Anda di halaman 1dari 42

i

PENUNTUN PRAKTIKUM
FISIKA TANAH

Oleh

Ir. I Nyoman Puja, M.S.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii

KATA PENGANTAR

Usaha untuk memantapkan dan memahami teori yang diperoleh dalam


perkuliahan khususnya mata kuliah Fisika Tanah, maka mahasiswa perlu diberikan
pratikum secara langsung. Praktikum Fisika Tanah pada dasarnya dapat dilaksanakan
di laboratorium maupun di lapangan.

Untuk keperluan tersebut sangat perlu dibuat satu penuntun atau panduan
pelaksana praktikum yang disusun secara sistematis, sehingga mahasiswa lebih
mudah untuk melaksanakan. Penuntun praktikum Fisika Tanah dibuat berdasarkan
beberapa acuan dari literature Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Brawijaya
Malang dan disesuaikan dengan kondisi Laboratorium Fisika Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Udayana.
Penuntun Fisika Tanah ini dibuat dan akan terus direvisi kembali sesuai
dengan kemajuan teknologi dalam waktu yang tidak pasti.

Denpasar, September 2016


Penyusun

i
iii

DAFTAR ISI

No. Teks halaman

JUDUL ……………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii

I. PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

II. PENGAMBILAN CONTOH TANAH…………………………………. 2

III. PENETAPAN BERAT VOLUME, ……………………………………… 7

IV. BERAT JENIS PARTIKEL, ………………………………………….. 9

V. PENETAPAN POROSITAS TANAH……………………………………. 11

VI. PENETAPAN PERMEABILITAS TANAH…………………………….. 12

VII. PENETAPAN POTENSIAL FREE ENERGY (pF)…………………….. 15

VIII. PENETAPAN TEKSTUR TANAH ………………………………….. 18

IX. PENETAPAN STABILITAS AGREGAT …………………………….. 25

X. PENETAPAN ANGKA ATTERBERG ………………………………… 31

XI. PENETAPAN KANDUNGAN AIR OPTIMUM UNTUK


PENGOLAHAN TANAH……………………………………………….. 37
1

I. PENDAHULUAN

Pengertian tentang tanah sangat luas sehingga pengertian tentang tanah yang
digunakan oleh orang pertanian akan berbeda dengan orang teknik, demikian juga
akan berbeda dengan orang keramik. Tanah dapat dipelajari dari sifat kimia, biologi
dan fisika, dan kedua sifat tersebut menentukan kelas kemampuan tanah, tetapi sifat
yang mana lebih dominan tergantung dari peruntukannya dan pada umumnya
kemampuan tanah ditentukan oleh sifat fisik tanah. Tanah terdiri atas 3 bahan yang
bentuknya berbeda yaitu padatan, cairan dan gas. Ketiga bahan tersebut akan
berhubungan satu dengan yang lain sehingga dikenal dengan istilah Berat Volume
tanah (BV), Berat Jenis Partikel Tanah (BJP,) Porositas/ruang pori, Ratio pori,
Derajat kejenuhan, dan kadar air tanah. Bahan tanah yang berbentuk padatan
mempunyai ukuran, bentuk dan sifat. Ukuran tanah yang terkecil disebut partikel,
kumpulan partikel disebut praksi. Di alam terdapat 3 praksi yaitu pasir, debu dan
liat. Gabungan dari ketiga praksi tersebut disebut tekstur. Kedudukan partikel-
partikel tanah tersusun dalam suatu susunan dengan ruang pori sebagai pembatas
disebut struktur tanah. Struktur tanah sangat berpengaruh terhadap sifat tanah yang
lain seperti porositas total, jumlah dan pergerakan air, udara di dalam tanah,
permeabilitas dan kekuatan tanah. Sifat tanah (Tekstur, struktur, kandungan air)
akan mempengaruhi kekuatan tanah untuk melawan gaya dari luar (akar tanaman),
sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah, air
dan tanaman akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
yang tumbuh di atasnya yang digambarkan dalam hubungan tanah air dan tanaman
(HTAT).
Praktikum Fisika Tanah diharapkan mahasiswa dengan pengertian dan
pemahaman yang didapatkannya pada perkuliahan lebih mampu mendalami mata
kuliah Fisika Tanah sehingga nantinya dapat mengelola tanah dari segi fisik untuk
peningkatan produktivitas tanah demi kepentingan umat manusia sehingga dapat
mencapai standard kompetensi mata kuliah .
2

II. PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium diperlukan tiga macam contoh tanah
yaitu :
a. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sampel) untuk keperluan penetapan berat
volume tanah (bulk density) , permeabilitas, Free energy (PF) dan pori tanah.
b. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil aggregate) untuk
penetapan stabilitas agregat.
c. Contoh tanah biasa (disturbed soil sampel) untuk menetapkan kadar air,
tekstur dan sebagainya.
1.1 Pengambilan contoh tanah utuh
Alat-Alat
1. Tabung kuningan (copper ring) yaitu suatu alat berbentuk tabung/silinder .
Tebal harus memenuhi syarat rasio antara luas luar (Dl) dan luar dalam (Dd)
tabung harus lebih kecil dari 0,1 untuk mencegah terjadinya tekanan
mendatar. Tiap tabung dilengkapi dengan sepasang tutup plastik.
2. Sekop
3. Pisau tajam dan tipis
Cara Kerja
1. Ratakan dan bersihkan lapisan tanah yang akan diambil, kemudian letakkan
tabung tegak pada lapisan tanah tersebut.
2. Gali tanah disekeliling tabung dengan sekop (Gambar 1a)
3. Iris tanah dengan pisau sampai mendekati tabung (Gambar 1b)
4. Tabung tabung sampai tiga perempat bagiannya masuk kedalam tanah
(Gambar 1c)
5. Letakkan tabung lain tepat di atas tabung pertama, kemudian tekan lagi
sampai bagian bawah dari tabungini masuk kedalam tanah kira-kira 1 cm.
6. Tabung beserta tanah didalamnya digali dengan sekop (Gambar 1d) atau
pisau
3

7. Pisahkan tabung kedua denga hati-hati (Gambar 1e) kemudian potonglah


tanah kelebihanyang ada pada bagian atas dan bawah tabung sampai rata
sekali (Gambar 1f).
8. Tutuplah yabung dengan tutup plastis.
Catatan :
Pengambilan contoh tanah utuh yang paling baik adalah sewaktu tanah dalam
keadaan kandungan air tanah disekitar kapasitas lapang. Kalau tanah terlalu
kering dianjurkan untuk melakukan penyiraman sehari sebelum pengambilan
contoh tanah.
Apabila tanahnya keras maka memasukkan tabung kedalam tanah dapat
dipukul perlahan-lahan di atas tabung harus memakai bantalan kayu. Masuknya
tabung kedalam tanah harus tetap tegak lurus dan jangan goyang.

1.2. Pengambilan Contoh Tanah Biasa dan Agregat Utuh


Alat-Alat
1. Untuk tempat contoh tanah untuk menetapkan tekstur atau sifat-sifat tanah lain
menggunakan agregat tanah utuh dapat digunakan kantong plastic.
2. Dalam hal tertentu kadang-kadang diperlukan contoh tanah untuk menetapkan
kadar air tanah yang sesuai dengan keadaan waktu pengambilan. Untuk contoh
tanah ini diperlukan tempat yang dapat ditutup rapat, umpama botol plastic tempat
obat.
3. Untuk penetapan stabilitas agregat, yang paling baik adalah menggunakan kotak
yang ukurannya cukup untuk sekitar 2 contoh tanah. Jika kotak tidak tersedia
dapat juga menggunakan kantong plastic asal contoh tanah tidak hancur selama
pengangkutan dan contoh tanah ini jangan ditindih barang lain.

Cara Kerja
1. Gali tanah sampai kedalaman yang diinginkan, tetapi pada umumnya untuk
menetapkan stabilitas agregat cukup dengan mengambil lapisan yang sesuai
dengan dalamnya perakaran.
4

1a 1b 1c

1d 1e 1f

1g 1h 1i

1j 1k 1m
Gambar 1. Langkah-langkah pengambilan contoh tanah
5

2. Ambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan belah-belah alami

(agregat utuh), masukkan kedalam kotak. Apabila kotak semacam itu tidak

ada dapat juga digunakan tempat lain asal dijaga agar agregat-agregat tanah

tetap utuh selama pengangkutan.

Catatan :

Jika tidak akan dilakukan penetapan stabilitas agregat maka contoh dapat

dimasukkan kedalam kantong paltik.

a. Pengambilan Contoh Tanah dari Suatu Profil

1. Buat lubang profil seperti biasa dilakukan untuk survei tanah, kemudian

lakukan deskripsi profil

2. Bersihkan dan ratakan tanah diatas sisi lubang yang telah dideskripsi (batas-

batas lapisan sudah ditentukan) seluas kira-kira 1 m2.

3. Ambil contoh utuh dengan cara yang telah dikemukakan di atas. Ambil pula

contoh tanah biasa dan agregat utuh apabila dikehendaki.

4. Buang sisa lapisan pertama sampai timbul lapisan kedua. Ratakan dan ambil

contoh tanah seperti tersebut di atas.

5. Buang sisa tanah lapisan kedua sampai timbul lapisan ketiga. Ratakan dan

ambil contohnya.

6. Demikian sterusnya sampai lapisan terakhir. Tiap-tiap lapisan biasanya

diambil 8 contoh utuh.

1.4 Pengangkutan dan Penyimpanan

Pengangkutan contoh tanah terutama untuk penetapan berat volume tanah, pF

dan permeabilitas, perlu dijaga agar tidak mendapat goncangan-goncangan agar tidak
6

merusak struktur tanah. Dianjurkan menggunakan peti khusus yang besarnya

disesuaikan dengan ukuran dan jumlahnya.

Penyimpanan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Contoh tanah

yang disimpan lama dalam ruang yang panas akan mengalami perubahan, karena

terjadi pengerutan (shrinking) dan aktivitas mikrobiologi. Sebaiknya contoh tanah

disimpan dalam ruangan yang lembab (kelembaban relative sekitar 90 %) dan suhu

sekitar 18oC. Setiap contoh tanah harus secepat mungkin dikirim ke laboratorium,

kecuali ada tempat lain yang memenuhi syarat untuk penyimpanan.


7

III. PENETAPAN BERAT VOLUME TANAH (ρb)

Berat volume tanah (Bulk density) merupakan perbandingan berat tanah

dengan volume total tanah. Berat volume tanah salah satu sifat tanah yang

mempengaruhi porositas tanah, pergerakan air, peredaran udara dan pergerakan akar

tanaman. Besar kecilnya nilai berat volume tanah dipengaruhi oleh berat jenis

partikel, susunan partikel dan bahan organik. Pada umumnya berat volume tanah

untuk tanah pertanian berkisar antara 1,1 – 1,6 g/cm3.

1.1. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang diperlukan pada penetapan berat volume tanah meliputi ring

sampel, pisau lapang, karet gelang, kertas label.

1.2. Cara Kerja

1. Timbang tabung kosong, umpamanya beratnya Y gram.

2. Taruh tabung tersebut dengan posisi tegak berdiri pada permukaan tanah yang

akan diukur berat volume tanahnya.

3. Tekan tabung tadi secara perlahan-lahan sehingga semua tabung masuk kedalam

tanah

4. Angkat tabung beserta tanahnya, kemudian bersihkan kotoran yang menempel

pada sisi tabung bagian luar, ratakan permukaan tanah dengan permukaan kedua

ujung ring sampel lalu tutup kedua ujung ring dengan penutupnya

5. Ring tersebut dibawa ke laboratorium, kemudian keringkan dalam oven dengan

temperatur 1050C, sampai beratnya konstan.

6. Timbang tabung beserta isinya, misalnya berat X gram.


8

7. Keluarkan tanah dalam ring dan hitung berat kering tanah dengan jalan

mengurangi X dengan Y, misalnya beratnya Z gram.

8. Hitung volume tanah atau sama dengan volume tanah, misalnya volumenya A

cm3

7. Hitung berat volume tanah dengan rumus :

Z
Berat volume tanah (ρb) = g / cm 3
A
9

IV. PENETAPAN BERAT JENIS PARTIKEL (ρp)

Berat jenis partikel adalah perbandingan antara berat kering tanah dengan

volume tanah (tidak termasuk pori yang terdapat di antara partikel), yang dinyatakan

dalam gram persentimeter kubik. Berat jenis partikel tanah-tanah mineral umumnya

berkisar antara 2,60 sampai dengan 2,70 g/cm3, sedangkan berat jenis partikel bahan

organik tanah, berkisar antara 1,30 sampai dengan 1,50 g/cm3. Penetapan berat jenis

partikel dipergunakan dalam pergerakan partikel tanah dalam air, laju pengendapan

dan perhitungan porositas tanah.

2.1. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang diperlukan untuk menetapan berat jenis partikel adalah

piknometer/erlemeyer, air bebas ion, neraca, kompor, botol semprot.

2.2. Cara Kerja

1. Tentukan kadar air tanah kering udara yang akan dipergunakan atau gunakan

tanah kering mutlak.

2. Timbang piknometer/labu erlemeyer

2. Timbang 50 gram tanah kering mutlak, kemudian dimasukkan kedalam

piknometer/labu erlemeyer 100 ml.

3. Isikan piknometer dengan air bebas ion atau aquadest sambil membilas tanah

yang menempel dileher labu sampai terisi setengah labu.

4. Didihkan piknometer secara perlahan-lahan beberapa menit, sesekali labu

digoyangkan hati-hati untuk mencegah hilangnya tanah bersama buih.


10

5. Dinginkan labu beserta isinya sampai mencapai suhu ruangan, kemudian

tambahkan aquadest dingin yang telah dididihkan sebelumnya sampai batas

volume, tutup dan bersihkan bagian luar labu dengan lap yang kering.

6. Piknometer seserta isinya ditimbang, misalnya beratnya Z gram.

Z = Berat tanah + Berat labu + Berat air

Berat air = Z – Berat labu – Berat tanah (X),

Berat jenis air = 1, maka berat air sama dengan volume air.

7. Hitung volume tanah dengan jalan mengurangi volume labu dan volume air (A).

8. Hitung berat jenis partikel dengan rumus :

Berat jenis partikel (ρp) = Y/A g/cm3


11

V. PENETAPAN POROSITAS TANAH

Porositas atau ruang pori tanah adalah volume seluruh pori-pori dalam suatu
volume tanah utuh, yang dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri dari ruang
diantara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat tanah.
Menurut ukuranya porositas tanah dikelompokkan ke dalam : ruang pori kapiler yang
dapat menghambat pergerakan air menjadi pergerakan kapiler, dan ruang pori
nonkapiler yang dapat memberi kesempatan pergerakan udara dan perkolasi secara
cepat sehingga sering disebut pori drainase.
Porositas total tanah dapat dihitung dari data berat volume tanah dan berat jenis
partikel dengan rumus :
BeratVolumeTanah
Porositas total tanah = (1  ) x100 %
BeratJenisPartikel
12

VI. PENETAPAN PERMEABILITAS TANAH

Permeabilitas diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada


suatu media berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah air
dan sebagai media berpori adalah tanah.
Penetapan permeabilitas tanah dalam keadaan jenuh dilakukan mengikuti
cara yang ditemukan oleh De Boodt (1967) berdasarkan Hukum Darcy.

4.1. Bahan dan alat

Bahan dan alat yang diperlukan dalam penetapan permeabilitas tanah adalah
tanah dalam ring sampel, air bebas ion,

Cara Kerja

1. Contoh tanah diambil dari lapang dengan tabung silinder.


2. Contoh tanah dengan tabungnya direndam dalam bak air sampai setinggi 3 cm
dari dasar bak selama 24 jam. Maksud perendaman adalah untuk mengeluarkan
udara yang ada dalam pori-pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh.
3. Setelah perendaman selesai, contoh tanah disambung dengan satu tabung silinder
lagi.
4. Tabung kemudian dipindah kealat penetapan permeabilitas
4. Tambahkan air secara hati-hati setinggi tabung dan dipertahankan tinggi air
tersebut.
5. Lakukan pengukuran volume air yang mengalir melalui alat penetapan
permeabilitas tanah tersebut dalam waktu tertentu misalnya 3, menit, 5 menit,
atau 10 menit
6. Lakukan pengukuran volume air tersebut sebanyak 5 kali, kemudian hasilnya
dirata-ratakan.
7. Hitung permeabilitas tanah dengan rumus :
Q L 1
K x x
t h A
13

Gambar. Alat untuk menetapkan permeabilitas


14

Dimana :
K = Permeabilitas tanah (cm/jam)
Q = Banyak air yang mengalir setiap pengukuran (ml)
t = Waktu pengukuran (jam)
L = Tebal contoh tanah (cm)
h = Tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm)
A = Luas permukaan contoh tanah (cm2).

Klasifikasi Permeabilitas tanah menurut Uhland dan O’neal (1951) adalah sebagai
berikut :
Kelas Permeabilitas (cm/jam)
Sangat lambat < 0,125
Lambat 0,125 – 0,50
Agak lambat 0,50 – 2,00
Sedang 2,00 – 6,25
Agak cepat 6,25 – 12,50
Cepat 12,50 – 25, 00
Sangat cepat > 25,00
15

VII. PENETAPAN POTENSIAL FREE ENERGY (pF)

Potensial Free Energy (pF) adalah logaritma (log10) dari tegangan air tanah
yang dinyatakan dalam cm tinggi kolom air, misalnya untuk tekanan dan isapan 1/3
atmosfir tinggi kolom air = 346 cm, maka pF log 346 = 2,54.
Kurva pF adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara logaritma
tegangan air dengan kandungan air tanah.
Penetapan sifat-sifat fisik tanah tersebut dilakukan mengikuti yang telah
dikemukakan oleh Richard dan Fireman (1943) dan Richard (1947).
Ada beberapa cara penetapan pF sesuai dengan alat yang digunakan yaitu :
a. Dengan alat Pressure Plate Apparatus
b. Dengan alat sistim gantung (Hanging)
c. Dengan alat Tensiometer
A. Penetapan pF dengan Pressure Plate Apparatus
Cara kerja
1. Contoh tanah diambil dari lapang dengan tabung baja (core) setebal 1 mm.
2. Tanah dari tabung diambil dari 3 bagian, masing-masing untuk pF 1 (tekanan 10
cm air), pF 2 (tekanan 100cm air) dan pF 2,54 (tekanan 1/3 atmosfir), untuk pF
4,2 (tekanan 15 atmosfir) digunakan contoh tanah kering udara < 2 mm.
3. Contoh tanah ditaruh diatas piringan (plate) dalam Pressure Plate Apparatus,
sesuai dengan no. plate dan dijenuhi dengan air sampai kelebihan dan biarkan
selama 24 jam.
4. Tutup alat tersebut rapat-rapat, kemudian biarkan tekanan sesuai dengan pF yang
dikehendaki.
5. Keseimbangan akan tercapai setelah kira-kira 48 jam tekanan tersebut bekerja.
6. Setelah keseimbangan tersebut tercapai keluarkan contoh tanah itu, untuk
ditetapkan kandungan airnya.
7. Buat kurva pF diatas kertas grafik, sebagai absis setelah kandungan air dan
sebagai ordinat adalah pF.
16

Catatan :
Untuk keperluan praktis kadang-kadang kandungan air ini (atas dasar berat
kering) diubah menjadi kandungan air volume dengan jalan mengalikan kandungan
air massa dengan berat volume tanah. Angka-angka kandungan air ini dapat dihitung
seperti berikut :
1. Air tersedia = kandungan air pada Pf 2,54 (Kapasitas Lapang) dikurangi
dengan kandungan air pada pF 4,2 (titik layu)
2. Banyaknya pori-pori drainase
Pori drainase cepat = % ruang pori total dikurangi kandungan air pada Pf 2.
Bilamana contoh tanah diambil jauh dibawah kandungan air kapasitas lapang
maka untuk tanah yang mudah mengembang/mengempis jumlah ruang pori
total akan lebih rendah daripada pori pada pF1; dalam hal ini pori drainase
cepat adalah selisih dari pF 1 dengan pF 2.

B. Penetapan pF dengan Sistim Gantung

Cara Kerja
1. Siapkan corong khusus dan pipa plastik yang sesuai dengan corong tersebut dan
digantung pada tembok atau dinding.
2. Contoh tanah diambil dari lapang dengan tabung baja (core)setebal 1 mm.
3. Tanah dari tabung diambil dari 3 bagian, masing-masing untuk pF 1 (tekanan 10
cm air), pF 2 (tekanan 100 cm air) dan pF 2,3 (tekanan 200 cm air).
4. Biarkan air pada ujung pipa sampai rata dengan permukaan tanah dan biarkan
selama 48 jam.
5. Setelah 48 jam buatlah tekanan isapan dengan membuat perbedaan ketinggian air
sesuai dengan pF yang diinginkan.
6. Berikan tekanan selama 48 jam agar tercapai keseimbangan.
7. Tetapkan kadar airnya.
C. Penetapan pF dengan Alat Tensiometer
Cara Kerja
1. Isikan air hingga alat penuh (Tensiometer) secara perlahan-lahan agar tidak terjadi
udara yang terperangkap.
2. Keluarkan udara yang terperangkap dengan pompa vakum dan tutup rapat.
17

3. Masukan ujung keramik (yang porus) kedalam tanah dan dirapatkan pada pinggir
ujung porus tersebut agar semua permukaannya bersentuhan dengan tanah.
4. Catat berapa tekanannya setelah posisi konstan.
5. Tetapkan kadar airnya, dengan rumus :
BeratTanahPermulaan  BeratKerin gMutlak
KadarAir  x100 %
BeratKerin gTanah
Pembuatan Kurva pF
Perhitungan kadar air pada masing-masing pF
BeratTanahBasah  BeratKeringTanah
KadarAir  x100 %
BeratKeringTanah
pF 1 kadar airnya =……………..%
pF 2 kadar airnya =……………..%
pF 2,3 kadar airnya =……………..%
pF 2,54 kadar airnya =……………..%
pF 4,2 kadar airnya =……………..%

pF

0 10 20 30 40 50 60 70

Kadar air (%)


18

VIII. PENETAPAN TEKSTUR TANAH

Tekstur tanah adalah susunan relative dari besar butir tanah terdiri dari pasir

berukuran 2mm – 5 u, debu berukuran 50 u – 2 u dan liat berukuran kurang dari 2 u

(menurut USDA).

Ada 12 kelas tekstur tanah yaitu : pasir, debu, liat, pasir berlempung, lempung

pasir, lempung, lempung berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung

liat berdebu, liat berpasir, dan liat berdebu.

Penetapan teksture tanah di laboratorium ialah dengan cara pipet dan cara

hydrometer.

Penetapan Tekstur Tanah Dengan Hydrometer

Cara Kerja

1. Timbang tanah yang telah diayak (± 2 mm) sebanyak 50 gram. Masukan

kedalam gelas piala 400 ml. tambahkan 50 ml H2O2 30% untuk mengoksidir

bahan organic supaya tidak mengandung fraksi-fraksi pasir dan liat yang ada.

2. Tambahkan air destilasi sebanyak ± 200 ml.

3. Tambahkan 5 ml 1 N larutan calgon atau 30 ml 0,1 N Natrium Pirofosfat.

4. Kocok dan aduk sampai merata, tutup dan kemudian simpan selama 15 – 20

jam.

5. Tuangkan kedalam mankok dispersi dengan bantuan botol semprot.

6. Isi mankok dengan air distilasi samapai 7,5 cm dari permukaan.

7. Aduk dengan mixer selama 5 menit.

8. Tuangkan seluruh isi mangkok kedalam tabung sidimentasi, lalu bersihkan

mangkok dengan botol semprot.


19

9. Isi tabung dengan air distilasi sampai tepat 1000 ml.

10. Rendam tabung dalam bak air selama beberapa waktu dan catat suhunya.

11. Angkat tabung sidimentasi, sumbat dengan sempurna lalu kocok dengan

membolak-balikkan tabung sebanyak 20 kali.

12. Kembalikan tabung kedalam bak air, dan catat waktunya.

13. Segera tuangkan ± 3 tetes amil-alkohol ke permukaan suspensi untuk

menghilangkan gangguan buih yang timbul.

14. Setelah 15 detik masukkan hydrometer kedalam suspensi secara hati-hati.

15. Baca setelah 40 detik (atau 50 detik setelah Hydrometer dimasukkan) dan

catat.

16. Keluarkan hydrometer dan bilas dengan air hingga bersih.

17. Koreksi angka dengan pembacaan dengan cara : untuk tiap derajat (derajat

Fahrenheit/0F) di atas 680E(200C) angka pembacaan ini ditambah 0,2. bila

kurang 680F, angka pembacaan dikurangi 0,2.

18. Setelah menjelang 2 jam, hydrometer dimasukkan lagi dan pembacaan

dilakukan tepat pada waktu 2 jam.

19. Ambil hydrometer dan bilas bersih.

20. Tentukan persentase pasir, debu dan liat.


20

Penetapan Tekstur Tanah Dengan Cara Pipet

Penetapan tekstur tanah dengan cara pipet dimaksudkan untuk memisah-

masahkan fraksi tanah berdasarkan batas ukuran yang telah ditentukan. Untuk

memisahkan partikel-partikel tanah yang sempurna, pertana-tama kita harus

mendispersikan pada cairan (artinya bahan-bahan yang mengikat partikel-partikel

tanah primer harus dihilangkan) misalnya dengan penambahan H2O2 (untuk bahan

organic) dan HCl (untuk CaCO3). Kemudian diberikan zat yang dapat menyebabkan

deflokulasi yaitu Natrium Metaphosphat (Calgon). Selanjutnua dilakukan pemisahan

dengan cara :

- Partikel dengan ukuran > atau sama 0,05 mm, pemisahan dilakukan dengan

pengayakan.

- Partikel dengan ukuran < 0,05 mm, pemisahan dilakukan dengan sedimentasi

yaitu mengukur kecepatan pengendapan bahan berbagai ukuran di dalam air.

Metode ini berdasarkan hukum Stoke’s yang menyatakan bahwa kecepatan

penurunan bahan berbentuk butiran didalam suatu cairan dengan kepadatan dan

viskositas tertentu dibawah pengaruh gaya gravitasi sebanding dengan kwadrat jari-

jarinya:

d = { 18 hv/ t.g (ρp - ρc ) }1/2

keterangan : d = diameter partikel

h = kedalaman penurunan

v = viscositas cairan

ρp = berat jenis partikel

ρc = berat jenis cairan


21

Untuk mengatur distribusi partikel dilakukan drngan memipet sejumlah larutan pada

kedalaman tertentu pada interval waktu yang telah ditentukan.

Cara Kerja

1. Timbang tanah 20 gram kering udara dan dimasukan dalam erlemayer 500
ml.
2. Tambahakan 15 ml air dan 15 ml H2O2 30% dan kocok memutar dengan
tangan..
3. Biarkan semalam, Apabila buih banyak tempatkan dalam bak air dan
tambahkan alcohol.
4. Tempatkan diatas hot plate atau pemanas dengan suhu rendah dan tambahkan
dengan H2O2 30% sedikit demi sedikit sampai tidak timbul buih.
5. Bila tanah mengandung CaCO3 bebas, tambahkan 45 ml HCL 0,4 N didihkan
60 menit, biarkan mengendap dan lakukan dekan tasi.
6. Tambahkan air sampai menjadi ± 300 ml, kemudian ditempatkan diatas hot
plate dengan menaikkan suhu perlahan-lahan dan didihkan selama 1jam
(untuk menghilangkan sisa H2O2 30%) setelah itu didinginkan.
7. Setelah dingin tambahkan 25 ml larutan Na4P2O7 5% dan biarkan semalam.
8. Hari beriku di kocok dengan pengocok (mixer) selama 5 menit, lalu pasirnya
dipisahkan dengan ayakan 0,053 mm. pasir dioven dengan suhu 1050C
sampai konstan.
9. Filtratnya untuk penentuan debu dan liat.
Penentuan debu dan liat
1. Filtrat hasil saringan tadi dimasukkan ke dalam tabung 1000 ml dan
tempatkan di atas meja kocok sampai semua larutan mengendap, dan
langsung dipipet sebanyak 20 ml dan catat suhunya.
2. Hasil pemipetan dipindahkan ke tin timbangan (sebelumnya tin ditimbang
dulu). Keringkan dalam oven selama semalam dengan suhu 1050C. ini
menunjukkan fraksi ± 50 u = berat B.
3. Diamkan jangan sampai kena getaran (suhu no.1 menentukan waktu
pemipetan yang kedua).
22

4. Setelah waktu pemipetan kedua, pipet lagi sebanyak 20 ml, masukkan


kedalam tin. Keringkan dalam oven semalam lalu timbang. Berat ini
menunjukkan berat fraksi yang berukuran lebih kecil dari 50 u = berat C.
5. Suhu pemipetan kedua dicatat, untuk menentukan waktu pemipetan yang
ketiga.
6. Selama tepat waktunya, pipet lagi sebanyak 20 ml (seperti no.2) masukkan
dalam tin dan keringkan dalam oven selama semalam. Berat fraksi ini
menunjukkan fraksi yang lebih kecil 2 u = berat D.

Waktu Sidimentasi Untuk Partikel


Suhu Jumlah waktu yang menunjukkan diameter partikel
0
C 2 um 20 um
10 cm 8 cm 10 cm 8 cm
Jam Menit Jam Menit Jam Menit Jam Menit
20 7 46 6 13 4 39 3 43
21 7 35 6 4 4 33 3 38
22 7 24 5 55 4 37 3 33
23 7 11 5 47 4 20 3 28
24 7 4 5 39 4 14 3 23
25 6 55 5 32 4 8 3 19
26 6 45 5 24 4 2 3 14
27 6 36 5 17 3 56 3 9
28 6 28 5 10 3 53 3 6
29 6 19 5 3 3 48 3 2

Perhitungan
Perhitungan berdasarkan pada berat kering sample. Berikut ini didapatkan
penyajian akhir dari masing-masing fraksi :
1. Liat (< 2 u) = (D x 50) – 0,75 gram = ……….g (Berat K)
2. Debu (2 – 20 u) = (C x 50) – 0,57 g – K = ……….g (Berat L)
3. Debu(20 – 50 u) = (B x 50) – 0,75 - K – L = ……….g (Berat M)
4. pasir (50 – 2000 u ) = Berat A
0,75 g = koreksi untuk agent dispersi
23

5. Berat sampel = K + L + M + A
6. Jumlah proporsi (%) dari fraksi, dihitung dengan :
% liat (< 2 u) = K/berat sampel x 100% = ……………….%
%debu (2 – 20 u) = L/ berat sampel x 100% = …………...%
%debu (20 – 50 u) = M/ berat sampel x 100% = …………%
%pasir (50 – 2000 u) = A/ berat sampel x 100% = ……….%
7. Tentukan kelas tekstur dalam segitiga tekstur,
8. Tekstur tanah adalah …………………………………………………
24

Gambar. Penetapan Kelas Tekstur tanah


25

IX. PENETAPAN STABILITAS AGREGAT

Stabilitas (kemantapan) agregat tanah dimaksudkan ketahanan agregat tanah


terhadap daya yang dapat menimbulkan penghancuran agregat tersebut. Penetapan
stabilitas agregat secara kuantitatif di laboratorium dilakukan dengan cara
pengayakan kering dan basah menurut metode yang dikemukakan oleh De Leenheer
dan De Boodt (1959). Metode ini dimaksudkan mencari perbedaan rata-rata
diameter agregat tanah pada pengayakan kering dan pengayakan basah.

Cara Kerja :
A. Pengayakan Kering
1. Contoh tanah diambil dari lapangan, kemudian dikeringudarakan (jangan
ditumbuk)
2. Kira-kira 300 gram tanah kering udara ditaruh di atas ayakan 8 mm, dibawah
ayakan ini berturut-turut terdapat ayakan dengan ukuran 4,76 mm, 2,83 mm, 2
mm dan 0 mm.
3. Tumbuk tanah dengan anak lumping (alu kecil) sampai semua tanah turun melalui
ayakan 8 mm.
4. Goyang ayakan dengan tangan sebanyak 5 kali
5. Fraksi agregat masing-masing ditimbang, kemudian dikonversi dalam persen (%).
Persentase agregat = 100% dikurangi dengan % agregat lebih kecil dari 2 mm.
6. Lakukan pekerjaan ini sebanyak 4 kali ulangan.

B. Pengayakan Basah
1. Agregat-agregat yang diperoleh dari pengayakan kering (pekerjaan A5) kecuali
agregat lebih kecil dari 2 mm ditimbang dan masing-masing dimasukkan kedalam
cawan nikel.
Misalnya :
Pengayakan 500 gram tanah diperoleh :
- Agregat antara 4,76 dan 2,83 mm = 100 gram
- Agregat antara 2,83 mm dan 2 mm = 75 gram
26

Maka perbandingan adalah 8, 4 dan 3


- Jadi - Agregat antara 8 dan 4,76 mm ditimbang = 53 gram
- Agregat antara 4,76 dan 2,83 mm ditimbang = 27 gram
- Agregat antara 2,83 mm dan 2 mm ditimbang = 20 gram
Total ……………………………… = 100 gram
Pekerjaan ini dilakukan sebanyak 4 kali
2.Teteskan air sampai kapasitas lapang dari buret setinggi 30cm dari cawan sampai
ujung penetes buret
3. simpan dalam incubator pada temperature 200 C dengan kelembaban relatip 98-
100% selama 1 malam.
4. pindahkan tiap agregat dari cawan ke ayakan sebagai berikut :
- agregat antara 8 dan 4,76 mm di atas ayakan 4,76 mm
- agregat antara 4,76 dan 2,83 mm di atas ayakan 2,83 mm
- argerat antara 2,83 mm dan 2 mm di atas ayakan 2 mm
Ayakan-ayakan yang digunakan dalam pengayakan basah selain dari yang tersebut
diatas masih terdapat di bawahnya berturut-turut ayakan 1 mm, 0,5 mm dan 0,279
mm.
5. Pasang susunan ayak-ayakan ini pada alat pengayak basah (gambar 7a) dimana
bejana yang disediakan telah diisi air lebih dahulu sampai setinggi 25 cm dari
dasar bejana. Air yang digunakan harus mengandung ion ca++ sekurang-kurangnya
2 x 10-3 molar, untuk mencegah disperse yang terlalu cepat daripada partikel-
partikel koloid, jika tidak maka stabilitas yang diamati dilapang akan kurang
sesuai sebab air tanah juga mengandung elektrolit sekitar konsentrasi tersebut.
6. Pengayakan dilakukan selama 5 menit (35 ayunan permenit dengan amplitudo
3,75 cm).
7. Setelah selesai pengayakan pindahkan agregat-agregat dari tiap ayakan kecawan
nikel (diameter 9 cm, tinggi 5 cm) yang beratnya telah diketahui. Pemindahan ini
dibantu dengan corong terbuat dari seng yang mulut atasnya lebih besar dari
mulut ayakan (Gambar 7b). untuk memudahkan agregat-agregat lepas dari dasar
ayakan, harus dibantu dengan semprotan air ledeng yang dilakukan dengan selang
berdiameter kecil supaya alirannya deras.
27

8. buang kelebihan air dari cawan, lalu keringkan di atas pemanas terbuka pada suhu
1300c.
9. setelah kering lalu diangkat dan dibiarkan sampai kering udara, kemudian
ditimbang.

Perhitungan :
a) Rata-rata diameter agregat dari pengayakan kering :
8+4,76
- agregat antara 8 dan 4,76 mm : =6,4 mm
2
4,76+2,83
-agregat antara 4,76 dan 2,83 mm: =3,8 mm
2
2,83+2
-agregat antara 2,83 dan 2 mm : = 2,4 mm
2

Rata-rata berat diameter: (lihat angka-angka berat pada contoh yang dikemukakan
pada pekerjaan B1).
(53X6,4)+(27X3,8)+(20X2,4) 498,9
= = 5,0
100 100
b) rata-rata diameter agregat dari pengayakan basah :
8+4,76
- agregat antara 8 dan 4,76 mm = = 6,4 mm
2
4,76+2,83
- Argegat antara 4,76 dan 2,83 mm = = 3,8 mm
2
2,83+2
- Agregat antara 2,83 dan 2 mm = = 2,4 mm
2

2+1
- Agregat antara 2 dan 1 mm = = 1,5 mm
2
- 1+0,5
- Agregat antara 1 dan 0,5 mm = = 0,75 mm
2
0,5+0,297
- Agregat antara 0,5 dan 0,297 mm = =0,40mm
2
28

0,297+0
- Agregat antara 0,297 dan 0 mm = = 0,15 mm
2
Rata-rata berat diameter :
Misalnya agregat yang diperoleh pada B9 sebagai berikut :
- Ayakan 4,76 mm menghasilkan 5 gram
- Ayakan 2,83 mm menghasilkan 20 gram
- Ayakan 2 mm menghasilkan 17 gram
- Ayakan 1 mm menghasilkan 19 gram
- Ayakan 0,5 mm menghasilkan 15 gram
- Ayakan 0,297 mm menghasilkan 19 gram
Jumlah 95 gram
Agregat antara 0,15 mm adalah agregat yang tidak bertampung pada ayakan tetapi
jatuh pada dasar bejana. Berat agregat ini = 100-95 gram = 5 gram. Jadi rata-rata
berat diameter : (lihat berat rata-rata pada contoh diatas).
(5x6,4)+(20x3,8)+(17x2,4)+(19x1)+(15x0,75)+(19x0,40)+(5x0,15)

100

196,9
= = 2,0
100
Selisih antara rata-rata berat diameter agregat tanah pada pengayakan kering dan
pengayakan basah merupakan indeks instabilitas, yang berarti makin besar selisih
nya makin tidak stabil tanah tersebut. Untuk mendapatkan indeks stabilitas
dipergunakan rumus :
29

Gambar.
Gambar . AlatAlat pengayak
pengayak basahbasah

Gambar. Cara memindahkan agregat setelah pengayakan basah


Gambar. Cara memindahkan agregat setelah pengayakan
basah
30

1
X 100
Indeks instabilitas

Pada contoh di atas indeks instabilitas = 5,0 – 2,0 = 3,0. Indeks instabilitas = 1/3,0 x

100 = 33.

Klasifikasi indeks stabilitas agregat adalah sebagai berikut :

Sangat stabil sekali : > 200

Sangat stabil : 80 – 200

Stabil : 66 – 80

Agak stabil : 50 – 66

Kurang stabil : 40 – 50

Tidak stabil : < 40


31

X. PENETAPAN ANGKA ATTERBERG

Jika air diberikan kepada tanah kering maka tiap-tiap butiran tanah akan diselimuti
oleh lapisan tipis air yang diserapnya. Jika memberian air dilanjutkan maka tebal
lapisan akan bertambah dan akhirnya butiran tanah menjadi saling meluncur yang
satu dengan yang lainnya. Jadi tergantung dari kandungan airnya, tanah akan
menunjukkan perilaku yang berbeda-beda terhadap gravitasi dan tekanan.
Keadaan ini dengan istilah-istilah yang dipakai untuk pembatasan antaranya
adalah dapat digambarkan seperti dibawah ini :
Kering Basah

Keadaan padat Keadaan semi Keadaan Keadaan cair


Plastis

Batas kerut Batas plastis Batas cair

Indeks plastisitas

Keadaan kandungan air tanah antara batas plastis dan batas cair disebut
indeks plastisitas (batas-batas atau angka-angka Atterberg). Penggolongan plastisitas
tanah adalah sebagai berikut :
Tingkat plastisitas Indeks plastisitas

Tinggi 20 – 30
Sedang 10 – 20
Rendah 10

Alat dan Bahan


1. Alat untuk menetapkan batas cair dan alat pembuat alur
2. Alat untuk menetapkan batas kerut terdiri dari :
a. Cawan petri
b. Lempeng kaca
c. Bejana tempat air rasa
d. Cawan operasi
32

e. Pipet (seperti untuk meneteskan obat mata)


3. Air destilasi
4. Timbangan
5. Oven pengering
6. Dessikator
7. Gelas arloji
8. Spatula

Cara Kerja
A. Penetapan batas cair :
1. Timbang kira-kira 100 gram tanah, kemudian campur dengan air destilasi
secara merata sehingga terbentuk pasta
2. Tempatkan sebagian pasta pada alat tersebut, ratakan permukaannya sehingga
tebal pasta maksimal 1,27 cm, kemudian alat pembuat alur digoreskan pada
pasta sehingga membagi dua bagian tanah.
Catatan : Alat pembuat alur harus dipegang sedemikian rupa sehingga tegak
lurus pada permukaan cawan.
3. Putar alat pemutar (engkol) dengan kecepatan 2 putaran per detik dan
dihitung banyaknya ketokan sampai alur tertutup sejarak 1,27 cm (Gambar).
Alur harus tertutup karena aliran tanah bukan karena gesekan antara tanah
dengan permukaan cawan.
4. Campur tanah dalam cawan dan ulangi pekerjaan tersebut A2 dan A3 sampai
banyaknya ketutkan untuk menutup alur sama (perbedaan 2 atau 3 ketukan
menunjukkan menunjukkan campuran tidak sempurna).
5. Jika banyaknya ketukan yang tetap (sama) terdapat antara 10 sampai 40
ketukan, diambil 10 gram tanah (pasta) dari dekat alur tertutup untuk
penetapan kadar air.
6. Dengan mengubah-ubah banyak air yang dicampur dengan tanah dan
mengulangi pekerjaan-pekerjaan A2 sampai A5, diambil 4 kali penetapan
kadar air dalam ketukan antara 10 dan 40.
33

a. Cara membuat alur b. Alur sebelum pengetukan

Gambar. Alat untuk penetapan batas cair


34

B. Penetapan Batas Plastis


1. Kira-kira 15 cm tanah dicampur merata dengan air, lalu simpan di atas lempeng
kaca
2. Gosok dengan tangan sampai berbentuk benang berdiameter kira-kira 3 mm
(Gambar)
3. Ulangi pekerjaan B2 tanah berbentuk benang tadi menunjukkan tanda-tanda
remah (Gambar menunjukkan 3 keadaan, kiri : lebih basah dari batas plastisitas,
tengah pada batas platisitas; kanan lebih kering dari batas plastisitas.
4. Ambillah tanah remah pada pekerjaan B3 untuk penetapan kadar air
5. Ulangi pekerjaan B2 sampai B4 sebanyak 3 kali (untuk mendapatkan harga rata-
rata).
C. Penetapan Batas Kerut
1. Timbang segumpal tanah kering dengan segera setelah dikeluarkan dari desikator
2. Tempatkan cawan kecil didalam cawan yang lebih besar dan isilah cawan kecil
dengan air bebas ion sampai meluap. Tutup cawan dengan lempeng kaca dan
garpu sedemikian rupa sehingga menutupi cawan dengan rapat sampai tidak ada
udara yang masuk.
3. Bersihkan bagian luar cawan kecil untuk menghilangkan air bebas ion yang
melekt, kemudian tempatkan dalam cawan besar yang lain, bersih dan kosong.
4. Tempatkan gumpalan tanah di atas air bebas ion dan celupkan dengan lempeng
gelas yang bergarpu tadi sedemikian sehingga lempeng gelas menutup rapat (tidak
ada udara yang bias masuk).
5. Timbang air bebas ion yang meluap.

Perhitungan :

A. Batas cair (Bt) diaca dari kurva aliran pada 25 ketukan. Kurva aliran adalah
kurva hubungan antara jumlah ketukan dan kandungan air; sebagai absis
jumlah ketukan (skala logaritma) dan sebagai ordinat kandungan air (skala
linier).
35

B. Batas plastis (Bp) adalah kandungan air tanah remah berbentuk benang
dengan tebal 3 mm (B4 – 5)
C. Batas keruk (Bk) adalah :
a.v. GA
Bk = -
T GT

Keterangan :
a = berat air
t = berat tanah kering
v = volume gumpal tanah kering
berat air bebas ion yang meluap (B5)
=
13,55
GA = berat jenis air pada keadaan suhu waktu penetapan (lihat
lampiran)
GT = berat jenis butiran tanah

D. Indeks plastisitas = Bt - Bp
36

Gambar. Cara membuat benang tanah dalam penetapan batas plastis

Gambar . Cara penetapan batas kerut


37

XI. PENETAPAN KANDUNGAN AIR OPTIMUM


UNTUK PENGOLAHAN TANAH

Miniskus air memegang peranan sangat penting dalam pembentukan struktur

tanah. Kegiatan pengolahan tanah diinginkan terbentuknya struktur tanah yang

paling baik. Ini terjadi pada keadaan kandungan air tanah tertentu yang disebut

kandungan air optimum. Penetapan kandungan air optimum untuk pengolahan tanah

dilakukan dengan alat “1000 knock apparatus” (De Boodt Van Vandevelde, 1970),

lihat Gambar.

Cara Kerja
1. Ambil sekitar 1500 g tanah kering udara

2. Timbang tanah dengan tepat sehingga berat keringnya 100 g sebanyak 10

contoh.

3. Tempatkan masing-masing dalam cawan gelas dan berikan air, masing-

masing contoh dengan volume yang berbeda-beda : 5 ml, 10 ml, 15 ml dan

seterusnya.

4. Masukkan kedalam incubator selama 24 jam (suhu 200C dan kelembaban

relative 98 – 100 %.

5. Pindahkan tanah kedalam gelas ukur 250 ml dan tempatkan pada alat ketukan

(Gambar).

6. Catat volume tanah setelah 100, 200, 300 ,……… 1.000 ketukan. Bila

volume tanah belum tetap, teruskan sampai 1.500 ketukan.

7. Tetapkan kadar air tanah dari bagian atas, tengah dan bawah. Ambil harga

rat-ratanya.
38

8. Buat kurva pemadatan (compaction curve) sebagi absis kandungan air dan

sebagai ordinat volume tanah.

Perhitungan :
Misalnya : Volume tanah setelah 1000 atau 1500 ketukan atau berapa ketukan
asal volume tanah sudah tetap = 90 ml dan kadar air rata-rata = 10 %
(dasar berat kering mutlak), maka volume tanah pada kadar air 10 % =
90 – 10 ml = 80 ml.
39

Gambar. 1000 knock apparatus

Anda mungkin juga menyukai