Anda di halaman 1dari 12

Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

Mutiara, Suryani, Ikeu Nurhidayah, Sri Hendrawati


Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
Email: ikeu.nurhidayah@unpad.ac.id

Abstrak

Pendidikan keperawatan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia perawat yang kompeten, baik secara
akademik maupun dalam tataran praktik. Berbagai penelitian merekomendasikan pendekatan student centered
learning dengan metode Problem-Based Learning (PBL) sebagai metode yang efektif memfasilitasi pencapaian
kompetensi perawat. Metode ini akan memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menghadapi real-world
problem solving. Meski demikian, bagi mahasiswa program sarjana (undergraduate), pembelajaran PBL merupakan
pengalaman baru. Selain itu, literatur juga menunjukkan mahasiswa yang justru frustasi saat menjalankan metode
ini. Dengan demikian mengidentifikasi persepsi mahasiswa terhadap metode pembelajaran ini merupakan hal
penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perspektif mahasiswa tingkat akhir mengenai pembelajaran
dengan menggunakan metode PBL. Penelitian deskriptif kuantitatif ini menggunakan total sampling dengan
melibatkan 159 mahasiswa tingkat akhir di salah satu institusi pendidikan tinggi keperawatan di Bandung. Data
dikumpulkan menggunakan Course Experience Quesionnaire yang dikembangkan oleh David Caroll (2013). Data
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian secara umum menunjukkan 46,94% responden mempunyai perspektif
netral; 42,86% responden mempunyai perspektif positif; dan 6,20% responden memiliki perspektif negatif. Dilihat
berdasarkan dimensinya, 50% mahasiswa memiliki persepsi netral terhadap kualitas pembelajaran (good teaching
scale); 83,3% persepsi positif dalam keterampilan umum (good skills scale); 100% persepsi netral dalam kepuasan
mahasiswa (overal satisfaction); 80% persepsi netral terhadap kejelasan tujuan dan standar pembelajaran (clear
goals and standars); 75% persepsi netral terhadap tingkat penugasan (appropriate workload scale); dan 33,3%
persepsi positif terhadap evaluasi pembelajaran (appropriate assessment scale). Hal ini menunjukan mahasiswa
tidak secara tegas menilai pelaksanaan PBL baik atau tidak baik. Hal tersebut dikarenakan di satu sisi mereka
merasakan ada hal yang positif dari pelaksanaan PBL tetapi disisi lain ada hal yang negatif yang mereka alami.

Kata kunci: Evaluasi, mahasiswa, metode, persepsi, problem-based learning.

Abstract

Nursing education was demanded to form human resources that fulfill qualification such as academic potential and
practice that are good in order to form a professional and competent nurse. Various studies recommend student
centered learning approach with problem-based learning method as an effective method for the achievement of
nurse competence, because it provides experience for students to face real-world problem solving. However, for
undergraduate students, PBL learning is a new experience that is different from that obtained during high school, in
addition some studies also show students who are frustrated in class, so the evaluation of how students’ perceptions
of this learning method is important. The research aimed to identify final grade student’s perspective on learning
using problem-based learning method. The research method was using descriptive qualitative, and instruments used
Course Experience Quesionnaire developed by David Caroll (2013). The sample in this research is the final grade
students at nursing higher education institution in Bandung with total 159 people and taken data by using total sampling
technique. Data analyzed by frequency distribution. Results of research showed 46.96% of a neutral perspective
respondent, 42.86% of a positive perspective respondent, and 6.20% of negative perspective respondent. Judging
by its dimensions, 50% of students have neutral perceptions of the quality of learning (good teaching scale); 83.3%
positive perceptions in general skills (good skills scale); 100% neutral perception in student satisfaction (overal
satisfaction); 80% neutral perceptions of clarity of objectives and learning standards (clear goals and standars); 75%
neutral perception of the workload (appropriate workload scale); and 33.3% positive perceptions of the learning
assessment (appropriate assessment scale). The result shows that students do not explicitly assess the implementation
of PBL as good or bad, due to they experienced positive and negative thing from the implementation of PBL.

Keywords: Evaluation, method, problem based learning, student.

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 289


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

Pendahuluan dimana didalamnya menggunakan masalah


untuk belajar. Selain itu, mahasiswa harus
Pendidikan keperawatan dituntut untuk mampu memecahkan masalah yang telah
mendukung dan mencetak sumber daya diberikan dalam bentuk kasus dengan cara
manusia yang memenuhi kualifikasi mengeksplorasi konsep-konsep yang mereka
sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu kuasai, baik dengan bertanya ataupun
kompetensi akademik dan praktik yang baik berpendapat melalui diskusi selama kegiatan
(Afifah, 2005). Pendidikan keperawatan tutorial (Erol, Yesin, & Mahmet, 2008).
merupakan awal mulai terbentuknya Diskusi kelompok kecil (tutorial) merupakan
perawat yang profesional dan kompeten. salah satu jantung dari PBL. Aktivitas PBL
Untuk itu, pendidikan keperawatan perlu bertumpu pada proses tutorial, dimana
mengembangkan kurikulum, program mahasiswa bersama-sama melakukan
pendidikan, serta model pembelajaran agar pemahaman dan pencarian pengetahuan yang
tercapai hasil yang diharapkan. Kurikulum diberikan pada setiap kasus melalui langkah-
pendidikan keperawatan di Indonesia saat langkah terstruktur untuk mencapai tujuan
ini adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah ditetapkan.
(KBK) yang mengacu pada Kerangka Salah satu metode PBL adalah seven jump
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). step. Prosedur ini terdiri dari tujuh langkah
Jenis metode pembelajaran yang umum yaitu memperjelas konsep dalam masalah,
diterapkan oleh perguruan tinggi, antara mendefinisikan masalah, menganalisis
lain Teacher Centered Learning (TCL) dan masalah berdasarkan pengetahuan
Student Centered Learning (SCL). Teacher sebelumnya, mengatur penjelasan yang
Centered Learning merupakan proses diusulkan, merumuskan tujuan pembelajaran,
pembelajaran yang banyak dipraktikan dalam mencoba untuk mengisi kesenjangan
bentuk penyampaian yang searah (interaksi pengetahuan dengan cara belajar mandiri,
searah). Konteks TCL, spoon-feeding bagi dan akhirnya melaporkan hasil temuan
para peserta didik tidak lagi sesuai karena dalam kelompok untuk menjawab tujuan
proses pembelajaran bersifat lamban dan pembelajaran. Metode pembelajaran ini
para peserta didik tidak mempunyai peluang didasarkan pada model pembelajaran orang
untuk memilih metode pembelajaran yang dewasa, dengan penekanan pada belajar
sesuai. Kelambanan proses pembelajaran mandiri (Erol, Yesin, & Mahmet, 2008).
yang terjadi didalam paradigma metode TCL Di beberapa negara, terutama di Inggris,
dapat menyebabkan peserta didik tertinggal metode PBL sudah diterapkan. Dari hasil
di belakang, tidak dapat menyesuaikan diri penelitian Duncan, Lyons, dan Al-Nakeeb
dengan kemajuan zaman. Untuk mengatasi (2007) menunjukkan bahwa penerapan PBL
kelambanan dan ketertinggalan maka proses memberikan hasil yang baik. Peningkatan
pembelajaran perlu diubah, dari one-way mutu proses pembelajaran dalam pendekatan
traffic menjadi two-way traffic dan interaktif. PBL memberikan peningkatan suasana
Pembelajaran interaktif merupakan salah satu akademik yang kondusif, meningkatkan IPK,
karekteristik metode SCL (Fitria, Hernawaty, dan meningkatkan kemampuan problem
& Hidayati, 2013). Metode SCL merupakan solving. Meski demikian, pelaksanaan
suatu metode pembelajaran dimana PBL kadang menjumpai beberapa kendala.
mahasiswa menjadi pusat pembelajaran Ada banyak kendala bahkan permasalahan
(Hadi, 2007). Salah satu model pembelajaran yang ada di setiap proses tersebut (Carlisle
metode SCL yaitu Problem Based Learning & Ibbotson, 2005). Sehingga diperlukan
(PBL). adanya suatu evaluasi pembelajaran untuk
Problem Based Learning (PBL) metode PBL sebagai perbaikan untuk sistem
memfasilitasi mahasiswa untuk pembelajaran tersebut sehingga menjadi
mengembangkan sikap dan keterampilan lebih baik lagi kedepannya.
yang dikehendaki di masa yang akan datang. Evaluasi terkait PBL diperlukan
Model pembelajaran PBL juga merupakan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan
strategi yang inovatif dalam mengubah keterampilan (soft skill) mahasiswa setelah
konteks belajar dan strategi pembelajaran, menerapkan metode PBL. Sehingga diketahui

290 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

sampai dimana pemahaman dan sejauh tertarik dengan metode PBL, alasannya
apa penerapan dari proses pembelajaran. mereka bosan dan kurang semangat, serta
Selain itu, evaluasi juga diperlukan untuk kurang antusias dalam mengikuti proses
mengetahui kelebihan dan kekurangan belajar. Pembelajaran menggunakan
dari penerapan PBL dalam memfasilitasi PBL dirasakan mahasiswa membutuhkan
pencapaian kompetensi mahasiswa yang waktu yang lebih lama, serta penugasan
optimal. Evaluasi pembelajaran berperan yang dirasakan berlebihan. Mahasiswa
untuk mengidentifikasi program perbaikan juga mengeluh tidak seimbangnya peran
yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan mahasiswa yang aktif dan tidak aktif, sistem
pembelajaran yang telah ditetapkan. Sistem pembelajaran yang monoton, kesulitan dan
evaluasi dalam pembelajaran, baik pada malas mencari literatur, padatnya jadwal
evaluasi berkelanjutan maupun evaluasi perkuliahan, dan perbedaan persepsi antara
akhir biasanya dikembangkan berdasarkan dosen.
sejumlah prinsip yaitu menyeluruh, Setiap pembelajaran diikuti dengan
berkelanjutan, berorientasi pada indikor evaluasi. Evaluasi metode PBL merupakan
ketercapaian, dan sesuai dengan pengalaman analisis pembelajaran yang bertujuan untuk
belajar (Jihad & Haris, 2012). mengetahui keefektifan pembelajaran tersebut
Hasil penelitian Gurpinal, Yesim, dan dan hasil yang diperoleh digunakan untuk
Aktekin (2008) menyatakan bahwa hasil memberikan feedback dalam pembelajaran
evaluasi metode PBL di Universitas Akdezit dan memperbaiki serta menyempurnakan
Fakultas Kedokteran Turki menemukan proses pembelajaran untuk hasil yang lebih
bahwa mahasiswa menganggap metode PBL baik Evaluasi ini dilakukan bertujuan
ini cukup baik dan bermanfaat (66,9%). Lebih untuk mengetahui dan menilai apakah suatu
lanjut 54,9% mahasiswa merasa puas dengan program telah terlaksana dengan baik dan
metode tersebut. Hasil dari penelitian lain apakah pencapaian hasil sesuai dengan yang
juga menunjukkan bahwa evaluasi metode diharapkan. Selain itu, dilakukan keputusan
PBL dari satu kasus ke kasus berikutnya apakah metode tersebut dapat diteruskan,
ada peningkatan kualitas pembelajaran diperbaiki, dihentikan, atau dirumuskan
yang cukup signifikan, baik dari segi proses kembali sehingga nanti diperoleh titik temu
maupun hasil yang menunjukkan adanya tujuan, sasaran, dan alternatif baru yang
perubahan perilaku. Secara proses, jalannya berbeda dengan sebelumnya. Sehingga
perkuliahan berlangsung semakin lancar, kedepannya dapat diaplikasikan metode PBL
diskusi lebih hidup, dan tercipta dinamika yang sesuai dengan yang diharapkan, serta
kelompok yang semakin membaik. Rasa untuk menyusun metode pembelajaran yang
ingin tahu mahasiswa meningkat sehingga lebih baik.
dapat meningkatkan efektivitas dalam Dengan demikian, maka tujuan dari
berbagi informasi (Kushartanti, 2010). penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
Saat ini metode PBL diterapkan di bagaimana perspektif mahasiswa tingkat akhir
hampir seluruh institusi pendidikan tinggi di institusi pendidikan tinggi keperawatan di
keperawatan di Indonesia. Hasil studi Bandung mengenai metode PBL. Hasil dari
pendahuluan pada 10 orang mahasiswa penelitian ini dapat dijadikan sebagai evidence
tingkat akhir di institusi pendidikan tinggi base practice bagi mahasiswa keperawatan
keperawatan di Bandung menunjukkan dan institusi pendidikan keperawatan tentang
bahwa 9 dari 10 mahasiswa menghadiri proses pelaksanaan metode pembelajaran dengan
pembelajaran lebih dari 80% kehadiran, pendekatan PBL beserta fungsinya untuk
4 dari 10 mahasiswa mengatakan tertarik diterapkan di setiap perguruan tinggi sebagai
dengan pendekatan PBL yang dirasakan acuan dalam meningkatkan kualitas lulusan
cukup membantu dalam proses pembelajaran yang memiliki kompetensi tinggi.
karena pada metode PBL ini dituntut untuk
menyelesaikan suatu kasus mulai dari step
1–7 (seven-jump system), serta proses Metode Penelitian
pembelajarannya lebih menarik. Akan tetapi
6 dari 10 mahasiswa mengatakan kurang Penelitian ini merupakan penelitian

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 291


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

deskriptif kuantitatif berkaitan dengan bergantung pada peneliti yang disesuaikan


perspektif mahasiswa tingkat akhir di dengan kebutukan penelitiannya (Carroll,
institusi pendidikan tinggi keperawatan 2013).
di Bandung tentang metode PBL sebagai Course Experiance Questionnare (CEQ)
variabel penelitian. Populasi dalam penelitian didasarkan pada pekerjaan empiris dan
ini adalah seluruh mahasiswa tingkat akhir teoritis pada kualitas pengajaran dalam
di institusi pendidikan tinggi keperawatan pendidikan tinggi. Mahasiswa diminta untuk
di Bandung, sejumlah 159 orang. Teknik menilai kualitas program yang mereka jalani
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan pertanyaan dengan skala Likert
total sampling. Penelitian ini menggunakan lima poin. Penilaian tersebut pada dasarnya
alat ukur berupa kuesioner yang bersifat meliputi lima domain, yaitu mengajar, tujuan,
evaluation report yang diadopsi dari Course beban kerja, penilaian, dan kemandirian siswa.
Experience Quesionnaire (CEQ). Kuesioner Course Experiance Questionnare (CEQ) telah
ini dikembangkan oleh David Caroll (2013) diuji di 50 lembaga pendidikan Australia
dan kuesioner memiliki satisfactory validity pada 4.500 siswa dengan berbagai disiplin
dan reliability yang tinggi dalam konteks ilmu dan ditemukan untuk membedakan
pendidikan. Secara berturut-turut tinggi antara gaya mengajar dan kualitas dalam
konsistansi internalnya dilihat dari Alpa dan diantara mata pelajaran yang berbeda.
Cronbach sebesar 0,91 dan 0,92. Penggunaan CEQ sekarang wajib digunakan
Instrumen/kuesioner ini telah di Lembaga Pendidikan Tinggi Australia.
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia Course Experiance Questionnare (CEQ) juga
dan dilakukan back translation oleh ahlinya digunakan untuk mengevaluasi kepuasan
kedalam bahasa Inggris serta di proafraady mahasiswa terhadap metode PBL di Fakultas
oleh ahlinya di Lembaga Bahasa. Instrumen Ilmu Kesehatan di Universitas Griffith di
yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Brisbane. Course Experiance Questionnare
Indonesia tersebut dilakukan face validity (CEQ) telah diperbarui beberapa kali.
dengan meminta beberapa penilai kepada Salah satu alasan untuk menggunakan
20 orang responden yang telah menerapkan versi asli dari CEQ adalah penekanan pada
metode PBL selama empat tahun. Mahasiswa independensi domain (yang muncul sangat
yang telah mengisi instrumen untuk diuji relevan dengan evaluasi Problem Based
validitas ini tidak digunakan sebagai Learning) telah turun dari versi yang lebih
sampel penelitian. Hasil face validity dari baru dari domain yang sekarang digunakan
mahasiswa mengenai pernyataan, mereka secara luas. CEQ merupakan inventory yang
semua memahami atau paham mengenai isi telah teruji validitas dan reabilitasnya dan
kuesioner dari 49 pernyataan. telah digunakan di berbagai Universitas di
Instrumen terdiri dari 49 pernyataan belahan dunia. Secara berturut-turut tinggi
untuk mengidentifikasi persepsi mahasiswa konsistansi internalnya dilihat dari Alpa
mengenai PBL. Terdapat 11 domain dari Cronbach sebesar 0,91 dan 0,92 (Caroll,
metode CEQ yang peneliti gunakan dalam 2013).
evaluasi yaitu, good teaching scale (GTS) Teknik pengumpulan data dimulai dari
yang terdiri 6 item, generic skill scale (GSS) peneliti mengumpulkan mahasiswa tingkat
6 item, overall staau tisfaction item (OSI) 1 akhir di salah satu Institusi Pendidikan Tinggi
item, clear goals and standards scale (CGS) Keperawatan di Bandung, pengambilan data
4 item, appropriete workload scale (AWS) dilakukan di ruang tutorial setelah kegiatan
4 item, appropriete assesment scale (AAS) belajar mengajar selesai. Peneliti dibantu
3 item, intellectual motivation scale (IMS) oleh empat (4) orang asisten peneliti dalam
4 item, student support scale (SSS) 5 item, menyebarkan dan pengumpulan kembali
graduate quality scale (GQS) 6 item, learning kuesioner, dimana sebelumnya peneliti dan
resources scale (LRS) 5 item, dan learning asisten peneliti telah melakukan penyamaan
community scale (LCS) 5 item. Instrumen persepsi terkait teknis pengambilan data dan
ini bersifat modular, artinya interpretasi pengisian kuesioner. Sebelum melakukan
skor pada masing-masing domain dapat pengumpulan data, terlebih dahulu peneliti
digunakan secara bersama-sama atau terpisah memberikan penjelasan tentang tujuan dan

