Teknik Lobby Dan Membangun Jaringan
Teknik Lobby Dan Membangun Jaringan
Pokok bahasan :
1. Definisi Lobbying
Kata “Melobi” terdapat dalam kamus bahasa Indonesia dengan pengertian: melakukan
pendekatan secara tidak resmi, menilik asal kata lobi yang berarti teras atau ruang depan
yang terdapat di hotel-hotel, tempat dimana para tamu duduk-duduk dan bertemu dengan
santai kemungkinan kata lobi melatar belakangi perkembangan istilah “melobi” yang terjadi
karena kebiasaan para anggota parlemen di Inggris yang biasa berkumpul di lobi ruang
sidang dan memanfaatkan pertemuan di ruang tersebut untuk melakukan berbagai
pendekatan, diantara persidangan.1
Diwaktu istirahat para anggota parlemen yang menginginkan dukungan bagi usulannya dapat
“melobi” anggota yang lain diluar sidang. Dilain pihak kelompok-kelompok kepentingan
yang ingin mempengaruhi hasil yang dicapai sidang juga dapat memanfaatkan keberadaan
para anggota parelemen di lobi tersebut untuk melakukan pendekatan. Dari kebiasaan inilah
kata “lobbyng” menjadi meluas.
Menurut Anwar (1997) definisi yang lebih luas adalah suatu upaya informal dan persuasif
yang dilakukan oleh satu pihak (perorangan, kelompok, Swasta, pemerintah) yang memiliki
kepentingan tertentu untuk menarik dukungan dari pihak pihak yang dianggap memiliki
pengaruh atau wewenang, sehingga target yang diinginkan tercapai.
Pendekatan secara persuasif menurut pendapat ini lebih dikemukakan pada pihak pelobi
dengan demikian dibutuhkan keaktifan untuk pelobi untuk menunjang kegiatan tersebut
Menurut Pramono (1997) lobi merupakan suatu pressure group yang mempraktekkan kiat-
kiat untuk mempengaruhi orang-orang dan berupaya mendapatkan relasi yang bermanfaat.
1
http://hasri2jujurteknikloby.blogspot.com/2014/03/makalah-dan-materi-teknik-lobby.html
Pola ini lebih menekankan bahwa lobby untuk membangun koalisi dengan organisasi-
organisasi lain dengan berbagai tujuan dan kepentingan untuk melakukan usaha bersama.
Digunakan pula untuk membangun akses guna mengumpulkan informasi dalam isu-isu
penting dan melakukan kontak dengan individu yang berpengaruh.
Maschab (1997) lebih menekankan bahwa lobbying adalah segala bentuk upaya yang
dilakukan oleh suatu pihak untuk menarik atau memperoleh dukungan pihak lain.
Pandangan ini mengetengahkan ada dua pihak atau lebih yang berkepentingan atau yang
terkait pada suatu obyek, tetapi kedudukan mereka tidak sama. Dalam arti ada satu pihak
yang merasa paling berkepentingan atau atau paling membutuhkan, sehingga kemudian
melakukan upaya yang lebih dari yang lain untuk mencapai sasran atau obyek yang
diinginkan. Pihak yang paling berkepentingan inilah yang akan aktif melakukan berbagai
cara untuk mencapai obyek tersebut dengan salah satu caranya melakukan lobbying.
Dengan demikian ada upaya dari pihak yang berkepentingan untuk aktif melakukan
pendekatan kepada pihak lain agar bisa memahami pandangan atau keinginanmya dan
kemudian menerima dan mendukung apa yang diharapkan oleh pelaku lobbying.
Meskipun bentuknya berbeda, pada esensinya lobbying dan negosiasi mempunyai tujuan
yang sama yaitu menggunakan tehnik komunikasi untuk mencapat target tertentu.
Dibandingkan dengan negosiasi yang merupakan suatu proses resmi atau formal, lobbying
merupakan suatu pendekatan informal.
2. Karakteristik Lobbying
1) Bersifat tidak resmi/ Informal dapat dilakukan diluar forum atau perundingan yang
secara resmi disepakati.2
2) Bentuk dapat beragam dapat berupa obrolan yang dimulai dengan tegur sapa, atau
dengan surat
3) Waktu dan tempat dapat kapan dan dimana saja sebatas dalam kondisi wajar atau
suasana memungkinkan. Waktu yang dipilih atau dipergunakan dapat mendukung dan
menciptakan suasan yang menyenangkan, sehingga orang dapat bersikap rileks
4) Pelaku /aktor atau pihak yang melakukan lobbying dapat beragam dan siapa saja yakni
pihak yang bekepentingan dapat pihak eksekutif atau pemerintahan, pihak legislatif,
2
http://pmiikomisariatwalisongopwt.blogspot.com/2015/01/loby-dan-negosiasi.html
kalangan bisnis, aktifis LSM, tokoh masyarakat atau ormas, atau pihak lain yang terkait
pada obyek lobby.
