Anda di halaman 1dari 55

PEMBUKUAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DISUSUN OLEH :
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASISTEN PRAKTIKUM : M. SYAMSUL ARIFIN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

“PENGAMBILAN SAMPEL TANAH”

DISUSUN OLEH :
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASISTEN PRAKTIKUM : M. SYAMSUL ARIFIN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat amat
penting dan harus dijaga oleh manusia. Salah satu manfaat tanah bagi
manusia yaitu tanah dapat dipergunakan untuk tempat bermukim manusia
dengan didirikannya rumah dan bangunan yang membantu manusia dalam
kehidupan sehari-hari (Suntoro et al., 2019).
Tanah merupakan salah satu media tumbuh yang sangat penting
untuk pertumbuhan tanaman atau tumbuhan. Tanah juga berfungsi sebagai
media tanam yang sangat sering digunakan bahkan hampir semua tanaman
atau kehidupan berasal dari tanah. Selain berperan sangat besar bagi
kehidupan manusia, tanah juga memiliki peran yang jauh lebih besar bagi
kehidupan tanaman karena salah satu fungsi dari tanah adalah sebagai media
tanam dan media tumbuh.
Fungsi tanah sebagai media tumbuh tentunya disebabkan oleh
banyak hal, seperti mempunyai unsur hara dan kadar air yang sekaligus
dapat berperan penting dalam menopang akar. Tanah juga terdiri dari
mineral dan bahan organik. Tanah memiliki bentukan natural dan alami
yang terdiri dari lapisan-lapisan yang umumnya tersusun atas mineral.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat untuk akar agar
bisa bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi sumber habitat yang
dibutuhkan bagi seluruh makhluk hidup. Mulai kehidupan manusia,
tumbuhan, dan hewan.
Pada laporan praktikum ini akan membahas tentang pengambilan
sampel tanah. Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan yang sangat
penting dalam program uji tanah. Sebelum melakukan praktikum dihimbau
untuk mengetahui tentang cara pengambilan sampel tanah, alat dan bahan
yang digunakan saat praktikum. Hal ini penting dilakukan untuk
keselamatan kerja saat melakukan penelitian.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengambil sempel
tanah utuh dan sampel tanah terganggu menggunakan alat dan cara yang
benar.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengambilan sampel tanah, banyak faktor yang mempengaruhi hasil
dari pengambilan sampel tanah tersebut. Seperti kadar bahan organik dan nitrogen
tanah yang dipengaruhi oleh kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
Dari hasil penelitian (Prabowo & Subantoro, 2017) diketahui bahwa ketiga
sampel tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa tanah tanah tersebut
mempunyai kandungan kation kation yang diperlukan tanaman. Hal tersebut
ditunjukkan bahwa kandungan pH pada tanah pada tiga lokasi penelitian
menunjukkan hasil pH negatif, pada lokasi petama yaitu di Desa Jetis Kelurahan.
Ngijo. Kecamatan. Gunungpati menunjukkan pH muatan pada tanah sebesar -0,96.
Pengambilan sampel tanah yang diambil dari lokasi yang berbeda akan
menyebabkan berbeda pula jenis tanahnya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
(Bumbungan et al., 2020) karena pada tempat pengambilan sampel terdapat jalan
yang retak dan berlubang sehingga kami memutuskan untuk meneliti 2 titik
pengambilan sampel pada jalan tersebut sebagai perbandingan.
(Farahnaz et al., 2018) Untuk mengetahui kondisi lapisan tanah dibawah
permukaan, dapat dilakukan pengambilan sampel tidak terganggu. Ke dalaman
pengambilan sampel dari masing-masing titik pengambilan sampel juga dapat
berbeda. Perbedaan tersebut mengakibatkan hasil dari sampel tanah juga terdapat
perbedaan.
Pengambilan sampel tanah yang dilakukan oleh (Pertanian & Ratulangi,
n.d.) dengan Metode Pengambilan Contoh Secara Kelompok/Cluster Sampling
(CS). Sampel tanah diambil dengan kedalaman 0-50 cm, 50-100 cm, dan >100 cm
dibawah tanaman. Pada umumnya kandungan bahan organik akan semakin rendah
ke arah bagian profil tanah artinya semakin dalam tanah maka semakin menurun
kandungan bahan organik tanah. Hal ini dikarenakan sumber bahan organik yang
terbanyak terdapat di atas permukaan karena mengandung serasah dan akar
tumbuhan.
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
1. Cangkul
2. Sekop
3. Pisau
4. Ring baja
5. Tabung besi baja
6. Bor tanah
7. Pendorong atau penekan tanah
8. Palu
9. Kantong plastik
10. Spidol

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Pengambilan Sempel Tanah Utuh
1. Cari tanah yang rata setelah itu bersihkan tanah dari semua
kotoran yang ada di permukaan tanah.
2. Setelah bersih dan rata, selanjutnya letakkan tabung besi ke atas
permukaan tanah lalu masukkan dua ring baja kedalam tabung
baja.
3. Lalu ambil alat penekan ring baja dan palu, kemudian dorong
dua ring baja ke bawah tanah hingga ring baja pertama masuk
kedalam tanah dan ring baja yang kedua masuk kedalam tanah
kurang lebih 1 cm dari permukaan tanah.
4. Kemudian gali tanah menggunakan cangkul dengan cara
mencangkul bagian samping ring baja sampai ring baja bisa di
ambil tetapi jangan sampai mengenai ring baja dalam proses
menyangkul.
5. Ambil sampel tanah yang berada di ring baja. Kemudian
gunakan pisau untuk mengiris tanah yang masih melekat di
sekitar ring baja, jangan sampai mengiris atau menghancurkan
sampel tanah yang ada di dalam ring baja.
6. Kemudian keluarkan dengan cara mendorong tanah yang berada
di dalam ring baja dengan hati-hati menggunakan tangan.
7. Jika sampel tanah sudah di keluarkan masukkan kedalam plastik
dan beri nama.

3.2.2. Pengambilan Sampel Tanah Terganggu


1. Cari tanah yang rata atau ratakan tanah setelah itu bersihkan
tanah dari rumput atau dari kotoran yang ada di permukaan
tanah.
2. Gunakan bor tanah lalu tekan ke dalam tanah dengan cara tekan
dan putar bor tanah searah dengan jarum jam.
3. Jika mata bor sudah masuk semua ke dalam tanah maka angkat
bor tanah dengan cara memutar berlawanan arah jarum jam.
4. Kemudian ambil sampel tanah dengan kedalaman yang
diinginkan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Foto Alat dan Bahan
No Alat dan Bahan Fungsi
1. Cangkul Digunakan untuk membersihkan
permukaan tanah serta alat untuk
menggali sekitaran tabung ring
baja.

2. Sekop Digunakan untuk membantu


mengambil sampel tanah juga bisa
digunakan untuk membersihkan.

3. Pisau Digunakan untuk mengiris tanah


yang masih menempel di bagian
ring baja.
4. Spidol Digunakan untuk memberi nama
di setiap sempel tanah agar tidak
tertukar antara yang satu dengan
yang lainnya.

