Anda di halaman 1dari 22

Nama :

NIM:

2 0 1 9

PENUNTUN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH (DDIT)

Oleh ;Tim Penanggung Jawab Praktikum

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNTAD
2019
DAFTAR ISI

No. Halaman

1. PENGAMATAN PROFIL DAN PENGAMBILAN CONTOH TANAH ................3

2. PENETAPAN PERMEABILITAS TANAH ............................................................. 9

3. PENETAPAN BULK DENSITY TANAH ............................................................... 11

4. PENETAPAN TEKSTUR TANAH ..........................................................................13

5. PENETAPAN PARTIKEL DENSITY DAN RUANG PORI TOTAL TANAH .....17

6. PENETAPAN REAKSI TANAH (pH) .....................................................................19

7. PENETAPAN C- ORGANIK (BO) TANAH ............................................................ 20

1
TATA TERTIB

1. Praktikan harus menguasai percobaan yang akan dipraktekan


2. Sebelum melakukan praktikum, para praktikan sudah mempersiapkan alat/perlengkapan
yang dibutuhkan selama praktikum berlangsung seperti lap halus, lap kasar, sikat tabung
dan jas praktikum
3. Praktikan sudah harus berada dilaboratorium 15 menit sebelum praktikum dimulai
4. Setiap praktikan wajib menjaga sopan santun dan ketertiban selama proses praktikum
5. Ketidak hadiran peserta (75% dari tatap muka) tampa alasan yang kuat pada waktu yang
telah di jadwalkan akan dinyatakan gugur.
6. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium dan harus
memakai jas praktikum
7. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan merokok dan tidak menganggu
temannya
8. Selama praktikum, praktikan tidak diperkenankan meminjam alat dari temannya tanpa
seisin dengan dosen/asisten
9. Setiap meminjam alat harus disertai dengan bon alat yang diketahui oleh dosen/asisten
10. Alat- alat yang dirusak atau dipecahkan oleh praktikan harus diganti paling lambat satu
minggu kemudian, Jika belum dilakukan pergantian maka praktikum di hentikan atau nilai
tidak akan dikeluarkan.
11. Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus membersihkan meja kerja dan alat-
alat praktikum serta mengatur kembali letak bahan-bahan praktikum.
12. Hal- hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian

Palu, 01 Agustus 2019


Kepala Laboratorium
Unit Ilmu Tanah Faperta Untad

Dr. Ir. Danang Widjajanto, M.S


NIP. 19650106 199403 1 001

2
MODUL 01
PENGAMATAN PROFIL &
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
A. Pengamatan Profil Tanah

Pendahuluan

Profil tanah merupakan penampang vertical tanah yang terdiri atas horizon-horizom atau lapisan-
lapisan tanah, yang dibedakan atau solum (horizon A dan B), bahan induk (horizon C) dan
batuan induk (R, singkatan dari Rock). Pada tanah-tanah yang ditumbuhi vegetasilebat (misalnya
hutan, padang rumput dan lain-lain) di atas horizon A seringkali dijumpai horizon O. Solum
tanah (horizon A dan B). adalah bagian profil tanah yang terbentuk akibat proses pembentukan
tanah (proses pedogenik).

Gambar 1. Contoh horizon-horison pada Profil Tanah

Faktor pembentukan tanah dibedakan atas dua golongan yaitu faktor pembentuk tanah
secara pasif dan faktor pembentuk tanah secara aktif. Faktor pembentuk tanah secara pasif
adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi massa yang
meliputi bahan induk,topografi dan waktuatau umur. Sedangkan faktor pembentuk tanah secara
aktif adalah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan
makhluk hidup (Hanafiah,2009).Secara umum dikenal terdapat 5 faktor pembentuk tanah, yaitu
iklim, organisme, bahan induk, topografi dan waktu.

