Anda di halaman 1dari 51

TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. UMUM

1. Praktikum harus datang 5 menit sebelum praktikum dimulai dan apabila datang
terlambat 15 menit setelah praktikum dimulai, maka praktikan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum tanpa menunjukkan alasan yang sah.

2. Sebelum praktikum dimulai, diadakan test penguasaan materi. Selama praktikum


berlangsung, praktikan tidak diperkenankan meninggalkan ruangan /tempat
praktikum, kecuali seijin pembimbing.

3. Selama praktikum berlangsung, praktikan harus mengikuti dengan tertib (tidak


merokok, gaduh, dll).

4. Setelah pelaksanaan praktikum, alat dan/atau bahan dikembalikan ketempat


semula dalam keadaan bersih dan rapi. Apabila ada praktikan yang merusakkan /
memecahkan alat praktikum, maka harus mengganti paling lambat 1 minggu
setelah acara praktikum tersebut selesai.

5. Praktikan yang berhalangan mengikuti kegiatan praktikum harus ada surat ijin
(dari Dokter bila sakit) yang ditujukan kepada Pembimbing Praktikum yang
bertugas, paling lambat 1 minggu sejak tidak masuk.

6. Mahasiswa yang diijinkan mengikuti praktikum ulang apabila telah mengikuti


minimum 75 % dari acara praktikum, praktek ulang dilaksanakan sesuai jadwal
yang ditentukan berikutnya.

7. Bagi praktikan yang tiga kali berturut-turut tidak mengikuti kegiatan praktikum
tanpa ijin, maka praktikumnya dianggap batal.

8. Setiap selesai melakukan praktikum, praktikan diwajibkan membuat Laporan


Sementara yang berupa data-data pengamatan. Laporan resmi diserahkan paling
lambat satu minggu setelah melakukan suatu acara praktikum.

9. Penilaian praktikum didasarkan pada aktifitas dan keungguhan dalam


melaksanakan praktikum, laporan dan ujian.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 1


B. KHUSUS

1. Sebelum melaksanakan praktikum, mintalah bon peminjaman alat pada asisten


pembimbing yang saudara butuhkan.

2. Periksalah alat-alat tersebut sebelum melakukan praktikum, tanyakan pada


Pembimbing hal-hal yang kurang jelas mengenai alat-alat tersebut dan tidak
diperkenankan menghubungkan peralatan praktikum dengan sumber tegangan
listrik tanpa seijin Pembimbing.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 2


PENDAHULUAN

Tanah sebagai media tumbuh tanaman,dapat dicirikan berdasarkan


morfologi, karakteristik fisika, kimia, dan biologi. Semua karakteristik tanah
tersebut saling mengkait mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Untuk menjaga produktivitas tanah yang lestari, kaidah-kaidah penggunaan
tanah yang sesuai dengan kemampuannya dan syarat-syarat yang diperlukan harus
diperhatikan. Hal tersebut menuntut perlunya tenaga ahli di bidang pertanian
yang paham tentang karakteristik dan perilaku suatu tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Untuk itu maka mahasiswa yang belajar bidang pertanian diwajibkan
menempuh praktikum Ilmu Tanah dalam rangka meningkatkan pemahaman
tentang tanah dan ketrampilan dalam analisis tanah.
Dalam buku penuntun praktikum Ilmu Tanah ini mahasiswa akan
dikenalkan pada metode pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat fisika,
kimia dan biologi tanah. Bersamaan dengan pengambilan sampel tanah juga
disertai pengamatan morfologi tanah utamanya profil tanah. Analisis fisik
meliputi tekstur, struktur, kerapatan limbak (isi) dan ruang pori total, dan
penetapan kadar air tanah. Analisis kimia tanah dikenalkan pada sifat kimia
umumnya selalu diperlukan, yaitu penetapan pH tanah baik pH aktual maupun pH
potensial. Untuk aspek biologi tanah mahasiswa akan dikenalkan pada aktivitas
mikroba dalam menguraikan bahan organik atau mineralisasi senyawa karbon.
Dengan mengenal berbagai sifat-sifat tanah diharapkan mahasiswa akan
mendapatkan pemahaman tentang tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman
secara utuh dan pengelolaan yang diperlukan terkait dengan potensi maupun
kendala yang ada.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 3


I. PENGAMBILAN SAMPEL TANAH

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan yang sangat penting dalam


analisis tanah sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil analisis
tanah. Oleh karena dalam setiap analisis tanah diperlukan sampel tanah yang
berbeda, maka cara pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis
analisis merupakan persyaratan penting. Secara umum sampel tanah dibedakan
menjadi:
1. Sampel tanah utuh (tidak terganggu) untuk analisis kerapatan limbak/isi,
susunan pori tanah dan porositas total, potensial air tanah, kadar air volume
dan permeabilitas tanah. Pengambilannya dengan ring baja, sehingga kondisi
sampel tanah diharapkan tidak berbeda dengan kondisi aslinya. Pengangkutan
contoh tanah utuh harus dilakukan dengan hati-hati. Guncangan-guncangan
yang dapat merusak struktur tanah harus dihindari. Dianjurkan untuk
menggunakan kotak khusus yang besarnya disesuaikan dengan ukuran dan
jumlah tabung
2. Sampel tanah agregat utuh, untuk mengamati bentuk dan kemantapan agregat.
Pengambilan dengan cangkul atau skop dan harus dijaga agregat tidak rusak
3. Sampel tanah biasa (contoh tanah terganggu) untuk analisis kimia tanah, kadar
air tanah, tekstur dan untuk percobaan pot. Pengambilan sampel tanah dalam
jumlah sedikit dapat dilakukan dengan bor tanah dengan kedalaman tertentu;
sedang untuk sampel dalam jumlah besar (misal untuk percobaan pot) dapat
digunakan cangkul, sekop atau pengeruk tanah otomatis namun kedalamannya
harus seragam (0-20 cm).

Selanjutnya juga perlu diperhatikan dalam hal penyimpanan sampel tanah.


Contoh tanah yang disimpan lama dalam ruang yang panas akan mengalami
perubahan, karena pengerutan,penguapan dan aktifitas jazad mikro. Oleh sebab
itu, sebaiknya contoh tanah disimpan dalam ruangan yang lembab (kelembaban
relatif ± 90 %) dan suhu dingin (4 oC) dengan variasi suhu yang kecil atau bahkan
suhu – 20 oC jika untuk jangka yang lama.

1.1. Pengambilan Contoh Tanah Utuh

Alat-alat yang diperlukan adalah:

1. Tabung besi baja, yang diketahui bobot dan volumenya). Tabung ini dapat
digunakan bila tebal tabung memenuhi syarat “Perbandingan Luas”(PL) = 0,1.
Hal ini untuk mencegah terjadinya tekanan mendatar.

Nilai “ PL “ dapat diperoleh dari persamaan :

Dl2 − Dd2
PL =
D2

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 4


Dimana PL adalah perbandingan luas, Dl dan Dd berturut – turut adalah garis
tengah lingkaran luar dan dalam. Tiap tabung dilengkapi dengan sepasang
tutup plastik. Tempat menyimpan tabung-tabung adalah peti khusus dengan
ukuran yang disesuaikan dengan ukuran dan jumlah tabung.
2. Sekop atau cangkul
3. Pisau yang tajam dan tipis, dan atau gergaji tripleks.