5. Plastik Sebagai wadah untuk sampel


tanah yang sudah di ambil.

6. Bor tanah Digunakan sebagai pengebor


tanah untuk mengambil sampel
tanah terganggu.
7. Ring baja Digunakan untuk mengambil
sampel tanah utuh.

8. Tabung ring baja Digunakan untuk jalan ring baja


masuk ke dalam tanah.

9. Pendorong Alat untuk mendorong ring baja


agar masuk kedalam tanah.
10. Palu Alat yang digunkan untuk
memukul pendorong ring baja
agar masuk ke dalam tanah

4.1.2 Foto Kegiatan


 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
No Foto Kegiatan Keterangan
1. Tanah yang sudah
dibersihkan dan
siap untuk di ambil
sampel.
2. Mengebor tanah
dengan cara di
bupar kebawah
searah jarum jam.

3. Pengangkatan bor
dengan cara ditarik
lalu diputar
berlawanan jarum
jam.

4. Sampel tanah
dipotong sesuai
dengan kebutuhan
yang diinginkan,
lalu di keluarkan
dari bor tanah.
5. Hasil dari
pengambilan
sampel tanah.
 Pengambilan Sampel Tanah Utuh
No Foto Kegiatan Keterangan
1. Tanah yang sudah
dibersihkan dan
siap untuk di ambil
sampel.

2. Pemukulan ring
baja yang berada di
dalam tabung yang
di dorong oleh
pendorong dan di
pukul dengan palu
agar masuk
kedalam tanah
3. Proses
pencangkulan ring
baja yang sudah
masuk ke dalam
tanah untuk di
ambil.

4. Proses pengirisan
tanah yang masih
menyangkut di ring
baja, pemotongan
juga harus hati-hati
agar tidak merusak
sampel tanah.
5. Proses
mengeluarkan
sampel tanah dari
ring baja.

6. Hasil dari
pengambilan
sampel tanah.

4.1.3 Foto Sampel Tanah


Sampel Tanah Utuh Sampel Tanah Terganggu

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengertian Sampel Tanah
Sampel tanah atau contoh tanah memiliki definisi tersendiri
berdasarkan kategorinya. Dari hasil praktikum diperoleh macam-
macam sampel tanah yaitu diantaranya:
 Sampel Tanah Utuh (Tidak Terganggu)
Sampel tanah utuh merupakan tanah yang diambil dari
lapisan tertentu dalam keadaan utuh atau tidak terganggu,
sehingga kondisinya hampir sama dengan kondisi di lapangan.
Tanah ini digunakan untuk penetapan angka berat volume (berat
isi), potensial air tanah, kadar air volume, susunan pori pada
berbagai tekanan dan permeabilitas tanah. Pengambilan tanah
ini menggunakan ring baja, sehingga kondisi sampel tanah tidak
berbeda dengan kondisi aslinya (di lapang). Pengangkutan
contoh tanah utuh harus dilakukan dengan hati-hati , guncangan
atau goresan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindari.
 Sampel Tanah Terganggu
Sampel tanah terganggu atau dikenal sebagai tanah biasa
merupakan tanah yang digunakan untuk analisis kimia tanah,
kandungan air tanah, perkolasi, tekstur tanah dan untuk
percobaan pot. Pengambilan sampel tanah ini dapat
menggunakan cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman
tertentu. Untuk pengambilan dalam jumlah sedikit bisa
menggunakan bor tanah sedangkan untuk sampel dalam jumlah
besar dapat menggunakan sekop, cangkul atau pengeruk tanah
namun kedalamanya harus sama.

4.2.2 Cara Pengambilan Sampel Tanah


Karena ada bermacam contoh dari sampel tanah yang
pastinya berbeda satu dengan lainnya, begitu pula dengan cara
pengambilan dari masing-masing sampel tanah tersebut yang sudah
pasti berbeda, pengambilan sampel tanah dapat dilakukan dengan
cara seperti berikut:
 Cara Pengambilan Sampel Tanah Utuh
Pengambilan sampel tanah utuh harus dilakukan dengan
hati-hati diusahakan tidak boleh sampai merusak sampel tanah
jika dalam pengambilan sampel tanah merusak sampel tanah
maka pengambilan sampel harus di ulang. Cara mengambil
sampel tanah utuh yaitu yang pertama usahakan cari tanah yang
rata atau ratakan tanah terlebih dahulu jika sudah menemukan
tanah yang cocok dengan ciri-ciri tidak terlalu basah dan juga
tidak terlalu kering, jika tanah yang mau di ambil kering bisa
melakukan penyiraman dahulu sehari sebelum pengambilan
selanjutnya bersihkan tanah dari rumput maupun kotoran
kemudian letakkan tabung baja ke tanah dan masukkan dua ring
baja kedalam tabung tanah, masukkan pendorong atau penekan
ring baja lalu pukul menggunakan palu hingga ring baja yang
pertama masuk kedalam tanah dan ring baja yang kedua masuk
ke tanah sekitar satu centimeter, kemudian angkat tabung dan
alat-alat lainnya ke tempat berbeda lalu cangkul pesisir ring baja
sampai ring baja bisa di ambil tetapi dalam proses mencangkul
jangan sampai mengenai ring baja maupun merusak sampel
tanah yang ada di dalam ring baja. Setelah ring baja yang berisi
sampel tanah di ambil lalu iris tanah yamg masih menempel di
luar ring baja dengan hati-hati tanpa merusak sampel tanah yang
ada di dalam ring baja menggunakan pisau, jika sudah bersih
dorong dengan tangan sampel tanah yang ada di ring baja
dengan hati-hati sampai keluar dan jangan sampai rusak maupun
pecah. Letakkan kedalam plastik lalu beri nama sampel tanah
menggunakan spidol agar tidak tertukar.
 Cara Pengambilan Sampel Tanah Terganggu
Dalam pengambilan sampel tanah terganggu membutuhkan
alat bor tanah untuk mengambil sampel tanah, cara pengambilan
sampel tanah terganggu yaitu pertama bersihkan tanah dari
rumput dan kotoran lainnya, selanjutmya gunakan bor tanah
untuk mengambil sampel tanah dengan cara tekan bor kebawah
tanah dan putar searah jarum jam sampai mata bor sudah masuk
sepenuhnya, jika mata bor sudah masuk sepenuhnya lalu tarik
bor ke atas dengan memutar berlawanan arah jarum jam, setelah
itu ambil sampel tanah yang ada di bor sesuai dengan ukuran
yang di butuhkan, kemudian masukkan sampel tanah kedalam
plastik dan beri nama menggunakan spidol agar tidak tertukar
dengan yang lain.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diambil sebuah
kesimpulan yaitu sampel tanah dibagi menjadi dua jenis yaitu sampel tanah
yang utuh dan juga sampel tanah terganggu. Sampel tanah terganggu artinya
tanah yang strukturnya tidak utuh atau sudah terganggu, sedangkan sampel
tanah utuh merupakan tanah yang cara pengambilanya tidak merusak
struktur tanah dan susunan dari tanah tersebut. Pengambilan sampel tanah
utuh harus dilakukan dengan hati-hati, karena jika terkontaminasi sedikit
saja oleh benda luar maka struktur tanah ini tidak dapat dikatakan utuh lagi.
Pengambilan sampel tanah ini menyesuaikan kebutuhan dan sifat tanah
yang dibutuhkan serta juga setiap cara dari pengambilan sampel mempunyai
tujuan yang berbeda.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini yaitu penggunaan alat dan bahan
dengan benar harus diperhatikan agar praktikum dapat berjalan dengan
lancar, selain itu keselamatan kerja pada saat praktikum juga harus
ditingkatkan lagi.
REFERENSI
Bumbungan, G. K., Patanduk, J., & Wong, I. L. K. (2020). Pengaruh Penambahan
Abu Batubara Terhadap Hasil Uji Kompaksi (Studi Kasus Tanah Lempung
Toraja Utara). Paulus Civil Engineering Journal, 2(3), 180–186.
https://doi.org/10.52722/pcej.v2i3.143
Farahnaz, N., Sophian, I., Mulyo, A., & Hendarmawan. (2018). Potensi Tanah
Mengembang Hasil Lapukan Batuan Vulkanik Berdasarkan Indeks Plastisitas
di Kawasan Desa Cilayung. Padjadjaran Geoscience Journal, 2(1), 82–89.
Pertanian, M. F., & Ratulangi, U. S. (n.d.). ANALYSIS OF SOIL ORGANIC
CONTENT IN TRADITIONAL GARDENS OF SEREH VILLAGE , TALAUD
ISLANDS REGENCY .
Prabowo, R., & Subantoro, R. (2017). Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat
Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian Di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta, 2008, 59–64.
Suntoro, A., Lubis, A. S., Atsar, A., Fitriyana, W., & Subekti, R. (2019).
Implementation of Compensation for Payment in Soekarno-Hatta Airport
Train Development Activities on Land Plots that doesn’t have Rights.
BHUMI: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 13(1), 376–394.
https://doi.org/10.31289/doktrina.v
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

“MORFOLOGI TANAH”

DISUSUN OLEH:
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASPRAK : M. SYAMSUL ARIFIN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah merupakan sumber daya alam utama yang menempati
permukaan bumi, manusia yang hidup di bumi sangat bergantung padanya
karena sebagian besar kehidupan dan kebutuhannya membutuhkan tanah.
Fungsi utama tanah adalah untuk mendukung pertumbuhan organisme.
Lahan harus dikelola dengan baik agar dapat menghasilkan sumber daya
yang bermanfaat dan dapat digunakan secara berkelanjutan. Tanah
merupakan hasil transformasi mineral dan bahan organik di bumi. Proses
pembentukan tanah disebut pedogenesis. Proses pembentukan tanah diawali
dengan pelapukan batuan dasar menjadi batuan tanah, dilanjutkan dengan
pencampuran bahan organik yang dihasilkan dari proses pelapukan tersebut.
Sifat tanah sangat bervariasi di suatu lokasi berdasarkan interaksi faktor
pembentuk tanah termasuk bahan induk, iklim, topografi, organisme, dan
waktu. Pengetahuan morfologi tanah dapat memberikan gambaran tentang
perubahan atau evolusi yang terjadi pada tubuh tanah melalui deskripsi dan
interpretasi sifat-sifat struktur tanah yang dapat dijadikan sebagai informasi
informasi awal dalam klasifikasi tanah.
Morfologi dan klasifikasi tanah merupakan ilmu yang mempelajari
mengenai proses – proses pembentukan tanah, klasifikasi tanah, dan
pengguanaan klasifikasi tanah, serta penggunaan klasifikasi dalam
penelitian tanah. Proses pembentukan tanah bisa disebut dengan
pedogenesis, yaitu tanah dapat berubah dari satu tempat ke tempat lainnya
secara vertikal maupun horizontal. Perubahasan ini terjadi dikarenakan oleh
adanya proses alami, karena setiap tanah memiliki karakteristiknya sendiri
yang dapat dilihat dari sifaat fisik, kimia, dan biologi.
Profil tanah merupakan gambaran vertical dari tanah yang dimulai
dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawah tanah. Tanah
yang terbentuk akan berkembang menjadi bahan mineral melalui proses
pelapukan. Profil tanah merupakan urutan urutan dari horizon tanah yaitu
lapisan lapisan tanah yang sejajar dengan permukaan bumi dan lapisan
horizon tersebut memiliki peranan yang berbeda beda. Horizon merupakan
lapisan yang terbentuk akibat adanya pelapukan batuan induk yang terjadi
pada waktu yang Panjang.

1.2. Tujuan
Tujuan Praktikum ini yaitu untuk mengetahui sifat tanah seperti
tekstur tanah, warna tanah, struktur tanah, dan horizon tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan hasil konversi mineral dan bahan organik di permukaan
bumi. Tanah terbentuk dibawah pengaruh faktor lingkungan yang bekerja dalam
jangka waktu yang sangat lama. Tanah memiliki jaringan dan morfologi, serta tanah
merupakan tempat berkembang biak bagi tumbuhan tingkat tinggi dan merupakan
dasar kehidupan hewan dan manusia. Tanah adalah sistem ruang waktu, bermata
empat (Sutanto, 2005). Tanah berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman dan
sebagai penyimpan akar tanaman dan air tanah. Bahan organik memegang peranan
penting dalam sifat - sifat tanah, khususnya tanah. Pengaruh bahan organik pada
tanah antara lain bahan organik dapat membantu meningkatkan kapasitas retensi air
dan meningkatkan jumlah air yang tersedia untuk kebutuhan tanaman. Bahan
organik dalam tanah dapat menyerap air 2 – 4 kali yang mempengaruhi ketersediaan
air tanah (Simanjuntak et al., 2012).
Untuk mengamati dan mempelajari tanah di lapangan, perlu dilakukan
penggalian tanah dengan dimensi 1 × 1 × 1 meter. Dinding atau penampang vertical
dari tanah yang memperihatkan susunan horizon dinamakan profil tanah. Seperti
juga tanah, profil tanag berbeda antara satu tempat dengan temapat lainya. Profil
tanah yang berkembang pada daerah panas dan kering mempunyai susuna horison
yang berbeda dengan profil tanah pada daerah tropis dan lembab. Horizon genetik
utama yang terdapat dalam tanah dinamakan sebagai horison O, A, E, B, C dan R.
Horison O merupakan horison yang mengandung bahan organik bermutu
tinggi, sementara memiliki kadar mineral yang sangat rendah. Horison A adalah
lapisan mineral dibawah horison O. Horison A terbentuk dari akumulasi bahan
organik halus yang telah runtuh dan bercampur dengan mineral tanah. Horison E
(E = Eluviation) adalah horison yang telah mengalami pencucian dan kehilangan
(eluviasi) liat, besi, alumunium, dan bahan organik sehingga horison berwarna
pucat atau lebih terang bila dibandingkan dengan horison diatas atau dibawahnya.
Pada horizon B, material bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada
daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi
terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Horison C merupakan horison bahan
tanah induk yang dibentuk oleh pelapukan batuan induk dan mengandung banyak
batuan non – keras dan puing – puing. Horizon R merupakan sumber bahan
penyusun tanah yang sangat menentukan sifat-sifat tanah yang terbentuk. Tanah
yang berkembang dengan berbagai proses tersebut memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda.
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
1. Sekop atau cangkul
2. Meteran
3. Pisau
4. Munsell colour
5. Cetok
6. Tanah
7. Air

3.2. Langkah Kerja


3.2.1. Penetapan Horizon Tanah
1. Pertama, bersihkan lereng tanah dari rumput atau dedaunan
menggunakan cangkul dan pisau.
2. Kemudian tusuk tanah menggunakan pisau untuk mengetahui
kelekatan tanah agar mengetahui lapisan-lapisan tanah.
3. Ukur setiap lapisan tanah agar mengetahui kedalaman di setiap
lapisan tanah dan tentukan batas lapisan tanah.

3.2.2. Penetapan Warna Tanah


1. Ambil segumpal tanah di setiap lapisan tanah, kemudian
bandingkan warnanya menggunakan Munsell Soil Color Chart.
2. Catat satuan yang terdapat dalam Munsell Soil Color Chart yaitu
kilap (hue), chroma dan nilai (value).

3.2.3. Penetapan Tekstur Tanah


1. Basahi secukupnya tanah kering atau lembab yang diambil dari
setiap lapisan, lalu dipijat menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
hingga menjadi bola lembab.
2. Perhatikan bahwa ada rasa kasar atau licin diantara ibu jari,
kemudian amati adanya daya tahan terhadap tekanan dan
kelekatan massa tanah disaat telunjuk dan ibu jari
direnggangkan.
3. Kemudian tentukan kasar atau licin. Gejala piridan, gulungan
dan kelengketan tentukan kelas tekstur lapang berdasarkan
kriteria.

3.2.4. Penetapan Struktur Tanah


1. Ambil segumpal tanah, kemudian lempar secara perlahan
menggunakan telapak tangan.
2. Kemudian tentukan struktur tanah.

3.2.5. Penetapan Pori Tanah


1. Ambil secukupnya sampel tanah, keumudian lihat pori-pori
tanah yang mikro maupun makro.

3.2.6. Penetapan Konsistensi Tanah


1. Sampel tanah yang berkedar air lebih tinggi kapasitas lapang
dipijit antara ibu jari dan telunjuk, tentukan konsistensi dalam
keadaan basah yaitu kelekatannya. Tentukan juga plastisitasnya
dengan memirid tanah menggunakan ibu jari dan telunjuk.
2. Sampel tanah yang berkadar air antara titik layu permanen dan
kapasitas lapang diremas dengan telapak tangan. Tentukan
konsistensi dalam keadaan lembab dengan mengamati
ketahananya terhadap remasan.
3. Sampel tanah yang berkadar air kurang dari titik layu permanen
diremas atau ditekan dengan telapak tangan. Tentukanlah
konsistensi dalam keadaan kering dengan mengamati
ketahananya terhadap penekanan oleh telapak tangan.
3.2.7. Penetapan Perakaran Tanah
1. Ambil secukupnya sampel tanah, kemudian lihat jumlah akar
halus dan kasar yang ada pada tanah (akar serabut atau akar
tunggangnya).
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Dokumentasi Warna Tanah
No. Foto Warna Tanah

1.

Lapisan 1 Horizon A (Top Soil)

2.

Lapisan 2 Horizon O (Surface Litter)

3.

Lapisan 3 Horizon B (Subsoil)

4.

Lapisan 4 Horizon C (Parent Material)


4.2. Foto Blanko Pengamatan

4.3. Deskripsi Metode Pengamatan Morfologi Tanah


4.3.1. Penetapan Horizon Tanah
Penetapan horizon tanah ini dilakukan langkah awal yaitu
dengan membersihkan lereng tanah dari rerumputan dengan
menggunakan cangkul atau cetok sampai terlihat horizon atau
lapisan tanah. Selanjutnya tusuk – tusuk tanah dengan menggunakan
pisau untuk mengetahui kelekatan dari tanah. Setiap lapisan tanah
ini memiliki kelekatan yang berbeda, sehingga pada praktikum yang
telah dilakukan kemaren terdapat empat horizon pada lereng tanah.
Pada lapisan tanah pertama dengan nomor lapisan 1 dan simbol
lapisan A (Top Soil). Simbol lapisan A (Top Soil) adalah tanah yang
memiliki ciri – ciri berwarna. Lapisan tanah kedua dengan nomor
lapisan 2 dan simbol lapisan O (Surface Litter). Lapisan 3 dan
simbol lapisan B (Sub Soil). Lapisan tanah 4 dan simbol lapisan C
(Parent Material). Lalu diukur setiap lapisan tanah dengan
menggunakan meteran untuk mengetahui kedalaman setiap lapisan.
Pada lapisan yang 1 diperoleh kedalaman tanah sebesar 51 cm,
lapisan 2 diperoleh kedalaman tanah sebesar 34 cm, lapisan 3
diperoleh kedalaman tanah sebesar 36 cm, dan lapisan 4 diperoleh
kedalaman sebesar 60 cm.

4.3.2. Penetapan Warna Tanah


Langkah awal yang dilakukan mengambil sampel tanah di
tiap lapisan dan dibandingkan menggunakan Munsell Soil Colour
Chart. Hasil yang didapat lapisan pertama tanah adalah 10YR 6/8
dengan hue 10 YR (Yellow Red), chroma 6 dan nilai (value) 8.

4.3.3. Penetapan Tekstur Tanah


Langkah awal yang dilakukan adalah mengambil sampel
tanah di tiap lapisan kemudian dibasahi dengan sedikit air. Lalu pijat
tanah hingga membentuk pola dan dipirit dan perhatikan bahwa ada
rasa kasar atau licin di antara ibu jari, bola tanah yang lembab
tersebut kemudian digulung-gulung dan amati adanya daya tahan
terhadap tekanan dan kelekatan massa tanah disaat telunjuk dan ibu
jari direnggangkan. Pada praktikum kemarin, tekstur tanah pada
lapisan pertama adalah pasir berlempung.

4.3.4. Penetapan Struktur Tanah


Langkah yang dilakukan adalah dengan mengambil
segumpal tanah, lalu lempar secara perlahan menggunakan telapak
tangan. Pada praktikum yang telah dilakukan kemarin, diperoleh
struktur tanah pada lapisan pertama yaitu derajat strukturnya 2
moderat/cukup membentuk ped yang jelas dan masih dapat
dipisahkan dan teksturnya gumpal membulat (sb).

4.3.5. Penetapan Pori Tanah


Langkah awal yang dilakukan pada penetapan pori tanah
ialah dengan mengambil sampel tanah pada setiap lapisan, lalu amati
jumlah pori pada setiap lapisan tanah tersebut baik pada pori mikro
ataupu makro. Pori mikro disebabkan oleh banyaknya akar serabut
dan lubang cacing, sedangkan pori makro disebabkan oleh akar
tunggang. Pada praktikum yang telah dilakukan kemarin, jumlah
pori tanah pada lapisan pertama tanah yaitu terdapat banyak pori
mikro dan sedikit pori makro. Karena pada lapisan pertama tanah
terdapat banyak akar serabut.

4.3.6. Penetapan Konsistensi


Tanah Pada praktikum yang telah dilakukan kemarin, untuk
mengetahui konsistensi tanah dapat dilihat dari kadar kelembapan
tanah yaitu diperoleh firm (t) yang apabila dipijit sukar hancur pada
lapisan tanah paling atas.

4.3.7. Penetapan Perakaran Tanah


Tiap lapisan tanah diambil sampel tanahnyalalu jumlah
akarnya diamati. Hasil menunjukkan bahwa lapisan pertama
terdapat banyak perakaran halus dan sedikit perakaran kasar yang
menunjukkan bahwa lapisan pertama terdapat banyak akar serabut.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Keadaaan suatu morfologi tanah meliputi tekstur, struktur, warna
tanah dan konsistensi. keadaaan suatu morfologi tanah meliputi tekstur,
struktur, warna tanah dan konsistensi. Pada praktikum ini juga dilakukan
pengamatan keragaman tanah yang berguna untuk (1) sebagai penanda
bahan induk tanah yang baru terbentuk, (2) tanda-tanda keadaan iklim tanah
yang sedang berkembang, dan (3) tanda-tanda perubahan iklim. kematangan
tanah atau batas efisiensi lahan.Pada praktikum ini juga dilakukan
pengamatan keragaman tanah yang berguna untuk (1) sebagai penanda
bahan induk tanah yang baru terbentuk, (2) tanda-tanda keadaan iklim tanah
yang sedang berkembang, dan (3) tanda-tanda perubahan iklim. kematangan
tanah atau batas efisiensi lahan.

5.2. Saran
Praktikum morfologi tanah ini kurang berjalan efektif karena di
dalam proses praktikum terlalu banyak mahasiswa yang mengikuti
sedangkan pemateri hanya satu yang menjelaskan sehingga menyebabkan
mahasiswa yang belakang kurang dengar dan secara tidak sadar
mengabaikan proses praktikum, saran saya untuk praktikum kedepannya
bisa di pisah antar kelas ataupun bisa di beri penanggungjawab antar kelas
agar setiap kelas ada pemateri yang menyampaikan.
REFERENSI
Hardjowigeno, S., Subagyo, H., & Rayes, M. L. (2004). 1. Morfologi Dan
Klasifikasi. 27.
Zulkarnain, K. A. R. I. N. A. (2018). Identifikasi Morfologi dan Beberapa Sifat
Fisik Tanah pada Lahan Pertanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Cransz)
dan Karet (Havea brasiliensis Muell) di Jati Agung. Skripsi. Universitas
Lampung. Lampung Selatan
Rajamuddin, U. A., & Sanusi, I. (2014). Karakteristik morfologi dan klasifikasi
tanah inceptisol pada beberapa sistem lahan di Kabupaten Jeneponto
Sulawesi Selatan. Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 21(2), 81-85.
Rayes, M. L. (2017). Morfologi dan klasifikasi tanah. Universitas Brawijaya Press.
Utomo, D. H. (2016). Morfologi profil tanah vertisol di kecamatan kraton,
kabupaten pasuruan. Jurnal Pendidikan Geografi, 21(2).
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

“KADAR AIR TANAH”

DISUSUN OLEH:
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASPRAK : M. SYAMSUL ARIFIN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah memiliki peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup.
Makhluk hidup tidak dapat berpijak jika tidak ada tanah. Tanaman juga
membutuhkan tanah sebagai media tumbuh tanaman. Tanah menyediakan
air dan unsure hara yang baik bagi tanaman. Tanah juga memiliki peranan
penting dalam siklus hidrologi. Dalam siklus hidrologi, air hujan yang jatuh
mencapai tanah akan mengalami infiltrasi. Infiltrasi adalah peristiwa
dimana air bergerak melalui celah-celah dan pori-pori serta batuan yang ada
dibawah tanah yang dapat bergerak secara vertikal dan horizontal di bawah
permukaan tanah hingga ke sistem air permukaan.
Tanah juga berperan penting dalam siklus hidrologi. Dalam siklus
hidrologi, Air hujan yang mencapai tanah akan mengalami inflitrasi.
Inflitrasi adalah peristiwa dimana air bergerak secara vertical dan horizontal
di bawah permukaaan tanah hingga ke sisem air permukaan. Tanah tidak
hanya sebagai media bagi tanaman, tetapi juga sebagai media pengatur air,
dimana kondisi tanah menentukan jumlah air yang masuk ke dalam tanah
dan mengalir pada permukaan tanah.
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah, biasanya
dinyatakan dengan berat kering (Sutanto, 2015). Kadar air pada kapasitas
lapang adalah jumlah air yang ada dalam tanah setelah kelebihan air
gravitasi keluar dan dinyatakan secara signifikan, biasanya dinyatakan
dengan persentase berat (Sutanto, 2015).
Kandungan air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara.
Sering dipakai istilah nisbi, seperti basa dan kering. Kedua-duanya adalah
kisaran yang tidak pasti tentang kandungan air dan karena itu dapat
ditafsirkan bermacam- macam. Walaupun penetuan kandungan air tanah
didasarkan pengukuran gravimetrik, tetapi jumlah air lebih mudah
dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air.
Air mengendalikan hampir seluruh proses fisik, kimia dan biologi
yang terjadi di dalam tanah. Air dalam tanah berberan sebagai pelarut serta
agen pengikat antar partikel-partikel tanah, yang kemudian selanjutnya
berpengaruh terhadap stabilitasi struktur dan kekuatan tanah. Secara kimia,
air berperan sebagai pengikat zat terlarut dan suspense yang terlibat dalam
perkembangan tanah dan degradasi. Dengan melalui pengaruhnya pada
proses kimia, dan fisika alami, seluruh proses kehidupan tergantung pada
air tanah. Begitu juga dengan pertanian sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air dalam tanah, yang pada gilirannya tergantung sifat-sifat
tanah dan kandungan air di dalam tanah itu sendiri
Penentuan kadar air atau analisa kadar air adalah suatu langkah
penting dilakukan guna mengetahui seberapa besar atau seberapa banyak
persentase air pada bahan pangan atau hasil pertanian karena salah satu
medium tumbuh mikroorganisme pada bahan adalah air,sehingga untuk
meminimalkan resiko yang dapat ditimbulkan oleh mikroorganisme maka
perlu dilakukan analisa terhadap suatu bahan. Berdasarkan hal tersebut
maka perlu dilakukan percobaan terhadap kadar air tanah.

1.2. Tujuan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang ada di
dalam tanah dengan cara menghitung KAG dan KAV.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan air atau kadar air tanah sangat dipengaruhi oleh adanya proses
adhesi antara air dan tanah, proses kohesi antara molekul-molekul air itu sendiri,
dan gaya gravitasi yang bekerja pada air tersebut. Semakin sedikit air yang ada di
dalam pori-pori tanah semakin kuat air tersebut ditahan oleh matrik tanah oleh gaya
adesi dan kohesi, sedangkan air yang tidak tertahan oleh matrik tanah akan terbuang
atau hilang oleh gaya gravitasi (Murtilaksono & Wahyuni, 2004).
Kandungan air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara. Sering
dipakai istilah nisbi seperti basa dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang
tidak pasti tentang kandungan air oleh karena itu dapat ditafsirkan bermacam-
macam, walaupun penentuan kandungan air lebih mudah menggunakan
pengukuran gravimetric, tetapi jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan
volumetric sperti nisbah air. Kadar air dinyatakan dalam persentase volume air
terhadap volume tanah. Dua fungsi yang saling berkaitan dengan penyediaan air
bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air akan disimpan
pada akar tanaman (Utami et al., 2018).
Ketersediaan air dalam tanah merupakan salah satu faktor penting bagi
pertumbuhan tanaman. Kadar air pada berbagai keadaan tanah sangatlah berbeda
antara tanah satu dengan tanah lainya karena itu dapat ditetapkan dengan metode
yang berbeda. air merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Air yang dapat diserap tanaman adalah air yang berada
pada pori-pori tanah. Setiap jenis tanah memiliki distribusi serta ukuran air yang
berbeda-beda, hal ini akan mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah. Kadar
air kapasitas lapang didefiniskam sebagai kadar air tanah di lapang pada saat air
drainase sudah berhenti atau hampis behrhenti mengalir karena adanya gaya
graavitasi setelah sebelumnya tanah tersebut mengalami jenuh sempurna (Brendan,
2014).
Pengukuran kadar air perlu dilakukan untuk mengetahui berat kering dari
suatu bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran kadar air salah satunya
yaitu tanah kering angin mash mengandung air dan apabila dipanaskan pada suhu
105oC, maka air akan menguap dan mengakibatkan keadaan air tersebut tidak stabil
serta mengakibatkan penyimpangan sebagai dasar penghitungan. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi pengukuran kadar air yaitu kesalahan metode atau prosedur
yang sering kali dilakukan, hal ini akan berpengaruh langsung terhadap hasil
pengitungan (Graham, 2013).
Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian besar bergantung pada
kemampuan tanah menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima ke bawah.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi,dan
gravitasi, maka air dibedakan menjadi tiga yaitu air higroskopik, air kapiler dan air
gravitasi.
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
1. Gelas porselen
2. Neraca analitik
3. Oven
4. Eksikator
5. Tang crus
6. Tanah

3.2. Langkah Kerja


1. Masukkan contoh tanah ±10 gr ke dalam botol timbang yang bersih dan
kering, kemudian timbang dengan neraca analitik dengan tepat.
2. Keringkan contoh tanah tersebut dalam oven (tutup botol terbuka pada
suhu 105 °C sampai bobotnya tetap (± 24 jam )
3. Dinginkan botol, timbang dan isinya dalam eksikator sampai mencapai
suhu kamar (bobot timbang tertutup), kemudian timbang dengan tepat.
4. Hitung kadar air dasar bobot tanah kering oven 105 °C dengan
persamaan sebagai berikut: Bobot Air = Bobot botol berisi tanah lembab
– bobot botol berisi tanah kering 105 °C.
5. Dengan mengetahui berat jenis ini, maka kandungan air gravimetri (0g)
dapat diubah menjadi kandungan air volumetri (0v). perhitungan
kandungan air volumetri biasanya digunakan untuk perhitungan
kebutuhan air untuk irigasi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Foto Alat
Gambar 1. Gelas porselen Gambar 2. Oven

Gambar 3. Eksikator Gambar 4. Neraca Analitik


Gambar 5. Tang Crus

4.2. Perhitungan Kadar Air


Diketahui:
 Bobot Botol : 49,59
 Berat Basah (BB) : 193,32
 Berat Kering (BK): 147,52
 BI : 1,85

Ditanya:
 Kadar Air Gravimetri
 Kadar Air Volumetri

Jawab:
 Bobot Air (BA) = BB - BK
= 193,32 - 147,52
= 45,8
 Bobot Tanah Kering (BTK) = BK - Bobot Botol
= 147,52 - 49,59
= 97,93
 Kadar Air Gravimetri = BA/BTK × 100%
= 45,8/97,93 × 100%
= 46,7%
 Kadar Air Volumetri = 0g × BI
= 46,7% × 1,85
= 86,3%

4.3. Interpretasi
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air
Sampel BB (g) BK (g) KAG (%) KAV (%)
1 193,32 147,52 46,7 86,3
Berdasarkan data yang didapat pada tabel dan hasil perhitungan di
atas Berat Basah (BB) tanah yaitu sebesar 193,32 g dan Berat Kering yaitu
sebesar 147,52 sehingga didapatkan Bobot Air (BA) sebesar 45,8 g dengan
menggunakan persamaan Bobot Air (BA) = Berat Basah (BB) – Berat
Kering (BK). Pada Berat Tanah Kering (BTK), Bobot Ring yaitu senilai
49,59 g sehingga di dapat hasil sebesar 97,93 g dengan menggunakan
persamaan Berat Tanah Kering (BTK) = Berat Kering (BK) – Bobot
Ring.Sedangkang Kadar Air Gravimetri di dapatkan nilai sebesar 46,7% g
dengan menggunakan persamaan % Kadar Air Gravimetri (θg) = BA/BTK
× 100%. Pada Kadar Air Volumetri di dapatkan hasil sebesar 86,3% g
dengan menggunakan persamaan % Kadar Air Volumetri (θv) = θg × BI.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pengaruh kadar air maksimum bagi pertumbuhan tanaman yaitu
ketika pada kadar air tinggi, kekurangan udara mungkin dapat menjadi
penghambat pertumbuhan tanaman. Dari hasil praktikum yang telah
diperoleh dua kadar air yang berbeda jumlahnya. Dalam peneteapan kadar
air, dilakukan dengan dua acara perhitungan yaitu secara gravmetri dan
volumetri, untuk hasil kadar air gravimetri sebesar 46,7%, dan untuk kadar
air volumetri sebesear 86,3%.

5.2. Saran
Di dalam sebuah praktikum pastinya memerlukan alat yang akan
digunakan untuk melakukan praktikum, sebaiknya sebelum praktikum
dimulai seharusnya ketersediaan alat untuk pelaksanaan praktikum sudah
tersedia agar pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancar sesuai apa yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Khoirunisa, I., Budiman, B., & Kurniasih, R. (2022). PENGARUH KADAR AIR
TANAH TERSEDIA DAN PENGELOLAAN PUPUK TERHADAP
PERTUMBUHAN MENIRAN (Phyllanthus niruri). Jurnal Pertanian
Presisi (Journal of Precision Agriculture), 5(2), 138-146.
Utami, G. S., Caroline, J., & Sipil, T. (2018). Analisis Pengaruh Perubahan Kadar
Air Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah. Prosiding Seminar Nasional
Sains Dan Teknologi Terapan, 0 (0), 289.
https://ejurnal.itats.ac.id/sntekpan/article/view/413
Brendan, C., O. Kelly and V. Sivakumar. 2014. Water Content Determinations for
Peat and Other Organic Soils Using the Oven-Drying Method. Drying
Technology, 32(6): 631 – 643.
Darmayati, F. D., & Sutikto, T. (2019). Estimasi Total Air Tersedia Bagi Tanaman
pada Berbagai Tekstur Tanah Menggunakan Metode Pengukuran
Kandungan Air Jenuh. Berkala Ilmiah Pertanian, 2(4), 164-168.
Swibawa, I Gede., & Hardi Oktarino. 2010. Pengaruh Kadar Air Tanah Terkontrol
Terhadap Kelimpahan Nematode Parasite Tumbuhan. Prosiding : Seminar
Nasional Sains & Teknologi-III.
Taufik, M., & Setiawan, B. I. (2012). Interpretasi kandungan air tanah untuk indeks
kekeringan: Implikasi untuk pengelolaan kebakaran hutan. Jurnal JMHT,
18(1), 31- 38.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

“PH TANAH”

DISUSUN OLEH:
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASPRAK : M. SYAMSUL ARIFIN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bidang pertanian khususnya dalam budidaya tanaman, keadaan
tanah dan pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan.Hal ini disebabkan karena
tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai gudang dan
pensuplai unsur hara. Tanah berdasarkan ukuran partikelnya merupakan
campuran dari pasir, debu, dan liat. Makin halusnya partikel akan
menghasilkan luas permukaan partikel per satuan bobot yang makin luas.
Dengan demikian, liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling
luas dibanding 2 fraksi lainnya.Pada permukaan partikel inilah terjadi
berbagai reaksi kimiawi tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan
tanah (Prabowo & Subantoro, 2017).
pH tanah atau yang sering disebut dengan kadar asam pada tanah
merupakan factor yang mempengaruhi menurunnya tingkat kesuburan
tanah. Pada kenyataannya tanah pada suatu daerah akan memiliki tingkat
keasamaan yang berbeda dengan tanah di daerah lain. Tingkat derajat asam
pada tanah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Karena jika
kesuburan tanah terus menurun, maka juga akan berimbas pada menurunnya
hasil produksi.
Terhambatnya pertumbuhan pada tumbuhan yang ditanam, dapat
disebabkan oleh kondisi kemasaman tanah (pH tanah) yang terlalu asam dan
memiliki unsur hara dengan jumlah sedikit dan tidak memiliki persediaan
air yang memadahi. Tanah asam adalah tanah yang mempunyai pH rendah,
biasanya terjadi di lahan bekas gambut yang dijadikan lahan pertanian.
Tanah yang bersifat asam pada kebanyakan kasus erat kaitannya dengan
reaksi tanah terhadap pH rendah. Serta dapat menjadi kombinasi keracunan
kalsium (Ca), mangan (Mn), fosfor (P), magnesium (Mg), besi (Fe), dan
alumuniun (Al). Namun, dari semua keracunan yang sudah disebutkan.
Keracunan paling parah adalah keracunan fosfor (P) dan keracunan
alumunium (Al).
Nilai pH tanah memiliki kisaran antara 0-14, nilai pH lebih rendah
dari 7 merupakan kategori memiliki sifat asam sedangkan nilai pH lebih
besar dari 7 bersifat basa. Di daerah-daerah di Indonesia umumnya memiliki
jenis tanah asam. Kemasaman tanah (pH tanah) di negara kita ini berkisar
antara 3,0-9,0. pH tanah antara 4,0-5,5 termasuk kategori tanah asam dan
pH 6,0-6,5 sudah dianggap tanah yang normal walaupun masih memiliki
derajat keasaman. Tanah yang sangat asam memiliki pH < 3,0 atau banyak
mengandung asam sulfat yang biasa ditemukan pada daerah rawa. Pada
daerah rawa yang dijadikan lahan pertanian biasanya zat asam ini akan
tertimbun di dalam tanah dan bisa sewaktu-waktu naik ke permukaan dan
menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh dengan sempurna atau bahkan
mati.

1.2. Tujuan
Tujuan diadakannya pratikum ini adalah untuk mengetahui nilai
pH tanah pada suatu sampel tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
pH berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara P di dalam tanah. Tingkat
keasaman (pH) merupakan salah satu factor yang sangat mempengaruhi keberadaan
unsur hara dalam tanah. Perubahan dari bentuk tidak tersedia menjadi bentuk
tersedia salah satunya melalui reaksi kimia yang dipengaruhioleh pH tanah
(Firdausi, N., & Muslihatin, W. 2016).
Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi konsentrasi (H+) maka rendah
pH makin tinggi dan jika konsentrasi (H+) rendah, maka tinggi pH akan semakin
rendah. Sehubungan dengan nilai pH yang dijumpai, ada tiga kemungkinan nilai
pH tersebut, yaitu asam, netral, dan basa (Praharyanto, 2012).
Nilai PH mempunyai hubungan yang erat dengan kandungan bahan organik.
Kumalasari (2012) menyatakan bahwa peningkatan PH tanah tergantung dari
banyaknya seresah. Vegetasi akan memberikan sumbangan seresah ke dalam tanah
berupa daun, ranting, bunga maupun buah, sehingga seresah tersebut
terdekomposer menjadi bahan organik. Berdasarkan hasil penelitian pada tutupan
lahan belukar tua dengan kelerengan datar mempunyai nilai PH lebih rendah
dibandingkan PH pada kelerengan curam, hal ini dikarenakan pada lahan datar
mempunyai tutupan lahan yang lebih rapat sehingga bahan organik mempengaruhi
keasaman tanah lebih besar. Semakin banyak bahan organik maka PH tanah
semakin menurun dengan nilai pH sebesar 6,33 sampai 6,67 (Alfiyah et al., 2020).
Penambahan bahan organik mampu meningkatkan pH tanah, unsur N dan
hara makro lain yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga tanaman memperoleh
cukup nutriai untuk pertumbuhannya dibandingkan dengan tanah berpasir. Tanah
berpasir umumnya rendah bahan organik dan nitrogen karena rendah air, dan
mudah teroksidasi, serta secara alami menambahkan sedikit bahan tanaman
(Organik et al., 2013).
PH meter adalah sebuah alatelektronik yang berfungsi untuk mengukur pH
(derajatkeasaman atau kebasaan) suatu cairan (ada elektrodakhusus yang berfungsi
untuk mengukur pH bahan-bahansemi padat) [12]. Sebuah pH meter terdiri dari
sebuahelektroda (probe pengukur) yang terhubung ke sebuah alatelektronik yang
mengukur dan menampilkan nilai pH (Rahmanto et al., 2020).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
1. Gelas ukur
2. Timbangan analitik
3. Tabung film
4. pH meter
5. Pipet volume
6. Tanah
7. Air

3.2. Langkah Kerja


1. Timbanglah tanah kering yang sudah disiapkan seberat 5 gram dengan
menggunan timbangan analitik.
2. Setelah ditimbang seberat 5 gram, masukkan tanah kedalam tabung film.
3. Tambahkan 10 ml air menggunakan pipet volume, kemudian masukkan
kedalam tabung film.
4. Kocoklah tabung film sebanyak 120 kali.
5. Diamkan selama 1 menit hingga tanah mengendap.
6. Ukurlah dengan pH meter, tunggu hingga angkanya stabil.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tabel Dokumentasi Alat dan Bahan
No. Alat dan Bahan Fungsi
1. Gelas ukur Sebagai wadah air dan juga
sebagai pengukur cairan yang
akan digunakan.

2. Timbangan analitik Untuk menimbang tanah yang


akan digunakan sebagai bahan
praktikum.

3. Tabung film Digunakan untuk wadah tanah


yang sudah ditimbang dan akan
dicampur dengan air.

4. pH meter Digunakan untuk mengkur pH


tanah.
5. Pipet volume Digunakan untuk mengambil
dan mengukur air yang akan
dicampurkan ke tanah.

6. Tanah Bahan untuk praktikum

7. Air Bahan praktikum yang akan


dicampur ke tanah.

4.1.2. Tabel Dokumentasi Langkah-Langkah


No. Foto Keterangan
1. Timbanglah tanah kering yang
sudah disiapkan seberat 5 gram
dengan menggunan timbangan
analitik.
2. Setelah ditimbang seberat 5
gram, masukkan tanah kedalam
tabung film.

3. Tambahkan 10 ml air
menggunakan pipet volume,
kemudian masukkan kedalam
tabung film.

4. Kocoklah tabung film sebanyak


120 kali.
5. Diamkan selama 1 menit hingga
tanah mengendap.

6. Ukurlah dengan pH meter,


tunggu hingga angkanya stabil.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengertian pH Tanah
pH merupakan kependekan dari potensial of hydrogen.
Sedangkan pH tanah adalah suatu standar pengukuran tingkat
keasaman atau kebasaan pada suatu lahan. Dengan mengetahui
kadar pH dalam tanah, para petani (manusia) dapat menentukan
tanaman apa yang cocok untuk ditanam atau dibudidayakan karena
setiap tanaman memiliki karakteristik kebutuhan kadar pH yang
berbeda-beda.

4.2.2. Metode Penetapan pH Tanah


Pengukuran pH tanah terdiri dari dua macam metode, yaitu
secara penetapan pH secara kalorimetri yang berdasarkan warna dan
menggunakan alat pH meter. Dalam penetapan pH secara
kolorimetri biasanya dilakukan dengan menggunakan indikator
misalnya berasal dari bunga, daun, atau kertas lakmus. Metode
penetapan pH yang kedua adalah penetapan menggunakan pH meter
yang hasil pengukurannya akan bervariasi nilainya, hal ini
dikarenakan ketelitian dari persiapan tanah yang akan dianalisis.
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengamatan reaksi pH
tanah menggunakan metode pH meter.

4.2.3. Analisis Hasil pH


Berdasarkan praktikum analisis pH tanah yang sudah
dilakukan menggunakan pH meter, didapatkan hasil nilai pH tanah
sebesar 4,5. Tanah dengan pH tersebut dapat dikategorikan ke dalam
tanah yang bersifat asam, karena nilai pH tanah yang memiliki
kisaran nilai lebih rendah dari 7 merupakan kategori memiliki sifat
asam sedangkan nilai pH lebih besar dari 7 bersifat basa. pH tanah
antara 4,0-5,5 termasuk kategori tanah asam dan pH 6,0-6,5 sudah
dianggap tanah yang normal walaupun masih memiliki derajat
keasaman. Tanah yang sangat asam memiliki pH < 3,0 atau banyak
mengandung asam sulfat yang biasa ditemukan pada daerah rawa.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
pH tanah merupakan salah satu faktor penting dalam tanah yang
berpengaruh pada pertumbuhan dan kehidupan mahkluk hidup didalamnya.
pH tanah dapat di cari dengan menggnakan berbagai metode, pada
praktikum kali ini menggunakan alat pH meter. Tanah dengan pH tersebut
dapat dikategorikan ke dalam tanah yang bersifat asam, karena nilai pH
tanah yang memiliki kisaran nilai lebih rendah dari 7 merupakan kategori
memiliki sifat asam sedangkan nilai pH lebih besar dari 7 bersifat basa.

5.2. Saran
Saran untuk mengatasi masalah kemasaman tanah (pH tanah) untuk
tanah dengan kadar asam yang tinggi dapat dikurangi dengan cara
pengapuran. Pengapuran adalah suatu cara untuk menaikkan nilai dari pH
tanah. Jika pH tanah dapat dinaikkan maka resiko terkena keracunan
alumunium (Al) dapat diminimalisir. Tidak cukup dengan mengandalkan
pengapuran saja, hal lain yang juga perlu dilakukan adalah pemupukan. Itu
bertujuan untuk perbaikan unsur hara. Penambahan bahan organik juga
diperlukan untuk memperbaiki daya ikat tanah untuk mengikat air.
REFERENSI
Alfiyah, F., Nugroho, Y., & Rudy, G. S. (2020). Pengaruh Kelas Lereng Dan
Tutupan Lahan Terhadap Solum Tanah, Kedalaman Efektif Akar Dan Ph
Tanah. Jurnal Sylva Scienteae, 03(3), 499–508.
Organik, B., Serapannya, D. A. N., & Tanaman, P. (2013). Ketersediaan Nitrogen
Pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik Dan
Serapannya Pada Tanaman Jagung. Jurnal Agroekoteknologi Universitas
Sumatera Utara, 1(3), 479–488.
Prabowo, R., & Subantoro, R. (2017). Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat
Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian Di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta, 2008, 59–64.
Rahmanto, Y., Rifaini, A., Samsugi, S., & Riskiono, S. D. (2020). SISTEM
MONITORING pH AIR PADA AQUAPONIK MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER ARDUINO UNO. Jurnal Teknologi Dan Sistem
Tertanam, 1(1), 23. https://doi.org/10.33365/jtst.v1i1.711
Praharyanto. 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Firdausi, N., & Muslihatin, W. (2016). Pengaruh Kombinasi Media Pembawa
Pupuk Hayati Bakteri Pelarut Fosfat Tehadap pH dan Unsur Hara Fosfor
dalam Tanah. Jurnal sains dan seni its, 5(2).

Anda mungkin juga menyukai