Anda di halaman 1dari 68

ICD-10

CHAPTER II

BAB C-D,

1
CHAPTER II

BAB C – D
NEOPLASMA

2
Kekhususan Bab Neoplasms

• Bab ini memuat grup-grup besar neoplasma:


C00-C75 Neoplasma malignant, dinyatakan atau
diduga primer, asal dari site tertentu yang diketahui,
kecuali jaringan lymphoid, haematopoietic dan
jaringan yang terkait.

C00-C14 Lip (Bibir), oral cavity (rongga mulut),


and pharynx (faring = tenggorokan)
C15-C26 Digestive organs (organ-2
pencernaan)
C30-C39 Respiratory and intrathoracic organs
(Organ pernapasan dan organ di
dalam rongga torak =dada)
3
Kekhususan Bab II (lanjutan -1)

C40-C41 Bone and articular cartilage (Tulang dan


tulang rawan persendian)
C43-C44 Skin (Kulit)
C45-C49 Mesothelial and soft tissue
(Jaringan mesotelial dan jaringan lunak)
C50 Breast (Payu dara)
C51-C58 Female genital organs
(Organ-2 kelamin wanita)
C60-C63 Male genital organs
(Organ-2 kelamin laki-2)
C64-C68 Urinary tract (Saluran kemih)

4
Kekhususan Bab II (lanjutan -2)

C69-C72 Eye, brain and other parts of central


nervous system
(Mata, otak dan bagian lain sistem
saraf pusat)

C73-C75 Thyroid and other endocrine glands


(Kelenjar tiroid dan kelenjar endokrin
lain-2)

C76-C80 Malignant neoplasms of ill-defined,


secondary and unspecified sites
(Neoplasma dinyatakan ganas,
sekunder dan tidak ada dirincian site
primer (asal)-nya)
5
Kekhususan Bab II (lanjutan -3)

C81-C96 Malignant neoplasms, stated or


presumed to be primary of lymphoid,
haematopoietic and related tissue
(Neoplasma ganas, dinyatakan atau
diduga primer dari jaringan limfoid,
haematopoietic dan jaringan yang terkait).

C97 Malignant neoplasms of independent


(primary) multiple sites (Neoplasma
ganas yang independen (primer) terkait
site multipel (banyak)

6
Kekhususan Bab II (lanjutan -4)

D00-D09 In situ neoplasms (Neoplasma in situ)

D10-D36 Benign neoplasms (Neoplasma jinak)

D37-D48 Neoplasms of uncertain or unknown


behaviour (Neoplasma yang sifatnya belum
dapat ditentukan)
[see note page 240]

7
Kekhususan Bab II (lanjutan – 5)

Notes: (Hal. 181 – 184)

1, Primary, ill-defined, secondary and unspecified sites


of malignant neoplasms
(Primer, dinyatakan sebagai tumor ganas, sekunder
dan site keganasan tidak dirinci).
Kategori C76 - C80 termasuk neoplasm malignant,
yang tidak jelas site asalnya kanker terkait, atau kanker
dinyatakan sebagai:
“disseminated” = tersebar,
“scattered” = tercecer,
“spread” = menjalar/MENYEBAR tanpa dijelaskan site
primernya.
Ini semua dinyatakan sebagai: site primernya tidak
diketahui.
8
Kekhususan Bab II (lanjutan – 6)

2. Functional Activity (Aktivitas fungsional)


Semua neoplasma tertampung di Bab II ini,
apa ia fungsional aktif atau tidak. Code tambahan
dari Bab IV bisa digunakan untuk mewakili activitas
fungsi neoplasma terkait (kelenjar endokrin).

Contoh: Hal [182] Note: 2


Catecholamine-producing malignant phaechroma-
cytoma of adrenal gland C74 dengan kode tam-
bahan E27.5
Basophil adenoma of pituitary gland with Cushing’s
syndrome  D35.2 E24.0 9
Kekhususan Bab II (lanjutan-7)

3. Morfologi

Sesuai dengan morfologi histologis jenis celnya,


grup neoplasms malignant dibagi dalam:

- Carcinoma: Contoh: squamous,


adenocarcinoma;
- Sarcoma: Contoh: mesothelioma,
lymphoma (Hodgkin’s &
non-Hodgkin’s;
- Leukaemia;
- Other specified and side-specific types;
- Uncpecified cancers

10
Kekhususan Bab II (lanjutan-8)

Cancer adalah istilah generik dan dapat


digunakan untuk yang mana saja, walau
jarang sekali digunakan untuk sebutan
neoplasm ganas lymphotic, jaringan
haemopoietik berserta jaringan lain yang terkait

Terkadang kata “Carcinoma” digunakan salah


sebagai kata ganti lain dari “cancer”

11
(Lanjutan)

Perlu diperhatikan bahwa klasifikasi neoplasms


di Bab II ini, adalah sesuai site lokasi organ yang
terkena neoplasm terkait, di kelompokan ke grup
besar sesuai “behaviour” (sifat, prilaku)-nya.

Pada kasus tertentu sifat morfologisnya akan


terpapar pada judul kategori dan judul sub-kategori.

12
Kekhususan Bab II (lanjutan -9)

Klasifikasi histologis neoplasma ada terpisah di


Bagian Morphology Codes, pada halaman 1177-1204
Vol. 1, yang diambil dari ICD-O, dan merupakan
klasifikasi ganda untuk keperluan sistem coding
atas dasar topografik dan morfologik neoplasmnya.

13
(Lanjutan)

Code morfologi menggunakan 6 digits: 4 digits pertama


mengidentifikasi tipe histologi selnya; digit ke 5 adalah
code behaviournya:
- malignant primary,
- malignant secondary (metastasis), in situ, benign
atau uncertain whether malignant atau benign);
digit ke 6 adalah code untuk grading (differensiasi)
tumor solid, yang juga merupakan code khusus bagi
lymphoma dan leukemia.

14
Kekhususan Bab II (lanjutan -10)

4. Cara penggunaan subkategori-2 di Bab II


Perhatikan: aturan penggunaan subkategori (,8)
pada Bab II [Baca note 5].
Apabila diperlukan penggunaan subkategori untuk
“other” (lain-lain) umumnya disediakan nomor code
pada subkategori (.7)

15
Kekhususan Bab II (lanjutan -11)

5. Neoplasma ganas yang tumpang-tindih batas


site lokasinya dan aturan penggunaan
subkategori ber- code (.8)
Kategori C00-C75 mengklasifikasi neoplasm
malignant primer sesuai titik asal neoplasmnya.

Ada banyak kategori 3-karakter yang dibagi lebih


lanjut sesuai sebutan bagian subkategori dari
organ terkait.
Suatu neoplasm yang tumpang-tindih menyerang
2 (dua) atau > 2 sites yang saling bersambungan
namun titik mula site asal neoplasmnya tidak
dapat ditentukan yang mana, beri code -> (.8),
kecuali kombinasi terkait diberi indeks khusus
tersendiri. 16
Kekhususan Bab II (lanjutan -11)

Contoh:

Carcinoma of oesophagus and stomach mempunyai


code khusus C16.0 (cardia), sedangkan Carcinoma
permukaan ujung dan ventral (tengah) lidah harus
diberi code C02.8

Sebaliknya: Carcinoma ujung lidah yang ekstensi


(meluas) ke bagian tengah (ventral) lidah harus di
code C02.1, ujung lidah sebagai titik mula carcino-
manya.

17
Kekhususan Bab II (lanjutan -12)

Yang dimaksud dengan tumpang-tindih


(overlapping) adalah site-2 yang terlibat saling
bersebelahan (kontinues bersambungan),

Secara urut numerik subkategori-2 secara anatomik


bersambungan, namun tidak semua demikian, untuk
menentukan apakah ada hubungan topografik,
hendaknya coder merujuk ke hubungan antara
istilah-2 anatomi yang terkait.

(Lihat contoh di Hal. 183, note 5 Vol, 1)

18
(Lanjutan)

6. Neoplasma malignant jaringan ektopik


Ini diberi code site yang disebut dalam istilah
diagnosisnya.

Contoh: ectopic pancreatic malignant neoplasms


dikode  Pancreas unspecified (25.9)

19
Kekhususan Bab II (lanjutan -13)

7. Pemanfaatan Indeks alfebetik Volume 3


Kecuali site, maka harus juga dilengkapi code
morfologi dan behaviour neoplasmanya.

Baca peraturan di Vol. 3 di bawah:


Neoplasms (Hal. 369 – 401) -> perhatikan Note:

Carcinoma (Hal. 85-89); Sarcoma (Hal. 485);

Lymphoma (Hal. 340-241)

Tumor (Hal. 548 -552); Adenoma (Hal.31 – 32) dst.


20
Kekhususan Bab II (lanjutan -14)

8. Penggunaan ICD-O edisi ke 2 (sekarang sudah


edisi ke 3) [Hal.184 Vol. 1]
Untuk tipe morfologi tertentu, Bab II ini menyediakan
klasifikasi topografik yang terbatas, atau kadang tidak
disertai keterangan topografiknya.
Code topografik ICD-O digunakan untuk semua
neoplasma sesuai yang kategori bercode 3 (tiga) dan
4 (empat) karakter yang di Bab II diperuntukkan bagi
neoplasm malignant (C00-C77, C80), dengan
demikian memungkinkan pendataan lebih specifik
terkait site untuk neoplama lain-2 (maligant, secondary
(metastatic), benign, in situ dan uncertain or unknown)

21
Kekhususan Bab II (lanjutan -15)

Oleh karenanya direkomendasi bahwa untuk


agen-agen yang berminat mengidentifikasi site
berikut morfologi tumornya,
Contoh: - agensi register kanker,
- kanker RS,
- unit kerja patologi and agensi lain terkait
kanker, gunakanlah ICD-O.

Contoh: di Indonesia Y(Yayasan) K(kanker) I(Indonesia)


menggunakan ICD-O 3rd ed.

22
Kekhususan Indeks Alfabetik ICD-10 Vol, 3,
NEOPLAMS
(Hal 369 -401 Vol. 3)
Contoh: Tumor paru (Hal. 548) Tumor -> Neoplasm (Hal.385, lung ….)
_____________________________________
Malignancy Uncertain
________________ or unknown
Primary Secondary Insitu Benign behaviour
________________________________________
Neoplasm, neoplastic … C80 C80 D09.9 D36.9 D48.9
- lung C34.9 C78.0 D02.2 D14.3 D38.1
- low.lobe C34.3 C78.0 D02.0 D14.3 D38.1
- - hilus C34.0 C78.0 D02.0 D14.3 D38.1
Di atas nampak jelas bahwa nomor code hanya bisa ditentukan
apabila diketahui sifat tumornya, ganas? Primer? Sekunder? Dsb.
Kata generik “Cancer” sering disalahgunakan bagi sebutan carcinoma.
Sesuai asal sel, ada dua jenis cancer: Carcinoma dan Sarcoma.
23
Kekhususan Indeks Alfabet Vol. 3 (lanjutan 1)

Hal. 369 Vol. 3


Note:
1. Daftar urut alfabetik dimulai di halaman 370 disusun
berdasarkan sebutan istilah anatomik organ tubuh.
Tersedia 5 lajur code yang mungkin dipilih sesuai primer,
sekunder, ganas tidak ganas dsb dari neoplasm terkait.
Biasanya dari sebutan neoplasmnya bisa diketahui sifat
neoplasm
terkait. Contoh: malignant melanoma kulit
carcinoma in situ cervix uteri
benign fibroadenoma payu dara

24
Kekhususan Indeks Alfabet Vol. 3 (lanjutan 2)

Bila sebutan tidak menolong untuk menentukan


pilihan, maka telusuri melalui Indeks. Padanya ada
panduan untuk setiap sifat morfologic (histologik)-
nya.

Contoh:
Mesonephroma – see Neoplasm, malignant,
Bowen’s disease – see Neoplasm, skin, in
situ.

25
Kekhususan Indeks Alfabetik Vol. 3 (lanjutan 3)

2. Tanda site dengan tanda baca # (ump. Face NEC #)


harus diklasifikasi ke:

a. neoplasm malignant kulit site terkait apabila sel


neoplasmnya adalah squameous cell carcinoma
atau epidermoid carcinoma

b. adalah benign neoplasm dari site terkait apabila


jenis neoplasmnya adalah papilloma.
Contoh: Hal. 370 Vol 3
Neoplasm. Ankle NEC #

26
Kekhususan Indeks Alfabetik Vol. 3 (lanjutan 4)

3. Carcinoma dan adenocarcinoma tipe apapun kecuali


intraosseus atau odontogenic, dengan site bertanda ^
(ump. Ischium ^) harus diartikan metastatik dari site
primer yang unspecified (tak dijelejaskan/ tak dirinci)
dan diberi code C79,5 Contoh: Hal. 370 Vol. 3
Neoplasm, alveolar ridge or process ^

27
Kekhususan Indeks Alfabtik … (lanjutan -5)

Hal. 84 Vol. 3:

Cancer (M8000/3) – see also Neoplasm, malignant


Jelas bahwa kata “cancer” = Neoplasm malignant.

Note:
Istilah “cancer” bila dimodifikasi oleh suatu kata
keterangan adjective atau frasa adjective yang
menunjukkan tipe morfologisnya, harus diberi code
sama seperti code “carcinoma” yang berkata-
keterangan terkait.

28
Kekhususan Indeks Alfabtik … (lanjutan -6)

Contoh:
Squameous cell cancer = squameous cell carcinoma
-> cari nomor codenya di bawah kata “Carcinoma”

Liver cancer = carcinoma, hepatic cell; hepatocellular;


liver cell -> (M8170/3) C22.0
(Hal. 85 – 86 Vol. 3)

Lung cancer = carcinoma, lung -> Ini tidak dapat


ditemukan di bawah Carcinoma.

29
Kekhususan Indeks Alfabetik … (lanjutan -7)

Hal. 85 – 89, Vol. 3 -> Carcinoma (M8010/3) – see also


Neoplasm, malignant

Code morfologi sel Hepatic cell: M8170/3


Code morfologi squameous cell M8070/3
squameous, large cell, nonkeratinizing M8072/3
squameous, small cell “ M8073/3
small cell M8041/3
small cell fusiform cell M8043/3
small cell large cell M8045/3
small cell squameous cell,
nonkeratinizing M8073/3
30
Kekhususan Indeks Alfabetik … (lanjutan -7)

Melalui istilah Carcinoma, kita tidak bisa menemukan


site organ yang terkena, kecuali:
- sel kanker organ-specific (hepatocelular) M8179/3
C22.0;
intraductal breast M8500/2 D05.1;
skin appendage M8390/3 -> see Neoplasm, skin,
malignant; renal cell (M8312/3 C64 )
small cell carcinoma, fusiform cell M8041/3 (C34.-)
basaloid carcinoma M8123/3 (C21.1)
basal cell carcinoma NOS M8090/3 (C44.-)

31
Kekhususan Indeks Alfabetik … (lanjutan -8)

Hal. 549 – 552, Vol 1

-> Tumor (M8000/1) – see also Neoplasm,


uncertain behaviour

Dengan demikian istilah “Tumor” saja tidak


diperkenankan dikode dengan malignant atau
benign, harus uncertain behaviour.

Di bawah Lead-term tumor kita tidak menemukan site


organ yang terkena tumor terkait.

Yang ada di urut abjad adalah jenis sel tumor terkait


atau nama orang yang menemukan tumor terkait.
32
Kekhususan Indeks Alfabetik … (lanjutan -9)

Contoh: Tumor alfa-cell M8152/0


- - malignant M8152/3
- - - pancreas M8152/3 C25.4
- - pancreas M8152/0 D13.7
- brown fat -> see Lipoma
- Burkitt’s (M9687/3) C83.7
- Wilm’s (M8960/3) C64
- vagina, in pregnancy or chilbirth
O34.6 (dst)

Hal. 552 Vol.3 ? Code M- nya? -> Hal 548 -> code
umum untuk sebutan tumor adalah M8000/1
33
Kekhususan Indeks Alfabetik … (lanjutan – 10)

Bagi tumor yang jenis selnya diketahui, sebutan jenis sel


terkait dapat langsung digunakan sebagai Lead-terms.
Contoh: Hal.28 Vol 3 ->
Adenocarcinoma (M8140) – see also Neoplasm,
malignant.
Note: - …
Hal. 336 Vol. 3 -> Lipoma (M8850) D17.9
Hal. 416 Vol. 3 -> Odontoma (M9280/0) D16.5
Hal. 485 Vol.3 -> Sarcoma (M8800) – see also
Neoplasm, connective tissue,
malignant
Hal. 416 Vol.3 -> Odontosarcoma, emaloblast
(M9290/3) C41.1
34
Kekhususan Indeks Alfabetik … (lanjutan – 11)

Hal. 420 Vol.3 -> Osteosarcoma (M9180/3) – see also


Neoplasm, bone malignant
Hal. 418 Vol.3 -> Osteoblastoma (M9200/0) see
Neoplasm, bone, benign
Hal.426 Vol. 3 Papilloma (M8050/0) – see also
Neoplasm, benign Note: … Dst.

35
Kekhususan Code M----/--
(Hal. 1179 – 1204. Vol 1)
Morphology of neoplasms

Di dalam ICD-O ada nomenklatur bercode untuk


merinci morfologi 4 digits di bagian depan
neoplasms.
Nomor code morfologi terdiri dari 5 digits: mewakili
tipe histologi neoplasmnya, dan digit ke 5 di
belakang garis / merinci sifat (behaviour) sel
neoplasm terkait.

Digit perinci behaviour adalah sebagai berikut:

36
Kekhususan Code M----/-- (Lanjutan)

/0 Benign
/1 Uncertain whether benign or malignant
Boderline malignancy dan Low malignant
potential
/2 Carcinoma in situ
Intraepithelial. Non-infiltrating. Noninvasive
/3 Malignant, primary site
/6 Malignant, metastatic site. Malignant secondary
site
/9 Malignant, uncertain whether primary or
metastatic site

37
Morphology of neoplasms (lanjutan-1)

Hal. [1180] Vol. 1


Hubungan antara code behaviour dengan berbagai seksi di Bab II

Behaviour code: Bab II kategori:


/0 Benign neoplasms D10-D36
/1 Neoplasms of uncertain or unmnown behaviour D37-D48
/2 In situ neoplasms D00-D09
/3 Malignant neoplasms, stated or presumed to be
primary C80-D97
/6 Malignant neoplasms, stated or presumed to be
secondary C77-C79
Digit /9 tak applicable pada kontek ICD, mengingat bahwa semua
neoplasm malignant diduga primary (/3) atau secondary (/6),
sesuai pelengkap informasi lain-lain yang diambil dari RM
pasien terkait.
[Lihat hal. 1181]
38
Contoh Soal-Soal

1. Adenocarcinoma gaster No: M


1 2
2. Tumor lobus kiri paru, mestastasis ke hati No: M
1 3 2 4 No: M
3. Hepatoma metastase ke pancreas No: M
1 2 3 No: M
4. Oat cell carcinoma bronchus kanan No: M
metastasis ke alveoli paru kanan No: M
5. Basal cell carcinoma, fibroepithelial pada No: M
kulit muka
6. Cystadenoma serosa malignant ovarium No: M
metastase ke tulang No: M
7. Paget’s disease kelenjar mammae No: M

39
Contoh Soal-soal (lanjutan)

8. Infiltrating duct carcinoma mamma quadrant kiri luar No:

1 2 M:
9. Fibromyoma uteri No: M:

10. Dermatofibroma di kulit leher No: M:


1 2 3
11. Osteosarcoma tulang tibia atas dan tulang rawan
sendi lulut No: M:

12. Neurofibromatosis No: Q


M:
13. Chronic lymphocytic leukaemia No:
M:
14. Mixed small and large cell diffuse, malignant lymphoma
No:
M:
40
ICD-10

CHAPTER V
MENTAL & BEHAVIOURAL DISORDERS

BAB
(F00-F99)

41
KEKHUSUSAN BAB V
Mental and behavioural disorders (F00-F99)
[Hal. 311 – 387]
Includes: gangguan perkembangan psikologikal
Excludes: simtoma, tanda-2 dan temuan klinik dan laboratori yang
abnormal NEC (R00-R99)

Bab ini dikelompokan dalam 11 (sebelas) Blocks (blok):


F00-F09 Gangguan mental organik termasuk simtomatik
F10-F1 Gangguan mental & prilaku akibat menggunakan obat
psikoaktif
F20-F29 Gangguan schizophrenia, schizotypal, delusional
F30-F39 Gangguan mood [affective]
F40-F48 Gangguan neurotik, terkait-stress dan somatoform
F50-F59 Sindroma prilaku terkait gangguan fisiologis dan faktor fisik.

