realitasnya sehingga memampukan ma- and the imaginary, leaving room only
nusia membuat yang supernatural, ilusi, for the orbital recurrence of models
fantasi, khayali menjadi tampak nyata (Pil- and for the simulated generation of dif-
iang, 2004 : 21). Era simulasi sangat me- ferences (Baudrillard, 1981: 2).
warnai interaksi social dewasa ini. Simula- Tidak pernah lagi nyata memiliki ke-
crum tidak pernah merupakan suatu yang sempatan untuk menghasilkan diri sendi-
menyembunyikan kebenaran namun mer- ri - hal tersebut adalah fungsi penting dari
upakan kebenaran yang menyembunyikan model dalam sistem kematian, atau lebih
bahwa tidak ada apa-apa. Simulacrum ada- tepatnya kebangkitan yang diantisipasi,
lah benar. Simulacrum adalah penampakan bahwa tidak ada lagi bahkan memberikan
yan menyatakan diri sebagai realitas. hal kematian kesempatan. Sebuah Hyper-
Ada empat tahap dalam simulasi yai- Real selanjutnya terlindung dari khayalan,
tu representasi ketika citra menjadi cermin dan dari setiap perbedaan antara yang nya-
suatu realitas, ideology dipahami ketika ci- ta dan yang imajiner, meninggalkan ruang
tra menyembunyikan dan memberi gambar hanya untuk kekambuhan orbit model dan
yang salah akan realitas, citra menyembun- untuk simulasi generasi perbedaan. Bau-
yikan bahwa tidak ada realitas sehingga ci- drillard mengatakan bahwa “hari ini real-
tra bermain menjadi penampakannya, citra itas itu sendiri sebagai hiperrealis”. Dalam
tidak ada hubungan sama sekali dengan re- artian bahwa tidak ada lagi yang lebih real-
alitas apapun (Haryatmoko, 2010: 24).
Dalam buku Simulacra and Simula- itas, karena semua yang kita diami adalah
hiperrealitas (Ritzer, 2003: 163). Sehingga
tions dinyatakan bahwa : The simulacrum realitas yang dihadapkan kepada manusia
is never what hides the truth - it is truth sekarang ini hanya berupa realitas palsu.
that hides the fact that there is none. The
simulacrum is true (Baudrillard, 1981: 1). Pemikiran Baudrillard dalam melihat
Simulacrum adalah sebuah duplikasi dari realitas kehidupan berpolitik di Indone-
duplikasi, yang aslinya tidak pernah ada, se- sia
hingga perbedaan antara duplikasi dan asli Pemikiran Baudrillad hanya mam-
menjadi kabur (Piliang, 2004 : 21). Dengan pu memberikan penjabaran dari adanya
kata lain kumpulan dari simulacra-simula- sebuah simulacra yang memungkinkan
cra dengan simulacra yang membuat sim- memunculkan suatu hipereality dan tidak
ulacra kembali akan memberntuk simula- memberikan suatu solusi ataupun cara un-
crum. Baudrillard menjelaskan tiga order tuk menolaknya, karena hal tersebut tidak
penampakan (appearance) yaitu counter- dapat dibatasi keberadaannya. Manusia
feit, production, simulation, hanya dua or-
der pertama (counterfeit, production) yang yang dihadapkan pada sebuah simulacra
hanya dihadapkan dengan model-model
dimaknainya secara eksplisit sebagai simu- simulacra dan seringnya tanpa sadar ma-
lacrum yaitu ketika sesuatu meniru, meng- nusia menganggap dan membawanya pada
kopi, menduplikasi atau mereproduksi se- tataran hiperealitas. Pencitraan mendi-
suatu yang lain sebagai modelnya (Piliang, skualifikasi kategori kebenaran sehingga
2004: 58) Dalam rangka penggalangan tidak bisa lagi dibedakan antara realitas,
opini dan pencitraan diri, polotisi menger-
representasi, simulasi, kepalsuan dan hip-
ahkan semua sarana persuasi dari bentuk errealitas (Baudrillard, 1981: 17)
yang paling transparan, yaitu representasi, Hiperealitas menciptakan satu kondisi
sampai dengan manipulasi dan simulasi yang di dalamnya kepalsuan berbaur den-
(Baudrillard, 1981: 17) gan keaslian; masa lalu berbaur masa kini;
Mengenai hyperrealitas Baudrillad fakta bersimpang siur dengan rekayasa; tan-
menyatakan bahwa : da melebur dengan realitas; dusta bersen-
Never again will the real have the yawa dengan kebenaran. Kategori-kategori
chance to produce itself -such is the vi- kebenaran, kepalsuan, keaslian, isu, reali-
tal function of the model in a system of tas seakan-akan tidak berlaku lagi di dalam
death, or rather of anticipated resurrec- dunia seperti itu.
tion, that no longer even gives the event Keadaan dari hiperrealitas ini mem-
of death a chance. A hyperrealhence- buat masyarakat modern ini menjadi ber-
forth sheltered from the imaginary, and lebihan dalam pola mengkonsumsi sesuatu
from any distinction between the real
Martua Pahalaning Wandalibrata 57
JURNAL CAKRAWARTI, Vol. 01, No. 02, Agst 2018- Jan2019 ISSN: 2620-5173