3
Alat dan Bahan :

a. Cangkul,
b. Linggis,
c. Penggaris,
d. Cutter/Pisau,
e. Gps,
f. Meteran,
g. Papan Tulis,
h. Sekop,
i. Alat Tulis,
j. Klinometer,
k. Air.

Pembuatan dan Pengamatan Lubang Penampang (Profil Tanah)


1. Membersihkan terlebih dahulu daerah yang ditetapkan sebagai tempat penggalian profl
tanah.
2. Buatlah galian dengan meggunakan cangkul yang telah tersedia dengan ukuran lubang
galian yaitu 2 x 1 x 2 meter.
3. Kemudian tanah bekas galian diangkut ke atas menggunakan sekop dengan tanah bekas
galian tidak ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
4. Setelah terbentuk lubang penampang yang diinginkan ratakan dinding penampang yang
ingin diamatai dengan menggunakan linggis.
5. Selanjutnya mulai melakukan pengamatan profil tanah Yaitu :
➢ Jumlah Lapisan, Kedalaman Lapisan. Warna Tanah Setiap Lapisan
➢ Batas Lapisan
Jelas tidaknya batas lapisan dibedakan atas :
- a = Abrubt = sangat jelas, lebar peralihan 2 cm
- c = Clear = Jelas, lebar peralihan 2 – 5 cm

4
- g = Gradual = Berangsur, lebar peralihan 2 – 5 cm
- d = Diffuse = Kabur, lebar peralihan 12 cm
Topografi batas lapisan dibagi atas :
- b = Broken = patah
- s = Smooth = rata lurus teratur.
- w = Wavy = berombak
- i = Irreguler = Tak beraturan
➢ Struktur Tanah
Susunan pengikatan partikel tanah satu sama lainnya. Penamatan struktur tanah
dibagi atas 3 bagian yaitu :
a. Pengamatan kuat lemahnya bentuk agregat tanah dinyatakan sebagai derajat
struktur (grade) sebagai berikut:
0 = Tak beragregat yang strukturnya berbutir tunggal.
1 = Lemah, mudah hancur pecah pecah yang lebih kecil. Sangat lemah sampai
agak lemah.
2 = Cukupan, sudah berbentuk ped dan jelas, masih dapat dipecahkan.
3 = Kuat, telah membuat ped yang tahan lama, jika di pecah agak terasa ada
tahanan yang di bedakan atas kuat dan cukup kuat.
b. Pengamatan besarnya agregat tanah dinyatakan sebagai klas sebagai berikut:
VF = Very fine = Sangat halus
F = Fine = Halus
M = Medium = Sedang
C = Coarse = Kasar.
c. Pengamatan bentuk dan susunan agregat dinyatakan dalam pembagian tipe
struktur sebagai berikut :
P = Platy = Berbentuk lempeng
cp = Columnar platy = Berbentuk tiang
ab = Angular blocky = kubus bersudut
b = Blocky = Kubus
sb = Sub Blocky = Kubus membulat

5
g = Granulair = Butir butir lepas
cr = Crumb = Remah
l = Loose = Berbutir tunggal
m = Massif = Pejal.
➢ Kedalaman Tanah, Kedalaman Solum, Bantuan Permukaan, Singapan Bantuan,
Drainase Tanah,

B. Contoh Tanah Biasa/Terganggu (Disturbed soil sample).

Pendahuluan

Pengambilan contoh tanah biasa atau terganggu (disturbed soil) dilakukan di atas
permukaan tanah atau horizon/lapisan lalinnya untuk kepentingan analisa kimia dan kestabilan
agregat (agregat stability).
Alat-alat :
1. Cangkul atau sekop dan pisau.
2. Kantong plastic.
3. Label, spidol dan karet gelang.

Prosedur/cara kerja :
1. Pertama-tama permukaan tanah dibersihkan dahulu dari rerumputan dan sampah-
sampah lainnya.
2. Tanah kemudian dicangkul sampai kedalaman 20 cm dari permukaan.

Gambar 2. Contoh Pengambilan Tanah Terganguh


3. Tanah dimasukkan ke dalam kantong plastic sebanyak ± 1,0 kg (diusahakan agar
agregat-agregat tanah jangan rusak atau hancur).

6
4. Contoh tanah diberi label di bagian luar dan dalam dari kantong plastic tersebut.
C. Contoh Tanah Utuh (Undisturbed soil sample)
Pendahuluan
Pengambilan contoh tanah utuh (undisturbed soil sample) sangat penting oleh karena
banyak dipakai/diprerlukan untuk berbagai analisa sifat fisik tanah seperti : penentuan bobot isi
tanah (bulk denity), ruang pori total (porositas) tanah, permeabilitas, penentuan pF, penentuan
distribusi pori, kandungan/kadar air yang tersedia bagi tanaman dll.

Gambar 3. Contoh Tanah Utuh


Cara pengambilannya harus betul-betul diperhatikan dan dilakukan dengan hati-hati agar
tanah tersebut benar-benar asli tidak terganggu, begitu pula cara pengirimannya.
Alat-alat :
1. Ring sampel yang terbuat dari baja atau besi.
2. Tangkai penekan ring sampel. Terbuat dari besi.
3. Cangkul atau sekop.
4. Pisau yang tipis dan tajam atau benang nilon halus.
5. Palu dari kayu atau papan.
Prosedur/cara kerja:
1. Pertama-tama dibersihkan dari rerumputan dan sampah.
2. Ring sampel diletakkan pada tanah dengan bagian yang runcing diposisi bawah,
kemudian buat lingkaran dengan pusat yang sama dengan ring sampel dengan

7
garis tengah 2 kali lebih besar. Terlebih dahulu ring dan tutupnya ditimbang
beratnya dan dicatat.
3. Lingkaran diluar ring sampel ini kemudian digali sehingga terbentuk lubang
lingkaran sedalam ± 30 cm, hal ini dimaksudkan agar ring sampel dapat dengan
mudah ditekan dan masuk ke dalam tanah.
4. Dengan menggunakan tangkai penekan ring sampel yang terbuat dari besi, maka
ring sampel ini ditekan dengan hati-hati secara vertikal, kalau ternyata sudah
keras sedangkan ring masih harus dimasukkan terus maka bisa dipukul-pukul
dengan palu kayu secara perlahan-lahan.
5. Setelah tanah yang berada didalam ring sampel kira-kira sudah muncul diatas
bibir ring bagian atas maka penekanan dihentikan, kemudian bawahnya dipotong
dengan pisau atau dengan sekop atau dengan benang nilon halus.
6. Ring yang sudah berisi tanah kemudian diratakan dengan pisau tajam dan tipis
sehingga kedua permukaan betul-betul rata dengan kedua bibir ring sampel tadi
dan setelah itu kedua bagian muka tanah tersebut ditutup dengan tutup ring yang
terbuat dari plastic.
7. Ring sampel yang sudah berisi tanah utuh ini kemudian dimasukkan ke dalam
kotak agar aman dalam pengangkutan dan sedapat mungkin segera dianalisa.

8
MODUL 02
PENETAPAN PERMEABILITAS
TANAH
Pendahuluan
Permeabilitas adalah sifat yang menyatakan laju pergerakan zat cair melalui suatu media
yang berpori-pori dan disebut juga konduktifitas hidrolik.Dalam hal inii cairan adalah air tanah
dan media berpori adalah tanah itu sendiri.Permeabilitas terbagi 2 macam yaitu pada tanah jenuh
air dan permeabilitas tanah tidak jenuh air.
Pengukuran permeabilitas sangat perlu dilakukan untuk kepentingan-kepentingan
pembukaan daerah pengairan dan drainase. Pengukuran permeabilitas tanah dalam larutan jenuh
dilaboratorium dengan dasar hukum darcy dapat dilakukan dengan menggunakan alat
permeabilitas.
Alat-alat :
1. Alat permeameter dan ring sampel
2. Kran sumber air
3. Gelas ukur (25 – 500 ml)
4. Jangka sorong
Prosedur/cara kerja :
1. Contoh tanah diambil dari lapang dengan ring sampel kemudian direndam dalam baki
perendam berisi air 3 cm dari dasar baki selama 24 jam untuk penjenuhan.
2. Setelah contoh tanah jenuh air, contoh tanah tersebut dipindahkan kea lat
permeameter kemudian dialiri air (gambar 2).
3. Pengukuran jumlah air yang tertampung dilakukan selama 1 jam yang dibagi dalam 3
waktu pengukuran yaitu 30 menit, 15 menit dan 15 menit.
4. Setelah selesai, contoh tanah dikeluarkan dari ring sampel kemudian mengukur tinggi
dan diameter ring sampel serta tinggi head air.
5. Semua data yang diperoleh kemudian diolah menggunahkan rumus :

9
𝑸 𝐈 𝟏
Permeabilitas (K) =( 𝒙 𝒙 ) cm/jam
𝒕 𝒉 𝑨
Ket :
Q = banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (ml)
t = waktu pengukuran (jam)
I = tebal contoh tanah (cm)
h = tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah/head (cm)
A= luas permukaan contoh tanah /Лr2 (cm2)
6. Tetukan Kriteria Permeabilitas Profil Tanah (Arsyad, 2010)
Kelas Permeabilitas Kecepatan (cm/jam)
Sangat lambat < 0,5
Lambat 0,5 sampai 2,0
Agak Lambat 2,0 sampai 6,3
Sedang 6,3 sampai 12,7
Agat Cepat 12,7 sampai 25,4
Cepat > 25,4

10
MODUL 03
PENETAPAN BOBOT ISI TANAH (BULK
DENSITY)
Pendahuluan
Bobot isi (B.I) yang biasa juga disebut sebagai “Bulk Density” adalah perbandingan
antara berat suatu massa tanah dalam keadaan kering mutlak dengan volumenya, dimana tanah
tersebut harus dalam keadaan tidak terganggu (utuh). Satuan bobot isi tanah dinyatakan dalam
dalam g/cm3. Tanah-tanah mineral memiliki nilai bobot isi berkisar antara 0,7 – 1,5 g/cm3.
Berat isi atau berat jenis volume tanah adalah prilaku fisik tanah yang menggambarkan:
tingkat kepadatan tanah, ruang pori tanah, kandungan bahan organik tanah, tipe mineral liat
tanah, dan lain sebagainya. Secara umum tanah-tanah Pertanian yang telah lama diolah, tanah
yang mempunyai bahan organik rendah, dan tanah-tanah kering yang didominasi mineral liat
montmorilonit mempunya nilai berat isi atau berat jenis volume tanah yang tinggi. Dilain pihak
tanah dengan vegetasi hutan yang kaya akan bahan organik cenderung mempunyai tingkat
kepadatan tanah yang rendah dan nilai berat jenis volume tanah atau bobot isi yang rendah.
Alat-alat :
1. Timbangan dengan ketelitian 2 desimal
2. Ring sampel dan jangka sorong.
3. Cangkul atau sekop dan pisau tipis tajam.
4. Oven bersuhu 105ºC dan eksikator
5. Tangkai penjepit (gegep)
6. Wadah/cawan/petridish
Prosedur/cara kerja :
1. Mengambil contoh tanah utuh dari lapang dengan menggunakan ring sampel.
2. Meratakan ujung atas-bawah ring sehingga didapatkan permukaan tanah yang benar-
benar rata dengan permukaan ujung ring.

11
3. Meletakkan contoh tanah basah kedalam cawan aluminium dan selanjutnya
dimasukkan kedalam oven untuk dipanaskan selama 24 jam pada oven bersuhu
105ºC..
4. Mengeluarkan contoh tanah secara hati-hati berssama dengan wadahnya dengan
menggunakan tangkai penjepit (gegep) kemudian dimasukkan ke dalam eksikator
hingga dingin.
5. Menimbang contoh tanah beserta ringnya dengan menggunakan neraca analitik
ketelitian 2 desimal hingga didapatkan nilai (Btko + Brg), dimana Btko adalah berat
tanah kering oven (g) dan Brg menyatakan berat ring.
6. Membersihkan contoh tanah dalam ring dan selanjutnya menimbang ringnya
sehingga didapatkan nilai Brg (berat ring).
7. Mengukur volume ring yang digunakan sehingga diperoleh nilai V total.
8. Menetapkan berat isi tanah atau berrat jenis volume tanah (Bulk density) berdasarkan
nilai Btko : V total dalam satuan g/cm3 yang dapat dihitung dengan persamaan berikut
:
((𝑩𝒕𝒌𝒐+𝑩𝒓𝒈)−𝑩𝒓𝒈)
Bulk Density (BD) = gr/cm3
𝑽 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍

12
MODUL 04
PENETAPAN TEKSTUR TANAH
Pendahuluan :
Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah termasuk salah satu sifat tanah yang
paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah berhubungan erat dengan
pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume/berat isi tanah, luas
permukaan spesifik (specifik surface), kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain
(Hillel, 1982).
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir (50 μm – 2 mm), debu (2 μm – 50
μm) dan liat (< 2 μm ), yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Di dalam analisis
tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan.Bahan organik terlebih dahulu didekstruksi
dengan hydrogen feroksida (H2O2).Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif.
Terdapat 12 kelas tekstur tanah yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Pasir, debu, liat,
pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, lempung berliat, lempung liat
berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir, dan liat berdebu.

Gambar 5. Segitiga Tekstur Tanah

13
Penetapan tekstur tanah dilaboratorium biasanya dilakukan dengan metode hidrometer
dan metode pipet.Kedua metode ini didasarkan pada hokum Stokes yang menyatakan bahwa
kecepatan jatuh atau pengendapan dari butiran berbentuk bola merupakan fungsi dari besar atau
diameter butir.
Alat-alat :
1. Neraca analitik ketelitian 2 desimal
2. Beaker glass/gelas kimia volume 1 dan 2 liter atau erlemeyer 500 ml.
3. Ayakan berukuran 50 μm , 100 μm, 200 μm , dan 500 μm. Apabila tidak dilakukan
pemisahan fraksi pasir untuk analisis yang lebih teliti maka cukup menggunakan
ayakan yang berdiameter 50 μm saja
4. Bak perendam, thermometer, pipet dengan volume 10 ml dan 50 ml.
5. Cawan aluminium, oven dan pemanas listrik.
Bahan-bahan :
1. Hidrogen Peroksida (H2O2) 30 %
2. HCl 0,2 N dan 6 N
3. Na-Heksametafospat atau Calcon.
Prosedur/cara kerja :
1. Menimbang 20 gr contoh tanah yang telah lolos ayakan 2 mm dengan menggunakan
neraca analitik dan selanjutnya dimasukkan ke dalam beaker glass atau erlemeyer.
2. Tambahkan 100 ml H2O2 30 % (untuk menghancurkan bahan organik) dan
selanjutnya simpan didalam bak berisi air untuk menghindari terjadinya reaksi yang
hebat. Aduk secara hati-hati dan biarkan selama 1 malam.
3. Panaskan diatas kompor listrik sambil ditambahkan 15 ml hydrogen feroksida 30 %
sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai semua bahan organik habis (tandanya :
tidak berbuih lagi). Tambahkan HCl 6 N menggunakan pipet untuk menentukan
persentase CaCO3 (setiap 0,5 ml HCl 6 N setara untuk menetralkan 1 % CaCO3) dan
tambahkan 100 ml HCl 0,2 N untuk melarutkan CaCO3. Selanjutnya tambahkan
aquades sampai kira-kira setengah bagian beaker glass/erlemeyer.

