang terdiri dari penabur,
pelangsir dan petugas goni (tergantung topografi).
2). Secara sistematis struktur organisasi pemupukan dapat digambar sebagai
berikut.
Asisten Afdeling
Mandor I
Keamanan/ Mandor
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Centeng Afd.
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
b. Pengawasan Pemupukan
1). Kesalahan pelaksanaan pemupukan mengakibatkan kerugian yang
sangat besar karena biaya besar dari pemupukan tidak diimbangi dengan
kenaikan produksi. Oleh karena itu prinsip “5T” harus selalu dipedomani.
2). Asisten Afdeling dan Mandor-I harus mengawasi pelaksanaan pemupukan
agar berjalan lancar dan sesuai dengan rekomendasi.
3). Asisten Kepala dan Manajer secara periodik melakukan pengawasan
on the spot.
4). Bagian Tanaman melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemupukan.
Mengingat biaya pemupukan cukup mahal dan pentingnya fungsi
pemupukan untuk menaikkan produktivitas, maka kegiatan Asisten
Afdeling dan Mandor-I diprioritaskan sepenuhnya pada pelaksanaan
pemupukan dan tidak diperbolehkan meninggalkan areal pada saat
pelaksanaan pemupukan. Kalau pun ada pekerjaan lain yang harus di
kontrol, salah satu (Asisten atau Mandor-I) harus tetap mengawasi
pemupukan.
c. Keamanan
Keamanaan pupuk harus terjamin, setiap pengambilan pupuk dari Gudang
Kebun harus diawasi oleh Mandor I Afdeling, mandor pupuk, 2 orang Satpam
Kebun dan 2 orang centeng/pengamanan Afdeling untuk bersama-sama
mengawasi mulai dari pengambilan pupuk dari Gudang Kebun sampai dengan
selesai pemupukan di lapangan.
d. Administrasi Pemupukan
1). Afdeling setiap tahun harus membuat program pemupukan seuai tahun
tanam dan kebutuhan.
2). Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh Asisten Afdeling.
3). Rencana pemupukan per tanggal dalam sebulan harus dibuat Asisten
Afdeling pada awal bulan.
4). Asisten Afdeling membuat permintaan (AU-58) bahan pupuk dengan
disetujui oleh Asisten Kepala dan Manajer.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
mencegah pencurian.
Unit Afdeling
1. Penyusunan program pemupukan per tahun PIC : Asisten Afdeling
tanam per blok. Duration: 2 hari kerja
2. Pengajuan permintaan pupuk (AU58) ke unit
Kebun sesuai kebutuhan.
Tidak
Unit Kebun PIC : Manajer
Persetujuan Duration: 2 hari kerja
Ya
Unit Afdeling
1. Pengambilan pupuk ke Gudang Kebun
2. Pengeceran pupuk ke lokasi pemupukan
3. Aplikasi pemupukan blok per blok PIC : Asisten Afdeling
4. Pengumpulan goni eks pupuk. Duration: 25 hari kerja/bulan
5. Pengawasan mulai pada saat pengambilan pupuk
dari Gudang Kebun, sampai dengan selesai
pelaksanaan pemupukan di lapangan.
Unit Kebun
Rekapitulasi laporan realisasi pemupukan dari setiap PIC : Asisten Tata Usaha
afdeling Duration: 2 hari kerja
1. Tujuan
Dengan kondisi piringan, pasar pikul, TPH dan gawangan yang normal dapat
memudahkan proses pekerjaan lainnya seperti panen, pemupukan dan
pengawasan lapangan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
a. Piringan pokok adalah luasan di sekeliling batang kelapa sawit dengan
diameter 1,5-3 meter sebagai tempat penaburan pupuk dan pengutipan
brondolan.
b. Gawangan adalah lorong antara barisan pokok kelapa sawit.
1) Gawangan hidup adalah lorong tempat pasar pikul
2) Gawangan mati adalah lorong tempat rumpukan pelepah kelapa sawit
c. Pasar pikul adalah jalan selebar 1,5 meter di dalam gawangan hidup sebagai
tempat jalannya pemanen untuk memikul TBS, pengawasan dan kegiatan
lainnya.
d. Tempat Pemungutan Hasil adalah tempat untuk meletakkan TBS dan
brondolan yang dipanen dengan ukuran 3 x 9 meter yang dibuat pada kanan-
kiri jalan, dimana setiap 2 pasar pikul terdapat 1 TPH.
e. Dosis adalah jumlah pemakaian herbisida persatuan luas misalnya
600 CC/Ha/Apl. Rotasi penyemprotan 3 bulan, sementara pada TM-I dan
TM-II rotasi 2 bulan.
f. Konsentrasi adalah banyaknya herbisida dalam 1 liter air dalam satuan
persen (%). Misal konsentrasi 0.6% artinya adalah 6 CC herbisida dalam
1 liter larutan.
6. Rincian Prosedur
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Pemeliharaan Piringan, Pasar Pikul dan TPH dilaksanakan dengan dua cara.
1) Dengan Manual
Pemeliharaan piringan, pasar pikul dan TPH secara manual di areal TM
pada umumnya sudah tidak digunakan lagi karena dianggap tidak efisien
dan biasanya digunakan pada areal yang tidak bisa di-chemis seperti
rendahan yang sering berair. Sementara pada TM-I dan TM-II
pekerjaannya adalah menurunkan Mucuna bracteata dari pokok kelapa
sawit sekaligus membersihkan piringan dan pasar pikul dengan rotasi
2 bulan.
2) Dengan Chemis
Pemeliharaan piringan,pasar pikul dan TPH secara chemis dilakukan
untuk efisiensi biaya dan memperkecil pemakaian tenaga kerja.
Alatdanbahan
Alat-alat yang harus disediakan untuk penyemprotan adalah sprayer,
nozzle, gelas ukur, ember, jerigen dan lain-lain.
b. Pemeliharaan Gawangan
1). Buru lalang
Buru lalang (weeping) dilakukan dengan menggunakan herbisida
glyphosate konsentrasi 1%. Teknik weeping dengan mengusapkan kain
yang telah dicelupkan ke dalam larutan herbisida pada permukaan daun
lalang dari pangkal hingga ke ujung. Rotasi weeping 3 bulan.
2). Dongkel anak kayu
Teknik pelaksanaan.
a). Semua tumbuhan yang berkayu termasuk tukulan kelapa sawit dan
pakis gajah didongkel sampai akarnya terbongkar.
b). Semua jenis keladi dan tukulan yang telah didongkel diletakkan di
atas anjang-anjang yang terbuat dari kayu atau pelepah sawit.
c). Rotasi 3 bulan.
3). Babat gawangan
a). Babat gawangan dilaksanakan bila vegetasi penutup tanah sudah
melebihi 70 cm di atas permukaan tanah. Pembabatan dilakukan
hingga tinggi permukaan gulma 10-20 cm dari permukaan tanah.
b). Rotasi 3 bulan.
4). Chemis gawangan
Chemis gawangan dilakukan untuk efisiensi biaya dan memperkecil
tenaga kerja sama seperti pada pekerjaan chemis piringan, pasar pikul
dan TPH, dan biasanya dilaksanakan pada areal dengan kondisi vegetasi
penutup tanah yang masih memungkinkan untuk dilakukan chemis.
c. Norma Kerja/Waktu
1. Menurunkan Mucuna TM-I/TM-II : 1.5 HK/Ha/2 Bln
2. Chemis Pir/PP/TPH TM-I/TM-II : 1.25 HK/Ha/2 Bln
Chemis Pir/PP/TPH : 1.25 HK/Ha/3 Bln
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
1. RKAP/RKO
2. Weed book
3. Prosedur Kerja
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Unit Kebun
1. Penyusunan program pekerjaan pemeliharaan
tanaman menghasilkan, meliputi.
- Pemeliharaan piringan, pasar pikul dan TPH PIC : Asisten Afdeling
- Pemeliharaan gawawangan Duration: 2-4 hari kerja
2. Pembuatan peta rotasi berdasarkan realisasi
pekerjaan tahun lalu.
Unit Afdeling
Pelaksanaan pemeliharaan piringan/PP/TPH dan PIC : Asisten Afdeling
gawangan secara tuntas dengan memedomani Duration: 25 hari kerja/bulan
Prosedur Kerja.
1. Tujuan
a. Pengendalian yang dilaksanakan pada saat penanaman dan pada masa TBM
untuk menghindari serangan penyakit Ganoderma.
b. Pembumbunan pokok yang terserang pada masa TM untuk memperpanjang
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
a. Penyakit busuk pangkal batang adalah penyakit yang disebabkan oleh
pathogen Ganoderma boninense.
b. Marfu adalah bio fungisida untuk mencegah penyebaran penyakit Ganoderma,
merupakan singkatan dari Marihat Fungisida.
6. Rincian Prosedur
a. Penyakit Ganoderma
Penyakit ini merupakan penyakit terpenting pada perkebunan kelapa sawit
Indonesia yang sampai dengan saat ini belum ditemukan fungisida yang dapat
memusnahkannya hingga tuntas. Di areal pertanaman kelapa sawit generasi
kedua dan ketiga tingkat serangan akan lebih tinggi dan lebih cepat. Serangan
berat dapat mengakibatkan kematian pada populasi tanaman yang berumur
kurang dari 15 tahun hingga 20-30%.
b. Gejala Serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan di lapangan.
1). Beberapa pelepah daun yang berada di pucuk berwarna pucat seperti
kekurangan unsur hara.
2). Daun mengalami nekrosis dimulai dari daun tua kemudian ke daun yang
lebih muda.
d. Norma Kerja/Waktu
1). Bibitan Pre Nursery (PN)
Menabur Marfu : 0,5 HK/15.000 bag
Bahan : Marfu : 5 Gr/Pokok
2). Bibitan Main Nursery (MN)
Menabur Marfu : 3.000 bag/HK
Bahan : Marfu : 10 Gr/Pokok
3). TU/TK/TB
Menabur Marfu : 0,5 HK/Ha
Bahan : Marfu : 400 Gr/lubang
4). TBM-I
Menabur Marfu : 0,2 HK/Ha
Bahan : Marfu : 200 Gr/Ha
5). TBM-II
Menabur Marfu : 0,2 HK/Ha
Bahan : Marfu : 200 Gr/Ha
6). TBM-III
Menabur Marfu : 0,2 HK/Ha
Bahan : Marfu : 200 Gr/Ha
7). TM
Membumbun Pokok : 1,5 Pokok/HK
Bahan : Marfu : 400 Gr/Pokok
Bahan Organik : ±30 kg/Pokok
Ya
Bagian Tanaman
1. Penyusunan draf kebutuhan bahan dan biaya
PIC : Kepala Urusan
pengendalian Ganoderma.
Duration: 2 hari kerja
2. Pengajuan Memo permintaan bahan (Marfu)
kepada Bagian Pengadaan.
Bagian Pengadaan
PIC : Kepala Bagian
1. Menyediakan Marfu sesuai Memo permintaan.
Duration: 7 hari kerja
2. Men-dropping Marfu ke Gudang Kebun.
Unit Kebun
Mengaplikasikan penaburan Marfu di pembibitan, PIC : Asisten Afdeling
pada lubang tanam saat penanaman di areal TU, Duration: 25 hari kerja/bulan
pada areal TBM sebagai pencegahan dan areal TM
pada saat pembumbunan pokok kelapa sawit.
1. Tujuan
Pelaksanaan global telling yang dilakukan dengan disiplin tinggi, organisasi yang
baik, petugas yang teliti dan penuh rasa tanggung jawab, maka keberadaan dan
perkembangan hama dapat ditekan di bawah ambang batas populasi dengan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
a. Tingkat populasi kritis adalah jumlah populasi pada satuan luasan yang sudah
telah mencapai ambang batas toleransi.
b. Defoliasi adalah luasan permukaan daun yang berkurang akibat serangan
hama ulat.
c. Early Warning System (EWS) adalah sistem pengamatan dini terhadap
serangan hama
d. Global telling adalah sitem pengamatan secara menyeluruh untuk mengetahui
adanya hama secara dini, dimana pengamatan dilakukan pada pohon yang
dipilih secara acak sebagai sampel, sehingga dapat diketahui keadaan
populasi dan penyebaran hama dimaksud.
e. Parasit adalah organisme yang hidupnya tergantung dan merugikan
organisme lain.
f. Tanaman inang adalah tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai tanaman
inang predator hama.
6. Rincian Prosedur
a. Jenis Hama Ulat
Hama ulat perusak atau pemakan daun yang penting dan lazim dijumpai pada
tanaman kelapa sawit ialah family ulat api (Limacodidae) dan ulat kantong
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
buah yang lunak. Ulat hidup dalam kandungan sutera yang ditutupi
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
Data defoliasi hanya dibuat satu kali terhadap daun yang berada pada
pelepah tengah hingga atas. Berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa
kehilangan satu daun total dan serangan hama yang berulang-ulang dalam
satu lokasi sangat sering terjadi.
laju pertumbuhan padat populasi. Hal ini berarti bahwa toleransi terhadap
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
Spesies Telur
Mahasena corbetti 2000-3000
Metisa plana 100-300
Setora nitens 200-300
Thosea asigna 300-400
Darna trima 90
Plona diducta 60
d. Pemberantasan Hama
Pada prinsipnya pemberantasan atau pencegahan hama dapat dilakukan
dengan cara.
1). Mekanis
a). Hand picking (pengutipan) ulat kantong.
b). Hand picking kepompong ulat api.
c). Pengumpulan, pembersihan tempat berkembang biaknya.
2). Biologis
Dengan menggunakan organisme lain sebagai musuh alaminya.
a). Parasit
b). Predator
c). Tanaman inang, diantaranya sebagai berikut.
(1) Turnera subulata
(2) Amarantus spinosus
(3) Oxalis barrelieri
(4) Antigonon leptosus
(5) Euphorbia heterophylla
(6) Euphorbia hirta
3). Pemulia Tanaman
Pemberantasan atau pencegahan dengan menanam varietas tanaman
yang tahan terhadap hama atau penyakit.
f. Norma Kerja/Waktu
1). Global Telling : 0.05 HK/Ha/Bln
2). Effektif Telling : 0.025 HK/Ha/Bln
3). Menyemprot dengan motor sprayer : 0.5 HK/Ha/Thn
Bahan: Insektisida : 250 CC/Ha
Emulgator : 50 CC/Ha
Sandovit/Agral : 50 CC/Ha
Solar : 1 Ltr/Ha
Premium : 0.2 Ltr/Ha
7. Aspek Pengelolaan Risiko
Pengendalian risiko pada setiap pengendalian hama ulat api dan ulat kantong
kelapa sawit selalu dilaksanakan.
Unit Afdeling
1. Pelaksanaan Global telling sesuai peta rotasi. PIC : Asisten Afdeling
2. Pelaksanaan Effectif telling jika ada serangan ulat Duration: 25 hari kerja/bulan
api/kantong terutama pada episentrumnya.
Unit Afdeling
Pengendalian serangan ulat api/kantong meliputi
- Mekanis PIC : Asisten Afdeling
- Biologis Duration: 25 hari kerja/bulan
- Kimia (Chemis)
- Pengendalian Terpadu.
Unit Afdeling
Mengajukan permintaan AU-58 bahan kimia kepada PIC : Asisten Afdeling
unit Kebun sesuai kebutuhan pada pengendalian Duration: 1 hari kerja
secara kimia (chemis).
Unit Kebun
Evaluasi PIC : Manajer
dan Duration: 2 hari kerja
persetujuan
Pelaporan hasil Gobal telling dan pengendalian ulat PIC : Asisten Tata Usaha
api/kantong kepada Bagian Tanaman Duration: 2 hari kerja
1. Tujuan
a. Memudahkan pemanen untuk memotong buah.
b. Untuk merangsang peningkatan prestasi panen.
c. Mengefektifkan penyerbukan secara alami.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
a. Tunas cabang adalah proses pemotongan pelepah kelapa sawit.
b. Leaf area index adalah indeks luasan permukaan daun.
c. Songgo adalah pelepah kelapa sawit yang terletak di bawah pelepah kursi
d. Pelepah kursi adalah pelepah tempat dudukan buah.
e. Ultra Light Pole (ULP) adalah galah untuk meletakkan egrek, sehingga dapat
menjangkau pelepah yang tinggi.
6. Rincian Prosedur
a. Syarat Pelaksanaan Tunas Cabang
Untuk menjaga agar kondisi tanaman tetap prima tunas cabang/pelepah daun
perlu dilaksanakan dengan alasan.
1). Penunasan (pemotongan) cabang kelapa sawit merupakan kompromi
antara pengurangan luasan asimilasi (Leaf Area Index) dengan
kemudahan panen.
2). Jumlah cabang/pelepah daun kelapa sawit yang ditunas dan dipotong
sewaktu panen, tidak boleh melebihi dari jumlah cabang/pelepah daun
kelapa sawit yang terbentuk dalam satu tahun.
1. RKAP/RKO
2. Weed book
3. Prosedur Kerja
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Unit Kebun
Penyusunan program pekerjaan tunas cabang per PIC : Asisten Afdeling
tahun tanam per blok setiap afdeling disertai peta Duration: 2-4 hari kerja
rotasi berdasarkan realisasi pekerjaan tahun lalu.
Tidak
Ya
Unit Afdeling
Pelaksanaan tunas cabang secara tuntas dengan PIC : Asisten Afdeling
memedomani SOP dan manajemen tajuk per tahun Duration: 25 hari kerja/bulan
tanam.
1. Tujuan
Data hasil perhitungan dan pengukuran curah hujan yang valid dapat digunakan
sebagai faktor penentu pelaksanaan pemupukan di lapangan dan pelaksanaan
penyiraman bibit kelapa sawit dan karet di pembibitan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
a. Defisit air adalah suatu keadaan kekurangan air yang terjadi apabila jumlah
cadangan air dan curah hujan lebih kecil daripada evapotranspirasi.
b. Evapotranspirasi adalah penguapan air yang terjadi dari permukaan tanah dan
tumbuh-tumbuhan.
c. Ombrometer adalah penakar hujan, yaitu alat yang digunakan untuk
mengukur curah hujan.
6. Rincian Prosedur
a. Curah Hujan dan Defisit Air
1). Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat penting peranannya
dalam mendukung efektifitas pelaksanaan pemupukan dan sebagai
parameter untuk menilai keragaan tinggi rendahnya produktivitas
tanaman.
2). Defisit Air merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada
pembungaan/pembuahan atau produktivitas kelapa sawit 18-30 bulan
yang akan datang, yang terpenting defisit air selama 1 tahun tidak
melebihi 250 mm.
Pengaruh tingkat kekeringan terhadap produktivitas kelapa sawit menurut
PPKS sebagai berikut.
Penurunan
Water Defic it
Klas ifik as i Produk tiv itas
(m m /tahun)
(%)
0 - 200 Optimal 0
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
KA = Caw + CH - ES
KA = Keseimbangan Air Bila HH ≤ 10 → Es = 150 mm
CAw = Cadangan Awal HH > 10 → Es = 120 mm
CH = Curah Hujan
Es = Ev apotranspirasi HH = Hari Hujan
CAk = Cadangan Akhir
Bila KA = ≥ 200 mm → Cadangan Akhir = 200 mm
Bila KA = ≤ 200 mm → Cadangan Akhir = Keseimbangan Air
KA < 200 mm → CAk = KA
Misal : KA = 170 → CAk = 170 mm
KA = 210 → CAk = 200 mm
Bila KA (minus) → Cak = 0
DN = KA - CAk
DN = Drainase
Caw dan Cak maksimum 200 mm
Drainase terjadi bila KA > 200 mm
KA (minus) → DA = KA
3). Penakar hujan harus diletakkan pada tiang kayu atau beton yang kuat
dengan ketinggian mulut/corong penakar 120 cm dari permukaan tanah
dan harus dipasang horizontal (datar) menggunakan timbang air.
4). Mengingat karakteristik hujan sangat bervariasi pada setiap lokasi yang
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
berjarak tidak terlalu jauh, maka penakar harus dipasang di setiap kantor
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
dan karet.
Unit Kebun
Menyediakan Ombrometer lengkap dengan gelas PIC : Asisten Tata Usaha
ukur sebagai penakar hujan yang diletakkan di Duration: 2-4 hari kerja
halaman Kantor Kebun dan setiap afdeling.
1. Tujuan
a. Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh limbah B3.
b. Melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
Limbah B3 adalah bahan berbahaya beracun adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.
6. Rincian Prosedur
a. Limbah B3
Setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada
kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer
dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas
lingkungan kembali kepada fungsi semula.
b. Penanganan Limbah B3
1). Penerimaan dan penyimpanan pupuk
a). Periksa surat pengantar barang dari kebun, pastikan sesuai dengan
tujuan afdeling, nomor order dan jenis pupuk yang di order.
b). Pakai alat pelindung diri
c). Periksa jenis dan jumlah pupuk yang diterima, pastikan sesuai dengan
surat permintaan barang (AU-58) dan dalam kondisi baik.
d). Atur transport pengangkutan agar pupuk mudah diangkut dan
disusun.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
a). Periksa bon, pastikan pupuk yang diminta tersedia di gudang Afdeling.
b). Pakai alat pelindung diri.
c). Pengambilan pupuk dari gudang Afdeling sesuai dengan kebutuhan
rencana pemupukan di lapangan dan dicatat.
d). Atur kembali susunan goni sebelum pintu gudang ditutup.
3). Penanganan limbah B3 karung goni eks pupuk
a). Mandor membawa karung goni pupuk yang telah selesai dipupukkan
ke gudang Afdeling.
b). Jumlah karung goni yang dikembalikan ke gudang Afdeling sama
dengan jumlah karung goni yang diminta, dihitung oleh petugas
gudang Afdeling.
c). Petugas gudang Afdeling melipat rapi dalam bentuk gulungan
(1 gulungan = 10 lembar) dan disusun rapi dalam gudang.
4). Pemanfaatan ulang B3 karung goni eks pupuk
a). Karung goni eks pupuk dapat dipakai ulang untuk kebutuhan afdeling
semisal pembungkus tanah bedengan dan karung pengutipan
brondolan.
b). Khusus untuk pemakaian pada pekerjaan pengutipan brondolan,
karung goni eks pupuk dicuci terlebih dahulu pada kamar mandi bilas
dan dikeringanginkan.
c). Petugas gudang Afdeling menulis dan melaporkan setiap pemakaian
kepada Asisten Afdeling.
Unit Kebun
1. Pembuatan Gudang penyimpanan setiap afdeling. PIC : Asisten Tata Usaha
2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk Duration: 7 hari kerja
operasional setiap afdeling.
Unit Afdeling
Penanganan limbah B3 pupuk, meliputi
1. Penerimaan dan penyimpanan pupuk PIC : Asisten Afdeling
2. Pengeluaran pupuk Duration: 25 hari kerja/bulan
3. Penanganan limbah B3 karung goni eks pupuk
4. Pemanfaatan ulang karung goni eks pupuk.
1. Tujuan
a. Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh limbah B3.
b. Melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Unit kebun.
3. Definisi
Limbah B3 adalah bahan berbahaya beracun adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.
6. Rincian Prosedur
a. Limbah B3
Setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada
kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer
dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas
lingkungan kembali kepada fungsi semula.
b. Penanganan Limbah B3
1). Penerimaan dan penyimpanan pestisida
a). Periksa surat pengantar barang dari kebun, pastikan sesuai dengan
tujuan afdeling, nomor order dan jenis pestisida yang diorder.
b). Pakai alat pelindung diri.
c). Periksa jenis dan jumlah pestisida yang diterima, pastikan sesuai
dengan surat pengantar barang (AU-58) dan dalam kondisi baik.
d). Atur transport pengangkutan pestisida agar mudah diangkut.
2). Pengeluaran pestisida
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Kebun.
b). Pakai alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dll.)
c). Pengambilan pestisida dari gudang Afdeling sesuai dengan kebutuhan
rencana spraying di lapangan dan dicatat
d). Atur kembali susunan jerigen sebelum pintu gudang ditutup
3). Penanganan limbah B3 jerigen eks pestisida
a). Mandor membawa jerigen eks pestisida yang telah habis digunakan
ke gudang Afdeling
b). Jumlah jerigen dikembalikan ke gudang Afdeling sama dengan jumlah
jerigen yang diminta, dihitung oleh petugas gudang.
c). Petugas gudang Afdeling menyusun rapi dalam gudang.
4). Pemanfaatan ulang B3 jerigen eks pestisida
a). Jerigen eks pestisida dapat dipakai ulang untuk kebutuhan afdeling
semisal wadah penampung air dan wadah larutan pekerjaan spraying
selanjutnya seperti chemis piringan.
b). Khusus untuk pemakaian pada pekerjaan spraying selanjutnya,
jerigen eks pestisida dicuci terlebih dahulu pada kamar mandi bilas
dan dikeringanginkan.
c). Petugas gudang Afdeling menulis dan melaporkan setiap pemakaian
kepada Asisten Afdeling.
Unit Kebun
1. Pembuatan Gudang penyimpanan setiap afdeling. PIC : Asisten Tata Usaha
2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk Duration: 7 hari kerja
operasional setiap afdeling.
Unit Afdeling
Penanganan limbah B3 pupuk, meliputi
1. Penerimaan dan penyimpanan pestisida PIC : Asisten Afdeling
2. Pengeluaran pestisida Duration: 25 hari kerja/bulan
3. Penanganan limbah B3 jerigen eks pestisida
4. Pemanfaatan ulang jerigen eks pestisida.
1. Tujuan
Untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan
Rekomendasi pemupukan karet.
2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
3. Definisi
Kesatuan Contoh Daun (KCD) adalah lokasi dimana letak penetapan pohon-
pohon contoh.
4. Peralatan dan Bahan
a. Kuas h. Kapas
b. Galah i. Meja
c. Tali/benang wol j. Meteran
d. Alat Pelindung Diri (APD) k. Karet Gelang
e. Pisau/Sabit l. Oven pengering
f. Kantong plastik m. Aquades
g. Gunting n. Cat biru
5. Pedoman dan Referensi
a. Petunjuk Praktis Pengambilan Sampel daun karet, untuk Rekomendasi
Pemupukan (Balai Penelitian Sungai Putih).
b. Vademicum Bagian Tanaman
6. Rincian Prosedur
a. Penentuan Pohon Contoh
1). Dipilih lokasi seluas 5 Ha atau 20% dari luas KCD (25 Ha).
2). Dalam barisan menurut arah barisan ditentukan pohon contoh sebanyak
8 pohon.
3). Dalam barisan menurut arah gawangan ditentukan pohon contoh
sebanyak 5 pohon, jadi dalam 1 KCD terdapat 40 pohon sampel.
4). Jumlah helai daun yang diambil dari pohon contoh adalah 4 helai, 2 helai
dari sebelah kiri yang berhadapan dan 2 helai dari sebelah kanan yang
berhadapan, sehingga jumlah helai daun dari 1 KCD terkumpul 160
lembar.
5). Pohon sampel harus sehat, tidak berdekatan dengan pohon yang
terserang penyakit JAP, tidak dekat batas blok, jalan, sungai atau
bangunan. Batang dan cabang utama masih utuh tidak patah dan daun
tidak sedang mengalami flush.
b. Pengambilan Daun untuk Sampel.
Tentukan payung kedua pada pohon contoh dan pada pohon lain
yang berdampingan dengan pohon contoh, dari tiap payung tersebut
dipetik 2 tangkai daun yang letaknya berseberangan dan diambil tiap
1 anak daun sehingga tiap pohon contoh diambil 2 anak daun. Khusus
untuk tanaman belum bercabang, jumlah pohon contoh menjadi 2 x
pohon contoh, yaitu pohon contoh yang diberi tanda dan pohon yang
mendampinginya.
b). Tanaman Bercabang Primer.
Daun yang diambil dari cabang primer.
(1) Tentukan 2 cabang primer pada pohon contoh yang
berseberangan.
(2) Tentukan payung ke 2 pada masing-masing cabang tersebut.
(3) Tiap cabang primer diambil 2 tangkai daun yang letaknya
berseberangan sehingga dari tiap pohon contoh diambil 4 helai
anak daun yang terletak di bagian tengah anak daun.
c). Tanaman bercabang Sekunder dan Tertier.
Daun yang diambil dari cabang sekunder dan tertier.
(1) Tentukan 2 cabang sekunder dan tertier pada pohon contoh yang
berseberangan
(2) Tentukan payung ke 2 pada cabang sekunder dan tertier pada
masing-masing cabang tersebut.
(3) Tiap cabang sekunder dan tertier diambil 2 tangkai daun yang
letaknya berseberangan, sehingga dari tiap pohon contoh cabang
sekunder dan tertier diambil 4 helai anak daun yang terletak di
bagian tengah anak daun.
d). Tanaman Bercabang Lanjut.
Daun yang diambil dari cabang lanjut.
(1) Tentukan 2 cabang normal (primer) pada pohon contoh yang
berseberangan.
(2) Tentukan payung pertama pada tingkat percabangan terakhir
(renting) yang letkanya kira-kira 1/2 -1/3 tinggi tajuk.
(3) Tiap payung diambil 2 tangkai daun yang normal dari tiap cabang,
sehingga dari tiap pohon contoh diambil 4 helai anak daun.
b). Tidak dibenarkan daun diambil sore hari atau hari hujan.
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
Bagian Tanaman
1. RKAP/RKO Penyusunan draf pengambilan sampel
2. Prosedur Kerja daun karet sebagai pedoman dalam
3. Guide line Tanaman pembuatan Rekomendasi pemupukan oleh
Balai Penelitian.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Tidak
Direksi PIC : Direktur Produksi
Persetujuan Duration: 2 hari kerja
Ya
Bagian Tanaman
Pengajuan surat ke Balai Penelitian untuk
PIC : Kepala Urusan
melakukan analisa daun disertai dengan
Duration: 2-4 hari kerja
form isian dari kebun berkaitan dengan
riwayat pemupukan sebelumnya.
Unit Afdeling
1. Pengambilan sampel daun pada
PIC : Asisten Afdeling
LSU/KCD setiap afdeling.
Duration: 14 hari kerja
2. Pembersihan sampel daun.
3. Pengiriman sampel daun ke unit Kebun.
Unit Kebun
1. Pengeringan sampel daun dengan
PIC : Asisten Tata Usaha
menggunakan oven.
Duration: 7 hari kerja
2. Pengiriman sampel daun kering ke
Bagian Tanaman.
3.
1. Tujuan
Untuk memudahkan dalam pengambilan contoh daun karet.
2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
3. Definisi
Kesatuan Contoh Daun adalah lokasi dimana letak penetapan pohon-pohon
contoh.
6. Rincian Prosedur
Sistem pembuatan Kesatuan Contoh Daun Karet adalah sistem terpusat
a. Penentuan Kesatuan Contoh Daun Karet.
1). Jenis topografi tanah sama.
2). Tanaman terdiri dari klon dan umur yang sama.
3). Perlakuan kultur teknis sama
4). Pada umumnya luas 1 KCD 16-25 Ha.
b. Syarat-syarat Pohon Contoh
1). Pohon contoh harus sehat dan tidak terserang hama penyakit.
2). Pohon contoh tidak bersebelahan dengan pohon terserang penyakit JAP.
3). Pohon contoh tidak terletak di dekat batas blok, jalan, sungai atau
bangunan.
4). Batang dan cabang utama masih utuh, tidak patah dan sompel.
5). Tidak sedang mengalami flush
6). Apabila pohon contoh terserang hama penyakit atau tumbang maka dapat
digantikan dengan pohon di sebelahnya dalam barisan yang sama.
c. Pemilihan Pohon Contoh.
1). Luas kesatuan contoh daun 25 Ha, maka pilih lokasi seluas 20% atau
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Rekomendasi pemupukan.
Unit Kebun
1. Pembuatan Kesatuan Contoh Daun (KCD) dan
PIC : Asisten Tata Usaha
Nomor Pokok Contoh (NPC) setiap afdeling.
Duration: 2 hari kerja
2. Penyediaan alat dan bahan untuk pembuatan
NPC setiap Afdeling.
Unit Afdeling
1. Penentuan KCD dengan luas 16-25 Ha
2. Penentuan Pokok Contoh seluas 5% dari KCD PIC : Asisten Afdeling
3. Pemilihan pokok contoh dengan interval 5 pokok Duration: 25 hari kerja
dalam barisan dan interval 10 pokok antar barisan
4. Pembuatan NPC.
1. Tujuan
Untuk mengusahakan kondisi areal TM karet sesuai dengan standar kultur teknis,
sehingga dapat diperoleh produksi yang optimal dan berkelanjutan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
2. Ruang Lingkup
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
3. Definisi
Pemeliharaan tanaman adalah seluruh kegiatan pemeliharaan yang pada akhirnya
diharapkan dapat memaksimalkan peraihan produksi.
6. Rincian Prosedur
a. Pemeliharaan Jalan
1). Jalan harus dipelihara/dirawat secara rutin meliputi jalan utama dan jalan
produksi dengan bentuk badan jalan batok tengkurap.
2). Bila di permukaan jalan ada genangan air, maka airnya dikuras hingga
kering.
3). Rotasi perawatan jalan secara manual dilaksanakan setiap hari dan bila
diperlukan secara mekanis 1 tahun sekali.
b. Pemeliharaan Saluran Air
1). Bersamaan dengan perawatan jalan, paret kiri kanan jalan juga harus
dirawat, sehingga dapat menampung air dan menyalurkanya.
2). Paret outlet harus dibersihkan dari timbunan sampah dan tanah, dengan
rotasi 3 tahun sekali.
3). Dalam pelaksanaannya, tanah, pasir dan sampah yang ada di dalam paret
dikerok dan dibuang keluar dari kaki lima.
4). Gulma yang tumbuh pada dinding paret dikikis. Pada saat membersihkan
paret ukuran dan bentuk paret sekaligus diperbaiki.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
1). Inventarisasi jumlah teras dan benteng yang rusak maksimum 25%.
2). Cekungan tanah dinding teras yang rusak diperbaiki, akar lateral yang
timbul dan menonjol di ratakan dan ditimbun kembali.
3). Benteng yang rusak diperbaiki kembali dengan menggunakan tanah dari
atas benteng dengan jarak 1 m.
d. Pengendalian Gulma
1). Penyiangan Stripan/Jalur
a). penyiangan jalur dengan lebar 1,5 m dari kiri kanan pohon.
b). Pada areal TM muda dengan dominasi kacangan dilakukan secara
chemis dengan rotasi 3 bulan.
c). Pada TM dewasa dilaksanakan secara chemis dengan rotasi 6 bulan.
d). Bila pemakaian bahan kimia untuk blanket 1,25 Ltr/Ha, maka untuk
penyiangan jalur disesuaikan dengan jumlah barisan.
Contoh: untuk tanaman dengan jumlah barisan = 20 baris/Ha, maka
1,5 m x 2 x 20 baris c 100 m x 1,25 Ltr/Ha = 0,75 Ltr/Ha
10.000
2). Penyiangan Gawangan
Gulma pakis-pakisan dan rumput-rumputan dengan ketinggian 30 cm
masih diperkenankan tumbuh di gawangan. Secara periodik gulma di
gawangan dibabat dengan rotasi 6 bulan.
3). Dongkle Anak Kayu
Semua anak kayu di jalur maupun di gawangan harus didongkel
menggunakan cangkul dengan rotasi 3 bulan.
e. Pemberantasan Lalang
1). Weeping lalang
a). weeping dilaksanakan dengan menggunakan Glyphosate dengan
konsentrasi 1 %.
b). Pelaksanaannya menggunakan alat penjepit yang ujungnya dilapisi
kain. Penjepit dicelupkan ke dalam larutan Glyphosate dan sedikit
ditekan paa pinggir wadah untuk mengeluarkan sebagian larutan dari
kain. Kemudian bagian di usapkan pada lalang mulai dari pangkal
sampai ujung daun, hingga benar-benar basah.
c). Ujung helaian daun yang sudah di weeping, diputus sebagai tanda.
b). Dinyatakan sporadis berat jika dalam 1 m² terdapat > 10-50 helai
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
1. RKAP/RKO
2. Weed book
3. Prosedur Kerja
4. Guide line Tanaman
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Unit Kebun
1. Penyusunan program pekerjaan pemeliharaan
tanaman menghasilkan (TM) Karet, meliputi.
a. Pemeliharaan jalan
b. Pemeliharaan saluran air PIC : Asisten Afdeling
c. Pemeliharaan teras dan benteng Duration: 2-4 hari kerja
d. Pengendalian gulma
e. Pemberantasan lalang
f. Penanganan terhadap pohon tumbang/patah
2. Pembuatan peta rotasi berdasarkan realisasi
pekerjaan tahun lalu. Tidak
Ya
1. Tujuan
Untuk mengantisipasi terjadinya angin kencang, sehingga kerapatan populasi
pohon karet dapat dipertahankan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
2. Ruang Lingkup
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
3. Definisi
Pemotongan tajuk merupakan pengurangan mahkota daun untuk membentuk
tajuk dan mengurangi ketinggian pohon sehingga lebih tahan terhadap hembusan
angin kencang.
6. Rincian Prosedur
a. Pelaksanaan Pemotongan Tajuk Tanaman Karet.
1). Pemotongan tajuk dilaksanakan pada Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) tahun ke-III dan Tanaman Menghasilkan (TM) tahun sadap ke-II.
2). Pemotongan tajuk pada TBM-III dilakukan pada semester II, yakni pada
bulan September s/d November dengan ketinggian + 5 m dari permukaan
tanah.
3). Pemotongan tajuk Tanaman Menghasilkan (TM) dilakukan pada musim
gugur daun (produksi rendah) dan tidak diperbolehkan pada saat produksi
5). Lakukan pemotongan tajuk dari pohon ke pohon dengan, potongan harus
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
1. RKAP/RKO
2. Weed book
3. Prosedur Kerja
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Unit Kebun
1. Penyusunan program pekerjaan pemotongan PIC : Asisten Afdeling
tajuk tanaman karet pada TBM-II, TBM-III dan Duration: 2-4 hari kerja
TM-II setiap afdeling
2. Pembuatan peta rotasi berdasarkan realisasi
pekerjaan bulan lalu.
Tidak
Ya
Unit Afdeling
Pelaksanaan pemotongan tajuk secara tuntas
dengan memedomani Prosedur Kerja, sehingga PIC : Asisten Afdeling
diperoleh tegakan per hektar yang padat, karena Duration: 25 hari kerja/bulan
lebih tahan terhadap hembusan angin kencang.
Unit Kebun
PIC : Asisten Tata Usaha
Rekapitulasi realisasi pekerjaan pemotongan tajuk
dari setiap afdeling. Duration: 2-4 hari kerja
1. Tujuan
Untuk mengganti unsur hara yang terpakai, tercuci atau terangkut bersama
produksi dan mempertahankan tingkat kesuburan fisik tanah dan biologis tanah.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
2. Ruang Lingkup
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
3. Definisi
a. Rij Staat adalah peta setiap blok yang menggambarkan nomor baris dan
nomor setiap pohon dalam baris.
b. Supply point besar adalah titik ecer besar tempat menurunkan zak-zak pupuk
untuk selanjutnya diecer ke supply point kecil.
c. Supply point kecil adalah titik ecer kecil untuk memenuhi kebutuhan pupuk
untuk 5-10 pohon pada setiap 5 baris atau lebih.
6. Rincian Prosedur
a. Jadwal Pemupukan
Pemupukan dilaksanakan pada saat tanaman paling membutuhkan hara,
yakni pada saat tanaman membentuk tunas-tunas baru (flush). Saat yang
paling tepat melaksanakan pemupukan I yaitu mulai bulan April, dimana
keadaan tanah sudah cukup lembab. Pemupukan ke-II minimal berselang 3-4
bulan, yaitu sekitar bulan Agustus-September pada tahun yang sama.
1). Dosis dan waktu pemberian pupuk untuk TU/TB/TBM
2). Pada penggunaan pupuk compound untuk TBM dan TM, pemberian
pupuk dilakukan dengan cara pocket dengan menempatkan pupuk pada 3
lubang, yakni 2 lubang di sisi kiri dan 1 lubang di sisi kanan barisa,
sementara pada tahun berikutnya dilakukan sebaliknya.
3). Penentuan dosis dan jenis pupuk untuk TM mengacu kepada
Rekomendasi Balai Penelitian.
4). Pupuk compound tidak dibenarkan dicampur dengan pupuk hayati emas
(PHE), tapi di lapangan dapat diberikan dalam satu lubang pada waktu
bersamaan.
b. Perencanaan Pemupukan
1). Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh Asisten Afdeling
dan disetujui oleh Asisten Kepala dan Manajer.
2). Rencana pemupukan harian dibuat oleh Asisten Afdeling yang dilengkapi
dengan peta blok yang telah lengkap dengan titik-titik supply point.
3). Permintaan pengangkutan dan kebutuhan pupuk harian diajukan minimal
1 hari sebelum pelaksanaan pemupukan, jika menggunakan pupuk
tunggal pencampuran di gudang Afdeling maksimal 24 jam sebelum
ditabur.
4). Seluruh pupuk yang dicampur harus ditabur hari itu juga.
c. Organisasi Pemupukan
1). Satu grup terdiri dari satu orang kepala grup dan lima orang penabur dan
satu orang tukang pikul.
2). Prinsip pemupukan, setiap pohon memperoleh pupuk yang sama, oleh
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
3). Jumlah grup tergantung dari luas (Ha) yang akan dipupuk.
d. Pelaksanaan Pemupukan
1). Campuran pupuk dimasukkan kembali ke goni pupuk dan masing-masing
goni ditimbang beratnya 50 Kg.
2). Pupuk diangkut ke areal dan diecer ke supply point sesuai dengan
kebutuhan pupuk untuk setiap supply point.
3). Takaran pupuk agar disediakan sesuai dosis per jenis pupuk.
4). Pelaksanaan pemupukan harus tetap berpedoman pada prinsip 5T, yaitu
tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran.
5). Khusus areal kontur, pupuk ditabur pada larikan dan di areal berbukit
pupuk ditabur pada 3 lubang arah dinding teras.
e. Pengendalian Kemasan Bekas Pupuk
1). Kemasan bekas pupuk dikumpulkan, kemudian bagian dalam kemasan
dibalik dan dibersihkan dari sisa pupuk.
2). Kemasan pupuk yang basah dan lembab harus dijemeur terlebih dahulu
3). Kemasan yang telah bersih digulung dan diikat dengan tali sebanyak 10
lembar dalam 1 ikatan dan dibukukan, selanjutnya disimpan ke gudang
Afdeling.
f. Pengawasan Pemupukan
1). Selama pelaksanaan pemupukan, harus diawasi langsung oleh Asisten
Afdeling dan Mandor-I
2). Asisten Kepala melakukan pengawasan secara periodik
3). Manajer melakukan pengawasan secara on the spot (inspeksi mendadak).
4). Bagian Tanaman Kantor Pusat melakukan evaluasi terhadap laporan
pelaksanaan pemupukan.
Bagian Tanaman
1. RKAP/RKO Penyusunan draf kebutuhan bahan dan
2. Prosedur Kerja biaya pemupukan dengan dosis sesuai
3. Guide line Tanaman Rekomendasi Pemupukan Balai Penelitian
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Tidak
Ya
Bagian Tanaman
Pengajuan Memo kebutuhan pupuk kepada PIC : Kepala Bagian
Bagian Pengadaan berdasarkan permintaan Duration: 2 hari kerja
bahan/barang (AU31) dari kebun.
Bagian Pengadaan
1. Pembuatan kontrak kerja sama
PIC : Kepala Bagian
pengadaan pupuk dengan pihak ketiga.
Duration: 30 hari kerja
2. Pengiriman pupuk ke masing-masing
Gudang Kebun.
Unit Afdeling
1. Penyusunan program pemupukan per PIC : Asisten Afdeling
tahun tanam per blok. Duration: 2 hari kerja
2. Pengajuan permintaan pupuk (AU58) ke
unit Kebun sesuai kebutuhan.
Tidak
Unit Kebun
PIC : Manajer
Persetujuan
Duration: 1 hari kerja
Ya
Unit Afdeling
1. Pengambilan pupuk ke Gudang Kebun
2. Pengeceran pupuk ke lokasi pemupukan
3. Aplikasi pemupukan blok per blok
4. Pengumpulan goni eks pupuk. PIC : Asisten Afdeling
5. Pengawasan mulai pada saat Duration: 25 hari kerja/bulan
pengambilan pupuk dari Gudang Kebun,
sampai dengan selesai pelaksanaan
pemupukan di lapangan.
Unit Kebun
Rekapitulasi laporan realisasi pemupukan PIC : Asisten Tata Usaha
dari setiap afdeling Duration: 2 hari kerja
1. Tujuan
Untuk menentukan kawasan yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati
penting, jasa lingkungan penting, sosial dan budaya penting untuk masyarakat
melalui pendekatan penilaian pendahuluan dan penilaian menyeluruh.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
Kebun/Unit PT Perkebunan Nusantara I (Persero).
3. Definisi
a. High Conservation Value (HCV/NKT) adalah sesuatu yang bernilai konservasi
tinggi pada tingkat lokal, regional atau global yang meliputi nilai-nilai ekologi,
jasa lingkungan, sosial dan budaya.
b. HCV 1 adalah kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati
yang penting secara global, regional dan nasional.
c. HCV 1.1 adalah kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi
pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan konservasi.
d. HCV 1.2 adalah spesies hampir punah.
e. HCV 1.3 adalah kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang
terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup.
f. HCV 1.4 adalah kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau
sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer.
g. HCV 2 adalah kawasan bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi
secara alami baik tingkat global regional dan lokal.
h. HCV 2.1 adalah kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk
menjaga proses dan dinamika ekologi.
i. HCV 2.2 adalah kawasan bentang alam yang berisi dua atau lebih ekosistem
dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan).
j. HCV 2.3 adalah kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies
alami.
k. HCV 3 adalah kawasan yang mempunyai ekosistem langka, terancam atau
hampir punah.
l. HCV 4 adalah kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alami.
m. HCV 4.1 adalah kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air
dan pengendalian banjir pada masyarakat hilir.
n. HCV 4.2 adalah kawasan penting bagi pengendalian erosi dan sedimentasi.
o. HCV 4.3 adalah kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah
meluasnya kebakaran hutan atau lahan.
p. HCV 5 adalah kawasan alam yang mempunyai fungsi penting untuk
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal.
s. Derah Aliran Sungai adalah unit hidrologi yang dibatasi oleh batas topografi
dengan puncak tertinggi dari suatu wilayah aliran sungai, dimana air hujan
yang jatuh di wilayah tersebut mengalir ke danau atau laut.
t. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh suatu hubungan
timbal balik antara organisme (makhluk hidup atau unsur biotik dengan
lingkungannya atau unsur abiotik).
6. Rincian Prosedur
a. Identifikasi HCV
1). Bagian Tanaman menyusun rencana kerja pelaksanaan identifikasi
High Conservation Value (HCV).
2). Hasil rencana kerja yang sudah disusun selanjutnya disampaikan
ke Direksi sebagai dasar proses pembuatan Surat Perjanjian dengan
konsultan yang ahli di bidang HCV.
3). Kebun/Unit membentuk tim identifikasi HCV.
4). Pelaksanaanya didampingi oleh konsultan.
b. Penilaian HCV oleh konsultan
1). Pengumpulan data sekunder
a). Mengumpulkan data hasil penelitian, laporan statistik, demografi
wilayah, peta dan data audio visual. Data informasi ini dapat diperoleh
dari Kebun/Unit, instansi pemerintah, perguruan tinggi, lembaga
swadaya, masyarakat setempat dan berbagai situs website di internet.
Tidak
Direksi PIC : Direksi
Persetujuan Duration: 2-4 hari kerja
Ya
Bagian Tanaman
Pembuatan Surat Perjanjian kerjasama dengan PIC : Kepala Urusan
Konsultan yang ahli di bidang HCV dalam Duration: 7 hari kerja
pengidentifikasian HCV.
Unit Kebun
1. Pembentukan tim identifikasi HCV PIC : Kepala Urusan
2. Pelaksanaan identifikasi HCV didampingi oleh Duration: 60 hari kerja
Konsultan.
Konsultan
1. Pengumpulan data sekunder
2. Verifikasi terhadap data sekunder PIC : Konsultan
3. Pengkajian dan analisa secara komprehensif Duration: 60 hari kerja
4. Pemetaan dengan sistem informasi geografis
1. Tujuan
Mengendalikan dan menekan perkembangan hama yang merusak tanaman
kelapa sawit.
2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
3. Definisi
a. Hama adalah organisme yang dapat merusak/mengganggu pertumbuhan dan
produksi tanaman.
b. Fogging adalah pengendalian hama dengan cara pengabutan/pengasapan,
menggunakan bahan kimia insektisida dan alat fulsfog/dynafog atau
sejenisnya.
c. Hand picking adalah pengendalian hama dengan pengutipan secara manual.
d. EWS adalah Early Warning System (Sistem Pengendalian Dini).
6. Rincian Prosedur
a. Early Warning System melalui Pelaksanaan Global Telling
1) Luas afdeling dibagi dalam 6 bagian yang merupakan sampel
pengamatan harian yang terdiri dari pengamatan I, II, III, IV, V dan VI
untuk pengamatan hari senin s/d sabtu (hari libur kecuali hari minggu
tetap dilakukan pengamatan)
2) Tiap bagian yang merupakan sampel pengamatan harian tersebut dibagi
menjadi 2 sub bagian Utara dan Selatan
3) Masing-masing sub bagian Utara dan Selatan ini dibagi menjadi 4 unit
yang merupakan unit sampel pengamatan mingguan
4) Masing-masing unit pengamatan ini diberi nomor 1 s/d 4, dengan
demikian setiap bagian terdapat unit-unit pengamatan U1, U2, U3, U4 dan
S1, S2, S3, S4
5) Pelaksanaan pengamatan untuk tiap-tiap pengamatan ini ditetapkan
sebagai berikut :
Minggu IV U4 U3 S2 S1
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
6) Setiap unit pengamatan ini diambil 5 pokok sampel secara random yang
mewakili dari unit tersebut dalam satu barisan tanaman yang merupakan
pokok sampel pengamatan.
7) Yang diamati dalam pengamatan global ini adalah.
a) Dicari pelepah daun yang terbanyak didapati populasi ulatnya pada
pokok sampel pengamatan
b) Dihitung jumlah populasi ulat pada pelepah daun tersebut, masing-
masing untuk ulat api dan ulat kantong dan dibedakan stadia ulat
tersebut tua atau muda
c) Jumlah pokok sampel pengamatan yang diambil dalam setiap kali
pengamatan sebanyak 20 pokok.
8) Bila hasil pengamatan global telah menunjukkan jumlah populasi ulat per
pokok mencapai kriteria:
a) Ulat api : > 2 ekor/pokok
b) Ulat kantong : > 3 ekor/pokok
Supaya segera dilaksanakan pengamatan efektif (effective telling) pada
blok tersebut dan blok-blok di sekitarnya (bila diperlukan) untuk
mengetahui sentrum serangan.
9) Bila hasil pengamatan global telah menunjukkan jumlah populasi ulat per
pokok mencapai kriteria:
a) Ulat api : < 2 ekor/pokok
b) Ulat kantong : < 3 ekor/pokok
Dilaksanakan dengan kutip ulat (hand picking).
b. Effective Telling
Effective telling dilaksanakan pada blok yang populasinya telah mencapai
kriteria sebagai berikut.
1) Effective telling, pengamatannya dilakukan satu blok penuh
2) Pokok sampel ditentukan, interval 5 pokok baik dalam barisan maupun
antar barisan. Untuk ini dapat diambil pokok sampel prognosa produksi
sebagai pokok sampel pengamtan efektif. Dengan demikian setiap pokok
sampel effective telling mewakili 25 pokok
3) Cara perhitungan populasi ulat per pokok sama dengan perhitungan
populasi ulat per pokok pada global telling
4) Dari laporan hasil effective telling tersebut dapat ditentukan daerah
serangan yang dibedakan atas beberapa kriteria serangan (ambang batas
serangan populasi hama).
11 4 15
3 5
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
10 Pp 16 Keterangan:
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
Baris ke 5 4 3 2 1
Ʃnx4
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
1. Tujuan
Prosedur Pengelolaan limbah B3 (khususnya pestisida dan kemasannya)
bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 (ceceran dan kemasan
pestisida), melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
3. Definisi
a. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
b. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun
yang karena sifat dan/atau beracun yang karena sifatnya dan atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan makluk hidup lain.
c. Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolahan
dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara.
d. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dan
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3.
e. Pengangkut limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan oleh limbah B3 dari
penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3.
f. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery)
dan/atau penggunaan kembali (reuse) yang bertujuan untuuk mengubah
limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan namun hanya
diperuntukan pada pekerjaan yang terkait langsung dengan asal limbah B3
(misal: limbah diregen herbisida dipergunakan kembali untuk pekerjaan
menyiang gulma secara khemis) dan harus juga aman bagi lingkungan dan
kesehatan manusia.
6. Rincian Prosedur
a. Pembuatan tempat penyimpanan pestisida
1) Pembuatan tempat penyimpanan herbisida, fungisida, insektisida,
rodentisida (pestisida).
2) Ruangan gudang penyimpanan harus jauh dari perumahan.
3) Dinding gudang dibuat dari bahan yang kokoh (kayu atau batu bata) dan
atap bangunan harus kedap air.
4) Lantai dibuat dari bahan kedap air atau disemen.
5) Untuk gudang semi permanen sekeliling harus dibuat dinding permanen
(bunding wall) minimal setinggi 20 cm.
6) Lantai gudang dibuat miring ke arah salah satu sudut dan dibuat lubang
penampungan yang berguna untuk menampung apabila ada cairan atau
air yang tumpah di lantai.
7) Lubang dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm.
8) Ventilasi gudang harus dapat menjamin kelancaran sirkulasi udara.
9) Pintu gudang harus diberi kunci pengaman
10) Untuk mempertinggi daya tampung gudang dapat dibuat rak yang terbuat
dari bahan yang kuat seperti besi maupun kayu.
5) Kemasan kaleng dapat ditata dalam rak dan dapat disusun, bila lebar
tutup permukaan lebih besar dari tingginya dapat disusun 5 susun dan bila
lebih kecil max 3 susun. Bila masih dalam kardus diperlakukan seperti
perlakuan di atas.
6) Kemasan dalam botol kecil dan kaleng kecil (Ally) harus ditempatkan pada
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
f. Ketentuan K3
1) Petugas harus menjamin bahwa tugasnya dilaksanakan secara penuh
perhatian terhadap K3
2) Peralatan K3 yang sesuai (sarung tangan karet, sepatu bot, masker, face
shield, apron) harus dipakai selama bekerja.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
1. Tujuan
Untuk mengetahui kandungan unsur hara pada setiap jenis pupuk yang digunakan
apakah sesuai dengan spesifikasi atau tidak sebelum diaplikasikan ke lapangan.
2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Unit kebun.
3. Definisi
a. Pupuk adalah penyubur tanaman yg ditambahkan ke tanah untuk
menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
b. Unsur hara adalah zat yg diperlukan tanaman untuk pertumbuhan,
pembentukan jaringan dan kegiatan hidup lainnya.
c. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah banyak, sementara unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
4. Peralatan dan Bahan
a. Alat pengambil sampel pupuk berbentuk tombak
b. Plastik
c. Timbangan
d. Label
e. Pupuk
5. Pedoman dan Referensi
a. Badan Standardisasi Nasional (BSN) SNI 19-0428-1998
b. Vademicum Bagian Tanaman
6. Rincian Prosedur
a. Analisis Pupuk
Analisis pupuk dilaksanakan pada laboratorium penelitian resmi untuk semua
jenis pupuk sebelum diaplikasikan ke lapangan. Analisis pupuk dilaksanakan
sebanyak dua kali, yaitu sebelum pupuk dikirim ke Kebun-kebun yang
dilakukan oleh pemasok (rekanan) dan pada saat pupuk sudah masuk ke
kebun yang dilakukan oleh perusahaan (Bagian Tanaman Kantor Pusat). Hasil
analisis tersebut digunakan untuk menguji kesesuaian jumlah unsur hara yang
terkandung dalam setiap jenis pupuk dengan spesifikasi kandungan unsur
hara yang telah ditetapkan.
b. Prosedur Pengambilan Sampel Pupuk
1) Pupuk dikirim oleh pemasok (rekanan) ke seluruh kebun sesuai dengan
Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB).
2) Petugas dari Bagian Tanaman bersama pemasok mengambil sampel
semua jenis pupuk dari gudang kebun dan membuat Berita Acara
pengambilan sampel pupuk.
3) Sampel pupuk diambil secara acak (random) dari tumpukan karung (goni)
pupuk.
4) Sampel pupuk yang telah diambil dari seluruh kebun dikirim ke balai untuk
dianalisis.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2) Tombak ganda
Bagian Tanaman
1. Mengajukan rencana pemupukan pada areal TBM PIC : Kepala Urusan
dan TM kelapa sawit dan karet. Durasi : 7 hari kerja
2. Menghitung kebutuhan pupuk TM/TBM sesuai
dengan rekomendasi PPKS.
Tidak
Direksi PIC : Direksi
Persetujuan Durasi : 2 hari kerja
Ya
Bagian Pengadaan
Melalui Tim Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Tim PIC : Kepala Bagian
pengadaan barang melakukan proses pengadaan Durasi : 30 hari kerja
pupuk
Pemasok (Rekanan)
1. Melakukan analisis sampel pupuk pada
laboratorium penelitian resmi dan sertifikat hasil PIC : Rekanan
analisis tersebut dikirimkan ke Bagian Pengadaan Durasi : 14 hari kerja
2. Mengirimkan pupuk sesuai dengan kontrak ke
masing-masing kebun.
Bagian Tanaman
1. Petugas dari Bagian Tanaman bersama pemasok
mengambil sampel pupuk dari masing-masing PIC : Kepala Urusan
gudang kebun. Durasi : 2 hari kerja
2. Sampel pupuk dikirimkan ke laboratorium
penelitian resmi untuk dianalisis.
Laboratorium Penelitian
PIC : Laboratorium
1. Melakukan analisis sampel pupuk
Durasi : 7 hari kerja
2. Mengirimkan sertifikat hasil analisis pupuk
Bagian Tanaman
PIC : Kepala Urusan
Membandingkan hasil analisis dari laboratorium
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Durasi : 2 hari kerja
Tidak
Kesesuaian
Ya
1. Tujuan
Meminimalkan ancaman terhadap kehidupan satwa liar di seluruh wilayah HGU
Perusahaan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
2. Ruang Lingkup
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I
Ruang lingkup prosedur ini berlaku untuk pengelolaan Perlindungan Satwa Liar di
lingkungan perkebunan.
3. Definisi
a. Perlindungan merupakan Suatu proses, cara atau perbuatan untuk menjaga,
merawat dan menyelamatkan sesuatu
b. Flora adalah alam tumbuhan yang mencakup semua aspek mengenai macam
jenis tumbuhan
c. Fauna adalah alam hewan yang mencakup segala jenis hewan serta
kehidupannya yang berada di wilayah dan masa tertentu.
6. Rincian Prosedur
a. Tindakan Pencegahan (Preventif)
Tindakan yang dilakukan adalah sosialisasi terhadap para karyawan dan
kontraktor yang bekerja dalam lingkungan perusahaan tentang.
1) Tidak diperbolehkan menangkap, memelihara ataupun membunuh satwa
baik yang dilindungi oleh ketentuan negara maupun yang tidak dilindungi
tanpa izin perusahaan.
2) Tidak diperbolehkan memperdagangkan satwa liar, baik yang dilindungi
maupun tidak.
3) Membuat sanksi yang akan diberikan apabila hal-hal yang dilarang seperti
di atas.
4) Pembuatan tanda larangan untuk menangkap, memelihara,
memperjualbelikan satwa liar di dalam kawasan HGU perusahaan dan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
1. Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk menjamin fungsi badan air (sungai, waduk dan rawa)
yang berada di lokasi kegiatan PT Perkebunan Nusantara I.
2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
Nusantara I.
3. Definisi
a. Sungai adalah tempat-tempat atau wadah pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan.
b. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengaman sungai.
c. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai termasuk
sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi danau atau waduk.
d. Daerah sempadan danau/waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling danau
atau waduk.
4. Peralatan dan Bahan
a. Komputer dan perlengkapannya
b. Alat tulis kantor
6. Rincian Prosedur
a. Identifikasi Sungai
1) Perusahaan melakukan identifikasi sungai yang terdapat di areal
perusahaan, membuat dalam peta sungai dalam kebun.
2) Tim membuat tanda atau simbol untuk penandaan daerah sempadan
sungai berupa patok yang diberi cat warna merah atau pada tanaman
hidup di sekitar sempadan sungai, pengecatan dibuat sepanjang 20 cm
dengan tinggi 20 cm.
3) Patok dapat dibuat dari kayu balok maupun kayu bundar dengan diameter
atau garis tengah minimal 10 cm.
4) Panjang patok minimal 130 cm dengan ketinggian dari permukaan tanah
100 cm.
5) Setelah dilakukan survei sepanjang aliran sungai apabila lahan tersebut
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,
akan dibuka (Land Clearing) maka ditentukan lebar sungai dan sempadan
sungai yakni lebar sungai dibawah 5 m, sempadan sungai 5 m, sungai
5-10 m lebar sempadan sungai 10 m, sungai 10-30 m lebar sempadan
sungai 50 m, sungai diatas 30 m lebar sempadan sungai 100 m.