292 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

maksud dari penelitian yang dilakukan Hasil Penelitian


kepada responden. Kemudian, peneliti
meminta kesediaan dari responden (informed
consent) untuk mengikuti kegiatan penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir
ini. Dalam melaksanakan penelitian ini, setengahnya dari item (42,86%) menyatakan
peneliti juga memerhatikan prinsip etik perspektif yang positif, hampir setengahnya
legal penelitian, diantaranya beneficence/ item (46,94%) menyatakan perspektif yang
non-maleficence, respect for Autonomy, netral, dan hanya sebagian kecil item (6,20%)
confidentiality, dan justice. Setelah semua mempunyai pespektif negatif.
data terkumpul, data dianalisis dengan Pada skala GTS (good teaching scale)
menggunakan distribusi frekuensi. terdiri dari 6 item pernyataan, berdasarkan

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Evaluasi tiap Item Pernyataan terhadap Perspektif Mahasiswa
No Hasil f %
1 Positif 21 42,86
2 Netral 23 46,94
3 Negatif 5 6,20

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perspektif Mahasiswa terhadap Kualitas Pembelajaran GTS (Good
Teaching Scale) dalam Metode PBL
No Hasil Item f %
1 Positif 10 1 16,67
2 Netral 3, 15, 16 3 50,00
3 Negatif 1, 27 2 33,33

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perspektif Mahasiswa terhadap Perkembangan Keterampilan


Umum GSS (Good Skills Scale) pada Metode PBL
No Hasil Item f %
1 Positif 6, 14, 23, 32, 43 5 83,33
2 Netral 42 1 16,67
3 Negatif 0 0,00

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa terhadap Kepuasan Mahasiswa OSI (Overall
Satisfaction) pada Metode PBL
No Hasil Item f %
1 Positif 0 0,00
2 Netral 49 1 100,00
3 Negatif 0 0,00

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Evaluasi Perspektif Mahasiswa terhadap Kejelasan dan Tujuan
Pembelajaran serta Standar Pembelajaran CGS (Clear Goals and Standars) pada
Metode PBL
No Hasil Item f %
1 Positif 46 1 20,00
2 Netral 8,28,39 4 80,00
3 Negatif 0 0,00

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 293


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Perspektif Mahasiswa terhadap Tingkat Penugasan Appropiate


Workload Scale (AWS) dan Appropriate Assessment Scale (AAS)
No Hasil Item f %
Komponen AWS:
1. Positif 9 1 25,00
2. Netral 5, 19, 29 3 75,00
3. Negatif 0 0,00
Komponen AAS:
1. Positif 4 1 33,33
2. Netral 44 1 33,33
3. Negatif 26 1 33,33

analisis gambaran evaluasi metode PBL 33,33% menyatakan perspektif positif.


menurut perspektif mahasiswa diketahui
bahwa sebagian responden menyatakan
perspektif netral yaitu sebanyak 50,00% dan Pembahasan
dapat disimpulkan hasil evaluasi menyertakan
cukup baik. Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan
Pada domain GSS (good skills scale) terdiri distribusi frekuensi perspektif responden
dari 6 item pernyataan yang menunjukkan terhadap hasil jawaban pernyataan yang
hasil sebesar 83,33% memberikan perspektif menghasilkan total 23 item (46,94%)
positif. memiliki nilai perspektif netral. Hal ini
Pada domain OSI (overall satisfaction) dapat dilihat pada pernyataan kuesioner
terdiri dari 1 item pernyataan, bedasarkan OSI bahwa seluruh responden yaitu sebesar
analisis gambaran evaluasi metode PBL 100% menyatakan perspektif netral. Hal
menurut perspektif mahasiswa tingkat akhir tersebut mengindikasikan bahwa mahasiswa
dengan melihat scale diagram, diketahui tidak secara tegas menyatakan bahwa proses
bahwa seluruhnya menyatakan netral dan pembelajaran telah berjalan dengan baik atau
dapat diartikan hasil evaluasi menyatakan kurang baik.
baik. Berbeda dengan hasil penelitian
Pada domain CGS (clear goals and sebelumnya yang dilakukan oleh Graduate
standars) terdiri dari 5 item pernyataan, Careers di Australia, diketahui hampir
bedasarkan analisis gambaran evaluasi seluruh item menghasilkan perspektif positif
metode PBL menurut perspektif mahasiswa oleh responden yaitu sebanyak 45 item
dengan melihat scale diagram diketahui (91,84%), sebagian kecil item yaitu 1 item
bahwa hampir seluruh responden yaitu (2,04%) menghasilkan perspektif netral, dan
sebanyak 80,00% menyatakan perspektif sebagian kecil item yaitu 2 item (6,12%)
netral. menghasilkan perspektif negatif. Pada
Pada domain AWS (appropriate workload penelitian oleh Graduate Careers di Australia
scale) terdiri dari 4 item pernyataan, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan
bedasarkan analisis gambaran evaluasi menyatakan perspektif positif dari responden,
metode PBL menurut perspektif mahasiswa dan mengartikan bahwa metode sudah tepat
dengan melihat scale diketahui bahwa dijalankan pada evaluasi pembelajaran
sebagian besar responden, yaitu sebanyak oleh Graduate Careers di Australia tersebut
75,00% menyatakan netral. Pada domain (Carroll, 2013).
AAS (appropriate assessment scale) terdiri Perbedaan hasil antara penelitian ini dengan
dari 3 item pernyataan. Berdasarkan analisis penelitian Carroll (2013), kemungkinan
gambaran evaluasi metode PBL menurut disebabkan oleh perbedaan sumber daya
perspektif mahasiswa diketahui bahwa dan sarana prasarana yang tersedia diantara

294 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

kedua tempat penelitian tersebut. Seperti kompetensi mereka sangat diperlukan dalam
yang dikemukakan oleh Rusman (2012) pelaksanaan metode PBL yang seharusnya.
dalam Wulandari dan Dwi (2013) bahwa Dalam metode PBL, peran dosen dan asisten
pembelajaran dilihat sebagai sebuah sistem adalah sebagai fasilitator pembelajaran dan
yang terdiri dari berbagai komponen membangun komunitas pembelajaran. Peran
yang berhubungan satu dengan yang lain. dosen adalah: pertama, mempersiapkan
Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, sekenario yang dibahas pada tiap sesi dan
metode, dan evaluasi. Metode merupakan mengatur silabus mata kuliah. Kedua, secara
upaya untuk mengimplementasikan bertahap mempersiapkan materi perkuliahan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan dalam bentuk file elektronik dan memberikan
nyata untuk mencapai tujuan, serta tujuan beberapa sumber antara lain buku referensi
metode pembelajaran adalah serangkaian dan link website. Ketiga, sebagai fasilitator
aktivitas yang disengaja dengan mendesain, dosen mendorong para mahasiswa untuk
mengembangkan, mengimplementasikan, mengeksplorasi pengetahuan yang telah
dan mengevaluasi dengan metode tertentu mereka miliki dan menentukan pengetahuan
guna memfasilitasi siswa dengan tujuan yang diperlukan selanjutnya (Sudarman,
mencapai suatu kompetensi (Wulandari & 2007).
Dwi, 2013). Pada metode PBL diharapkan fasilitator
Hasil penelitian juga menunjukkan atau dosen memiliki feedback dalam
GTS mahasiswa menyatakan perspektif belajar selama pembelajaran berlangsung
netral. Hal ini dikarenakan pada kualitas karena dalam PBL pengajar dan mahasiswa
pembelajaran dalam metode PBL didapatkan bersama-sama mengintegrasikan berbagai
hasil sebagian kecil responden (8,18%) konsep dan keterampilan-keterampilan
menyatakan dosen mempunyai banyak waktu dari satu atau lebih bidang-bidang ilmu
dengan memberikan umpan balik, akan untuk menyelesaikan suatu masalah
tetapi sebagian besar responden (53,46%) (Kristyani, 2008). Dalam metode PBL ini,
menyatakan perspektif yang sebaliknya pengajar bertindak sebagai fasilitator yang
yaitu dosen kurang memberikan umpan balik akan mendampingi mahasiswanya untuk
dalam proses PBL dan perspektif lainnya menyelesaikan suatu masalah.
menyatakan bahwa dosen tidak mengerti Ditinjau dari variabel GSS, responden
kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam menyatakan perspektif positif. Hal
memberikan tugas. ini dikarenakan pada perkembangan
Berbeda dengan penelitian sebelumnya keterampilan-keterampilan umum (good
yang dilakukan oleh Tampereen skills scale) pada metode PBL, GSS dapat
Amattikorkeakoulu (TAMK) University meningkatkan kemampuan mahasiswa
of Applied Science pada tahun 2010, pada dalam berkomunikasi yaitu terdapat
domain GTS menggambarkan bahwa sebagian sebagian besar responden, yaitu sebanyak
besar responden (67,13%) menyatakan 78,62%, yang menyatakan hal tersebut
perspektif positif tentang pernyataan dosen dan beberapa responden lainnya, sebanyak
mempunyai waktu untuk memberikan 64,78%, menyatakan metode PBL membantu
umpan balik. Hal ini dapat disimpulkan mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan
bahwa kualitas pengajaran di sana menurut bekerja secara kelompok.
penelitian TAMK ini sangatlah baik dan Penelitian sebelumnya pada Graduate
fasilitator atau pengajar memiliki kompetensi Careers di Australia tahun 2013 pada domain
yang baik sehingga dapat memberikan GSS menggambarkan bahwa sebagian besar
pengajaran yang baik pula, serta sebagian responden (78,76%) menyatakan perspektif
besar responden (55,9%) menyatakan bahwa positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
dosen sangat memberikan feedback terhadap kualitas pengajaran di Australia menurut
pembelajaran. penelitian GCA dapat membuat pelajar
Hasil penelitian apabila ditinjau dari termotivasi dan mendapatkan hasil dari
subvariabel GTS, maka perlu dilakukannya pembelajaran. Sebagian besar responden,
perbaikan dalam hal kompetensi dosen yaitu sebanyak 56,8%, menyatakan bahwa
sebagai fasilitator agar lebih baik lagi karena pembelajaran membantu dalam membangun

