DISUSUN OLEH :
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASISTEN PRAKTIKUM : M. SYAMSUL ARIFIN
DISUSUN OLEH :
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASISTEN PRAKTIKUM : M. SYAMSUL ARIFIN
3. Pengangkatan bor
dengan cara ditarik
lalu diputar
berlawanan jarum
jam.
4. Sampel tanah
dipotong sesuai
dengan kebutuhan
yang diinginkan,
lalu di keluarkan
dari bor tanah.
5. Hasil dari
pengambilan
sampel tanah.
Pengambilan Sampel Tanah Utuh
No Foto Kegiatan Keterangan
1. Tanah yang sudah
dibersihkan dan
siap untuk di ambil
sampel.
2. Pemukulan ring
baja yang berada di
dalam tabung yang
di dorong oleh
pendorong dan di
pukul dengan palu
agar masuk
kedalam tanah
3. Proses
pencangkulan ring
baja yang sudah
masuk ke dalam
tanah untuk di
ambil.
4. Proses pengirisan
tanah yang masih
menyangkut di ring
baja, pemotongan
juga harus hati-hati
agar tidak merusak
sampel tanah.
5. Proses
mengeluarkan
sampel tanah dari
ring baja.
6. Hasil dari
pengambilan
sampel tanah.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengertian Sampel Tanah
Sampel tanah atau contoh tanah memiliki definisi tersendiri
berdasarkan kategorinya. Dari hasil praktikum diperoleh macam-
macam sampel tanah yaitu diantaranya:
Sampel Tanah Utuh (Tidak Terganggu)
Sampel tanah utuh merupakan tanah yang diambil dari
lapisan tertentu dalam keadaan utuh atau tidak terganggu,
sehingga kondisinya hampir sama dengan kondisi di lapangan.
Tanah ini digunakan untuk penetapan angka berat volume (berat
isi), potensial air tanah, kadar air volume, susunan pori pada
berbagai tekanan dan permeabilitas tanah. Pengambilan tanah
ini menggunakan ring baja, sehingga kondisi sampel tanah tidak
berbeda dengan kondisi aslinya (di lapang). Pengangkutan
contoh tanah utuh harus dilakukan dengan hati-hati , guncangan
atau goresan yang dapat merusak struktur tanah harus dihindari.
Sampel Tanah Terganggu
Sampel tanah terganggu atau dikenal sebagai tanah biasa
merupakan tanah yang digunakan untuk analisis kimia tanah,
kandungan air tanah, perkolasi, tekstur tanah dan untuk
percobaan pot. Pengambilan sampel tanah ini dapat
menggunakan cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman
tertentu. Untuk pengambilan dalam jumlah sedikit bisa
menggunakan bor tanah sedangkan untuk sampel dalam jumlah
besar dapat menggunakan sekop, cangkul atau pengeruk tanah
namun kedalamanya harus sama.
“MORFOLOGI TANAH”
DISUSUN OLEH:
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASPRAK : M. SYAMSUL ARIFIN
1.2. Tujuan
Tujuan Praktikum ini yaitu untuk mengetahui sifat tanah seperti
tekstur tanah, warna tanah, struktur tanah, dan horizon tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan hasil konversi mineral dan bahan organik di permukaan
bumi. Tanah terbentuk dibawah pengaruh faktor lingkungan yang bekerja dalam
jangka waktu yang sangat lama. Tanah memiliki jaringan dan morfologi, serta tanah
merupakan tempat berkembang biak bagi tumbuhan tingkat tinggi dan merupakan
dasar kehidupan hewan dan manusia. Tanah adalah sistem ruang waktu, bermata
empat (Sutanto, 2005). Tanah berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman dan
sebagai penyimpan akar tanaman dan air tanah. Bahan organik memegang peranan
penting dalam sifat - sifat tanah, khususnya tanah. Pengaruh bahan organik pada
tanah antara lain bahan organik dapat membantu meningkatkan kapasitas retensi air
dan meningkatkan jumlah air yang tersedia untuk kebutuhan tanaman. Bahan
organik dalam tanah dapat menyerap air 2 – 4 kali yang mempengaruhi ketersediaan
air tanah (Simanjuntak et al., 2012).
Untuk mengamati dan mempelajari tanah di lapangan, perlu dilakukan
penggalian tanah dengan dimensi 1 × 1 × 1 meter. Dinding atau penampang vertical
dari tanah yang memperihatkan susunan horizon dinamakan profil tanah. Seperti
juga tanah, profil tanag berbeda antara satu tempat dengan temapat lainya. Profil
tanah yang berkembang pada daerah panas dan kering mempunyai susuna horison
yang berbeda dengan profil tanah pada daerah tropis dan lembab. Horizon genetik
utama yang terdapat dalam tanah dinamakan sebagai horison O, A, E, B, C dan R.
Horison O merupakan horison yang mengandung bahan organik bermutu
tinggi, sementara memiliki kadar mineral yang sangat rendah. Horison A adalah
lapisan mineral dibawah horison O. Horison A terbentuk dari akumulasi bahan
organik halus yang telah runtuh dan bercampur dengan mineral tanah. Horison E
(E = Eluviation) adalah horison yang telah mengalami pencucian dan kehilangan
(eluviasi) liat, besi, alumunium, dan bahan organik sehingga horison berwarna
pucat atau lebih terang bila dibandingkan dengan horison diatas atau dibawahnya.
Pada horizon B, material bumi yang masih keras (hardpan), dapat terbentuk pada
daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika dan oksida besi
terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Horison C merupakan horison bahan
tanah induk yang dibentuk oleh pelapukan batuan induk dan mengandung banyak
batuan non – keras dan puing – puing. Horizon R merupakan sumber bahan
penyusun tanah yang sangat menentukan sifat-sifat tanah yang terbentuk. Tanah
yang berkembang dengan berbagai proses tersebut memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda.
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
1. Sekop atau cangkul
2. Meteran
3. Pisau
4. Munsell colour
5. Cetok
6. Tanah
7. Air
1.
2.
3.
4.
5.2. Saran
Praktikum morfologi tanah ini kurang berjalan efektif karena di
dalam proses praktikum terlalu banyak mahasiswa yang mengikuti
sedangkan pemateri hanya satu yang menjelaskan sehingga menyebabkan
mahasiswa yang belakang kurang dengar dan secara tidak sadar
mengabaikan proses praktikum, saran saya untuk praktikum kedepannya
bisa di pisah antar kelas ataupun bisa di beri penanggungjawab antar kelas
agar setiap kelas ada pemateri yang menyampaikan.
REFERENSI
Hardjowigeno, S., Subagyo, H., & Rayes, M. L. (2004). 1. Morfologi Dan
Klasifikasi. 27.
Zulkarnain, K. A. R. I. N. A. (2018). Identifikasi Morfologi dan Beberapa Sifat
Fisik Tanah pada Lahan Pertanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Cransz)
dan Karet (Havea brasiliensis Muell) di Jati Agung. Skripsi. Universitas
Lampung. Lampung Selatan
Rajamuddin, U. A., & Sanusi, I. (2014). Karakteristik morfologi dan klasifikasi
tanah inceptisol pada beberapa sistem lahan di Kabupaten Jeneponto
Sulawesi Selatan. Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 21(2), 81-85.
Rayes, M. L. (2017). Morfologi dan klasifikasi tanah. Universitas Brawijaya Press.
Utomo, D. H. (2016). Morfologi profil tanah vertisol di kecamatan kraton,
kabupaten pasuruan. Jurnal Pendidikan Geografi, 21(2).
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
DISUSUN OLEH:
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASPRAK : M. SYAMSUL ARIFIN
1.2. Tujuan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang ada di
dalam tanah dengan cara menghitung KAG dan KAV.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan air atau kadar air tanah sangat dipengaruhi oleh adanya proses
adhesi antara air dan tanah, proses kohesi antara molekul-molekul air itu sendiri,
dan gaya gravitasi yang bekerja pada air tersebut. Semakin sedikit air yang ada di
dalam pori-pori tanah semakin kuat air tersebut ditahan oleh matrik tanah oleh gaya
adesi dan kohesi, sedangkan air yang tidak tertahan oleh matrik tanah akan terbuang
atau hilang oleh gaya gravitasi (Murtilaksono & Wahyuni, 2004).
