HIPERBILIRUBIN
DISUSUN OLEH :
NURUL FUADAH
202114097
1. DEFINISI
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah
berlebihan sehingga menimbulkan jaundice pada neonatus di sclera mata, kulit,
membrane mukosa dan cairan tubuh. (Niwang Ayu, Dewi, 2016).
Bilirubin adalah pigmen kristal tetrapiol berwarna jingga kuning yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi
yang terjadi di sistem retikulo endothelial. Bilirubin diproduksi oleh kerusakan
normal sel darah merah. Bilirubin dibentuk oleh hati kemudian dilepaskan ke dalam
usus sebagai empedu atau cairan yang befungsi untuk membantu pencernaan (Mendri
dan Prayogi, 2017).
Bilirubin merupakan senyawa pigmen kuning yang merupakan produk
katabolisme enzimatik biliverdin oleh biliverdin reduktase. Bilirubin di produksi
sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak. Kemudian bilirubin indirek
(tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin
direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi
memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah, sehingga
pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut
masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atikah & Jaya,
2016 ).
2. PREVALENSI
Menurut United Nations Childrens Fund (UNICEF) terdapat 1,8% kematian bayi
yang disebabkan oleh hiperbilirubin dari seluruh kasus perinatal yang terjadi di
dunia.2 Data dari World Health Organization (WHO) kejadian ikterus neonatal di
negara berkembang seperti Indonesia sekitar 50% bayi baru lahir normal yang
mengalami perubahan warna kulit, mukosa dan wajah mengalami kekuningan
(ikterus), dan 80% pada bayi kurang bulan (premature).
Berdasarkan data Riskesdas, 2015 angka hiperbilirubin pada bayi baru lahir di
Indonesia sebesar 51,47%.6 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) tahun 2013, rata-rata persentase bayi kuning atau ikterus yang
diderita anak umur 0-59 bulan pada saat umur neonatal menurut kabupaten Di DIY
sebanyak 39,8%.
3. ETIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena
keadaan sebagai berikut:
1. Polychetemia (peningkatan jumlah sel darah merah)
2. Isoimmun Hemolytic Disease adalah ketika golongan darah ibu tidak cocok
dengan golongan darah bayi. Pada dasarnya, sel darah merah janin
mengandung antigen yang tidak dimiliki sang ibu. Ketika sel darah merah
janin melewati plasenta dan masuk ke aliran darah sang ibu, mereka
dianggap berbahaya dan hal ini memicu tubuh sang ibu untuk menghasilkan
antibodi. Antibodi tersebut pada akhirnya menemukan jalan menuju aliran
darah janin dan menghancurkan sel darah merah janin.
3. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)
Hemolisis ekstravaskuler terjadi pada sel makrofag dari
sistemretikuloendothelial (RES) terutama pada lien, hepar dan sumsum
tulang karena sel inimengandung enzim heme oxygenase.
4. Cephalhematoma Merupakan benjolan berisi darah yang terletak di antara
tulang tengkorak dan selaput tulang tengkorak bayi, disebabkan tekanan saat
persalinan. Pada umumnya benjolan berada di tulang tengkorak bagian
belakang (occipital bone) dan baru muncul sekitar 1-2 hari setelah bayi lahir.
5. Ecchymosis adalah memar terbentuk ketika pembuluh darah di dekat
permukaan kulit rusak, biasanya karena benturan akibat cedera. Kekuatan
benturan menyebabkan pembuluh darah pecah dan mengeluarkan darah.
6. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu
(atresia biliary), infeksi, masalah metabolic galaktosemia, hipotiroid jaundice
ASI.
7. Adanya komplikasi asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan
albumin; lahir premature, asidosis.
1. Peningkatan produksi:
a. Hemolisis, misalnya pada inkompatibilitas yang terjadi bila
terdapat ketidaksesuian golongan darah dan anak pada
penggolongan Rhesus dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis.
d. Defisiensi G6PD/Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3
(alfa), 20 (beta), diol (steroid).
f. Kurangnya enzim Glukoronil Transferase, sehingga kadar
Bilirubin indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin
Hiperbilirubinemia.
8. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentumisalnya
Sulfadiasine.
9. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti
infeksi, toksoplamosis, syphilis.
10. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala bayi dengan hiperbilirubin dapat dilihat dari beberapa aspek
dibawah ini yaitu:
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetic atau
infeksi.
3. Jaundice tampak pada hari ke dua atau ke tiga, dan mencapai puncak pada
hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai
hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang
cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi
(bilirubin direk) kulit tampak bewarna kuning kehijauan atau keruh.
Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti
dempul.
6. Perut membuncit, pembesaran pada lien dan hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar.
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap.
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental.
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
epistotonus, kejang, stenosis, yang disertai ketegangan otot.
11. Nafsu makan berkurang
12. Reflek hisap hilang
13. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
5. PATOFISIOLOGI
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85-90%) terjadi dari
penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti
mioglobin (Maisels J. & McDonagh, 2012). Sel retikuloendotel menyerap kompleks
haptoglobin dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel
ini kemudian mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis
berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tetrapirol bilirubin,
yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air (bilirubin indirek, indirek)
(Maisels J. & McDonagh, 2012).
Bilirubin dalam plasma diikat oleh albumin sehingga dapat larut dalam air. Zat ini
kemudian beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati. Hepatosit melepaskan
bilirubin dari albumin dan mengubahnya menjadi bentuk isomerik monoglucuronides
dan diglucuronide (bentuk indirek) dengan bantuan enzim
uridinediphosphoglucuronosyltransferase 1A1 (UGT1A1) (Maisels J. & McDonagh,
2012).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke
sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus bilirubin diuraikan
oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi
sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen direabsorsi dari
usus melalui jalur enterohepatik dan darah porta membawanya kembali ke hati.
Urobilinogen daur ulang ini umumnya diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali
dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat
ini diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama urin.
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi
kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati
(karena rusak) untuk mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah
normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga akan
menyebabkan hiperbilirubinemia (Ahern, 2011).
6. PATHWAY