Anda di halaman 1dari 104

PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)

No. Dokumen : 01.1-3/PK/001


PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel untuk Analisis Tanah dan Daun

1. Tujuan
Untuk mengetahui dosis pemupukan yang tepat, sehingga efektivitas pemupukan
dapat tercapai dalam meningkatkan produktivitas tanaman.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

2. Ruang Lingkup
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit kebun.

3. Definisi
a. Top soil adalah tanah permukaan dengan kedalaman 20-30 cm.
b. LSU (Leaf Sampling Unit) atau KCD (Kesatuan Contoh Daun) adalah areal
dimana diambil contoh daun yang merupakan satu kesatuan untuk
pemupukan
c. Pohon contoh adalah pohon kelapa sawit yang dijadikan contoh dalam
pengambilan contoh daun untuk dilakukan analisa.
d. Pelepah daun pertama adalah pelepah daun termuda yang anak daunnya
telah membuka seluruhnya.

4. Peralatan dan Bahan


a. Ember plastik
b. Egrek
c. Pisau lipat
d. Kapas
e. Kantong plastik
f. Amplop coklat
g. Oven
h. Aquadest.

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Analisis Tanah
Analisis tanah digunakan sebagai dasar penyusunan dosis pupuk yang
dilakukan oleh Balai Penelitian. Analisis tanah dilakukan 3-5 tahun sekali atau
setahun sekali jika diperlukan sesuai dengan kebutuhan jumlah contoh tanah
yang diambil.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 5


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/001
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel untuk Analisis Tanah dan Daun

Jumlah contoh tanah ditentukan oleh keseragaman tanah. Semakin seragam


tanahnya semakin sedikit jumlah contoh tanahnya. Umumnya setiap satu LSU
diambil satu contoh tanah.

 Sampel tanah yang mewakili merupakan


menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

persyaratan bagi keberhasilan analisa tanah.

 Lapisan tanah kedalaman 20-30 cm diambil


2.000-3.000 ton tanah per Ha.

 Dari satu ember tanah yang dikumpulkan


dari lapangan, satu sampel komposit 0,5 kg,
yang mungkin mewakili < 1 Ha atau > 30 Ha,
diambil untuk analisa laboratorium.
 Di laboratorium, 1 sendok tanah (beberapa
gram) diambil dari 0,5 kg sampel digunakan
untuk prosedur analisa.

b. Analisis Daun
1). Menentukan Leaf Sampling Unit (LSU)
Satu LSU/KCD harus memenuhi prinsip keseragaman umur tanaman,
jenis tanah, tindakan kultur teknis, topografi dan drainase.
Luas satu LSU/KCD adalah 20-30 Ha atau satu blok asalkan luas areal
tersebut tidak lebih kecil dari 5 Ha. Tanaman yang berumur lebih dari 20
tahun tidak dilakukan pengambilan contoh daun.
2). Sistem Pengambilan Contoh Daun
a). Sistem ancak tersebar
Dengan sistem ini pohon contoh disebarkan diseluruh LSU/KCD.
Penentuan pohon contoh berdasarkan interval barisan dan interval
pohon.
b). Sistem sentral (terpusat)
Dengan sistem ini pada satu LSU/KCD luas ditentukan pada suatu
areal tertentu yang dinilai mewakili satu LSU/KCD. Selanjutnya pohon
contoh diambil dari areal yang mewakili tersebut dan tetap
berdasarkan interval barisan dan interval pohon.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 5


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/001
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel untuk Analisis Tanah dan Daun

3). Penentuan Pohon Contoh


Dalam satu LSU/KCD diperlukan minimal 30 pohon contoh untuk
LSU/KCD dengan luas <20 Ha dan untuk LSU/KCD dengan luas >20 Ha
diperlukan minimal 1% pohon contoh.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

4). Penentuan Daun untuk Dianalisis


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Berdasarkan hasil penelitian yang paling sesuai untuk contoh daun adalah
pelepah ke-17 pada tanaman menghasilkan, sedangkan untuk tanaman
belum menghasilkan pada pelepah ke-9.
Untuk menentukan pelepah daun ke-9 atau ke-17 maka harus ditetapkan
daun ke-1 terlebih dahulu, yaitu
a). Pelepah daun pertama adalah pelepah daun termuda yang anak
daunnya telah membuka seluruhnya.
b). Pelepah daun ke-9 terletak di bawah pelepah daun ke-1 agak ke
sebelah kiri pada tanaman yang mempunyai spiral kanan dan agak
sebelah kanan pada tanaman yang mempunyai spiral kiri.

5). Cara Pengambilan Contoh Daun


a). Pelepah daun ke-9 atau ke-17 dipotong.
b). Dari pelepah tersebut diambil 2 helai anak daun sebelah kiri dan 2
helai sebelah kanan yang terletak di bagian tengah pelepah. Sebagai
pedoman yang disebut bagian tengah adalah titik ujung dari
permukaan pelepah yang datar (ada tonjolan).
c). Anak daun dipotong menjadi 3 bagian, 1/3 bagian tengah (+ 25 cm)
diambil, sisanya dibuang. Potongan anak daun tersebut dibersihkan
dengan kain lap basah.
d). Lidi dari anak daun yang diambil dibuang

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 5


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/001
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel untuk Analisis Tanah dan Daun

e). Helaian anak daun (8 helai) diikat dan disatukan dengan contoh daun
dari pohon contoh lainnya, kemudian dimasukkan ke dalam amplop
coklat (kantong plastik) lalu diberi label nama.
f). Contoh daun tersebut dikeringkan dengan oven yang mempunyai alat
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

pengukur suhu dan sirkulasi udara. Pengeringan dilakukan pada suhu


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

90˚C selama 12-15 jam.


g). Daun-daun yang telah kering dikirim ke laboratorium Balai Penelitian
untuk dianalisis.

Keterangan pada label nama berisi hal-hal sebagai berikut.

PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)


KELAPA SAWIT

Kebun : ………………………………………………..
Afdeling : ………………………………………………..
Blok : ………………………………………………..
Luas : ………………………………………………..
Tahun Tanam : ………………………………………………..
No LSU/KCD : ………………………………………………..
Tgl. Pengambilan : ………………………………………………..
Pelepah ke : ………………………………………………..
Pencatat : ………………………………………………..

6). Data dan Informasi Tambahan


a). Panjang helai daun yang terpanjang (cm)
b). Lebar maksimum dari helai daun yang terpanjang (mm)
c). Jumlah anak daun dari pelepah
d). Panjang pelepah (m)
e). Tinggi pohon kelapa sawit yang diukur dari tanah sampai tempat
bekas potongan pelepah ke-17 (m)
f). Jumlah pelepah daun.
7). Syarat-syarat Pohon Contoh
a). Pohon yang dipilih sebagai pohon contoh tidak terletak dekat jalan,
sungai, bangunan atau parit.
b). Bukan pohon sisipan.
c). Tidak berdekatan dengan hiaten.
d). Pohon normal tidak terserang hama atau penyakit.
Jika pohon contoh yang telah ditentukan mengalami gangguan hama,
penyakit atau mati, maka pohon contoh dapat dipindahkan selang
satu pohon tetapi tetap pada baris yang sama.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 4 dari 5


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/001
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel untuk Analisis Tanah dan Daun

8). Waktu Pengambilan Contoh Daun


a). Dilakukan minimal 2 bulan setelah pemupukan terakhir dengan
frekuensi pelaksanaan satu tahun sekali.
b). Tidak dilakukan pada musim kemarau panjang.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

c). Tidak dilakukan pada musim hujan dengan curah hujan >400
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

mm/bulan.
d). Sebaiknya diambil pada bulan yang sama untuk setiap tahun.
e). Untuk TBM pengambilan contoh daun hanya jika diperlukan dan
pertama kali dilakukan pada umur 12 bulan.
f). Contoh daun diambil mulai pagi hari pukul 07.00-12.00 WIB dan pada
saat tidak hujan.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pengambilan sampel untuk analisis tanah dan
daun selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 5 dari 5


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/001
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel untuk Analisis Tanah dan Daun

Bagian Tanaman
1. RKAP/RKO Penyusunan draf pengambilan sampel
2. Prosedur Kerja tanah/daun kelapa sawit sebagai pedoman
3. Guide line Tanaman dalam pembuatan Rekomendasi
pemupukan oleh Balai Penelitian PPKS.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tidak
Direksi PIC : Direktur Produksi
Persetujuan Duration: 2 hari kerja

Ya

Bagian Tanaman
Pengajuan surat ke Balai Penelitian PPKS
PIC : Kepala Urusan
untuk melakukan analisa tanah/daun kelapa
Duration: 2-4 hari kerja
sawit disertai dengan form isian dari kebun
berkaitan dengan riwayat pemupukan
sebelumnya.

Unit Afdeling
1. Pengambilan sampel daun pada PIC : Asisten Afdeling
LSU/KCD setiap afdeling. Duration: 14 hari kerja
2. Pembersihan sampel daun.
3. Pengiriman sampel daun ke unit Kebun.

Unit Kebun
1. Pengeringan sampel daun dengan PIC : Asisten Tata Usaha
menggunakan oven. Duration: 7 hari kerja
2. Pengiriman sampel daun kering ke
Bagian Tanaman.
3.

Bagian Tanaman PIC : Kepala Urusan


Pengiriman sampel daun kering ke Duration: 2 hari kerja
laboratorium Balai Penelitian PPKS.

PIC : PPKS
Rekomendasi Pemupukan Duration: 60 hari kerja

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

1. Tujuan
a. Untuk mempertahankan kesuburan tanah dengan memberikan pupuk ke
dalam tanah sebagai pengganti unsur hara yang telah diambil oleh tanaman.
b. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
a. Pupuk adalah penyubur tanaman yg ditambahkan ke tanah untuk
menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
b. Unsur hara adalah zat yg diperlukan tanaman untuk pertumbuhan,
pembentukan jaringan dan kegiatan hidup lainnya.
c. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah banyak, sementara unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
d. Pupuk tunggal adalah jenis pupuk yang mengandung satu unsur hara,
sementara pupuk majemuk mengandung lebih dari satu unsur hara.
e. Khlorosis adalah keadaan tidak sehat yang ditandai oleh menguningnya
bagian-bagian yg biasanya berwarna hijau sebagai akibat tidak cukupnya
terbentuk klorofil.
f. Klorofil adalah zat penghijau tumbuhan (terutama pd daun) yg terpenting
dalam proses fotosintetis.
g. Fotosintesis adalah proses pemanfaatan energi cahaya matahari oleh
tanaman berhijau daun untuk mengubah karbondioksida dan air menjadi
karbohidrat.

4. Peralatan dan Bahan


a. Ember plastik
b. Mangkok plastik berbentuk ceper
c. Kain gendong
d. Pisau lipat
e. Cangkul
f. Pupuk

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman
c. Surat Edaran Nomor 01.1/Kbn/SE/08/1994 tanggal 21 Maret 1994 tentang
Pelaksanaan Pemupukan di Kelapa Sawit dan Karet.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

d. Surat Edaran Nomor 01.1/Kbn-Proy/SE/37/1996 tanggal 9 Februari 1996


tentang Pedoman Pelaksanaan Pemupukan.

6. Rincian Prosedur
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

a. Tanaman kelapa sawit dan karet memerlukan banyak unsur hara yang dapat
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

dikategorikan ke dalam dua kelompok:


1). Unsur hara makro: Nitrogen (N), Phospor (P), Kalium (K), Magnesium
(Mg), Sulphur (S) dan Calcium (Ca).
2). Unsur hara mikro: Mangan (Mn), Besi (Fe), Zinc (Zn), Copper (Cu),
Molybdenum (Mo), Sodium (Na) dan Boron (B).

b. Jenis-jenis pupuk yang biasa dipergunakan adalah sebagai berikut.


1). Pupuk tunggal
a). Urea : 46% N
b). TSP : 46% P2O5
c). RP : 28% P2O5
d). MOP : 60% K2O
e). Dolomite : 18% MgO + 30% CaO
f). Kieserite : 27% MgO + 23% S
g). Borate : 46% B2O3
2). Pupuk majemuk
a). CF 12.12.17.2
b). CF 15.15.6.4
c). Briket: 15-10-18-2+1.0 TE (0.5% B, 0.25% Cu dan 0.25% Zn)
d). Granuler: 16-11-21+1.0 TE(0.5% B, 0.25% Cu dan 0.25% Zn)

c. Fungsi dan Gejala Defisiensi Unsur Hara


1). Unsur hara Nitrogen (N)
Merupakan komponen terbesar dari unsur kimia yang ada dalam
tanaman. Unsur N banyak terdapat di dalam sel protoplasma dan
merupakan pembentuk protein, asam amino, amida dan alkaloid.
Defisiensi: pada awalnya daun berwarna hijau pucat, bila berkelajutan
warna daun berubah menjadi kuning. Khlorosis akan mulai terlihat
pelepah daun yang tua, selanjutnya ke pelepah daun yang lebih muda.
Selain itu anak daun pada pelepah yang baru muncul lebih kecil dan
hampir menggulung, tetapi bila berkelanjutan maka luas permukaan daun
(leaf area) akan menurun.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tanaman normal Defisiensi unsur Nitrogen (N)

Tanaman defisiensi N di lapangan

2). Unsur hara Phosphor (P)


Merupakan komponen utama asam nukleat. Unsur P berpengaruh
terhadap perkembangan akar, respirasi dan juga terhadap kematangan
buah. Unsur P yang cukup akan membantu peran dan efisiensi
penggunaan pupuk Nitrogen.
Defisiensi: menyebabkan daun menjadi hijau kehitaman, pertumbuhan
tanaman terhambat (kerdil) dan pelepah pendek serta terjadi penurunan
produksi jumlah tandan dan berat tandan

Tanaman defisiensi P di lapangan

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

3). Unsur hara Potasium (K)


Berpengaruh terhadap fotosintesa dan respirasi serta berfungsi sebagai
katalisator dalam berbagai reaksi biokimia. Bagian tanaman yang banyak
mengandung K adalah tandan buah (terutama gagang), serabut dan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

cangkang.
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Defisiensi: gejala awal pada daun tua, bentuk segi empat berwarna hijau
pucat, kemudian berubah menjadi pudar atau bercak-bercak oranye
terang dan jaringan di pinggir daun berwarna cokelat keabu-abuan dan
menjadi kuning.

Tanaman Normal Defisiensi K

Tanaman Defisiensi K di Lapangan

4). Unsur hara Magnesium (Mg)


Merupakan komponen dari berbagai enzim dalam pembentukan
khlorophyl.
Defisiensi: pohon akan mengalami khlorosis. Pada awalnya daun menjadi
kuning pada daun tua yang merata pada bagian atas dan bawah anak
daun.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 4 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tanaman Normal Defisiensi Mg

Tanaman defisiensi Mg di lapangan


5). Unsur hara Sulfur (S)
Merupakan bagian dari protein dan berperan dalam pembentukan
khlorophyl, selain itu juga berfungsi dalam metabolisme karbohidrat yang
berpengaruh terhadap kandungan minyak. Defisiensi unsur ini langsung
dapat dikoreksi dengan unsur S yang terkandung dalam pupuk lainnya.
6). Unsur hara Calcium (Ca)
Berfungsi dalam pembentukan dinding sel. Selain itu berperan dalam
perkembangan jaringan meristematik dan perkembangan akar. Secara
fisiologis unsur Ca menghambat aktivitas unsur K dan akan meningkatkan
absorpsi unsur N.
7). Unsur hara Sodium (Na)
Unsur ini berperan dalam konservasi unsur K dan menahan air sehingga
dapat mengurangi pengaruh musim kering yang panjang.
8). Unsur hara Mangan (Mn)
Berperan dalam proses fotosintesa yang berfungsi sebagai katalis dalam
berbagai enzim. Unsur MN bersifat antagonis terhadap unsur Fe. Bila
salah satu unsur berlebih maka unsur yang satunya menjadi defisien.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 5 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

9). Unsur hara Besi (Fe)


Berfungsi dalam pembentukan khlorophyl dan sebagai katalis dalam
respirasi dan oksidasi enzim serta berperan dalam proses perubahan
nitrat menjadi ammonia.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Defisiensi: menyebabkan terjadinya khlorosis pada tanaman.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tanaman Normal Defisiensi Fe

Tanaman defisiensi Fe di lapangan

10).Unsur hara Zinc (Zn)


Berfungsi dalam pembentukan khlorophyl dan protein, serta merupakan
komponen dari berbagai enzim.
11).Unsur hara Copper (Cu)
Berfungsi dalam kegiatan fisiologi dan enzim, termasuk dalam
pembentukan khlorophyl.
Defisiensi : gejala dimulai dari pelepah muda, ditandai dengan perubahan
warna dan helaian daun yang sudah menunjukkan gejala klorosis. Pada
stadia lanjut, bintik-bintik kuning berkembang pada zona khlorosis,

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 6 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

pelepah daun mengalami pemendekan, warna daun berubah menjadi


oranye pucat dan akhirnya daun kering serta mati.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tanaman defisiensi Cu di lapangan


12).Unsur hara Molybdenum (Mo)
Unsur Mo mempengaruhi pertumbuhan jaringan tanaman termasuk
tandan buah.
13).Unsur hara Boron (B)
Berperan mendorong pertumbuhan melalui berbagai proses fisiologi dan
juga berpengaruh terhadap produksi.
Defisiensi: daun berbentuk kail (Hook leaf), daun membengkok + 5 cm
pada ujungnya dan mudah patah. Bila berkelanjutan menyebabkan tingkat
bengkoknya anak daun bertambah, sehingga di ujung pelepah anak daun
kelihatan mengkerut dan menyatu.

Tanaman defisiensi B di lapangan

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 7 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

d. Waktu Pemupukan
Waktu yang tepat untuk memupuk adalah pada awal musim hujan.
Pemupukan pada bulan-bulan pada curah hujan tinggi akan menyebabkan
terjadinya leaching (pencucian) yang semakin tinggi atau menyebabkan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

terjadinya run off (aliran permukaan). Sebaliknya bila pemberian pupuk


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

dilakukan pada musim kemarau maka tanaman tidak akan mampu


mengabsorpsi unsur hara dari pupuk yang diberikan.
Frekuensi pemberian pupuk didasarkan pada pertimbangan kemampuan
tanaman mengabsorpsi unsur hara yang diberikan dan dosis pupuk yang
dianjurkan. Selain itu juga dipertimbangkan bahwa pupuk yang diberikan
harus sepadan dengan perkembangan tanaman yang juga terbatas.
Umumnya pupuk diberikan 2 kali dalam setahun, terutama untuk pupuk
Nitrogen dan Potasium.

e. Dosis Pemupukan
Konsep pemupukan adalah mempertahankan keseimbangan hara yaitu
mengganti unsur hara yang ada dalam tanah sebanyak yang digunakan
tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Penetapan dosis yang harus
diberikan dilakukan melalui proses analisa tanah, analisa daun, analisa
produksi/blok/tahun tanam dan pemeriksaan visual.
Dosis pupuk untuk areal TM sesuai dengan rekomendasi yang diterbitkan
setiap tahunnya oleh PPKS berdasarkan hasil analisa daun. Dosis pada areal
TBM berdasarkan standar pemupukan sesuai perkembangan umur tanaman
yang diterbitkan oleh PPKS. Sementara dosis pupuk untuk bibitan PN dan MN
sesuai dengan standar PPKS.

f. Cara dan Penempatan Pupuk


1). Untuk areal datar berombak, pupuk ditabur merata di piringan pohon mulai
jari-jari 1.5 m dari pangkal batang ke arah pinggir piringan .
2). Untuk areal rendahan yang sering tergenang dan areal bergelombang
berbukit, pupuk diberikan dengan cara benam (pocket) sebanyak 6
lubang/piringan pohon, pocket dibuat berseberangan pada jarak 1.5 m
dari pangkal pohon kelapa sawit. Setiap pocket berukuran 20 cm
sebanyak dua cangkulan. Lubang harus ditutup kembali setelah diisi
pupuk.
3). Penaburan pupuk TSP dan Dolomite agar dilaksanakan lebih awal untuk
merangsang pembentukan akar baru
4). Untuk mengurangi kehilangan N melalui penguapan, maka tenggang
waktu penaburan antara pupuk TSP maupun Dolomite dengan pupuk

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 8 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

Urea minimal 2 minggu. Jika menggunakan pupuk tunggal, maka urutan


pemberiannya adalah: TSP-Dolomite-Urea-MOP. Jika menggunakan
pupuk majemuk: Dolomite-pupuk majemuk.
5). Tempat penaburan pupuk harus dilakukan dengan pertimbangan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

penyebaran akar tanaman yang paling aktif menyerap unsur hara dari
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

dalam tanah.
6). Apabila menggunakan pupuk majemuk briket, pupuk diberikan sesuai
poin 2).

Aplikasi Pupuk Jarak Penaburan


Pupuk B = 0 - 50 cm
TBM-I : Lebar piringan = 1 m
N.P.K.Mg = 50 - 100 cm
Pupuk B = 0 - 50 cm
TBM-II : Lebar piringan = 1.5 m N = 50 - 100 cm
P.K.Mg = 50 - 150 cm
N = 50 - 100 cm
TBM-III : Lebar piringan = 2 m
P.K.Mg = 50 - 200 cm
TM umur < 8 thn N.P.K.Mg = 100 - 250 cm
TM umur > 8 thn N.P.K.Mg = 150 - 250 cm
Pupuk Borate ditabur di
sekeliling pohon pada radius 1 m
Pupuk diaplikasikan ke lapangan harus dengan dosis yang tepat, ditabur
merata untuk setiap blok bersangkutan sehingga dosis untuk pohon yang
dekat dengan jalan sama jumlahnya dengan pohon yang jauh dari jalan
atau perbatasan kebun, jurang, rawa dan hutan.

g. Waktu dan Frekuensi Pemupukan


1). Waktu pemberian pupuk pada prinsipnya disesuaikan dengan kondisi
curah hujan di lokasi. Untuk menghindari kemungkinan terbuangnya
pupuk dengan percuma baik akibat tercuci, menguap maupun tererosi,
maka waktu pelaksanaan pemupukan harus benar-benar diperhatikan.
2). Pemupukan yang optimum dilakukan pada kondisi tanah keadaan
lembab/kapasitas lapang, tidak boleh terlalu kering atau tergenang air.
Curah hujan rerata perbulan mencukupi 100-200 mm atau selama 3 hari
berturut-turut hujan rerata 8 mm/hari.
3). Pemupukan harus ditunda bila curah hujan < 60 mm atau > 300 mm
setiap bulannya. Waktu mulai pemupukan adalah bila sudah turun hujan
50 mm/10 hari (awal musim hujan).
4). Waktu pemupukan harus berhenti (terutama pupuk N)

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 9 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

a). Bila hari terpanjang tidak hujan (dry spell) berturut-turut > 20 hari.
b). Jumlah hari hujan >20 hari/bulan (terlalu basah).
c). Intensitas hujan harian tinggi >30 mm/hari (terlalu basah/kelebihan
hujan).
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

d). Tanah jenuh air atau air sudah tergenang karena hujan terus-
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

menerus.
5). Frekuensi pemupukan dapat ditambah (pupuk ekstra) bila kondisi
tanaman kurang sehat atau setelah diserang hama/penyakit dimana
pelaksanaannya harus mendapat persetujuan direksi.

h. Norma Kerja/Waktu
1). Pembibitan PN Kelapa Sawit
Memupuk 2 bulan : 0.5 HK/15.000 bibit
Bahan : Urea (2 Gr/Ltr air) : 2 Gr/100 bbt/Mg
CF 15.15.6.4 (3 Gr/Ltr air) : 3 Gr/100 bbt/Mg
2). Pembibitan MN Kelapa Sawit
Memupuk 22 aplikasi : 3.000 Bag/HK/Apl
Bahan : CF 15.15.6.4 : 51 Gr/Pkk
CF 12.12.17.2 : 230 Gr/Pkk
Kieserite : 55 Gr/Pkk
3). Pembibitan Karet
Memupuk CF 15.15.6.4 : 0.5 HK/Ha/Apl
Umur 1 bulan : 5 Gr/Pkk
Umur 2 bulan : 10 Gr/Pkk
Umur 3 s.d 6 bulan : 15 Gr/Pkk
Memupuk 5 Aplikasi : 2.300 Bag/Ha/Apl
Bahan : RP : 50 Gr/Pkk
CF 15.15.6.4 : 50 Gr/Pkk
4). Tanaman Ulang (TU) Kelapa Sawit
Memupuk lubang tanam : 0.5 HK/Ha
Bahan : RP : 250 Gr/Lbg
Dolomite : 500 Gr/Lbg
5). Tanaman Ulang (TU) Karet
Memupuk lubang tanam : 1.5 HK/Ha
Bahan : RP : 250 Gr/Lbg
Memupuk urea (1Apl) : 1 HK/Ha
Bahan : Urea : 100 Gr/Pkk

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 10 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

6). TBM-I Kelapa Sawit


Memupuk Urea/TSP/MOP/
Dolomite/Borate/CuSO4 : 0.5 HK/Ha/Apl
Bahan : Urea, TSP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Dolomite, Borate, tanaman.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

CuSO4.
7). TBM-II Kelapa Sawit
Memupuk Urea/TSP/MOP/
Dolomite/Borate/CuSO4 : 0.5 HK/Ha/Apl
Bahan : Urea, TSP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Dolomite, Borate, tanaman.
CuSO4.
8). TBM-III Kelapa Sawit
Memupuk Urea/TSP/MOP/
Dolomite/Borate. : 0.5 HK/Ha/Apl
Bahan : Urea, TSP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Dolomite, Borate. tanaman.
9). TBM-I Karet
Memupuk Campur : 2 HK/Ha/2Bln
Bahan : Urea, TSP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Kieserite tanaman
10).TBM-II Karet
Memupuk Campur : 2 HK/Ha/2 Bln
Bahan : Urea, RP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Kieserite tanaman
11).TBM-III Karet
Memupuk Campur : 2 HK/Ha/2 Bln
Bahan : Urea, RP, MOP, : Dosis sesuai standar umur
Kieserite tanaman
12).TM Kelapa Sawit
Memupuk Tunggal : 0.75 HK/Ha/Apl
Bahan : Urea, MOP, TSP, :Dosis sesuai rekomendasi PPKS
Dolomite
Memupuk Majemuk : 1.5 HK/Ha/Apl
Membuat Pocket 6 Bh/Pkk : 2 HK/Ha/Apl
Bahan : Briket, granular : Dosis sesuai rekomendasi PPKS

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 11 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

i. Jadwal dan Dosis Pemupukan Pembibitan Kelapa Sawit


1). Pembibitan Pre Nursery (PN)
No. Umur Jenis Pupuk Kebutuhan Untuk
Urut (Minggu) Urea CF. 15,15,6,4 Air Bibit
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

1 4 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2 5 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100


3 6 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100
4 7 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100
5 8 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100
6 9 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100
7 10 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100
8 11 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100
9 12 2 Gram 3 Gram 1 Ltr 100

2). Pembibitan Main Nursery (MN)


No. Umur NPK 15.15.6.4
Urut (Minggu) (Gram/Pkk)
1 2 2.5 Gram
2 3 2.5 Gram
3 4 5.0 Gram
4 5 5.0 Gram
5 6 7.5 Gram
6 8 7.5 Gram
7 10 7.5 Gram
8 12 7.5 Gram

No. Umur NPK 12.12.17.2 Kieserite


Urut Minggu (Gram/Pkk) (Gram/Pkk)
1 14 10.0 Gram -
2 16 10.0 Gram 5.0 Gram
3 18 10.0 Gram -
4 20 10.0 Gram 5.0 Gram
5 22 15.0 Gram -
6 24 15.0 Gram 7.5 Gram
7 26 15.0 Gram -
8 28 15.0 Gram 7.5 Gram
9 30 20.0 Gram -
10 32 20.0 Gram 10.0 Gram
11 34 20.0 Gram -
12 36 20.0 Gram 10.0 Gram
13 38 25.0 Gram -
14 40 25.0 Gram 10.0 Gram

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 12 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

Kebun Lingkup PT Perkebunan Nusantara I (Persero)


Umur Dosis pupuk (gram/pohon) Jlh pupuk
Uraian
(Bulan) Urea TSP MOP Dol Borax Micromag per Aplikasi
Lubang Tanam - 250 RP *) - 500 *) - -
1 100 - - - - - 100
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

3 250 350 250 250 - - 1.100


TBM - I 5 500 - 250 250 - 250 1.250
8 500 750 350 500 25 - 2.125
12 750 - 500 500 - - 1.750
Sub Jumlah TBM-I 2.100 1.100 1.350 1.500 25 250 6.325
16 750 750 750 750 25 - 3.025
TBM - II 20 750 - 750 750 - 500 2.750
24 1.000 750 1.000 750 50 - 3.550
Sub Jumlah TBM-II 2.500 1.500 2.500 2.250 75 500 9.325
28 1.250 1.000 1.000 1.250 - - 4.500
TBM - III 32 1.500 1.250 1.250 1.500 - 750 6.250
36 1.750 1.250 1.250 1.500 50 - 5.800
Sub Jumlah TBM-III 4.500 3.500 3.500 4.250 50 750 16.550
Total 9.100 6.100 7.350 8.000 150 1.500 32.200

Rekomendasi Dosis Umum untuk Tanaman Belum Menghasilkan TBM Karet


Dosis pupuk (gram/pohon) Jlh pupuk
Uraian Tahun Bulan
Urea TSP RP MOP Kiserite per Aplikasi
Lubang 0 0 - - 250 - -
2 25 - - - - 25
4 25 60 - 20 10 115
TBM I I 6 40 - - 30 - 70
9 60 60 - 50 20 190
12 75 - - - - 75
Sub Jumlah TBM-I 225 120 - 100 30 475
2 55 - 125 55 25 260
4 55 - - 55 - 110
6 60 - - - - 60
TBM II II
8 60 - 125 55 50 290
10 60 - - - - 60
12 60 - - 60 - 120
Sub Jumlah TBM-II 350 - 250 225 75 900
2 60 - 125 55 50 290
4 60 - - 55 - 115
6 60 - - - - 60
TBM III III
8 65 - 125 55 50 295
10 65 - - - - 65
12 65 - - 60 - 125
Sub Jumlah TBM-III 375 - 250 225 100 950
2 60 - 125 55 50 290
4 60 - - 55 - 115
6 60 - - - - 60
TBM IV IV
8 65 - 125 55 50 295
10 65 - - - - 65
12 65 - - 60 - 125
Sub Jumlah TBM-IV 375 - 250 225 100 950
Total 1.325 120 750 775 305 3.275
Catatan Pupuk
: lubang tanaman RP = 250 gr/lubang

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 13 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/002
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap aplikasi pemupukan selalu dilaksanakan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 14 dari 14


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/002
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan

Bagian Tanaman
1. RKAP/RKO Penyusunan draf kebutuhan bahan dan
2. Prosedur Kerja biaya pemupukan dengan dosis sesuai
3. Guide line Tanaman Rekomendasi Pemupukan PPKS.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tidak

Direksi PIC : Direktur Produksi


Persetujuan Duration: 2 hari kerja

Ya

Bagian Tanaman
Pengajuan Memo kebutuhan pupuk kepada PIC : Kepala Bagian
Bagian Pengadaan berdasarkan permintaan Duration: 2 hari kerja
bahan/barang (AU31) dari kebun.

Bagian Pengadaan
1. Pembuatan kontrak kerja sama
PIC : Kepala Bagian
pengadaan pupuk dengan pihak ketiga.
Duration: 30 hari kerja
2. Pengiriman pupuk ke masing-masing
Gudang Kebun.

Unit Afdeling
1. Penyusunan program pemupukan per PIC : Asisten Afdeling
tahun tanam per blok. Duration: 2 hari kerja
2. Pengajuan permintaan pupuk (AU58) ke
unit Kebun sesuai kebutuhan.

Tidak
Unit Kebun
PIC : Manajer
Persetujuan
Duration: 1 hari kerja

Ya

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/002
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pedoman Pelaksanaan Pemupukan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Afdeling
1. Pengambilan pupuk ke Gudang Kebun
2. Pengeceran pupuk ke lokasi pemupukan
3. Aplikasi pemupukan blok per blok
4. Pengumpulan goni eks pupuk. PIC : Asisten Afdeling
5. Pengawasan mulai pada saat Duration: 25 hari kerja/bulan
pengambilan pupuk dari Gudang Kebun,
sampai dengan selesai pelaksanaan
pemupukan di lapangan.

Pelaporan realisasi pemupukan ke unit


Kebun

Unit Kebun
Rekapitulasi laporan realisasi pemupukan PIC : Asisten Tata Usaha
dari setiap afdeling Duration: 2 hari kerja

Pelaporan realisasi pemupukan ke Bagian


Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/003
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Organisasi Pemupukan

1. Tujuan
Pemupukan dapat terlaksana dengan efektif apabila organisasi pemupukan telah
berjalan dengan baik dan didukung dengan keamanan dan tetap memperhatikan
prinsip 5T.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
a. Organisasi pemupukan adalah organisasi yang dibentuk agar pemupukan
dapat dilaksanakan secara efektif.
b. Prinsip 5T adalah prinsip-prinsip dalam pemupukan yang harus ditegakkan
agar pelaksanaan pemupukan efektif, yaitu tepat waktu, tepat cara, tepat
sasaran, tepat jenis dan tepat dosis.

4. Peralatan dan Bahan


a. Ember plastik
b. Mangkok plastik berbentuk ceper
c. Kain gendong
d. Pisau lipat
e. Cangkul
f. Pupuk

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. OrganisasiPemupukan
1). Asisten Afdeling atau Mandor-I harus mengawasi pelaksanaan
pemupukan yang dipimpin oleh seorang Mandor yang membawahi 4 grup
dengan jumlah tenaga kurang lebih 13-17 orang yang terdiri dari penabur,
pelangsir dan petugas goni (tergantung topografi).
2). Secara sistematis struktur organisasi pemupukan dapat digambar sebagai
berikut.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/003
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Organisasi Pemupukan

Asisten Afdeling

Mandor I

Keamanan/ Mandor
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Centeng Afd.
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2 Orang Grup I Grup II Grup III Grup IV Pembuka/


Pengecer - Areal Rata/Bergelombang - Areal Rata/Bergelombang - Areal Rata/Bergelombang - Areal Rata/Bergelombang Pengumpul
(Muat/Bongkar) 3 orang penabur 3 orang penabur 3 orang penabur 3 orang penabur Goni
1 orang pelangsir 1 orang pelangsir 1 orang pelangsir 1 orang pelangsir
- Areal Berbukit - Areal Berbukit - Areal Berbukit - Areal Berbukit
2 orang penabur 2 orang penabur 2 orang penabur 2 orang penabur
1 orang pelangsir 1 orang pelangsir 1 orang pelangsir 1 orang pelangsir

b. Pengawasan Pemupukan
1). Kesalahan pelaksanaan pemupukan mengakibatkan kerugian yang
sangat besar karena biaya besar dari pemupukan tidak diimbangi dengan
kenaikan produksi. Oleh karena itu prinsip “5T” harus selalu dipedomani.
2). Asisten Afdeling dan Mandor-I harus mengawasi pelaksanaan pemupukan
agar berjalan lancar dan sesuai dengan rekomendasi.
3). Asisten Kepala dan Manajer secara periodik melakukan pengawasan
on the spot.
4). Bagian Tanaman melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pemupukan.
Mengingat biaya pemupukan cukup mahal dan pentingnya fungsi
pemupukan untuk menaikkan produktivitas, maka kegiatan Asisten
Afdeling dan Mandor-I diprioritaskan sepenuhnya pada pelaksanaan
pemupukan dan tidak diperbolehkan meninggalkan areal pada saat
pelaksanaan pemupukan. Kalau pun ada pekerjaan lain yang harus di
kontrol, salah satu (Asisten atau Mandor-I) harus tetap mengawasi
pemupukan.
c. Keamanan
Keamanaan pupuk harus terjamin, setiap pengambilan pupuk dari Gudang
Kebun harus diawasi oleh Mandor I Afdeling, mandor pupuk, 2 orang Satpam
Kebun dan 2 orang centeng/pengamanan Afdeling untuk bersama-sama
mengawasi mulai dari pengambilan pupuk dari Gudang Kebun sampai dengan
selesai pemupukan di lapangan.
d. Administrasi Pemupukan
1). Afdeling setiap tahun harus membuat program pemupukan seuai tahun
tanam dan kebutuhan.
2). Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh Asisten Afdeling.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/003
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Organisasi Pemupukan

3). Rencana pemupukan per tanggal dalam sebulan harus dibuat Asisten
Afdeling pada awal bulan.
4). Asisten Afdeling membuat permintaan (AU-58) bahan pupuk dengan
disetujui oleh Asisten Kepala dan Manajer.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

4). Sebelum pemupukan dilaksanakan harus sudah dipersiapkan alat-alat


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

untuk memupuk seperti ember/bakul, takaran pupuk, kain gendong dan


lain-lain.
5). Guna menghindari terjadi kelebihan ataupun kekurangan pupuk di areal
pemupukan, maka titik (sentral poin) penempatan pupuk yang akan diecer
oleh petugas penabur sudah ditentukan lebih dahulu sesuai dengan
jumlah pohon yang telah diinventarisasi.
6). Bahan pupuk dikeluarkan dari gudang sesuai permintaan (AU-58).
7). Persiapan mulai dari gudang kebun, truk, tukang muat sudah diatur sejak
jam 06.00 WIB sehingga pada jam 07.30 WIB suplai pupuk ke sentral poin
sudah selesai dan pemupukan sudah dapat dilaksanakan.
8). Pupuk yang diturunkan pada setiap titik sentral poin, goninya dinomori
dengan spidol sesuai jumlah zak yang diturunkan.
9). Pemberian ancak dalam pelaksanaan pemupukan dilakukan dengan
sistem giring, dimana setiap penabur pupuk diberi ancak satu atau dua
barisan pokok. Untuk areal rata s.d. bergelombang setiap 3 orang penabur
diberi 1 orang tenaga pelangsir pupuk, sedangkan untuk areal berbukit
setiap 2 penabur diberi 1 orang tenaga pelangsir pupuk.
10).Goni pupuk yang telah kosong dikumpulkan oleh petugas dan dihitung
kembali sesuai jumlah goni pupuk yang dikeluarkan.
11).Pengangkutan pupuk harus dicatat jumlah kg pupuk dan jumlah goni yang
diangkut perhari.
11).Realisasi jumlah pupuk, goni dan jenis pupuk yang telah diambil dari
gudang harus diadministrasikan dan selesai pada hari itu juga.
12).Untuk mempermudah pengawasan pemupukan agar diselesaikan blok
per blok.
e. Persyaratan
Agar pemupukan dapat lebih efektif sehingga dapat berdampak terhadap
kenaikan produktivitas maka beberapa hal harus menjadi perhatian.
1). Pelaksanaan pemupukan dilakukan pada bulan yang curah hujannya
>50 mm.
2). Pengiriman pupuk ke kebun dan dari gudang kebun ke Afdeling tepat
waktu sesuai dengan jadwal pemupukan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/003
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Organisasi Pemupukan

3). Peralatan pemupukan sudah disiapkan dan pupuk harus betul-betul


sampai ke setiap pohon sesuai dengan dosis rekomendasi.
4). Penaburan pupuk merata dan dilakukan di piringan yang telah bebas dari
gulma (anak kayu).
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

5). Keamanan perlu dijaga terutama di gudang dan di lapangan untuk


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

mencegah pencurian.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap organisasi pemupukan selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 4 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/003
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Organisasi Pemupukan

Organisasi Pemupukan terdiri dari Asisten Afdeling,


Mandor I, mandor pupuk, pengecer dan penabur
pupuk serta centeng Afdeling, sehingga pemupukan
dapat terlaksana lebih efektif.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Afdeling
1. Penyusunan program pemupukan per tahun PIC : Asisten Afdeling
tanam per blok. Duration: 2 hari kerja
2. Pengajuan permintaan pupuk (AU58) ke unit
Kebun sesuai kebutuhan.

Tidak
Unit Kebun PIC : Manajer
Persetujuan Duration: 2 hari kerja

Ya

Unit Afdeling
1. Pengambilan pupuk ke Gudang Kebun
2. Pengeceran pupuk ke lokasi pemupukan
3. Aplikasi pemupukan blok per blok PIC : Asisten Afdeling
4. Pengumpulan goni eks pupuk. Duration: 25 hari kerja/bulan
5. Pengawasan mulai pada saat pengambilan pupuk
dari Gudang Kebun, sampai dengan selesai
pelaksanaan pemupukan di lapangan.

Pelaporan realisasi pemupukan ke unit Kebun

Unit Kebun
Rekapitulasi laporan realisasi pemupukan dari setiap PIC : Asisten Tata Usaha
afdeling Duration: 2 hari kerja

Pelaporan realisasi pemupukan ke Bagian Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/004
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Piringan, Pasar Pikul, TPH dan Gawangan

1. Tujuan
Dengan kondisi piringan, pasar pikul, TPH dan gawangan yang normal dapat
memudahkan proses pekerjaan lainnya seperti panen, pemupukan dan
pengawasan lapangan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
a. Piringan pokok adalah luasan di sekeliling batang kelapa sawit dengan
diameter 1,5-3 meter sebagai tempat penaburan pupuk dan pengutipan
brondolan.
b. Gawangan adalah lorong antara barisan pokok kelapa sawit.
1) Gawangan hidup adalah lorong tempat pasar pikul
2) Gawangan mati adalah lorong tempat rumpukan pelepah kelapa sawit
c. Pasar pikul adalah jalan selebar 1,5 meter di dalam gawangan hidup sebagai
tempat jalannya pemanen untuk memikul TBS, pengawasan dan kegiatan
lainnya.
d. Tempat Pemungutan Hasil adalah tempat untuk meletakkan TBS dan
brondolan yang dipanen dengan ukuran 3 x 9 meter yang dibuat pada kanan-
kiri jalan, dimana setiap 2 pasar pikul terdapat 1 TPH.
e. Dosis adalah jumlah pemakaian herbisida persatuan luas misalnya
600 CC/Ha/Apl. Rotasi penyemprotan 3 bulan, sementara pada TM-I dan
TM-II rotasi 2 bulan.
f. Konsentrasi adalah banyaknya herbisida dalam 1 liter air dalam satuan
persen (%). Misal konsentrasi 0.6% artinya adalah 6 CC herbisida dalam
1 liter larutan.

4. Peralatan dan Bahan


a. Parang babat
b. Cangkul
c. Hand sprayer
d. Ember plastik
e. Diregen
f. Gelas ukur
g. Kain
h. Masker
i. Sarung tangan

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/004
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Piringan, Pasar Pikul, TPH dan Gawangan

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

6. Rincian Prosedur
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

a. Pemeliharaan Piringan, Pasar Pikul dan TPH.


Pemeliharaan piringan, pasar pikul dan TPH adalah kegiatan membersihkan
tumbuhan pengganggu (gulma) yang ada di piringan dan pasar pikul dengan
tujuan.
1). Menghindarkan persaingan pengambilan hara antara tanaman kelapa
sawit dan gulma di piringan.
2). Memudahkan pengutipan brondolan.
3). Memudahkan operasional pemanen dan kegiatan pemeliharaan lainnya.
4). Memudahkan pengawasan.

Pemeliharaan Piringan, Pasar Pikul dan TPH dilaksanakan dengan dua cara.
1) Dengan Manual
Pemeliharaan piringan, pasar pikul dan TPH secara manual di areal TM
pada umumnya sudah tidak digunakan lagi karena dianggap tidak efisien
dan biasanya digunakan pada areal yang tidak bisa di-chemis seperti
rendahan yang sering berair. Sementara pada TM-I dan TM-II
pekerjaannya adalah menurunkan Mucuna bracteata dari pokok kelapa
sawit sekaligus membersihkan piringan dan pasar pikul dengan rotasi
2 bulan.
2) Dengan Chemis
Pemeliharaan piringan,pasar pikul dan TPH secara chemis dilakukan
untuk efisiensi biaya dan memperkecil pemakaian tenaga kerja.
Alatdanbahan
Alat-alat yang harus disediakan untuk penyemprotan adalah sprayer,
nozzle, gelas ukur, ember, jerigen dan lain-lain.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/004
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Piringan, Pasar Pikul, TPH dan Gawangan

Tipe Volume Lebar


Nozzle Larutan *) Semprotan
(Ltr/Ha) (m)
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Merah 600-1.000 2.0


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Biru 400-600 1.3


VLV 200 2.0
200 100 2.0
VLV 20 2.0
100
Micron
Herby
*) Volume larutan untuk penyemprotan blanket
Lebar semprotan nozzle tergantung ketinggian nozzle pada saat
menyemprot.

b. Pemeliharaan Gawangan
1). Buru lalang
Buru lalang (weeping) dilakukan dengan menggunakan herbisida
glyphosate konsentrasi 1%. Teknik weeping dengan mengusapkan kain
yang telah dicelupkan ke dalam larutan herbisida pada permukaan daun
lalang dari pangkal hingga ke ujung. Rotasi weeping 3 bulan.
2). Dongkel anak kayu
Teknik pelaksanaan.
a). Semua tumbuhan yang berkayu termasuk tukulan kelapa sawit dan
pakis gajah didongkel sampai akarnya terbongkar.
b). Semua jenis keladi dan tukulan yang telah didongkel diletakkan di
atas anjang-anjang yang terbuat dari kayu atau pelepah sawit.
c). Rotasi 3 bulan.
3). Babat gawangan
a). Babat gawangan dilaksanakan bila vegetasi penutup tanah sudah
melebihi 70 cm di atas permukaan tanah. Pembabatan dilakukan
hingga tinggi permukaan gulma 10-20 cm dari permukaan tanah.
b). Rotasi 3 bulan.
4). Chemis gawangan
Chemis gawangan dilakukan untuk efisiensi biaya dan memperkecil
tenaga kerja sama seperti pada pekerjaan chemis piringan, pasar pikul
dan TPH, dan biasanya dilaksanakan pada areal dengan kondisi vegetasi
penutup tanah yang masih memungkinkan untuk dilakukan chemis.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/004
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Piringan, Pasar Pikul, TPH dan Gawangan

c. Norma Kerja/Waktu
1. Menurunkan Mucuna TM-I/TM-II : 1.5 HK/Ha/2 Bln
2. Chemis Pir/PP/TPH TM-I/TM-II : 1.25 HK/Ha/2 Bln
Chemis Pir/PP/TPH : 1.25 HK/Ha/3 Bln
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Bahan : Glyphosate : 600 CC/Ha


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

3. Buru lalang : 0.1 HK/Ha/3 Bln


Bahan : Glyphosate : 10 CC/Ha
4. Dongkel anak kayu : 2 HK/Ha/3 Bln
5. Babat gawangan : 3 HK/Ha/3 Bln
6. Chemis gawangan : 1.25 HK/Ha/3 Bln
Bahan : Glyphosate : 400 CC/Ha
Ally 20 WDG : 20 Gr/Ha

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pemeliharaan piringan, pasar pikul, TPH dan
gawangan selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 4 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/004
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Piringan, Pasar Pikul, TPH dan Gawangan

1. RKAP/RKO
2. Weed book
3. Prosedur Kerja
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

4. Guide line Tanaman


Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Kebun
1. Penyusunan program pekerjaan pemeliharaan
tanaman menghasilkan, meliputi.
- Pemeliharaan piringan, pasar pikul dan TPH PIC : Asisten Afdeling
- Pemeliharaan gawawangan Duration: 2-4 hari kerja
2. Pembuatan peta rotasi berdasarkan realisasi
pekerjaan tahun lalu.

Unit Kebun PIC : Manajer


persetujuan Duration: 2 hari kerja

Unit Afdeling
Pelaksanaan pemeliharaan piringan/PP/TPH dan PIC : Asisten Afdeling
gawangan secara tuntas dengan memedomani Duration: 25 hari kerja/bulan
Prosedur Kerja.

Pelaporan realisasi pekerjaan pemeliharaan


piringan/PP/TPH dan gawangan ke unit Kebun.

Unit Kebun PIC : Asisten Tata Usaha


Rekapitulasi realisasi pekerjaan dari setiap afdeling. Duration: 2-4 hari kerja

Pelaporan rekapitulasi realisasi pekerjaan seluruh


afdeling ke Bagian Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/005
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Serangan Penyakit Ganoderma

1. Tujuan
a. Pengendalian yang dilaksanakan pada saat penanaman dan pada masa TBM
untuk menghindari serangan penyakit Ganoderma.
b. Pembumbunan pokok yang terserang pada masa TM untuk memperpanjang
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

umur tanaman atau memperlambat kematian tanaman.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
a. Penyakit busuk pangkal batang adalah penyakit yang disebabkan oleh
pathogen Ganoderma boninense.
b. Marfu adalah bio fungisida untuk mencegah penyebaran penyakit Ganoderma,
merupakan singkatan dari Marihat Fungisida.

4. Peralatan dan Bahan


a. Cangkul
b. Mangkok plastik
c. Bio fungisida Marfu
d. Bahan organik (solid, pupuk kandang)

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Penyakit Ganoderma
Penyakit ini merupakan penyakit terpenting pada perkebunan kelapa sawit
Indonesia yang sampai dengan saat ini belum ditemukan fungisida yang dapat
memusnahkannya hingga tuntas. Di areal pertanaman kelapa sawit generasi
kedua dan ketiga tingkat serangan akan lebih tinggi dan lebih cepat. Serangan
berat dapat mengakibatkan kematian pada populasi tanaman yang berumur
kurang dari 15 tahun hingga 20-30%.
b. Gejala Serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan di lapangan.
1). Beberapa pelepah daun yang berada di pucuk berwarna pucat seperti
kekurangan unsur hara.
2). Daun mengalami nekrosis dimulai dari daun tua kemudian ke daun yang
lebih muda.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/005
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Serangan Penyakit Ganoderma

3). Pelepah daun akan patah dan menggantung.


4). Pupus (pelepah daun muda) tidak bisa membuka dan terkumpul lebih
banyak dari biasanya (lebih dari 3 pelepah)
5). Pada akhirnya 6-12 bulan kemudian tanaman akan mati.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Serangan penyakit busuk pangkal batang ditandai dengan daun tanaman


menguning seperti kurang hara, pangkal batang keropos dan tanaman mudah
roboh. Merujuk hasil penelitian Tani wiryono (2009) bahwa, produktivitas
tanaman yang telah terinfeksi Ganoderma akan berkurang 50%.
c. Cara Pengendalian
1). Pada Tanaman Menghasilkan (TM), pokok-pokok yang terserang penyakit
ini dilakukan pembumbunan tanah setinggi ± 30-50 cm selebar piringan
dengan pemberian bio fungisida Marfu 400 gr/pokok dan bahan organik
+ 30 Kg/pokok.
2). Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dilakukan pencegahan
penyebaran penyakit ini dengan penaburan Marfu 200 gr/pokok di
piringan.
3). Pada Bibitan dilakukan pencegahan penyebaran penyakit ini dengan
penaburan Marfu 5gr/pokok di PN dan 10 gr/pokok di MN dicampur
dengan top soil sebelum diisi ke dalam polybag
4). Pada Tanam Ulang (TU) dilakukan pencegahan penyakit Ganoderma
dengan penaburan 200 gr Marfu ke dinding lubang tanam dan 200 gr
dicampur dengan tanah penutup lubang tanam.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/005
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Serangan Penyakit Ganoderma
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Membumbun pokok terserang Ganoderma

d. Norma Kerja/Waktu
1). Bibitan Pre Nursery (PN)
Menabur Marfu : 0,5 HK/15.000 bag
Bahan : Marfu : 5 Gr/Pokok
2). Bibitan Main Nursery (MN)
Menabur Marfu : 3.000 bag/HK
Bahan : Marfu : 10 Gr/Pokok
3). TU/TK/TB
Menabur Marfu : 0,5 HK/Ha
Bahan : Marfu : 400 Gr/lubang
4). TBM-I
Menabur Marfu : 0,2 HK/Ha
Bahan : Marfu : 200 Gr/Ha
5). TBM-II
Menabur Marfu : 0,2 HK/Ha
Bahan : Marfu : 200 Gr/Ha
6). TBM-III
Menabur Marfu : 0,2 HK/Ha
Bahan : Marfu : 200 Gr/Ha
7). TM
Membumbun Pokok : 1,5 Pokok/HK
Bahan : Marfu : 400 Gr/Pokok
Bahan Organik : ±30 kg/Pokok

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pengendalian serangan penyakit Ganoderma
selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/005
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Serangan Penyakit Ganoderma

Pengendalian serangan Ganoderma, meliputi


1. Pencegahan di pembibitan, TU dan TBM.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

2. Pengendalian di TM (sesuai inventarisasi


Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

pokok terserang dari unit Kebun).


Tidak

Direksi PIC : Direktur Produksi


Persetujuan Duration: 2 hari kerja

Ya

Bagian Tanaman
1. Penyusunan draf kebutuhan bahan dan biaya
PIC : Kepala Urusan
pengendalian Ganoderma.
Duration: 2 hari kerja
2. Pengajuan Memo permintaan bahan (Marfu)
kepada Bagian Pengadaan.

Bagian Pengadaan
PIC : Kepala Bagian
1. Menyediakan Marfu sesuai Memo permintaan.
Duration: 7 hari kerja
2. Men-dropping Marfu ke Gudang Kebun.

Unit Kebun
Mengaplikasikan penaburan Marfu di pembibitan, PIC : Asisten Afdeling
pada lubang tanam saat penanaman di areal TU, Duration: 25 hari kerja/bulan
pada areal TBM sebagai pencegahan dan areal TM
pada saat pembumbunan pokok kelapa sawit.

Laporan inventarisasi dan Pembumbunan Pokok


terserang Ganoderma.

PIC : Asisten Tata Usaha


Duration: 2 hari kerja

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/006
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Ulat Api dan Ulat Kantong Kelapa Sawit

1. Tujuan
Pelaksanaan global telling yang dilakukan dengan disiplin tinggi, organisasi yang
baik, petugas yang teliti dan penuh rasa tanggung jawab, maka keberadaan dan
perkembangan hama dapat ditekan di bawah ambang batas populasi dengan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

melakukan pencegahan dan pengendalian sedini mungkin.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
a. Tingkat populasi kritis adalah jumlah populasi pada satuan luasan yang sudah
telah mencapai ambang batas toleransi.
b. Defoliasi adalah luasan permukaan daun yang berkurang akibat serangan
hama ulat.
c. Early Warning System (EWS) adalah sistem pengamatan dini terhadap
serangan hama
d. Global telling adalah sitem pengamatan secara menyeluruh untuk mengetahui
adanya hama secara dini, dimana pengamatan dilakukan pada pohon yang
dipilih secara acak sebagai sampel, sehingga dapat diketahui keadaan
populasi dan penyebaran hama dimaksud.
e. Parasit adalah organisme yang hidupnya tergantung dan merugikan
organisme lain.
f. Tanaman inang adalah tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai tanaman
inang predator hama.

4. Peralatan dan Bahan


a. Alat tulis
b. Motor sprayer
c. Insektisida
d. Emulgator
e. Sandovit/Agral
f. Solar
g. Premium

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 6


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/006
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Ulat Api dan Ulat Kantong Kelapa Sawit

6. Rincian Prosedur
a. Jenis Hama Ulat
Hama ulat perusak atau pemakan daun yang penting dan lazim dijumpai pada
tanaman kelapa sawit ialah family ulat api (Limacodidae) dan ulat kantong
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

(Psychidae). Keduanya termasuk dalam ordo Lepidoptera.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

1). Ulat api


Beberapa jenis ulat api yang sering menyerang tanaman kelapa sawit.
a). Thosea asigna
Ulat ini memakan daun kelapa sawit terutama daun ke 9-25 yaitu daun
yang dalam keadaan aktif dan merupakan hama utama. Siklus
hidupnya lebih 3 bulan yakni masa penetasan telur 6-8 hari, stadium
ulat berlangsung 50 hari dan masa pupa 40 hari. Ulat ini sangat rakus,
mampu mengkonsumsi daun 300-500 cm2 per ekor ulat. tingkat
populasi 5-10 ekor ulat per pelepah merupakan populasi kritis
(TBM = 5 ekor dan TM =10 ulat).
b). Setora nitens
Ulat ini menyerang tanaman kelapa sawit umumnya pada umur
2-8 tahun, merupakan hama utama yang sering terjadi pada bulan-
bulan kering. Siklus hidupnya sekitar 2 bulan dengan masa penetasan
6 hari, stadium larva berlangsung 30 hari dan masa pupa 23 hari.
Tingkat populasi kritis pada pelepah ke-25 tanaman dewasa masing-
masing 5 dan 8-10 ekor/pelepah.
c). Darna trima
Ulat ini menyerang daun terutama pada tanaman muda, meskipun
tidak jarang dijumpai pada tanaman dewasa. Siklus hidupnya
berlangsung sekitar 48 hari yakni stadia telur 3-5 hari, stadium ulat
26-33 hari dan masa pupa 10-14 hari.
Meskipun daya konsumsi ulat hanya 30 cm2 namun populasi yang
padat dapat menimbulkan kerusakan yang berat, terutama pada daun
ke 9-17. Tingkat populasi kritis adalah 30-60 ekor/pelepah.
d). Thosea bisura
Pada stadium ulat hama ini menyerang daun pada tanaman muda.
Siklus hidupnya 2 bulan yaitu telur 5-9 hari, larva 22-35 hari dan
kepompong 14-18 hari. Populasi kritis 10-20 ulat/pelepah.
e). Ploneta diducta
Siklus hidupnya 2 bulan yaitu telur 4-6 hari, larva 30-37 hari dan
kepompong 11-14 hari.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 6


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/006
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Ulat Api dan Ulat Kantong Kelapa Sawit
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Thosea asigna Setora nitens Darna trima

Thosea bisura Ploneta diducta


2). Ulat Kantong
Beberapa jenis ulat kantong yang sering menyerang tanaman kelapa
sawit.
a). Mahasena corbetti
Ulat muda biasanya terdapat pada permukaan atas daun dan yang
lebih tua pindah ke permukaan bawah. Ulat tinggal dalam kantongnya
yang terbuat dari potongan daun yang direkat dengan benang sutera.
Ulat muda akan mengeluarkan benang sutera yang panjang dimana
ulat ini dapat bergantung dan oleh angin akan disebarkan ke daun
lainnya. Siklus hidupnya sekitar 4 bulan yaitu 16 hari stadium telur,
80 hari stadium ulat dan 30 hari untuk berkepompong di kantongnya.
Tingkat populasi kritis adalah 5 ekor/pelepah.
b). Metisa plana dan Crematopsyhe pendula
Ulat ini menyerang daun pada tanaman dewasa. Daun yang terserang
dapat menjadi kering seperti terbakar karena ulat pada saat memakan
daun mengeluarkan cairan yang bersifat racun. Pada masa
kepompong ulat ini menggantung di permukaan bawah helaian daun
dengan benang penggantungnya berbentuk kait pada Metisa plana
dan lurus pada Crematopsyhe pendula. Siklus hidupnya 3 bulan
dimana stadium telur 18 hari, ulat 50 hari dan kepompong 25 hari.
Tingkat populasi kritis adalah 5 ekor/pelepah.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 6


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/006
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Ulat Api dan Ulat Kantong Kelapa Sawit

c). Tirthaba rufivena


Hama ini menyerang buah terutama pada tanaman muda dan stadium
ulat yang paling merugikan. Ulat hidup di dalam buah dan pada
tandan bunga jantan. Hama ini menerobos ke dasar dan ke bagian
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

buah yang lunak. Ulat hidup dalam kandungan sutera yang ditutupi
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

oleh kotoran dan sisa makanan. Siklus hidup hanya berlangsung


1 bulan, yaitu 4 hari inkubasi, 16 hari larva dan 10 hari stadium pupa.

Mahasena corbetti Metisa plana Tirthaba rufivena

b. Daya konsumsi ulat


Daya konsumsi ulat sangat erat hubungannya dengan kerusakan daun yang
akan berakibat terhadap penurunan produksi. Dampak kerusakan daun
(defoliasi) terhadap kehilangan produksi tanaman kelapa sawit sebagai
berikut.

% Kehilangan produksi tahun ke-


% Defoliasi
I II III Total
50 58 22 11 91
25 43 8 3 54
12 4 0 0 4
6 3 0 0 3

Data defoliasi hanya dibuat satu kali terhadap daun yang berada pada
pelepah tengah hingga atas. Berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa
kehilangan satu daun total dan serangan hama yang berulang-ulang dalam
satu lokasi sangat sering terjadi.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 4 dari 6


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/006
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Ulat Api dan Ulat Kantong Kelapa Sawit

c. Kemampuan reproduksi hama


Laju perkembangan populasi terutama didukung oleh kemampuan berbiak
individual dalam satuan waktu siklus hidup.
Makin tinggi daya berbiak dalam siklus hidup yang pendek maka makin cepat
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

laju pertumbuhan padat populasi. Hal ini berarti bahwa toleransi terhadap
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

tingkat padat populasi menjadi lebih rendah. Kemampuan bertelur serangga


betina beberapa spesies hama pemakan daun kelapa sawit sebagai berikut.