5) Bila dibutuhkan dapat melibatkan pihak ketiga untuk perantara
6) Arah pendekatan dapat bersifat satu arah. pihak yang melobi harus aktif mendekati
pihak yang dilobi. Pelobi diharapkan tidak bersikap pasif atau menunggu pihak lain
sehingga terkesan kurang perhatian.
3. Unsur-unsur lobbying
Seperti halnya dalam komunikasi, maka dalam lobby juga terdapat unsur-unsur utama
yaitu: sumber (source), pesan (message), saluran(channel), penerima (receiver) dan
efek (effect) serta umpan balik (feed back).3
4. Jenis-jenis lobi:
a) Lobi tradisional adalah yang menggunakan pelobi untuk mendekati pihak pengambil
keputusan.
b) Lobi akar rumput adalah yang menggunakan masyarakat untuk mempengaruhi
pengambilan keputusan.
c) Lobi political action committee adalah komite-komite yang dibentuk perusahaan-
perusahaan besar agar wakilnya dapat duduk di parlemen atau pemerintah.4
2) Langsung
3
http://materipelat.blogspot.com/2012/07/teknik-lobby-diplomasi-dan-negosiasi.html
4
http://edipri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/55459/1.+Lobby.ppt
5
https://cv-fajarwagadey.blogspot.com/2017/09/teknik-lobi-dan-membangun-jaringan.html
Berbeda dengan cara tidak langsung maka disini pihak yang berkepentingan berusaha harus
bisa bertemu atau berkomunikasi secara langsung dengan pihak yang dilobby dengan kata
lain pihak pihak yang terlibat bertemu atau berkomunikasi secara langsung tidak
menggunakan perantara atau pihak ketiga cara langsung ini jelas lebih baik dari pada cara
tidak langsung tetapi kendalanya adalah bahwa :
a. Pihak pihak yang terlibat tidak selalu saling mengenal.
b. Tidak semua orang mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan baik.
c. Kesan terhadap pribadi tidak selalu sama dengan dengan kesan terhadap lembaga.
3) Terbuka
Yang dimaksud dengan cara terbuka adalah lobbying yang dilakukan tanpa ketakutan untuk
diketahui orang lain Lobby yang dilakukan secara terbuka memang tidak harus berarti
dengan sengaja diekspose atau diberitahukan kepada khalayak, tetapi kalaupun diketahui
masyarakat bukan merupakan masalah. Lobbying dengan cara terbuka ini biasanya dilakukan
oleh dan diantara kelompok misalnya pendekatan yang dilakukan oleh partai politik tertentu
pada salah satu Organisasi Massa atau sebaliknya dan antara suatu Ormas pada Ormas yang
lain.
4) Tertutup
Yang dimaksud lobbying dengan cara tertutup adalah apabila lobbying dilakukan secara
diam diam agar tidak diketahui oleh pihak lain apalagi masyarakat. Lobbying dengan cara ini
biasanya bersifat perorangan yaitu yang dilakukan secara pribadi atau oleh seseorang pada
orang tertentu Lobbying cara ini dilakukan karena apabila sampai diketahui oleh pihak lain
maka bisa berakibat negatif atau merugikan pihak yang melakukan lobby tersebut maupun
pihak yang dilobby.
6
http://ahdasaifulaziz.blogspot.com/2013/05/konsep-networking-dan-lobbying.html
1. Sistem yang berlaku
Kondisi sistem akan berpengaruh pada cara-cara lobi yang yang dilakukan. Pada sistem
Politis yang demokratis dimana pendelegasian wewenang dan keterbukaan menjadi salah
satu cirinya maka lobi mudah dilakukan karena sasaran lobi lebih jelas, dalam arti pejabat
atau stakeholder sebagi obyek lobi berada pada posisi yang telah diketahui mempunyai
wewenang, aspek aspek yang perlu diperhitungkan lebih pasti. Dalam sistim poliitik yang
demokratis selama berada dalam kerangka aturan main yang telah ditentukan, maka orang
tidak perlu takut mendapatkan resiko politik yang tidak diperhitungkan
Berbeda dengan sistim politik yang demokratis, dalam sistem politik yang otoriter
melakukan lobbying merupakan hal yang sulit diperkirakan kadang pada momen yang tepat
lobby dapat mudah dilakukan namun bisa menjadi hal yang sulit. Dapat terjadi lobbying
pada suatu pihak atau seorang tokoh telah dihasilkan dukungan tertentu, tetapi kemudian hal
itu dianulir (dibatalkan atau dimentahkan oleh pihak lain yang lebih berkuasa tanpa alasan
yang jelas) sehingga lobbying yang dilakukan menjadi sia-sia.
Dalam sistim seperti ini maka berbagai peraturan dan perhitungan-perhitungan rasional
menjadi sulit dijadikan pegangan, karena hukum dan peraturan ditangan pemegang
kekuasaan yang bisa berubah setiap saat sesuai kehendaknya sendiri.
Bagi orang yang menjujung tinggi norma dan etika, lobbying tidak perlu disertai janji janji
yang seharusnya tidak boleh diberikan ataupun dengan mendiskreditkan pihak ketiga apalagi
fitnah agar memperoleh simpati dan dukungan dari pihak yang dilobby. Dalam praktek
lobbying banyak hal yang bisa terjadi seiring dengan dinamika masyarakat. Pada lobbying
yang melibatkan pihak pihak yang sama sama kurang menghormati etika dan moral maka
kesesuaian yang berubah menjadi [saling] mendukung bisa saja terjadi. Namun hampir bisa
dipastikan bahwa model seperti itu akan merugikan kepentingan bersama atau kepentingan
yang lebih besar norma dan etika selalu dimaksudkan untuk kebaikan dan kepentingan tidak
saja diri pribadi tetapi juga orang lain dan masyarakat luas.
Dengan demikian maka kejelasan batas batas hukum dan juga tegaknya hukum itu sendiri
ikut mempengaruhi praktek lobbying.
Sama halnya dengan norma dan etika pelanggaran dan atau penyimpangan terhadap hukum
yang dilakukan dalam lobbying mungkin saja malah melancarkan pendekatan yang
dilakukan namun demikian hampir pasti hasil yang diperoleh lebih banyak menguntungkan
pihak pihak tertentu saja ketimbang bagi kebaikan dan manfaat orang banyak.
Pengenalan ini diperlukan agar bisa ditentukan cara pendekatan yang akan dilakukan,atau
pemilihan teknik komunikasi yang akan dipergunakan. Mendekati orang yang mudah
tersinggung dan selalu serius dengan mendekati orang yang penyabar dan suka bercanda,
tentu sangat berbeda.Kekeliruan atas hal ini akan berakibat fatal.
Di tempat umum misal di restoran, atau ditempat terbuka misal dalam olahraga cara
berbicara yang dipakai tentu berbeda dengan apabila dirumah atau dikantor. Tentu tidak tepat
berbicara keras-keras diantara banyak orang lain, sementara dengan berbisik-bisik di dalam
rumah justru akan menimbulkan kesan yang negatif bagi tuan rumah.
Pada saat pembicaraan tengah berlangsung dan dianggap lancarpun, pelobby harus tetap
memperhatikan situasi dan kondisi yang sewaktu-waktu bisa berubah. Jangan meneruskan
ketika ada orang lain datang atau alihkan pada topik lain dengan cara yang wajar, karena
meskipun mungkin pelobby tidak berkeberatan, tetapi mungkin yang dilobby yang tidak
berkenan.
Hal lain yang perlu diperhatikan mengenai cara menyampaikan pesan adalah berkaitan
dengan pihak yang dilobby. Apabila pihak yang didekati adalah pribadi atau orang-orang
tertentu maka cara yang dilakukan bersifat persuasif. Usahakan untuk mengundang simpati
dan dukungan yang bersangkutan. Tetapi apabila yang didekati adalah kelompok maka pesan
yang disampaikan harus mengandung argumentatif.
4. Mengemas pesan.
Seseorang akan mudah tertarik bila menyaksikan sessuatu dikemas atau diatur dengan rapi
sebagaimana misalnya makanan yang disajikan dimeja makan yang ditata rapi dan indah
tentu akan menimbulkan selera yang berbeda apabila hanya disajikan dalam bungkusan atau
kotak. Sama halnya dalam masyarakat kita memberikan sesuatu dengan tangan kanan dengan
tangan kiri pasti akan menimbulkan kesan yang berbeda.
Dalam melakukan lobbying seorang pelobby harus bisa menyampaikan atau menyajikan
pesan yang dibawanya kepada pihak yang dilobby agar tertarik dan kemudian
memperhatikan, sehingga bisa mengerti dan memahami apa yang diinginkan dan pada
gilirannya dapat menerima dan ahirnya mendukung.
Dengan demikian maka ada kalanya memang sulit merubah sikap tersebut, apalagi kalau
sikap semula yang ditunjukan keras. Dalam keadaan tetentu merupakan hal yang biasa
apabila orang cenderung menjaga gengsi, sehingga tidak perlu mudah mengalah meskipun
dalam akal dan hatinya mengakuinya.
Oleh karena itu maka dukungan yang diharapkan tidak selalu bisa diperoleh berulangkali.
Dengan demikian maka pelobby tidak boleh takut gagal, dia harus memiliki optimisme,
telaten, sabar, gigih dan fleksibel.
Ketakutan akan gagal, membuat orang menjadi mudah cemas, kurang percaya diri dan
kemudian mudah gugup sehingga sangat mengganggu penampilannya. Kalau sudah
demikian maka justru akan merusak lobbying yang dibangunnya, sehingga akan
menggagalkan lobby yang dilakukan. Kalaupun pada akhirnya ternyata gagal, tidak boleh
membuat pelobby frustasi Karena kegiatan lain atau masalah lain akan selalu muncul dan
lobbying kembali akan harus dilakukannya.
7. Membangun jejaring
Membangun jejaring sosial atau social networking menjadi kebutuhan yang sukar untuk
disangkal ketika seseorang telah menyelesaikan jenjang belajarnya di tingkat Perguruan
Tinggi ataupun di bawahnya. Jejaring yang dimaksud adalah proses untuk saling memenuhi
perihal keuntungan secara personal atau kelompok (instansi). Selanjutnya, dipaparkan ada
beberapa rekomendasi yang bisa menjadi pertimbangan;
1. Bisnis
Bisnis berasal dari bahasa inggris “business” yang berarti usaha, perdagangan, usaha
komersial. Bisnis juga berarti “aktivitas guna meningkatkan nilai tambah barang dan jasa.”
Kendala yang sering dihadapi di dalam bisnis adalah menjalin relasi yang luas. Anda harus
bisa membuka setiap peluang. Jika anda bisa melakukan hal yang besar, maka akan anda
mendapatkan hal yang jauh lebih besar.
Jika anda adalah seorang pebisnis tulen, maka hal di atas sangat mudah anda lakukan. Tetapi
jika anda ragu-ragu, tidak ada salahnya untuk mencoba. Apalagi di zaman teknologi seperti
sekarang, dimana manusia bisa berhubungan lewat media sosial, itu bisa membantu kita
memperluas jangkauan untuk bisnis kita.
2. Politik
Mendengar istilah ‘politik’ maka akan terlintas di pikiran pembaca; kegiatan yang sangat
dekat pada hal-hal kenegaraan, partai, pemilihan umum, bahkan berujung pada konsekuensi
‘harus korupsi’. Cukup banyak dari kalangan aktivisis mahasiswa yang memutuskan menjadi
politisi selesai tamat jenjang pendidikan S1. Bagi mereka menjadi politisi tidak serumit
dibanding harus menjadi dosen atau pengusaha, hanya cukup bermodal relasi (dengan senior)
dan cakap berbicara maka kemungkinan besar akan lancar menjadi seorang politisi.
Hal tersebut merupakan perspektif yang penting terutama dalam politik karena politik
merupakan salah satu cara untuk membangun negara. Jangan karena politik biasa dianggap
kotor, kita menjadi tidak peduli atau apatis dengan politik. Justru karena itu, pemuda-pemudi
baru harus mulai bermunculan, mengambil alih, berkontribusi dengan kredibilitas, dan
melangkah dengan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab.
3. Akademisi
Pilihan alternatif yang super idealis untuk mahasiswa yang memiliki kepribadian dan sikap
yang ‘tidak terlalu suka organisasi’. Mindset yang dibangun ialah ‘bagaimana cara saya bisa
lulus cepat, paham banyak teori, dan prestasi akademik lancar’. Dan kemungkinan besar
mereka hanya berkutat pada masalah ‘metode mengajar, kurikulum, pengembangan institusi,
penelitian atau pendampingan masyarakat, hingga akreditasi lembaga.
Semua proses atau pun keputusan nantinya ingin terjun pada pekerjaan apa, yang paling
penting ialah cara dan startegi dalam membangun relasi atau networking. Karena hal tersebut
akan mempengaruhi pada kelancaran pekerjaan ke depannya.
Referensi
http://hasri2jujurteknikloby.blogspot.com/2014/03/makalah-dan-materi-teknik-lobby.html
http://pmiikomisariatwalisongopwt.blogspot.com/2015/01/loby-dan-negosiasi.html
http://materipelat.blogspot.com/2012/07/teknik-lobby-diplomasi-dan-negosiasi.html
http://edipri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/55459/1.+Lobby.ppt
https://cv-fajarwagadey.blogspot.com/2017/09/teknik-lobi-dan-membangun-jaringan.html
http://ahdasaifulaziz.blogspot.com/2013/05/konsep-networking-dan-lobbying.html