Anda di halaman 1dari 16

SERTIFIKAT KEMATIAN

PERINATAL
Bila memungkinkan, suatu sertifikat kematian
perinatal ditulis lengkap secara terpisah, dimana
sebab kematian disusun sbb:
a) Penyakit atau kondisi utama pada fetus atau
bayi
b) Penyakit atau kondisi lain pada fetus atau bayi
c) Penyakit atau kondisi utama maternal yang
mempengaruhi fetus atau bayi
d) Penyakit/kondisi lain maternal yang
mempengaruhi fetus
e) Keadaan lain yang berhubungan (relevan)
Sertifikat ini harus mencakup kekhususan yang
mengidentifikasi dg tanggal & waktu yg relevan.
Pernyataan misalnya: bayi lahir hidup atau mati,
serta rincian otopsi. Untuk analisis kematian
perinatal secara teliti, data2 berikut tentang ibu
dan anaknya dibutuhkan sebagai tambahan
informasi sebab kematian, tak hanya dalam hal
kematian perinatal, tetapi untuk semua kelahiran
hidup.
Ibu
- Tanggal lahir
- Jumlah kehamilan sebelumnya : lahir hidup/lahir
mati/keguguran
- Tanggal dan “outcome” dari kehamilan terakhir
sebelumnya : lahir hidup/lahir mati/keguguran
- Kehamilan sekarang :
* HPHT ( bila diketahui, diperkirakan lama
kehamilan dalam bentuk minggu)
* Pemeriksaan Ante Natal – dua/lebih kunjungan :
ya/tidak
* Persalinan : Normal, spontan letak kepala/lainnya
Anak
- BB Lahir dalam gram
- Jenis kelamin : L/P/tak ditentukan
- Lahir tunggal / bayi 1 kembar dua/ bayi 2
kembar dua / kelahiran kembar lainnya
- Bila lahir mati, bila saat kematiannya :
sebelum lahir/selama persalinan/tak diketahui

Variabel lain yang mungkin muncul pada sertifikat


dasar termasuk hal2 tentang pertolongan
persalinan sbb: dokter/bidan terlatih /tenaga
terlatih lain (sebutkan)/ lainnya (sebutkan)
Pernyataan Sebab Kematian
Sertifikat ini terdiri dari 5 bagian untuk
memasukkan sebab kematian perinatal, dengan
label (a) s/d (e).
Pada bagian (a) dan (b) dimasukkan penyakit2
atau kondisi bayi/fetus. Satu hal terpenting pada
bagian (a) dan sisanya pada bagian (b), bila ada.
Maka “satu hal terpenting”adalah kondisi
patologisyang mempunyai sumbangsih terbesar
bagi kematian bayi/fetus.
Pada bagian (c) dan (d) dimasukkan semua
penyakit atau kondisi dari ibu yang mempunyai
efek samping terhadap fetus/bayi
Satu hal terpenting dimasukkan ke (c) dan
bila ada yg lainnya pada bagian (d).
Bagian (e) untuk melaporkan kejadian lain
yang berhubungan dengan kematian, tetapi
tidak dapat menggambarkan suatu penyakit
atau kondisi bayi atau ibu, misalnya
persalinan tanpa kehadiran penolong.
Contoh
Seorang wanita yg kehamilan sebelumnya berakhir
dg abortus spontan, pada usia 12 dan 18 mg, masuk
dirawat saat hamil 24 mg, karena persalinan
prematur. Terjadi persalinan spontan bayi seberat
700 gr yang meninggal pada hari 1. Penemuan
utama dari otopsi adalah “Imaturitas Pulmoner”.
Sebab Kematian Perinatal
(a) Pulmonary Immaturity
(b) –
(c) Premature labour, cause unknown
(d) Recurent aborter
(e) -
Contoh Sertifikat : ICD 10 Volume 2 hal 90.
Tabulasi Kematian Perinatal
Yang paling menguntungkan adalah bila dapat
menerapkan analisa sebab multiple dari semua
kondisi yang dilaporkan.
Bila tidak mungkin, analisis terhadap kondisi /
penyakit utama pada fetus/bayi ( bag (a) ) dan
kondisi maternal yang berpengaruh terhadap
bayi ( bag (c) ) dengan tabulasi silang.
Bila harus “single-cause’ pilih bag (a)
Koding sebab kematian
Tiap2 kondisi yg dimasukkan di bag (a),(b),(c) dan (d)
harus dikode terpisah. Kondisi maternal yg
mempengaruhi bayi atau fetus, yg dimasukkan ke bag
(c) dan (d), harus dikode berdasarkan kategori P00-
P04 dan kode ini seharusnya tidak digunakan untuk
Bag (a) dan (b). Kondisi2 pada bayi/fetus yd
dimasukkan di bag (a) dapat dikode sesuai kategori
selain P00-P04, tetapi paling sering dikode sesuai
kategori P05-P96 (kondisi perinatal) atau Q00-Q99
(anomali kongenital). Hanya satu kode yg harus
dimasukkan ke bag (a) dan (c), tetapi untuk bag (b)
dan (d) dapat sebanyak2nya.
Bagian (e) adalah u/review ttg kematian perinatal
secara individual dan tidak perlu dikode.
Aturan Koding
Aturan Seleksi untuk kematian umum tidak
dapat digunakan pada sertifikat kematian
perinatal. Dapat terjadi sertifikat kematian
perinatal diterima dalam kondisi sebab
kematian tidak dimasukkan sesuai urutan tsb
diatas. Bila mungkin, sertifikat tsb harus
dikoreksi oleh penulisnya, namun bila tidak
memungkinkan, aturan2 berikut ini dapat
digunakan:
Rule P1. Cara Kematian atau Prematuritas
dimasukkan bagian (a)
Bilamana gagal jantung, asfiksia atau anoksia (kondisi
apapun P20.-, P21.-) atau prematuritas (kondisi pada
P07.-) dimasukkan pada bagian (a) dan kondisi lain
pada bayi/fetus dimasukkan di bag (a) atau (b), kode
kondisi lain yg disebutkan pertama kali seolah
dimasukkan sendiri (tunggal) di bag (a) dan kode
kondisi aktual yg dimasukkan pada bagian (a) seakan-
akan hal tsb dimasukkan di bag (b)
Contoh : Lahir hidup : Mati pada hari ke-4
(a) Prematuritas Q05.9
(b) Spina Bifida P07.3
(c) Insufisiensi Placenta P02.2
(d) –
Prematuritas di kode di (b) & spina bifida di (a)
Rule P2 : Dua atau lebih kondisi dimasukkan ke Bag
(a) atau (c)
Bila ada dua atau lebih kondisi yg dimasukkan dalam bag
(a) atau (c), kode yg pertama kali disebutkan seakan2
kondisi tsb dimasukkan sendiri (tunggal) di bag (a) atau (c)
dan kode yg lainnya seakan2 dimasukkan di bag (b) atau (d)
Contoh: Lahir mati, kematian sebelum mulai persalinan
(a) Fetal malnutrisi berat , P05.0
kecil untuk kehamilan,
anoksia antepartum
(b) – P20.9
(c) Pre eklamsia berat P00.0
Placenta previa
(d) - P02.0
Kecil u/masa kehamilan dg malnutrisi fetal dikode pada (a)
dan anoksia antepartum pada (b); pre eklamsia berat pada
(c) dan placenta previa pada (d)
Rule P3: Tidak ada masukan pada Bag (a) dan (c)
Bila tdk ada masukkan pada bag (a) ttp terdapat
kondisi2 bayi/fetus yg dimasukkan di (b), kode yg
pertamakali disebutkan seakan2 dimasukkan di
(a);bila tdk terdapt masukan baik di (a) atau (b), kode
P95 (‘fetal death of unspesified cause’) atau kode
P96.9 (‘Condition originating in the perinatal cause’)
untuk kematian neonatal dini hrs digunakan bagian
(a).
Demikian pula, bial tdk terdapt masukan di bag (c) ttp
tdp kondisi maternal di bag (d) kode pertama yg
disebutkan seolah-olah dimasukkan di (c). Bila tdk tdp
masukan baik di (c) atau (d) gunakan kode artifisial,
misal xxx.x untuk bag (c) untuk menunjukkan tdk
adanya kondisi maternal yg dilaporkan.
Contoh: Lahir hidup : mati pada hari ke-2
(a) - P95
(b) –
(c) - P00.0
(d) Eklamsia

‘Unspesified perinatal cause’ dikode di (a),


eklamsia dikode di (c)
Rule P4 : Kondisi2 dimasukkan di bagian yang salah
Bila kondisi maternal (mis.kondisi P00-P04) dimasukkan di
bagian (a) atau (b), atau bila kondisi bayi/fetus dimasukkan
di bag (c) atau (d) kode kondisi tsb seakan2 dimasukkan
pada bag yg tepat.
Bila kondisi2 terklasifikasi sbg kondisi bayi/fetus atau sbg
kondisi maternal telah secara keliru dimasukkan di bag (e)
berilah kode sbg kondisi tambahan bayi atau maternal di
bag (b) atau (d)
Contoh : Lahir mati;kematian saat onset persalinan
(a) Hipoksia berat intra uterin P20.9
(b) Persistent occipito posterior
(c) – P03.1
(d) - P03.2
(e) Persalinan dg forceps yg sulit
‘Persistent occipitoposterior’ dikode di (c), persalinan
forceps yang sulit di kode di (d)

Anda mungkin juga menyukai