Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAMBILAN CONTOH TANAH DAN PENYANDRAAN


PROFIL TANAH

Oleh :
Golongan H/Kelompok 4A
1. Muhammad Qasim Zailani 171510501188
2. Muhammad Gandi Siregar 171510501190
3. Qodarusman 171510501192

LABORATORIUM PEDOGENESIS DAN KLASIFIKASI TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan gabungan dari mineral dan partikel organik dengan
komposisi penyusun dan berbagai ukuran. Lapisann tanah terdiri dari lapisan O,
A, E, B, C, dan R yang dapat dibedakan dari penampang vertikal tanah. Lapisan
lapisan tanah tersebut dipengaruhi oleh cuaca yang disebut solum tanah.
Tekstur tanah adalah kumpulan dari partikel-partikel pembentuk tanah yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relatif yang mempengaruhi kondisi air
di dalam tanah sedangkan struktur tanah merupakan bentuk yang tersusun atas
partikel primer tanah yang berupa fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi liat.
Konsistensi tanah berpengaruh terhadap ketahanan struktur tanah di dalam
tekanan gaya dari luar. Kandungan air tanah mempengaruhi tekstur, jika memiliki
kandungan air yang rendah akan mengakibatkan penurunan sifat kelenturan pada
tanah. Suhu tanah dapat berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara oleh
tanaman dan kelembaban dan aktivitas mikrobial.
Tanah memiliki warna yang beragam, tanah yang berwarna kehitaman
berarti memiliki kandungan bahan organik yang tinggi sedangkan tanah yang
berwarna terang berarti mengandung bahan organik dalam jumlah yang rendah
karena telah mengalami pelindungan hara tinggi. Tanah yang berwarna homogen
bersih menunjukan sirkulasi udara (aerasi) dan airnya (drainase) baik, berarti
kadar oksigen cukup sehingga proses oksidasi berjalan baik.
Penggolongan warna tanah mampu diidentifikasi dengan menggunakan
buku tolak ukur warna yang bernama munsell soil colour chart. Sistem munsell
dilakukan dengan menyesuaikan warna yang terdapat pada sampel tanah dengan
bantuan kolom-kolom warna standar tanah yang terdapat pada buku munsell color
sehingga dapat dibedakan warna secara langsung. Warna yang terdapat pada buku
munsell terdiri dari faktor basal berupa komponen warna mendasari penyusunan
variasi warna pada kartu-kartu munsell. Pengamatan profil tanah berfungsi untuk
menganalisa tingkat kedalaman lapisan solum tanah yang merupakan indikator
potensi kedalaman akar untuk berpenetrasi, semakin dangkal maka semakin tipis
sistem perakarannya.

1
1.2 Tujuan
1. Mempelajari pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap sifat-sifat
lapiasan tanah dalam profil.
2. Menentukan lokasi/lapisan tanah yang akan diambil pengukuran/analisis
sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
3. Mampu mengenali klasifikasi tanah-tanah di Indonesia serta karakteristiknya.

2
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2. 1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum sains tanah pada acara “Pengambilan contoh tanah dan
Penyandraan profil tanah” dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 22 Oktober
2017 yang dimulai pada pukul 05.30 WIB sampai selesai di Lahan Agroteknopark
Fakultas Pertanian Universitas Jember.

2.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan antara lain:
2.2.1 Alat:
1. Cangkul 6. Roll meter
2. Palu karet 7. Altimeter
3. Balok kayu 8. Klinometer
4. Ring 9. Soil munsel colour chart
5. Pisau lapang 10. Spidol

2.2.2 Bahan:
1. Sampel tanah
2. Es batu
3. Air mentah
4. Kantong plastik
5. pH universal
6. Blangko pengamatan

2.3 Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan praktikum dilakukan dengan cara :


1. Pengambilan contoh tanah utuh:
a. Menetukan batas lapisan tanah pada dinding lubang profil tanah.
b. Meratakan dan membersihkan lapisan permukaan tanah disamping lubang
profil yang akan diambil contohnya.

3
c. Meletakkan ring sampel tegak lurus (secara vertikal) dengan bagian tajam
menghadap kebawah pada lapisan tersebut, kemudian letakkan balok kayu
diatasnya.
d. Menekan balok kayu menggunakan palu karet hingga ring sampel masuk
kedalam tanah hingga batas lapisan.
e. Menggali tanah disekeliling ring sampel menggunakan sekop.
f. Mencabut bor-ring sampel dan mengeluarkan ring yang berisi tanah secara
berhati-hati agar tanah dalam ring tidak rusak. Meratakan kedua sisi vertikal
secara berhati-hati dengan pisau, menghindari semaksimal mungkin
melakukan tekanan terhadap tanah dalam ring.
g. Membuang sisa lapisan pertama sampai batas lapisan dua.
h. Meratakan, kemudian mengambil contoh seperti diatas dan seterusnya
sehingga semuah contoh setiap lapisan dapat diambil.
i. Menutup ring dengan tutupnya dan memberi label/kode, menyimpan dalam
kotak ring sampel.

2. Pengambilan contoh tanah terusik dan agregat utuh:


a. Menggali tanah sampai kedalaman yang diinginkan.
b. Mengambil gumpalan-gumpalan tanah yang dibatasi dengan bidang belah
alami (agregat utuh), memasukkan kedalam plastik dan beri label/kode.
Mengusahakan agregat-agregat tersebut tetap utuh selama pengangkutan.
c. Sisa-sisa contoh agregat dapat digunakan sebagai contoh tanah terusik.

3. Penyandraan profil tanah:


a. Membuat lubang profil dengan ukuran panjang 1,5m, lebar 1m, dan dalam
1,8m. Penampang yang dicandrakan adalah penampang bagaian utara atau
selatan.
b. Menentukan batas-batas lapisan.
c. Mencandra profil tanah sesuai dengan daftar isian blanko pengamatan.
d. Mengambil setiap contoh tanah sebanyak kurang lebih 1 kg dan
memasukkan kedalam kantong plastik yang telah diberi keterangan” tanggal
pengambilan, kedalam tanah, nomor lapisan, dan nomor profil.

4
e. Menetukan tinggi diatas permukaan laut (dpl) dengan altimeter.
f. Mengukur kemiringan topografi dengan klinometer.

2.4 Variabel Pengamatan


Variabel yang diamati dalam kegiatan praktikum yaitu:
1. Sampel tanah utuh
2. Sampel tanah terusik
3. Deskrifsi lingkungan
4. Deskrifsi umum
5. Sketsa profil

2.5 Analisis Data


Praktikum sains tanah acara “Pengambilan contoh tanah dan Penyandraan
profil tanah” analisis data yang dipeloreh dengan menggunakan metode deskriptif
dan kualitatif.

5
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Pengambilan sampel tanah utuh
No Gambar Keterangan
1 Menyiapkan alat dan bahan

2 Membersihkan dan

meratakan permukaan tanah

Mengambil sampel tanah


menggunakan ring sampel,
3 dengan cara memalu ring
tersebut hingga masuk ke
dalam tanah
Mengambil ring tersebut

4 bersama dengan tanahnya.


Usahakan tanah tersebut

Memotong tanah yang

5 keluar melebihi batas ring


sampel

6 Sampel tanah utuh dan

memberi label

Pratikum yang dilakukan di Lahan praktikum Agroteknopark UNEJ yaitu


pengambilan contoh tanah dan penyandraan profil tanah. Pengambilan contoh
tanah dilakukan dengan memilih area yang akan diambil. Membersihkan area
pengambilan contoh tanah dari sampah, gulma, bebatuan, dan perakaran.

6
Meratakan tanah pada area pengambilan contoh tanah agar tanah yang diambil
dengan menggunakan ring sampel dapat terambil dengan utuh dan padat. Tanah
yang diambil dengan ring sampel diusahakan tanah seutuhnya, tanpa ada
campuran dari bebatuan, perakaran, dan cacing tanah.

Tabel 2. Pencandraan profil tanah


DESKRIPSI LAPISAN

1 2 3 4
Kedalaman Efektif (cm) 0-19 19-40 40-57 57-72
Kejelasan lapisan Tegas Tegas Sangat Sangat
Tegas Tegas
Tekstur Tanah Clay Loam Clay Loam Loam Sand Loam Sand
Tipe Sub Angular Sub Angular Angular Angular
Blocky Blocky Blocky Blocky
Struktur Ukuran Fine Fine Fine Fine
(5-10 mm) (5-10 mm) (5-10 mm) (5-10 mm)
Kekerasan Sedang Sedang - -
Basah Lekat Lekat Tidak Lekat Tidak Lekat
Konsistensi Lembab Teguh Teguh Teguh Teguh
Kering Lunak Lunak Keras Keras
Warna 7.5YR 2.5/2 10YR 1/2 10YR 2/2 7.5YR 2.5/2
Kemasaman pH H2O 7 7 7 6
pH KCl - - - -
Bahan organik +++ ++ ++ +
Kadar kapur 0 0 0 0

Berdasarkan hasil penyandraan didapatkan hasil berupa lapisan horizon 1


memiliki kedalaman 19 cm, lapisan 2 sedalam 21 cm, lapisan 3 sedalam 17 cm,
dan lapisan 4 sedalam 15 cm. Lapisan terdalam terdapat pada lapisan kedua yaitu
sedalam 21 cm. Berdasarkan kejelasan lapisannya antara lapisan pertama dan
kedua termasuk kedalam lapisan tegas, begitu juga dengan lapisan kedua dan
ketiga. Berbeda dengan lapisan ketiga dan keempat yang memiliki kejelasan
lapisan sangat tegas, begitu juga dengan lapisan keempat dengan kelima memiliki
kejelasan sangat tegas. Tekstur tanah pada lapisan 1 dan 2 adalah clay loam,
berbeda dengan lapisan 3 dan 4 yang memiliki tekstur loam sand.
Tipe struktur tanah lapisan 1 dan 2 bertipe subangular blocky, dan lapisan
tanah 3 dan 4 termasuk dalam tipe angular blocky. Lapisan 1, 2, 3, dan 4 memiliki
ukuran yang sama yaitu berukuran fine sekitar 5-10 mm dan memiliki tingkat

7
kekerasan yang sedang. Konsistensi tanah lapisan 1 dan 2 memiliki sifat yang
sama yaitu lekat saat dalam keadaan basah, bersifat teguh ketika lembab, dan
lunak ketika kering. Konsistensi tanah lapisan 3 dan 4 memiliki konsistensi yang
sama, yaitu tidak lekat ketika basah, bersifat teguh ketika lembab dan bersifat
keras ketika tanah dalam keadaan kering. Warna dari lapisan tanah memiliki kode
warna yang bervariasi, tetapi masih dalam satu warna yaitu very dark brown.
Kode warna yang didapat pada lapisan 1 dan 4 memiliki warna berkode 7.5YR
2.5/2, lapisan 2 memiliki kode warna 10 YR 1/2 , dan lapisan 3 memiliki kode
warna 10YR 2/2.
Uji kemasaman tanah menggunakan H20 pada lapisan 1, 2, dan 3
didapatkan hasil dengan pH 7, berbeda dengan lapisan 4 yang ber-pH 6.
Kandungan bahan organik tanah lapisan 1 memiliki tingkat intensitas tinggi.
Lapisan 2 dan 3 memiliki tingkat intensitas sedang, dan lapisan 4 juga masih
mengandung bahan organik tapi dengan intensitas rendah. Selain bahan organik,
tanah juga dapat dibuktikan kandungan kapurnya. Kandungan kapur semua
lapisan tanah yang di ambil tidak mengandung kapur.

3.2 Pembahasan
Lapisan tanah merupakan penampang vertikal tanah yang menunjukan
horison tanah dari lapisan atas hingga ke lapisan induk tanah. Horison tanah
terbentuk karena adanya perkembangan tanah yang dipengarhi faktor kimiawi dan
biologis. Lapisan tanah terdri dari lapisan atas, lapisan bawah, dan lapisan induk.
Lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah yang terdiri
dari horison O, A, disebut lapisan tanah atas dan horison E B disebut lapisan tanah
bawah.
Lapisan pertama dan lapisan kedua memiliki kedalaman yaitu 0 - 19 cm dan
19 - 40 cm. Lapisan pertama dan lapisan kedua dapat dikategorikan sebagai
lapisan bawah atau horison A sedangkan lapisan ketiga dan lapisan keempat
memiliki kedalaman 40 - 57 cm dan 54 - 72 cm yang termasuk kedalam lapisan
bawah atau horison C. Lapisan pertama dan lapisan kedua memiliki value kurang
dari 2 serta ditemukannya RMF yang menunjukan lapisan tersebut mengandung
banyak besi fero aktif ( Rahayu dkk., 2014).

8
Kejelasan lapisan tanah dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu tegas, sangat
tegas, dan jelas. Lapisan pertama diantara lapisan kedua yang diamati memiliki
kejelasan lapisan tegas. Warna tanah yang dimiliki lapisan tanah pertama dan
kedua hampir mirip sehingga diperlukan cara selanjutnya yaitu dengan
mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh lapisan tanah dengan cara di ketuk
menggunakan pisau sehingga dapat dibedakan bunyi yang dihasilkan oleh kedua
lapisan yaitu tegas. Lapisan kedua diantara lapisan ketiga masih memiliki warna
yang masih mirip sehingga perlu dilakukan perbandingan lagi dari segi bunyi
yang dihasilkan oleh kedua lapisan. Lapisan kedua memiliki dan lapisan keempat
memiliki kejelasan lapisan sangat tegas karena warna kedua lapisan sudah dapat
dibedakan yaitu lapisan ketiga memiliki warna kecoklatan sedangkan lapisan
keempat memiliki warna keputihan karena sudah mengandung kapur.
Tekstur tanah menunjukkan komposisi penyusun tanah yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi. Perbedaan jumlah dan luas permukan partikel –
partikel per satuan volume tanah. Tanah yang sudah dibasahi kemudian dirasakan
dengan jari - jari tangan, maka fraksi pasir akan terasa kasar dan tidak lekat, fraksi
debu agak terasa halus dan agak lekat tetapi tidak licin sedangkan fraksi liat akan
terasa halus, lekat dan licin. Penetapan tekstur tanah berdasarkan indra perasa
disebut dengan metode rasa.
Lapisan tanah pertama dan lapisan tanah kedua memiliki tekstur clay loam
yaitu tanah yang memiliki tekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung
liat. Tanah dengan tekstur lempung berliat memiliki proporsi fraksi tanah pasir
sebesar 20-45 %, proporsi tanah debu 15-52,5 % dan proporsi fraksi tanah liat
sebesar 27,5-40 %. Lapisan tanah 3 dan lapisan tanah 4 memiliki tekstur Sandy
loam yaitu tanah berstekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang
bertekstur lempung berpasir. Tanah dengan tekstur lempung berliat memiliki
proporsi fraksi tanah pasir sebesar 70-90 %, proporsi tanah debu < 30 % dan
proporsi fraksi tanah liat sebesar <15 % ( Hanafiah, 2004 ).
Struktur tanah merupakan penyusunan antar tanah primer dan bahan organik
serta oksida, membentuk agregat sekunder. Distribusi ukuran agregat kering dan
tanah yang terkait Indeks struktur merupakan parameter penting dalam memahami
keadaan struktural tanah. Struktur tanah mulai berkembang dari butiran tunggal

9
atau dari bentuk masif. Pembentukan struktur tanah sangat bergantung pada bahan
primer yang mengalamai sementasi oleh CaCO3 serta Fe dan Al hidroksida
sehingga terbentuk unit struktur yang disebut agragat. Satuan struktur tanah dapat
dibedakan atas ped dan fragmen. Ped adalah agragat permanen yang bersifat alami
yang dipisahkan oleh pori atau bidang yang lemah. Tipe struktur berdasarkan tipe
dibagi menjadi beberapa jenis yaitu granuler, remah, lempeng, sub angular blocky,
angular blocky, prisma dan kolumnar ( Sutanto, 2009).
Lapisan tanah pertama dan lapisan tanah kedua memiliki tipe struktur tanah
subangular blocky yang berbentuk balok – balok yang terbentuk dari ikatan ped –
ped yang sisinya berbentuk bulat dan tidak beraturan. Tipe struktur tanah
subangular blocky biasanya terdapat pada horison B atau lapisan bawah. Lapisan
tanah 3 dan lapisan tanah 4 termasuk kedalam tipe struktur tanah angular blocky
yaitu struktur tanah yang berbentuk balok – balok yang terbentuk dari ikatan ped–
ped yang sisinya bersudut tajam. Tipe struktur tanah angular blocky sama seperti
dengan tipe tanah subangular blocky yaitu tipe tanah yang terdapat pada horison
B. Struktur tanah subangular blocky dan angular blocky memiliki ukuran agregat
yang halus 5-10 mm (Hanifah, 2014).
Konsistensi tanah menunjukkan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk
atau pecahan yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan
mempengaruhi bentuk tanah. Hanafiah (2014), menyatakan bahwa konsistensi
tanah ditetapkan dalam tiga kadar air tanah, yaitu konsistensi basah yang
dideskrifsikan menjadi tak letat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat. Konsistensi
lembab yaitu untuk menilai derajat kegemburan –keteguhan tanah seperti lepas,
sangat gembur, gembur, teguh, dan sangat teguh. Konsistensi kering yaitu untuk
menilai kekerasan tanah seperti lepas, lunak, agak keras, keras, dan sangat keras..
Konsistensi tanah dapat ditentukan dengan cara memijat dan memirit atau
membuat bulatan atau gulungan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakuakan
konsistensi tanah pada lapisan 1 dan lapisan 2 keadaan tanah basah pada saat
dipegang yaitu lekat dan pada lapisan tanah 3 dan 4 menunjukkan tanah tidak
lekat pada saat dipegang. Keadaan tanah lembab pada lapisan 1 sampai lapisan 4
menunjukkan tanah pada saat dipegang teguh. Keadaan tanah kering pada lapisan

10
tanah 1 dan lapisan tanah 2 menunjukkan hasil tanah lunak pada saat dipegang,
sedangkan pada lapisan 3 dan lapisan 4 keadaan tanah pada saat dipegang keras.
Lapisan horizon tanah dapat dibedakan secara visual dengan melihat adanya
perbedaan dari warna fisik tanah yang dimiliki. Menurut Hanafiah (2014),
semakin gelap warna tanah tersebut maka semakin baik produktivitasnya. Warna
tanah merupakan indikator tingkat kesuburan suatu tanah. Perbedaan warna tanah
dapat diukur dengan menggunakan munsell soil colour chart yang berfungsi
sebagai tolak ukur untuk mempermudah kita dalam membedakan warna tanah.
Warna tanah dibedakan dengan kode-kode tertentu. Lapisan 1 didapatkan kode
warna 7.5YR 2.5/2, lapisan 2 didapatkan kode warna 10YR 1/2, lapisan 3
didapatkan kode warna 10YR 2/2, dan lapisan 4 didapatkan kode 7.5YR 2.5/2.
Setiap lapisan horizon tanah memperoleh kode warna tanah yang berbeda namun
masih dalam lingkup warna yang serupa yaitu very dark brown. Kemasaman
tanah dapat diuji dengan menggunakan kertas lakmus atau alat pengukur pH, pH

diuji dengan menggunakan H2O. Hasil pengujian didapatkan hasil pH 7 pada


lapisan 1, 2, dan 3, sedangkan lapisan 4 memiliki pH 6. Lapisan 6 bersifat asam
lemah dan lapisan diatasnya bersifat netral.
Tanah ialah bahan organik yang merupakan akumulasi dari tubuh alam.
Menurut Hanafiah (2014) bahan organik ialah gabungan dari sejumlah senyawa
organik komplek yang telah mengalami dekomposisi. Tanah berbahan organik

dapat dideteksi dengan menggunakan larutan H2O2 10%.Tanah berbahan organik

akan menimbulkan buih ketika disiram oleh larutan H2O2, dan tidak akan beraksi
apabila tidak mengandung bahan organik. Lapisan horizon tanah 1 sampai 4
mengandung bahan organik. Lapisan 1 memiliki bahan organik dengan intensitas
tertinggi dengan ciri memiliki buih yang lebih banyak dibanding lapisan lainnya.
Lapisan horizon tanah 2 dan 3 memiliki intensitas organik sedang, dan lapisan ke-
4 memiliki bahan organik dengan intensitas rendah. Semakin dalam lapisan tanah,
maka semakin berkurang persentase kandungan organik yang dimilikinya. Hal itu
dikarenakan lapisan horizon pada tanah terbentuk oleh adanya proses pedogenesis
tanah. Tanah berasal dari batuan yang terurai menjadi tanah berbahan organik
serta dapat memperbaiki sifat fisik tanah (Suriadikarta dan Prasetyo., 2006).

11
Sebagian tanah ada yang mengandung bahan kapur. Bahan kapur tanah juga
dapat dideteksi dengan menggunakan larutan KCl. Tanah yang mengandung
bahan kapur dicirikan dengan adanya reaksi buih yang timbul setelah disiram oleh
laruta KCl. Seluruh lapisan tanah, yaitu lapisan 1,2,3, dan 4 tidak mengalami
reaksi buih yang timbul, sehingga disimpulkan bahwa tanah tersebut tidak
mengandung bahan kapur sama sekali.

12
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Horison tanah terbentuk karena adanya proses pedogenesis.
2. Batas lapisan horizon tanah dapat dibedakan dengan 3 cara, yaitu dengan
warna secara visual, bunyi dengan cara diketok, dan ketebalan dengan cara
ditusuk.
3. Kondisi lingkungan fisik seperti aerasi yang benar mempengaruhi kualitas
tanah
4. Karakteristik tanah dapat dilihat dari struktur, tekstur, kemasaman,
konsistensi, dan warna tanah.

4.2 Saran

Kegiatan praktikum telah berjalan sesuai dengan bagaimana mestinya dan


sesuai dengan yang tertera pada modul. Terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hanifah, A.K., 2014. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: rajawali Pers.

Rahayu, A., S.R. Utami, dan R. L. Mochtar. 2014. Karakteristik dan Klasifikasi
Tanah pada Lahan Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan Perak
Kabupaten Jombang. 1(2): 79-87.

Sutanto, R. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta. Kanisius.

Suriadikarta, D.S. dan Prasetyo, B.H. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering
di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian Vol 25(2).

14
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi pengambilan contoh tanah utuh

Gambar 1. Meratakan dan merapikan Gambar 2. Meletakkan ring


lapisan permukaan tanah. sampel tegak lurus.

Gambar 3. Menekan balok Gambar 4. Ring sampel setelah ditekan.


kayu dengan palu.

Ganbar 5. Menggali ring sampel. Gambar 6. Pencabutan ring sampel.

15
Lampiran 2. Lanjutan dokumentasi pengambilan contoh tanah utuh

Gambar 7. Meratakan kedua sisi Gambar 8. Sampel yang sudah diratain


menggunakan pisau

Gambar 9. Menutup ring sampel Gambar 10. Pemberian label sebagai


penanda.

16
Lampiran 3. Dokumentasi penyandraan profil tanah

Gambar 1. Pembuatan lubang profil. Gambar 2. Penentuan batas-batas lapisan


tanah.

Gambar 3. Pengukuran setiap Gambar 4. Pengambilan setiap contoh


batas lapisan tanah. tanah .

Gambar 5. Pengamatan sampel setiap Gambar 6. Pengamatan konsistensi tanah


lapisan tanah. basah.
.

17
Lampiran 4. Lanjutan dokumentasi penyandraan profil tanah

Gambar 7. Pengamatan konsistensi Gambar 8. Pengamatan konsisitensi


tanah lembab. tanah kering.

Gambar 9. Penentuan PH tanah pada Gambar 10. Penentuan bahan organik


setiap horizon pada setiap horizon.

18
lampiran 5. Kutipan buku dan jurnal

Sutanto, R. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta. Kanisius.

19
Lampiran 6. Lanjutan kutipan buku dan jurnal

Suriadikarta, D.S. dan Prasetyo, B.H. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering
di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian Vol 25(2).

Sutanto, R. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta. Kanisius.

20
Lampiran 7. Lanjutan kutipan jurnal dan buku

Rahayu, A., S.R. Utami, dan R. L. Mochtar. 2014. Karakteristik dan Klasifikasi
Tanah pada Lahan Kering dan Lahan yang Disawahkan di Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang.

21
Lampiran 8. ACC-an lembar kerja

Boardlist Lembar 1

Boardlist Lembar 2 a

Boardlist Lembar 2 b

22
Lampiran 9. ACC-an lembar kerja dan flowchart

Boardlist Lembar 3

Flowchart 1

23
Flowchart 2

Flowchart 3

24

Anda mungkin juga menyukai