Cara Kerja Pengambilan Sampel Tanah Utuh

Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut :


1. Ratakan dan bersihkan lapisan atas tanah yang diambil, kemudian letakkan
tabung tegak pada lapisan tanah tersebut (nomor tabung jangan sampai
terbalik)
2. Gali tanah di sekeliling tabung dengan sekop/pisau (Gb. 1a)
3. Iris tanah dengan pisau sampai hampir mendekati tabung (Gb.1b)
4. Tekan tabung sampai tiga perempat bagiannya masuk ke dalam tanah (Gb. 1c).
5. Letakkan tabung lain tepat di atas tabung kedua masuk ke dalam tanah kira-
kira satu sentimeter.
6. Tabung beserta tanah di dalamnya digali dengan sekop/cangkul (Gb. 1d)
7. Pisahkan kedua tabung dengan hati-hati (Gb.1e), kemudian potonglah tanah
kelebihan yang ada pada bagian atas dan bawah tabung sampai rata sekali,
Agar tidak terjadi penutupan pori tanah pemotongan dilakukan sedikit demi
sedikit dan posisi pisau miring bukan tegak lurus (Gb.1f).
8. Tutuplah tabung dengan tutup plastik.
9. Ulangi pekerjaan tsb untuk contoh tanah dari kedalaman lainnya jika diperlukan
(misalnya pada horizon pada profil tanah
10.Pasang label untuk menandai sampel tanah
11.Catat label dan penjelasan tentang asal sampel, tanggal pengambilan sampel
tanah dan kondisi lahan di tempat pengambilan ampel.

Catatan.
Pengambilan contoh tanah utuh yang paling baik adalah sewaktu tanah
dalam keadaan kandungan air sekitar kapasitas lapang. Kalau tanah terlalu kering
dianjurkan untuk menyiramnya dengan air yang cukup sehari sebelum
pengambilan contoh. Jangan sekali-kali menggunakan palu atau pemukul
lainnya untuk memasukkan tabung ke dalam tanah.

1.2. Pengambilan sampel tanah biasa (terganggu)

Peralatan:
1. Bor tanah
2. Cangkul
3. Pisau
4. Kantong plastik tempat menyimpan sampel tanah
5. Kertas label dan spidol

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 5


Cara Kerja Pengambilan sampel tanah biasa (terganggu)
1. Bersihkan permukaan tanah dari rerumputan dan serasah tumbuhan,
2. Gunakan bor dengan cara menekan dan memutar kearah jarum jam dan angkat
bor jika sudah mencapai kedalaman yang diinginkan,
3. Sampel tanah diambil dengan pisau pada sampel tanah bagian tengah di mata
bor,
4. Masukan sampel ke dalam kantong plastik lalu dilabeli,
5. Untuk analisis kimia biasanya diperlukan sampel tanah komposit (penyatuan
dari beberapa hasil pemboran, diambil rata-ratanya)
6. Untuk percobaan pot diperlukan tanah jumlah banyak, sehingga bias dilakukan
dengan cangkul atau mesin pengeruk tanah, disesuaikan dengan kedalaman
(biasanya 0-20 cm).
7. Selanjutnya untuk analisis sampel tanah dikeringudarakan dan diayak lolos
ayakan 2 mm atau disesuaikan dengan macam analisisnya. Untuk percobaan
pot tanah perlu diayak lolos ayakan 2mm sehingga tanah seragam, tidak
menjadi faktor yang berpengaruh (yang tidak diperhitungkan) dalam
percobaan.
8. Sampel tanah disimpan pada wadah tertutup yang ditempatkan pada ruang yg
aman. Untuk percobaan pot tanah langsung dimasukan ke dalam pot; jika
sampel tanah disimpan dulu sebelum percobaan, simpan pada wadah berwarna
gelap yg tertutup sehingga terhindar dari sinar matahari langsung dan percikan
air hujan.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 6


Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 7
II. MORFOLOGI & SIFAT TANAH DI LAPANG

2.1. Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisika penting yang berpengaruh
pada pertumbuhan tanaman. Tekstur tanah adalah perbandingan relative dari
fraksi tanah, yaitu pasir berukuran 2 mm – 50 µm, debu berukuran 50 – 2 µm dan
liat berukuran kurang dari 2 µm. Ada 12 kelas tekstur tanah dari kasar, sedang
hingga halus, yaitu, pasir, debu, liat berlempung, lempung berpasir, lempung,
lempung berdebu, lempung berliat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir,
dan liat berdebu. Pembagian itu kemudian disederhanakan menjadi 7 kelas yang
terdiri dari pasir, lempung kasar, lempung halus, debu kasar, debu halus, liat debu,
dan liat sangat halus.

2.1.1. Penetapan Tekstur Tanah di Lapang


Metode ini bersifat kualitatif dan biasa diperlukan misalnya dalam survei
tanah secara cepat atau untuk menduga tekstur tanah antar lapisan di profil tanah.
Karena mengandalkan perasaan, maka diperlukan latihan2 yang mencukupi agar
pendugaan lebih mendekati kondisi sebenarnya. Untuk selanjutnya hasil dugaan
bisa digunakan untuk pendugaan sifat tanah lainnya berkaitan dengan potensinya
terkait produksi pertanian.

Tabel 1. Penetapan Klas Tekstur Menurut Perasaan di Lapang.

NO Klas Tekstur Rasa dan Sifat Tanah


1 Pasir Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan
gulungan serta tidak melekat.

2 Pasir berlempung Rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang


mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat.

3 Lempung berpasir Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak


keras, mudah hancur serta melekat.

4 Lempung berdebu Rasa licin, membentuk bola teguh, membentuk


pita, lekat

5 Lempung Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola


teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat serta melekat.

6 Debu Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat


sedikit digulung dengan permukaan mengkilat
serta agak melekat.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 8


7 Lempung berliat Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh
(kering), membentuk gulungan jika dipijit,
gulungan mudah hancur serta melekatnya sedang.

8 Lempung liat berpasir Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit,
gulungan mudah hancur serta melekat

9 Lempung liat berdebu Rasa jelas licin, membentuk bola teguh, gulungan
mengkilat serta melekat.

10 Liat berpasir Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam


keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung
serta melekat sekali.

11 Liat berdebu Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan


kering sukar dipijit, mudah digulung serta
melekat sekali

12 Liat Rasa berat,membentuk bola baik serta melekat


sekali

13 Liat berat Rasa berat sekali, membentuk bola baik serta


melekat sekali

Cara Kerja Penetapan Tekstur di Lapang


Tahap-tahap pekerjaannya adalah sabagai berikut :
1. Massa tanah kering atau lembab dibasahi secukupnya, kemudian dipijat di
antara ibu jari dan telunjuk sehingga membentuk bola lembab.
2. Sambil memperhatikan adanya rasa kasar atau licin di antara ibu jari tersebut,
bola tanah yang lembab itu kemudian digulung-gulung dan amatilah adanya
daya tahan terhadap tekanan dan kelekatan masa tanah sewaktu telunjuk dan
ibu jari direnggangkan
3. Dari rasa kasar atau licin. Gejala piridan, gulungan dan kelekatan, tentukanlah
klas tekstur lapang berdasarkan kriteria pada Tabel 1.

2.1.2. Penetapan tekstur tanah di Laboratorium.


Penetapan tekstur tanah di laboratorium sifatnya lebih kuantitatif karena
didasarkan pada banyaknya pasir, debu dan liat dalam 1 bagian tanah. Tahapan
dalam dalam analisis tekstur tanah di Laboratorium dibedakan menjadi 2 tahap,
yaitu tahap dispersi dan fraksionasi. Tahap dispersi partikel tanah dipisahkan dari
bahan semen/pengikat, diantaranya, bahan organik, CaCO3 (bila tanah berkapur)
atau FeO3 pada tanah2 dengan mineral oksida, misal Oxisol (Ferrosol). Untuk
menghilangkan bahan organik biasa digunakan H2O2. Untuk menghilangkan
CaCO3 digunakan HCL dan untuk menghilangkan efek oksida besi digunakan
sonifikasi pada tahap dispersi. Selanjutnya penetapan masing2 fraksi tanah

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 9


(persentase pasir debu, dan liat) dapat dilakukan dengan metode hidrometer atau
pipet.

Cara Kerja Penetapan tekstur dengan hidrometer.


Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Timbang 50g tanah kering udara yang lolos saringan 2mm (100g bila tanah
banyak mengandung pasir), masukkan ke gelas piala 1liter.
2. Tambahkan 50mL 5% natrium heksa metafosfat dan 100mL air destilata, aduk
rata dan biarkan selama 30 menit.
3. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam tabung “ milk shaker “ dan kocok dengan
“ milk shaker “ selama 15 menit.
4. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam silinder/gelas ukur 1liter dan tambahkan
air destilata sampai volume mencapai 1 liter
5. Silinder/gelas ukur dimasukkan dalam bak air, biarkan beberapa menit agar
suhunya sama dengan suhu air bak.
6. Aduk dengan pengaduk tekstur 20 kali, pada akhir pengadukan catat waktu dan
masukkan hidrometer, setelah 40 detik baca hidrometer, catat sebagai
pembacaan I (H1).
7. Angkat hidrometer, catat suhu air dalam bak air (T1)
8. Biarkan 180 menit, kemudian masukkan kembali hidrometis dan baca, catat
sebagai pembacaan II (H2), angkat hidrometis, catat suhu air bak (T2)
9. Bacaan I (H1) adalah berat debu dan liat, dan bacaan II (H2) adalah berat liat.

Hasil pengukuran harus dikoreksi dengan standar 68 °F(20 °C), untuk setiap
kenaikan tiap derajat Farenheit harus ditambah 0.2 satuan pada pembaca
hidrometer, demikian pula sebaliknya untuk setiap penurunan 1 °F dari 68 °F
harus dikurangi dengan 0.2 satuan pada bacaan hidrometer. Hindarkan bekerja
pada suhu yang ekstrem (100 °F atau 50 °F) juga bacaan hidrometer harus
dikurangi 2.0 satuan untuk kompensasi penambahan Na heksa metafosfat.
°
Catatan : F = 9 /5 x 0
C + 32
BKM - [ H1 + 0.2 (T1 - 68 ) - 2.0 ]
% pasir = x 100%
BKM tanah

[ H2 + 0.2 ( T2 - 68 ) - 2.0 ]
% Liat = x 100
BKM Tanah

% debu = 100 - % liat - % pasir.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 10


Cara Kerja Penetapan tekstur Tanah dengan Metode Pipet (modifikasi)

Alat dan bahan sama dengan metode hydrometer, ditambah pipet volume dan
botol timbang serta oven.

Tahap pekerjaan no1 – 6 sama dengan metode hidrometer, tetapi pada tahap 6,
hidrometer diganti dengan pipet. Pipet dengan hati-hati larutan tanah yang ada
pada kedalaman 10 cm (saat 48 detik) sebanyak 25 mL masukan botol timbang
dan oven hingga kering (105 oC, 24 jam), kemudian ditimbang. Bobot kering
sampel dikurangi dengan bobot botol timbang adalah bobot debu dan liat pada
volume 25 mL. Setelah 4.5 jam ambil lagi larutan sebanyak seperti semula (25
mL) pada kedalaman 6 cm, oven dan timbang, sehingga diperoleh bobot liat
dalam 25 mL. Selanjutnya semua fraksi dihitung berdasarkan volume total.
Setelah fraksi liat dan debu diketahui maka fraksi pasir dapat dihitung dengan
mengurangi bobot sampel tanah dikurangi bobot liat dan debu. Selanjutnya untuk
penentuan klas tekstur tanah, hasil perhitungan (persentase pasir, debu dan liat)
dimasukkan pada segitiga tekstur.

Gambar 4: Segitiga tekstur (USDA)

2.2. Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan


struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh
suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 11


gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan
terhadap tekanan) yang berbeda-beda.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan
ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk
agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di
mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah
dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada
agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong
yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga
akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan
ruangan kosong yang kecil (mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman.
Pembentukan struktur tanah diawali oleh proses pembasahan dan
pengeringan yang menimbulkan retakan2 dalam tanah. Aktivitas akar tanaman
dan organisme tanah (hifa jamur dan gum) dapat menyatukan agregat mikro
menjadi agregat makro. Pada tanah yang awalnya tergenang, flokusasi liat karena
berkurangnya air tanah merupakan awal prosel pembentukan granul. Selanjutnya
bahan organik dan oksida besi berperan sebagai bahan semen sehingga terbentuk
struktur tanah. Pengolahan dapat dipandang sebagai pemodifikasi struktur tanah
Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi
secara langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya
menghasilkan laju pertumbuhan tanaman dan produksi persatuan waktu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Hal ini disebabkan
perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan
waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya
intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada
tanah remah. Selain itu akar memiliki kesempatan untuk bernafas secara
maksimal pada tanah yang berpori, dibandingkan pada tanah yang padat.
Sebaliknya bagi tanaman yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti
tanah berliat tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk
menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami
kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak
berkembang dengan baik.
.

2.2.1. Bentuk-bentuk struktur tanah dan sifat penciriannya


Remah
Merupakan bentuk struktur tanah yang dominan debu dan terletak di horison A,
satuan struktur berbentuk membola, partikel-partikel tersusun longgar, berpori
banyak;
Contoh: Horison tanah permukaan yang kaya bahan organik

Ukuran struktur:
Sangat halus : < 1 mm
Halus : 1-2 mm
Sedang : 2-5 mm

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 12


Granuler
Satuan struktur membentuk membola, partikel-partikel tersusun lebih rapat,
berpori lebih sedikit terletak di horizon A.
contoh: pasir

Ukuran struktur:
Sangat halus : <1 mm
Halus : 1-2 mm
Sedang : 2-5 mm
Kasar : 5-10 mm
Sangat kasar : >10 mm

Gumpal
Satuan struktur berbentuk bak-kubus, partikel-partikel tersusun rapat, berpori
sedikit terletak di horizon B.
Contoh: horison bawah tanah yang terbentuk di kawasan beriklim bermusim
kemarau tegas, dibedakan menjadi dua:
Gumpal membulat, kubus bersudut tumpul dan berbidan cembung,berpori lebih
banyak
Ukuran struktur:
Sangat halus : < 5mm
Halus : 10 mm
Sedang : 10-20 mm
Kasar : 20-50 mm
Sangat : > 50 mm

Gumpal menyudut, kubus menyudut tajam dan berbidang rata, berpori lebih
sedikit
Ukuran struktur:
Sangat halus : < 5mm
Halus : 10 mm
Sedang : 10-20 mm
Kasar : 20-50 mm
Sangat : > 50 mm

Prismatik
Satuan struktur bersumbu tegak lebih panjang daripada sumbu datar, berpori
terbatas, terutama berarah tegak. bidang atas mendatar terletak di horizon B.
Contoh: horison bawah tanah yang terbentuk di kawasan iklim kering sampai
setengah kering.

Tiang
Satuan struktur bersumbu tegak lebih panjang daripada sumbu datar, berpori
terbatas, terutama berarah tegak, terletak di horizon E.

Ukuran struktur:

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 13


Sangat tipis : <10 mm
Tipis : 10-20 mm
Sedang : 20-50 mm
Tebal : 50-100 mm
Sangat tebal : > 100 mm

Lempeng
Satuan struktur bersumbu tegak lebih pendek daripada sumbu datar, berpori
terbatas terutama berarah mendatar, terleteak di horizon E dan D.
Contoh: horison tanah di bawah horison permukaan berwarna pucat.

Ukuran struktur:
Sangat tipis : <1mm
Tipis : 1-2 mm
Sedang : 2-5 mm
Tebal : 5-10 mm
Sangat tebal : 7-10 mm

2.2.2. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan struktur tanah

1. Bahan organik
Semakin banyak bahan organik yang terdapat pada struktur tanah, semakin
mantap kekuatan struktur, sebaliknya jika bahan organik yang ada dalam
struktur tanah sedikit maka kemantapan struktur tanah akan semakin
berkurang.
2. Aktivitas mahluk hidup
Cacing: menggemburkan tanah
Sapi: memadatkan tanah
3. Tekstur
Semakin tinggi kandungan liat tekstur semakin mantap struktur tanah,
sebaliknya semakin rendah kandungan liat tekstur kemantapan akan berkurang.
4. Sistem perakaran
Mempengaruhi pada pembentukan bidang belah alami pada struktur tanah.

Cara Kerja Pengamatan Struktur Tanah


1. Ambil segenggam sampel tanah utuh dengan cangkul atau cetok, pada
kedalaman tertentu atau pada lapisan tertentu di profil tanah
2. Pecahkan gumpalan tanah dengan tangan atau tekan/atau dipecahkan dengan
tenaga ringan dari tangan hingga diproleh bentuk struktur tanah tertentu
3. Amati bentuk struktur tanah yang diperoleh, amati sumbu tegak dan datar dan
tentukan klas struktur tanah yang didapat (bandingkan dengan gambar 2)

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 14


Cara-cara Penetapan Kekuatan Agregat
1. Buret diisi dengan aquadest sampai angka nol.
2. Bukalah buret perlahan-lahan sampai air menetes.Jangan terlalu cepat,
usahakan agar interval waktu antar tetesan sekitar 2-3 detik. Hitunglah jumlah
tetesan dan perhatikan penurunan volume air. Agarlebih mudah hitunglah
tetesan sebanyak 10-20 kali,kemudian amati volume air yang sudah keluar.
Lakukan sampai 5-10 kali pengamatan dan catathasilnya. Hitung ukuran rata-
rata tiap tetesan air yang keluar dari ujung buret.
3. Letakkan sebuah agregat yang berdiameter 2 – 3 mm di atas kertas merang
dan ditetesi dengan air dari buret berjarak 20 cm kecepatan yang sama dan uji
coba terdahulu. Usahakan agar setiap tetesan sampai agregat hancur (B), ulang
10 kali dengan menggunakan kertas merang yang baru dan agregat yang baru
juga.
4. Hitung rata-ratanya dihitung pula standar deviasi (SD), sehingga diketahui
nilai rata-rata kemampuan tanah terhadap energi tetesan.

Penghitungan Volume Tetesan


Ulangan ke- Jumlah Volume air Volume per Jari-jari tetesan
tetesan tetes

Rerata

Mencari Jumlah Tetesan Air untuk Menghancurkan Tanah


Ulangan ke- Jumlah tetesan Jumlah Tetesan Catatan
Saat Agregat Saat Agregat
Mulai Pecah Hancur
(A) (B)
1
2
3
4
5
6
7
8
Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 15
9
10
11
12
Rata-rata (Xi)
Xi2
(Xi2 )
SD

Gumpal

Gumpal Gumpal
Membulat Bersudut

Lempeng

Prisma Tiang

Butir tunggal
Gumpal masiv

Gambar 2. Macam-macam struktur tanah

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 16


2.3. Warna Tanah

Warna adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan. Walaupun
warna mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kegunaan tanah, tetapi kadang-
kadang dapat dijadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah tersebut.
Misalnya, warna tanah gelap mencirikan kandungan bahan organik yang tinggi.
Warna kelabu menunjukkan pengaruh air yang dominan, sedangkan warna merah
menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan yang lanjut.
Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna baku
yang terdapat pada “ Munsell Soil Color Chart “. Penentuan ini meliputi
penetapan warna dasar tanah (matriks ), warna bidang struktur dan selaput liat,
warna karatan dan konkresi, warna plintit, dan warna humus.
Warna dinyatakan dalam 3 satuan yaitu kilap (hue), nilai (value), dan
Kroma (chroma) (lihat gambar 2), menurut nama yang tercantum dalam lajur yang
bersangkutan. Kilap berhubunan erat dengan panjang gelombang cahaya, nilai
berhubungan kebersihan warna, dan kroma yang kadang-kadang disebut
kejenuhan, yaitu kemurnian relatif dari spektrum warna.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan warna yaitu :
1. Tanah harus lembab
2. Tempat pengamatan terlindung dari sinar matahari langsung.
3. Tanah ditaruh dibawah lubang kertas “ Munsell” dengan jari atau pisau
4. Tanah tidak boleh mengkilat (kecuali pada warna bidang struktur )
5. Menghindarkan bekerja sebelum 09.00 dan sesudah pukul 16.00
6. Jika warna tidak dapat tepat sama dengan gambar warna tekstur maka
diberikan angka-angka kilap, nilai dan kroma tertinggi dan terendah yang
membatasinya.

Cara Kerja Penetapan Warna Tanah


Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Ambil segumpal tanah (bentuk aslinya) lalu bandingkan warnanya dengan
warna yang terdapat pada “Munsell Soil Color Chart”. Kondisi air tanah perlu
dicatat apakah kering, lembab dan basah.
2. Catat satuan yang terdapat yaitu kilap (hue), nilai (value) dan kroma

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 17


Gambar 3. Soil Munsell Colour Chart

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 18


2.4. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah merupakan menifestasi dari gaya-gaya fisik kohesi dan
adhesi yang bekerja dalam tanah pada berbagai kadar air tanah. Konsistensi tanah
sangat penting artinya sewaktu mengolah tanah. Konsistensi tanah dinilai pada
tiga tingkat kelembapan, yaitu basah, lembab dan kering.

Konsistensi dalam keadaan basah


Keadaan basah diartikan keadaan air tanahnya lebih tinggi dari kapasitas
lapang. Kelekatan atau derajat adhesi tanah, ditentukan dengan memijit tanah
antara ibu jari dan telunjuk.
Tidak lekat : Bila kedua jari dilepaskan, contoh tanah rapuh dan terus
jatuh bebas
Agak lekat : Bila kedua jari dilepaskan, sebagian kecil contoh tanah
tinggal melekat pada kedua jari tersebut
Lekat : Bila kedua jari tangan direnggangkan, tanah tinggal
melekat dan terasa lengket
Sangat lekat : Bila kedua jari direnggangkan, tanah melekat sekali
sehingga sukar untuk melepaskan kedua belah jari.

Plastisitas atau sifat kenyal atau derajat kohesi tanah, merupakan ciri mudah
tidaknya bentuk tanah berubah tanpa retak bila dipirid antara ibu jari dan telunjuk.
Tidak Plastis : Tanpa dapat dibentuk bulat atau pita.
Agak Plastis : Dapat dibentuk bulatan atau pita, akan tetapi cepat
berubah bentuk.
Plastis : Tanah dapat dibentuk bulatan atau pita, tekanan yang
sedang dapat menguabah bentuknya dengan mudah
Sangat plastis : Contoh tanah dapat dibentuk bulatan atau pita bundar.
Sulit diubah bentuknya.

Konsistensi dalam keadaan lembab


Konsistensi dalam keadaan lembab ditentukan dengan meremas massa tanah
yang berkadar air antara titik layu permanen dan kapasitas lapang.
Lepas : Butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya,tidak terikat,
melekat bila ditahan
Sangat gembur : Dengan sedikit tekanan mudah bercerai, bila digenggam
mudah bergumpal, melekat bila ditekan
Gembur : Bila diremas dapat bercerai, bila digenggan massa tanah
bergumpal , melekat bila ditekan
Teguh : Massa tanah tahan tertadap remasan, hancur dengan
tekanan besar .
Sangat teguh : Massa tanah tahan tertadap remasan, tidak mudah berubah
bentuk
Sangat teguh sekali : Massa tanah sangat tahan terhadap remasan bila
digenggam bentuk tidak berubah.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 19


Konsistensi dalam keadaan kering.
Konsistensi ditentukan dengan meremas/menekan massa tanah yang
berkadar air kurang dari titik layu permanen.
Lepas : Tanpa kohesi
Lemah : Sangat kurang melekat. Dengan tekanan yang sedikit
tanah pecah menjadi butir, kohesi kecil
Agak keras : Sedikit tahan terhadap tekanan. Dengan mudah dapat
dihancurkan dengan telunjuk dan ibu jari
Keras : Tahap terhadap tekanan, massa tanah dapat dipatahkan
dengan tangan (tidak dengan jari)
Sangat keras : Daya tahan sangat besar, dapat dipecahkan tangan dengan
susah payah. Tidak dapat dipecahkan dengan telunjuk dan
ibu jari
Ekstrim keras : Tahan sekali terhadap tekanan. Tidak dapat dipecahkan
dengan tangan.

Cara Kerja Penetapan Konsistensi Tanah .


Tahap-tahap pekerjaan adalah sebagai berikut :
1. Contoh tanah yang berkadar air lebih tinggi dari kapasitas lapang dipijit antara
ibu jari dan telunjuk, tentukan konsistensi dalam keadaan basah yaitu
kelekatannya. Tentukan pula plastisitasnya dengan memirid tanah antara ibu
jari dan telunjuk.
2. Contoh tanah yang berkadar air antara titik layu permanen dan kapasitas
lapang diremas dengan telapak tangan. Tentukan konsistensi dalam keadaan
lembab dengan mengamati ketahananya terhadap remasan
3. Contoh tanah yang berkadar air kurang dari titik layu permanen diremas atau
ditekan dengan telapak tangan. Tentukanlah konsistensi dalam keadaan
kering dengan mengamati ketahananya terhadap penekanan oleh telapak
tangan.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 20


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Hari/tanggal Praktikum :
Judul Praktikum: :
Lokasi :
Paraf Asisten :

Data Hasil Pengamatan


Sampel Tekstur Struktur Warna Konsistensi
Tanah

Berdasarkan hasilpengamatan diskusikan hal-hal berikut


1. Apakah tekstur yang didapatkan,jelaskan pengaruhnya pada pertumbuhan
tanaman
2. Apakah struktur yang diperoleh,dan jelaskan pengaruhnya pada
pertumbuhan tanaman
3. Apakah faktor yang mempengaruhi warna tanah hasil pengamatan ?
Prediksikan kondisi tanah berdasarkan warna tanah hasil pengamatan
4. Jelaskan hubungan konsistensi tanah dengan pertumbuhan tanaman.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 21


Kesimpulan

Daftar Pustaka

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 22


III. PROFIL TANAH
Profil tanah adalah penampang tegak tanah dari permukaan tanah hingga
lapisan bahan induk, yang memperlihatkan adanya lapisan-lapisan yang berbeda
sifatnya. Profil tanah dibuat dengan cara menggali tanah dengan panajng 2 m dan
lebar 1 m dengan kedalaman hingga 1.5 m tergantung pada bentang lahan dimana
tanah berada atau juga tingkat perkembangan tanah.
Perwujudan profil tanah memperlihatkan tingkat perkembangan tanah atau
juga peristiwa geologi lainnya. Tanah tua atau tanah yang berkembang lanjut
biasanya mempunyai profil tanah dengan horison-horison yang semakin banyak,
proses eluviasi dan illuviasi yang intensif ditandai dengan horison atas bereaksi
asam (A2 atau E) dan adanya timbunan liat dan bahan organik di lapisan bawah
(Bhs). Sebaliknya pada tanah muda maka susunan horison yang ada relatif
sederhana, misalnya AR, atau AC. Di daerah kemiringan tinggi, atau daerah di
mana terjadi erosi maka akan didapatkan horison atasan tipis.
Tujuan pengamatan profil tanah selain untuk mendapatkan gambaran
tentang perkembangan tanah yang terkait dengan podologi, juga untuk
memperkirakan potensi tanah untuk pertanian, berdasarkan karakteristik horison
yang ada. Untuk itu berbagai hal yang perlu di amati adalah :
1. Ketebalan solum (dari permukaan hingga lapisan bahan induk)
2. Keberadaan horizon dan ketebalan masing-masing horison
3. Batas setiap horizon ( tegas atau berangsur dsb).
4. Kedalaman efektif adanya perakaran/lubang cacing
5. Warna tanah, tekstur, konsistensi, struktur tanah tiap horison
6. Drainase, berdasarkan warna tanah, merah oksidasi (drainase baik), kelabu
(drainase jelek).
7. Lapisan kedap/padat/pejal
8. Proses-proses pengenalan liat dari permukaan agregat/retakan (pada tanah liat)

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 23


BLANKO PENGAMATAN PROFIL TANAH
Penyadra Kelompok : Laboratorium Tanah
Jumlah anggota : Fakultas Pertanian
Jurusan/Fakultas : Universitas Trunojoyo
Tanggal
Tempat
Kabupaten
Kecamatan
Desa
Pedukuhan
Tinggi dml
Topografi/Relief
Lereng
Drainase

Penggunaan Tanah
Lain-lain

Nomor lapisan
Simbol Lapisan
Dalam Lapisan (cm)
Batas Lapisan a g c d a g c d a g c d a g c d a g c d a g c d
Warna Tanah
l ld lp l ld lp l ld lp l ld lp l ld lp l ld lp
Tekstur gld gl glp gld gl glp gld gl glp gld gl glp gld gl glp gld gl glp
g gd gp g gd gp g gd gp g gd gp g gd gp g gd gp
d pg p d pg p d pg p d pg p d pg p d pg p
Kandungan Bahan Kasar
0 VF pl 0 VF pl 0 VF pl 0 VF pl 0 VF pl 0 VF pl
1 F p 1 F p 1 F p 1 F p 1 F p 1 F p
2 M cp 2 M cp 2 M cp 2 M cp 2 M cp 2 M cp
3 C b 3 C b 3 C b 3 C b 3 C b 3 C b
Struktur VC sb VC sb VC sb VC sb VC sb VC sb
tunggal,majemuk ab ab ab ab ab ab
g g g g g g
cr cr cr cr cr cr
lp lp lp lp lp lp
m m m m m m
Pori Tanah: mikro sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b
makro sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b
B L K B L K B L K B L K B L K B L K
ns l l ns l l ns l l ns l l ns l l ns l l
ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s ss vf s
s f sh s f sh s f sh s f sh s f sh s f sh
Konsistensi vs t h vs t h vs t h vs t h vs t h vs t h
np vt vh np vt vh np vt vh np vt vh np vt vh np vt vh
sp et eh sp et eh sp et eh sp et eh sp et eh sp et eh
p p p p p p
vp vp vp vp vp vp

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 24


jumlah sd bi ba sd bi ba sd bi ba sd bi ba sd bi ba sd bi ba
Karatan: ukuran k s b k s b k s b k s b k s b k s b
batas j s k j s k j s k j s k j s k j s k
pH Lapangan
Kadar Bahan Organik
Kadar Kapur
Perakaran: halus sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b
kasar sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b sd s b
Sifat-sifat lain selaput liat bidang kilir plintit Selt mulching celah
krotovinas cermin sesar

Pertanyaan
Kesimpulan apa yang dapat diambil jika pada suatu profil tanah Saudara
mendapatkan hal sebagai berikut :
a Berdasarkan horison yang ada serta karakteristiknya terkait dengan
perkembangan tanah
b Berdasarkan ketebalan horison atasan dan fisiografi wilayah, tentukan
kemungkinan adanya kerusakan tanah
c. Bagaimana potensi tanah yang ada untuk produksi pertanian

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 25


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Hari/tanggal Praktikum :
Judul Praktikum: :
Lokasi :
Paraf Asisten :

Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan

Pembahasan:

Apa tekstur yang didapatkan ?


Berikanlah dugaan pada sifat tanah lainnya (misal: kemampuan menahan air) dan
kemungkinan pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 26


Kesimpulan:

Daftar Pustaka:

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 27


IV. KERAPATAN ISI (BI), JENIS (BJ) DAN RUANG PORI TOTAL

Kerapatan isi tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, secara


langsung melalui pertumbuhan akar dan juga secara tidak langsung melalui
ketersediaan air dan udara tanah (aerasi). Kerapatan isi/volume/limbak adalah
bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh (termasuk ruang pori) yang
dinyatakan dalam g/cm3. Isi tanah terdiri dari isi bahan padatan dan isi ruang pori,
bagian isi tanah yang tidak terisi oleh bahan padat, baik bahan mineral maupun
bahan organik. Kerapatan jenis (BJ) adalah perbadingan antara bobot tanah
(kering) dengan volume padatan tanah.
Ruang pori total adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah utuh yang
dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang di antara partikel pasir, debu, liat
serta ruang di antara agregat-agregat tanah. Ruang pori sangat penting dalam
kaitanya dengan penyediaan air, pergerakan air dan udara dalam tanah dan
akhirnya juga proses oksidasi reduksi dalam tanah.

Cara Kerja Penetapan BI


Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan contoh tanah dari lapang dilakukan dengan tabung besi baja
(yang sudah diketahui bobotnya y gram dan volumenya (v cm3)) (lihat cara
pengambilan contoh tanah utuh)
2. Timbang contoh tanah dengan tabungnya (x gram)
3. Bobot tabung sebelumnya sudah diketahui (y gram)
4. Bobot tanah = (x-y) gram
5. Tetapkan kadar airnya (P%)

P( x − y )
6. Bobot kering tanah = ( x − y ) −
100

P( x − y )
( x − y) −
7. Kerapatan Isi = 100 g / cm3
Volume Tanah

8. Volume tanah = volume ring sampel = v cm3

Selanjutnya ruang pori total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kerapatan Isi
Ruang Pori Total = ( 1 − ) X 100%
KerapatanJenisPartikel

Cara Kerja penetapan BJ:


1. Kedalam labu ukur 50 mL masukkan tanah kering oven sebanyak 30 g
(timbang bobotnya)
2. Tambahkan air hingga ¾ volume labu lalu didihkan
Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 28
3. Tambahkan air hangat hingga batas volume, biarkan semalam.
4. Esoknya, cek volume air jika berkurang, tambahkan hingga batas volume,
dan timbanglah.
5. Tentukan BJ tanah berdasarkan persamaamn berikut:

BJ tanah = bobot tanah kering/volume padatan

P( x − y )
( x − y) −
Kerapatan Isi = 100 g / cm3
Volume Pada tan Tanah

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 29


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Hari/tanggal Praktikum :
Judul Praktikum: :
Lokasi :
Paraf Asisten :

Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan

Kerapatan Isi
No Sampel B Ring BB Tanah BK tanah V Ring BI tanah
(g) (g) (g) (cm3) (g/cm3)

Kerapatan Jenis Tanah (BJ)

No V Labu BL+T BL+T+ Vair (cm3) VPadatan BJ


Sampel (cm3) (g) Air tanah Tanah
(g) (cm3) (g/cm3)

Pembahasan:
Apa yang menentukan berat jenis isi dan porositas suatu tanah ?
Apa pentingnya berat jenis isi dan porositas bagi pertumbuhan tanaman ?
Dengan membandingkan nilai dari berat jenis isi dan porositas hasil pengukuran,
manakah yang mempunyai pengaruh lebih baik pada tanaman? Jelaskan.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 30


Kesimpulan:

Daftar Pustaka:

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 31


V. KADAR AIR TANAH

Air tanah berperan sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Air secara
langsung berperan sebagai bahan mentah dalam fotosintesis, dan secara tidak
langsung berperan dalam kelarutan unsur hara, pelapukan bahan organik, dan
kegiatan jazad mikro dalam tanah. Air dalam tanah dapat digolongkan dalam: (1)
air gravitasi, (2) air kapiler, dan (3) air higroskopik. Air gravitasi adalah air yang
tidak dapat ditahan oleh tanah, tetapi bergerak ke bawah karena pengaruh gaya
gravitasi dan terdapat antara tegangan 0.1 dan 0.5 atmosfer. Air kapiler adalah air
yang berda di pori kapiler dan berada antara tegangan 0.1 dan 31 atmosfer; air ini
dapat diserap oleh tanaman. Air higroskopik adalah air yang dijerap dari uap air
oleh partikel tanah. Air ini melekat pada permukaan partikel tanah berupa selaput
tipis yang terdiri dari lapisan molekul air. Lapisan ini tertahan kuat sehingga tidak
mudah menguap dalam keadaan biasa. Air higroskopik tidak dapat diserap
tanaman dan berada pada tegangan antara 31 hingga 10.000 atmosfer.
Kapasitas lapang adalah jumlah air yang ditahan oleh tanah setelah
kelebihan air gravitasi meresap ke bawah karena gaya gravitasi. Titik layu
permanen adalah kondisi kandungan air tanah pada saat tanaman yang ditanam di
atasnya telah mengalami layu permanen, dalam arti sukar disegarkan kembali
meskipun telah ditambahkan sejumlah air yang mencukupi. Selisih antara kadar
air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut air tersedia.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan cara langsung dan tidak
langsung. Dalam praktikum ini akan diakukan pengukuran langsung secara
gravimetrik dan volumetrik. Kadar air total tanah adalah kadar air tanah yang
diperoleh dengan jalan pengeringan tanah kering udara didalam oven pada suhu
105 °C sehingga bobotnya tetap.

Cara Kerja Penetapan Kandungan Air Gravimetrik


Dengan cara ini kadar air ditetapkan secara langsung dengan mengukur penurunan
bobot karena air hilang melalui pengeringan tanah.
Tahap-tahap pekejaannya adalah sebagai berikut :
1. Masukkan contoh tanah (± 10 g) ke dalam botol timbang yang bersih dan
kering, kemudian timbang tepat.
2. Keringkan contoh tanah tersebut dalam oven (tutup botol terbuka pada suhu
105 °C sampai bobotnya tetap (± 24 jam )
3. Dinginkan botol, timbang dan isinya dalam eksikator sampai mencapai suhu
kamar (bobot timbang tertutup ), kemudian timbang tepat.
4. Hitung kadar airnya atas dasar bobot tanah kering oven 105 °C dengan
persamaan sebagai berikut :

Bobot Air = Bobot botol berisi tanah lembab − bobot botol berisi
tanah kering 105 0 C

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 32


Bobottanah kering105 0 C = Bobotbotol berisi tanah kering105 0 C − bobot botol

Bobot Air
% Kadar air tanah gravimetri (θg) = X 100%
Bobot Tanah Kering 1050 C

Dengan mengetahui berat jenis isi, maka kandungan air gravimetri (θg) dapat
diubah menjadi kandungan air volumetri (θv). Perhitungan kandungan air
volumetri biasa digunakan dalam perhitungan kebutuhan air untuk irigasi.

% Kadar air volumetri (θv) = θg x Bi

Bi adalah kerapatan limbak atau kerapatan isi.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 33


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Hari/tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Lokasi :
Paraf Asisten :

Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan

No Sample BB (g) BK (g) KAG (%) KAV (%)

Pembahasan:
Apa pentingnya air tanah dikaitkan pertumbuhan tanaman ?
Apakah kapasitas lapang dan kapasitas layu permanen ?
Faktor apa yg mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan air tanah

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 34


Kesimpulan:

Daftar Pustaka:

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 35


VI. REAKSI TANAH (pH tanah)

Reaksi tanah atau keasaman dan kebasaan suatu tanah merupakan salah satu
sifat kimia tanah yang berpengaruh pada ketersediaan unsur hara dan aktivitas
mikroba tanah, serta menentukan kecocokan tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Reaksi tanah ditentukan berdasarkan nilai pH, atau –log[H+]. Nilai pH
berkisar antara 0 sampai 14, namun untuk pH tanah berkisar 3-10. Makin tinggi
kepekatan/konsentrasi ion H+ dalam tanah, makin rendah nilai pH suatu tanah
(semakin asam/masam, pH<7) dan sebaliknya makin kecil kepekatan H+ makin
tinggi pH tanah tersebut(basa/alkalis, pH >7). Jika Nilai pH = 7.0, disebut netral
berarti konsentrasi H+ sama dengan konsentrasi OH-,.
Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman
potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh H+ bebas yang ada dalam larutan
tanah, sedangkan kemasaman potensial (cadangan) disebabkan oleh H+ dan Al3+
yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan. Ion H+ dalam larutan tanah
berada dalam keseimbangan dengan H+ yang terjerap. Bila kepekatan H+ dalam
larutan tanah berkurang maka H+ dari kompleks jerapan (misel tanah) keluar ke
dalam larutan. Sebelum pH meningkat, maka H+ yang ada pada kompleks jerapan
ini harus dinetralkan terlebih dahulu. Kepekatan H+ dalam larutan tanah tidaklah
sama untuk setiap tempat. Pada permukaan kompleks jerapan kepekatan H+ tinggi
dan makin jauh dari kompleks jerapan kepekatannya berkurang.
Pengaruh kepekatan H+ terhadap akar tanaman dan tersedianya unsur hara
bagi tanaman telah banyak diteliti. Buruknya pertumbuhan tanaman pada pH
rendah disebabkan oleh: (1) perusakan langsung oleh H+, (2) terganggunya
penyerapan Ca, Mg dan K; (3) meningkatnya kelarutan Al, Fe, dan Mn, sehingga
meracuni tanaman, (4) berkurangnya ketersediaan Mo dan P, dan (5)
berkurangnya kandungan basa seperti Ca, Mg, dan K. PH yang terlalu tinggi juga
tidak baik bagi pertumbuhan tanaman karena unsur mikro (Zn, Cu, B, Fe, dan
Mn) kurang tersedia bagi tanaman dan unsur makro P diendapkan oleh Ca.