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 295


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

motivasi untuk pengerjaan tugas (Carroll, PBL karena fasilitasnya dapat menunjang
2013). Berbeda dengan hasil penelitian para mahasiswa dalam menjalankan
menurut Muhson (2009) dengan judul kegiatan belajar. Dapat disimpulkan bahwa
Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman secara keseluruhan, kepuasan (satistaction)
Mahasiswa melalui Penerapan Problem- pembelajaran di Inggris menurut penelitian
Based Learning di Fakultas Ekonomi (FE) ini sudah baik (Newman, 2005).
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Kepuasan berawal dari sebuah
menghasilkan bahwa sebagian besar pembelajaran yang efektif dan didasari
mahasiswa memiliki kompetensi yang oleh penilaian mahasiswa terhadap metode
baik dalam teoritis, namun secara aplikatif pembelajaran yang sedang diterapkan.
mahasiswa memiliki kompetensi yang Kualitas pembelajaran sangat menentukan
kurang. penguasaan kompetensi peserta didik yang
Hasil analisis penelitian ini dan penelitian pada akhirnya menentukan mutu atau
Muhson menyimpulkan bahwa domain kompetensi lulusan. Kualitas suatu sistem
Good Skills Scale (GSS) menghasilkan hasil dapat menentukan tingkat kepuasan para
evaluasi positif dan hal ini perlu dipertahankan. pelajarnya, yang dimaksud dengan kepuasan
Namun tidak pada penelitiannya Carroll adalah istilah evaluatif yang menggambarkan
(2013) yang menyatakan bahwa di Australia suka dan tidak suka. Persepsi mahasiswa
mahasiswanya kurang memiliki kompensi tentang pembelajaran adalah pemahaman/
secara aplikatif dan hal ini harus diperbaiki bayangan mahasiswa tentang pembelajaran
untuk pencapaian metode PBL yaitu untuk yang meliputi tujuan, manfaat, kesiapan,
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam partsipasi, fasilitas (sarana/prasarana), dan
menyelesaikan masalah. motivasi.
Kelompok-kelompok kecil pada Perlu dilakukan persiapan yang lebih
mahasiwa diperlukan untuk menjalankan intensif untuk melakukan perkuliahan
metode PBL dengan baik. Alasan utamanya dengan menggunakan metode PBL. Dalam
adalah agar para anggota kelompok dapat perkuliahan dengan metode PBL terdapat tiga
berbagi pengetahuan dan gagasan. Selain komponen yang akan berpengaruh terhadap
itu, situasi yang sering terjadi dalam proses hasil pencapaian yaitu (1) institusi, (2) dosen
kerja kelompok dapat membentuk berbagai dan asisten dosen, dan (3) mahasiswa. Ketiga
kompetensi yang diperlukan mahasiswa, komponen ini bekerja sesuai peran atau tugas
misalnya kompetensi interpersonal, masing-masing untuk mendapatkan capaian
kompetensi dalam berkomunikasi, dan metode PBL secara optimal.
kompetensi pembelajaran itu sendiri. Proses Penelitian ini menunjukkan bahwa domain
kerja kelompok tidak mungkin bisa berjalan CGS (clear goals and standars) metode
dengan baik apabila anggota tidak memiliki PBL menghasilkan sebesar 80% perspektif
semacam tatalaksana dalam kelompok, baik netral, artinya hampir seluruh mahasiswa
yang terkait dengan pekerjaannya maupun menyatakan keraguannya mengenai kejelasan
yang terkait dengan proses interaksinya dan standar pembelajaran ini. Berbeda pada
(Amir, 2009). penelitian sebelumnya pada Middlesex
Hasil penelitian menunjukkan bahwa University di Inggris tahun 2005 pada domain
seluruh mahasiswa menyatakan perspektif CGS menggambarkan bahwa sebagian besar
netral dalam subvariabel OSI. Artinya seluruh responden (61,75%) menyatakan perspektif
responden menyatakan keraguannya untuk positif. Hal ini menunjukkan bahwa
kepuasan terhadap metode PBL. Hasil tersebut tujuan penerapan metode pembelajaran
berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya sangatlah jelas dan dapat diraih dengan
pada University of London di Inggris tahun domain pendukung lainnya. Sebagian besar
2005 pada domain OSI menggambarkan responden, sebanyak 57,2%, menyatakan
bahwa sebagian besar responden (83,1%) bahwa pelajaran selalu mempunyai gambaran
menyatakan perspektif positif. Hal ini dapat apa yang dicapai dalam metode pembelajaran
dikarenakan fasilitas, sarana, dan prasarana ini (Newman, 2005).
disana sangat bagus dan baik sehingga Pembelajaran adalah kegiatan atau proses
mahasiswa merasa puas dengan metode dan merupakan unsur yang sangat penting

