Anda di halaman 1dari 5

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikutura

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor


10 November 2009

PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( Elaeis Guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI
PT CIPTA FUTURA, SUMATERA SELATAN

Pre-processed Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Fresh Fruit Bunch Handling in PT Cipta Futura, South Sumatera

Armita Rayendra1, Iskandar Lubis2, Ade Wachjar2


1
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, A24050834
2
Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

The apprentice was conducted in Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, South Sumatera from February until
June 2009. The purpose of the apprentice generally was to developed intern’s knowledge and work experience in Palm Oil
Plantation. The main purposes were to learn pre-processed Palm Oil Fresh Fruit Bunch (FFB) Handling and its effect to
CPO quality. The quality of harvested fruit in PT Cipta Futura, Afdeling 7 was still not good enough. The percentage of
unripe fruit was 3.76% (standard 0%) and ripened fruit was 94.01% . The fruit carrier productivity in Afdeling 7 was below
the company’s standard/grade. Fuel usage was too much and carrying capacity was below the standard. Thus, the restan
fruit that cause financial loss the company was often occurred. The Free Fatty Acid (FFA) in PT Cipta Futura was below
2%, which means it reached the SNI, but transport manajemen was still need to be fixed for transport eficiency.

Key words: palm oil, fresh fruit bunch, handling, pre-processed

PENDAHULUAN pengolahan, kapasitas olah, dan mutu produk akhir


(Pahan, 2008). Faktor transportasi meliputi jarak
Latar Belakang pengangkutan TBS ke PKS, keadaan/kondisi jalan,
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan kondisi topografi lahan, serta jumlah dan kondisi alat
penghasil minyak nabati yang bisa diandalkan dan angkut. Selain itu, ketepatan penanganan bahan juga
merupakan komoditas perkebunan di Indonesia. Kelapa dipengaruhi oleh bagaimana perbandingan antara volume
sawit menyumbang devisa cukup besar bagi produksi kebun dengan volume penerimaan dan kapasitas
pembangunan karena pada tahun 2005 volume ekspor pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem
10 376 200 ton minyak sawit mentah (CPO) mencapai dan perencanaan yang tepat.
nilai US $ 3 756 283 000. Pada tahun 2007 ekspor Secara umum, kegiatan magang ini bertujuan untuk
CPO meningkat menjadi 11 875 400 ton dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan penulis dan
mencapai nilai US $ 7 868 640 000 (Direktorat Jenderal memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun
Perkebunan, 2008). Oleh karena itu, kelapa sawit kelapa sawit. Selain itu penulis dapat membandingkan
memiliki potensi yang sangat besar. antara teori yang diperoleh di kampus dan praktik di
Selain digunakan sebagai minyak goreng, minyak lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di
kelapa sawit juga digunakan oleh berbagai industri perkebunan kelapa sawit. Kegiatan magang bertujuan
sebagai bahan utama atau campuran untuk menghasilkan untuk mempelajari penanganan Tandan Buah Segar
produk-produk bahan makanan, kosmetika, obat-obatan, (TBS) pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap
serta industri berat dan ringan. Karena kegunaannya itu, kualitas CPO yang dihasilkan.
minyak kelapa sawit banyak dibutuhkan, sehingga perlu
terus dilakukan peningkatan produksi minyak kelapa METODE MAGANG
sawit untuk memenuhi permintaan baik dari dalam
maupun luar negeri. Tempat dan Waktu
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi Kegiatan magang dilaksanakan di kebun kelapa
kelapa sawit adalah dengan meningkatkan kualitas sawit Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan.
sumber daya manusianya (SDM), yaitu dengan Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009
menciptakan SDM yang memiliki kemampuan memadai sampai bulan Juni 2009.
dan menguasai bidang kerjanya. Selain peningkatan
produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan kualitas Metode
minyak kelapa sawit. Salah satu penilaian kualitas Selama magang, dilaksanakan kegiatan kerja
minyak kelapa sawit adalah kandungan Asam Lemak dengan berbagai tingkatan jabatan, yaitu bekerja sebagai
Bebas (ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar air karyawan harian lepas (KHL), mandor/mandor besar,
minyak. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992), sampai menjadi asisten kepala afdeling. Selain bekerja di
kandungan ALB (sebagai asam palmitat) dalam minyak lapangan, penulis mengumpulkan data yang diperlukan,
kelapa sawit yang memenuhi syarat Standar Nasional meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
Indonesia (SNI) maksimum 5.00 % (bobot/bobot). Oleh diperoleh dengan melakukan kegiatan dan pengamatan
karena itu, kualitas minyak kelapa sawit perlu secara langsung di lapangan, wawancara dan diskusi
diperhatikan. Kualitas minyak kelapa sawit dipengaruhi dengan karyawan dan staf, serta menganalisa data
oleh beberapa faktor yang terkait dengan cara pemanenan mengenai kegiatan pascapanen di lapangan. Data
sampai proses penanganan pasca panen tandan buah sekunder diperoleh dari laporan manajemen perusahaan
segar (TBS). dan sumber pustaka pendukung.
Dalam pengelolaan penanganan TBS di kebun Pada tahap KHL, penulis mengikuti semua kegiatan
kelapa sawit, faktor transportasi mendapat perhatian yang dilaksanakan oleh KHL. Pekerjaan yang dilakukan
khusus. Keterlambatan pengangkutan TBS (restan) ke terutama pada aspek budidaya seperti memperbaiki
pabrik kelapa sawit (PKS) akan mempengaruhi proses infrastruktur kebun, pemeliharaan, sampai dengan panen
dan pascapanen. Pada saat sebagai mandor, penulis terdapat 1 buah yang sudah membrondol, berarti buah
melakukan pengawasan pada semua kegiatan, sudah layak dipanen dan mengakibatkan terdapat
penghitungan kebutuhan tenaga kerja dan biaya yang beberapa buah yang termasuk dalam fraksi 0 dan 1 juga
dikeluarkan serta perhitungan kebutuhan proses ikut terpanen. Seperti disajikan pada Tabel 2 pengamatan
budidaya. Saat menjadi asisten kepala afdeling, penulis kualitas potong buah.
melakukan perencanaan dan pengawasan serta
menganalisis permasalahan manajerial yang dihadapi di Tabel 2. Pengamatan Kualitas Potong Buah
lapangan.
Total Buah hasil panen
Keman-
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG TBS Mentah Matang Busuk
doran
Sampel (Fraksi 0-1) (Fraksi 2-3) Berbau
Pemanenan ……………………(TBS)…….………..……
Panen merupakan kegiatan pemotongan tandan 1 309 12 294 3
buah segar dari pohon hingga diangkut ke pabrik. 2 322 7 306 9
Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang sangat 3 328 8 306 14
penting karena merupakan sumber pendapatan
4 151 2 147 2
perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit
(MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). 5 377 27 345 5
Perusahaan Cipta Futura memiliki target produksi Total 1 487 56 1 398 33
yang ditetapkan setiap tahun untuk dicapai oleh setiap
afdeling. Persentase realisasi panen tiap afdeling akan Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
mencerminkan kualitas kerja karyawannya. Oleh karena Hasil pengamatan pada Tabel 2, menunjukkan
itu, setiap afdeling berusaha meningkatkan produktivitas bahwa terdapat buah mentah yang dipanen dari
panen. Seperti pada Tabel 1, realisasi panen Afdeling 7 keseluruhan sampel sebesar 56 TBS atau 3.76 %,
tahun 2009, menunjukkan bahwa produksi meningkat di sedangkan buah matang yang dipanen sebesar 1 398 TBS
bulan April dan Mei hingga melebihi target yang (94.01 %) dan buah busuk sebanyak 33 TBS atau 2.22 %.
ditentukan perusahaan. Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas potong buah
masih belum sesuai standar. PT Cipta Futura menetapkan
Tabel 1. Realisasi Panen Afdeling 7 Tahun standar 0 % untuk panen buah mentah, sedangkan dari
2009 hasil pengamatan penulis, masih terdapat 3.76 % panen
buah mentah.
Realisasi
Ton Ton
Periode Margin Panen
Target Realisasi (%) Rotasi Panen
Januari 3 777.41 2 371.49 - 1 405.92 62.78 Rotasi (pusingan) panen adalah waktu yang
Februari 2 930.06 2 125.39 - 804.67 72.54 diperlukan antara panen terakhir sampai panen
berikutnya pada tempat yang sama (Fauzi et al., 2008).
Maret 3 402.79 2 815.53 - 617.25 81.86 Rotasi panen dipengaruhi oleh jumlah tenaga pemanen,
April 3 318.06 4 288.76 + 970.70 129.26 kondisi hanca, luas areal yang dipanen, kondisi cuaca,
Mei 3 554.43 4 258.18 + 703.75 119.80 dan yang terpenting adalah AKP. Terdapat tiga macam
rotasi di PT Cipta Futura, yaitu 10/15, 7/10, dan 5/7.
Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009) Rotasi 10/15 artinya terdapat 10 hari panen dengan 5 hari
sebagai hari cadangan. Begitu pula dengan 7/10 (7 hari
Angka Kerapatan Panen (AKP) panen dengan 3 hari cadangan) dan 5/7 (5 hari panen
Angka kerapatan panen diperoleh dari hasil sensus dangan 2 hari cadangan). Tiga jenis rotasi ini digunakan
buah. Tujuan dilakukan sensus buah adalah untuk sesuai dengan produksi kelapa sawit. Menurut Lubis
mengetahui AKP setiap bulannya dan memperkirakan (1992), panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh iklim
hasil pada rotasi panen berikutnya, sehingga dapat sehingga dikenal panen puncak dan panen kecil. Seperti
menentukan taksasi panen pada bulan tersebut sampai rotasi 5/7 yang digunakan pada saat panen puncak dan
dengan enam bulan ke depan. AKP digunakan untuk pada luasan panen kecil.
menghitung taksasi panen. Taksasi panen adalah
perkiraan produksi kebun yang digunakan untuk Sistem Panen
memperkirakan jumlah tenaga kerja panen dan alat Kegiatan panen di PT Cipta Futura menggunakan
pengangkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS. sistem panen hanca giring tetap. Mandor panen
menentukan pembagian hanca setiap apel pagi.
Kriteria Matang Panen Pembagian hanca dilakukan berdasarkan nomor pemanen
Penentuan kriteria matang panen sangat penting dan nomor hanca. Setiap pemanen memiliki nomor
dilakukan, agar pemanen memotong tandan buah yang pemanen dan akan mendapatkan hanca dengan nomor
tepat. Secara teori, tandan yang ideal untuk dipanen ialah yang sama. Akan tetapi pembagian tersebut bisa berubah
pada saat kandungan minyak maksimal dalam daging bergantung pada banyaknya regu kerja (RK) pemanen
buah dan kandungan asam lemak bebas yang serendah yang hadir dan luasan areal yang akan dipanen.
mungkin. Kriteria matang panen bergantung pada berat
tandan, yaitu untuk berat tandan lebih dari 10 kg Tenaga Kerja Panen
sebanyak 2 brondolan/kg dan untuk berat tandan kurang Tenaga kerja (TK) panen Afdeling 7 PT Cipta
dari 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg. Futura yang terdaftar pada tahun 2009 berjumlah 94
Kriteria matang panen yang digunakan di PT Cipta orang pemanen. Setiap pemanen yang terdaftar
Futura Afdeling 7 adalah apabila terdapat 1 brondolan diperbolehkan melakukan kegiatan pemanenan dibantu
jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen. Dengan maksimal oleh seorang kenek langsir dan seorang
asumsi sudah terdapat beberapa buah membrondol, tetapi pengutip brondolan. Sehingga setiap regu kerja pemanen
tersangkut di ketiak pelepah. Namun, pengertian kriteria beranggotakan maksimal tiga tenaga kerja.
panen tersebut dipahami oleh pemanen menjadi jika
Pengontrolan tenaga kerja panen perlu dilakukan 3 orang tenaga kerja memiliki kualitas kerja yang lebih
untuk mengetahui hasil kerja pemanen. Apakah sudah baik dibandingkan dengan regu kerja yang terdiri dari 1
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) atau 2 tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
panen yang ditetapkan oleh perusahaan dan agar brondolan tinggal. RK yang terdiri dari 1 orang memiliki
produksi yang terealisasi dapat sesuai dengan rencana angka brondolan tinggal yang lebih tinggi.
tahunan kebun. Pengontrolan tenaga kerja panen Selain mengamati kualitas kutip brondolan,
dilakukan dengan mengamati kualitas dan kuantitas kerja terdapat pula beberapa kejadian buah tinggal di dalam
pemanen. hanca. Pemanen tidak mengeluarkan buah karena lupa
Penulis melakukan pengamatan mengenai kualitas atau terlewat. Hal ini menjadi salah satu penyebab
penanganan hasil panen oleh tenaga kerja pengutip timbulnya kerugian bagi perusahaan. Penulis melakukan
brondolan yaitu meliputi pengamatan brondolan tinggal, pengamatan terhadap pengangkutan TBS di dalam hanca
baik tertinggal di piringan, pokok sawit, pasar 2:1, dan yang disajikan pada Tabel 4.
gawangan mati yang disajikan dalam Tabel 3. Pada pengangkutan dalam hanca, PT Cipta Futura
Pengamatan ini dilakukan dengan membedakan jumlah
TK setiap RK. Afdeling 7 memberikan anjuran kepada pemanen untuk

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan

Jumlah Brondolan Tinggal Presentase Brondolan Tinggal


TK dalam Gawangan Gawangan
RK Piringan Pokok Pasar 2:1
Total Piringan Pokok Pasar 2:1
Mati Mati
……………….....……(buah)…………...………….. …………….……..…..(%)…………….………..
1 58 111 51 218 438 13.24 25.34 11.64 49.77
2 34 87 28 79 228 14.91 38.16 12.28 34.65
3 18 60 18 35 131 13.74 45.8 13.74 26.72
Rata-rata 39 86 38 116 279 13.96 36.43 12.55 37.05
Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
melakukan kegiatan pemanenan per pasar. Selain itu,
Rekapitulasi hasil pengamatan kualitas kutip pengangkutan TBS dan brondolan yang dilakukan per
brondolan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata pasar juga dapat memudahkan dalam pengangkutan TBS
presentase brondolan tinggal di piringan sebanyak dan brondolan ke PKS. Pada tabel hasil pengamatan TBS
13.96 %, brondolan tinggal di pokok sebanyak 36.43 %, tinggal dalam hanca (Tabel 4), dapat dilihat kualitas
di pasar 2:1 sebanyak 12.55 % dan di gawangan mati angkut TBS di dalam hanca. Presentase total TBS tinggal
sebanyak 37.05 %. Hasil pengamatan kualitas kutip di piringan sebesar 1.37 % dan di gawangan mati sebesar
brondolan menunjukkan bahwa kualitas kerja pengutip 0.83%. Standar perusahaan menerapkan 0% untuk TBS
brondolan masih kurang baik. Dari data tersebut, tinggal dalam hanca, sehingga dapat dikatakan bahwa
brondolan tinggal di gawangan dan di pokok lebih kualitas pengangkutan TBS dalam hanca masih kurang
banyak dari pada brondolan tinggal di piringan atau di baik.
pasar 2:1. Banyaknya berondolan tinggal disebabkan

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pengamatan TBS Tinggal dalam Hanca

TBS Tinggal Presentase TBS Tinggal


Kemandora Total TBS
n Panen
Piringan Gawangan Mati Piringan Gawangan Mati
……............(%)……………
1 753 2 1 0.27 0.13
2 537 0 1 0.00 0.19
3 974 1 2 0.10 0.21
4 504 3 0 0.60 0.00
5 978 4 3 0.41 0.31
Total 3 746 10 7 1.37 0.83
Rata-rata per kemandoran 2 1.4 0.27 0.17
Sumber: Hasil Pengamatan (2009)
Panjang gagang TBS menjadi salah satu parameter
pengamatan kualitas kerja pemanen yang penulis amati
pada gawangan mati dan pada pokok sawit kurang
(Tabel 5). Standar pemanenan di PT Cipta Futura
diperhatikan oleh pengutip brondolan dan tempatnya
mengharuskan TBS yang tersusun di TPH untuk diangkut
tidak terlalu terlihat. Seperti pada gawangan mati,
ke PKS sudah di potong gagang panjangnya. Gagang
brondolan tertutupi oleh tumpukan pelepah, sedangkan
panjang TBS ini akan merugikan perusahaan, yaitu hanya
pada pokok tanaman, brondolan terselip di ketiak
menambah berat semu TBS dan tidak menghasilkan
pelepah.
minyak, melainkan merupakan penyerap minyak saat
Pada Tabel 3, jumlah tenaga kerja pemanen dalam
pengolahan sehingga mengurangi dan merugikan
satu regu kerja mempengaruhi kualitas pengangkutan
produksi minyak.
hasil panen di dalam hanca. Regu kerja yang terdiri dari
PT Cipta Futura menerapkan standar panjang Tabel 6. Produksi dan Pengangkutan Hasil Panen
gagang tidak boleh lebih dari 2 cm atau memotong Afdeling 7 Bulan Januari-Mei 2009
gagang serapat mungkin dengan tandan tetapi jangan
sampai melukai buah. Oleh karena itu, disarankan untuk Bulan Tanggal Panen Pengangkutan Restan
memotong gagang berbentuk “V”. (ton) (ton) (ton)
Januari 8 61.632 54.192 7.440
Tabel 5. Presentase Gagang Panjang di Afdeling 9 63.390 45.288 18.102
7 12 102.606 78.288 24.318
13 137.556 84.744 52.812
Keman Jumlah TBS Gagang Panjang Gagang Panjang Februari 2 93.425 91.392 2.033
-doran Sampel (buah) (%) 3 76.921 45.837 31.084
1 345 8 2.32 10 67.604 58.294 9.310
2 186 4 2.15 17 101.223 56.278 44.945
3 256 8 3.13 Maret 11 151.969 130.332 21.637
4 219 5 2.28 16 115.391 111.183 4.208
5 227 5 2.20 April 2 122.084 117.904 4.180
Total 1233 30 2.43 6 145.305 70.19 75.115
11 82.575 76.875 5.700
Sumber: Hasil Pengamatan, 2009 13 172.588 167.095 5.493
Panjang gagang TBS di Afdeling 7 sudah baik, 15 172.535 132.081 40.454
karena panjang gagang kurang dari 3 cm dan presentase Mei 11 86.227 84.732 1.495
gagang panjang hanya sebesar 2.43 %. Artinya terdapat 15 148.820 89.706 59.114
2-3 TBS bergagang panjang dari 100 TBS yang dipanen. Keterangan : Data Pengangkutan diambil dari 20 unit dump
truck
Pengangkutan Tandan Buah Segar Sumber: Kantor Afdeling 7

Pengangkutan TBS bertujuan mengirim TBS dan Selain pentingnya memperhatikan produktivitas,
brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui perlu juga memperhatikan efisiensi pengangkutan. Salah
penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal satunya dengan melihat efisiensi pemakaian bahan bakar
pengiriman TBS secara tepat, sehingga minyak yang dibandingkan dengan kemampuan kendaraan angkut
dihasilkan berkualitas baik dan pabrik kelapa sawit untuk mengangkut buah.
bekerja secara optimal. Ketiga faktor tersebut Pada Tabel 7 dapat dilihat produktivitas salah satu
merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. kendaraan angkut di Afdeling 7. Rata-rata produktivitas
Efisiensi pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit muatan per liter bensin adalah 0.42 (ton/liter). Adapun
angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu standar yang ditetapkan perusahaan untuk kegiatan
seefisien mungkin. transportasi adalah 0.6 untuk ton/liter.
PT Cipta Futura menggunakan dump truck sebagai
unit pengangkutan. Dump truck tersebut berkapasitas Tabel 7. Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di
maksimum 6 ton dan di Afdeling 7 terdapat 20 unit dump Afdeling 7 PT Cipta Futura pada Bulan
truck. Pengangkutan TBS di PT Cipta Futura dilakukan Februari
oleh kerani buah, supir dan pemuat yang bekerja sama
Produktivitas
dengan mandor dan supervisor panen. Kerani buah Tanggal
(ton/l)
bertugas mengawasi jalur pengangkutan hasil panen yang
1 0.39
sudah ditentukan oleh supervisor panen. Biasanya jalur
2 0.54
pengangkutan buah yang menjadi tanggung jawab kerani
3 0.40
dibagi per blok panen, satu kerani untuk satu blok panen.
4 0.52
Mandor panen bertugas memberitahukan kerani buah di
5 0.44
mana saja hanca yang dipanen dan berkoordinasi
6 0.44
mengenai penempatan buah oleh pemanen.
7 0.43
Kondisi jalan yang rusak akan menyulitkan
8 0.33
pengangkutan. Fauzi et al (2008) menyatakan bahwa
9 0.36
curah hujan yang terlalu tinggi dapat menjadi masalah,
10 0.41
terutama jalan untuk transportasi. Pada musim hujan,
11 0.36
jalan Kebun Ujan Mas tersebut mengalami kerusakan
12 0.40
karena jalan terbuat dari tanah, sehingga menyebabkan
13 0.43
banyak truk pengangkut terpuruk yang mengakibatkan
14 0.44
buah restan.
15 0.20
Menurut Fauzi et al. (2008), TBS harus segera
16 0.62
diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam
17 0.47
setelah panen. Buah yang tidak segera diolah akan
18 0.47
mengalami kerusakan. Oleh karena itu, adanya buah
19 0.41
restan akan merugikan perusahaan berdasarkan biaya dan
20 0.40
kualitas minyak yang dihasilkan.
Pada Tabel 6 disajikan data buah restan di Afdeling Rata-rata 0.42
7 dengan rata-rata tiga kali terjadi buah restan dalam satu Keterangan : Data Pengangkutan diambil dari 1 unit
bulan. Buah restan yang ada, diangkut ke pabrik pada dump truck
hari berikutnya. Pengangkutan buah di hari berikutnya Sumber: Kantor Afdeling 7
dilakukan lebih awal dan didahulukan mengangkut buah
restan ke pabrik. Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 ini
masih dibawah standar perusahaan karena muatan per
angkutan belum mencapai standar. Belum tercapainya
standar muatan (tonase) per unit disebabkan oleh waktu 13.96 % brondolan tinggal di piringan, tinggal di pokok
angkut yang tidak terpakai dengan efisien. Kendaraan sebanyak 36.43 %, di pasar 2:1 sebanyak 12.55 % dan di
terlalu lama berkeliling blok panen untuk mencari TBS gawangan mati sebanyak 37.05 %. Brondolan tinggal di
karena kurangnya koordinasi antara kerani buah dan gawangan dan di pokok lebih banyak dari pada
mandor panen. Selain itu infrastruktur jalan juga brondolan tinggal di piringan atau di pasar 2:1, karena
mempengaruhi. tempatnya tidak terlalu terlihat oleh pengutip.
Rata-rata produktivitas muatan per liter bahan
Administrasi Pengangkutan bakar adalah 0.42 ton/liter (standar 0.6 ton/liter).
Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 ini masih di
Administrasi pengangkutan dikerjakan oleh kerani bawah standar. Pemakaian BBM masih terlalu banyak
buah bagian administrasi. Administrasi pengangkutan dan tonase belum mencapai standar perusahaan. PT Cipta
adalah kegiatan mendata TBS dan brondolan hasil panen Futura memiliki rata-rata kandungan ALB di bawah 2 %,
yang diangkut ke PKS. Kerani buah bagian administrasi artinya sudah memenuhi SNI, tetapi manajemen
bekerja menghitung TBS dan brondolan yang diangkut pengangkutan tetap harus diperbaiki untuk mencapai
per truk. Perhitungan dilakukan berdasarkan catatan efisiensi pengangkutan.
(kopelan) supir.
Pada lembar Surat Pengantar Buah (SPB) dituliskan Saran
jumlah TBS dan brondolan terangkut beserta bobot 1. Mutu buah, kebersihan hanca, dan gagang panjang
perkiraannya. Bobot tersebut diperoleh dari hasil kali berkaitan dengan kualitas kerja pemanen, sehingga
jumlah TBS dengan komidelnya (bobot janjang rata-rata diperlukan pengawasan panen yang baik.
TBS yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan 2. Pemberian informasi kepada tenaga kerja
timbangan aktual). Karena terdapat 2 bobot komidel di pemanenan diperbaiki lagi, sehingga tidak terjadi
Afdeling 7, maka perkiraan bobot muatan truk sering kesalahpahaman mengenai kriteria potong buah.
tidak akurat, sehingga terjadi selisih bobot yang cukup 3. Perawatan infrastruktur terutama jalan perlu
besar antara perkiraan bobot di SPB dan penimbangan diperhatikan, agar tidak menghambat kelancaran
aktual di PKS. Kesalahan perkiraan tersebut perlu transportasi buah ke pabrik.
diperbaiki untuk menghindari kerugian bagi perusahaan. 4. Penggunaan buku kontrol TBS dalam pengangkutan
Selisih bobot yang terlalu besar, jika dibiarkan akan hasil panen lebih dimaksimalkan lagi agar tidak
menimbulkan masalah, seperti adanya buah restan tetapi terjadi TBS restan.
tidak diketahui dan baru ditemukan setelah beberapa hari. 5. Kegiatan pengangkutan hasil panen perlu adanya
Selain masalah buah restan, selisih bobot yang besar koordinasi antara kerani buah dan mandor panen,
akan mengkhawatirkan keamanan TBS di lapangan. Bisa agar pengangkutan lebih produktif dan efisien.
terjadi kemungkinan kehilangan TBS tanpa
sepengetahuan pengelola kebun, karena tidak terlalu
memperhatikan selisih bobot tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Banyaknya masalah yang timbul pada kegiatan
pengangkutan hasil panen tersebut dapat menyebabkan Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional
penurunan kualitas buah yang akan merugikan Indonesia (SNI). www. agribisnis. deptan. go.
perusahaan. Pengangkutan di Afdeling 7 juga belum id. [07 Desember 2008].
memenuhi standar produktivitas dan efisiensi
Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Pendataan Kelapa
perusahaan. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian
Sawit Tahun 2008 Secara Komprehensif dan
khusus dari pihak kebun.
Objektif. http://www.ditjenbun@deptan.go.id.
[20 Oktober 2008].
KESIMPULAN DAN SARAN
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Setyawibawa, dan R.
Kesimpulan
Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
Kegiatan magang yang dilakukan di PT Cipta
Jakarta. 168 hal.
Futura Plantation, Sumatera Selatan, meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan penulis dalam Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
melaksanakan perkerjaan di perkebunan kelapa sawit. Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan
Penulis memperoleh pengalaman bekerja dan dapat Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal.
membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus
dengan praktik di lapangan, baik dari aspek teknis
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari
maupun manajemen di perkebunan kelapa sawit.
Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Secara keseluruhan, kualitas kerja pemanen di
411 hal.
Afdeling 7 masih kurang baik, karena presentase buah
tinggal sebesar 0.27 % di piringan dan 0.17 % di
gawangan mati (standar 0%). Jumlah tenaga kerja
pemanen dalam satu regu kerja mempengaruhi kualitas
pengangkutan hasil panen di dalam hanca. Regu kerja
yang terdiri dari 3 orang tenaga kerja memiliki kualitas
kerja yang lebih baik dibandingkan dengan regu kerja
yang terdiri dari 1 atau 2 tenaga kerja. Panjang gagang
TBS di Afdeling 7 sudah baik, karena panjang gagang
kurang dari 3 cm dan presentase gagang panjang hanya
sebesar 2.43 %.
Mutu buah panen di PT Cipta Futura Afdeling 7
masih kurang baik, karena adanya buah mentah sebesar
3.76 % (standard 0 %) dan presentase buah matang
sebesar 94.01 %. Kualitas pengutipan brondolan di
Afdeling 7 juga masih kurang baik. Karena terdapat

Anda mungkin juga menyukai