Pengukuran pH Tanah
Metode penetapan pH tanah ada dua macam, yaitu secara kolorimetri yang
berdasarkan warna dan pH-meter. Penetapan pH berdasarkan warna dilakukan
dengan menggunakan indikator. Warna indikator tidak sama pada kepekatan H+
yang berbeda. Cara ini biasanya dilakukan di lapang. Nilai yang didapat
biasanya berbeda dengan nilai yang ditetapkan dengan pH-meter di laboratorium.
Perbedaan tersebut sekitar 0.3 satuan pH. Hasil pengukuran dengan pH-meter
sangan bervariasi tergantung dari ketelitian persiapan tanah yang akan dianalisis.
Faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah antara lain: (1) perbandingan air
dengan tanah, (2) kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan (3)
keseimbangan CO2 udara dengan CO2 tanah.
Nisbah antara air dengan tanah yang digunakan biasanya adalah 1 : 1, 2.5 :
1, atau 5 : 1. Makin tinggi nisbah ini makin tinggi pH tanah. Kalau perbandingan
ini terlalu rendah, kontak antara larutan tanah dengan elektrode tidak sempurna,
akibatnya pengukuran kurang teliti. Selain dari air sebagai pelarut (pH H2O) juga

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 36


digunakan KCl 1N(kemasaman potensial). Hasil pengukurannya disebut
pH(KCl). Garam KCl akan melepaskan H+ dari kompleks jerapan. Umumnya
pH(KCl) 0.5 sampai 1.5 satuan pH lebih rendah dari pH(H2O). Untuk penetapan
pH tanah organik biasa digunakan CaCl2 0.01 M. Untuk tanah sulfat masam
selain pH H2O, pH KCl juga ditentukan pH H2O2 30 % (perbandingan 3 : 1).
Dalam praktikum ini akan dilakukan penetapan dengan indikator, pH(H2O) dan
pH(KCl).
Cara Kerja Penetapan pH dengan indikator
Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Masukkan kira-kira 1 g tanah dalam tabung reaksi, tambahkan 3 ml air
destilata, kocok selama 10 menit dan kemudian diamkan selama 5 menit.
2. Pindahkan cairan ke piring porselain, tambahkan indikator tetes demi tetes
dan aduk, pergunakan indikator yang mempunyai selang perubahan warna
rendah terlebih dahulu.
3. Sesuaikan warna larutan tanah dengan daftar warna indikator dan catat pH
Catatan :
Brom kresol hijau, selang perubahan warna terjadi pada pH 3.8 sampai 5.4
(kuning ke biru). Klorofenol merah, selang perubahan warna terjadi pada pH 3.8
sampai 6.4 (kuning ke ungu). Bromtimol biru, selang perubahan warna terjadi
pada pH 6.0 sampai 7.6 (kuning ke biru).

Cara Kerja Penetapan pH tanah dengan lakmus


Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Masukkan kira-kira 5 g tanah dalam tabung bekas film, tambahkan 10 ml air
destilata, kocok selama 10 menit dan kemudian diamkan 5 menit.
2. Celupkan dengan hati-hati kertas lakmus pada cairan bening di atas lumpur
tanah, usahakan agar jangan sampai lakmus terbenam dalam lumpur atau
kotor oleh lumpur.
3. Sesuaikan warna lakmus dengan daftar warna di kotak lakmus dan catat pH
(bandingkan dengan pengukuran dari pH meter).

Cara Kerja Penetapan pH dengan pH-meter


Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Timbang 10 g tanah, masukkan ke dalam botol kocok dan tambahkan 20 ml
air destilata.
2. Kocok selam 30 menit dengan mempergunakan mesin pengocok. Diamkan
sebentar.
3. Ukur dengan pH-meter.
Selanjutnya ulang pekerjaan tsb dengan 25 ml air, 50 ml air dan 10 ml KCl N.
Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 37
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Hari/tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Lokasi :
Paraf Asisten :

Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan

No Sampel pH (H2O) pH (KCl) ∆pH

Pembahasan:

1. Terangkan mengapa dalam penetapan pH tanah, perbandingan antara air


dengan tanah harus diperhatikan !
2. Berapa pH (KCl) dan pH (H2O) yang didapat, dan jelaskan reaksi tanah yang
telah diukur pH nya.
3. Terangkan faktor yg mempengaruhi pH tanah dan pengaruh pH pada
pertumbuhan tanaman berdasarkan hasil pengukuran

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 38


Kesimpulan:

Daftar Pustaka:

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 39


VII. MINERALISASI SENYAWA KARBON

Tanah yang ideal terdiri terdiri atas padatan (50%), cairan (25%) dan gas
(25%). Bagian padatan selain tersusun atas padatan anorganik (mineral) (45%),
juga terdiri atas padatan organik (bahan organik) (5%), di dalamnya terdapat
mikroorganisme tanah. Salah satu peran penting mikroorganisme dalam tanah
adalah bertanggung jawab atas pelapukan senyawa organik dan pendaur ulang
unsur hara dalam tanah. Dari pelapukan senyawa organik ini akan dihasilkan
unsur hara (yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman atau mikroba itu sendiri) dan
CO2, sebagai hasil samping. Sehingga aktivitas dekomposisi bahan organik yang
disebut juga sebagai mineralisasi C secara sederhana dapat diukur berdasarkan
banyaknya CO2 yang dilepaskan. Sebenarnya aktivitas penguraian bahan organik
dalam tanah melibatkan berbagai macam mikroorganisma karena bahan organik
mempunyai tingkat pelapukan berbeda, sehigga pengukuran CO2 merupakan
penyederhanaan dari kondisi sebenarnya. Namun begitu, pengukuran CO2 yang
dilepaskan sangat penting untuk menggambarkan aktivitas biologi dalam kaitanya
dengan mineralisasi C dalam tanah.
Tujuan dari praktikum biologi tanah ini adalah agar mahasiswa
mengetahui aktivitas mikroorganisma dalam tanah dan cara penentuan aktivitas
tersebut berdasarkan pengukuran CO2 yang dihasilkan. Prinsip penetapan adalah
menangkap CO2 hasil pelapukan bahan organik dengan basa kuat 1M NaOH.
Selanjutnya sisa NaOH yg tidak bereaksi dengan CO2 ditetrasi dengan 0.5 M HCl.
Dalam sistem ini setiap satu mol CO2 akan bereaksi dengan 2 mol NaOH
menghasilkan satu mol garam Na2CO3 dan satu mol H2O. Selanjutnya satu mol
NaOH (sisa) selanjutnya direaksikan dengan satu mol HCL, sehingga terbentuk
satu mol garam NaCL dan satu mol H2O sebagaimana terlihat pada persamaan
reaksi berikut:

Alat dan bahan:


1. Wadah inkubasi tertutup, volume 1000 mL
2. Beaker glass 20-50 mL
3. Buret, 50 mL
4. Pipet tetes
5. 1 M NaOH
6. 0.5 M HCl
7. Indikator pp
8. 1 M BaCl2
9. selotape

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 40


Tata cara pelaksanaan
1. Tempatkan 100-150 g tanah (2mm) lembab (jika tanah kering tambahkan
aquadest hingga 70% kapasitas lapang) dalam kontainer;
2. Tempatkan 2 beaker glass, satu isi H2O satunya berisi 1M NaOH, 10 mL
3. Tutup rapat container, bila perlu diperkuat dengan celotape agar tidak terjadi
kebocoran gas.
4. Simpan container di tempat yang gelap, setelah 3 hari container dibuka, tetrasi
NaOH dengan HCl. Tambahkan 2 mL BaCl2 dan indikator PP sebelum
tetrasi. Titik tetrasi tercapai ketika larutan berubah dari merah muda menjadi
idak berwarna.
5. Hitung jumlah CO2 yang dihasilkan berdasarkan CO2 yang bereaksi dengan
NaOH dengan rumus sebagai berikut:

CO2 = 0,5 x {[(VNaOH x CNaOH)/Vwadah)]- [(VHCl x CHCL)/Vwadah)]}

Dimana :
V NaOH : volume NaOH (mL)
C NaOH : konsentrasi NaOH (molar, M)
V wadah: volume wadah inkubasi (mL)
V HCL : volume HCL (mL)
C HCL : konsentrasi HCL (Molar, M)

Kecepatan mineralisasi C: CO2 (mol) /(Wtanah x Tinkubasi )


Dimana:
CO2 : dalam mol, hasil perhitungan sebelumnya
W tanah : bobot tanah dalam gram (g)
T inkubasi : lama inkubasi dalam jam (h)
Kecepatan mineralisasi C: mol C g-1 h-1

Catatan
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan biomass C mikroorganisma dalam
tanah akibat berbagai tindakan pengelolaan tanah, misalnya karena penambahan
bahan organik, atau pemupukan atau juga penerapan sistem tanam yang berbeda.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 41


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Hari/tanggal Praktikum :
Judul Praktikum :
Lokasi :
Paraf Asisten :

Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan

Pembahasan:

Bandingkan hasil pengukuran dan bila berbeda jelaskan tinggi rendah aktivitas
mikroba yang di dalam tanah yang diamati.
Jelaskan apa yang terjadi pada aktivitas mikroba dalam tanah, bila ke tanah
tersebut ditambahkan bahan organik ( misal pupuk kandang )

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 42


Kesimpulan:

Daftar Pustaka:

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 43


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J. Maid, J. S. I. Ingram (eds.) 1993. Tropical Soil Biology and


Fertility. A Handbook of Methods 2nd. C.A.B. International, United
Kingdom.

Anonimous. 1979. Selected Methods for Soil and Plant Analysis. Manual series
No.1 IITA, Ibadan, Negara.

Arsyad, S.,N.Kaban dan S.Sukmana. 1975. Fisika Tanah. Proyek


Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB. 204p.

Bagian Konservasi Tanah dan Air. 1974. Penuntun Analisa Fisika Tanah.
Lembaga Penelitian Tanah, Bogor. 46p.

Baver, L.D. 1959. Soil Physics. 3rd ed. John Wiley & Sons. Inc., New York.
Chapman & Halls Limited. London.

__________ .1961. Soil Physics. 3rd ed. Charles E. Tuttle Co., Tokyo. 489p.
Black, C.A. 1957. Soil Plant Relationship. John Willey & Sons, Inc., New York.

__________ . 1968. Soil Plant Relationship 2nd ed. John Willey & Sons, Inc.,
New York. 729p.

__________ . 1973. Method of Soil Analysis 3rd. John Willey & Sons, Inc., New
York.
__________ ., D.D. Evans,J.L. White,L.E. Ensmenger and F.E. Clark. 1965.
Methods of Soil Analysis.Part I, Amer. Soc. Agron. Inc., Publisher,
Madison, Wisconsin USA. 792p.

Buckman, H.O. and N.C. Brady. 1969. The Natureand Properties of Soils.
Seventh Ed. The McMilan Company/Cellier MacMilan Limited, London.

___________________________.1961. The Nature and Properties of Soil. The


Macmillan Co., New York.

___________________________.1964. The Nature and Properties of Soil. Sixth


Edition. The Macmillan Company., New York.

Chapman, H.D. 1965. Cation Exchange Capacity. In CA Black (ed.). Methods of


Soil Analysis Part 2, Chemical and Microbiological Properties. Amer. Soc.
Of Agron., Inc., Madison.

Hillel, D. 1971. Soil and Water. Physical Principles and Process. Academic
Press, New Academic Press, New York – London. 288p.
Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 44
Jackson, M.L. 1956. Soil Chemical Analysis Advanced Course. The United States
of America.

Kachinskii, N. A. 1966. Mechanical and Mircoaggregate Composition of Soils


Methods of Investigation. Translated by A. Gourevitch. Wiener Bindery
Ltd.

Kamprath, E.J. 1970. Exchangeable Aluminium as a Criterion for Liming


Leached Soils. Soil Sci. Soc. Amer. Proc. 252-254.

Kang Biauw Tjwan dan Putu Japa Winaya. 1964. Penuntun Praktikum Ilmu
Tanah. Yayasan Penyelidikan Pertanian dan Kehutanan, Bogor.

Kohnke, H. 1968. Soil Physics. Tata McGraw-Hill Publishing Co.,Ltd., Bombay –


New Delhi.

Lutz, H. J. and R.F. Chandler. 1961. Forest Soils. John Wiley & Sons, Inc., New
York-London. 514p.

Millar, C.E. 1955. Soil Fertility. John Willey and sons, Inc., New York.

Piper, C.S. 1942. Soil and Plant Analysis. Interscience Publication, Inc., New
York.

Russel, E.J. 1954. Soil Conditions and Plant Growth. Longmans Green and Co.,
New York.

Shoemaker, H.E.,E.O. McClean and P.F. Pratt. 1961. Buffer Methods for
Determining Lime Requirement of Soil with Appreciable Amounts of
Exctractable Aluminium. Soil Sci. Soc. Amer. Proc. 25:274-277.

Soil Survey Staff. 1951. Soil Survey Manual. U.S. Dept. Agric. Handbook No.18.

_____________ . 1967. Soil Survey Manual. U.S. Dept. Agric. Handbook No.18.

_____________ . 1970. Soil Survey Manual. U.S. Dept. Agric. Handbook No.18.

Staf Pemetaan LPT. 1969. Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang. Lembaga


Penelitian Tanah, Bogor.

Sudjadi, M., I.M. Widjik dan M.Soleh. 1971. Penuntun Analisa Tanah. Bagian
Kesuburan Tanah, Lembaga Penelitian Tanah, Bogor.

Tan Kim Hong. 1965. Penuntun Praktikum Ilmu Tanah Umum. Fakultas
Pertanian, IPB.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 45


Thomas, C.W. 1961. Forms of Aluminium in Cation Exchanger Trans. Intern.
Congr. Soil Sci. 7th. Madison Vol. II. 364-369.

Tisdale, S. L. and W.L. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. The
MacMillan Company, New York. 430p.

USDA. 1951. Soil Survey Manual. Soil Survey Staff. Agricultural Handbook
No.18, Washington, DC.

Van Schuylenberg, J. 1947. A Study on Soil Structure. Proefschrift. Drukkerij


en Uitgeversbedrijk. Firma Ponsen and Looijen - Wageningen.

Wilde, S.A., R.B. Corey., J.G. Iyer and G.K. Voight. 1978. Soil And Plant
Analysis for Tree Culture. Oxford & IBH Publishing Co. New York.

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 46


LAMPIRAN GAMBAR-GAMBAR PERALATAN ANALISIS TANAH

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 47


Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 48
Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 49
Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 50
Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah, Prodi Agroteknologi 2018/2019 51

Anda mungkin juga menyukai