Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Terhadap Sikap dan

Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Pengantar Sosiologi.

Penulis: Mark Killian dan Hara Bastas

Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 15, No. 3, June 2015, pp.
53-67. doi: 10.14434/josotl.v15i3.12960.

Latar Belakang LBL (Lecture Based-Learnig dan TBL (Team-Based Learning)

Bentuk pembelajaran yang paling sering digunakan pada perkuliahan (andragogy)


adalah ceramah (Bligh dalam Killian & Bastas, 2015). Ada beberapa alasan untuk hal
ini. Pertama, tekanan ekonomi pada institusi dengan tuntutan pendidikan yang lebih
tinggi menjadikan LBL sebagai metode pedagogi paling efisien untuk memenuhi
tuntutan tersebut. Kedua, instruktur (dosen) yang memiliki kebiasaan kuliah berbasis
metode lecture yang resisten terhadap perubahan. Ketiga, sebagai lawan
memfasilitasi pemikiran kritis atau mengembangkan keterampilan perilaku, lecture
dianggap sama efektifnya dengan metode lain untuk transmisi informasi dari dosen ke
mahsiswa.

Bain (dalam Killian & Bastas, 2015) mencatat bahwa mahasiswa lebih mnyukai
dosen perguruan tinggi yang memperlakukan perkuliahan lebih sebagai percakapan
daripada performance dan membantu mahasiswa untuk "mengkonstruksi
pengetahuan lebih dari sekedar menyerap”. Menurut mahasiswa, kuliah yang terbaik
adalah ketika: (1) dosen menunjukkan antusiasme; (2) memiliki kemampuan
presentasi yang baik; dan (3) menjelaskan konsep-konsep yang kompleks dengan
jelas. 

Salah satu strategi pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa adalah Tim-
Based Learning (TBL). Seorang Dosen di University of Oklahoma tahun 1970-an,
Larry Michaelson mengembangkan TBL untuk menggantikan ceramah sebagai
metode pengajaran di kelas. Melalui refleksi dan beberapa iterasi Michaelson
akhirnya menyempurnakan metodenya ke dalam TBL ini.
Fink (dalam Killian & Bastas, 2015) berpendapat bahwa TBL adalah khas dari
bentuk-bentuk belajar kooperatif karena (1) mempekerjakan "tim," sebagai lawan
kelompok, dan (2) diimplementasikan sebagai suatu Strategi instruksional jangka
panjang. Sederhananya, tim terbentuk dari sejumlah kecil mahasiswa yang bertemu
secara teratur dan bertanggung jawab tidak hanya sebagai sebuah tim, tapi juga
sebagai individu yang bekerja dalam sebuah tim. Untuk membangun dan
mempertahankan kohesi tim, ada empat hal yang harus diperhatikan dalam TBL
yaitu:
1) pembentukan yang tepat dan manajemen tim
2) akuntabilitas untuk tim dan kerja individu
3) desain tugas yang mempromosikan pembelajaran dan pengembangan tim
4) umpan balik yang bertahap dan tepat waktu

Prosedur dari LBL dan TBL


Kedua set kelas bertemu seminggu sekali selama dua jam empat puluh menit.
Kelas TBL bertemu di malam hari sedangkan kelas LBL bertemu di sore hari. Semua
kelas memiliki tujuan yang sama: (1) menjelaskan konsep-konsep sosiologis yang
berkaitan dengan
sosial teori, metode penelitian, budaya dan media, sosialisasi dan konstruksi realitas,
kelompok dan jaringan, kontrol sosial, penyimpangan, stratifikasi sosial, ras dan
etnis, dan perbedaan gender; (2) memanfaatkan sastra budaya dan media sebagai data
untuk menganalisis secara kritis dan; (3) menerapkan teori sosiologi dalam kehidupan
sehari-hari.
Kelas LBL didominasi oleh ceramah terstruktur disertai dengan PowerPoint.
Namun, mahasiswa meninjau kembali konten perkuliahan sebelumnya, dalam
kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas yang berkaitan dengan isi, atau
mengajukan pertanyaan. Selain itu, mahasiswa menyelesaikan lima tugas berdasarkan
petunjuk yang diberikan oleh dosen. Tugas diakumulasikan menjadi 45 persen nilai
akhir dan 45 persen diambil dari nilai Ujian Akhir Semester sementara 10 persen
didasarkan pada kehadiran.
Di lain sisi, kelas TBL menghabiskan dua puluh menit pertama kelas
menyelesaikan Individual Readiness Assessment Test (i-RAT). Alasan dberikannya i-
RAT adalah: (1) menyediakan akuntabilitas individu untuk membaca; (2)
memberikan kesempatan bagi dosen ntuk melihat konsep-konsep yang dipahami dari
bacaan yang ditugaskan dan konsep perlu penguatan. Setelah mengerjakan i-RAT,
mahasiswa kembali ke tim mereka yang dibentuk oleh dosen.
Dua kali pada kuartal tersebut setiap mahasiswa diminta untuk menyelesaikan
laporan kinerja untuk
anggota tim mereka. Laporan kinerja memiliki dua efek: (1) memastikan setiap
mahasiswa bertanggungjawab terhadap pekerjaan mereka dalam tim dan; (2)
meningkatkan kohesi tim dan diberi umpan balik tentang bagaimana mereka dapat
meningkatkan pekerjaan mereka dalam tim. Nilai di kelas TBL diambil dari i-RAT
(senilai 15 persen), tugas kelompok (senilai 20 persen), tugas individu (senilai 10
persen), kehadiran (senilai 10 persen) dan Nilai Ujian Akhir (45 persen).

Desain studi

Penelitian ini menggunakan desain perbandingan kelompok di mana skor antara


kelompok kontrol (LBL) dan kelompok eksperimen (TBL). Untuk tujuan penelitian
ini, performansi siswa diukur dengan nilai ujian akhir, sedangkan sikap siswa
terhadap sosiologi diukur dengan tanggapan pada survei sikap. Survei Sikap ini
diadaptasi dari Bauer (2008) yang mengukur sikap siswa melalui dua puluh indikator
lawan pada skala tujuh poin. Selain itu, adapula yang mengontrol sikap terhadap
metode pembelajaran dan efektifitas indtruktur (bagus tidaknya dosen dalam
mengajar) melalui dua pertanyaan pada survei sikap: (1) Seberapa efektif dosen
mengajar di kelas; dan (2) Seberapa suka Anda dengan metode pembelajaran yang
digunakan dalam kelas ini.

Hasil

Secara umum, mahasiswa di kelas TBL menunjukkan sikap yang lebih positif
terhadap sosiologi dibanding dari kelas LBL. Siswa di kelas TBL melaporkan bahwa
sosiologi lebih dipahami, aman, menarik, aman, dan menyenangkan daripada siswa di
kelas LBL. Ketika dua belas sikap ini digabungkan dalam Sikap Index hasil
menunjukkan bahwa siswa di kelas TBL memiliki rata-rata, secara signifikan lebih
positif dan disiplin pada mata kuliah sosiologi dibanding siswa di kelas LBL.

Siswa di kelas TBL rata-rata memiliki nilai lebih tinggi tiga persen pada ujian
akhir dibandingkan dengan siswa di kelas LBL. Selanjutnya, tidak ada perbedaan
dalam tingkat kehadiran antara mahasiswa di LBL. Kemudian, subjek di kelas TBL
dan LBL melaporkan tidak ada perbedaan dalam hal efektivitas instruktur. Hal ini
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan dalam TBL dan Kelas
LBL tidak berpengaruh pada sikap siswa terhadap instruktur. Namun, dalam hal sikap
siswa terhadap pembelajaran mereka sendiri, hasil penelitian menunjukkan bahwa
siswa di kelas TBL belajar secara signifikan lebih dari siswa di kelas LBL. Secara
total, 100 persen siswa di kelas TBL melaporkan bahwa mereka memiliki
pengalaman positif bekerja dalam sebuah tim, sedangkan hanya 23 persen memiliki
pengalaman negatif.

Kesimpulan dan Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jika dibandingkan dengan siswa di kelas


LBL, siswa di TBL kelas menunjukkan sikap yang lebih positif tanpa mengorbankan
kinerja. Pertanyaannya sekarang, mengapa demikian?

Salah satu penjelasan penting yang ditawarkan oleh Hayberan (dalam Killian &
Bastas, 2015) adalah bahwa TBL memberikan pendekatan baru untuk mengajar.
Mahasiswa yang bosan dengan metode berbasis kuliah tradisional atau ceramah
mungkin merespon gaya baru denganlebih terlibat dalam kelas dan memiliki sikap
yang lebih baik terhadap matakuliah. Atau, sejajar dengan penelitian sebelumnya,
bahwa mahasiswa kelas TBL memiliki sikap yang lebih positif terhadap disiplin dari
disbanding kelas LBL karena mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran
melalui kegiatan berbasis tim dan diskusi tanpa banyak langsung interaksi dengan
instruktur. Karenanya, kelas TBL melaporkan bahwa mereka belajar lebih banyak
daripada mahasiswa di kelas LBL.

Terakhir, adalah tepat bagi kita untuk mengenali jumlah waktu dan strategi.
Misalnya, instruktur TBL bertanggung jawab untuk membentuk

tim, mengelola tim kekompakan, membuat tugas inovatif, dan memberikan umpan
balik dengan sedikit waktu penyelesaian. Sehingga beberapa instruktur mungkin tidak
dapat menerapkan strategi pembelajaran aktif di kelas mereka karena keterbatasan
waktu dan tuntutan profesional.

Sumber:

Killian, M., & Bastas, H. (2015). The Effects of an Active Learning Strategy on
Students’ Attitudes and Students’ Performances in Introductory Sociology Classes.
Journal of the Scholarship of Teaching and Learnin, 15(3), pp. 53-67. doi:
10.14434/josotl.v15i3.12960.

Anda mungkin juga menyukai