Anda di halaman 1dari 3

JURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No.

02, Agst 2018- Jan2019 ISSN: 2620-5173

SIMULAKRA SEBAGAI PEMBENTUK REALITAS PALSU

Martua Pahalaning Wandalibrata


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mahendradatta Denpasar

PENDAHULUAN Penulis menggunakan pemikiran on-


Berfilsafat berarti bergulat dengan tology Baudrillard tentang realitas untuk
masalah-masalah dasar manusia dan mem- melihat fenomena berpolitik Indonesia
bantu manusia untuk memecahkannya. karena penulis melihat banyak sekali berita
Kenyataan ini tentu membawa filsafat pada yang dihadapkan ke rakyat Indonesia yang
pertanyaan-pertanyaan tentang tatanan kadang-kadang tidak hanya satu pemaha-
masyarakat secara keseluruhan yang nota man bahkan banyak realita yang dipapar-
bene adalah juga bidang politik. Dan di situ kan berlawanan antara satu dengan yang
biasanya filsafat muncul sebagai kritik. Da- lainnya.
lam usaha kritisnya ini, filsafat menuntut Berdasarkan hal di atas, penulis me-
agar segala klaim atas hak untuk menata munculkan beberapa rumusan masalah
masyarakat dapat dipertanggungjawabkan yaitu :
dengan benar dan tidak membiarkan segala 1. Apakah realitas itu ?
macam kekuasaan menjadi mapan begitu 2. Bagaimanakah pemikiran Baudrillard
saja. mengenai realitas?
Ontology merupakan ilmu cabang fil- 3. Bagaimanakah kontribusi pemikiran
safat yang mempelajari tentang yang ada. Baudrillard dalam melihat realitas ke-
Yang ada dalam arti ini sangatlah luas, ti- hidupan berpolitik di Indonesia?
dak hanya yang tampak dan tidak tampak,
juga melihat realitas serta eksistensi yang PEMBAHASAN
Ada. Pemikiran masa lampau telah banyak Pengertian Realitas
menyumbangkan pemikirannya mengenai Sebelum membahas lebih lanjut men-
hal ini, hanya saja setelah datangnya jaman genai pemahaman Baudrillard, penulis
postmodern banyak pemikiran-pemikiran akan menjabarkan terlebih dahulu penger-
jaman dahulu yang ditinggalkan, termasuk tian dari realitas. Menurut Anton Bakker,
klaim matinya metafisika serta banyak pe- dalam realitas terdapat dua aliran pokok
mikiran lainnya yang memiliki corak yang yaitu realitas bersifat spiritualis yang lepas
berbeda dari pemikir-pemikir sebelumnya, dari nafsu dan realitas yang bersifat mate-
karena yang dilihat kini adalah berupa re- rialis yang merupakan kebalikan dari spiri-
alitas yang dihadapkan kepada manusia. tualis (Bakker, 1992: 177). Dan pemikiran
Jean Baudrillard (Reims, 20 Juni Baudrillard termasuk realitas yang materi-
1929–Paris, 6 Maret 2007) adalah seorang alis, tapi penulis tidak akan tergesa- gesa
pakar teori kebudayaan, filsuf, komentator mengambil kesimpulan demikian karena
politik, sosiolog dan fotografer asal Peran- pemikiran tokoh postmodern memiliki
cis. Karya Baudrillard seringkali dikaitkan kecenderungan yang berbeda dengan pe-
dengan pascamodernisme dan pascastruk- mikiran tokoh-tokoh sebelumnya
turialisme. Ia merupakan seorang teoritisi
sosial pasca-struktural terpenting. Dalam Pemikiran Baudrillard perspektif reali-
lingkup tertentu dekade 1980-an, Baudril- tas Anton Bakker
lard dikenal sebagai McLuhan baru atau Filosofi Baudrillard terpusat pada dua
teoritisi terkemuka tentang media dan mas- konsep “hyperreality” dan “simulation“.
yarakat dalam era yang disebut juga pos- Terminologi ini mengacu pada alam yang
modern. Teorinya mengenai masyarakat tidak nyata dan khayal dalam kebudayaan
posmodern berdasarkan asumsi utama kontemporer pada zaman komunikasi mas-
bahwa media, simulasi, dan apa yang ia sa dan konsumsi massa.
sebut ‘cyberblitz’ telah mengkonstitusi Simulasi adalah proses penciptaan
bidang pengalaman baru, tahapan sejarah bentuk nyata melalui model-model yang
dan tipe masyarakat yang baru. tidak mempunyai asal-usul atau referensi
Martua Pahalaning Wandalibrata 56
JURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 02, Agst 2018- Jan2019 ISSN: 2620-5173

realitasnya sehingga memampukan ma- and the imaginary, leaving room only
nusia membuat yang supernatural, ilusi, for the orbital recurrence of models
fantasi, khayali menjadi tampak nyata (Pil- and for the simulated generation of dif-
iang, 2004 : 21). Era simulasi sangat me- ferences (Baudrillard, 1981: 2).
warnai interaksi social dewasa ini. Simula- Tidak pernah lagi nyata memiliki ke-
crum tidak pernah merupakan suatu yang sempatan untuk menghasilkan diri sendi-
menyembunyikan kebenaran namun mer- ri - hal tersebut adalah fungsi penting dari
upakan kebenaran yang menyembunyikan model dalam sistem kematian, atau lebih
bahwa tidak ada apa-apa. Simulacrum ada- tepatnya kebangkitan yang diantisipasi,
lah benar. Simulacrum adalah penampakan bahwa tidak ada lagi bahkan memberikan
yan menyatakan diri sebagai realitas. hal kematian kesempatan. Sebuah Hyper-
Ada empat tahap dalam simulasi yai- Real selanjutnya terlindung dari khayalan,
tu representasi ketika citra menjadi cermin dan dari setiap perbedaan antara yang nya-
suatu realitas, ideology dipahami ketika ci- ta dan yang imajiner, meninggalkan ruang
tra menyembunyikan dan memberi gambar hanya untuk kekambuhan orbit model dan
yang salah akan realitas, citra menyembun- untuk simulasi generasi perbedaan. Bau-
yikan bahwa tidak ada realitas sehingga ci- drillard mengatakan bahwa “hari ini real-
tra bermain menjadi penampakannya, citra itas itu sendiri sebagai hiperrealis”. Dalam
tidak ada hubungan sama sekali dengan re- artian bahwa tidak ada lagi yang lebih real-
alitas apapun (Haryatmoko, 2010: 24).
Dalam buku Simulacra and Simula- itas, karena semua yang kita diami adalah
hiperrealitas (Ritzer, 2003: 163). Sehingga
tions dinyatakan bahwa : The simulacrum realitas yang dihadapkan kepada manusia
is never what hides the truth - it is truth sekarang ini hanya berupa realitas palsu.
that hides the fact that there is none. The
simulacrum is true (Baudrillard, 1981: 1). Pemikiran Baudrillard dalam melihat
Simulacrum adalah sebuah duplikasi dari realitas kehidupan berpolitik di Indone-
duplikasi, yang aslinya tidak pernah ada, se- sia
hingga perbedaan antara duplikasi dan asli Pemikiran Baudrillad hanya mam-
menjadi kabur (Piliang, 2004 : 21). Dengan pu memberikan penjabaran dari adanya
kata lain kumpulan dari simulacra-simula- sebuah simulacra yang memungkinkan
cra dengan simulacra yang membuat sim- memunculkan suatu hipereality dan tidak
ulacra kembali akan memberntuk simula- memberikan suatu solusi ataupun cara un-
crum. Baudrillard menjelaskan tiga order tuk menolaknya, karena hal tersebut tidak
penampakan (appearance) yaitu counter- dapat dibatasi keberadaannya. Manusia
feit, production, simulation, hanya dua or-
der pertama (counterfeit, production) yang yang dihadapkan pada sebuah simulacra
hanya dihadapkan dengan model-model
dimaknainya secara eksplisit sebagai simu- simulacra dan seringnya tanpa sadar ma-
lacrum yaitu ketika sesuatu meniru, meng- nusia menganggap dan membawanya pada
kopi, menduplikasi atau mereproduksi se- tataran hiperealitas. Pencitraan mendi-
suatu yang lain sebagai modelnya (Piliang, skualifikasi kategori kebenaran sehingga
2004: 58) Dalam rangka penggalangan tidak bisa lagi dibedakan antara realitas,
opini dan pencitraan diri, polotisi menger-
representasi, simulasi, kepalsuan dan hip-
ahkan semua sarana persuasi dari bentuk errealitas (Baudrillard, 1981: 17)
yang paling transparan, yaitu representasi, Hiperealitas menciptakan satu kondisi
sampai dengan manipulasi dan simulasi yang di dalamnya kepalsuan berbaur den-
(Baudrillard, 1981: 17) gan keaslian; masa lalu berbaur masa kini;
Mengenai hyperrealitas Baudrillad fakta bersimpang siur dengan rekayasa; tan-
menyatakan bahwa : da melebur dengan realitas; dusta bersen-
Never again will the real have the yawa dengan kebenaran. Kategori-kategori
chance to produce itself -such is the vi- kebenaran, kepalsuan, keaslian, isu, reali-
tal function of the model in a system of tas seakan-akan tidak berlaku lagi di dalam
death, or rather of anticipated resurrec- dunia seperti itu.
tion, that no longer even gives the event Keadaan dari hiperrealitas ini mem-
of death a chance. A hyperrealhence- buat masyarakat modern ini menjadi ber-
forth sheltered from the imaginary, and lebihan dalam pola mengkonsumsi sesuatu
from any distinction between the real
Martua Pahalaning Wandalibrata 57
JURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 02, Agst 2018- Jan2019 ISSN: 2620-5173

yang tidak jelas esensinya. Kebanyakan skualifikasi kategori kebenaran sehingga


dari masyarakat ini mengkonsumsi bukan tidak bisa lagi dibedakan antara realitas,
karena kebutuhan ekonominya melainkan representasi, simulasi, kepalsuan dan hip-
karena pengaruh model-model dari sim- errealitas
ulasi yang menyebabkan gaya hidup mas- Pemikiran Baudrillard ini relevan
yarakat menjadi berbeda. Mereka jadi leb- bila digunakan untuk melihat realitas ke-
ih concern dengan gaya hidupnya dan nilai hidupan berpolitik di Indonesia, karena
yang mereka junjung tinggi. dinamika kehidupan berpolitik di Indone-
Dalam kehidupan di Indonesia situasi sia banyak menimbulkan berbagai realitas
politik yang terjadi adalah rakyat disuguh- palsu. Beberapa contoh yang menunjukkan
kan berita-berita yang belum tentu diketa- bahwa sebenarnya rakyat Indonesia sedang
hui apakah itu sesuai dengan realitasnya ditunjukkan pencitraan oleh pemerintah
atau hanya merupakan potongan-potongan yaitu pada saat presiden mengatakan tidak
kejadian yang digabung dan membentuk tebang pilih dalam kasus korupsi tapi ke-
suatu simulasi dalam pemikiran manusia. tika korupsi terjadi di dalam partai yang
contohnya pengakuan presiden yang ingin dibina oleh presiden dan juga cabinet In-
memberantas korupsi dan justru pemerin- donesia bersatu.
tah yang merupakan bagian dari kabinetn-
ya melakukan praktek korupsi. DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP Bakker, Anton. 1992. Ontologi Metafisika
Umum. Yogyakarta: Kanisius.
Pemikiran Baudrillad hanya mam-
pu memberikan penjabaran dari adanya Baudrillard.1981. Simulacra and Simula-
sebuah simulacra yang memungkinkan tions. Michigan.
memunculkan suatu hipereality dan tidak Haryatmoko. 2010. Dominasi Penuh Mus-
memberikan suatu solusi ataupun cara un- lihat. Jakarta: Gramedia Pustaka
tuk menolaknya, karena hal tersebut tidak Utama.
dapat dibatasi keberadaannya. Manusia
yang dihadapkan pada sebuah simulacra Piliang, Yasraf Amir. 2004. Posrealitas.
hanya dihadapkan dengan model-model Yogyakarta : Jalasutra
simulacra dan seringnya tanpa sadar ma- Ritzer, George. 2003. Teori Sosial Post-
nusia menganggap dan membawanya pada modern. Yogyakarta : Kreasi Wacana
tataran hiperealitas. Pencitraan mendi-

Martua Pahalaning Wandalibrata 58

Anda mungkin juga menyukai