Anda di halaman 1dari 20

Laporan Akhir

Analisis Kelayakan Teknologi Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan


Listrik Umum (SPBKLU)
Pengantar
Dalam beberapa tahun terakhir, karena kelangkaan sumber daya tak terbarukan yang
semakin signifikan, seperti: minyak dan batu bara, konsumsi berlebihan, dan pencemaran
lingkungan yang diakibatkannya, kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) secara bertahap
menarik perhatian masyarakat dan menjadi favorit sebagai jenis kendaraan energi bersih.
Masalah utama untuk pengoperasian EV yang efektif adalah pengisian energi (charging).
Seperti diketahui saat ini ada dua cara utama untuk mengatasi masalah pengisian
tersebut, yaitu :
(1) Dengan melakukan Pengisian/Charging batere EV dan
(2) dengan melakukan penggantian baterai (Swapping).
Secara umum, pengisian EV dengan melakukan Charging membutuhkan proses
pengisian yang lama. Sejauh ini, karena adanya kendala dalam kebijakan dan
keterbatasan biaya, stasiun pengisian baterai dan infrastruktur pengisian lainnya belum
tersedia banyak dan tersebar secara luas. Adanya keterbatasan tersebut yang menjadi
penyebab para pengguna EV akan dipaksa untuk berhenti dan menunggu untuk
melakukan pengisian batere EV mereka. Waktu menunggu saat melakukan charging
inilah yang menjadi hal yang menjadi kekuatiran dan ketidaknyamanan para pengguna
EV. Selain itu, pengguna EV saat ini melakukan trade-off antara sisa energi baterai,
distribusi/sebaran lokasi fasilitas pengisian batere (SPKLU) dan rencana perjalanan
mereka, yang hal ini mengakibatkan kecemasan dari jangkauan perjalanan mereka. Oleh
karena itu, banyak peneliti dan para operator EV mengalihkan perhatian mereka ke
teknologi pertukaran baterai.
A. Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik (Baterry Swapping Station)
Alih-alih mengisi baterai dengan segera, ada cara lain untuk mengisi bahan bakar
sumber energi Kendaraan Listrik (EV0 yaitu dengan menukar baterai yang kosong secara
mekanis dengan baterai yang terisi penuh. Tentu saja, semua baterai ini harus dimiliki
oleh Stasin Penukaran Baterai atau perusahaan baterai, sementara pengemudi EV
hanya peminjam baterai. Baterai yang habis akan diisi dayanya di stasiun penukaran atau
dikumpulkan dan diisi secara terpusat. Karena proses pertukaran baterai melibatkan
penggantian mekanis dan pengisian ulang baterai, itu juga disebut sebagai pengisian
bahan bakar mekanis atau pengisian ulang mekanis. Stasiun pertukaran baterai ini
menggabungkan manfaat dari pengisian lambat dan pengisian cepat, yaitu mengisi ulang
baterai EV secara perlahan pada periode tidak sibuk sambil mengisi bahan bakar EV
dengan cepat dalam waktu yang sangat singkat. Dengan menggunakan mesin robot,
seluruh proses pertukaran baterai dapat dilakukan dalam beberapa menit, secara
langsung sebanding dengan mekanisme pengisian bahan bakar yang ada untuk
kendaraan konvensional.
Ada banyak kendala untuk menerapkan pertukaran baterai secara praktis. Pertama,
biaya awal untuk menyiapkan sistem pertukaran baterai ini sangat tinggi, untuk
penukaran baterai mobil memerlukan mesin robotik yang mahal untuk menukar baterai
dan sejumlah besar baterai yang relative mahal untuk operasional yang diperlukan.
Kedua, karena kebutuhan untuk menyimpan baterai yang kosong dan terisi penuh, ruang
yang diperlukan untuk membangun stasiun pertukaran baterai jauh lebih besar daripada
untuk stasiun pengisian. Ketiga, baterai EV perlu distandarisasi dalam dimensi fisik dan
parameter listrik sebelum dimungkinkan dilakukan penerapan pertukaran baterai
otomatis.
B. Teknologi Penukaran Baterai Kendaraan Listrik (Baterry Swapping).