Kandungan air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara. Sering
dipakai istilah nisbi seperti basa dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang
tidak pasti tentang kandungan air oleh karena itu dapat ditafsirkan bermacam-
macam, walaupun penentuan kandungan air lebih mudah menggunakan
pengukuran gravimetric, tetapi jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan
volumetric sperti nisbah air. Kadar air dinyatakan dalam persentase volume air
terhadap volume tanah. Dua fungsi yang saling berkaitan dengan penyediaan air
bagi tanaman yaitu memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air akan disimpan
pada akar tanaman (Utami et al., 2018).
Ketersediaan air dalam tanah merupakan salah satu faktor penting bagi
pertumbuhan tanaman. Kadar air pada berbagai keadaan tanah sangatlah berbeda
antara tanah satu dengan tanah lainya karena itu dapat ditetapkan dengan metode
yang berbeda. air merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Air yang dapat diserap tanaman adalah air yang berada
pada pori-pori tanah. Setiap jenis tanah memiliki distribusi serta ukuran air yang
berbeda-beda, hal ini akan mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah. Kadar
air kapasitas lapang didefiniskam sebagai kadar air tanah di lapang pada saat air
drainase sudah berhenti atau hampis behrhenti mengalir karena adanya gaya
graavitasi setelah sebelumnya tanah tersebut mengalami jenuh sempurna (Brendan,
2014).
Pengukuran kadar air perlu dilakukan untuk mengetahui berat kering dari
suatu bahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran kadar air salah satunya
yaitu tanah kering angin mash mengandung air dan apabila dipanaskan pada suhu
105oC, maka air akan menguap dan mengakibatkan keadaan air tersebut tidak stabil
serta mengakibatkan penyimpangan sebagai dasar penghitungan. Faktor lain yang
dapat mempengaruhi pengukuran kadar air yaitu kesalahan metode atau prosedur
yang sering kali dilakukan, hal ini akan berpengaruh langsung terhadap hasil
pengitungan (Graham, 2013).
Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian besar bergantung pada
kemampuan tanah menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima ke bawah.
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi,dan
gravitasi, maka air dibedakan menjadi tiga yaitu air higroskopik, air kapiler dan air
gravitasi.
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
1. Gelas porselen
2. Neraca analitik
3. Oven
4. Eksikator
5. Tang crus
6. Tanah
Ditanya:
Kadar Air Gravimetri
Kadar Air Volumetri
Jawab:
Bobot Air (BA) = BB - BK
= 193,32 - 147,52
= 45,8
Bobot Tanah Kering (BTK) = BK - Bobot Botol
= 147,52 - 49,59
= 97,93
Kadar Air Gravimetri = BA/BTK × 100%
= 45,8/97,93 × 100%
= 46,7%
Kadar Air Volumetri = 0g × BI
= 46,7% × 1,85
= 86,3%
4.3. Interpretasi
Tabel 1. Hasil Perhitungan Kadar Air
Sampel BB (g) BK (g) KAG (%) KAV (%)
1 193,32 147,52 46,7 86,3
Berdasarkan data yang didapat pada tabel dan hasil perhitungan di
atas Berat Basah (BB) tanah yaitu sebesar 193,32 g dan Berat Kering yaitu
sebesar 147,52 sehingga didapatkan Bobot Air (BA) sebesar 45,8 g dengan
menggunakan persamaan Bobot Air (BA) = Berat Basah (BB) – Berat
Kering (BK). Pada Berat Tanah Kering (BTK), Bobot Ring yaitu senilai
49,59 g sehingga di dapat hasil sebesar 97,93 g dengan menggunakan
persamaan Berat Tanah Kering (BTK) = Berat Kering (BK) – Bobot
Ring.Sedangkang Kadar Air Gravimetri di dapatkan nilai sebesar 46,7% g
dengan menggunakan persamaan % Kadar Air Gravimetri (θg) = BA/BTK
× 100%. Pada Kadar Air Volumetri di dapatkan hasil sebesar 86,3% g
dengan menggunakan persamaan % Kadar Air Volumetri (θv) = θg × BI.
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pengaruh kadar air maksimum bagi pertumbuhan tanaman yaitu
ketika pada kadar air tinggi, kekurangan udara mungkin dapat menjadi
penghambat pertumbuhan tanaman. Dari hasil praktikum yang telah
diperoleh dua kadar air yang berbeda jumlahnya. Dalam peneteapan kadar
air, dilakukan dengan dua acara perhitungan yaitu secara gravmetri dan
volumetri, untuk hasil kadar air gravimetri sebesar 46,7%, dan untuk kadar
air volumetri sebesear 86,3%.
5.2. Saran
Di dalam sebuah praktikum pastinya memerlukan alat yang akan
digunakan untuk melakukan praktikum, sebaiknya sebelum praktikum
dimulai seharusnya ketersediaan alat untuk pelaksanaan praktikum sudah
tersedia agar pelaksanaan praktikum berjalan dengan lancar sesuai apa yang
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Khoirunisa, I., Budiman, B., & Kurniasih, R. (2022). PENGARUH KADAR AIR
TANAH TERSEDIA DAN PENGELOLAAN PUPUK TERHADAP
PERTUMBUHAN MENIRAN (Phyllanthus niruri). Jurnal Pertanian
Presisi (Journal of Precision Agriculture), 5(2), 138-146.
Utami, G. S., Caroline, J., & Sipil, T. (2018). Analisis Pengaruh Perubahan Kadar
Air Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah. Prosiding Seminar Nasional
Sains Dan Teknologi Terapan, 0 (0), 289.
https://ejurnal.itats.ac.id/sntekpan/article/view/413
Brendan, C., O. Kelly and V. Sivakumar. 2014. Water Content Determinations for
Peat and Other Organic Soils Using the Oven-Drying Method. Drying
Technology, 32(6): 631 – 643.
Darmayati, F. D., & Sutikto, T. (2019). Estimasi Total Air Tersedia Bagi Tanaman
pada Berbagai Tekstur Tanah Menggunakan Metode Pengukuran
Kandungan Air Jenuh. Berkala Ilmiah Pertanian, 2(4), 164-168.
Swibawa, I Gede., & Hardi Oktarino. 2010. Pengaruh Kadar Air Tanah Terkontrol
Terhadap Kelimpahan Nematode Parasite Tumbuhan. Prosiding : Seminar
Nasional Sains & Teknologi-III.
Taufik, M., & Setiawan, B. I. (2012). Interpretasi kandungan air tanah untuk indeks
kekeringan: Implikasi untuk pengelolaan kebakaran hutan. Jurnal JMHT,
18(1), 31- 38.
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
“PH TANAH”
DISUSUN OLEH:
NAMA : NANDA HARI PRAMUDYA
NIM : 210321100040
KELAS : AGRIBISNIS D
ASPRAK : M. SYAMSUL ARIFIN
1.2. Tujuan
Tujuan diadakannya pratikum ini adalah untuk mengetahui nilai
pH tanah pada suatu sampel tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
pH berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara P di dalam tanah. Tingkat
keasaman (pH) merupakan salah satu factor yang sangat mempengaruhi keberadaan
unsur hara dalam tanah. Perubahan dari bentuk tidak tersedia menjadi bentuk
tersedia salah satunya melalui reaksi kimia yang dipengaruhioleh pH tanah
(Firdausi, N., & Muslihatin, W. 2016).
Nilai pH berkisar antara 0-14. Makin tinggi konsentrasi (H+) maka rendah
pH makin tinggi dan jika konsentrasi (H+) rendah, maka tinggi pH akan semakin
rendah. Sehubungan dengan nilai pH yang dijumpai, ada tiga kemungkinan nilai
pH tersebut, yaitu asam, netral, dan basa (Praharyanto, 2012).
Nilai PH mempunyai hubungan yang erat dengan kandungan bahan organik.
Kumalasari (2012) menyatakan bahwa peningkatan PH tanah tergantung dari
banyaknya seresah. Vegetasi akan memberikan sumbangan seresah ke dalam tanah
berupa daun, ranting, bunga maupun buah, sehingga seresah tersebut
terdekomposer menjadi bahan organik. Berdasarkan hasil penelitian pada tutupan
lahan belukar tua dengan kelerengan datar mempunyai nilai PH lebih rendah
dibandingkan PH pada kelerengan curam, hal ini dikarenakan pada lahan datar
mempunyai tutupan lahan yang lebih rapat sehingga bahan organik mempengaruhi
keasaman tanah lebih besar. Semakin banyak bahan organik maka PH tanah
semakin menurun dengan nilai pH sebesar 6,33 sampai 6,67 (Alfiyah et al., 2020).
Penambahan bahan organik mampu meningkatkan pH tanah, unsur N dan
hara makro lain yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga tanaman memperoleh
cukup nutriai untuk pertumbuhannya dibandingkan dengan tanah berpasir. Tanah
berpasir umumnya rendah bahan organik dan nitrogen karena rendah air, dan
mudah teroksidasi, serta secara alami menambahkan sedikit bahan tanaman
(Organik et al., 2013).
PH meter adalah sebuah alatelektronik yang berfungsi untuk mengukur pH
(derajatkeasaman atau kebasaan) suatu cairan (ada elektrodakhusus yang berfungsi
untuk mengukur pH bahan-bahansemi padat) [12]. Sebuah pH meter terdiri dari
sebuahelektroda (probe pengukur) yang terhubung ke sebuah alatelektronik yang
mengukur dan menampilkan nilai pH (Rahmanto et al., 2020).
BAB III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Alat dan Bahan
1. Gelas ukur
2. Timbangan analitik
3. Tabung film
4. pH meter
5. Pipet volume
6. Tanah
7. Air
3. Tambahkan 10 ml air
menggunakan pipet volume,
kemudian masukkan kedalam
tabung film.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengertian pH Tanah
pH merupakan kependekan dari potensial of hydrogen.
Sedangkan pH tanah adalah suatu standar pengukuran tingkat
keasaman atau kebasaan pada suatu lahan. Dengan mengetahui
kadar pH dalam tanah, para petani (manusia) dapat menentukan
tanaman apa yang cocok untuk ditanam atau dibudidayakan karena
setiap tanaman memiliki karakteristik kebutuhan kadar pH yang
berbeda-beda.
5.2. Saran
Saran untuk mengatasi masalah kemasaman tanah (pH tanah) untuk
tanah dengan kadar asam yang tinggi dapat dikurangi dengan cara
pengapuran. Pengapuran adalah suatu cara untuk menaikkan nilai dari pH
tanah. Jika pH tanah dapat dinaikkan maka resiko terkena keracunan
alumunium (Al) dapat diminimalisir. Tidak cukup dengan mengandalkan
pengapuran saja, hal lain yang juga perlu dilakukan adalah pemupukan. Itu
bertujuan untuk perbaikan unsur hara. Penambahan bahan organik juga
diperlukan untuk memperbaiki daya ikat tanah untuk mengikat air.
REFERENSI
Alfiyah, F., Nugroho, Y., & Rudy, G. S. (2020). Pengaruh Kelas Lereng Dan
Tutupan Lahan Terhadap Solum Tanah, Kedalaman Efektif Akar Dan Ph
Tanah. Jurnal Sylva Scienteae, 03(3), 499–508.
Organik, B., Serapannya, D. A. N., & Tanaman, P. (2013). Ketersediaan Nitrogen
Pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik Dan
Serapannya Pada Tanaman Jagung. Jurnal Agroekoteknologi Universitas
Sumatera Utara, 1(3), 479–488.
Prabowo, R., & Subantoro, R. (2017). Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat
Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian Di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta, 2008, 59–64.
Rahmanto, Y., Rifaini, A., Samsugi, S., & Riskiono, S. D. (2020). SISTEM
MONITORING pH AIR PADA AQUAPONIK MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER ARDUINO UNO. Jurnal Teknologi Dan Sistem
Tertanam, 1(1), 23. https://doi.org/10.33365/jtst.v1i1.711
Praharyanto. 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Firdausi, N., & Muslihatin, W. (2016). Pengaruh Kombinasi Media Pembawa
Pupuk Hayati Bakteri Pelarut Fosfat Tehadap pH dan Unsur Hara Fosfor
dalam Tanah. Jurnal sains dan seni its, 5(2).