14
4. Didihkan selama 20 menit kemudian tambahkan lagi aquades sampai batas tiga
perempat bagian beaker/erlemeyer, lalu diaduk secara hati-hati. Biarkan selama satu
malam untuk mengendapkan butiran.
5. Keluarkan aquades dari beaker glass/erlemeyer secara hati-hati hingga air yang tersisa
tinggal 3 cm diatas permukaan endapan. Ulangi perlakuan ini sampai 4 kali.
6. Pisahkan pasir dari debu dan liat dengan menggunakan ayakan 50 μm, selanjutnya
fraksi debu dan liat yang telah terpisahkan ditampung ke dalam gelas ukur 1000 ml.
7. Pindahkam fraksi pasir dari ayakan tersebut ke dalam cawan aluminium dan
keringkan dalam oven bersuhu 105ºC. Setelah kering lalu ditimbang dengan neraca
analitik.
8. Masukkan 50 ml Na-heksametafospat/calcon ke dalam gelas ukur yang berisi fraksi
debu dan liat dan selanjutnya tambahkan aquades hingga batas tera lalu kocok secara
hati-hati.
9. Lakukan pemipetan dari gelas ukur tersebut menurut waktu dan kedalaman
pemipetan seperti pada tabel berikut :

Ukuran Volume Kedalaman Waktu


fraksi (μm) Pemipetan (ml) Pemipetan (cm) Jam Menit Detik
0 – 50 50 0 0 0 0
0 – 20 10 10 0 5 0
0 – 10 10 10 0 17 0
0-2 10 10 0 50 0
Catatan : Diperhitungkan sejak saat selesai pengocokan.
10. Setiap hasil pemipetan dituangkan ke dalam cawan aluminium untuk dilakukan
pengeringan dalam oven bersuhu 105ºC lalu ditimbang.
11. Hasil penimbagan di olah dengan menggunakan persamaan-persamaan di bawah ini :

1000 𝐹𝐴 = 𝐵𝑃𝐾 + 𝐵𝑃𝐻 + 𝐵𝑚𝐹 (0)


𝐵𝑚𝐹(𝑠) = ( × 𝐵𝐹𝑂) − 𝐵𝐾𝐶
𝐵𝑉𝐴

15
𝐵𝑚𝐹 (0) − 𝐵𝑚𝐹 (5) 𝐵𝑚𝐹 (5) − 𝐵𝑚𝐹 (17)
𝐹𝑀 (0) = × 100 𝐹𝑀 (5) = × 100
𝐵𝐹𝐴 𝐵𝐹𝐴

𝐵𝑚𝐹 (17) − 𝐵𝑚𝐹 (50) 𝐵𝑃𝐾


𝐹𝑀 (17) = × 100 % 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 = × 100
𝐵𝐹𝐴 𝐵𝐹𝐴

𝐵𝑃𝐻 𝐵𝑚𝐹 (50)


% 𝑃𝑎𝑠𝑖𝑟 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 = × 100 % 𝐿𝑖𝑎𝑡 = × 100
𝐵𝐹𝐴 𝐵𝐹𝐴

% 𝐷𝑒𝑏𝑢 = 𝐹𝑀 (0) + 𝐹𝑀 (5) + 𝐹𝑀 (17)

Keterangan

BFO = Berat Faraksi Oven (g)

S = Waktu (menit)

BPK = Berat Pasir Kasar (g)

BPH = Berat Pasir Halus (g)

BmF = Berat Murni Fraksi (g)

BFA = Berat Fraksi Antara < 50 µ sampai > 50 µ (g)

BKC = Berat Kering Calcong yaitu 0,0029 g

BVA = Berat Volume Air yaitu 50 ml = 49,6763 g dan


10 ml = 9,7668 g

FM = Fraksi Mineral (g)

16
MODUL 05
PENETAPAN PARTIKEL DENSITY DAN
RUANG PORI TOTAL TANAH (POROSITAS)
Pendahuluan
Dalam pemantauan ruang pori total tanah ini sebaiknya ditentukan dulu kepadatan
partikel tanah (partikel density). Kepadatan partikel tanah ini adalah massa tanah kering
persatuan volume tanah bebas udara, satuannya adalah g/cm3. Untuk tanah-tanah mineral
banyak diteliti dan hasilnya hampir sama yaitu mendekati atau sama dengan 2,7 gr/cm 3,
sedangkan untuk tanah dengan bahan organik tinggi nilai ini akan lebih rendah lagi yaitu 2,6
gr/cm3.
Ruang pori total tanah (soil porosity) dalam keadaan alami dinyatakan sebagai persentase
volume total pori (rongga) yang diisi oleh udara dan air diantara partikel tanah berdasarkan nilai
bobot isi/ bulk density dan kepadatan partikel (partikel density).

Alat-alat:
1. Pikno Meter
2. Ayakan
3. Timbangan analitik
4. Beaker glass
5. Labu semprot

Bahan-bahan

1. Sampel tanah
2. Air
3. Data Penetapan Bobok Isi Tanah

17
Prosedur/cara kerja :
1. Menimbang contoh tanah yang lolos ayakan 2 mmsebanyak 10 gram menggunahkan
timbangan dengan ketelitian 0,0001 g (Wt).
2. Panaskan aquades hingga mendidik lalu dinginkan.
3. Siapkan piknometer.
4. Menimbang pikno kosong lalu memasukan air kedalam pikno hingga penuh, catat
masing-masing beratnya (Ww).
5. Keluarkan air yang ada pada pikno kurang lebih 3/4bagian.
6. Masukan tanah kedalam piknometer dan tambahkan air hingga penuh. Bersikan
piknometerdengan menggunakan tissue lalu timbang beratnya (Wsw).
7. Hitunglah partikel densitydengan mengunakan Persamaan :

𝑝𝑤 × 𝑊𝑡
𝑃𝐷 =
𝑊𝑡 − (𝑊𝑠𝑤 − 𝑊𝑤)

8. Untuk perhitungan porositas, dipakai Persemaan berikut ini :

𝑔𝑟
𝐵𝑢𝑙𝑘 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 ( )
𝑐𝑚3
Porositas tanah = {(1,0 − 𝑔𝑟 ) 𝑥 100%}
𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 ( )
𝑐𝑚3

Ket :

1. PD = Partikel density (gr/cm3)


2. pw = Menjatakan Berat jenis Aquadest yaitu 0.9959 (gr/cm3)
3. Wt = Berat Tanah (g)
4. Wsw = berat piknometer + tanah + Aquadest (g)
5. Ww = berat piknometer + Aquadest (g)

18
MODUL 06
PENETAPAN REAKSI TANAH (pH)
Pendahuluan
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakan sebagai
–log [H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan
dikonversi dalam skala pH.Elektrode gelas merupakan elektrode selektif khusus H+, hingga
memungkinkan hanya mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+.Potensial
yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau AgCl).Biasanya
digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode-elektrode pembanding dan elektrode
gelas (elektrode kombinasi).Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman
aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial).
Alat-alat :
1. Neraca analitik ketelitian 2 desimal
2. Botol kocok 100 ml, pipet ukur/volume dan gelas kimia.
3. Mesin pengocok.
4. Labu semprot dan pH meter.
Bahan-bahan :
1. H2O
2. KCl 1 M
Prosedur/cara kerja :
1. Timbang 5 – 10 gr contoh tanah sebanyak dua kali, masing-masing dimasukkan
kedalam botol kocok A dan B, ditambah 50 ml air bebas ion (pH H2O) kedalam botol
A dan 50 ml KCl (pH KCl) kedalam botol B (Volume air dan KCl bisa berubah
sesuai rasio pengukuran yang digunakan).
2. Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit kemudian didiamkan sampai contoh
tanah mengendap.
3. Kalibrasi pH meter yang akan digunakan dengan larutan buffer pH 4,0 dan pH 7,0
Kemudian ukur pH larutan contoh tanah.Nilai pH dilaporkan dalam 1 desimal.

19
MODUL 07
PENETAPAN C-ORGANIK DAN BAHAN
ORGANIK (B0) TANAH
Pendahuluan
Bahan organik berpengaruh terhadap sifat tanah dengan daya penahan air yang
mempengaruhi struktur tanah dan mendorong aktifitas mikrobiologi tanah yang akan
mempengaruhi struktur tanah. Bahan organik ini merupakan sumber langsung dari unsur hara
tanaman, dimana pelepasannya tergantung dari aktivitas mikrobiologi, dan berpengaruh terhadap
kapasitas tukar kation (KTK).
Jumlah bahan organik dapat dihitung dari kadar karbon organik. Untuk menentukan
bahan organik, yang terikat dengan erat di dalam tanah dan berada dalam kesetimbangan di
dalam lingkungan tanah, membutuhkan teknik yang khusus. Salah satu metode yang sering
digunakan untuk menentukan kadar bahan organik tanah adalah metode Walkley and Black
dengan prinsip bahwa karbon (C) dioksidasi pada suhu sekitar 120ºC, dengan menambahkan
larutan Kalium dikromat dan asam sulfat pekat pada contoh tanah, dengan kata lain karbon
sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr6+ yang berwarna jingga menjadi Cr3+ yang
berwarna hijau dalam suasana asam. Intensitas warna hijau yang terbentuk setara dengan kadar
karbon.
Alat-alat :
1. Timbangan analitik ketelitian 3desimal dan magnetik stirer.
2. Buret 25 ml dan pengaduk magnit.
3. Labu ukur 1000, 500, 100 ml dan gelas ukur 100 ml.
4. Erlemeyer 250 – 500 ml.
Bahan-bahan :
1. Kalium dikromat (K2Cr2O7), Asam sulfat pekat (H2SO4).
2. Ferro amonium sulfat (FeSO4(NH4)SO4 .6 H2O) atau Ferro sulfat ( (FeSO4).7 H2O).
3. Asam Fospat (H3PO4) dan Natrium florida (NaF).

20
4. Aquades dan indikator difenilamin.

Prosedur/cara kerja :
1. Menimbang 0,5 gr contoh tanah yang lolos ayakan 0,5 mm (0,05 – 0,1 gr untuk
tanah organik/gambut) dan dimasukkan kedalam erlemeyer 250 ml.
2. Tambahkan 5 ml K2Cr2O7 1N sambil digoyang-goyang, kemudian tambahkan 10 ml
H2SO4 dan goyang secara perlahan-lahan. Setelah tercampur sempurna, larutan
didiamkan selama 20 – 30 menit.
3. Tambahkan 100 ml aquades, 5 ml NaF , 5 ml H3PO4 dan 15 tetes indikator
difenilamin.
4. Titrasi larutan dengan Ferro ammonium sulfat 0,5 N atau Ferro sulfat 1 N. Pada
tahap awal ion krom berwarna hijau redup, biru kotor dan titik akhir penitaran adalah
hijau terang.
5. Lakukan cara yang sama dan waktu yang sama untuk blanko.
Perhitungan :

𝑚𝑙𝐹𝑒𝑆𝑂4 (𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ) 0,30


% C - Organik = 𝑥𝑁𝐹𝑒𝑆𝑂4 𝑥
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 0,77

Jadi :

% Bahan organik = 1,724 x C-Organik

21

Anda mungkin juga menyukai