Anda di halaman 1dari 4

Refleksi dari ‘Tarian Hantu’:

Bernard Stiegler tentang Jacques Derrida, Hauntologi, dan Tarian Hantu


Wawancara Bernard Stiegler1
Diterjemahkan oleh R.H Authonul Muther

1. Masa Depan adalah Milik ‘Hantu’


Ketika Jacques Derrida mengatakan “masa depan adalah milik para Hantu”, yang saya
percayai adalah kalimat paling penting yang ia katakan dalam film Ken McMullen berjudul
“Ghost Dance” adalah sinema dan psikoanalisis. Di sini ia menyentuh sesuatu yang berada
di hadapan kita. Dia berkata di bagian keenam dalam bukunya ‘La Grammatologie’, “that
language is always already writing” (bahwa Bahasa selalu merupakan tulisan). Saya pikir,
kita dapat mengatakan setelah menontonnya di “Ghost dance” dan juga di dalam
wawancaranya yang kami lakukan bersama tentang televisi dan lebih tepatnya tetang TV ,
dalam kaitannya dengan “Ghost Dance”ꟷjika bahasa selalu merupakan tulisan, maka
kehidupan juga selalu merupakan sinema.
2. Mesin Keinginan
Kapitalisme telah memahami bahwa pertanyaan tentang kapitalisme bukan hanya
masalah meningkatkan produktivitas, tetapi juga tentang memenangkan libido konsumen.
Karena itulah, ketika di US, Henry Ford membuka pabrik mobilnya dan mengembangkan
produksi masal, pada saat yang sama industry film membangun studio pertama di
Hollywood. Kedua system ini berasal dari mesin yang sama ꟷ mesin keinginan. Saya pikir
Jacques Derrida setuju dengan saya dalam hal ini, sayangnya kami tidak punya waktu untuk
membicarakannya secara menyeluruh.
Ketika saya mulai mengembangkan teori saya tentang mesin ekonomi keinginan,
Jacques Derrida meninggal. Bagaimanapun, ketika Jacques Derrida berkata “masa depan
adalah milik para Hantu” dengan membuat hubungan antara sinema dan psikoanalisis, dia
mengajukan pertanyaan di depan kita (bukan di belakang kita) yang merupakan pertanyaan
tentang ekonomi yang berdasarkan libido.
Ekonomi khusus ini melewati ‘sinematografi’ jiwa (Psyche, psikis, jiwa). Bukan hanya apa
yang saya sebut sebagai karakteristik archi-‘sinematografi’ꟷyang dapat kita bandingkan
1
Bernard Stiegler lahir di Paris 1 April 1952. Stiegler focus pada tema-tema seperti teknologi, waktu, individuasi,
konsumerisme, kapitalisme, dsb. Karyanya yang terkenal adalah Technics and Time dan The Fault of Epimetheus.
Dia merupakan seorang filsuf Prancis kontemporer yang banyak terpengaruh oleh Sigmund Freud , André Leroi-
Gourhan ,Gilbert Simondon , Friedrich Nietzsche , Paul Valéry , Edmund Husserl , Martin Heidegger, Karl
Marx , Gilles Deleuze, dan Jacques Derrida.
dengan apa yang didefinisikan Jacques Derrida sebagai karakteristik tulisan archi-
writingꟷtetapi dalam hal ini juga tentang karakteristik dari ‘sinematografi’. Di sini terdapat
teknologi ‘sinematografi’, seperti peralatan kamera dan sistem penyiaran. Industri film
besar ini telah menjadi industri utama dari seluruh perkembangan industri saat ini. Seperti
yang dikatakan Jean-Luc Godard, “abad ke 20 adalah abad sinema”.
Namun proses pengembangan industri selama lebih dari seabad terakhir, telah sampai
pada fase dimana ia menghancurkan libido. Ketika Plato mengatakan bahwa ‘tulisan
menghancurkan ingatan (memory)’, Jacques Derrida menanggapi dengan mengatakan
‘bahwa ingatan sudah selalu tertulis dan selalu bersifat teknis’. Karena itulah Jacques
Derrida mengandaikan bahwa memori tertulis, memori teknis, selalu merupakan memori
hidup. Namun Jacques Derrida setuju dengan ide Plato tentang bahaya proses penulisan di
tangan para kaum Sofis. Dengan cara yang sama kita dapat mengatakan bahwa hidup
merupakan archi-‘sinematografi’, demikian juga dengan jiwa, dalam sinema yang
merupakan komponen dari hasrat. Jadi bisa dikatakan bahwa industri film menghancurkan
hasrat atau keinginan. Plato benar ketika mengatakan para kaum Sofis pada zaman Yunani
Kuno menghancurkan pengetahuan atau sebuah ‘kota’. Saat ini kita hidup di dalam
konfrontasi pertanyaan ini.
Jika kita mengatakan ‘masa depan adalah milik para Hantu’, itu berarti bahwa masa
depan adalah perihal pengulangan, munculnya yang tertindas, re-aktivasi yang telah mati,
virtualisasi, dst… Hal ini tentang pertanyaan Walter Benjamin, dan anakronisme
(ketidakcocokan dengan zaman tertentu); Ini tentang re-aktivasi dalam fenomenologi yang
diungkapkan oleh Husserl; Ini tentang gagasan bahwa pengetahuan hanya dapat
diproyeksikan ke masa depan dengan kembali pada dorongan masa lalu (jejak).
Video dari Ken McMullen dalam “Ghost Dance”: “Dihantui oleh Hantu…adalah untuk
mengingat sesuatu yang belum pernah Anda jalani seumur hidup untuk ingatan, merupakan
masa lalu yang tidak pernah mengambil bentuk saat ini”
3. Peperangan Hantu-Hantu
Masa depan sedang berada, dan menuju peperangan hantu-hantu. Peradaban Barat
mengenal dirinya dengan fakta bahwa hanya ada satu spirit. Satu-satunya spirit. Ini adalah
spirit universal. Ini adalah sejarah metafisik dari peperangan hantu-hantu. Namun, di setiap
masyarakat, terdapat ekonomi libido, yang berarti ekonomi hantu dan spirit. Apa yang
Jacques Derrida sebut sebagai hantu adalah semangat dalam masyarakat tradisional. Ini
sebuah bentuk kembali pada yang telah mati. Di setiap masyarakat tradisional sebelum
masyarakat monoteis, orang-orang biasanya dihantui oleh roh yang telah mati. Hal ini
adalah apa yang disebut Jacques Derrida sebagai ‘Hauntologi’.
Hari ini ‘Hauntologi’ memasuki era baru. Perang baru akan pecah. Perang ini adalah
peperangan para hantu, spirit (‘ideologi dan sejenisnya’) dan gambar. Hal ini adalah perang
‘sinematografi’ di dalam ruang cyber. Peperangan ini menggunakan kelompok
‘sinematografi’ seperti televisi, computer, dan system digital lainnya. Perang ini mengangkat
isu masa depan libido.
4. Impuls
Libidoꟷdan Freud mungkin akan setujuꟷadalah apa yang mensosialisasikan dorongan
kita untuk menciptakan kekuatan yang mengikat. Aristoteles menyebutnya “Philia”, yang
berarti persahabatan di antara manusia. Dengan kata lain, sebuah ikatan sosial. Libido pada
dasarnya adalah apa yang memungkinkan impuls dari luar yang kita bawa ke dalam diri kita
dan mulai menyimpang dari objek langsung melalui proses ekonomi. Proses ini berlangsung
melalui prinsip realitas, perbedaan waktu dari kepuasan yang oleh Jacques Derrida disebut
“Differánce” yang memungkinkan libido untuk mengubah objek konsumerisme menjadi
objek pemujaan. Misalnya, jika saya jatuh cinta pada seseorang, dengan karya seni, atau
pada sinema, saya akan mengkultuskan objek tersebut. Dan saya akan memproyeksikan dan
men’trasenden’kan objek tersebut, saya akan berfantasi kepada titik, di mana saya tidak
bisa membandingkan dan mengkalkulasinya. Hal ini menjadi objek yang secara struktural
dan intrinsik bersifat singular. Masalahnya adalah untuk memahami bagaimana kapitalisme
menguasai libido dan menghasilkan proses ‘pembusukan’ melalui sistem eksploitasinya. Hal
ini adalah proses penguraian, dalam arti bahwa jika kita mengekploitasi libido, kita
melakukan kalkulasi terhadapnya. Namun, dengan mengkalkulasi objek libido, maka kita
menghancurkan objek libido itu sendiri. Dengan melakukan hal tersebut, kita
menghancurkan hasrat.
Di seluruh dunia, industri ‘gambar’ telah menghancurkan horizon libido dan horizon
harapan. Dan hal tersebut telah digantikan oleh logika keputusasaan. Itu sebabnya ‘masa
depan adalah milik para Hantu’ yang berarti masa depan adalah milik terorisme. Itulah
masalahnya.
5. ‘Hantu’ dan Ketakutannya
Di Houston, Texas, Jacques Derrida menonton adegan di “Ghost Dance”, Pascale Ogier
mendengarkannya dan Derrida berkata pada Pascale “masa depan adalah milik para
Hantu”. Sementara itu, Pascale Ogier meninggal dunia. Derrida kemudian menjelaskan di
“Echographies of Television” bahwa dia melihat seorang wanita yang mendengarkannya
mengatakan “masa depan adalah milik para Hantu” dan sekarang perempuan itu sudah
meninggal. Perempuan itu adalah hantu. Karena itulah perempuan tersebut adalah masa
depan dari apa yang dikatakan Derrida. Dimensi ini menunjukkan bahwa Jacques Derrida
memainkan perannya sendiri. Maksud saya adalah, bahwa Jacques Derrida, yang direkam
oleh Ken McMullen di film “Ghost Dance”, telah menjadikan Jacques Derrida sebagai
hantu, Derrida adalah hantu itu sendiri. Dia sudah dalam proses menjadi hantu.
Dibandingkan dengan Jacques Derrida yang memainkan perannya sendiri, saya
memikirkan Anita Ekberg di ‘Inversita’ Fellini, di mana dia memerankan karakternya sendiri
dari ‘Dolce Vita’. Dia melihat dirinya sendiri 20 tahun yang lalu bermain dengan
Mastroianni, di air mancur (fountain) Roma. Pada saat itu Anita menakjubkan, dia adalah
seorang ’dewi’… 20 tahun kemudian dia jauh lebih cantik. Dia memberi kesan bahwa dia
telah membiarkan dirinya pergi. Kita berada di dalam situasi di mana ‘Inversita’ Fellini
memintanya untuk melihat akting-nya sendiri di dalam ‘Dolce Vita’. Dia melakukan akting
di bawah arahan sutradara. Tapi sebenarnya dia tidak bertindak. Dia sedang melihat dirinya
berakting di ‘Dolce Vita’. Dan kita melihat Anita Ekberg yang melihat dirinya sendiri. Itulah
kenyataannya. Anita Ekberg yang melihat dirinya sendiri 20 tahun yang lalu. Terdapat
sesuatu yang tidak dapat dipastikan saat ini. Jadi ketika kita melihat Jacques Derrida
memainkan perannya dalam sebuah film Ken McMullen, kita menghadapi apa yang selalu
Jacques Derrida katakana, yaitu ‘bahwa kita tidak pernah bisa membuat perbedaan keta
tantara apa yang Husserl sebut sebagai retensi primer dan sekunder, antara persepsi dan
imajinasi’. Dengan kata lain, antara realitas dan fiksi.
Ini semua tentang ‘sinematografi’. Terdapat sebuah system ‘sinematografi’ khusus yang
membuat seseorang berakting dalam kondisi ini dan itu. Misalnya, ketika saya memberikan
kuliah di universitas, atau ketika Jacques Derrida melakukan seminar di Ecole des Haustes
Etudes atau di Ecole Normale Superieure, ia bertindak seperti di dalam sebuah film oleh
Ken McMullen, tetapi tidak dengan cara yang persis sama. Masalahnya adalah untuk
mengetahui apa saja kriteria antara film yang bagus dan yang buruk, antara kuliah yang
bagus dan yang buruk. Masalah berikutnya adalah kita tidak tahu apakah kita berada di
dalam sinema atau fiksi, atau antara sinema dan kenyataan, karena pada akhirnya kita
selalu berada di dalam sinema itu sendiri. Hal ini untuk mengetahui apakah Jacques
Derrida memainkan perannya dengan baik atau tidak? Saya pikir jika Jacques Derrida
menerima “Ghost Dance”, itu karena dia memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini secara
mendalam. Dia tidak berpikir memainkan perannya sendiri di dalam film. Namun ia
menafsirkan perannya sendiri dalam film, seperti yang ia lakukan pula di tempat lain tetapi
dalam struktur tertentu, jadilah sebuah film oleh Ken McMullen.
Dia menerima perannya melalui kontrak dengan Ken McMullen, dengan penonton, atau
dengan Pascale Ogier, dan hal tersebut melampaui dirinya. Jacques Derrida mungkin
mengatakan, “Itu selalu melampaui kita… Ecole Normale Superieure, Ecole des Haustes
Etudes, Galilee Editions dan Michel Delorme, semua itu melampaui saya.”

***

Anda mungkin juga menyukai