42
Kekhususan Bab V, Blok: …(lanjutan-1)

F60-F69 Gangguan personalitas dan prilaku dewasa


F70-F79 Retardasi mental
F80-F89 Gangguan perkembangan psikologis
F90-F98 Gangguan prilaku dan emotional yang biasanya
timbul saat masa kanak-2 dan akil balik.
F99 Gangguan mental unspecified

Ada 2 (dua) codes yang bertanda *


F00* Dementia pada penyakit Alzheimer’s
F02* Dementia pada penyakit lain yang terklasifikasi di
bagian lain

BAB V ini adalah satu Bab yang masing-masing blok dan kategori-
nya didefinisikan dengan kalimat-2 yang cukup panjang.
Indonesia memiliki PPDGJI dan S-PPDGJI yang merupakan
terjemahan BaB V ini dalam bahasa Indonesia.
43
PPDGJ-III

• PPDGJ = Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan


Jiwa, di Indonesia

• PPDGJ-III merupakan alat bantu utama penegakkan diagnosis


gangguan jiwa di Indonesia.
Disebut di dalam PPDGJ-III bahwa: Diagnosis adalah kunci terapi.
Penegakkan diagnosis yang benar mengarahkan upaya terapi
yang tepat.
Di samping mempunyai arti klinis, sebutan diagnosis yang
dibakukan dengan nomenklatur, kodefikasi serta klasifikasi
merupakan instrumen penting bagi komunikasi medis antar
pakar yang terlibat dan juga akan mempermudah pengelolaan
data bagi kepentingan statistik dan epidemiologi.
• S-PPDGJ III = Suplemen-PPDGJ III disusun sebagai pelengkap
untuk mempermudah penggunaan PPDGJ-III, dengan
melengkapi beberapa informasi tambahan terkait diagnosis,
klasifikasi dan nomenklaturnya.
44
Perbedaan dasar antara PPDGJ II dengan PPDGJ I

1. Sistem code alfanumerik memberi cakupan yang lebih luas


2. Deskripsi klinis dan pedoman tanpa kriteria
3. Ada istilah yang tidak digunakan lagi,di antaranya: ‘psikosis’
‘neurosis’, ‘psikosomatik’, ‘psikogenik’, ‘endogenik’
Sedangkan istilah-2 gangguan jiwa/gangguan mental tetap
dipertahankan untuk menggantikan dan menghindari penggunaan
penyakit jiwa (mental disease atau mental illness).
4. Diagnosis dan evaluasi multiaksial disempurnakan
5. Pengelompokan dalam blok diagnosis lebih mudah.

Perbedaan lain yang bersifat rinci dan terkait pada setiap


penggolongan dan diagnosis tidak diuraikan di PPDGJI

45
SUPLEMEN - PPDGJ-III

• PERISTILAHAN DAN SINGKATAN


Istilah-istilah yang digunakan di dalam buku ICD-10/PPDGJ-III
ditetapkan:
1. Disorder  gangguan
2. Disease, illness  penyakit
3. Clinical Description  gambaran klinis
4. Diagnostic Guidelines  pedoman diagnostik
5. Undifferentiated  yang tak dirinci
6. Behaviour  perilaku
7. Conduct  tingkah laku
8. Anxietas  anxietas
9. Onset  onset

46
Peristilahan dan Singkatan (lanjutan -1)

10. Classification  penggolongan


11. Transient  sementara
12. Block  blok
13. Group  kelompok
14. Impairment  hendaya
15. Disability  diabilitas
16. Handicap  cacat
17. Dissociation  disosiasi
18. Multiple  mutipel
19. Oppositional disorder  gangguan sIkap menentang

47
Peristilahan dan Singkatan (lanjutan -2)

Beberapa singkatan yang distandarisasi, yang digunakan di


dalam buku ICD-10 / PPDGJ-III:

1. YDT: yang ditentukan, untuk menggantikan istilah


“specified”
2. YTT: yang tidak ditentukan, untuk menggantikan istilah:
- “unspecified”
- “not otherwise specified (NOS)”
3. YDK: yang diklasifikasikan di tempat lain, untuk
menggantikan istilah “classified elsewhere”
4. YTK: yang tak diklasifikasikan di tempat lain, untuk
menggantikan istilah “not elsewhere classified”
(NEC)”
5. SSP: Susunan saraf pusat

48
Peristilahan dan Singkatan (lanjutan -3)

6. Lir: istilah prefix untuk menyatakan “-like” dalam


bahasa Inggris, berarti ‘sejenis’
Misalnya:
* “morphine-like substance”  zat lir-morpfin
* “schizophrenia-like”  lir-skizofrenia

7. Nir: istilah prefix untuk menyatakan “un-” dalam


bahasa Inggris, yang menyatakan ‘tidak’

49
Instrumen Diagnosis Gangguan Jiwa Internasional
Berbagai instrumen dan publikasi internasional terkait ICD-
10, Chapter V, WHO, yang kita kenal:
1. The ICD-10 classification of Mental and Behavioural Disorders:
Clinical descriptions and diagnostic guidelines, WHO, 1992
2. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders:
Conversion tables between ICD-8, ICD-9, and ICD-10. WHO.
1992
3. Lexicon of Psychiatric and Mental Health Terms. 2nd edition.
WHO, 1994
4. Composite International Diagnostic Interview 1.1 (CIDI). WHO,
1993
5. DSM-IV (Diagnostic Statistical manual for Mental and Behavioural
Disorders), APA, 1994
6. DCR-10 (The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural
Disorders, Diagnostic Criteria for Research), WHO, 1994
7. ICD-10: DCR-10 (Pocket Guide to the ICD-10 Classification of
Mental and Behavioural Disorders with Glossary and Diagnostic
Criteria for Research), WHO-Churchill Livingstone. 1994
50
Hierarki Diagnosis
• Urutan hierarki adalah urutan organisasi yang bersifat vertikal dari
atas ke bawah, dengan pengertian bahwa yang terletak di atas,
mengandung unsur dari yang lebih bawah, tetapi mempunyai
kelebihan yang spesifik;

• Urutan diagnosis adalah menurut tingkat “organicity”, dari diagnosis


yang bersifat organik ke arah yang bersifat nonorganik (psikologis/
edukatif/psikodinamik). Nomor di dalam PPDGJ III/ICD-10 disusun
secara berurutan sesuai hierarki tersebut,

• Urutan hierarki kategori gangguan jiwa juga berdasarkan konsep ini.


Kita mengetahui seringkali upaya penegakkan diagnosis gangguan
jiwa sukar, karena:
1. Banyak sekali gangguan jiwa mempunyai gejala-2 yang
serupa, misalnya: sukar tidur, gelisah, palpitasi dll.
2, Jumlah gangguan jiwa ada ratusan macam

51
Hierarki Diagnosis (lanjutan)

• Standar urutan hierarki akan:

(1) mempermudah pertimbangan pelbagai kemungkinan diagnosis


banding gangguan jiwa terkait kategori, karena masing-2
kategori secara urutan dari atas ke bawah memiliki keunikan
khusus walaupun mempunyai persamaan gejala/keluhan
dengan kategori yang berada di bawahnya.

(2) Mengurangi kemungkinan luputnya dari perhatian gangguan


jiwa (walau jarang ditemukan) yang terletak di urutan hierarki
lebih atas.

Suatu diagnosis atau kategori diagnosis baru dapat dipastikan


setelah kemungkinan diagnosis/diagnosis banding dalam
kelas/kategori di atasnya dapat ditiadakan secara pasti.
52
URUTAN HIERARKI KATEGORI DIAGNOSTIK GANGGUAN
BERDASARKAN PPDGJ-III ( dan DSM-IV)

I. Gangguan mental organik


II. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
(serta gangguan psikotik lain)
III. Gangguan suasana perasaan (Mood/Afektif)
IV. Gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan
yang berkaitan dengan stress.
V. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
fisiologis dan faktor fisik (F50-F59)
VI. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa (F60-
F69)
VII. Retardasi mental (F70-F79)
VIII. Ganguan perkembangan psikologis (F80-F89)
IX. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya
pada masa kanak dan remaja (F90-F98)

53
KODE Z & URUTAN HIERARKI BLOK DIAGNOSTIK
GANGGUAN JIWA

Kode Z ; Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan

berhubungan dengan Pelayanan Kesehatan


(Kondisi Tambahan yg mungkin merupakan fokus
perhatian, DSM-IV

Urutan hierarki blok diagnostik gangguan jiwa


1. Ganguan Mental Organik termasuk Gangguan Mental Simtomatik
(F00-F09)
2. Skizofrenia, gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham (F20-F29)
3. Gangguan suasana perasaan (Mood Afektif)(F30-F39)
4. Gangguan neuroti, gangguan somatoform dan gangguan yang
berkaitan dengan stress (F40-F48)
5. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis
dan faktor fisik (F50-F59)
6. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa (F60-F69)
54
SINDROM TERKAIT BUDAYA
• PPDGJ-III membedakan ‘sindrom terkait budaya’ dalam 2
(dua) kelompok besar:

I. Yang tidak digolongkan sebagai ‘gangguan jiwa’ karena


tidak memenuhi definisi gangguan jiwa
II. Yang tergolong sebagai gangguan jiwa karena memenuhi
kriteria gangguan jiwa.
Golongan ini selanjutnya dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua)
II.1 Fenomena atau ‘Sindrom Terkait Budaya’ yang
merupakan Gejala atau Nama lain dari Gangguan
Jiwa Spesifik
II.2 Fenomena atau ‘Sindrom Terkait budaya yang
merupakan Gangguan Jiwa spesifik
(pengelompokan dalam kategori II.1 dan II.2 tidak mudah
dapat dilakukan, karena sangat dipengaruhi oleh orientasi
dasar pertimbangannya)
55
SINDROM TERKAIT BUDAYA
• Beberapa istilah yang berkaitan dengan fenomena
aberasi perilaku atau kejiwaan yang dikenal di Indonesia
atau yang mempunyai nama khusus yang terkait dengan
budaya setempat antara lain:

1. Amok (Indonesia) -> Kesambet

2. Babainan (bebainan) -> Kesurupan, kemasukan


roh
3. Kesurupan/Kemasukan (possession)
Di Indonesia, ada yang menyebut ‘kerasukan’ ‘kesambet’ dsb.

4. Kena Guna-guna (Diguna-guna)


Indonesia: penafsiran dilandasi kepercayaan setempat.

56
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan -1)
5. Koro
Asal kata ‘koro’ diduga dari: Cina, Sulawesi, Malaysia.
Kaitan budaya dengan suku Asia Tenggara (> turunan Cina)
Kata lain: shuk yang, shook yang, suo yang (Cina) (CCMD-2)
jinjinia bemar (Assam), rok-joo (Thailand)
Kadang juga ditemukan di negara Barat.

Di ICD-10 ‘koro’ diklasifikasi ke dalam kategori Gangguan


Neurotik Lainnya YDT (F48.8)
Untuk ‘koro’ tidak diusulkan kategori diagnostik sendiri.
Untuk setiap kasus perlu pemeriksaan psikiatrik lebih lanjut
perihal kemungkinan ada gejala lain pelengkap sindrom psikiatrik
untuk memenuhi kriteria kategori diagnostik tertentu.

6. Latah
ICD-10: ‘latah’ masuk ke kategori Gangguan Neurotik Lainnya
YDT (F48.8)
57
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan -2)

7. Ataque de nervios
Berteriak-teriak tak terkendali, serangan berulang menangis,
gemetaran, dada terasa panas menjalar ke kepala, agresi verbal
atau fisik

8. Bilis dan Colera (muina)


Dilatarbelakangi kesal dan marah yang sangat. (Bangsa Latin)

9. Boufee delirante
Keadaan mendadak perilaku agitasi agresif, kebingungan yang
mencolok, dan kegelisahan psikomotor. Kadang disertai
halusinasi visual dan auditorik atau ide paranoid
Di Afrika Barat, Haiti.
Episode menyerupai Gangguan Psikotik Singkat.

58
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan -3)

10. Brain fag


> pada pelajar SLTA atau mahasiswa dalam menghadapi
pelajaran di sekolah.
Gejala terdiri dari kesulitan berkonsentrasi, mengingat dan
berpikir. Keluhannya otak lelah. Mirip Gangguan Anxietas,
Gangguan Depresi dan Gangguan Somatoform.
Di Afrika Barat.

11. Dhat
Anxietas berat dengan kekhawatiran hipokondrik yang berkaitan
dengan pengeluaran mani, warna urine menjadi keputihan, serta
perasaan lemas dan kelelahan.
Di India, jiryan (India), sukra prameha (Sri Lanka)
shen-k’uei (Cina)

12. Falling-out, blacking-out


Mendadak pingsan terjadi tanpa tanda-tanda, terkadang didahului
rasa pusing atau melayang. 59
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan -4)

13. Ghost sickness


Preokupasi dengan kematian dan orang yang sudah meninggal.
Mimpi buruk, lemas/lelah, rasa terancam, anoreksia, pusing, rasa
mau jatuh/pingsan, takut, cemas, halusinasi, kehilangan
kesadaran, kebingungan, merasa tak berguna, dan seperti
kehabisan napas, rasa tercekik.
Kadang dikaitkan dengan sihir. Di suku Indian, Amerika.

14. Hwa-byung (wool-hwa-gyung) (‘sindrom amarah’)


(anger syndrome)
Menahan (supresi) amarah. Di Korea.

15. Locura
Psikotik kronis yang berat. Diduga ada kaitan dengan kepekaan
herediter, akibat kesulitan hidup yang bertubi-tubi atau gabungan
kedua hal tersebut.
Di imigran Latino di Amerika Serikat, dan Amerika Latin.
60
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan -8)
16. Mal de ojo (Spanyol) = ‘evil eye’ (Inggris)
> pada anak-anak.
Gangguan tidur (tidak teratur), menangis tanpa sebab yang jelas,
diare, muntah-muntah, dan demam pada anak-anak atau bayi.
Kadang bisa terjadi pada orang dewasa, > wanita.
Di Mediterania (kawasan Laut Tengah) dan bagian lain dunia.

17. Nervios
Kepekaan umum terhadap pengalaman stres kehidupan dan juga
untuk sindrom yang terjadi oleh berbagai kesulitan hidup.
Mencakup rentang kondisi yang luas mulai dari tekanan
emosional, keluhan somatik, sampai pada kondisi malfungsi.
Gejala: sakit kepala, nyeri otak, mudah tersinggung, gangguan
perut, gangguan tidur, kegelisahan, mudah menangis, sulit
berkonsentrasi, gemetaran, kesemutan, dan mareos (pusing
dengan kadang-kadang disertai serangan seperti vertigo).
Pada Latino di Amerika Serikat dan Amerika Latin. = lemah saraf.
61
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan -9)

18. Pibloktoq
Episode disosiatif akut/mendadak yang disertai gejala gaduh-
gelisah yang hebat selama kurang-lebih setengah jam, dan
seringkali diikuti serangan kejang konvulsif dan koma yang dapat
berlangsung sampai 12 jam. Selama serangan ybs dapat
merobek bajunya, merusak barang, memaki dengan kata kotor,
makan feces, keluar dari tempat berlindung, melakukan hal
irasional atau bahaya lain. Biasanya diikuti dengan amnesia total
mengenai keadaannya
Di Eskimo (daerah arctic & subarctic)

19. Qi-gong psychotic reaction


Episode akut dan terbatas dengan gejala disosiasi, paranoid atau
gejala psikotik, non-psikotik lainnya, setelah mengikuti qi-gong
(untuk peningkatan enersi vital) di kalangan masyarakat Cina.
Termasuk ke kategori di CCMD-2
62
Sindrom Budaya (lanjutan -10)

20. Rootwork
Gangguan atau gejala-2 anxietas menyeluruh, keluhan gastro-
intestinal (mual, muntah, diare) kelemahan, pusing, dan keluhan
lain seperti perasaan takut diracun, takut dibunuh, yang di
kalangan masyarakat tertentu diinterpretasikan sebagai akibat
dari perbuatan sihir, ilmu hitam, teluh, guna-guna, voodoo, atau
perbuatan jahat orang lain.
Individu yang terkena serangan harus ditolong oleh ‘root doctor’
Di Afrika, asal Eropa di bagian Selatan Amerika Serikat.
Karibia. Di kalangan Latin dikenal dengan mal questo atau
brujeria, dan guna-guna di Indonesia.

21. Sangue dormido (sleeping blood)


Rasa nyeri, baal, tremor, paralisis, konvulsi, stroke, kebutaan,
serangan jantung, infeksi dan keguguran
Di Portugis dari Cape Verde dan imigran asal sini di Amerika
Serikat.
63
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan – 11)
22. Shenjing shuairuo (‘neurasthenia’)
Kelelahan fisik dan mental, pusing, sakit kepala, nyeri lain,
kesulitan berkonsentrasim gangguan tidur dan daya ingat
melemah/kehilangan ingatan. Bisa keluhan gastrointestinal,
disfungsi, seksual, peka dan gejala-2 lain menjurus ke gangguan
saraf otonom.
Di Cina masuk kriteria CCMD-2

23. Shen-k’uei (Taiwan) –shenkui (Cina)


Kondisi anxietas atau panik memuncak disertai keluhan somatik
tanpa penyebab kelainan fisik. Pusing, sakit punggung, mudah
lelah, lemah, insomnia, banyak mimpi, dan keluhan disfungsi
seksual (ejakulasi prematur, impotensi

24. Shin-byung (Korea)


Anxietas dan keluhan somatik yang diikuti fase disosiasi dan
kerasukan roh nenek moyang.
64
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan -12)

25. Spell
Dalam keadaan trance berkomunikasi dengan sanak-keluarga
yang sudah meninggal atau dengan roh. Kadang keadaan ini
disertai perubahan kepribadian yang berlangsung singkat.
Masyarakat setempat tidak menganggap keadaan ini sebagai
masalah medis. Di kalangan medis ini disalahtafsirkan sebagai
episode psikotik.
Di masyarakat Amerika keturunan Afrika dan Eropa.

26. Susto - (“fright”, “soul lost”)


Setelah peristiwa menakutkan yang menyebabkan jiwa/roh/
sukma meninggalkan tubuh/raga dan mengakibatkan ketidak
bahagiaan dan penyakit. Gejala bisa segera timbul bisa juga baru
terjadi beberapa tahun kemudian setelah mengalami ketakutan.
Di Latino di Amerika Serikat, Meksiko, Amerika tengah dan
selatan. Espanto, pasmo, tripa ida, perdida del alma, chibih.
65
Sindrom Terkait Budaya (lanjutan – 13)

27. Taijin kyofusho


Perasaan takut bahwa badan, fungsi badan menimbulkan
ketidaksenangan, memalukan atau mengganggu orang lain:
penampilan, bau badan ekspresi wajah atau gerakan.
Satu bentuk phobia terkait budaya Jepang , menyerupai Phobia
sosial.
Kondisi termasuk ke sistem diagnostik gangguan jiwa di Jepang

28. Zar
Episode disosiatif dengan gejala berteriak, tertawa,
membenturkan kepala ke tembok, menyanyi atau menangis.
Jadi apatis, menarik diri, tidak mau makan, tidak mau men-
jalankan tugas sehar-hari.
Masyarakat menganggap ini sebagai kerasukan roh gaib.
Di Ethiopia, Somalia, Mesir, Sudan, Iran dan masyarakat di Afrika
Utara dan Timue Tengah.
66
CONTOH SOAL-SOAL BAB V

1. Takut ketinggian (cari di -> phobia, specified ) (439)


No:
2. Type 2 Presenile Alzheimer disease (cari di -> Alzheimer,
early onset (presinile) (39) No: No:
3. HIV dengan dementia (cari di Human IV ) (269)
atau (di dementia)(149) No:
4. Delirium masa nifas (post partum) (144) No:
Sindroma post geger otak (syndrome, concussion) (519) No:
5. Gangguan perilaku dan perilaku akibat
ketergantungan kokain (cari di disorder, mood (178)->[324]
No:
6. Gangguan mental akibat keracunan alkohol akut
(cari di disorder, mental) (177) -> [323] No:
7. Depresi psikogenik atipikal (151) -> ([336] No:

67
CONTOH SOAL-SOAL (lanjutan)

8. Gastritis akibat banyak pikir No:


(243)
Bedakan dengan Gastralgia psikis No:
9. Sulit mengikuti pelajaran, IQ 56 (319)->[369] No:
10. Gangguan bicara akibat gangguan artikulasio No:
Bedakan dengan:
Aphasia: No: Apraxia: No:
11. Asthma karena nervous No:
Bedakan dengan Asthma karena psikogenik No:
12. Gangguan pencernaan psikogenik No:
Cari di dyspepsi (193)
13. Tidak nafsu makan karena putus cinta No:
Cari di loss of appetite (337)
14. Psikosis post partum (464) No:

68

Anda mungkin juga menyukai