Anda di halaman 1dari 25

Pedoman Sertifikat dan Rule

pengkodean Kematian Perinatal

Prima Soultoni Akbar SST., MPH


Sertifikat Kematian

I(a) Penyebab langsung


(b) Penyebab antara (a)
(c) Penyebab antara (b)
(d) Penyebab dasar kematian
II Kondisi lain yang berkontribusi
Konsep Perinatal
Perinatal atau parilahir merupakan periode yang muncul sekitar pada
waktu kelahiran (5 bulan sebelumnya dan satu bulan sesudahnya)

Kematian perinatal adalah kematian bayi sejak berumur 28 minggu


dalam uterus, kematian baru lahir dan sampai kematian yang berumur
7 hari di luar kandungan. Jumlah atau tinggi rendahnya kematian
perinatal dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian kemampuan
suatu Negara untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
khususnya dalam bidang obstetric (Manuaba, 2007)
Data yang digunakan dalam sertifikat kematian
perinatal

• Data Ibu
• Data Anak
Data Ibu
a. Tanggal lahir
b. Jumlah kehamilan sebelumnya : lahir hidup, lahir mati, abortus
c. Tanggal dan hasil dari kehamilan sebelumnya : lahir hidup, lahir
mati, abortus
d. Kehamilan saat ini, meliputi :
1) Hari pertama dari saat menstruasi terakhir (perkiraan hamil
dalam minggu)
2) Perawatan antenatal (dua kali atau lebih)
3) Persalinan normal spontan vertex/lain
Data Anak
a. Berat badan lahir dalam gram
b. Jenis kelamin
c. Lahir tunggal/kembar, pertama/kembar, kedua/persalinan, multiple
atau yang lain
d. Jika lahir mati, kapan kejadiannya: sebelum persalinan/selama
persalinan/tidak tahu
Sertifikat penyebab
kematian perinatal
Pedoman sertifikat dan Rule pengkodean
Kematian Perinatal
(a) Penyakit atau kondisi utama janin atau bayi
(b) Penyakit atau kondisi lain pada janin atau bayi
(c) Penyakit atau kondisi utama ibu yang mempengaruhi janin atau bayi
(d) Penyakit atau kondisi lain ibu yang mempengaruhi janin atau bayi
(e) Kondisi lain yang relevan
Example 1:
Seorang wanita yang kehamilannya terdahulu berakhir dengan abortus
pada usia kehamilan 12 dan 18 minggu, masuk rumahsakit pada
kehamilan 24 minggu dengan persalinan prematur. Ia melahirkan bayi
seberat 700 gram yang kemudian mati pada hari pertama
kehidupannya. Penemuan utama pada otopsi adalah ‘immaturitas
paru-paru’.
Example 2:
Seorang primigravida (hamil pertama) berusia 26 tahun dengan riwayat
siklus menstruasi yang teratur menjalani perawatan antenatal sejak
usia kehamilan 10 minggu. Pada 30-32 minggu, hambatan
pertumbuhan janin telah diketahui secara klinis, dan dipastikan pada
waktu 34 minggu. Tidak ada bukti penyebab selain bakteriuria (kuman
dalam urin) yang tidak menimbulkan gejala. Bedah sesar dilaksanakan
dan seorang anak laki-laki dilahirkan hidup dengan berat 1600 gram.
Berat plasenta adalah 300 gram dan dinyatakan mengalami infark. Pada
bayi ini terjadi sindroma distress pernafasan (RDS) yang membaik
dengan pengobatan. Bayi tersebut meninggal tiba-tiba pada hari ketiga.
Otopsi menunjukkan adanya membran hialin paru (PMH) yang luas
dan perdarahan hebat intraventrikel.
Penyebab kematian perinatal:
(a) Perdarahan intraventrikel
(b) Sindroma distress pernafasan; pertumbuhan janin terhambat
(c) Insuffisiensi plasenta
(d) Bakteriuria dalam kehamilan; bedah sesar
Example 3:
Seorang penderita diabetes yang kontrolnya tidak teratur
selama masa kehamilan pertamanya mengalami anemia
megaloblastik pada kehamilan 32 minggu. Persalinan
dirangsang pada 38 minggu dan menghasilkan kelahiran
seorang bayi dengan berat badan 3200 gram. Bayi ini
kemudian menderita hipoglisemia dan meninggal pada hari
kedua. Otopsi menunjukkan adanya trunkus arteriosus.
Example 4:
Seorang wanita berusia 30 tahun yang
memiliki anak lelaki sehat berusia empat
tahun, hamil dengan hidramnion. X-ray
pada usia kehamilan 36 minggu
menunjukkan adanya anensefal.
Persalinan kemudian dirangsang. Janin
lahir mati yang tidak berkepala
dilahirkan dengan berat 1500 gram.
Pengkodean Sebab Kematian
• Bagian (c) dan (d) ➔ Kondisi ibu yang mempengaruhi anak atau janin
(P00-P04)
• Bagian (a) ➔ Kondisi pada janin atau bayi (P05-P96 (Kondisi perinatal)
atau Q00-Q99 (kelainan kongenital)
• Bagian (e) adalah untuk review kematian perinatal tersendiri dan
biasanya tidak perlu dikode, jika diperlukan sebuah kondisi bias
menggunakan Bab XX dan XXI
Bagaiamana Aturan
Pengkodean pada sertifikat
kematian?
Rule Pengkodean
Rule P1.
Cara kematian atau prematuritas ditulis di bagian (a)
Jika kegagalan jantung, asfiksia atau anoksia (setiap
kondisi pada P20.-, P21.-) atau prematuritas (setiap
kondisi pada P07.-) dituliskan pada bagian (a) ➔
Maka kodelah kondisi lain yang disebutkan terlebih
dahulu, seolah-olah ia telah dituliskan pada bagian (a),
dan kodelah kondisi yang dituliskan pada bagian (a)
seolah-olah ia telah dituliskan pada bagian (b).
Contoh: Bayi lahir hidup, mati setelah 4 hari.
(a) Prematurity (P07.3) KODE:
a. Q05.9
(b) Spina bifida (Q05.9) b. P07.3
c. P02.2
(c) Placental insuffisiensi (P02.2)
(d) –
Prematurity di beri kode pada (b) dan spina bifida pada (a).
Yang perlu dicatat kode Q pada (a) dan kode P pada (b)
Rule Pengkodean
Rule 2
Dua kondisi atau lebih ditulis pada bagian (a) atau (c)
Jika penyebab kematian terdiri dari dua atau lebih
kondisi yang dimasukkan pada bagian (a) atau (c), maka
dapat direseleksi kembali sebagai berikut ;
Contoh: bayi lahir mati sebelum lahir Kode
(a) Malnutrisi berat janin P05.0
Berat badan rendah dibandingkan usia kehamilan
Anoksia antepartum
(b) --- P20.9
(c) Pre-eklampsia berat P00.0
Plasenta previa
(d) --- P02.0

• Disini berat badan rendah dan malnutrisi ditulis pada (a) sedangkan
anoksia antepartum ditulis pada (b);
• begitu pula pre-eklampsia berat ditulis pada (c) sedangkan plasenta previa
ditulis pada (d).
Rule Pengkodean
Rule 3 Bagian (a) atau (c) tidak berisi
• Jika pada sebab kematian tidak ada isian pada (a) atau (c)
maka pakailah aturan ke-3, yang menjadi sebab langsung
adalah yang dituliskan.
• Jika bagian (c) dan bagian (d) tidak berisi, maka gunakanlah
semacam kode buatan sendiri, misalnya xxx.x (Ini terjadi
jika kondisi ibu tidak diisi/diberi keterangan)
• Jika bagian (a) dan bagian (b) tidak terisi➔ kodelah P95/
P96.9
Contoh: Bayi lahir hidup dan meninggal pada menit 15 KODE
(a) --- P10.4
(b) Robekan tentorium P22.0
Sindroma distress pernafasan
(c) --- xxx.x
(d) ---

Robekan tentorium dikode pada (a), dan xxx.x dikode pada (c).
Contoh: Lahir hidup, meninggal dalam usia dua hari Kode
(a) --- P96.9
(b) ---
(c) --- P00.0
(d) eklampsia (hipertensi esensial menahun)

Penyebab perinatal yang tidak jelas dikode pada bagian (a); eklampsia
dikode pada bagian (c).
Rule Pengkodean
Rule 4
Kondisi yang ditulis pada bagian yang salah
Jika terdapat penulisan/ pengisian suatu
kondisi pada bagian yang salah maka aturan
ke-4 ini yang digunakan, dengan melakukan
penempatan ulang, biasanya untuk sebab
langsung sudah benar.
Contoh: Bayi lahir mati, meninggal selama persalinan KODE
(a) Hipoksia intra-uterus berat P20.9
(b) Letak oksipito-posterior persisten
(c) --- P03.1
(d) --- P03.2
(e) Kelahiran dengan forseps yang sulit

Letak oksipito-posterior persisten dikode pada (c);


kelahiran dengan forsep yang sulit dikode pada (d).
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai