PENDAHULUAN
1
Berdasarkan latar belakang di atas makalah ini akan dibahas tentang
metritis/endometritis.
3.1 TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
metritis.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa diharapkan mengetahui pengertian metritis
b. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui penyebab metritis
c. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui patofiologi dari metritis
d. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui tanda gejala dari metritis
e. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui klasifikasi metritis
f. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui penatalaksanaan terjadinya metritis
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu. Penyakit ini tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari
endometritis, sehingga gejala dan terapinya seperti endometritis. Infeksi masa nifas adalah
semua peradanngan yang disebabkan oleh masuknya kuma ke dalam alat genital pada waktu
persalinan dan nifas. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke
dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.
2.2 Etiologi
Kuman- kuman masuk ke dalam endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta,
dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan
kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau dan
terdiri atas keping-keping nekrotis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan
daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit–leukosit. Pada infeksi yang lebih berat,
batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjelaran. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi antara lain:
a.Streptococcus haemoliticus aerobic.
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita
lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
b. Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit.
c.Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit
3
2.3 Patofisiologi
Sebagian besar kasus metritis/endometritis terjadi akibat persalinan. Secara khusus,
pecahnya kantung ketuban memungkinkan translokasi flora bakteri normal dari serviks dan
vagina ke uterus yang biasanya aseptik. Bakteri ini lebih mungkin menjajah jaringan rahim
yang telah mengalami devitalisasi, pendarahan, atau kerusakan lainnya (seperti selama
operasi caesar). Bakteri ini dapat menginvasi endometrium, miometrium, dan perimetrium,
sehingga menyebabkan inflamasi dan infeksi.
2.5 Klasifikasi
Metritis digolongkan menjadi dua yaitu.
a. Metritis Akut
Metritis Akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini
tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Kerokan
pada wanita dengan endometrium yang meradang (endometritis) dapat menimbulkan
metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa
pembengkakan dan infiltrasi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau
lewat trombofeblitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
4
c. Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia
dengan uterus lebih besar dari biasa, sakit pinggang dan leukorea. Akan tetapi
pembesaran uterus pada seorang multipara umumnya disebabkan oleh pertambahan
jaringan ikat akibat kehamilan. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat
menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik, dispareunia, trombosis vena yang dalam,
emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, penyumbatan tuba dan infertilitas.
2.6 Penatalaksanaan
Berdasarkan Tylor (2021), Pengobatan awal untuk metritis/endometritis sama dengan
tindakan pada penyakit radang panggul, yaitu:
1. Doksisiklin 100 mg setiap 12 jam + metronidazol 500 mg setiap 12 jam. Doksisiklin
tidak dikontraindikasikan pada ibu menyusui jika penggunaannya kurang dari tiga
minggu.
Untuk pasien dengan metritis/endometritis sedang hingga berat atau pasien dengan operasi
caesar metritis/endometritis, antibiotik intravena dan rawat inap
direkomendasikan. Pilihannya adalah sebagai berikut:
1. Gentamisin 1,5 mg/kg IV setiap 8 jam atau 5 mg/kg IV setiap 24 jam dan klindamisin
900 mg setiap 8 jam.
2. Dosis gentamisin dikaitkan dengan waktu rawat inap yang lebih
Perbaikan klinis dalam menanggapi antibiotik biasanya terjadi dalam 48 sampai 72 jam. Jika
tidak ada perbaikan klinis dalam 24 jam, penyedia harus mempertimbangkan untuk
menambahkan ampisilin 2 g pada awalnya, diikuti oleh 1 g setiap 4 jam untuk
meningkatkan cakupan Enterococcus. Bagi mereka yang tidak membaik dalam 72 jam,
5
penyedia layanan harus memperluas diagnosis banding untuk memikirkan infeksi
lainnya. Antibiotik IV harus dilanjutkan sampai pasien menjadi tidak demam setidaknya
selama 24 jam di samping perbaikan pada rasa sakit dan leukositosis pasien. Saat ini, tidak
ada bukti substansial yang menunjukkan bahwa melanjutkan antibiotik dalam bentuk peroral
setelah perbaikan klinis tersebut meningkatkan hasil berorientasi pasien yang signifikan.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
infeksi masa nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman
ke dalam alat- alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Perlukaan karena
persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga
menimbulkan infeksi pada kala nifas . Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Penyakit ini
tidak berdiri sendiri tetapi merupakan lanjutan dari endometritis, sehingga gejala dan
terapinya seperti endometritis. Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat
kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari
tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak
patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
3.2 Saran
Metritis merupakan salah satu hal yang saat ini mendapat perhatian yang begitu
besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan kontribusinya dalam
merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa, sebaiknya memberikan peran
dengan mempelajari dengan sungguh-sungguh kasus-kasus kegawatadaruratan dan
memaksimalkan keterampilan dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan yang
berada dalam koridor wewenang bidan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Boggess KA, Tita A,dkk. 2017. Faktor Risiko Infeksi Ibu Pasca Sesar dalam Percobaan
Profilaksis Antibiotik Spektrum Panjang. Ginekolog Obstesi. Vol 129 No. 3: Pub med
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan Jawa Timur 2016. Surabaya: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Mansyur, Nurlina, Kasrinda dahlan. 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Malang: Selaksa.
Patersen, Susanne. 2021. Diseases and complication of the puerperium, vol.118 No. 25. PMC
Woodo, Susanah L, Ana Muntoya, dkk. 2019. Incidence of maternal Peripartum Infeksi. Vol.16
No.12. Plos Med