296 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

dalam penyelenggaraan jenjang pendidikan, bertanggung jawab mengintegrasikan


hal ini berarti keberhasilan pencapaian pengetahuan tentang teori-konsep yang
tujuan pendidikan sangat tergantung pada dipelajari dengan aplikasinya dalam bentuk
keberhasilan proses belajar mahasiswa di keterampilan menganalisis dan menemukan
kampus dan lingkungan sekitarnya. Pada solusi atas masalah yang nyata, proses belajar
dasarnya pembelajaran merupakan tahapan distimulasi lewat kerja kelompok kecil sejak
perubahan perilaku mahasiswa yang relatif awal hingga akhir aktivitas pembelajaran,
positif dan mantap sebagai hasil interaksi dan proses belajar berlangsung secara
dengan lingkungan yang melibatkan proses komulatif dan progresif berupa penguasaan
kognitif (Jihad & Abdul, 2012). Proses aneka pengetahuan dan keterampilan yang
pembelajaran juga dapat membentuk semakin luas dan mendalam dalam rangka
service learning, yang terdiri dari komponen menganalisis dan menemukan solusi atas
pengalaman belajar lapangan intrakurikuler masalah-masalah nyata (Kristyani, 2008).
yang terstruktur, refleksi, reciprocity Hasil penelitian pada domain AWS
(manfaat timbal balik), dan penentuan hasil (appropiate workload) metode PBL
dan manfaat yang spesifik untuk semua pihak menghasilkan perspektif netral dalam
yang terlibat (Juniarti, Zannettino, Fuller, & subvariabel AWS, artinya sebagian besar
Grant, 2016). responden menyatakan keraguan dalam
Pada awal pembelajaran metode PBL, tingkat penugasan dalam metode PBL.
dosen seharusnya menjelaskan maksud Hal ini menyatakan hasil evaluasi netral
pembelajarannya, membangun sikap positif namun pada kuesioner pernyataan pada
terhadap pelajaran itu, dan mendeskripsikan AWS bersifat pernyataan negatif. Hasil
sesuatu yang diharapkan oleh mahasiswa. kuesioner menunjukan sebanyak 55,35%
Dosen harus menjelaskan terlebih dahulu menyatakan bahwa dari semua pelajaran
proses-proses dan prosedur-prosedur dalam yang mahasiswa pelajari, tidak seluruhnya
metode ini agar lebih paham dan terperinci. mahasiswa paham dan sebagian lainnya
Hal yang perlu diperhatikan salah satunya sebanyak 41,51% menyatakan bahwa tugas
adalah tujuan utama mahasiswa untuk yang diberikan terlalu berat dan cukup sulit.
mempelajari sejumlah besar informasi Hasil penelitian sebelumnya pada Graduate
baru tetapi untuk menginvestigasi berbagai Careers di Australia tahun 2013 pada domain
permasalahan penting menjadi mahasiswa AWS menggambarkan bahwa hampir
yang lebih mandiri, selama fase investigatif setengah responden (33,07%) menyatakan
pelajaran mahasiswa akan didorong untuk Tidak Setuju (TS) terhadap domain ini dan
melontarkan pernyataan mencari informasi menyimpulkan perspektif negatif. Namun
(Duncan, Lyons, & Al-Nakeeb, 2007). pada domain AWS ini item menggambarkan
Hakikat PBL adalah memfasilitasi pernyataan negatif yang artinya hasil
mahasiswa agar mengalami pembelajaran penelitian GCA menggambarkan tanggapan
sebagai hasil dari proses bekerja dalam rangka positif dimana responden menyatakan tidak
memahami atau memecahkan suatu masalah. benar bahwa beban kerja yang diberikan
Dengan kata lain, PBL merupakan strategi sangat berat (Carroll, 2013). Hal ini
untuk mengonstruksi atau menumbuhkan menunjukkan hal yang berbeda antara hasil
kompetensi tertentu dengan menggunakan penelitian ini dengan penelitian di Australia.
masalah sebagai stimulus sekaligus fokus Karena pada penelitian ini, kemungkinan
terhadap aktivitas belajar. Pendekatan mahasiswa merasa terbebani atas penugasan
pembelajaran semacam ini sejajar dengan yang diberikan karena waktu yang diberikan
kebijakan pemerintah yang menekankan kurang cukup dan hal ini harus jadi perbaikan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran untuk institusi agar mahasiswa dapat
yang berbasis kompetensi (Supratiknya & menyelesaikan tugas dengan baik.
Kristiyani, 2010). Faktor yang memengaruhi beban kerja
Beberapa ciri pokok PBL adalah mental seseorang dalam mengenai suatu
prinsip self-directed learning atau independent pekerjaan, antara lain jenis pekerjaan, situasi
learning yaitu mahasiswa bertanggung kerjaan, waktu respon, waktu penyelesaian
jawab atas proses belajar sendiri, mahasiswa yang tersedia, faktor individu (tingkat

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 297


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan Peran dosen sangatlah menentukan


dan toleransi performansi yang diijinkan), terhadap keberhasilan suatu program belajar
dan fasilitas pendukung pekerjaan. Fasilitas salah satunya metode PBL dan dosen
pendukung pekerjaan adalah bagian yang memberi penugasan setelah kegiatan belajar
mendukung dalam penyelesaian penugasan, mengajar atau diskusi berakhir. Dengan
pengaruh fasilitas terhadap beban kerja ini demikian peran dosen sangatlah penting,
yaitu referensi yang tersedia dapat membantu karena peran dosen disini adalah sebagai
dalam pengerjaan sehingga beban pekerjaan fasilitator dan seseorang yang dominan dalam
menjadi mudah karena terdapat pendukung melaksanakan proses belajar kelompok atau
dalam pengerjaan pekerjaan. tutorial untuk mencapai suatu tujuan, karena
Sementara itu, hasil penelitian pada dosen terlibat langsung dalam pembinaan
domain Appropriate Assesment Scale (AAS) dan pembelajaran tutorial.
menghasilkan perspektif positif. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya pada Graduate Careers di Simpulan
Australia tahun 2013 pada domain AAS
menggambarkan bahwa hampir setengah Hasil pengolahan data dan pembahasan
responden sebanyak (39,63%) menyatakan tentang evaluasi metode PBL menurut
positif, dan hampir setengah responden perspektif mahasiswa keperawatan tingkat
(38,4%) menyatakan bahwa banyak akhir menunjukkan bahwa 46,94%
penugasan yang diberi dosen yang hanya menyatakan perspektif netral. Hal ini
bertanya tentang fakta yang terjadi namun menunjukan mahasiswa tidak secara tegas
diluar pembahasan teori yang dipelajari. Hasil menilai pelaksanaan PBL baik atau tidak
penelitian menunjukan responden (41,8%) baik. Hal tersebut dikarenakan di satu sisi
menyatakan setuju bahwa penguasaan mereka merasakan ada hal yang positif
dalam materi sangat diharuskan sebelum dari pelaksanaan PBL, tetapi di sisi lain
pembelajaran berlangsung karena fasilitator ada hal yang negatif yang mereka alami.
tidak secara langsung menerangkan konsep Evaluasi yang dilakukan telah menghasilkan
secara teori (Carroll, 2013). Hasil penelitian perspektif mahasiswa yang menyatakan
ini menghasilkan evaluasi perspektif hasil evaluasi positif terhadap pembelajaran
mahasiswa positif terhadap AAS dan hal dengan menggunakan metode PBL.
ini perlu dipertahankan dalam pelaksanaan Hasil penelitian ini memberikan beberapa
metode PBL. rekomendasi untuk sistem pembelajaran
Pada penugasan dalam metode PBL tersebut sehingga menjadi lebih baik lagi
dilakukan melalui pemberian suatu masalah kedepannya, diantaranya perlu persamaan
dimana mahasiswa diharuskan untuk mencari persepsi diantara dosen yang terlibat dalam
materi yang diberikan oleh dosen sebelum satu mata kuliah sistem untuk mencegah
melakukan pembelajaran atau tutorial, perbedaan pengajaran yang membingungkan
sehingga mahasiswa mampu menguasai mahasiswa, perlu dilakukan modifikasi dalam
materi yang disajikan oleh dosen. Sebelum metode pembelajaran agar tidak monoton
pembelajaran dimulai dalam metode PBL, dan membosankan, perlu peningkatan
mahasiswa diberikan masalah-masalah. sumber referensi yang menunjuang dalam
Masalah yang disajikan adalah masalah mengetahui pengetahuan yang terbaru (up-
yang memiliki konteks dengan dunia nyata, to date), mahasiswa lebih aktif untuk belajar
semakin dekat dengan dunia nyata maka akan dengan mandiri sehingga metode PBL yang
semakin baik pengaruhnya pada peningkatan sedang berjalan menjadikan mahasiswa
kecakapan mahasiswa. Setelah masalah lebih aktif mencari solusi dari permasalahan
diberikan, mahasiswa kemudian bekerja sama yang diberikan, dan mahasiswa dihimbau
dalam kelompok, mencoba memecahkan untuk mencari informasi jadwal perkuliahan
masalah dengan kemampuan yang dimiliki karena keterbatasan fakultas yang belum bisa
dan sekaligus mencari informasi yang relevan menentukan jadwal pasti untuk pembelajaran
(Widodo & Widayati, 2013). PBL ini sehingga diharuskan untuk menunggu

298 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

kabar pengajar dan ruangan yang disediakan 280.


ada.
Hadi, R. (2007). Dari teacher-centred learning
ke student-centered learning: Perubahan
Daftar Pustaka metode pembelajaran di perguruan tinggi.
Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan,
Afifah, E., & Syahreni, F. (2005). Hubungan 12(3), 32-38.
penerapan metode pembelajaran collaborative
learning dan problem based learning dengan Jihad, A., & Abdul, H. (2012). Evaluasi
motivasi belajar pada mahasiswa keperawatan pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Universitas Indonesia. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 9(1), 7-12. Juniarti, N., Zannettino, L., Fuller, J., &
Grant, J. (2016). Defining service learning
Amir, M.T. (2009). Inovasi pendidikan in nursing education: An integrative review.
melalui problem based learning: Bagaimana Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 4(2), 200-
pendidikan memberdayakan pemelajar di era 212.
pengetahuan. Jakarta: Prenamedia Group.
Kristyani, T. (2008). Efektivitas metode
Carlisle, C., & Ibbotson, T. (2005). Introduce problem-based learning pada mata kuliah
problem-based learning into research methods Psikologi Kepribadian I. Cakrawala
teaching: Student and facilitator evaluation. Pendidikan, XXVI(3), 285-294.
Nursing Education Today, 527-541.
Kushartanti, B. (2010). Pendekatan problem
Carroll, D. (2013). Graduate course based learning dalam pembelajaran praktik
experience 2013: A report on the course kerja lapangan terapi fisik. Cakrawala
experience perception of resent graduate. Pendidikan, 5-11.
Australia: Graduate Carees Australia Ldt.
Muhson, A. (2009). Peningkatan minat
Duncan, M., Lyons, M., & Al-Nakeeb, Y. belajar dan pemahaman mahasiswa melalui
(2007).You have to do it rather than being in a penerapan problem-based learning. Jurnal
class and just listening: The impact of problem Pendidikan, 39(2), 171-182.
based learning on the student experience in
sports and exercises biomechanics. Journal Newman, M.J. (2005). Problem Based
of Hospitality, Leisure, Sport & Tourism Learning: An introduction and overview of
Education, 6(1), 71-80.ISSN: 1473-8376. the key features of the approach. J Vet Med
Educ. Spring, 32(1), 12-20.
Erol, G., Yesin, S., & Mahmet. (2008).
Evaluation of problem based learning by Sudarman. (2007). Problem based
tutors and student in a Medical Faculty of learning: Suatu model pembelajaran
Turkey. Kuwait Medical Journal, 40(4), 276- untuk mengembangkan dan meningkatkan
280. kemampuan memecahkan masalah. Jurnal
Pendidikan, 2(2), 68-73.
Fitria, N., Hernawaty, T., & Hidayati, N.O.
(2013). Adversity quotient mahasiswa Supratiknya, & Kristiyani, T. (2010).
baru yang mengikuti kurikulum berbasis Efektivitas metode problem-based learning
kompetensi. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, dalam pembelajaran mata kuliah teori
1(2), 99-105. psikologi kepribadian II. Jurnal psikologi,
33(1), ISSN: 0215-8884, 17-32.
Gurnipar, E., Senil, Y., & Aktekin, R.M.
(2009). Evaluation of problem based learning Widodo, & Widayati, L. (2013). Peningkatan
by tutors and student in a Medical Faculty of aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
Turkey. Kuwait Medical Journal, 3(2), 276- dengan metode problem based learning pada

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 299


Ikeu Nurhidayah: Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)

siswa kelas VIIA MTs NegeriDonomulyo Wulandari, B., & Dwi, H. (2013). Pengaruh
Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. problem based learning terhadap hasil belajar
Jurnal Fisika Indonesia, 49(17), 32-35.ISSN: ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK.
1410-2994. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2), 178-191.

300 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai