PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT ( Elaeis Guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI
PT CIPTA FUTURA, SUMATERA SELATAN
Pre-processed Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Fresh Fruit Bunch Handling in PT Cipta Futura, South Sumatera
Abstract
The apprentice was conducted in Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation, South Sumatera from February until
June 2009. The purpose of the apprentice generally was to developed intern’s knowledge and work experience in Palm Oil
Plantation. The main purposes were to learn pre-processed Palm Oil Fresh Fruit Bunch (FFB) Handling and its effect to
CPO quality. The quality of harvested fruit in PT Cipta Futura, Afdeling 7 was still not good enough. The percentage of
unripe fruit was 3.76% (standard 0%) and ripened fruit was 94.01% . The fruit carrier productivity in Afdeling 7 was below
the company’s standard/grade. Fuel usage was too much and carrying capacity was below the standard. Thus, the restan
fruit that cause financial loss the company was often occurred. The Free Fatty Acid (FFA) in PT Cipta Futura was below
2%, which means it reached the SNI, but transport manajemen was still need to be fixed for transport eficiency.
Pengangkutan TBS bertujuan mengirim TBS dan Selain pentingnya memperhatikan produktivitas,
brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui perlu juga memperhatikan efisiensi pengangkutan. Salah
penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal satunya dengan melihat efisiensi pemakaian bahan bakar
pengiriman TBS secara tepat, sehingga minyak yang dibandingkan dengan kemampuan kendaraan angkut
dihasilkan berkualitas baik dan pabrik kelapa sawit untuk mengangkut buah.
bekerja secara optimal. Ketiga faktor tersebut Pada Tabel 7 dapat dilihat produktivitas salah satu
merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. kendaraan angkut di Afdeling 7. Rata-rata produktivitas
Efisiensi pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit muatan per liter bensin adalah 0.42 (ton/liter). Adapun
angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu standar yang ditetapkan perusahaan untuk kegiatan
seefisien mungkin. transportasi adalah 0.6 untuk ton/liter.
PT Cipta Futura menggunakan dump truck sebagai
unit pengangkutan. Dump truck tersebut berkapasitas Tabel 7. Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di
maksimum 6 ton dan di Afdeling 7 terdapat 20 unit dump Afdeling 7 PT Cipta Futura pada Bulan
truck. Pengangkutan TBS di PT Cipta Futura dilakukan Februari
oleh kerani buah, supir dan pemuat yang bekerja sama
Produktivitas
dengan mandor dan supervisor panen. Kerani buah Tanggal
(ton/l)
bertugas mengawasi jalur pengangkutan hasil panen yang
1 0.39
sudah ditentukan oleh supervisor panen. Biasanya jalur
2 0.54
pengangkutan buah yang menjadi tanggung jawab kerani
3 0.40
dibagi per blok panen, satu kerani untuk satu blok panen.
4 0.52
Mandor panen bertugas memberitahukan kerani buah di
5 0.44
mana saja hanca yang dipanen dan berkoordinasi
6 0.44
mengenai penempatan buah oleh pemanen.
7 0.43
Kondisi jalan yang rusak akan menyulitkan
8 0.33
pengangkutan. Fauzi et al (2008) menyatakan bahwa
9 0.36
curah hujan yang terlalu tinggi dapat menjadi masalah,
10 0.41
terutama jalan untuk transportasi. Pada musim hujan,
11 0.36
jalan Kebun Ujan Mas tersebut mengalami kerusakan
12 0.40
karena jalan terbuat dari tanah, sehingga menyebabkan
13 0.43
banyak truk pengangkut terpuruk yang mengakibatkan
14 0.44
buah restan.
15 0.20
Menurut Fauzi et al. (2008), TBS harus segera
16 0.62
diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam
17 0.47
setelah panen. Buah yang tidak segera diolah akan
18 0.47
mengalami kerusakan. Oleh karena itu, adanya buah
19 0.41
restan akan merugikan perusahaan berdasarkan biaya dan
20 0.40
kualitas minyak yang dihasilkan.
Pada Tabel 6 disajikan data buah restan di Afdeling Rata-rata 0.42
7 dengan rata-rata tiga kali terjadi buah restan dalam satu Keterangan : Data Pengangkutan diambil dari 1 unit
bulan. Buah restan yang ada, diangkut ke pabrik pada dump truck
hari berikutnya. Pengangkutan buah di hari berikutnya Sumber: Kantor Afdeling 7
dilakukan lebih awal dan didahulukan mengangkut buah
restan ke pabrik. Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 ini
masih dibawah standar perusahaan karena muatan per
angkutan belum mencapai standar. Belum tercapainya
standar muatan (tonase) per unit disebabkan oleh waktu 13.96 % brondolan tinggal di piringan, tinggal di pokok
angkut yang tidak terpakai dengan efisien. Kendaraan sebanyak 36.43 %, di pasar 2:1 sebanyak 12.55 % dan di
terlalu lama berkeliling blok panen untuk mencari TBS gawangan mati sebanyak 37.05 %. Brondolan tinggal di
karena kurangnya koordinasi antara kerani buah dan gawangan dan di pokok lebih banyak dari pada
mandor panen. Selain itu infrastruktur jalan juga brondolan tinggal di piringan atau di pasar 2:1, karena
mempengaruhi. tempatnya tidak terlalu terlihat oleh pengutip.
