Makalah Abortus
Makalah Abortus
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ensiklopedi Indonesia mengartikan abortus sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai
berat 1000 gram. Pembatasan ini tidak mengecualikan apakah abortus itu
termasuk abortus spontan atau abortus buatan. Abortus spontan adalah
abortus yang tidak disengaja dan tanpa tindakan apa pun. Abortus macam ini
lebih sering terjadi karena faktor di luar kemampuan manusia, misalnya
pendarahan atau kecelakaan. Adapun abortus buatan (abortus provocatus)
adalah abortus yang terjadi sebagai akibat tindakan tertentu. Abortus macam
ini masih dapat dibagi lagi ke dalam abortus artificialis therapicus atau abortus
yang dilakukan berdasarkan pertimbangan medik, dan abortus provocatus
criminalis atau abortus yang dilakukan tanpa berdasarkan pertimbangan
medik.
Abortus artificialis therapicus selalu positif karena bertujuan
menyelamatkan jiwa ibu yang terancam jika kehamilannya dipertahankan,
sedangkan abortus provocatus criminalis selalu negatif mengingat bencana
yang banyak ditimbulkannya. Banyak contohnya. Sebelum Undang-Undang
tentang abortus disahkan di negara bagian California Amerika Serikat pada
era 1960-an misalnya, komplikasi yang timbul akibat pengguguran tidak sah
menyebabkan satu dari lima kematian yang berhubungan dengan kelahiran,
umumnya terjadi di kalangan wanita berpenghasilan rendah.
Hasil penelitian di Kolombia pada tahun 1964 menunjukkan bahwa
komplikasi penyakit akibat pengguguran tidak sah merupakan faktor utama
yang menyebabkan kematian di kalangan wanita usia 15 hingga 35 tahun.
Data di Santiago Chile selama tahun 1980-an mengungkapkan separuh dari
kematian yang berhubungan dengan kelahiran adalah akibat pengguguran
tidak sah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan abortus?
2. Apa Etiologi dari Abortus?
3. Bagaimana Patogenesis dari Abortus?
4. Apa Manesfestasi Klinis dari Abortus?
5. Apa pemeriksaan penunjang dari abortus?
6. Apa Komplikasi dari Abortus?
7. Apa macam-macam dari abortus?
8. Bagaimana cara Mendiagnostik Abortus?
9. Bagaimana Teknik Pengeluaran Sisa Abortus?
10. Apa Faktor Resiko/Predisposisi Abortus?
11. Bagaimana Penatalaksanaan Abortus?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
macam-macam abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca
abortus, diagnostik serta teknik pengeluaran abortus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
ABORTUS
A. Pengertian
Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion berasal dari
bahasa latin yang berarti gugur kandungan atau keguguran. Sardikin
Ginaputra dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memberi
pengertian abortus sebagai pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Kemudian menurut Maryono
Reksodipura dari Fakultas Hukum UI, abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi dari rahim sebelum waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).
Dari pengertian di atas dapat dikatakan, bahwa abortus adalah suatu
perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan dengan mengeluarkan janin dari
kandungan sebelum janin itu dapat hidup di luar kandungan.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr
(Derek liewollyn&Jones, 2002).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus
spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan
dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus
buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia
kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi
medik disebut abortus terapeutik.
3
B. Etiologi
Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan
pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan
pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna,
dan pengaruh dari luar. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi
koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan
ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
4
C. Patogenesisi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus
desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada
plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum)
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi
atau fetus papiraseus.
D. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
6
Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya rasa
mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.
Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul
dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi
pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat
dengan pemberian infuse oksitosin. Sebaliknya secara digital dan
kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya perforasinya kecil
(Sarwono Prawirohardjo,2002).
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian janin pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang – kadang sudah menonjol
dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum
sisa janin dikelurkan, dapat menyebabkan syok. Penanganannya,
diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah syok
diatasi dilakukan kerokan. Saat tindakan disuntikkan intramuskulus
ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus (Sarwono
Prawirohardjo, 2002).
Abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan
khusus, apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau
transfuse (Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Missed abortion adalah kehamilan yang tidak normal, janin mati pada
usia kurang dari 20 hari dan tidak dapat dihindari (James L Lindsey,MD
, 2007). Gejalanya seperti abortus immines yang kemudian menghilang
secara spontan disertai kehamilan menghilang, mamma agak
mengendor, uterus mengecil, tes kehamilan negative. Dengan USG
dapat diketahui apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan
usia kehamilan (Sarwono Prawirohardjo,2002). Dengan human
chorionic gonadotropin (hCG) tests bisa diketahui kemungkinan
keguguran (James L Lindsey,MD , 2007).Biasanya terjadi pembekuan
darah. Penanganannya, Pada kehamilan kurang dari 12 minggu
7
dilakukan pembukaan serviks uteri dengan laminaria selama + 12 jam
kedalam servikalis, yang kemudian diperbesar dengan busi hegar
sampai cunam ovum atau jari dapat masuk ke dalam kavum uteri.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, maka pengeluaran janin dengan
infuse intravena oktsitosin dosis tinggi. Apabila fundus uteri tingginya
sampai 2 jari dibawah pusat, maka pengeluaran janin dapat dikerjakan
dengan penyuntikan larutan garam 20% kedalam dinding uteri melalui
dinding perut. Apabila terdapat hipofibrinogenemia, perlu persediaan
fibrinogen (Sarwono Prawirohardjo,2002). Pemberian misoprostol
(Cytotec) 400-800 mcg dengan dosis tunggal atau ganda untuk
mengurangi rasa sakit (James L Lindsey,MD , 2007).
Medical aborsi adalah cara terakhir untuk melindungi seperti surgical
aborsi dengan mengetahui resiko kehamilan ectropic , aborsi spontan,
kelahiran dengan berat yang minim, dan kelahiran premature sebagai
rangkaian kehamilan. Efek medical aborsi berturut-turut dalam
kehamilan adalah sulit untuk hamil lagi, disebabkan kematian ditiga
minggu pertama kehamilan. Faktor resiko untuk kehamilan ectropic
ditemukan dengan kenaikan resiko yang signifikan untuk kehamilan
ectopic berhubungan dengan aborsi medik tetapi tidak dengan surgical
abortion,sebagai bandingan dengan wanita yang tidak pernah
melakukan aborsi. (Professor Paul D. Blumenthal, MD, MPH and
Beverly Winikoff, MD, MPH, 2007.)
Secara umum, pengguguran kandungan dapat dibagi kepada dua
macam:
1. Abortus Spontan (Spontaneus Abortus), ialah abortus yang
tidakdisengaja. Abortus spontan bisa terjadi karena penyakit syphilis,
kecelakaan dan sebagainya
2. Abortus yang disengaja (Abortus Provocatus/ Induced Pro Abortion) dan
abortus ini ada 2 macam:
3. Abortus Artificialis Therapicus, yakni abortus yang dilakukan oleh dokter
atas dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan diteruskan
bias membahayakan jiwa si calon ibu, karena penyakit yang berat seperti
TBC yang berat dan ginjal
8
4. Abortus Provocatus Criminalis, ialah abortus yang dilakukan tanpa dasar
indikasi medis. Misalnya abortus yang dilakukan untuk meniadakan hasil
hubungan seks di luar nikah/ untuk mengakhiri kehamilan yang tidak
dikehendaki.
H. Diagnostik
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala /
keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan
riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam
abnormal HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya
kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA
keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika
memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina,
atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan
penunjang (ambil sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak
uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke
dalam ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya
dilatasi serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa,
ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.
I. Teknik Pengeluaran Sisa Abortus
Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer
maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual,
dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar
yang bisa masuk.
9
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun
kuret
J. Faktor Risiko/Predisposisi Abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes,
penyakit gh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol,
radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering
dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
K. Penatalaksanaan
1. Abortus Iminens
Penatalaksanaan
10
2. Abortus Insipiens
Penatalaksanaan :
3. Abortus Inkomplit
Penatalaksanaan :
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
4. Abortus Komplit
Penatalaksanaan :
a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5
hari
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfusi darah
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
11
5. Abortus Abortion
Penatalaksaan :
7. Abortus terapeutik
Penatalaksanaan :
cairan
d. Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu
badan
12
f. Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius, Jakarta : 2002
Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi Plus buat ko-as FKUI
http://makalah-untuk-bidan.blogspot.com
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com
15