Abstrak:
Tahun-tahun pertama perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI tidak saja
diliputi perseteruan antara bangsa Indonesia dengan Belanda yang berupaya
menjajah kembali Indonesia, namun memiliki dinamika internalnya sendiri.
Dinamika ini dapat dilihat sebagai arah menuju pendewasaan negara yang baru
lahir, yang juga memberikan pengalaman yang sangat berharga sehingga mampu
berdiri sebagai nation state yang mandiri. Kemandirian inilah yang mewarnai cita-
cita dinamika internal tersebut. Keinginan agar negara Indonesia tidak sekedar
berdiri secara de facto namun juga secara de jure, mengharuskan para pemimpin
nasional menghadapi jalur diplomasi. Pengakuan de jure tidak saja berkaitan dengan
sikap Belanda, tetapi juga sikap dunia internasional. Dalam konteks
memperjuangkan pengakuan internasional melalui jalur perundingan inilah maka
dilakukan perubahan susunan pemerintahan RI dari sistem presidentil ke
parlementer, dan ini salah satu dinamika internal paling awal dari republik yang
saat itu baru berdiri.
31
29
Ibid.
Sutan Sjahrir, Perjuangan Kita., (Banda Neira, 1988),
32
hlm. 7-8. Ibid. hlm. 8.
30 33
Ibid. hlm. 10. Ibid
Daftar Pustaka
Surat Kabar
Merdeka, Juli 1945 – November 1946.
Buku
Abdullah, Taufik., et. al., eds. Manusia
dalam Kemelut Sejarah. Jakarta:
LP3ES, 1988.
Agung, Ide Anak Agung Gde. Twenty
Years Indonesian Foreign Policy
1945-1965. Paris: Mouton and
Co., 1973.
Anderson, Ben. Revoloesi Pemoeda:
Pendudukan Jepang dan
Perlawanan di Jawa 1944-1946.
Jakartra: Sinar Harapan, 1988.
Anwar, Rosihan, et. al., eds.
Mengenang Sjahrir. Jakarta:
Gramedia, 1980.
Oey Hong Lee. War and Diplomacy in
Indo nesia 1945-1950. North
Queensland: James Cook
University Press, 1981.
49
Ide Anak Agung Gde Agung, Dari Negara Indonesia
Timur ke Negara Indonesia Serikat, (Yogyakarta,
1985), hlm. 14.