Anda di halaman 1dari 6

Implementasi Bridging System Aplikasi SIKDA Generik dengan P-Care BPJS

Kesehatan di kabupaten Lamongan

Peran teknologi informasi di bidang kesehatan terus berkembang pesat. sistem informasi
kesehatan merupakan perangkat pendukung yang sangat sangat penting dilemma
management. Dinas kesehatan kabupaten Lamongan meluncurkan penggunaan aplikasi
sikda generik dari kementerian kesehatan republik Indonesia secara daring, berbasis web,
yang terpusat pada server di kabupaten. Aplikasi sikda generik adalah aplikasi sistem
informasi kesehatan daerah yang berlaku secara nasional yang menghubungkan secara
online dan terintegrasi seluruh Puskesmas dinas kesehatan dan kementerian kesehatan.
Aplikasi sikda generik dikembangkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas data dan
informasi manajemen kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi.

Sejak tahun 2014, 33 puskesmas di Kabupaten Lamongan melakukan pengisian pada dua
aplikasi yang berbeda, yaitu SIKDA Generik dan P-Care. Hal ini menyebabkan
ketidakefisienan dalam bekerja. Data yang diisi adalah data yang sama dari pasien dan data
penyakit yang sama. Petugas puskesmas lebih nyaman mengisi data di P-Care karena
menyangkut masalah dana kapitasi dari BPJS Kesehatan. Output laporan dari puskesmas
pada aplikasi SIKDA dan P-Care BPJS Kesehatan berbeda karena petugas puskesmas lebih
nyaman mengisi data di P-Care daripada di SIKDA Generik.Untuk mengatasi masalah
pencatatan secara dua kali kerja, BPJS Kesehatan mengembangkan sistem Teknologi
Informasi yang disebut Bridging System. Bridging System merupakan penggunaan aplikasi
yang berbasis web service yang menghubungkan sistem pelayanan kesehatan menjadi satu.

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan action
research yang terdiri dari empat tahap meliputi identifikasi masalah, merencanakan
tindakan, melakukan tindakan atau implementasi dan melakukan evaluasi, karena adanya
kegiatan intervensi yang melibatkan mitra yang diteliti. Bentuk intervensi pada penelitian
ini yaitu proses pengembangan modul tracking pada aplikasi SIKDA Generik dan P-Care
BPJS Kesehatan. Di dalam siklus action reseach terdapat kegiatan intervensi. Kegiatan
intervensi yang dilakukan pada penelitian ini adalah menambahkan modul bridging pada
aplikasi SIKDA Generik agar setiap entri pada SIKDA Generik bisa terekam di aplikasi P-
Care BPJS Kesehatan.Pengembangan modul bridging pada aplikasi SIKDA Generik agar
data yang dientri di SIKDA Generik akan tersimpan pada basis data SIKDA Generik dan P-
Care BPJS Kesehatan. Sehingga petugas entri data tidak melakukan pencatatan rangkap

Variabel penelitian terdapat dalam beberapa tahap antara lain:

1. Tahap analisis sistem


2. Pengembangan sistem meliputi tahap mempelajari alur aplikasi SIKDA dan P-Care,
melakukan penambahan modul breaking system pada aplikasi SIKDA generik
3. Tahap implementasi modul terdiri dari variabel instalasi dan uji coba modul
4. Tahap evaluasi hasil

Pengembangan modul bridging system aplikasi SIKDA Generik dengan P-Care BPJS
Kesehatan dengan metode Agile Development membantu petugas puskesmas agar tidak
melakukan pencatatan rangkap. Sebanyak 90,2% data berhasil menjalankan proses
interoperabilitas, sedang 9,8% gagal menjalankan proses interoperabilitas. Interoperabilitas
sistem dapat ditingkatkan dari tingkat 2 menjadi tingkat 4 menurut skala LISI.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian “Implementasi Bridging System Aplikasi SIKDA Generik


dengan P-Care BPJS Kesehatan di Kabupaten Lamongan” didapatkan beberapakesimpulan
sebagai berikut :

1. Tahap identifikasi masalah, ditemukan bahwa pencatatan rangkap pada dua aplikasi
menyebabkan ketidakefisienan dalam bekerja. Petugas entri puskesmas
menginginkan penggabungan dua aplikasi tersebut menjadi satu akses aplikasi yang
bisa mengirim data menuju dua aplikasi tersebut.
2. Tahap perencanaan. Pada perencanaan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten
Lamongan membuat MoUdengan BPJS Kesehatan untuk mendapatkan Consumer
ID dan Secret Key. Petunjuk manual bridging system di web BPJS Kesehatan
dipelajari, kemudian menentukan spesifikasi teknis pengembangan aplikasi.
Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik Di
UPT. Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar

Sistem informasi kesehatan (SIK) di Indonesia tidak berjalan secara optimal dan belum
maksimal dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan. Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan
terendah mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan karena banyaknya laporan yang
harus dibuat berdasarkan permintaan dari berbagai program di Kementerian Kesehatan.
Aplikasi untuk membuat berbagai laporan yang berbeda-beda menimbulkan tumpang tindih
dalam pengerjaannya, sehingga menghabiskan banyak sumberdaya dan waktu dari petugas
puskesmas. Untuk memenuhi kebutuhan pelaporan tersebut, Puskesmas Gambut
mengimplementasikan aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik (SIKDA
Generik). Kabupaten Banjar provinsi Kalimantan Selatan juga ingin mengembangkan
sistem informasi kesehatan yang berbasis komputer dengan harapan data dan informasi
yang dihasilkan dapat terintegrasi agar efisiensi dan efektivitas kerja meningkat. Melihat
gambaran latar belakang tersebut peneliti ingin mengeksplorasi implementasi aplikasi
sistem informasi kesehatan daerah (SIKDA) generik di UPT Puskesmas gambut kabupaten
Banjar provinsi Kalimantan Selatan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif rancangan studi kasus menggunakan metode
kualitatif, data di kumpulkan dengan wawancara mendalam, pengisian kuisioner oleh
responden, observasi, dan telaah dokumen. Subyek penelitian berjumlah 16 orang dipilih
secara purposive sampling, Analisis data menggunakan metode constant comparative
method.

HASIL

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi dan jumlah SDM masih kurang sehingga
kompetensi SDM mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik tidak memiliki keahlian
khusus di bidang tersebut. Selain itu belum ada upaya untuk meningkatkan
kompetensipetugas sistem informasi kesehatan. Berdasarkan hasil telaah dokumen yaitu
dokumen telaah staf dari kepala seksi data dan informasi kesehatan kabupaten Banjar
kepada kepala Dinas kesehatan kabupaten Banjar perihal permohonan persetujuan untuk
konsultasi dan pembelajaran SIKDA Generik ke PUSDATIN Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia di Jakarta diketahui bahwa semua responden menilai bahwa petugas
SIK atau engelola aplikasi SIKDA Generik ini perlu dibekali keterampilan atau keahlian
khusus misalnya di bidang komputerisasi (100%), sehingga perlu ditingkatkan dan jumlah
SDM perlu di tambah, software aplikasi sering mengalami gangguan dan perlu perbaikan
atau update software SIKDA Generik, implementasi aplikasi SIKDA Generik di Puskesmas
Gambut belum memiliki SK penugasan, tidak ada koordinasi sosialisasi sebelum
pengimplementasian aplikasi dan tidak ada pelatihan atau bimbingan terkait aplikasi
menyebabkan pengetahuan SDM terhadapaplikasi SIKDA Generik kurang.

Kualitas data yang di hasilkan aplikasi SIKDA Generik belum lengkap namun data yang di
hasilkan sudah akurat dan tepat waktu., input dan proses implementasi aplikasi di
Puskesmas Gambut masih kurang menyebabkan output yang dihasilkan aplikasi juga
kurang. Dari hasil analisis wawancara mendalam diketahui kualitas data yang dihasilkan
aplikasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut ini tidak sesuai dengan laporan yang
diminta oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar, sehingga ada doubledalam mengerjakan
laporan oleh petugas pengelola data informasi kesehatan di puskesmas. Data informasi yang
dihasilkan aplikasi SIKDA Generik di UPT. Puskesmas Gambut ini belum lengkap namun
sudah cukup akurat dan tepat waktu, akan tetapi jika ada kerusakan lagi pada hardware
maupun software maka para petugas pengelola aplikasi SIKDA Generik tidak lagi
mengimplementasikan aplikasi SIKDA Generik ini. Berdasarkan wawancara mendalam
diketahui juga bahwa agar data yang di hasilkan berkualitas, akurat, lengkap dan tepat
waktu maka yang paling penting adalah harus ada komitmen dan ketekunan serta
kedisiplinan petugas.

KESIMPULAN
Input implementasi aplikasi SIKDA Generik : kompleksnya formulir prosedur isian aplikasi
dikarenakan banyaknya menu-menu/fitur baru aplikasi SIKDA Generik, kompetensi
petugas SIK masih kurang, Tata kelola sudah berjalan cukup baik hanya saja tidak ada SK
kepengurusan pengimplementasian aplikasi serta tidak ada koordinasi sosialisasi terlebih
dahulu sebelum pengimplementasian aplikasi, pelatihan dan bimbingan juga masih kurang;
Sedangkan dari proses implementasi aplikasi SIKDA Generik, kurangnya SDM
menyebabkan proses yang ada dalam pengimplementasian aplikasi ini juga kurang; Output
yang dihasilkan kualitas datanya sudah baik, akurat dan tepat waktu, laporan atau output
yang dihasilkan aplikasi SIKDA Generik kurang karena proses dan input kurang. Untuk
pengimplementasian aplikasi SIKDA Generik selanjutnya sebaiknya dibuat tata kelola yang
lebih baik. Perlu ada SOP yang jelas dan SK penunjukkan kepengurusan SDM dengan
begitu koordinasi dan sosialisasi akan ke Puskesmas bisa lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai