Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) DALAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI


SMA NEGERI 15 JAKARTA

Ahmad Gabriel, Henny Christine Mamahit

Prodi Pendidikan Profesi Guru, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya


Email penulis pertama : ahmadgabriel04@guru.sma.belajar.id
Email penulis kedua :

ABSTRAK
Bimbingan klasikal merupakan sebuah layanan dasar dari guru BK, yang dirancang agar konselor dapat
melakukan kontak langsung dengan peserta didik secara terjadwal dan secara kelas besar yang kegiatannya
berupa kegiatan diskusi kelas, pemberian materi dan tanya jawab, dan praktik langsung yang dapat membuat
peserta didik aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan bimbingan klasikal bisa menggunakan
berbagai metode inovatif, diantaranya adalah Problem Based Learning (PBL). Model problem based learning
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran tersebut kemampuan berfikir siswa betul-
betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,
menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang berfokus pada observasi saat penerapan metode PBL
dalam layanan bimbingan klasikal di kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keaktifan siswa dalam
proses layanan klasikal. Subjek pada penelitian adalah 40 siswa pada kelas XII MIPA 2 di SMA Negeri 15
Jakarta. Indikator dalam penelitian ini adalah keaktifan peserta didik di kelas melaksanakan semua tahapan PBL
di kegiatan klasikal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode Problem Based Learning (PBL) dalam
layanan bimbingan klasikal di kelas XII MIPA 2 SMAN 15 Jakarta mampu membuat peserta didik aktif dalam
melaksanakan semua tahapan PBL dari awal hingga akhir layanan.

Kata Kunci: Bimbingan Klasikal; Problem Based Learning, Remaja; Penelitian Tindakan Bimbingan dan
Konseling.

PENDAHULUAN
Peserta didik di SMA merupakan seorang remaja yang dalam tugas perkembangan
memiliki peran penting. Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Utami & Raharjo, 2021). Masa remaja
juga disebut sebagai periode peralihan. Remaja tidak bisa lagi disebut sebagai anak-anak,
tidak bisa pula disebut sebagai orang dewasa (Saputro, 2018). Remaja seringkali
mendapatkan masalah jika berperilaku seperti orang dewasa atau masih berperilaku kekanak-
kanakan.
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) memberikan layanan yang mengacu kepada
aspek perkembangan yang berada pada Standar Kompetensi Kemandirian (SKK) Peserta
Didik. Melalui layanan tersebut, diharapkan perkembangan peserta didik bisa sesuai tugas
perkembangan dirinya. Salah satu layanan BK yang ada di tingkat SMA adalah layanan
bimbingan klasikal. Andriati (dalam Narasati, Ningdyastuti dan Maulia, 2022)
mengemukakan bahwa layanan bimbingan klasikal adalah suatu layanan dasar dalam
bimbingan dan konseling yang dirancang untuk menuntut konselor melakukan kontak
langsung dengan para peserta didik di kelas secara terjadwal. Layanan bimbingan klasikal
diangap mampu dalam memotivasi belajar peserta didik karena bimbingan klasikal
merupakan sebuah layanan dasar dari guru BK, yang dirancang agar konselor dapat
melakukan kontak langsung dengan peserta didik secara terjadwal dan secara kelas besar
yang kegiatannya berupa kegiatan diskusi kelas, pemberian materi dan tanya jawab, dan

1
praktik langsung yang dapat membuat peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran (Rifqi,
Handayani & Ajie, 2022).
Layanan bimbingan klasikal oleh guru BK bisa dilakukan dengan berbagai metode
yang mendukung dan mempermudah dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Salah satu
metode yang bisa digunakan adalah Problem Based Learning (PBL). Menurut Mudlofir
(2021), Model pembelajaran problem based learning melibatkan peserta didik untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah. Metode PBL membantu guru BK untuk bisa
melakukan layanan klasikal dengan lebih optimal. Model problem based learning merupakan
inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran tersebut kemampuan berfikir siswa
betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok sehingga siswa dapat
memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara
berkesinambungan (Suriyana dalam Sholichah & Kusumawati, 2021). Problem Based
Learning (PBL) merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan
belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata
(Sulistiyaningsih, 2019).
PBL merupakan model pembelajaran yang mengorganisasikan pembelajaran di
sekitar pertanyaan dan masalah, melalui pengajuan situasi kehidupan nyata yang autentik dan
bermakna, yang mendorong mahasiswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri, dengan
menghindari jawaban sederhana, serta memungkinkan adanya berbagai macam solusi dari
situasi tersebut (Shofiyah dalam Krisna & Marlinda, 2020). Model Problem Based Learning
(PBL) dipilih karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain adalah: 1) Pemecahan
masalah yang diberikan dapat menantang dan membangkitkan kemampuan berpikir kritis
siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan suatu pengetahuan baru, 2)
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) dianggap lebih menyenangkan
dan lebih disukai siswa, 3) Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan 4) Model Problem Based Learning (PBL)
dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan yang mereka miliki ke
dalam dunia nyata (Emelda, Yuhelman & Ningsih, 2019).
Peserta didik perlu untuk mengetahui dan mampu menjalankan perannya sebagai
remaja sesuai dengan tugas perkembangannya, tidak terkecuali peserta didik di SMA Negeri
15 Jakarta. SMAN 15 Jakarta berada di Kota Administrasi Jakarta Utara Provinsi DKI
Jakarta. SMAN 15 Jakarta memiliki 2 jurusan untuk setiap Angkatan kelas, yaitu jurusan IPA
dan IPS. Peserta didik di SMAN 15 berasal dari lokasi dan latar belakang yang beragam.
Mayoritas peserta didik tinggal di Jakarta Utara, namun ada juga peserta didik yang berasal
dari lokasi luar Jakarta Utara. Secara ekonomi, mayoritas berada pada tingkat ekonomi
kurang, ditunjukkan dengan data peserta didik penerima bantuan pendidikan Kartu Jakarta
Pintar (KJP) sebanyak 67% dari total seluruh peserta didik kelas X, XI dan XII.
Hasil asesmen Analisis Kebutuhan Peserta Didik (AKPD) yang dilakukan guru BK
pada seluruh peserta didik kelas XII didapatkan beberapa permasalahan, diantaranya adalah
sebanyak 60.7% peserta didik terbiasa melakukan prokrastinasi serta sebanyak 64.3% peserta
didik belum mengetahui pilihan karir yang sesuai dengan kepribadiannya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran dan wali kelas di kelas XII juga mendukung bahwa
peserta didik kelas XII memiliki masalah penundaan dalam mengumpulkan atau
mengerjakan tugas sekolah serta masih bingung dalam menentukan pilihan karirnya.Hal
tersebut merupakan masalah yang besar bagi peserta didik jika tidak segera diberikan layanan
yang efektif.

2
Berdasarkan hasil kajian literatur, Prokrastinasi akademik bisa diatasi dengan guru
BK melakukan layanan klasikal di kelas. Hal itu didukung dengan hasil penelitian yang
dilakukan Muzni, Wibowo & Sari (2021) dengan hasil penelitiannya adalah hasil layanan
bimbingan klasikal dalam mengurangi perilaku prokrastinasi peserta didik yaitu layanan
klaikal yang diberikan guru Bimbingan dan Konseling memberikan pengaruh positif terhadap
peserta didik yang mencerminkan perilaku prokrastinasi akademik. Selain itu, meningkatkan
keterampilan karir bisa dilakukan dengan cara memberikan layanan klasikal. Hal itu
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahmah & Christiana (2019) dengan hasil
penelitian, yaitu bimbingan klasikal berbasis masalah dengan teori karir John Holland dapat
meningkatkan keterampilan membuat perencanaan karir peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Tindakan
BK mengenai penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dalam layanan klasikal di
SMA Negeri 15 Jakarta.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK)
dengan bentuk penelitian kualitatif berdasarkan dua siklus kegiatan yang dilakukan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) dalam
layanan klasikal di SMA Negeri 15 Jakarta.
Perencanaan pada penelitian ini adalah dengan melakukan eksplorasi dan penentuan
akar masalah berdasarkan hasil asesmen AKPD dan wawancara terhadap beberapa pihak,
diantaranya adalah guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, ketua MGBK Jakarta
Utara I serta dosen BK.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus dengan metode dan teknik
yang sama. Metode PBL dilakukan pada layanan klasikal dengan menggunakan kelas XII
IPA 2 sejumlah 40 peserta didik sebagai objek penelitian. Observasi dilakukan selama proses
pelaksanaan oleh guru BK. Refleksi dan evaluasi dilakukan setiap selesai melaksanakan
kegiatan klasikal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian dilakukan dimulai dari tahap perencanaan. Tahap perencanaan diawali
dengan melakukan eksplorasi masalah. Eksplorasi masalah dilakukan berdasarkan hasil
asesmen AKPD dan observasi serta wawancara beberapa pihak, diantaranya kepala sekolah,
rekan sejawat, wali kelas serta Dosen BK. Hasil eksplorasi masalah kemudian dianalisis dan
ditentukan penyebab masalahnya. Berdasarkan akar penyebab masalah tersebut dilanjutkan
dengan membuat alternatif solusi yang dikerucutkan menjadi solusi terbaik menangani
masalah yang ada. Solusi tersebut dituangkan dalam rencana aksi dengan membuat
Rancangan Pemberian Layanan (RPL) yang inovatif sebagai acuan dalam pelaksanaan
layanan bimbingan klasikal.
Siklus satu dijalankan dengan melaksanakan layanan bimbingan klasikal yang
pertama. Materi yang disampaikan adalah prokrastinasi dengan metode Problem Based
Learning (PBL) teknik small group discussion. Layanan bimbingan klasikal dilakukan untuk
mengatasi masalah prokrastinasi akademik didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Muzni, Wibowo & Sari (2021), dengan hasil yaitu layanan bimbingan klasikal dalam
mengurangi perilaku prokrastinasi peserta didik yaitu layanan klasikal yang diberikan guru
Bimbingan dan Konseling memberikan pengaruh positif terhadap peserta didik yang
mencerminkan perilaku prokrastinasi akademik. Klasikal dilakukan di kelas XII MIPA 2
sebanyak dua jam pelajaran (2 JP). Layanan klasikal dilakukan sesuai dengan RPL yang telah

3
dibuat. Tahapan dalam metode PBL yang dilakukan adalah orientasi siswa pada masalah,
organisasi masalah, selidik masalah, pengembangan dan mencari solusi dan penyajian karya,
analisis dan evaluasi. Semua tahapan kegiatan dilakukan dengan baik, dibuktikan dengan
hasil evaluasi yang baik.
Siklus dua dilakukan dengan melakukan layanan bimbingan klasikal di kelas XII
MIPA 2. Layanan klasikal yang diberikan menggunakan metode Problem Based Learning
(PBL) dengan teknik Numbered Head Together. Metode PBL dipilih dalam pelaksanaan
layanan klasikal berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmah dan Christiana
(2019) dengan judul penelitian “Layanan Bimbingan Klasikal Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Perencanaan Karir” yang hasilnya adalah bimbingan klasikal berbasis masalah
dapat meningkatkan keterampilan membuat perencanaan karir siswa. Pelaksanaan bimbingan
klasikal selama dua jam pelajaran (2 JP) sesuai dengan tahapan PBL, yaitu orientasi siswa
pada masalah, organisasi masalah, selidik masalah, pengembangan dan mencari solusi dan
penyajian karya, analisis dan evaluasi. Semua tahapan kegiatan dilakukan dengan baik,
dibuktikan dengan hasil evaluasi yang baik.
Pelaksanaan PBL dalam layanan klasikal tersebut dilakukan sesuai tahap dan
dilakukan observasi di setiap tahapan PBL yang dilaksanakan dengan detail seperti yang
ditampilkan dalam tabel berikut :

Tabel 1. Hasil Observasi Pelaksanaan Tahapan Problem Based Learning (PBL)


TAHAPAN PBL SIKLUS 1 SIKLUS 2
Orientasi masalah Peserta didik menjawab semua Peserta didik antusias menjawab
pertanyaan pemantik guru BK pertanyaan pemantik yang
berkaitan dengan materi klasikal diberikan guru BK dan
dengan lantang dan tanpa ragu. menyaksikan video kasus yang
Peserta didik juga dengan seksama ditayangkan. Peserta didik bisa
menyaksikan video kasus yang menangkap maksud dari video
ditayangkan sebagai bahan utama yang ditayangkan
untuk tahapan selanjutnya
Organisasi masalah Peserta didik melakukan Peserta didik fokus menyimak
brainstorming dengan aktif dan penjelasan guru BK mengenai
menyimak penjelasan materi dari pengantar materi melalui media
Guru BK sebagai bahan untuk Canva. Peserta didik juga aktif
tahapan selidik masalah dalam kegiatan brainstorming
dalam kelompok keil yang dibuat
Selidik masalah Peserta didik antusias berdiskusi dan Peserta didik aktif berdiskusi dan
menggunakan sumber informasi lain menuliskan hasil analisis dampak
sebagai bahan tambahan untuk positif dan negatif sesuai masalah
melakukan analisis dampak yang ada di LKPD. Peserta didik
permasalahan di LKPD juga menggunakan sumber lain
untuk memperkaya bahan bacaan
dalam proses analisis
Pengembangan Peserta didik aktif saling Peserta didik aktif berdiskusi dan
solusi/mencari solusi bekerjasama dengan anggota bekerjasama dalam
kelompoknya mengembangkan dan mengembangkan dan menentukan
menentukan solusi pemecahan solusi terbaik pemecahan masalah
masalah terbaik dari LKPD yang sesuai dengan LKPD dan siap
diberikan. untuk melakukan penyajian hasil
kerja.
Penyajian karya, Peserta didik melakukan penyajian Peserta didik mampu dengan lugas
Analisa dan evaluasi hasil Analisa kelompok sesuai menyampaikan hasil karya, Analisa
solusi dengan kesepakatan yang mereka dan evaluasi sesuai dengan hasil

4
buat. Peserta didik percaya diri kerja dalam kelompok. Peserta
dalam menyajikan hasil kerjanya. didik menyampaikan solusi yang
relevan terkait dengan masalah
yang dibahas

Evaluasi dilakukan disetiap selesai melaksanakan siklus. Evaluasi yang dilakukan


menggunakan angket evaluasi proses dan evaluasi hasil. Namun evaluasi yang dijadikan
dasar dalam penelitian ini adalah evaluasi proses dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil Evaluasi Proses Siklus 1


PERNYATAAN Sangat Sesuai Sesuai Tidak sesuai
Kasus/masalah yang disajikan sesuai dengan masalah
73.5% 26.5% 0%
prokrastinasi
Cara berdiskusi selama pembelajaran efektif 76.5% 23.5% 0%
Metode layanan yang digunakan menarik 67.6% 29.4% 2.9%
Kesempatan mengemukakan ide terfasilitasi 76.5% 23.5% 0%
Waktu yang diberikan untuk menganalisis masalah cukup 55.9% 44.1% 0%
Media BK yang digunakan menarik 82.4% 17.6% 0%

Tabel 3. Hasil Evaluasi Proses Siklus 2


PERNYATAAN Sangat Sesuai Sesuai Tidak sesuai
Kasus/masalah yang disajikan sesuai dengan masalah
70% 26.7% 3.3%
prokrastinasi
Cara berdiskusi selama pembelajaran efektif 73.3% 26.7% 0%
Metode layanan yang digunakan menarik 76.7% 23.3% 0%
Kesempatan mengemukakan ide terfasilitasi 70% 30% 0%
Waktu yang diberikan untuk menganalisis masalah cukup 70% 30% 0%
Media BK yang digunakan menarik 80% 20% 0%

Evaluasi proses yang dilakukan menunjukkan penerapan metode PBL dalam kegiatan
layanan bimbingan klasikal oleh guru BK di sekolah mampu membuat peserta didik aktif dan
memiliki respon positif selama pelaksanaan dua siklus tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan klasikal dengan
menggunakan metode Problem Based Learning di kelas XII MIPA 2 SMAN 15 Jakarta
mampu membuat peserta didik aktif dalam menyelesaikan semua tahapan PBL dari awal
hingga akhir. Metode PBL mampu membuat peserta didik lebih aktif dan berpikir kritis
dalam menyelesaikan permasalahan yang dibahas oleh guru bimbingan dan konseling dalam
penelitian yang dilakukan. Metode PBL bisa digunakan oleh guru BK SMA Negeri 15
Jakarta dalam pemberian layanan klasikal sebagai salah satu layanan dasar dalam program
bimbingan dan konseling secara berkelanjutan. Selain itu, kepada pihak sekolah SMA Negeri
15 Jakarta diharapkan bisa mendukung pelaksanaan program BK di sekolah sebagai bentuk
bantuan peserta didik mencapai tugas perkembangannya dengan cara memberikan pelatihan
mengenai innovative learning kepada guru BK di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Emelda, E., Yuhelman, N., & Ningsih, J. R. (2019). Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) Pada Materi Pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia Untuk Meningkatkan

5
Hasil Belajar Siswa (Kelas X MIPA SMAN 2 Teluk Kuantan). JOM FTK UNIKS (Jurnal
Online Mahasiswa FTK UNIKS), 1(1), 73-80.
Krisna, E. D., & Marlinda, N. L. P. M. (2020). Implementasi Problem Based Learning
berbantuan Google Classroom Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika.
PENDIPA Journal of Science Education, 4(3), 91-97.
Mudlofir, H. A. (2021). Desain Pembelajaran Inovatif: dari Teori ke Praktik-Rajawali Pers.
PT. RajaGrafindo Persada.
Muzni, A. I., Wibowo, A., & Sari, M. N. (2021). Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Klasikal dalam Mengatasi Perilaku Prokrastinasi Akademik. Counseling
Milenial (CM), 2(2), 351-362.
Narasati, A. Z. A., Ningdyastuti, R., & Maulia, D. (2022). Pengaruh Layanan Bimbingan
Klasikal Menggunakan Media Poster Terhadap Interaksi Sosial Siswa Kelas X Tata
Boga SMKN Kebasen pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan dan
Konseling (JPDK), 4(4), 4177-4184.
Rifqi, H. M., Handayani, A., & Ajie, G. R. (2022). Efektivitas Layanan Bimbingan Klasikal
Dengan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di SMA N 3
Pati. G-Couns: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 6(2), 258-268.
Saputro, K. Z. (2018). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17(1), 25-32.
Sholichah, A., & Kusumawati, P. R. D. (2021). Implementasi Model Problem Based
Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA. Indonesian
Journal of Islamic Elementary Education, 1(2), 71-82.
Sulistiyaningih, S. (2019). Penerapan Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar IPA bagi Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Jenar.
Journal of Biology Learning, 1(2).
Utami, A. C. N., & Raharjo, S. T. (2021). Pola Asuh Orang Tua Dan Kenakalan Remaja.
Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 4(1), 1-15.

Anda mungkin juga menyukai