Rata-rata produktivitas muatan per liter bahan
Administrasi Pengangkutan bakar adalah 0.42 ton/liter (standar 0.6 ton/liter).
Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 ini masih di
Administrasi pengangkutan dikerjakan oleh kerani bawah standar. Pemakaian BBM masih terlalu banyak
buah bagian administrasi. Administrasi pengangkutan dan tonase belum mencapai standar perusahaan. PT Cipta
adalah kegiatan mendata TBS dan brondolan hasil panen Futura memiliki rata-rata kandungan ALB di bawah 2 %,
yang diangkut ke PKS. Kerani buah bagian administrasi artinya sudah memenuhi SNI, tetapi manajemen
bekerja menghitung TBS dan brondolan yang diangkut pengangkutan tetap harus diperbaiki untuk mencapai
per truk. Perhitungan dilakukan berdasarkan catatan efisiensi pengangkutan.
(kopelan) supir.
Pada lembar Surat Pengantar Buah (SPB) dituliskan Saran
jumlah TBS dan brondolan terangkut beserta bobot 1. Mutu buah, kebersihan hanca, dan gagang panjang
perkiraannya. Bobot tersebut diperoleh dari hasil kali berkaitan dengan kualitas kerja pemanen, sehingga
jumlah TBS dengan komidelnya (bobot janjang rata-rata diperlukan pengawasan panen yang baik.
TBS yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan 2. Pemberian informasi kepada tenaga kerja
timbangan aktual). Karena terdapat 2 bobot komidel di pemanenan diperbaiki lagi, sehingga tidak terjadi
Afdeling 7, maka perkiraan bobot muatan truk sering kesalahpahaman mengenai kriteria potong buah.
tidak akurat, sehingga terjadi selisih bobot yang cukup 3. Perawatan infrastruktur terutama jalan perlu
besar antara perkiraan bobot di SPB dan penimbangan diperhatikan, agar tidak menghambat kelancaran
aktual di PKS. Kesalahan perkiraan tersebut perlu transportasi buah ke pabrik.
diperbaiki untuk menghindari kerugian bagi perusahaan. 4. Penggunaan buku kontrol TBS dalam pengangkutan
Selisih bobot yang terlalu besar, jika dibiarkan akan hasil panen lebih dimaksimalkan lagi agar tidak
menimbulkan masalah, seperti adanya buah restan tetapi terjadi TBS restan.
tidak diketahui dan baru ditemukan setelah beberapa hari. 5. Kegiatan pengangkutan hasil panen perlu adanya
Selain masalah buah restan, selisih bobot yang besar koordinasi antara kerani buah dan mandor panen,
akan mengkhawatirkan keamanan TBS di lapangan. Bisa agar pengangkutan lebih produktif dan efisien.
terjadi kemungkinan kehilangan TBS tanpa
sepengetahuan pengelola kebun, karena tidak terlalu
memperhatikan selisih bobot tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Banyaknya masalah yang timbul pada kegiatan
pengangkutan hasil panen tersebut dapat menyebabkan Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional
penurunan kualitas buah yang akan merugikan Indonesia (SNI). www. agribisnis. deptan. go.
perusahaan. Pengangkutan di Afdeling 7 juga belum id. [07 Desember 2008].
memenuhi standar produktivitas dan efisiensi
Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Pendataan Kelapa
perusahaan. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian
Sawit Tahun 2008 Secara Komprehensif dan
khusus dari pihak kebun.
Objektif. http://www.ditjenbun@deptan.go.id.
[20 Oktober 2008].
KESIMPULAN DAN SARAN
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Setyawibawa, dan R.
Kesimpulan
Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
Kegiatan magang yang dilakukan di PT Cipta
Jakarta. 168 hal.
Futura Plantation, Sumatera Selatan, meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan penulis dalam Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
melaksanakan perkerjaan di perkebunan kelapa sawit. Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan
Penulis memperoleh pengalaman bekerja dan dapat Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal.
membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus
dengan praktik di lapangan, baik dari aspek teknis
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari
maupun manajemen di perkebunan kelapa sawit.
Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Secara keseluruhan, kualitas kerja pemanen di
411 hal.
Afdeling 7 masih kurang baik, karena presentase buah
tinggal sebesar 0.27 % di piringan dan 0.17 % di
gawangan mati (standar 0%). Jumlah tenaga kerja
pemanen dalam satu regu kerja mempengaruhi kualitas
pengangkutan hasil panen di dalam hanca. Regu kerja
yang terdiri dari 3 orang tenaga kerja memiliki kualitas
kerja yang lebih baik dibandingkan dengan regu kerja
yang terdiri dari 1 atau 2 tenaga kerja. Panjang gagang
TBS di Afdeling 7 sudah baik, karena panjang gagang
kurang dari 3 cm dan presentase gagang panjang hanya
sebesar 2.43 %.
Mutu buah panen di PT Cipta Futura Afdeling 7
masih kurang baik, karena adanya buah mentah sebesar
3.76 % (standard 0 %) dan presentase buah matang
sebesar 94.01 %. Kualitas pengutipan brondolan di
Afdeling 7 juga masih kurang baik. Karena terdapat