Pertukaran/Swapping baterai dapat menyediakan baterai baru yang terisi penuh.Rentang


kecemasan mereda, dan sampai batas tertentu jarak tempuh tak terbatas diperoleh.
Karena penggantian baterai hanya membutuhkan beberapa menit, kekuatiran tentang
waktu menunggu berkurang secara signifikan. Namun, sebelum manfaat pertukaran
baterai menjadi kenyataan, dua masalah perlu dipecahkan. Salah satunya adalah
teknologi baterai EV, yang merupakan hal terpenting pada metode penggantian baterai.
Perlu dikembangkan sebuah standar baterai dengan karakteristik jarak tempuh tinggi,
kepadatan energi tinggi, rasio daur ulang tinggi, rasio pemulihan tinggi, kemampuan
ramah lingkungan dan keamanan. Saat ini, pengembangan zinc air batteries and zinc
nickel batteries telah dapat memenuhi karakteristik yang disebutkan di atas. Oleh karena
itu, teknologi baterai EV tidak dibahas dalam tulisan ini. Masalah lainnya adalah arsitektur
dari pertukaran baterai EV yang masuk akal dan efektif yang dapat mendukung
pengoperasian yang efektif dari Pertukaran baterai EV.

b.1. Passive battery swapping mode


Sistem dan infrastruktur pertukaran baterai EV saat ini umumnya didasarkan pada
stasiun pertukaran baterai dan pabrik pembuat pengisian baterai. Sejumlah besar baterai
terisi daya secara terpusat dan diangkut ke stasiun pertukaran baterai yang berbeda
melalui sistem logistic. Namun, pendekatan ini tidak mewujudkan tujuan "mendapatkan
pengisian energi kapan saja" dan di mana saja.” Pengguna EV harus berkendara ke
stasiun penukaran baterai untuk menukar baterai. Karena kendala yang jelas dari lokasi
dan jumlah stasiun pertukaran baterai yang ada, mungkin masih terjadi adanya fenomena
antrian dan menunggu. Oleh karena itu, diperlukan arsitektur swapping baterai EV yang
lebih masuk akal dan efektif.
b.2.Active battery swapping mode
Beberapa tahun yang lalu, perangkat penukar baterai EV cepat baru telah
dikembangkan. Dari paten yang ada menunjukkan bahwa perangkat ini dapat dipasang
di mobile van, yang mengubah mobile van menjadi sebuah stasiun pertukaran baterai EV
seluler. Perangkat ini memiliki keunggulan dalam hal positioning yang akurat dan proses
pertukaran yang lebih nyaman karena komponen-komponen yang ada di dalamnya,
seperti positioning pin, positioning hole, positioning track, positioning slot dan sistem
kontrol PLC. Proses pelaksanaan melepas dan memasang baterai terjadi pada saat yang
bersamaan. Dengan demikian, seluruh proses penggantian baterai berlangsung sangat
cepat dan berlangsung hanya beberapa menit (di lingkungan eksperimental, kira-kira 3
menit.
C. Struktur System Penukaran baterai
Penerapan stasiun pertukaran baterai membawa perubahan yang jelas pada
pertukaran baterai EV. Fungsi spesifik dari masing-masing pelaku dan peran yang
mereka mainkan akan berubah secara konsekuen. Untuk mengurangi dampak dari
perubahan ini dan memberikan layanan penggantian baterai EV yang efektif dan efisien,
fungsi dan peran masing-masing peserta ditentukan, terutama perubahannya. Mulai dari
proses produksi baterai yang spesifik, pengisian, transportasi, penyimpanan dan
pertukaran, serta model komunikasinya.

Hubungan antara masing-masing pelaku, ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:

Gambar: Struktur penukaran Baterai EV based on battery swapping van

Layanan pertukaran baterai saat ini dengan stasiun penukaran baterai (SPBKLU)
sebagai intinya, pada dasarnya, adalah layanan pasif yang perlu menunggu pengguna
dan menukar baterai mereka. Namun, penerapan baterai swapping mobil van
menyebabkan perubahan mendasar. Ketika jumlah van penukar baterai cukup besar,
baterai dapat dikirim ke pengguna EV kapan saja dan di mana saja. Pengguna EV dapat
memilih untuk berhenti menunggu van penukar baterai atau tetap mengemudi sampai
van penukar baterai menyusul mereka. Ini akan muncul seolah-olah pengguna EV
bepergian dengan perangkat pengisian energi, yang pada akhirnya akan menghilangkan
kecemasan waktu menunggu dan kecemasan jangkauan/jarak.
Mobil Van penukar baterai dilengkapi dengan sistem penentuan posisi otomatis (GPS)
dan sistem komunikasi yang dapat berkomunikasi dengan sistem manajemen layanan
penukaran baterai dan pengguna EV melalui teknologi komunikasi nirkabel. Dengan
sistem komunikasi informasi ini, data penjadwalan permintaan layanan penggantian
baterai diterima, dan informasi terkini tentang van penggantian baterai, seperti posisi,
arah, dan penyimpanan baterai, dikirim ke sistem manajemen layanan penukaran baterai.
Selain itu, tanggapan untuk permintaan pertukaran baterai dikirim ke pengguna EV.

D. Mesin Penukar Baterai (Swapping battery) BPPT


B2TKE (Balai Besar Teknologi Konversi Energi)-BPPT pada tahun 2021 ini sedang
membuat prototipe sistem untuk stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum
(SPBKLU). Protype swapping/penukaran baterai yang sedang dikembangkan adalah
untuk penukaran baterai motor saja. SPBKLU dapat dianalogikan seperti layaknya
mengganti atau menukar air mineral galon. Dengan adanya SPBKLU bisa mempermudah
pemilik sepeda motor listrik untuk mengganti baterai yang telah habis dayanya. Sehingga
tanpa perlu menunggu baterai di charge sampai penuh.Proses dari mulai mengambil
baterai yang sudah terisi dan memasangnya kembali ke sepeda motor hanya
membutuhkan waktu sekira tiga hingga lima menit. Kecepatan dan kemudahan
penukaran baterai ini menjadi terobosan yang penting dalam pengembangan kendaraan
bermotor listrik. Berikut ini adalah gambar desain dari Kabinet Perangkat SPBKLU ang
dikembangkan oleh para perekayasa di B2TKE
Spesifikasi cabinet perangkat SPBKLU
➢ 1 Kabinet terdiri 12 loker pengisian baterai
➢ Dapat melakukan pengisian bersamaan 12 baterai
➢ Sudah dilengkapi dengan Sistem Monitoring
➢ Kebutuhan daya listrik 22 kVA, 25 A, 3 fase

Desain dari kabinet perangkat SPBKLU yang dikembangkan oleh B2TKE diperuntukan
untuk jenis baterai dengan spesifikasi berikut:

Tabel Spesifikasi Baterai Motor Listrik

No. Komponen Spesifikasi


1 Baterry Cell LG INR21700 M50T
2 Rated Voltage 72 V
3 Rated Capacity 20 Ah
4 Operating Voltage 54 V – 82 V
5 Standard Charging Current 5A
6 Maximum Charging Current 10 A
7 Standard Discharging Current 20 A
8 Dimension 410x127x118 mm
9 Socket Chogori 5+2+1 Pin
Sumber: B2TKE,2021
Baterai yang digunakan sebagai acuan pembuatan alat penukaran baterai (SPBKLU) ini
memiliki spesifikasi yang sama dengan baterai yang digunakan oleh motor GESITS, dan
diproduksi oleh WIKA Industri Manufaktur.

Untuk memberikan gambaran tentang batere tersebut, berikut adalah gambar dari batere
yang digunakan oleh motor listrik GESIT dan SPBKLU yang dikembangkan oleh B2TKE.

Gambar : Batere Motor Listrik Gesit

d.1. Prototype Perangkat Kabinet Penukaran Batere (SPKBLU)- B2TKE

Saat ini Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) sudah membuat sebuah
prototype mesin penukaran batere kendaraan roda dua (Motor Listrik) yang sudah bisa
di uji cobakan. Bentuk dari protype tersebut bisa dilihat pada gambar berikut:

Gambar: Kabinet Perangkat Penukaran Batere Listrik

Sumber: B2TKE,2021
d.2 Alur Proses Pengoperasian Perangkat Kabinet Penukaran Batere
Alur proses atau perangkat antar muka pengoperasian protoype perangkat kabinet
Penukaran Batere dapat digambarkan sebagai berikut:

Online Management System


Prototype Swapping bateery yang dikembangkan oleh tim B2TKE ini juga dilengkapi
dengan perangkat lunak system pengoperasiannya yang bisa dioperasikan dan diakses
secara online (Online Management System/OMS).
Dengan OMS para pengguna bisa menggunakan Ponselnya untuk mengakses Battery
Swapping Service/SPBKLU, meliputi informasi lokasi SPBKLU/BSS (nama, alamat),
Status locker BSS dan juga panduan untuk mencapai Lokasi SPBKLU dengan Google
Maps.

Pengguna Menggunakan Ponsel:

Pengelola administrasi SPBKLU menggunakan Personal Computer Untuk melakukan


aktivitas:
- Memonitor status SPBKLU
- Mengelola pengguna (registrasi, hapus, dsb)
- Memonitor kesehatan baterai
d.3. Komponen dari Prototype SPBKLU
Berikut ini adalah tabel dari komponen-komponen yang ada di dalam sebuah cabinet
penukaran batere yang dikembangkan oleh B2TKE beserta keterangan tentang status
produksi dari komponen tersebut, apakah sudah di produksi di dalam negeri atau masih
harus di impor.
Ada 5 Komponen utama yang terdapat dalam mesin Penukar Batere kendaraan Roda
dua, yaitu: (1) Kabinet Baterai (2) Batere Yangg digunakan oleh motor Gesit (3) Charger
baterai (4) Fast Charging dan (5) Apliasi member system
Tebel: Komponen Kabinet Mesin Penukaran Batere
No. Uraian Barang Volume Asal Barang
1 Kabinet Baterai
a Panel/Box 1 Lokal
b Sistim kunci Pintu 12 Lokal
c Sisitim RFID 1 Lokal
d Software 1 Lokal
e MCB 15 Lokal
f Fan 2 Lokal
g Kabel 1 Lokal

2 Baterai Gesit 6 Impor/Distributor


Lokal

3 Charger Battery Gesit 10 Impor/Distributor


Lokal

4 Fast Charging 2 Import/China

5 Member System
a IOT platform 1 Lokal
b Power supply 1 Impor/Distributor
Lokal
c PLC 1 Impor/Distributor
Lokal
d Tranducer 1 Impor/Distributor
Lokal
e Programming Industrial mini 1 Lokal
PC
f Display 1 Import/China
g Surge Protection 1 Impor/Distributor
Lokal
Sumber: B2TKE, 2021

Dari data pada tabel di atas, bisa dikatakan sekitar 80 % komponen yang ada dalam
mesin penukar baterai merupakan produk dari luar negeri/impor. Tingginya komponen
impor tersebut bisa dipastikan menyebabkan biaya produksinya juga tinggi. Dengan
demikian karena biaya produksinya tinggi harga jualnya juga akan tinggi jual, dan akan
sulit bersaing dengan produk sejenis buatan luar negeri.
E. Perbandingan Beberapa SPBKLU yang telah beropersi di Jakarta
Saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang beroperasi dalam penyediaan fasilitas
penukaran baterai kendaraan roda 2 ( dan juga sebagai distributor Motor Listrik), yaitu
antara lain:
1. PT. Oyika Powered Solution
Oyika adalah perusahaan startup milik Singapura yang membangun infrastruktur
pertukaran/pengisian baterai dan menawarkan solusi paket bagi konsumen di Asia
Tenggara yang mencari sepeda motor yang lebih bersih dan kompetitif dengan biaya
lebih tinggi daripada sepeda motor bensin tradisional.
Perusahaan ini meningkatkan layanan pertukaran baterai untuk sepeda motor
elektronik di Kamboja dan Indonesia. Di stasiun khusus, pengendara dapat menukar
baterai mereka yang terkuras dengan baterai yang terisi penuh.
Oyika bekerja sama dengan produsen sepeda motor listrik yang ada dan mengubah
kendaraan roda dua mereka menjadi sepeda pintar dengan menggabungkannya
dengan baterai pintar portabel Oyika, jaringan stasiun pengisian daya, dan aplikasi
seluler yang dikembangkan oleh Oyika.

Gambar . SPBKLU PT.Oyika Powered Solution

Oyika sedang melakukan uji coba di Indonesia untuk menggunakan baterai


portabelnya dengan memanfaatkan jaringan listrik ke rumah tangga di pelosok
negeri. Baterai akan bekerja dengan sistem dok rumah yang memberi daya pada
peralatan listrik. Lee mengatakan dia sedang mengerjakan ini dengan PLN, yang
menawarkan tarif listrik preferensial Oyika. Biaya berlangganan untuk layanan ini bisa
serendah USD 10 atau seitar Rp145.000 per bulan.

2. PT.Swap Energy
SWAP Energy adalah perusahaan yang membangun jaringan stasiun pertukaran
baterai (SPBKLU) berbasis kota untuk sepeda motor listrik dengan solusi IoT. 60%
penduduk Indonesia diproyeksikan tinggal di kota-kota besar yang akan tumbuh
semakin masif dan padat, semakin banyak penduduk yang tinggal di sana Data
menunjukkan polusi udara adalah yang terburuk. Penggunaan teknologi inovatif
dapat secara efektif mengubah lingkungan menjadi lebih baik, Swap mempunyai visi
dengan menukar energi untuk membantu mengubah kesehatan masyarakat
Indonesia melalui perubahan manajemen, distribusi, dan penggunaan energi
perkotaan. Oleh karenanya transportasi perkotaan dan manajemen energi harus
fokus pada penghapusan bahan bakar fosil polusi di kota-kota, untuk melakukan
energi kaya ini membuat jaringan stasiun pertukaran baterai berbasis kota dan
merancang sepeda motor listrik. Swap energy meluncurkan kendaraan listrik
berbiaya rendah yang cocok untuk dikendarai di kota.

Gambar . SPBKLU Swap Energy dan motor Smoot


Dibandingkan dengan mesin penukar baterai yang lain, Desain dari SPBKLU SWAP
Energy lebih ringkas terdiri dari 6 dan 3 Slot Baterai. Dengan ukuran desain yang
lebih kecil tersebut akan lebih memudahkan penempatan mesin penukaran baterai
karena tidak membutuhkan tempat/space yang luas. Saat ini SPBKLU Swap energy
hanya melayani penukaran baterai yang digunakan oleh Motor Smoot.

3. PT. Ezyfast Energy Pratama


Ezyfast merupakan salah satu perusahaan swasta yang bekerja sama dengan
pemerintah dalam penyediaan fasilitas SPBKLU. Pengadaan fasilitas ini juga
merupakan implementasi dari Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2020
tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Bermotor Listrik
Berbasis Baterai. Ezyfast saat ini bekerjasama dengan PT.PLN sebagai operator
penyedia listrik dan Grab Indonesia sebagai pengguna telah menyediakan sejumlah
SPBKLU di beberapa titik di wilayah Jabodetabek. Ezyfast menyediakan SPBKLU
yang dilengkapi software aplikasi yang bisa diakses oleh pengguna sepeda motor
melalu telpon seluler. Pengguna motor mengambil baterai yang hampir kosong dari
motor, melakukan scan barcode di SPBKLU, menaruh baterai di SPBKLU dengan
aplikasi yang dibuat oleh Ezyfast, mengambil baterai yang sudah terisi dari SPBKLU,
dan memasangnya kembali ke kendaraan bermotor listrik. Proses penukaran baterai
sangat singkat dan hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hingga lima menit.
Kecepatan dan kemudahan penukaran baterai ini menjadi terobosan yang penting
dalam pengembangan kendaraan bermotor listrik.
F. Kelayakan Teknis (Engineering Feasibility)
Kelayakan Teknis adalah studi teknik berdasarkan tren teknologi saat ini & masa
depan, aspek keuangan dan analisis risiko jangka panjang. Dengan adanya kelayakan
teknis, pimpinan proyek akan dapat menentukan biaya, durasi, dan risiko proyek.
Ketika melakukan Engineering feasibility pada sebuah ide/proyek yang potensial, hal
pertama yang perlu tanyakan adalah:
• Apa yang kita inginkan?
• Apa kendala anggaran, teknis dan lingkungan kita?
• Kapan kita menginginkannya?
• Risiko apa yang harus dihindari?
• Apa yang kita lihat terjadi pada industri dari produk yang akan kita buat dalam 10,
15 atau 25 tahun?

Kelayakan teknis menyoroti kebutuhan yang telah disusun dari aspek teknologi yang
akan digunakan, jika teknologi yang dikehendaki untuk pengembangan produk
merupakan teknologi yang mudah didapat, murah, dan tingkat pemakaiannya mudah,
maka secara teknis usulan kebutuhan sistem bisa dinyatakan layak (Al fatta, 2007).
Kelayakan teknis ditunjuk pada tiga pokok masalah (Jeffery L.Whitten dkk,2004) yaitu:
a. Apakah teknologi yang dipakai atau di ajukan cukup praktis?
b. Apakah saat ini kita telah mempunyai teknologi yang memadai?
c. Apakah kita mempunyai pakar teknis yang memadai?

Menilai Kelayakan Teknologi


Salah satu cara untuk menilai kelayakan teknologi adalah dengan menggunakan
pengukuran Tingkat kesiapan teknologi (TKT) / Technology Readiness Level (TRL.
Berdasarkan Peraturan Menteri Ristekdiki No 42 tahun 2016 tentang pengukuran dan
penetapan tingkat kesiapterapan teknologi, maka setiap hasil kegiatan riset dan
pengembangan teknologi harus diukur. TKT adalah tingkat kondisi kematangan atau
kesiapterapan suatu hasil penelitian (research) dan pengembangan teknologi yang
diukur secara sistematis agar dapat diadopsi oleh pengguna, baik oleh pemerintah,
industri atau masyarakat.
9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TRL, Technology Readiness Level )
TRL Penjelasan
Sistem benar-benar Aplikasi (penerapan) teknologi secara nyata dalam bentuk akhirnya dan di
teruji/terbukti melalui bawah kondisi yang dimaksudkan (direncanakan) sebagaimana dalam

9 keberhasilan pengoperasian pengujian dan evaluasi operasional. Pada umumnya, ini merupakan
bagian/aspek terakhir dari upaya perbaikan/penyesuaian (bug fixing)
dalam pengembangan sistem yang sebenarnya. Contoh-contohnya
termasuk misalnya pemanfaatan sistem dalam kondisi misi operasional.
Sistem telah lengkap dan Teknologi telah terbukti bekerja/berfungsi dalam bentuk akhirnya dan dalam
memenuhi syarat (qualified) kondisi sebagaimana yang diharapkan. Pada umumnya, TKT ini
melalui pengujian dan mencerminkan akhir dari pengembangan sistem yang sebenarnya.
8 demonstrasi dalam
lingkungan/ aplikasi
Contohnya termasuk misalnya uji pengembangan dan evaluasi dari sistem
dalam sistem persenjataan sebagaimana dirancang dalam rangka
memastikan pemenuhan persyaratan spesifikasi desainnya.
sebenarnya
Demonstrasi prototipe sistem Prototipe mendekati atau sejalan dengan rencana sistem operasionalnya.
dalam lingkungan/aplikasi Keadaan ini mencerminkan langkah perkembangan dari TKT/TRL 6,
sebenarnya membutuhkan demonstrasi dari prototipe sistem nyata dalam suatu

7 lingkungan operasional, m seperti misalnya dalam suatu peswat terbang,


kendaraan atau ruang angkasa. Contoh-contohnya termasuk misalnya
pengujian prototipe dalam pesawat uji coba (test bed aircraft).

Demonstrasi model atau Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat
prototipe sistem/subsistem menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi

6 dalam suatu lingkungan yang


relevan
secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari
teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang
belum terintegrasi ataupun mewakili.
Validasi kode, komponen Keandalan teknologi yang telah terintegrasi (breadboard technology)
dan/atau breadboard meningkat secara signifikan. Komponen-komponen teknologi yang
validation dalam suatu mendasar diintegrasikan dengan elemen-elemen pendukung yang

5 lingkungan simulasi cukup realistis sehingga teknologi yang bersangkutan dapat diuji dalam
suatu lingkungan tiruan/simulasi. Contoh-contohnya misalnya integrasi
komponen di laboratorium yang telah memiliki keandalan tinggi ('high
fidelity') .
Validasi kode, komponen Komponen-kompoenen teknologi yang mendasar diintegrasikan untuk
dan/atau breadboard memastikan agar bagian-bagian tersebut secara bersama dapat
validation dalam lingkungan bekerja/berfungsi.Keadaan ini masih memiliki keandalan yang relatif
4 laboratorium rendah dibanding dengan sistem akhirnya. Contoh-contohnya misalnya
integrasi piranti/perangkat keras tertentu (sifatnya ad hoc ) di
laboratorium.
Pembuktian konsep (proof-of- Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat
concept) fungsi dan/atau menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi

3 karakteristik penting secara


analitis dan eksperimental
secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari
teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang
belum terintegrasi ataupun mewakili.
Formulasi konsep dan/atau Invensi dimulai. Saat prinsip-prinsip dasar diamati, maka aplikasi
aplikasi teknologi praktisnya dapat digali/dikembangkan. Aplikasinya masih bersifat

2 spekulatif dan tidak ada bukti ataupun analisis yang rinci yang
mendukung asumsi yang digunakan. Contoh-contohnya masih terbatas
pada studi makalah.
Prinsip dasar dari teknologi Tingkat terendah dari kesiapan teknologi. Riset ilmiah dimulai untuk
diteliti dan dilaporkan diterjemahkan kedalam riset terapan dan pengembangan. Contoh-
1 contohnya misalnya berupa studi makalah menyangkut sifat-sifat dasar
suatu teknologi (technology's basic properties) .
Sumber : Graettinger, et al., (2002).
TKT menunjukan tahapan kesiapan teknologi. TKT dibagi dalam skala 1 (satu) sampai
dengan 9. (Sembilan).

Skala 1, menunjukan prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan.


Skala 2, menunjukan formulasi konsep dan/atau aplikasi formulasi.
Skala 3, menunjukan pembuktian konsep fungsi dan/atau karakteristik penting secara
analitis dan eksperimental.
Skala 4, menunjukan validasi komponen/subsistem dalam lingkungan laboratorium.
Skala 5, menunjukan validasi komponen/subsistem dalam suatu lingkungan yang
relevan.
Skala 6, menunjukan demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam suatu
lingkungan yang relevan.
Skala 7, menunjukan demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan sebenarnya.
Skala 8, menunjukan sistem telah lengkap dan handal melalui pengujian dan
demonstrasi dalam lingkungan sebenarnya.
Skala 9, menunjukan sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan
pengoperasian.

Pengukuran tingkat kesiapan teknologi dilakukan dengan menggunakan Tekno-Meter.


Tekno-Meter adalah sebuah perangkat lunak (software) berbasis spreadsheet dari
Microsoft Excel yang menghimpun beberapa pertanyaan standar untuk setiap tingkatan
dan menampilkan TKT yang dicapai secara grafis. Perangkat lunak ini cukup
membantu dalam proses pengukuran TKT (yang dapat dilakukan berulang). Tekno-Meter
dapat memberikan gambaran sesaat (snap shot) tentang status kematangan teknologi
pada waktu tertentu. Di samping itu juga dapat untuk mengevaluasi proses historis
pencapaian kesiapan/kematangan teknologi dari program pengembangan yang
dilakukan dalam suatu teknologi. Pengukuran tingkat kesiapan teknologi dapat dilakukan
secara mandiri (self assessment) dimaksudkan untuk memetakan kapasitas dan
kapabilitas teknologi. Upaya ini dirintis pertama kali oleh William Nolte beserta timnya di
AFRL Amerika Serikat (Air Force Research Laboratory) pada tahun 2005,
mengembangkan “kalkulator” penghitung yang disebut TRL Calculator. Alat ini
merupakan peranti lunak untuk menerapkan konsep tingkat kesiapan teknologi yang
dikembangkan NASA dalam program-program pembangunan teknologinya. Pada TRL
Calculator ini terdapat sejumlah pertanyaan standar untuk setiap tingkatan. Tetapi perlu
diingat bahwa pada penggunaan untuk teknologi tertentu, diperlukan customization
terhadap kumpulan pertanyaan standar pada setiap tingkat, sehingga sesuai dan relevan
dengan teknologi tersebut. TRL Calculator juga memungkinkan pengukuran ketiga “jenis”
teknologi, baik berupa perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan
keduanya. Metode pengukuran tingkat kesiapan teknologi dengan TRL Calculator
mencoba mengukur kesiapan teknologi dalam “multi dimensi”. Alat ini kemudian
dikembangkan dan sejauh mungkin disesuaikan dengan kondisi Indonesia kemudian
dimodifikasi menjadi Tekno-Meter.

Kelayakan Teknologi Mesin Penukar Baterai (SPBKLU) BPPT- B2TKE


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Perekayasa B2TKE yang terlibat,
pengembangan SPBKLU sampai saat ini belum pernah dilakukan pengukuran TKT oleh
pihak luar yang tersertifikasi. Namun self-assessment atau pengukuran secara mandiri
telah dilakukan. Pada Prototype SPBKLU-B2TKE ada 2 bagian yang dilakukan penilaian,
yaitu prototype charging swap batere (Battery Swap Cabinet) dan Software nya
(Charging/Online management system).
Dari penilaian yang dilakukan secara mandiri, tim pengembang SPBKLU dari B2TKE
menyatakan bahwa TKT dari mesin penukar (swap) batere yang mereka Kembangan
sudah ada di skala antara 5 untuk prototype Battery Swap Cabinet dan 5 untuk Charging
management systemnya (Model atau Prototipe telah diuji dalam lingkungan yang
relevan). Protoype battery swap cabinet sudah dilakukan pengujian fungsi dan
menunjukkan prototype dapat berfungsi. Perlu Pengujian lanjutan terhadap kinerja
fungsi.Pembuatan prototipe CMS juga sudah selesai proses integrasinya, Pengujian
fungsi sudah dilakukan dan menunjukan prototipe dapat berfungsi berdasarkan data
informasi hasil pengembangan, analisis kondisi output dan aktivitas pengujian yang telah
dilakukan.
Kesimpulan dan Saran
1. Pengujian fungsi dari SPBKLU yang dikembangkan B2TKE sudah dilakukan dan
menunjukan prototipe dapat berfungsi.
2. Komponen yang digunakan oleh SPBKLU B2TKE sebagian besar (+/- 80%) masih
menggunakan komponen impor, oleh karenanya pengembangan teknologi
SPBKLU perlu terus dilakukan supaya tidak hanya mengandalkan teknologi dari
luar (impor). Pengembangan teknologi untuk berbagai komponen yang digunakan
pembuatan SPBKLU dan secara bertahap.
3. Tingkat kesiapan teknologi dalam pengembangan Battery swap cabinet SPBKLU
berdasarkan hasil self assessment menunjukan nilai 5, karenanya diperlukan
perbaikan terhadap ketersedian peralatan dan objek uji, dukungan proses
integrasi yang didukung kebijakan supply chain penggunaan sumberdaya dalam
negeri (TKDN).
4. Tingkat kesiapan teknologi dalam pengembangan Online/charging management
System SPBKLU berdasarkan hasil self-assessment menunjukan nilai 5,
karenanya diperlukan perbaikan terhadap ketersedian peralatan dan objek uji,
dukungan proses integrasi yang didukung kebijakan supply chain penggunaan
sumberdaya dalam negeri (TKDN). Untuk itu diperlukan perbaikan terhadap fungsi
yang optimal dan percepatan yang didukung oleh kebijakan riset kolaboratif
dengan Lembaga litbangjirap lain termasuk industri.

Anda mungkin juga menyukai