Spesies Telur
Mahasena corbetti 2000-3000
Metisa plana 100-300
Setora nitens 200-300
Thosea asigna 300-400
Darna trima 90
Plona diducta 60

d. Pemberantasan Hama
Pada prinsipnya pemberantasan atau pencegahan hama dapat dilakukan
dengan cara.
1). Mekanis
a). Hand picking (pengutipan) ulat kantong.
b). Hand picking kepompong ulat api.
c). Pengumpulan, pembersihan tempat berkembang biaknya.
2). Biologis
Dengan menggunakan organisme lain sebagai musuh alaminya.
a). Parasit
b). Predator
c). Tanaman inang, diantaranya sebagai berikut.
(1) Turnera subulata
(2) Amarantus spinosus
(3) Oxalis barrelieri
(4) Antigonon leptosus
(5) Euphorbia heterophylla
(6) Euphorbia hirta
3). Pemulia Tanaman
Pemberantasan atau pencegahan dengan menanam varietas tanaman
yang tahan terhadap hama atau penyakit.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 5 dari 6


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/006
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Ulat Api dan Ulat Kantong Kelapa Sawit

4). Kimia (Chemis)


Suatu cara pemberantasan yang cepat, praktis tetapi kerap kali
menimbulkan efek samping. Untuk hama serangga digunakan insektisida.
5). Gabungan antara keempat cara tersebut di atas lazim disebut “integrated
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

pest control” dimana selalu ditekankan dalam rangka menghindari lebih


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

banyak pencemaran atau solusi.

e. Sensus global (global telling)


Pemeriksaan global dilakukan satu kali seminggu.
Pemeriksaan dilakukan pada pelepah ke 9-17 untuk TBM dan TM yang masih
muda, sementara untuk TM tua pada pelepah ke-17 dan 25.
Cara pemberantasan hama dipilih sesuai dengan spesies hama dan keadaan
pertumbuhan tanamannya. Misalnya dengan cara mengutip, mengunakan
bahan kimia (semprot, fogging, infus akar, suntik batang, dll). Pencegahan
dan tindakan pemberantasan juga harus dipilih alat aplikasi yang sesuai.
1). Pengutipan dapat dilakukan pada tanaman muda umur 1-3 tahun, apabila
luas areal yang mengalami serangan mencapai 25 Ha. Pengutipan dimulai
apabila pada global telling ditemukan 3-5 ekor per pelepah.
2). Cara biologis dapat dilakukan apabila pada global telling banyak ulat yang
terinfeksi virus (Biasanya pada spesies Darna dan Thosea). Dengan cara
memblender 50-100 ulat terinfeksi, kemudian disaring dan diencerkan
dalam 10-15 liter air. Larutan tersebut disemprotkan ke areal yang
terserang hama spesies serupa.
3). Cara kimiawi dengan menggunakan insektisida dapat dilaksanakan
apabila keadaan mendesak mengingat bahan ini berbahaya terhadap
keseimbangan alam.

f. Norma Kerja/Waktu
1). Global Telling : 0.05 HK/Ha/Bln
2). Effektif Telling : 0.025 HK/Ha/Bln
3). Menyemprot dengan motor sprayer : 0.5 HK/Ha/Thn
Bahan: Insektisida : 250 CC/Ha
Emulgator : 50 CC/Ha
Sandovit/Agral : 50 CC/Ha
Solar : 1 Ltr/Ha
Premium : 0.2 Ltr/Ha
7. Aspek Pengelolaan Risiko
Pengendalian risiko pada setiap pengendalian hama ulat api dan ulat kantong
kelapa sawit selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 6 dari 6


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/006
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Ulat Api dan Ulat Kantong Kelapa Sawit

Pengendalian serangan hama ulat api dan ulat


kantong dengan mengefektifkan pengamatan di
lapangan (Early Warning System) atau sering
disebut dengan Global telling.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Afdeling
1. Pelaksanaan Global telling sesuai peta rotasi. PIC : Asisten Afdeling
2. Pelaksanaan Effectif telling jika ada serangan ulat Duration: 25 hari kerja/bulan
api/kantong terutama pada episentrumnya.

Unit Afdeling
Pengendalian serangan ulat api/kantong meliputi
- Mekanis PIC : Asisten Afdeling
- Biologis Duration: 25 hari kerja/bulan
- Kimia (Chemis)
- Pengendalian Terpadu.

Unit Afdeling
Mengajukan permintaan AU-58 bahan kimia kepada PIC : Asisten Afdeling
unit Kebun sesuai kebutuhan pada pengendalian Duration: 1 hari kerja
secara kimia (chemis).

Unit Kebun
Evaluasi PIC : Manajer
dan Duration: 2 hari kerja
persetujuan

Unit Afdeling PIC : Asisten Afdeling


Pelaksanaan penyemprotan dengan motor sprayer Duration: 7 hari kerja

Pelaporan hasil Gobal telling dan pengendalian ulat PIC : Asisten Tata Usaha
api/kantong kepada Bagian Tanaman Duration: 2 hari kerja

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/007
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemangkasan Tunas Cabang

1. Tujuan
a. Memudahkan pemanen untuk memotong buah.
b. Untuk merangsang peningkatan prestasi panen.
c. Mengefektifkan penyerbukan secara alami.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

d. Pengamatan buah matang akan lebih mudah.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

e. Dapat mengurangi kelembaban dan mencegah timbulnya serangan hama dan


penyakit.
f. Dapat mengurangi kehilangan brondolan yang menyangkut pada pelepah
daun.

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
a. Tunas cabang adalah proses pemotongan pelepah kelapa sawit.
b. Leaf area index adalah indeks luasan permukaan daun.
c. Songgo adalah pelepah kelapa sawit yang terletak di bawah pelepah kursi
d. Pelepah kursi adalah pelepah tempat dudukan buah.
e. Ultra Light Pole (ULP) adalah galah untuk meletakkan egrek, sehingga dapat
menjangkau pelepah yang tinggi.

4. Peralatan dan Bahan


a. Dodos
b. Egrek
c. ULP
d. Kampak

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Syarat Pelaksanaan Tunas Cabang
Untuk menjaga agar kondisi tanaman tetap prima tunas cabang/pelepah daun
perlu dilaksanakan dengan alasan.
1). Penunasan (pemotongan) cabang kelapa sawit merupakan kompromi
antara pengurangan luasan asimilasi (Leaf Area Index) dengan
kemudahan panen.
2). Jumlah cabang/pelepah daun kelapa sawit yang ditunas dan dipotong
sewaktu panen, tidak boleh melebihi dari jumlah cabang/pelepah daun
kelapa sawit yang terbentuk dalam satu tahun.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/007
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemangkasan Tunas Cabang

3). Pembentukan cabang/pelepah daun kelapa sawit dalam setahun


bervariasi, tergantung dari umur tanaman, tanaman muda (umur ± 6
tahun) dapat menghasilkan ± 30 cabang/pelepah daun dalam setahun,
sedangkan pada tanaman tua hanya menghasilkan ± 18 cabang/pelepah
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

daun dalam setahun.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

4). Jumlah cabang/pelepah daun dalam keadaan normal berkisar antara.


a). Tanaman muda umur 4-8 tahun (panen dengan dodos)
56-60 cabang/pelepah daun atau 7-8 lingkar daun.
b). Tanaman remaja umur 8-13 tahun (panen dengan dodos)
48-56 cabang/pelepah daun atau 6-7 lingkar daun.
c). Tanaman dewasa sampai dengan renta umur > 13 tahun (panen
dengan egrek) 40 – 48 cabang/pelepah daun atau 5-6 lingkar daun.
b. Teknis Pelaksanaan Tunas Cabang
1). Cabang/pelepah daun, dipotong mepet dari pokok dengan bekas tebasan
30˚ terhadap garis horizontal.
2). Pelepah dipotong menjadi 2 dan 3 bagian, potongan pelepah dirumpuk
pada gawangan mati dan tidak boleh bersambung (harus berbentuk
tumpukan daging) dengan menyusun ujung pelepah pada bagian bawah
dilanjutkan bagian tengah seterusnya ditimpa pangkal pelepah berada
pada paling atas rumpukan.
3). Di areal teras kontur pelepah tidak dipotong dan diletakkan di bibir teras
sejajar terasan agar berfungsi sebagai penahan erosi.
4). Semua rumput-rumputan dan pakisan yang tumbuh di pokok
dicabut/dibuang, serta sampah-sampah bekas tunasan dibersihkan dari
piringan pokok.
5). Penunasan dilaksanakan dengan sistem giring blok per blok.
c. Pengelompokan Tunas Cabang
Penunasan cabang kelapa sawit dibedakan, berdasarkan kondisi dan umur
tanaman yaitu:
1). Tunas Pasir
a). Tunas pasir dilaksanakan pada tanaman belum menghasilkan (TBM-
III) berumur ± 27 bulan (3 bulan sebelum panen perdana/pra panen).
b). Kriteria penunasan, dengan memotong 2 (dua) lingkar cabang daun
terbawah.
c). Alat yang digunakan dodos (chisel) 7 cm.
2). Tunas Pertama dan seterusnya sampai tanaman berumur 13 tahun.
a). Tunas pertama dilaksanakan setelah tandan matang terendah ± 60 cm
dari atas permukaan tanah.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/007
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemangkasan Tunas Cabang

b). Kriteria penunasan, dengan meninggalkan 2 atau 3 lingkar


cabang/pelepah daun penyangga (songgo dua) dari tandan terbawah.
Dengan sistem ini jumlah cabang/pelepah daun untuk umur tanaman
4-8 tahun berkisar 56-60 cabang/pelepah daun atau 7-8 lingkar daun
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

sedangkan untuk umur tanaman 8-13 tahun berkisar


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

48–56 cabang/pelepah daun atau 6-7 lingkar daun.


c). Alat yang digunakan dodos (chisel) 7 cm.
d). Rotasi (pusingan) tunasan 8 bulan.
3). Tunasan pada tanaman berumur lebih dari 13 tahun.
a). Kriteria penunasan, dengan meninggalkan 1 (satu) lingkar
cabang/pelepah daun penyangga (songgo satu) dari tandan terbawah.
Dengan sistem ini jumlah cabang/pelepah daun berkisar 40-48
cabang/pelepah daun atau 5-6 lingkar daun.
b). Alat yang digunakan egrek.
c). Rotasi (pusingan) tunasan 12 bulan.
d. Norma Kerja/Waktu
1). Norma pekerjaan pemangkasan/menunas adalah sebagai berikut.
a). Tunas pasir digabungkan dengan sanitasi dengan norma kerja
2 Hk/Ha.
b). Tunas Pertama dan seterusnya, umur 4 - 12 tahun dengan norma
kerja 3 Hk/Ha/Rotasi.
c). Tunasan pada tanaman berumur >12 - 23 tahun dengan norma kerja
5 Hk/Ha/Rotasi.
d). Tunasan pada tanaman berumur > 23 tahun dengan norma kerja
7 Hk/Ha/Rotasi.
2). Waktu Penunasan
a). Pelaksanaan tunasan minimal harus dapat diselesaikan dalam waktu
4 (empat) bulan untuk rotasi 12 (dua belas) bulan dan 3 (tiga) bulan
untuk rotasi 8 (delapan) bulan.
b). Penunasan dengan rotasi 12 (dua belas) bulan, dilaksanakan pada
bulan November sampai dengan Februari, dengan komposisi
November 20 %, Desember 25 %, Januari 20 % dan Februari 35 %
dari luas tanaman.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pemangkasan tunas cabang selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/007
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemangkasan Tunas Cabang

1. RKAP/RKO
2. Weed book
3. Prosedur Kerja
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

4. Guide line Tanaman


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Kebun
Penyusunan program pekerjaan tunas cabang per PIC : Asisten Afdeling
tahun tanam per blok setiap afdeling disertai peta Duration: 2-4 hari kerja
rotasi berdasarkan realisasi pekerjaan tahun lalu.
Tidak

Unit Kebun PIC : Manajer


Persetujuan Duration: 2-4 hari kerja

Ya

Unit Afdeling
Pelaksanaan tunas cabang secara tuntas dengan PIC : Asisten Afdeling
memedomani SOP dan manajemen tajuk per tahun Duration: 25 hari kerja/bulan
tanam.

Pelaporan realisasi pekerjaan tunas cabang ke unit


Kebun.

Unit Kebun PIC : Asisten Tata Usaha


Rekapitulasi realisasi pekerjaan dari setiap afdeling. Duration: 2-4 hari kerja

Pelaporan rekapitulasi realisasi pekerjaan tunas


cabang seluruh afdeling ke Bagian Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/008
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Perhitungan dan Pengukuran Curah Hujan

1. Tujuan
Data hasil perhitungan dan pengukuran curah hujan yang valid dapat digunakan
sebagai faktor penentu pelaksanaan pemupukan di lapangan dan pelaksanaan
penyiraman bibit kelapa sawit dan karet di pembibitan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
a. Defisit air adalah suatu keadaan kekurangan air yang terjadi apabila jumlah
cadangan air dan curah hujan lebih kecil daripada evapotranspirasi.
b. Evapotranspirasi adalah penguapan air yang terjadi dari permukaan tanah dan
tumbuh-tumbuhan.
c. Ombrometer adalah penakar hujan, yaitu alat yang digunakan untuk
mengukur curah hujan.

4. Peralatan dan Bahan


a. Ombrometer
b. Gelas ukur
c. Alat tulis

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Curah Hujan dan Defisit Air
1). Hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat penting peranannya
dalam mendukung efektifitas pelaksanaan pemupukan dan sebagai
parameter untuk menilai keragaan tinggi rendahnya produktivitas
tanaman.
2). Defisit Air merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada
pembungaan/pembuahan atau produktivitas kelapa sawit 18-30 bulan
yang akan datang, yang terpenting defisit air selama 1 tahun tidak
melebihi 250 mm.
Pengaruh tingkat kekeringan terhadap produktivitas kelapa sawit menurut
PPKS sebagai berikut.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/008
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Perhitungan dan Pengukuran Curah Hujan

Penurunan
Water Defic it
Klas ifik as i Produk tiv itas
(m m /tahun)
(%)
0 - 200 Optimal 0
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

200 - 300 Masih sesuai 0 - 15


300 - 400 Intermedier 5 - 20
400 - 500 Kritis 10 - 25
> 500 Tidak sesuai 15 - 100
Suatu hari dikatakan hujan apabila dalam waktu 24 jam curah hujan yang
tertampung di dalam tabung kolektor >0,5 mm.

a. Cara perhitungan curah hujan.


1). Bila menggunakan gelas ukur volume (ml)
Curah Hujan = . Volume air tertampung .
Luas penampang corong penakar
Contoh:
Air hujan yang tertampung dalam penakar hujan 200 ml = 200cm³.
Luas penampang corong penakar = 100 cm²
maka curah hujan = . 200 cm³ = 2 cm = 20 ml
100 cm²
Jadi setiap 10 ml atau 10 cc air pada penakar hujan type Ombrometer
yang diukur dengan gelas ukur volume adalah setara dengan curah hujan
1 mm.
2). Bila menggunakan gelas ukur hujan langsung yang telah memakai satuan
millimeter maka besarnya curah hujan langsung yang tertera pada gelas
ukurnya.
3). Perhitungan Defisit Air.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/008
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Perhitungan dan Pengukuran Curah Hujan

WATER DEFISIT / DEFISIT AIR


Water Defisit / Defisit Air adalah :
Suatu keadaan kekurangan air yang terjadi apabila jumlah cadangan
air awal dan curah hujan lebih kecil dari ev apotraspirasi.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

KA = Caw + CH - ES
KA = Keseimbangan Air Bila HH ≤ 10 → Es = 150 mm
CAw = Cadangan Awal HH > 10 → Es = 120 mm
CH = Curah Hujan
Es = Ev apotranspirasi HH = Hari Hujan
CAk = Cadangan Akhir
Bila KA = ≥ 200 mm → Cadangan Akhir = 200 mm
Bila KA = ≤ 200 mm → Cadangan Akhir = Keseimbangan Air
KA < 200 mm → CAk = KA
Misal : KA = 170 → CAk = 170 mm
KA = 210 → CAk = 200 mm
Bila KA (minus) → Cak = 0

DN = KA - CAk
DN = Drainase
Caw dan Cak maksimum 200 mm
Drainase terjadi bila KA > 200 mm
KA (minus) → DA = KA

CONTOH PERHITUNGAN DEFISIT AIR


CURAH CADANGAN EVAPOTRANS KESEIM CADANGAN
JLH DRAINASE DEFISIT AIR
BULAN HUJAN BLN.INI PIRASI AIR BANGAN AKHIR
H.H (mm) (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Januari 6 173 200 150 223 200 23 -
Pebruari 9 292 200 150 342 200 142 -
Maret 2 10 200 150 60 60 - -
April 6 138 60 150 48 48 - -
Mei 10 227 48 150 125 125 - -
Juni 8 128 125 150 103 103 - -
Juli 5 79 103 150 32 32 - -
Agustus 8 164 32 150 46 46 - -
September 11 270 46 120 196 196 - -
Oktober 9 189 196 150 235 200 35 -
Nopember 12 220 200 120 300 200 100 -
Desember 8 122 200 150 172 172 - -
Jumlah 94 2.012

b. Syarat Pengukuran Curah Hujan


1). Penakar hujan harus ditempatkan di halaman terbuka, tanpa
naungan/penghalang (pohon dan gedung)
2). Jarak minimal penakar dari penghalang/naungan adalah sama dengan
tinggi penghalang atau sudut 45° di atas horizontal di sekeliling penakar.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/008
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Perhitungan dan Pengukuran Curah Hujan

3). Penakar hujan harus diletakkan pada tiang kayu atau beton yang kuat
dengan ketinggian mulut/corong penakar 120 cm dari permukaan tanah
dan harus dipasang horizontal (datar) menggunakan timbang air.
4). Mengingat karakteristik hujan sangat bervariasi pada setiap lokasi yang
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

berjarak tidak terlalu jauh, maka penakar harus dipasang di setiap kantor
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Afdeling, areal pembibitan dan kantor manajer.


5). Type penakar hujan yang digunakan di PTPN I adalah type
kolektor/ombrometer berdasarkan standar dari PPKS Medan dengan
ukuran diameter mulut/corong penakar 11,3 cm dan luas penampung
100 cm².
c. Norma Kerja/Waktu
Pengamatan dilakukan setiap pagi hari pada pukul 07.00 Wib. Bila terjadi
hujan, maka air yang terkumpul dalam tabung kolektor dituangkan dan ditera
dengan menggunakan gelas ukur hujan langsung (dalam satuan mm) atau
gelas ukur volume (dalam satuan ml).

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap perhitungan dan pengukuran curah hujan selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 4 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/008
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Perhitungan dan Pengukuran Curah Hujan

Pengukuran Curah Hujan dan Defisit Air berfungsi


sebagai penentu pelaksanaan pemupukan di
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

lapangan dan penyiraman di pembibitan kelapa sawit


Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

dan karet.

Unit Kebun
Menyediakan Ombrometer lengkap dengan gelas PIC : Asisten Tata Usaha
ukur sebagai penakar hujan yang diletakkan di Duration: 2-4 hari kerja
halaman Kantor Kebun dan setiap afdeling.

Unit Afdeling PIC : Asisten Afdeling


Pencatatan curah hujan ke dalam tabel curah hujan Duration: 30 hari kerja/bulan
yang telah disediakan setiap hari pukul 07.00 WIB.

Pelaporan jumlah hari hujan dan curah hujan per


bulan ke unit Kebun.

Unit Kebun PIC : Asisten Tata Usaha


Rekapitulasi data curah hujan dari setiap afdeling. Duration: 2 hari kerja

Pelaporan data curah hujan ke Bagian Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/009
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Penanganan Limbah B3 Pupuk di Gudang Penyimpanan

1. Tujuan
a. Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh limbah B3.
b. Melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

sesuai dengan fungsinya kembali.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
Limbah B3 adalah bahan berbahaya beracun adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.

4. Peralatan dan Bahan


a. Masker
b. Tali plastik

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Limbah B3
Setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada
kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer
dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas
lingkungan kembali kepada fungsi semula.
b. Penanganan Limbah B3
1). Penerimaan dan penyimpanan pupuk
a). Periksa surat pengantar barang dari kebun, pastikan sesuai dengan
tujuan afdeling, nomor order dan jenis pupuk yang di order.
b). Pakai alat pelindung diri

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/009
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Penanganan Limbah B3 Pupuk di Gudang Penyimpanan

c). Periksa jenis dan jumlah pupuk yang diterima, pastikan sesuai dengan
surat permintaan barang (AU-58) dan dalam kondisi baik.
d). Atur transport pengangkutan agar pupuk mudah diangkut dan
disusun.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

2). Pengeluaran pupuk


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

a). Periksa bon, pastikan pupuk yang diminta tersedia di gudang Afdeling.
b). Pakai alat pelindung diri.
c). Pengambilan pupuk dari gudang Afdeling sesuai dengan kebutuhan
rencana pemupukan di lapangan dan dicatat.
d). Atur kembali susunan goni sebelum pintu gudang ditutup.
3). Penanganan limbah B3 karung goni eks pupuk
a). Mandor membawa karung goni pupuk yang telah selesai dipupukkan
ke gudang Afdeling.
b). Jumlah karung goni yang dikembalikan ke gudang Afdeling sama
dengan jumlah karung goni yang diminta, dihitung oleh petugas
gudang Afdeling.
c). Petugas gudang Afdeling melipat rapi dalam bentuk gulungan
(1 gulungan = 10 lembar) dan disusun rapi dalam gudang.
4). Pemanfaatan ulang B3 karung goni eks pupuk
a). Karung goni eks pupuk dapat dipakai ulang untuk kebutuhan afdeling
semisal pembungkus tanah bedengan dan karung pengutipan
brondolan.
b). Khusus untuk pemakaian pada pekerjaan pengutipan brondolan,
karung goni eks pupuk dicuci terlebih dahulu pada kamar mandi bilas
dan dikeringanginkan.
c). Petugas gudang Afdeling menulis dan melaporkan setiap pemakaian
kepada Asisten Afdeling.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap penanganan limbah B3 pupuk di gudang
penyimpanan selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/009
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Penanganan Limbah B3 Pupuk di Gudang Penyimpanan

Penanganan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)


bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

diakibatkan oleh limbah B3 tersebut.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Kebun
1. Pembuatan Gudang penyimpanan setiap afdeling. PIC : Asisten Tata Usaha
2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk Duration: 7 hari kerja
operasional setiap afdeling.

Unit Afdeling
Penanganan limbah B3 pupuk, meliputi
1. Penerimaan dan penyimpanan pupuk PIC : Asisten Afdeling
2. Pengeluaran pupuk Duration: 25 hari kerja/bulan
3. Penanganan limbah B3 karung goni eks pupuk
4. Pemanfaatan ulang karung goni eks pupuk.

Unit Afdeling PIC : Asisten Tata Usaha


Pencatatan dalam administrasi afdeling. Duration: 25 hari kerja/bulan

Pelaporan ke unit Kebun.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/010
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Penanganan Limbah B3 Pestisida di Gudang Penyimpanan

1. Tujuan
a. Untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh limbah B3.
b. Melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

sesuai dengan fungsinya kembali.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Unit kebun.

3. Definisi
Limbah B3 adalah bahan berbahaya beracun adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.

4. Peralatan dan Bahan


a. Masker
b. Sarung tangan

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Limbah B3
Setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil,
pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus
memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada
kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer
dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas
lingkungan kembali kepada fungsi semula.
b. Penanganan Limbah B3
1). Penerimaan dan penyimpanan pestisida
a). Periksa surat pengantar barang dari kebun, pastikan sesuai dengan
tujuan afdeling, nomor order dan jenis pestisida yang diorder.
b). Pakai alat pelindung diri.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/010
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Penanganan Limbah B3 Pestisida di Gudang Penyimpanan

c). Periksa jenis dan jumlah pestisida yang diterima, pastikan sesuai
dengan surat pengantar barang (AU-58) dan dalam kondisi baik.
d). Atur transport pengangkutan pestisida agar mudah diangkut.
2). Pengeluaran pestisida
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

a). Periksa bon, pastikan pestisida yang diminta tersedia di gudang


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Kebun.
b). Pakai alat pelindung diri (masker, sarung tangan, dll.)
c). Pengambilan pestisida dari gudang Afdeling sesuai dengan kebutuhan
rencana spraying di lapangan dan dicatat
d). Atur kembali susunan jerigen sebelum pintu gudang ditutup
3). Penanganan limbah B3 jerigen eks pestisida
a). Mandor membawa jerigen eks pestisida yang telah habis digunakan
ke gudang Afdeling
b). Jumlah jerigen dikembalikan ke gudang Afdeling sama dengan jumlah
jerigen yang diminta, dihitung oleh petugas gudang.
c). Petugas gudang Afdeling menyusun rapi dalam gudang.
4). Pemanfaatan ulang B3 jerigen eks pestisida
a). Jerigen eks pestisida dapat dipakai ulang untuk kebutuhan afdeling
semisal wadah penampung air dan wadah larutan pekerjaan spraying
selanjutnya seperti chemis piringan.
b). Khusus untuk pemakaian pada pekerjaan spraying selanjutnya,
jerigen eks pestisida dicuci terlebih dahulu pada kamar mandi bilas
dan dikeringanginkan.
c). Petugas gudang Afdeling menulis dan melaporkan setiap pemakaian
kepada Asisten Afdeling.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap penanganan limbah B3 pestisida di gudang
penyimpanan selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/010
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Penanganan Limbah B3 Pestisida di Gudang Penyimpanan

Penanganan limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)


bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

diakibatkan oleh limbah B3 tersebut.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Kebun
1. Pembuatan Gudang penyimpanan setiap afdeling. PIC : Asisten Tata Usaha
2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk Duration: 7 hari kerja
operasional setiap afdeling.

Unit Afdeling
Penanganan limbah B3 pupuk, meliputi
1. Penerimaan dan penyimpanan pestisida PIC : Asisten Afdeling
2. Pengeluaran pestisida Duration: 25 hari kerja/bulan
3. Penanganan limbah B3 jerigen eks pestisida
4. Pemanfaatan ulang jerigen eks pestisida.

Unit Afdeling PIC : Asisten Tata Usaha


Pencatatan dalam administrasi afdeling. Duration: 25 hari kerja/bulan

Pelaporan ke unit Kebun.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/011
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Contoh Daun Karet

1. Tujuan
Untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan
Rekomendasi pemupukan karet.
2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) Karet.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

3. Definisi
Kesatuan Contoh Daun (KCD) adalah lokasi dimana letak penetapan pohon-
pohon contoh.
4. Peralatan dan Bahan
a. Kuas h. Kapas
b. Galah i. Meja
c. Tali/benang wol j. Meteran
d. Alat Pelindung Diri (APD) k. Karet Gelang
e. Pisau/Sabit l. Oven pengering
f. Kantong plastik m. Aquades
g. Gunting n. Cat biru
5. Pedoman dan Referensi
a. Petunjuk Praktis Pengambilan Sampel daun karet, untuk Rekomendasi
Pemupukan (Balai Penelitian Sungai Putih).
b. Vademicum Bagian Tanaman
6. Rincian Prosedur
a. Penentuan Pohon Contoh
1). Dipilih lokasi seluas 5 Ha atau 20% dari luas KCD (25 Ha).
2). Dalam barisan menurut arah barisan ditentukan pohon contoh sebanyak
8 pohon.
3). Dalam barisan menurut arah gawangan ditentukan pohon contoh
sebanyak 5 pohon, jadi dalam 1 KCD terdapat 40 pohon sampel.
4). Jumlah helai daun yang diambil dari pohon contoh adalah 4 helai, 2 helai
dari sebelah kiri yang berhadapan dan 2 helai dari sebelah kanan yang
berhadapan, sehingga jumlah helai daun dari 1 KCD terkumpul 160
lembar.
5). Pohon sampel harus sehat, tidak berdekatan dengan pohon yang
terserang penyakit JAP, tidak dekat batas blok, jalan, sungai atau
bangunan. Batang dan cabang utama masih utuh tidak patah dan daun
tidak sedang mengalami flush.
b. Pengambilan Daun untuk Sampel.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/011
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Contoh Daun Karet

1). Pengambilan contoh daun seharusnya dilaksanakan pada saat daun


berumur 80-120 hari setelah gugur daun, dimana pada saat ini proses
fisiologi dan mekanisme hara di daun mencapai keadaan stabil.
2). Memilih dan Mengambil Contoh Daun
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

a). Tanaman Belum Bercabang.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tentukan payung kedua pada pohon contoh dan pada pohon lain
yang berdampingan dengan pohon contoh, dari tiap payung tersebut
dipetik 2 tangkai daun yang letaknya berseberangan dan diambil tiap
1 anak daun sehingga tiap pohon contoh diambil 2 anak daun. Khusus
untuk tanaman belum bercabang, jumlah pohon contoh menjadi 2 x
pohon contoh, yaitu pohon contoh yang diberi tanda dan pohon yang
mendampinginya.
b). Tanaman Bercabang Primer.
Daun yang diambil dari cabang primer.
(1) Tentukan 2 cabang primer pada pohon contoh yang
berseberangan.
(2) Tentukan payung ke 2 pada masing-masing cabang tersebut.
(3) Tiap cabang primer diambil 2 tangkai daun yang letaknya
berseberangan sehingga dari tiap pohon contoh diambil 4 helai
anak daun yang terletak di bagian tengah anak daun.
c). Tanaman bercabang Sekunder dan Tertier.
Daun yang diambil dari cabang sekunder dan tertier.
(1) Tentukan 2 cabang sekunder dan tertier pada pohon contoh yang
berseberangan
(2) Tentukan payung ke 2 pada cabang sekunder dan tertier pada
masing-masing cabang tersebut.
(3) Tiap cabang sekunder dan tertier diambil 2 tangkai daun yang
letaknya berseberangan, sehingga dari tiap pohon contoh cabang
sekunder dan tertier diambil 4 helai anak daun yang terletak di
bagian tengah anak daun.
d). Tanaman Bercabang Lanjut.
Daun yang diambil dari cabang lanjut.
(1) Tentukan 2 cabang normal (primer) pada pohon contoh yang
berseberangan.
(2) Tentukan payung pertama pada tingkat percabangan terakhir
(renting) yang letkanya kira-kira 1/2 -1/3 tinggi tajuk.
(3) Tiap payung diambil 2 tangkai daun yang normal dari tiap cabang,
sehingga dari tiap pohon contoh diambil 4 helai anak daun.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/011
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Contoh Daun Karet

3). Waktu Pengambilan Contoh Daun.


a). Waktu pengambilan contoh daun dilaksanakan jam 07.00 s/d 12.00
WIB. Jika daun masih basah artinya air masih menetes dari ujung
daun, tidak dianjurkan untuk diambil.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

b). Tidak dibenarkan daun diambil sore hari atau hari hujan.
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

c). Dilakukan minimal 2 bulan setelah pemupukan


d). Tidak dilakukan pada musim kemarau panjang.
d). Tidak dilakukan pada bulan dengan curah hujan lebih tinggi dari
400 mm.
e). Dilakukan pada bulan yang sama setiap tahunnya agar dapat
membandingkan hasilnya.
4). Pengumpulan dan Pencucian Contoh Daun serta Pengeringannya.
a). Contoh daun setelah selesai diambil dari lapangan dibawa ke kantor
Afdeling untuk dibersihkan dengan Aquades, kapas atau kain planel.
b). Setelah contoh daun agak kering, ujung dan pangkal daun dipotong
dengan gunting, ibu tulang daun digunting sehingga satu anak daun
setelah digunting ibu tulang daunnya menjadi 2 helai daun.
c). Setiap petugas maupun peralatan yang dipakai untuk membersihkan
contoh daun harus bersih dan tidak dibenarkan kepada petugas
merokok selama berlangsung pekerjaan pembersihan contoh daun
tersebut.
d). Contoh daun ditusuk atau diikat dengan benang, kemudian digantung
di dalam oven alat pengering.
e). Pengeringan contoh daun dilaksanakan -
C, daun dikatakan cukup kering bila telah rapuh tetapi
tidak gosong.
f). Setelah daun kering agar diberi label di dalam kantong plastik, yang
berisi Nama Kebun, Luas, Nomor KCD, Afdeling, Blok, Payung ke,
Tahun Tanam, Tanggal pengambilan serta waktu pengambilan daun.
g). Hasil pengambilan contoh daun karet dan pencatatan di lapangan per
afdeling dituangkan dalam form yang tersedia.
h). Bagi kebun yang tidak ada alat untuk pengeringan (oven) setelah
contoh daun karet dibersihkan agar dikirim ke Balai Penelitian
selambat-lambatnya 2 x 24 jam.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pengambilan contoh daun karet selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/011
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Contoh Daun Karet

Bagian Tanaman
1. RKAP/RKO Penyusunan draf pengambilan sampel
2. Prosedur Kerja daun karet sebagai pedoman dalam
3. Guide line Tanaman pembuatan Rekomendasi pemupukan oleh
Balai Penelitian.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tidak
Direksi PIC : Direktur Produksi
Persetujuan Duration: 2 hari kerja

Ya

Bagian Tanaman
Pengajuan surat ke Balai Penelitian untuk
PIC : Kepala Urusan
melakukan analisa daun disertai dengan
Duration: 2-4 hari kerja
form isian dari kebun berkaitan dengan
riwayat pemupukan sebelumnya.

Unit Afdeling
1. Pengambilan sampel daun pada
PIC : Asisten Afdeling
LSU/KCD setiap afdeling.
Duration: 14 hari kerja
2. Pembersihan sampel daun.
3. Pengiriman sampel daun ke unit Kebun.

Unit Kebun
1. Pengeringan sampel daun dengan
PIC : Asisten Tata Usaha
menggunakan oven.
Duration: 7 hari kerja
2. Pengiriman sampel daun kering ke
Bagian Tanaman.
3.

Bagian Tanaman PIC : Kepala Urusan


Pengiriman sampel daun kering ke Duration: 2 hari kerja
laboratorium Balai Penelitian.

PIC : Balai Penelitian


Rekomendasi Pemupukan
Duration: 60 hari kerja

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/012
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pembuatan Kesatuan Contoh Daun (KCD)

1. Tujuan
Untuk memudahkan dalam pengambilan contoh daun karet.

2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) Karet.


Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

3. Definisi
Kesatuan Contoh Daun adalah lokasi dimana letak penetapan pohon-pohon
contoh.

4. Peralatan dan Bahan


a. Peta Afdeling
b. Parang
c. Egrek
d. Galah
e. Kuas
f. Alat tulis
g. Cat biru dan putih.

5. Pedoman dan Referensi


a. Petunjuk Praktis Pengambilan Sampel daun karet, untuk Rekomendasi
Pemupukan (Balai Penelitian Sungai Putih).
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
Sistem pembuatan Kesatuan Contoh Daun Karet adalah sistem terpusat
a. Penentuan Kesatuan Contoh Daun Karet.
1). Jenis topografi tanah sama.
2). Tanaman terdiri dari klon dan umur yang sama.
3). Perlakuan kultur teknis sama
4). Pada umumnya luas 1 KCD 16-25 Ha.
b. Syarat-syarat Pohon Contoh
1). Pohon contoh harus sehat dan tidak terserang hama penyakit.
2). Pohon contoh tidak bersebelahan dengan pohon terserang penyakit JAP.
3). Pohon contoh tidak terletak di dekat batas blok, jalan, sungai atau
bangunan.
4). Batang dan cabang utama masih utuh, tidak patah dan sompel.
5). Tidak sedang mengalami flush

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/012
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pembuatan Kesatuan Contoh Daun (KCD)

6). Apabila pohon contoh terserang hama penyakit atau tumbang maka dapat
digantikan dengan pohon di sebelahnya dalam barisan yang sama.
c. Pemilihan Pohon Contoh.
1). Luas kesatuan contoh daun 25 Ha, maka pilih lokasi seluas 20% atau
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

5 Ha untuk tempat pengambilan contoh daun.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2). Pertama tentukan Nomor Pohon Contoh (NPC) 1, yaitu pohon ke 3


menurut arah barisan, jika terdiri dari 40 baris maka
a). Dalam barisan menurut arah barisan terdapat pohon contoh sebanyak
8 pohon contoh yaitu pohon No. 3-9-15-21-27-33-39-45.
b). Dalam barisan menurut arah gawangan terdapat 5 pohon contoh
yaitu pohon ke 3-10-17-24-31. Jadi dalam 1 KCD terdapat 40 pohon
contoh.
c). Tiap-tiap pohon contoh agar diberi tanda-tanda yang jelas, karena
pohon tersebut dipergunakan seterusnya.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pembuatan kesatuan contoh daun (KCD) selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/012
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pembuatan Kesatuan Contoh Daun (KCD)

Pembuatan Kesatuan Contoh Daun (KCD)


memudahkan dalam pengambilan contoh daun pada
saat akan melakukan analisa daun untuk
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Rekomendasi pemupukan.

Unit Kebun
1. Pembuatan Kesatuan Contoh Daun (KCD) dan
PIC : Asisten Tata Usaha
Nomor Pokok Contoh (NPC) setiap afdeling.
Duration: 2 hari kerja
2. Penyediaan alat dan bahan untuk pembuatan
NPC setiap Afdeling.

Unit Afdeling
1. Penentuan KCD dengan luas 16-25 Ha
2. Penentuan Pokok Contoh seluas 5% dari KCD PIC : Asisten Afdeling
3. Pemilihan pokok contoh dengan interval 5 pokok Duration: 25 hari kerja
dalam barisan dan interval 10 pokok antar barisan
4. Pembuatan NPC.

Unit Afdeling PIC : Asisten Tata Usaha


Pencatatan dalam administrasi afdeling. Duration: 2 hari kerja

Pelaporan ke unit Kebun.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/013
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Karet

1. Tujuan
Untuk mengusahakan kondisi areal TM karet sesuai dengan standar kultur teknis,
sehingga dapat diperoleh produksi yang optimal dan berkelanjutan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

2. Ruang Lingkup
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Areal Tanaman Menghasilkan (TM) Karet.

3. Definisi
Pemeliharaan tanaman adalah seluruh kegiatan pemeliharaan yang pada akhirnya
diharapkan dapat memaksimalkan peraihan produksi.

4. Peralatan dan Bahan


a. Hand sprayer
b. Parang babat
c. Cangkul
d. Kapak
e. Grader
f. Compactor
g. Sirtu
h. Herbisida

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Pemeliharaan Jalan
1). Jalan harus dipelihara/dirawat secara rutin meliputi jalan utama dan jalan
produksi dengan bentuk badan jalan batok tengkurap.
2). Bila di permukaan jalan ada genangan air, maka airnya dikuras hingga
kering.
3). Rotasi perawatan jalan secara manual dilaksanakan setiap hari dan bila
diperlukan secara mekanis 1 tahun sekali.
b. Pemeliharaan Saluran Air
1). Bersamaan dengan perawatan jalan, paret kiri kanan jalan juga harus
dirawat, sehingga dapat menampung air dan menyalurkanya.
2). Paret outlet harus dibersihkan dari timbunan sampah dan tanah, dengan
rotasi 3 tahun sekali.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/013
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Karet

3). Dalam pelaksanaannya, tanah, pasir dan sampah yang ada di dalam paret
dikerok dan dibuang keluar dari kaki lima.
4). Gulma yang tumbuh pada dinding paret dikikis. Pada saat membersihkan
paret ukuran dan bentuk paret sekaligus diperbaiki.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

c. Pemeliharaan Teras dan Benteng


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

1). Inventarisasi jumlah teras dan benteng yang rusak maksimum 25%.
2). Cekungan tanah dinding teras yang rusak diperbaiki, akar lateral yang
timbul dan menonjol di ratakan dan ditimbun kembali.
3). Benteng yang rusak diperbaiki kembali dengan menggunakan tanah dari
atas benteng dengan jarak 1 m.
d. Pengendalian Gulma
1). Penyiangan Stripan/Jalur
a). penyiangan jalur dengan lebar 1,5 m dari kiri kanan pohon.
b). Pada areal TM muda dengan dominasi kacangan dilakukan secara
chemis dengan rotasi 3 bulan.
c). Pada TM dewasa dilaksanakan secara chemis dengan rotasi 6 bulan.
d). Bila pemakaian bahan kimia untuk blanket 1,25 Ltr/Ha, maka untuk
penyiangan jalur disesuaikan dengan jumlah barisan.
Contoh: untuk tanaman dengan jumlah barisan = 20 baris/Ha, maka
1,5 m x 2 x 20 baris c 100 m x 1,25 Ltr/Ha = 0,75 Ltr/Ha
10.000
2). Penyiangan Gawangan
Gulma pakis-pakisan dan rumput-rumputan dengan ketinggian 30 cm
masih diperkenankan tumbuh di gawangan. Secara periodik gulma di
gawangan dibabat dengan rotasi 6 bulan.
3). Dongkle Anak Kayu
Semua anak kayu di jalur maupun di gawangan harus didongkel
menggunakan cangkul dengan rotasi 3 bulan.
e. Pemberantasan Lalang
1). Weeping lalang
a). weeping dilaksanakan dengan menggunakan Glyphosate dengan
konsentrasi 1 %.
b). Pelaksanaannya menggunakan alat penjepit yang ujungnya dilapisi
kain. Penjepit dicelupkan ke dalam larutan Glyphosate dan sedikit
ditekan paa pinggir wadah untuk mengeluarkan sebagian larutan dari
kain. Kemudian bagian di usapkan pada lalang mulai dari pangkal
sampai ujung daun, hingga benar-benar basah.
c). Ujung helaian daun yang sudah di weeping, diputus sebagai tanda.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/013
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Karet

2). Pemberantasan lalang sporadis


a). lalang dinyatakan sporadis ringan jika dalam 1 m² terdapat 1-10 helai
lalang dan masih dapat diberantas dengan cara weeping, dosis
15-20 CC/Ha.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

b). Dinyatakan sporadis berat jika dalam 1 m² terdapat > 10-50 helai
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

lalang, pemberantasannya dengan cara menyemprot dengan dosis


25-30 CC/Ha.
c). 1 bulan setelah disemprot diikuti dengan weeping.
f. Penanganan Terhadap Pohon Tumbang dan Patah
1). Penanganan terhadap pohon tumbang.
a). Pohon yang tumbang direncek dan dirumpuk di tengah gawangan.
b). Bila tanaman tumbang akibat serangan penyakit JAP, tunggul harus
dibongkar dan dikeluarkan dari areal.
c). Lobang bekas bongkaran dan 4 pohon di sekelilingnya masing-masing
diberi fungisida 100 CC/Pohon.
2). Penanganan pohon yang patah batang dan cabang.
a). Dahan atau cabang direncek dan disusun di tengah gawangan ,
patahan batang bila tidak dimanfaatkan, dipotong-potong dan disusun
di tengah gawangan.
b). Tunggul yang tingginya > 1,5 m dan umur tanaman masih 9 tahun,
segera diserong, permukaannya dilumasi dengan TB atau Kolter
bebas asam.
c). Pada tunggul ini dihentikan penderesan sampai tunas yang tumbuh
minimal 1 m dan telah berwarna coklat.
d). Tunas yang tumbuh dari tunggul diseleksi dan hanya dibiarkan
tumbuh 1-2 tunas yang berbeda posisi.
e). Tunggul yang tingginya < 1,5 m juga diserong tetapi segera
dikeluarkan dari inventarisasi pohon (tiak perlu diracun).
g. Penanganan Limbah Padat Bekas Bahan Kimia
1). Sediakan bak tempat cucian di kantor Afdeling
2). Setelah bahan kimia habis digunakan, wadah bahan kimia dibawa ke
kantor Afdeling dan cuci.
3). Hindari air cucian terkena mata, mulit dan kulit.
4). Wadah bahan kimia yang sudah bersih lalu dikirim ke gudang material.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) karet
selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/013
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) Karet

1. RKAP/RKO
2. Weed book
3. Prosedur Kerja
4. Guide line Tanaman
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Kebun
1. Penyusunan program pekerjaan pemeliharaan
tanaman menghasilkan (TM) Karet, meliputi.
a. Pemeliharaan jalan
b. Pemeliharaan saluran air PIC : Asisten Afdeling
c. Pemeliharaan teras dan benteng Duration: 2-4 hari kerja
d. Pengendalian gulma
e. Pemberantasan lalang
f. Penanganan terhadap pohon tumbang/patah
2. Pembuatan peta rotasi berdasarkan realisasi
pekerjaan tahun lalu. Tidak

Unit Kebun PIC : Manajer


persetujuan Duration: 2 hari kerja

Ya

Unit Afdeling PIC : Asisten Afdeling


Pelaksanaan pemeliharaan TM karet secara tuntas Duration: 25 hari kerja/bulan
dengan memedomani Prosedur Kerja.

Pelaporan realisasi pekerjaan pemeliharaan TM


karet ke unit Kebun.

Unit Kebun PIC : Asisten Tata Usaha


Rekapitulasi realisasi pekerjaan dari setiap afdeling. Duration: 2-4 hari kerja

Pelaporan rekapitulasi realisasi pekerjaan seluruh


afdeling ke Bagian Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/014
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemotongan Tajuk Pada Tanaman Karet

1. Tujuan
Untuk mengantisipasi terjadinya angin kencang, sehingga kerapatan populasi
pohon karet dapat dipertahankan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

2. Ruang Lingkup
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Tahun ke-III dan Tanaman Menghasilkan


(TM) Tahun Sadap ke-II.

3. Definisi
Pemotongan tajuk merupakan pengurangan mahkota daun untuk membentuk
tajuk dan mengurangi ketinggian pohon sehingga lebih tahan terhadap hembusan
angin kencang.

4. Peralatan dan Bahan


a. Alat tulis
b. Chain saw
c. Gergaji
d. Kapak
e. Tangga
f. Meteran
g. Mal
h. Kuas
i. Alat Pelindung Diri (APD).
j. Kolter

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Pelaksanaan Pemotongan Tajuk Tanaman Karet.
1). Pemotongan tajuk dilaksanakan pada Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) tahun ke-III dan Tanaman Menghasilkan (TM) tahun sadap ke-II.
2). Pemotongan tajuk pada TBM-III dilakukan pada semester II, yakni pada
bulan September s/d November dengan ketinggian + 5 m dari permukaan
tanah.
3). Pemotongan tajuk Tanaman Menghasilkan (TM) dilakukan pada musim
gugur daun (produksi rendah) dan tidak diperbolehkan pada saat produksi

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/014
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemotongan Tajuk Pada Tanaman Karet

puncak. Pemotongan dilaksanakan pada ketinggian + 7 m dari permukaan


tanah.
4). Sebelum dilakukan pemotongan tajuk, pohon diinventarisasi terlebih
dahulu dengan memberi tanda (dipolet + 1 m di atas permukaan tanah).
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

5). Lakukan pemotongan tajuk dari pohon ke pohon dengan, potongan harus
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

miring dan bekas potongan dioles dengan kolter 100 gr/pohon.


6). Cabang dan ranting hasil pemotongan direncek dan disusun di gawangan.
7). Pelaksanaan pemotongan tajuk harus blok per blok.
b. Penanganan Limbah Padat Bekas Bahan Kimia
1). Sediakan bak tempat cucian di kantor Afdeling
2). Setelah bahan kimia habis digunakan, wadah bahan kimia dibawa ke
kantor Afdeling dan cuci.
3). Hindari air cucian terkena mata, mulit dan kulit.
4). Wadah bahan kimia yang sudah bersih lalu dikirim ke gudang material.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pemotongan tajuk pada tanaman karet selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/014
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemotongan Tajuk Pada Tanaman Karet

1. RKAP/RKO
2. Weed book
3. Prosedur Kerja
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

4. Guide line Tanaman


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Kebun
1. Penyusunan program pekerjaan pemotongan PIC : Asisten Afdeling
tajuk tanaman karet pada TBM-II, TBM-III dan Duration: 2-4 hari kerja
TM-II setiap afdeling
2. Pembuatan peta rotasi berdasarkan realisasi
pekerjaan bulan lalu.
Tidak

Unit Kebun PIC : Manajer


Persetujuan Duration: 2-4 hari kerja

Ya

Unit Afdeling
Pelaksanaan pemotongan tajuk secara tuntas
dengan memedomani Prosedur Kerja, sehingga PIC : Asisten Afdeling
diperoleh tegakan per hektar yang padat, karena Duration: 25 hari kerja/bulan
lebih tahan terhadap hembusan angin kencang.

Pelaporan realisasi pemotongan tajuk ke unit Kebun.

Unit Kebun
PIC : Asisten Tata Usaha
Rekapitulasi realisasi pekerjaan pemotongan tajuk
dari setiap afdeling. Duration: 2-4 hari kerja

Pelaporan rekapitulasi realisasi ke Bagian Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/015
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemupukan Tanaman Karet

1. Tujuan
Untuk mengganti unsur hara yang terpakai, tercuci atau terangkut bersama
produksi dan mempertahankan tingkat kesuburan fisik tanah dan biologis tanah.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

2. Ruang Lingkup
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Areal Bibitan, TU/TK/TB, TBM dan TM.

3. Definisi
a. Rij Staat adalah peta setiap blok yang menggambarkan nomor baris dan
nomor setiap pohon dalam baris.
b. Supply point besar adalah titik ecer besar tempat menurunkan zak-zak pupuk
untuk selanjutnya diecer ke supply point kecil.
c. Supply point kecil adalah titik ecer kecil untuk memenuhi kebutuhan pupuk
untuk 5-10 pohon pada setiap 5 baris atau lebih.

4. Peralatan dan Bahan


a. Alat pencampur pupuk
b. Terpal plastik
c. Timbangan
d. Mangkok plastik
e. Ember plastik
f. Kain gendong
g. Tali plastik
h. Alat Perlindungan Diri (ADP)
i. Pupuk (N, P, K, Mg, Majemuk/Compound).

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman

6. Rincian Prosedur
a. Jadwal Pemupukan
Pemupukan dilaksanakan pada saat tanaman paling membutuhkan hara,
yakni pada saat tanaman membentuk tunas-tunas baru (flush). Saat yang
paling tepat melaksanakan pemupukan I yaitu mulai bulan April, dimana
keadaan tanah sudah cukup lembab. Pemupukan ke-II minimal berselang 3-4
bulan, yaitu sekitar bulan Agustus-September pada tahun yang sama.
1). Dosis dan waktu pemberian pupuk untuk TU/TB/TBM

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/015
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemupukan Tanaman Karet

Dosis pupuk (gram/pohon)


Bulan TBM-I TBM-II TBM-III & IV
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

Urea RP MOP Kies Urea RP MOP Kies Urea RP MOP Kies


Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Pebruari 35 100 35 25 55 125 55 25 60 125 55 50


April 35 - 35 - 55 - 55 - 60 - 55 -
Juni 45 - - - 60 - - - 60 - - -
Agustus 50 100 50 25 60 125 55 50 65 125 55 50
Oktober 55 - - - 60 - - - 65 - - -
Desember 55 - 50 - 60 - 60 - 65 - 60 -
Jumlah 275 200 170 50 350 250 225 75 375 250 225 100
Sumber : Teknologi Budidaya Karet
Pusat Penelitian Karet
Kotak Pos 1415 Medan

2). Pada penggunaan pupuk compound untuk TBM dan TM, pemberian
pupuk dilakukan dengan cara pocket dengan menempatkan pupuk pada 3
lubang, yakni 2 lubang di sisi kiri dan 1 lubang di sisi kanan barisa,
sementara pada tahun berikutnya dilakukan sebaliknya.
3). Penentuan dosis dan jenis pupuk untuk TM mengacu kepada
Rekomendasi Balai Penelitian.
4). Pupuk compound tidak dibenarkan dicampur dengan pupuk hayati emas
(PHE), tapi di lapangan dapat diberikan dalam satu lubang pada waktu
bersamaan.
b. Perencanaan Pemupukan
1). Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh Asisten Afdeling
dan disetujui oleh Asisten Kepala dan Manajer.
2). Rencana pemupukan harian dibuat oleh Asisten Afdeling yang dilengkapi
dengan peta blok yang telah lengkap dengan titik-titik supply point.
3). Permintaan pengangkutan dan kebutuhan pupuk harian diajukan minimal
1 hari sebelum pelaksanaan pemupukan, jika menggunakan pupuk
tunggal pencampuran di gudang Afdeling maksimal 24 jam sebelum
ditabur.
4). Seluruh pupuk yang dicampur harus ditabur hari itu juga.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/015
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemupukan Tanaman Karet

c. Organisasi Pemupukan
1). Satu grup terdiri dari satu orang kepala grup dan lima orang penabur dan
satu orang tukang pikul.
2). Prinsip pemupukan, setiap pohon memperoleh pupuk yang sama, oleh
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

sebab itu kepala grup melakukan pengawasan dari belakang.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

3). Jumlah grup tergantung dari luas (Ha) yang akan dipupuk.
d. Pelaksanaan Pemupukan
1). Campuran pupuk dimasukkan kembali ke goni pupuk dan masing-masing
goni ditimbang beratnya 50 Kg.
2). Pupuk diangkut ke areal dan diecer ke supply point sesuai dengan
kebutuhan pupuk untuk setiap supply point.
3). Takaran pupuk agar disediakan sesuai dosis per jenis pupuk.
4). Pelaksanaan pemupukan harus tetap berpedoman pada prinsip 5T, yaitu
tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, tepat sasaran.
5). Khusus areal kontur, pupuk ditabur pada larikan dan di areal berbukit
pupuk ditabur pada 3 lubang arah dinding teras.
e. Pengendalian Kemasan Bekas Pupuk
1). Kemasan bekas pupuk dikumpulkan, kemudian bagian dalam kemasan
dibalik dan dibersihkan dari sisa pupuk.
2). Kemasan pupuk yang basah dan lembab harus dijemeur terlebih dahulu
3). Kemasan yang telah bersih digulung dan diikat dengan tali sebanyak 10
lembar dalam 1 ikatan dan dibukukan, selanjutnya disimpan ke gudang
Afdeling.
f. Pengawasan Pemupukan
1). Selama pelaksanaan pemupukan, harus diawasi langsung oleh Asisten
Afdeling dan Mandor-I
2). Asisten Kepala melakukan pengawasan secara periodik
3). Manajer melakukan pengawasan secara on the spot (inspeksi mendadak).
4). Bagian Tanaman Kantor Pusat melakukan evaluasi terhadap laporan
pelaksanaan pemupukan.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pemupukan tanaman karet selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/015
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemupukan Tanaman Karet

Bagian Tanaman
1. RKAP/RKO Penyusunan draf kebutuhan bahan dan
2. Prosedur Kerja biaya pemupukan dengan dosis sesuai
3. Guide line Tanaman Rekomendasi Pemupukan Balai Penelitian
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Tidak

Direksi PIC : Direktur Produksi


Persetujuan Duration: 2 hari kerja

Ya

Bagian Tanaman
Pengajuan Memo kebutuhan pupuk kepada PIC : Kepala Bagian
Bagian Pengadaan berdasarkan permintaan Duration: 2 hari kerja
bahan/barang (AU31) dari kebun.

Bagian Pengadaan
1. Pembuatan kontrak kerja sama
PIC : Kepala Bagian
pengadaan pupuk dengan pihak ketiga.
Duration: 30 hari kerja
2. Pengiriman pupuk ke masing-masing
Gudang Kebun.

Unit Afdeling
1. Penyusunan program pemupukan per PIC : Asisten Afdeling
tahun tanam per blok. Duration: 2 hari kerja
2. Pengajuan permintaan pupuk (AU58) ke
unit Kebun sesuai kebutuhan.

Tidak
Unit Kebun
PIC : Manajer
Persetujuan
Duration: 1 hari kerja

Ya

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/015
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pemupukan Tanaman Karet
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit Afdeling
1. Pengambilan pupuk ke Gudang Kebun
2. Pengeceran pupuk ke lokasi pemupukan
3. Aplikasi pemupukan blok per blok
4. Pengumpulan goni eks pupuk. PIC : Asisten Afdeling
5. Pengawasan mulai pada saat Duration: 25 hari kerja/bulan
pengambilan pupuk dari Gudang Kebun,
sampai dengan selesai pelaksanaan
pemupukan di lapangan.

Pelaporan realisasi pemupukan ke unit


Kebun

Unit Kebun
Rekapitulasi laporan realisasi pemupukan PIC : Asisten Tata Usaha
dari setiap afdeling Duration: 2 hari kerja

Pelaporan rekapitulasi realisasi pemupukan


ke Bagian Tanaman

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/016
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Identifikasi dan Penilaian High Conservation Value (HCV)

1. Tujuan
Untuk menentukan kawasan yang mempunyai nilai keanekaragaman hayati
penting, jasa lingkungan penting, sosial dan budaya penting untuk masyarakat
melalui pendekatan penilaian pendahuluan dan penilaian menyeluruh.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2. Ruang Lingkup
Kebun/Unit PT Perkebunan Nusantara I (Persero).

3. Definisi
a. High Conservation Value (HCV/NKT) adalah sesuatu yang bernilai konservasi
tinggi pada tingkat lokal, regional atau global yang meliputi nilai-nilai ekologi,
jasa lingkungan, sosial dan budaya.
b. HCV 1 adalah kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati
yang penting secara global, regional dan nasional.
c. HCV 1.1 adalah kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi
pendukung keanekaragaman hayati bagi kawasan lindung dan konservasi.
d. HCV 1.2 adalah spesies hampir punah.
e. HCV 1.3 adalah kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang
terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup.
f. HCV 1.4 adalah kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau
sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer.
g. HCV 2 adalah kawasan bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi
secara alami baik tingkat global regional dan lokal.
h. HCV 2.1 adalah kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk
menjaga proses dan dinamika ekologi.
i. HCV 2.2 adalah kawasan bentang alam yang berisi dua atau lebih ekosistem
dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan).
j. HCV 2.3 adalah kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan spesies
alami.
k. HCV 3 adalah kawasan yang mempunyai ekosistem langka, terancam atau
hampir punah.
l. HCV 4 adalah kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alami.
m. HCV 4.1 adalah kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air
dan pengendalian banjir pada masyarakat hilir.
n. HCV 4.2 adalah kawasan penting bagi pengendalian erosi dan sedimentasi.
o. HCV 4.3 adalah kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah
meluasnya kebakaran hutan atau lahan.
p. HCV 5 adalah kawasan alam yang mempunyai fungsi penting untuk
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/016
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Identifikasi dan Penilaian High Conservation Value (HCV)

q. HCV 6 adalah kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas


budaya tradisional komunitas lokal.
r. Budaya adalah istilah yang mengacu pada suatu hasil bersama dari kelompok
manusia atau komunitas lokal, termasuk nilai-nilai, ide-ide kepercayaan,
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perilaku, acara atau ritual, bahasa, pengetahuan dan obyek material.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

s. Derah Aliran Sungai adalah unit hidrologi yang dibatasi oleh batas topografi
dengan puncak tertinggi dari suatu wilayah aliran sungai, dimana air hujan
yang jatuh di wilayah tersebut mengalir ke danau atau laut.
t. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh suatu hubungan
timbal balik antara organisme (makhluk hidup atau unsur biotik dengan
lingkungannya atau unsur abiotik).

4. Peralatan dan Bahan


a. Komputer dan perlengkapannya
b. Alat tulis kantor

5. Pedoman dan Referensi


a. UU No.41 tahun 1999 Tentang Kehutanan
b. PP No.68 tahun 1998
c. PP No.34 tahun 2002
d. SK Dirjen PHPA No.129
e. Kepres No.32 tahun 1990 Tentang Pengelolaa Kawasan Lindung

6. Rincian Prosedur
a. Identifikasi HCV
1). Bagian Tanaman menyusun rencana kerja pelaksanaan identifikasi
High Conservation Value (HCV).
2). Hasil rencana kerja yang sudah disusun selanjutnya disampaikan
ke Direksi sebagai dasar proses pembuatan Surat Perjanjian dengan
konsultan yang ahli di bidang HCV.
3). Kebun/Unit membentuk tim identifikasi HCV.
4). Pelaksanaanya didampingi oleh konsultan.
b. Penilaian HCV oleh konsultan
1). Pengumpulan data sekunder
a). Mengumpulkan data hasil penelitian, laporan statistik, demografi
wilayah, peta dan data audio visual. Data informasi ini dapat diperoleh
dari Kebun/Unit, instansi pemerintah, perguruan tinggi, lembaga
swadaya, masyarakat setempat dan berbagai situs website di internet.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PK/016
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Identifikasi dan Penilaian High Conservation Value (HCV)

b). Melakukan verfikasi untuk menguji kebenaran data sekunder yang


diperoleh untuk dijadikan dasar pengembangan dan pengambilan
data primer di lapangan
2). Pengumpulan data sekunder
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Tim konsultan mengumpulkan seluruh data langsung dari lapangan pada


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

objek studi berdasarkan verifikasi data sekunder yang dilakukan.


3). Analisa dan pemetaan
a). Melaksanakan pengkajian dan analisa secara komphrensif dan
bersama-sama data sekunder dan primer yang diperoleh dari
lapangan meliputi flora, fauna, sosial dan budaya.
b). Hasil analisa digunakan untuk menentukan wilayah yang mempunyai
HCV yang selanjutnya dipetakan dengan sistem informasi geografis.
4). Penyusunan laporan dan rekomendasi
a). Hasil penilaian terhadap wilayah yang mempunyai HCV kemudian
dipresentasikan pada pihak-pihak yang berkepentingan.
b). Hasil presentasi akan didiskusikan dan melakukan perbaikan.
c). Hasil diskusi dituangkan dalam laporan.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pekerjaan identifikasi dan penilaian
High Conservation Value (HCV) selalu dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO)
No. Dokumen : 01.1-3/PB/016
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Identifikasi dan Penilaian HCV

Identifikasi dan Penilaian High Conservation Value


(HCV) bertujuan untuk menentukan kawasan yang
mempunyai nilai keanekaragaman hayati penting,
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

jasa lingkungan penting, sosial dan budaya penting


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

untuk masyarakat melalui pendekatan penilaian


pendahuluan dan penilaian menyeluruh.

Bagian Tanaman PIC : Kepala Urusan


Penyusunan rencana kerja pelaksanaan identifikasi Duration: 7 hari kerja
HCV

Tidak
Direksi PIC : Direksi
Persetujuan Duration: 2-4 hari kerja

Ya

Bagian Tanaman
Pembuatan Surat Perjanjian kerjasama dengan PIC : Kepala Urusan
Konsultan yang ahli di bidang HCV dalam Duration: 7 hari kerja
pengidentifikasian HCV.

Unit Kebun
1. Pembentukan tim identifikasi HCV PIC : Kepala Urusan
2. Pelaksanaan identifikasi HCV didampingi oleh Duration: 60 hari kerja
Konsultan.

Konsultan
1. Pengumpulan data sekunder
2. Verifikasi terhadap data sekunder PIC : Konsultan
3. Pengkajian dan analisa secara komprehensif Duration: 60 hari kerja
4. Pemetaan dengan sistem informasi geografis

Pelaporan dan Rekomendasi HCV

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 1


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/017
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Kelapa Sawit

1. Tujuan
Mengendalikan dan menekan perkembangan hama yang merusak tanaman
kelapa sawit.

2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

TM dan TBM kelapa sawit.

3. Definisi
a. Hama adalah organisme yang dapat merusak/mengganggu pertumbuhan dan
produksi tanaman.
b. Fogging adalah pengendalian hama dengan cara pengabutan/pengasapan,
menggunakan bahan kimia insektisida dan alat fulsfog/dynafog atau
sejenisnya.
c. Hand picking adalah pengendalian hama dengan pengutipan secara manual.
d. EWS adalah Early Warning System (Sistem Pengendalian Dini).

4. Peralatan dan Bahan


a. Insektisida g. Goni bekas
b. Sprayer h. Ember plastik
c. Fulsfog/dynafog i. Air
d. APD j. Predator
e. BBM k. Kotak sarang (Gufon)
f. Kantong plastik

5. Pedoman dan Referensi


a. Guide line Bagian Tanaman
b. Vademicum Bagian Tanaman
c. Buku saku hama-hama kelapa sawit dari PPKS.

6. Rincian Prosedur
a. Early Warning System melalui Pelaksanaan Global Telling
1) Luas afdeling dibagi dalam 6 bagian yang merupakan sampel
pengamatan harian yang terdiri dari pengamatan I, II, III, IV, V dan VI
untuk pengamatan hari senin s/d sabtu (hari libur kecuali hari minggu
tetap dilakukan pengamatan)
2) Tiap bagian yang merupakan sampel pengamatan harian tersebut dibagi
menjadi 2 sub bagian Utara dan Selatan
3) Masing-masing sub bagian Utara dan Selatan ini dibagi menjadi 4 unit
yang merupakan unit sampel pengamatan mingguan
4) Masing-masing unit pengamatan ini diberi nomor 1 s/d 4, dengan
demikian setiap bagian terdapat unit-unit pengamatan U1, U2, U3, U4 dan
S1, S2, S3, S4
5) Pelaksanaan pengamatan untuk tiap-tiap pengamatan ini ditetapkan
sebagai berikut :

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 8


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/017
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Kelapa Sawit

Minggu ke- Pengamatan


Minggu I U1 U2 S3 S4
Minggu II U4 U3 S2 S1
Minggu III U1 U2 S3 S4
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Minggu IV U4 U3 S2 S1
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

6) Setiap unit pengamatan ini diambil 5 pokok sampel secara random yang
mewakili dari unit tersebut dalam satu barisan tanaman yang merupakan
pokok sampel pengamatan.
7) Yang diamati dalam pengamatan global ini adalah.
a) Dicari pelepah daun yang terbanyak didapati populasi ulatnya pada
pokok sampel pengamatan
b) Dihitung jumlah populasi ulat pada pelepah daun tersebut, masing-
masing untuk ulat api dan ulat kantong dan dibedakan stadia ulat
tersebut tua atau muda
c) Jumlah pokok sampel pengamatan yang diambil dalam setiap kali
pengamatan sebanyak 20 pokok.
8) Bila hasil pengamatan global telah menunjukkan jumlah populasi ulat per
pokok mencapai kriteria:
a) Ulat api : > 2 ekor/pokok
b) Ulat kantong : > 3 ekor/pokok
Supaya segera dilaksanakan pengamatan efektif (effective telling) pada
blok tersebut dan blok-blok di sekitarnya (bila diperlukan) untuk
mengetahui sentrum serangan.
9) Bila hasil pengamatan global telah menunjukkan jumlah populasi ulat per
pokok mencapai kriteria:
a) Ulat api : < 2 ekor/pokok
b) Ulat kantong : < 3 ekor/pokok
Dilaksanakan dengan kutip ulat (hand picking).

b. Effective Telling
Effective telling dilaksanakan pada blok yang populasinya telah mencapai
kriteria sebagai berikut.
1) Effective telling, pengamatannya dilakukan satu blok penuh
2) Pokok sampel ditentukan, interval 5 pokok baik dalam barisan maupun
antar barisan. Untuk ini dapat diambil pokok sampel prognosa produksi
sebagai pokok sampel pengamtan efektif. Dengan demikian setiap pokok
sampel effective telling mewakili 25 pokok
3) Cara perhitungan populasi ulat per pokok sama dengan perhitungan
populasi ulat per pokok pada global telling
4) Dari laporan hasil effective telling tersebut dapat ditentukan daerah
serangan yang dibedakan atas beberapa kriteria serangan (ambang batas
serangan populasi hama).

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 8


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/017
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Kelapa Sawit

a) Sentrum serangan (daerah bahaya I)


 Ulat kantong : > 3 ekor/pokok
 Ulat api : > 2 ekor/pokok
b) Barrier zone (daerah bahaya II)
 Ulat kantong : 1 -3 ekor/pokok
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

 Ulat api : 1-2 ekor/pokok


c) Daerah aman
Populasi ulat 0 ekor/pokok
5) Berdasarkan hasil effective telling sesuai kriteria di atas, maka
pengendalian secara kimiawi (poin c.8)

c. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS)


1) Tentukan pusat perhitungan (telling) dan baris perhitungan. Pusat
perhitungan (Pp) adalah pohon-pohon di lapangan sebagai titik pusat
perhitungan. Jumlah Pp setiap blok +/- sama dengan luas (ha) blok
tersebut (1Pp/ha) dan apabila per blok dalam luasan 25 ha, maka jumlah
Pp 25 pohon sampel. Pohon-pohon ini berada dalam barisan tertentu
yang disebut baris perhitungan (Bp). Pusat perhitungan lingkaran I terdiri
dari pohon sampel no. 1 s/d 6 dan pusat perhitungan lingkaran II terdiri
dari pohon sampel no. 7 s/d 18.
2) Bp dimulai dari baris ke 3 di setiap blok kemudian baris ke 15, selanjutnya
berselang 12 baris (baris 3, 15, 27, 39, 51) dengan arah Timur ke Barat.
3) Jumlah Pp satu blok dalam luasan 25 ha sebanyak 25 Pp (Pp1 s/d Pp25)
4) Pp1 jumlah pohon yang diperiksa sebanyak 18 pohon (dalam 18 pohon
diambil sampel 1 pohon), setiap pohon didapati pada baris 1 s/d baris ke 5
dan no. Pohon 1 s/d 5.
5) Pp25 jumlah pohon diperiksa sebanyak 18 pohon (dalam 18 pohon
diambil sampel 1 pohon), setiap pohon didapati pada baris 49 s/d 53 dan
no. Pohon 49 s/d 53.
6) Semua Pp diberi tanda di bawah no. Pp dan semua Pp lingkaran I diberi
tanda , Pp lingkaran II diberi tanda , setiap pohon yang mengelilingi Pp
sebagai pohon yang akan diamati.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 8


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/017
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Kelapa Sawit

7) Pp dibatasi sampai 2 lingkaran.


13
12 14

11 4 15
3 5
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

10 Pp 16 Keterangan:
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

2 6 = Pp1 s/d Pp25 (25 ha/blok)


9 1 17 = Pp lingkaran I (no. Pohon 1 s/d 6)
8 18 = Pp lingkaran II (no. Pohon 7 s/d 18)
7

Baris ke 5 4 3 2 1

Gambar. Pohon sampel sistem EWS (sistem peringatan dini).


8) Penyemprotan (fogging) menggunakan alat pengasapan untuk tanaman
dengan ketinggian di atas 5 m dengan tahapan sebagai berikut.
a) Wadah tempat pencampuran bahan kimia adalah ember besar
sebanyak 3 buah dengan cara pencampuran bahan sebagai berikut.
 Ember 1: bahan insektisida sebanyak 500 cc + 1,4 liter air diaduk
merata secara perlahan-lahan
 Ember 2: minyak solar sebanyak 3 liter + emulgator sebanyak 100
cc diaduk merata secara perlahan-lahan
 Ember 3: campuran bahan kimia ember 1 dan ember 2 dituangkan
bersamaan, kemudian diaduk kembali secara perlahan.
b) Masukkan larutan ember 3 (hasil pencampuran) ke dalam tangki alat
pengasapan secara perlahan
c) Untuk menghindari hasil pencampuran mengental dan mengendap di
alat motor sprayer alat pengasapan yang akan mengakibatkan
kerusakan, tidak dibenarkan pencampuran dilaksanakan di kantor
afdeling atau sampai bermalam.
d) Operator menyemprot dan berjalan di pasar pikul dengan kecepatan
disesuaikan dengan kapasitas tangki atau tipe alat pengasapan yang
digunakan, luasan penyemprotan 2 ha/tangki.
9) Pengendalian Manual
Pemberantasan dengan manual (hand picking) dengan tahapan sebagai
berikut.
a) Ulat pada seluruh pelepah dan kepompong di piringan pohon kelapa
sawit muda dimasukkan ke dalam kantong plastik.
b) Ulat api, ulat kantong dan kepompong yang sudah dikumpulkan dalam
kantong plastik, dibawa ke kantor afdeling dan dicatat, kemudian
dibakar/dimusnahkan.
c) Setiap blok yang telah di hand picking dipetakan, diberi tanda dan
tanggal pelaksanaan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 4 dari 8


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/017
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Kelapa Sawit

10) Pengendalian Hayati


a) Menanam tanaman Turnera subulata (bunga pukul delapan kuning),
Turnera ulmifolia (bunga pukul delapan putih) dan Antigonon leptopus
(air mata pengantin) di pinggir jalan utama.
b) Memelihara pakis Diplazium asperum yang menjadi inang (nektar)
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

bagi Neostromboceros lucthi sebagai mangsa alternatif serangga


predator ulat api.
c) Membiarkan serangga Sycanus dichotonus yang merupakan predator
yang cukup aktif untuk ulat api dan ulat kantong
d) Serangga Eodanthecona furcellata merupakan predator utama ulat api
dengan cara mencucuk dan menyedot cairan ulat api.
d. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)
1) Hand picking (berdasarkan hasil global telling pada poin 6.a.1 – 6.a.6)
a) Tumpukan batang kelapa sawit atau bahan-bahan organik lainnya
dibongkar dan diperiksa.
b) Semua telur, larva, maupun pupa yang ditemui dikutip, dikumpulkan
dan dibawa ke kantor afdeling dan dicatat, kemudian dimusnahkan.
c) Kumbang yang berada di dalam lubang gerekan pada tanaman kelapa
sawit dikait keluar dengan menggunakan kawat pengait.
d) Hand picking dilakukan oleh regu khusus dengan rotasi 2-3 minggu.
2) Perangkap di kembangbiakan
a) Gali lubang di areal tanaman dengan ukuran 2x2x0,3 m
b) Letakkan tandan kosong kelapa sawit satu lapis di dalamnya
c) Taburkan jamur Metarizium anysaplian di atas tandan kosong
sebanyak 20 gram/lubang
d) Kumbang akan meletakkan telurnya pada lubang perangkap ini,
sehingga larva akan terinfeksi oleh jamur tersebut.
3) Perangkap Kumbang
a) Gantungkan ember plastik pada tiang bambu dengan ketinggian + 4 m
dari permukaan tanah
b) Di dalam ember tersebut diletakkan tandan kosong kelapa sawit dan
satu sachet Feromon guna menarik/memancing datangnya kumbang
ke dalam ember, sehingga kumbang akan datang dan terperangkap.
4) Pengendalian Secara Khemis berdasarkan perhitungan intensitas
serangan (IS)
a) Laksanakan telling hama Oryctes rhinoceros terlebih dahulu untuk
menentukan areal yang akan dilakukan pengendalian secara khemis.
b) Pada areal TBM, pengendalian secara khemis dengan menggunakan
insektisida (granuler) yang bersifat sistemik dan slow release.
Taburkan insektisida pada pangkal pelepah termuda sebanyak 5
gram/pohon dengan rotasi 3 minggu.
c) Pelaksanaan pengendalian di areal TM dengan penyemprotan
memakai bahan insektisida dosis 250 cc/ha.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 5 dari 8


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/017
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Kelapa Sawit

5) Klasifikasi Tingkat Serangan


a) Ringan = < 3%
b) Berat = > 3%
IS = Ʃ (A x B) 100
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Ʃnx4
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

A= Skor tingkat serangan (0, 1, 2, 3 atau 4)


B= Jumlah tanaman dengan skor tingkat serangan 0, 1, 2, 3 atau 4
n = Jumlah tanaman
4 = Skor tertinggi tingkat serangan
e. Rayap
1) Rayap adalah merupakan hama yang utama di perkebunan kelapa sawit,
Langkah pengendalian yang tidak efektif akan mengakibatkan kegagalan
yang dapat menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan.
Penyebarannya adalah dari sekitar pucuk menuju ke bawah dan
penularannya biasa terjadi mulai dari pokok-pokok yang ditanam yang
berdekatan dengan tumpukan bahan kayu. Rayap ini mematikan pokok
dengan cara mengkonsumsi jaringan apical meristematik, bila pokok
sudah mati maka rayap-rayap tersebut mulai menular ke satu atau lebih
dari pokok-pokok yang ada di sekitarnya
2) Gejala serangan
Pokok yang terinfeksi ditandai dengan terdapatnya gundukan tanah yang
segar di sekitar tajuk tanaman berwarna coklat kekuningan terlihat pada
daun tombak & pelepah bagian atas.
a) Stadium Awal
Terdapat gundukan tanah segar di pangkal pelepah, bunga, buah dan
daun tombak yang sedang berkembang. Pada stadium ini baik daun
tombak dan pelepah-pelepah yang lebih atas masih berwarna hijau.
Stadium ini adalah waktu yang terbaik untuk pengendalian rayap
dengan cara penyiraman/penyemprotan.
b) Stadium menengah/sedang
Daun tombak dan 2-3 pelepah muda yang lebih atas bertukar
warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan. Pemulihan terhadap
pokok yang terserang rayap pada stadium sedang setelah perlakuan.
Pelepah-pelepah yang baru yang muncul adalah normal yaitu tidak
berkurang panjang pelepahnya.
c) Stadium lanjut
Daun tombak dan 2-3 pelepah di atasnya mulai kering dan warnanya
berubah menjadi kecoklatan. Daun tombak menjadi busuk dan lambat
laun patah/sengkleh. Pada stadium ini kecil kemungkinan untuk
menyelamatkan pokok. Pemulihan terhadap pokok yang terserang

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 6 dari 8


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/017
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Kelapa Sawit

rayap pada stadium lanjut setelah perlakuan. Pelepah-pelepah yang


baru muncul umumnya menjadi lebih kecil.
d) Pokok mati ditandai dengan mengeringnya daun pupus dan akhirnya
sengkleh/patah. Pokok mati : dari 3-8 % pokok terserang 3-5 % mati,
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan

menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan karena berkurangnya


Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

3) Sistem peringatan dini (mengacu pada poin 6.a.1 – 6.a.6).


a) Dapatkan informasi selengkap mungkin dan seawal mungkin
b) Melakukan treatmen yang direkomendasikan segera.
4) Pengendalian Rayap
a) Bahan fipronil (dalam perdagangan adalah Reagent 50 SC dengan
kandungan bahan aktif 5 %).
b) Aplikasi friponil menggunakan metode semprotan/penyiraman
c) Campuran racun adalah 7.5 ml Reagent 50 SC dalam 15 L air (0.5
ml/L air)
 Untuk tanaman berumur > 1 tahun adalah 5 L campuran/pokok
 Untuk tanaman berumur < 1 tahun adalah 2.5 L campuran/pokok
Setengah dari larutan tersebut disemprotkan di bagian pucuk &
setengahnya lagi di pangkal pokok.
f. Tikus
1) Hama ini merupakan hama pembibitan TBM dan TM, jadi serangannya
tidak terbatas pada umur tanaman kerusakan terhadap tanaman yang
baru ditanam pada beberapa kebun dapat mencapai 20-30 % jika tidak
dilakukan pencegahan. Gejala serangan pada tanaman menghasilkan,
tikus memakan buah-buah yang masih muda dan membawa buah yang
mem-brondol ke dalam sarangnya.
2) Monitoring Populasi
a) Segera dilaksanakan sensus apabila telah terdapat gejala adanya
serangan
b) Monitoring populasi tikus dilakukan dengan mengamati kerusakan
segar pada tanaman muda atau pada tandan buah tanaman
menghasilkan.
c) Pengamatan mengacu pada poin 6.a.1 – 6.a.6
3) Pengendalian Hama Tikus
a) Seluruh pohon yang sudah diserang tikus diberi tanda berupa
pancang dan bendera dari plastik warna orange.
b) Untuk mendapatkan gambaran tentang intensitas dan penyebaran
serangan tikus, areal yang telah diserang diletakkan di piringan pohon
(pekerja diharuskan memakai sarung tangan supaya tidak tercium bau
manusia)
c) Pemeriksaan ulang dilaksanakan setiap 3 hari dan racun yang telah
dimakan langsung diberi gantinya dan dicatat.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 7 dari 8


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/017
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengendalian Hama Kelapa Sawit

d) Semua pekrja diwajibkan melaporkan apabila menemukan adanya


pohon yang diserang tikus.
e) Pemberian racun tikus dapat dihentikan apabila sudah tidak ada lagi
racun yang dimakan
f) Pengendalian tikus dilakukan mulai tingkat serangan ringan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

g) Apabila serangan tikus telah menyebar dalam blok, maka pohon


dalam blok tersebut diberi umpan racun
h) Pemberian umpan racun berdasarkan kriteria serangan, yaitu.
 Untuk serangan ringan, pemberian umpan racun 1 kali
 Untuk serangan sedang, pemberian umpan racun 2 kali
 Untuk serangan berat, pemberian umpan racun 3 kali
 Rotasi pemberian racun dilakukan 5 hari sekali.
i) Kriteria tingkat serangan hama tikus:
Persentase Tingkat Serangan
Jenis Hama
Bebas Ringan Seang Berat
Tikus <5 6 - 15 16 -25 > 25
Contoh perhitungan pada TM.
Jumlah pohon/blok : 80 pohon
Jumlah pohon contoh terserang : 15 pohon
Tingkat serangan tikus : 15/80 x 100% = 18,75% (sedang).
j) Untuk serangan hama tikus di areal kelapa sawit yang baru ditanam
dalam skala luas dan berat dapat dikendalikan dengan menggunakan
burung hantu (Tyto alba) sebagai predator hama tikus.
g. Babi
1) Umumnya menyerang dalam jumlah yang besar dan menggemari
tanaman kelapa sawit yang muda dengan umur maksimal 2 tahun,
dengan memakan umbut tanaman
2) Untuk pelaksanaan EWS mengacu pada poin 6.a.1 – 6.a.6 dan
pembuatan pagar individu
3) Hama ini dikendalikan dengan perburuan/penombakan dan apabila sangat
diperlukan dibuat parit isolasi yang dalam dan lebar
h. Gajah
1) Merupakan satwa liar dengan potensi merusak yang paling besar. Satu
kawanan gajah yang terdiri dari belasan ekor dalam satu malam saja
dapat menghabiskan ribuan batang tanaman kelapa sawit muda dengan
meninggalkan kerusakan berat pada ratusan batang lainnya. Umumnya
menyerang tanaman pada areal pembukaan baru di perbatasan hutan
2) Pengendalian dapat dilakukan dengan memasang perintang-perintang
fisik, parit-parit, pagar kayu atau jebakan-jebakan.
7. Aspek Pengelolaan Risiko
Pengendalian risiko pada setiap kegiatan pengendalian hama kelapa sawit selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 8 dari 8


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/018
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengelolaan Kemasan Pestisida

1. Tujuan
Prosedur Pengelolaan limbah B3 (khususnya pestisida dan kemasannya)
bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 (ceceran dan kemasan
pestisida), melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.


2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup prosedur ini berlaku untuk pengelolaan B3 & LB3 (khususnya
pestisida dan kemasannya) di lingkungan perkebunan dan Pabrik.

3. Definisi
a. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
b. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun
yang karena sifat dan/atau beracun yang karena sifatnya dan atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan makluk hidup lain.
c. Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh
penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolahan
dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara.
d. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dan
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun
limbah B3.
e. Pengangkut limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan oleh limbah B3 dari
penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau
pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3.
f. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery)
dan/atau penggunaan kembali (reuse) yang bertujuan untuuk mengubah
limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan namun hanya
diperuntukan pada pekerjaan yang terkait langsung dengan asal limbah B3
(misal: limbah diregen herbisida dipergunakan kembali untuk pekerjaan
menyiang gulma secara khemis) dan harus juga aman bagi lingkungan dan
kesehatan manusia.

4. Peralatan dan Bahan


Instruments Alat Pelindung Diri (APD)

5. Pedoman dan Referensi


a. Undang – undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
b. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/018
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengelolaan Kemasan Pestisida

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang


Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 Tahun 1999 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

6. Rincian Prosedur
a. Pembuatan tempat penyimpanan pestisida
1) Pembuatan tempat penyimpanan herbisida, fungisida, insektisida,
rodentisida (pestisida).
2) Ruangan gudang penyimpanan harus jauh dari perumahan.
3) Dinding gudang dibuat dari bahan yang kokoh (kayu atau batu bata) dan
atap bangunan harus kedap air.
4) Lantai dibuat dari bahan kedap air atau disemen.
5) Untuk gudang semi permanen sekeliling harus dibuat dinding permanen
(bunding wall) minimal setinggi 20 cm.
6) Lantai gudang dibuat miring ke arah salah satu sudut dan dibuat lubang
penampungan yang berguna untuk menampung apabila ada cairan atau
air yang tumpah di lantai.
7) Lubang dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm.
8) Ventilasi gudang harus dapat menjamin kelancaran sirkulasi udara.
9) Pintu gudang harus diberi kunci pengaman
10) Untuk mempertinggi daya tampung gudang dapat dibuat rak yang terbuat
dari bahan yang kuat seperti besi maupun kayu.

b. Pembuatan tempat pencampuran pestisida


1) Ruangan pencampuran dapat dibuat tersendiri maupun menjadi satu
dalam gudang
2) Tempat pencampuran atau pengenceran di buat permanen berupa bak
semen dengan ketinggian dinding 50 cm panjang maupun lebar
disesuaikan dengan kebutuhan dan diberi kran buangan.
3) Kran pembuangan dihubungkan dengan bak penampungan air buangan
4) Pembuatan tempat penampungan kemasan bekas pestisida.
5) Ruangan penampungan dapat dibuat tersendiri maupun menjadi satu
di dalam tempat penyimpanan pestisida.
6) Penyimpanan apabila dibuat tersendiri, maka design sama seperti gudang
penyimpanan pestisida.

c. Aturan Penyimpanan pestisida


1) Posisi semua kemasan bahan cair harus berdiri
2) Kemasan jerigen 20 ltr dapat disusun max 3 susun dan ditata dengan rapi
3) Kardus kemasan dengan luas alas lebih lebar dari tingginya max 5 susun
4) Kemasan botol dapat disusun dalam rak dan tidak ditumpuk, bila masih
dalam kardus diperlakukan seperti perlakuan di atas.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/018
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengelolaan Kemasan Pestisida

5) Kemasan kaleng dapat ditata dalam rak dan dapat disusun, bila lebar
tutup permukaan lebih besar dari tingginya dapat disusun 5 susun dan bila
lebih kecil max 3 susun. Bila masih dalam kardus diperlakukan seperti
perlakuan di atas.
6) Kemasan dalam botol kecil dan kaleng kecil (Ally) harus ditempatkan pada
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

rak yang dapat terkunci


7) Kemasan yang dalam bentuk kardus apabila mau ditata di atas lantai
maka harus dialasi vallet yang terbuat dari kayu

d. Penyimpanan kemasan Bekas Pestisida


1) Kemasan jerigen 20 ltr dapat disusun max 5 susun dan ditata dengan rapi
2) Kemasan botol kaleng dimasukkan dalam kardus atau karung dan disusun
seperti penyimpanan pestisida.
3) Disimpan ditempat berijin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3

e. Tata cara kerja digudang penyimpanan pestisida


1) Sebelum masuk kedalam guadang pastikan menggunakan alat pelindung
diri (APD) yang sudah disediakan
2) Buka pintu gudang dan biarkan selama 5 menit sebelum memasuki
gudang
3) Lakukan pencatatan setiap keluar masuk barang sesuai dengan aturan
yang ada
4) Pekerjaan pencampuran atau pengenceran pestisida, gunakan APD yang
telah disediakan (masker, sarung tangan karet, sepatu bot, face shiled
atau penutup muka dan apron)
5) Pengenceran dilakukan dengan menggunakan ember dari plastik dan
dilakukan pada bak semen yang disediakan
6) Diusahakan tidak terjadi tumpahan diluar bak yang telah dibuat
7) Tumpahan yang terdapat didalam bak penampungan dibersihkan dengan
cara disiram dengan air dan kemudian kran bak dibuka
8) Air cucian bak dimasukkan dalam ember plastik pengenceran untuk
pengenceran pestisida selanjutnya
9) Simpan dan tata semua kemasan pestisida sesuai dengan aturan
10) Bila sudah terkumpul dalam jumlah yg cukup, segera laporkan ke atasan
dan kirim ke gudang central
11) Catat semua perubahan stok barang yang tersedia
12) Tidak mengijinkan orang yang tidak berkepentingan masuk gudang
penyimpanan
13) Kebersihan dalam gudang dan sekitar harus terjaga dengan baik, lantai
tetap dijaga tetap bersih dan kering
14) Selesai bekerja tutup pintu dan pastikan pintu terkunci (usahakan tidak
ada bahan cair atau limbah cair yg mengalir keluar dari gudang tempat
pencampuran pestisida. Pastikan terdapat cadangan APD dalam gudang
minimal 1 set.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/018
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengelolaan Kemasan Pestisida

f. Ketentuan K3
1) Petugas harus menjamin bahwa tugasnya dilaksanakan secara penuh
perhatian terhadap K3
2) Peralatan K3 yang sesuai (sarung tangan karet, sepatu bot, masker, face
shield, apron) harus dipakai selama bekerja.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pengelolaan kemasan pestisida selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 4 dari 4


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/019
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel Pupuk untuk Analisis Laboratorium

1. Tujuan
Untuk mengetahui kandungan unsur hara pada setiap jenis pupuk yang digunakan
apakah sesuai dengan spesifikasi atau tidak sebelum diaplikasikan ke lapangan.
2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Unit kebun.
3. Definisi
a. Pupuk adalah penyubur tanaman yg ditambahkan ke tanah untuk
menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
b. Unsur hara adalah zat yg diperlukan tanaman untuk pertumbuhan,
pembentukan jaringan dan kegiatan hidup lainnya.
c. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah banyak, sementara unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit.
4. Peralatan dan Bahan
a. Alat pengambil sampel pupuk berbentuk tombak
b. Plastik
c. Timbangan
d. Label
e. Pupuk
5. Pedoman dan Referensi
a. Badan Standardisasi Nasional (BSN) SNI 19-0428-1998
b. Vademicum Bagian Tanaman
6. Rincian Prosedur
a. Analisis Pupuk
Analisis pupuk dilaksanakan pada laboratorium penelitian resmi untuk semua
jenis pupuk sebelum diaplikasikan ke lapangan. Analisis pupuk dilaksanakan
sebanyak dua kali, yaitu sebelum pupuk dikirim ke Kebun-kebun yang
dilakukan oleh pemasok (rekanan) dan pada saat pupuk sudah masuk ke
kebun yang dilakukan oleh perusahaan (Bagian Tanaman Kantor Pusat). Hasil
analisis tersebut digunakan untuk menguji kesesuaian jumlah unsur hara yang
terkandung dalam setiap jenis pupuk dengan spesifikasi kandungan unsur
hara yang telah ditetapkan.
b. Prosedur Pengambilan Sampel Pupuk
1) Pupuk dikirim oleh pemasok (rekanan) ke seluruh kebun sesuai dengan
Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB).
2) Petugas dari Bagian Tanaman bersama pemasok mengambil sampel
semua jenis pupuk dari gudang kebun dan membuat Berita Acara
pengambilan sampel pupuk.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/019
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel Pupuk untuk Analisis Laboratorium

3) Sampel pupuk diambil secara acak (random) dari tumpukan karung (goni)
pupuk.
4) Sampel pupuk yang telah diambil dari seluruh kebun dikirim ke balai untuk
dianalisis.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

c. Cara Pengambilan Sampel Pupuk


1) Pengambilan sampel dilaksanakan dengan alat yang bersih dan kering,
serta dilaksanakan di tempat yang terlindung dari hal-hal yang dapat
mempengaruhi sampel.
2) Alat yang digunakan untuk mengambil sampel pupuk berupa tombak
tunggal atau tombak ganda yang terbuat dari bahan yang tidak
mempengaruhi sifat-sifat kimia dari sampel yang diambil.
3) Apabila jumlah pupuk lebih dari 1.000 kemasan (goni) sampel diambil dari
maksimum 30 goni secara acak. Apabila jumlah pupuk < 1.000 goni, maka
sampel diambil dengan rincian:
Jumlah Pupuk (goni) Jumlah contoh (goni)
1 – 10 Semua contoh
11 – 25 5
26 – 50 7
51 – 100 10
>100 Akar pangkat dua dari jumlah pupuk

4) Sampel yang diambil dari sejumlah goni tersebut dicampur kemudian


dimasukkan ke dalam kemasan plastik transparan sebanyak 500 gr untuk
setiap jenis pupuk dan diberi label dengan rincian.
a) Nama kebun
b) Jenis pupuk
c) Tanggal pengambilan sampel
d. Alat yang digunakan
1) Tombak tunggal

2) Tombak ganda

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/019
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel Pupuk untuk Analisis Laboratorium

e. Bagan Pengambilan Sampel Pupuk


menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Sampel pupuk diambil 500 gr Dimasukkan ke dalam


secara acak (random) sampel pupuk plastik dan diberi label

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap kegiatan pengambilan sampel pupuk selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PB/019
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel Pupuk untuk Analisis Laboratorium

Analisis pupuk untuk mengetahui kesesuaian unsur


hara pada setiap jenis pupuk yang digunakan
dengan spesifikasi kandungan unsur hara yang telah
ditetapkan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Bagian Tanaman
1. Mengajukan rencana pemupukan pada areal TBM PIC : Kepala Urusan
dan TM kelapa sawit dan karet. Durasi : 7 hari kerja
2. Menghitung kebutuhan pupuk TM/TBM sesuai
dengan rekomendasi PPKS.

Tidak
Direksi PIC : Direksi
Persetujuan Durasi : 2 hari kerja

Ya

Bagian Tanaman PIC : Kepala Urusan


Mengajukan permintaan pupuk (AU31) dari kebun- Durasi : 7 hari kerja
kebun ke Bagian Keuangan dan Pengadaan

Bagian Keuangan PIC : Kepala Urusan


Melakukan verifikasi terhadap permintaan pupuk Durasi : 7 hari kerja
sesuai dengan AU31 yang diajukan kebun

Bagian Pengadaan
Melalui Tim Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Tim PIC : Kepala Bagian
pengadaan barang melakukan proses pengadaan Durasi : 30 hari kerja
pupuk

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PB/019
PROSES BISNIS No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengambilan Sampel Pupuk untuk Analisis Laboratorium
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Pemasok (Rekanan)
1. Melakukan analisis sampel pupuk pada
laboratorium penelitian resmi dan sertifikat hasil PIC : Rekanan
analisis tersebut dikirimkan ke Bagian Pengadaan Durasi : 14 hari kerja
2. Mengirimkan pupuk sesuai dengan kontrak ke
masing-masing kebun.

Bagian Tanaman
1. Petugas dari Bagian Tanaman bersama pemasok
mengambil sampel pupuk dari masing-masing PIC : Kepala Urusan
gudang kebun. Durasi : 2 hari kerja
2. Sampel pupuk dikirimkan ke laboratorium
penelitian resmi untuk dianalisis.

Laboratorium Penelitian
PIC : Laboratorium
1. Melakukan analisis sampel pupuk
Durasi : 7 hari kerja
2. Mengirimkan sertifikat hasil analisis pupuk

Bagian Tanaman
PIC : Kepala Urusan
Membandingkan hasil analisis dari laboratorium
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Durasi : 2 hari kerja

Tidak
Kesesuaian

Ya

Kebun PIC : Manajer


Mengaplikasikan pemupukan ke lapangan sesuai Durasi : Sesuai program
dengan program yang telah dibuat

Pelaporan realisasi pemupukan ke Bagian PIC : Asisten Tata Usaha


Tanaman Durasi : 7 hari

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 2


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/020
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Perlindungan Flora dan Fauna

1. Tujuan
Meminimalkan ancaman terhadap kehidupan satwa liar di seluruh wilayah HGU
Perusahaan.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

2. Ruang Lingkup
perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Ruang lingkup prosedur ini berlaku untuk pengelolaan Perlindungan Satwa Liar di
lingkungan perkebunan.

3. Definisi
a. Perlindungan merupakan Suatu proses, cara atau perbuatan untuk menjaga,
merawat dan menyelamatkan sesuatu
b. Flora adalah alam tumbuhan yang mencakup semua aspek mengenai macam
jenis tumbuhan
c. Fauna adalah alam hewan yang mencakup segala jenis hewan serta
kehidupannya yang berada di wilayah dan masa tertentu.

4. Peralatan dan Bahan


a. Komputer dan perlengkapannya
b. Alat tulis kantor

5. Pedoman dan Referensi


a. Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
b. Undang-undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.13 Tahun 1994 tentang
Perburuan Satwa Buru.
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

6. Rincian Prosedur
a. Tindakan Pencegahan (Preventif)
Tindakan yang dilakukan adalah sosialisasi terhadap para karyawan dan
kontraktor yang bekerja dalam lingkungan perusahaan tentang.
1) Tidak diperbolehkan menangkap, memelihara ataupun membunuh satwa
baik yang dilindungi oleh ketentuan negara maupun yang tidak dilindungi
tanpa izin perusahaan.
2) Tidak diperbolehkan memperdagangkan satwa liar, baik yang dilindungi
maupun tidak.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/020
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Perlindungan Flora dan Fauna

3) Membuat sanksi yang akan diberikan apabila hal-hal yang dilarang seperti
di atas.
4) Pembuatan tanda larangan untuk menangkap, memelihara,
memperjualbelikan satwa liar di dalam kawasan HGU perusahaan dan
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

sanksi yang akan diberikan bila melanggar.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

5) Melibatkan semua jajaran di setiap departemen untuk ikut


mensosialisasikan masalah perlindungan satwa liar dan sanksi yang akan
didapatkan apabila melanggar aturan perusahaan tentang perlindungan
satwa liar.

b. Pengawasan Terhadap Aturan Perlindungan Satwa Liar.


1) Melakukan pengawasan dan tindakan penyitaan satwa liar dalam semua
kawasan HGU. Termasuk sentra-sentra perumahan dimana satwa
dikondisikan sebagai satwa yang sudah tertangkap dengan baik/sebagai
binatang piaraan. Dalam operasi penyitaan dilakukan oleh petugas
keamanan perusahaan dan dibuat acara kegiatan penyitaan dan hasil
penyitaan ditindaklanjuti dengan pilihan.
2) Penerimaan satwa liar untuk dikirim ke pusat rehabilitasi merupakan
tindakan yang sesuai bilamana.
a) Satwa terluka atau sakit dan memerlukan perawatan yang tidak dapat
dilakukan oleh perusahaan.
a) Satwa yang masih muda serta belum mampu mencari makan sendiri.
b) Satwa yang jelas mengalami tekanan psikologis atau stres apabila
dipelihara (semua jenis Primata dan Aves).

c. Penerimaan Satwa Liar Untuk Dilepas Lagi Dikawasan Lokal Merupakan


Tindakan Yang Sesuai Bilamana.
1) Satwa masih sehat.
2) Satwa belum jinak dan masih mampu mencari makanan sendiri.
3) Satwa yang sudah dewasa dan nyata-nyata masih mampu mencari
makanan sendiri.
4) Satwa tersebut merupakan spesies lokal secara alami.
5) Pelepasan dapat dilakukan pada kawasan koservasi kebun jika
memungkinkan.

d. Menanggapi Upaya-upaya Yang Dianggap Mendukung Upaya Konservasi


Lingkungan Serta Menindak Lanjutinya.
Dengan Ketentuan-ketentuan Sebagai Berikut.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/020
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Perlindungan Flora dan Fauna

1) Bilamana ada karyawan ataupun non karyawan yang memelihara satwa


liar (dilindungi) dan ingin menyerahkannya, berikut tindakan yang harus
dilakukan.
a) Menginformasikan kepada Manager.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

b) Satwa harus segera diserahkan ke Manager.


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

c) Manajer segera menginformasikan ke kantor BKSDA terdekat.


2) Satwa harus ditempatkan pada kandang yang jauh dari manusia dan
hewan lain untuk menghindarkan stres dan kemungkinan melukai diri
sendiri.
3) Jika satwa akan dilepas maka pelaksanaannya harus sesegera mungkin,
setelah berdiskusi dengan kantor BKSDA.
4) Bila satwa akan dikirim ke pusat rehabilitas, hubungi pusat rehabilitas
yang dimaksud sesegera mungkin.
5) Para karyawan maupun non karyawan tidak akan mendapatkan bayaran
dari perusahaan sebagai ganti kerugian untuk satwa yang
diserahterimakan.
6) Untuk segala jenis satwa yang tidak dilindungi dan perlu dikendalikan,
misalnya babi hutan dan tikus harus atas perintah Manager sebelum
tindakan pengendalian dilaksanakan.
7) Manager harus mengevaluasi tindakan yang direncanakan untuk
mengidentifikasi dampak potensial, seperti pemakaian bahan kimia yang
tidak sesuai dan memberikan cara pengendalian yang sesuai dari sudut
pandang lingkungan.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pekerjaan perlindungan flora dan fauna selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/021
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengelolaan Sempadan Sungai

1. Tujuan
Prosedur ini bertujuan untuk menjamin fungsi badan air (sungai, waduk dan rawa)
yang berada di lokasi kegiatan PT Perkebunan Nusantara I.
2. Ruang Lingkup
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

Ruang lingkup prosedur ini berlaku di lingkungan perkebunan PT Perkebunan


perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

Nusantara I.
3. Definisi
a. Sungai adalah tempat-tempat atau wadah pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya sepanjang pengalirannya
oleh garis sempadan.
b. Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengaman sungai.
c. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai termasuk
sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi danau atau waduk.
d. Daerah sempadan danau/waduk adalah kawasan tertentu di sekeliling danau
atau waduk.
4. Peralatan dan Bahan
a. Komputer dan perlengkapannya
b. Alat tulis kantor

5. Pedoman dan Referensi


a. UU No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan
b. UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
c. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan
d. Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1991 tentang Sungai
e. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung
f. Peraturan Menteri Pekerjaan umum No. 63 tahun 1993 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan
Bekas Sungai
g. Peraturan Menteri Pekerjaan umum No. 39 tahun 1989 tentang Pembagian
Wilayah Sungai
h. Peraturan Menteri Pekerjaan umum No. 48 tahun 1990 tentang Pengelolaan
Atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai.

6. Rincian Prosedur
a. Identifikasi Sungai
1) Perusahaan melakukan identifikasi sungai yang terdapat di areal
perusahaan, membuat dalam peta sungai dalam kebun.
2) Tim membuat tanda atau simbol untuk penandaan daerah sempadan
sungai berupa patok yang diberi cat warna merah atau pada tanaman
hidup di sekitar sempadan sungai, pengecatan dibuat sepanjang 20 cm
dengan tinggi 20 cm.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 1 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/021
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengelolaan Sempadan Sungai

3) Patok dapat dibuat dari kayu balok maupun kayu bundar dengan diameter
atau garis tengah minimal 10 cm.
4) Panjang patok minimal 130 cm dengan ketinggian dari permukaan tanah
100 cm.
5) Setelah dilakukan survei sepanjang aliran sungai apabila lahan tersebut
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

akan dibuka (Land Clearing) maka ditentukan lebar sungai dan sempadan
sungai yakni lebar sungai dibawah 5 m, sempadan sungai 5 m, sungai
5-10 m lebar sempadan sungai 10 m, sungai 10-30 m lebar sempadan
sungai 50 m, sungai diatas 30 m lebar sempadan sungai 100 m.

b. Pemasangan Tanda Garis Sempadan Sungai


1) Pada Lahan masih terdapat tegakan pohon
a) Pada saat lahan akan dilakukan land clearing pastikan terdapat peta
skala detail yang menunjukkan keberadaan sungai, kemudian
tetapkan lebar sempadan sungai.
b) Buat tanda atau simbol pada batang pohon sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan pada point 6.1.2 sebelumnya.
c) Pengecatan dilakukan sepanjang batas sempadan sungai, kemudian
lakukan land clearing sampai batas yang ditentukan.
d) Pastikan semua tanaman yang berada di sempadan sungai tidak ikut
terkena land clearing.
2) Pada Lahan yang sudah Land Clearing
a) Tentukan lebar sungai sehingga dapat ditentukan lebar sempadan
sungai.
b) Lakukan penandaan dengan patok penanda sempadan sungai
dengan jarak antar patok ± 20 meter dan diberi penomoran patok.
c) Patok 1 harus dipasang di pinggir blok atau tepi blok dekat jembatan
sungai dilanjutkan dengan patok berikutnya yang terlihat dari patok
sebelumnya.
d) Lakukan penanaman dengan tanaman keras sepanjang sempadan
sungai, semua gulma atau anak kayu dibiarkan tumbuh dengan
sendirinya atau dilakukan pengkayaan hayati sepanjang sempadan
sungai.
3) Pada lahan yang sudah ditanami kelapa sawit
a) Lakukan penandaan sempadan sungai sesuai dengan poin 2 dan
penentuan lebar sempadan sungai sesuai dengan point 6.a) ataupun
pada pohon kelapa sawit.
b) Patok 1 harus dipasang di pinggir blok atau tepi blok dekat jembatan
sungai dilanjutkan dengan patok berikutnya yang terlihat dari patok
sebelumnya.
c) Lakukan penanaman dengan tanaman keras sepanjang sempadan
sungai, semua gulma atau anak kayu dibiarkan tumbuh dengan
sendirinya atau dilakukan pengkayaan hayati sepanjang sempadan
sungai maupun sekeliling waduk atau rawa.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 2 dari 3


PT PERKEBUNAN NUSANTARA I
No. Dokumen : 01.1-3/PK/021
PROSEDUR KERJA No. Revisi : 00
Tgl. Revisi :-
Bagian Tanaman Sifat Dokumen : Internal
Pengelolaan Sempadan Sungai

d) Penandaan dapat juga dengan membiarkan 1 sampai 3 pokok kelapa


sawit sebagai sempadan sungai atau waduk ataupun rawa yang diberi
tanda sehingga tanaman yang masuk dalam sempadan sungai,
waduk atau rawa dilakukan perlakukan seperti pemupukan,
penyemprotan dengan cara manual.
menyebarluaskan, menggunakan untuk tujuan diluar kepentingan
Dilarang memperbanyak, memotret, memfotokopi, mempublikasi,

perusahaan tanpa seizin Direksi PT Perkebunan Nusantara I

e) Pastikan tidak melakukan penyemprotan (spraying) pada daerah


sempadan sungai, waduk maupun rawa. Perawatan piringan
dilakukan dengan cara manual.
f) Pemupukan tanaman yang terdapat di kawasan sempadan dilakukan
dengan cara ditanam, pastikan karyawan tidak memupuk dengan
sistem tabur.
g) Untuk tanaman yang berada pada saluran drainase blok, pemupukan
dilakukan dengan hati-hati jangan sampai pupuk tercuci ke dalam parit
apabila turun hujan
h) Untuk daerah pinggir sungai yang terbuka segera lakukan penanaman
tanaman jenis varietas grass atau tanaman lain yang dapat segera
menutup permukaan tanah.

7. Aspek Pengelolaan Risiko


Pengendalian risiko pada setiap pekerjaan pengelolaan sempadan sungai selalu
dilaksanakan.

Urusan Pemupukan dan Pemeliharaan TM Halaman 3 dari 3

Anda mungkin juga menyukai