Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT MENINGITIS

Di Ajukan Untuk Memenuhi Penugasan


Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pengajar : Andan Firmansyah, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh :
Alda Nurani A. NIM : 2001277004
Halidah Fauziah NIM : 2001277013
Sinta Siti R. NIM : 2001277038
Sultan Al-Adami NIM : 2001277040
Vina Aprelia NIM : 2001277044

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl. K.H Ahmad Dahlan No.20 Ciamis
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS

A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab meningitis
bakterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cedera traumatik atau secara tidak
langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal
(CSS). Berbagai agens dapat menimbulkan inflamasi pada meninges termasuk bakteri,
virus, jamur, dan zat kimia (Betz, 2009).
Meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak (termasuk durameter,
arachnoid, dan piameter) (Harold, 2005).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi, 2006).
B. Etiologi
 ISNA
 Otitis media
 Mastoiditis
 Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain
 Prosedur bedah saraf baru
 Trauma kepala
 Pengaruh imunologis
C. Manifestasi klinis
 Neonatus: menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, tonus
otot melemah, menangis lemah.
 Anak-anak dan remaja: demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori,
kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma,
kaku kuduk, tanda kernig dan brudinzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi
meningococal) (Nurarif, 2013)
D. Patofisiologi
Meningitis disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk dan menginflamasi lapiran
sekeliling otak dan medula spinalis. Organisme penyebab meningitis masuk melalui aliran
darah, melintasi sawar darah sampai menuju otak. Kemudian memicu timbulnya reaksi
inflamasi dimeningens. Bakteri atau virus melepaskan endotoksin ke aliran darah yang
masuk ke sistem vaskuler dan menyebar dipembuluh darah otak. Inflamasi terjadi pada
lapisan subaracnoid dan pia meter tanpa mengenal agen penyebabnya yang seringkali
menimbulkan demam, kemudian dapat menimbulkan keringat yang berlebih. Suhu tubuh
yang biasanya terjadi pada klien meningitis lebih dari 38-41 derajat celcius yang menjadi
gejala awal pada penyakit meningitis. Pada meningitis terjadi peningkatan jumlah leukosit
dan neutrofil akibatnya terjadi peningkatan produksi eksudat purulen dan obstruksi pada
aliran cairan cerebrospinal. Obstruksi tersebut dapat mengakibatkan edema otak. Edema
otak akan memicu terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai dengan
munculnya gejala mual dan muntah, sakit kepala baik tingkat ringan sedang maupun berat,
dan iritasi meningeal. Kenaikan tekanan intrakranial dan edema cerebri mengakibatkan
terjadi penurunan kesadaran. Sehingga mengakibatkan aliran o2 ke otak berkurang dan
klien akan mengalami penurunan kesadaran seperti delirium, sopor berat dan koma.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fungsi Lumbal
Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat
tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
 Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah
putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
 Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri.
2. Pemeriksaan Darah
Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar
glukosa,kadar ureum, elektrolit dan kultur.
 Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu, pada
Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
 Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan Radiologis
 Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan
CT Scan.
 Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal,
gigi geligi) dan foto dada (Smeltzer, 2002).
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologis
 Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
 Steroid untuk mengatasi inflamasi
 Antipiretik untuk mengatasi demam
 Antikonvulsant untuk mencegah kejang
 Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa dipertahankan
 Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Peritoneal Shunt)
Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk
membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya
cairan serbrospinal
2. Terapi Non-Farmakologis
 Pasien di isolasi
 Pasien di istirahatkan/bedrest
 Control hipertermia dengan kompres
 Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi.
G. Komplikasi
 Hidrosefalus ostruktif
 Meningococcal friderichsen (mengingocemia)
 Sindrom waater friderichsen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal)
 SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone)
 Efusi subdural
 Kejang
 Edema dan herniasi serebral
 Cerebral palsy
 Gangguan mental
 Gangguan belajar
 Attention deficit disorder
H. Pathway

Faktor-faktor predisposisi mencakup: ISNA, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis

Faktor-faktor
Invansi Pathogen predisposisi
ke jaringan mencakup:
selebral ISNA,nasofaring
melalui vena otitis media, mastoiditis,
posterior, anemia
telinga bagianseltengah
sabit dan
dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah
saluransaraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis
mastoid

Faktor-faktor
Faktor-faktor predisposisi
predisposisi mencakup:
mencakup: ISNA,
ISNA, otitisotitis media,
media, mastoiditis,
mastoiditis, anemia
anemia sel sabit
sel sabit dan dan
hemoglobinopatis
hemoglobinopatis lain,lain, prosedur
prosedur bedah
bedah sarafsaraf
baru,baru, trauma
trauma kepala
kepala dan dan pengaruh
pengaruh imunologis
imunologis
Reaksi peradangan jaringan serebral

Gannguan metabolism serebral Hipoperfusi


Eksudat meningen

Thrombus daerah korteks dan aliran


darah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel,


dan nekrosis pembuluh darah

Infeksi /septicemia jaringan otak

Iritasi meningen

Perubahan fisiologis
Sakit kepala dan demam
intrakrnial

Peningkatan
Hipertermia Nyeri Akut permeabilitas darah ke
(D. 0077) Edema serebral dan
(D. 0130) otak
peningkatan TIK

Penekanan area Adhesi Perubahan Bradikardi


Perubahan tingkat
fokal kortikal menyebabkan gastrointestinal
kesadaran, perubahan
kelumpuhan prilaku, disorientasi,
saraf Penurunan
Regiditas nukal, fotofobia, peningkatan Mual dan Curah Jantung
tanda kerning sekresi ADH muntah (D. 0008)
dan Brudzinki Koma
positif
Kelemahan fisik Resiko Defisit
Kejang Kematian Nutrisi (D. 0032)
Intoleransi
Aktivitas (D. 0056)
Resiko Cedera Berduka (D. 0081)
(D. 0136)

Ansietas
(D. 0080)
I. Proses keperawatan
a. Pengkajian
Adapun pengkajian yang sistematis pada sistem hamatologi (leukemia) meliputi :
1. Biodata
 Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
 Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan sekarang
P : Paliatif (Nyeri berkurang & bertambah apabila apa)
Q : Qualitatif (Kualitas nyerinya seperti apa)
R : Region (Lokasi nyerinya dimana)
S : Skala (Skala nyeri 1-10)
T : Time (Waktu terjadi nyerinya kapan)
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
 Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
 Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum meliputi : baik, sedang, buruk.
 Tanda-tanda vital
T : Tekanan darah
P : Nadi
R : Respirasi
S : Suhu
 Antropometri
TB : Tinggi badan
BB : Berat badan
5. Sistem pernafasan
Frekuensi pernapasan, bersihan jalan napas, gangguan pola napas, bunyi tambahan
ronchi dan wheezing.
6. Sistem kardiovaskuler
Anemis atau tidak, bibir pucat atau tidak, denyut nadi, bunyi jantung, tekanan darah dan
capylary reffiling time.
7. Sistem pencernaan
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi abdomen apakah
mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus adakah meningkat atau tidak.
8. Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala, extermitas atas dan ekstermitas bawah.
9. Sistem integumen
Rambut : Warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau tidak.
Kulit : Warna, temperatur, turgor dan kelembaban.
Kuku : Warna, permukaan kuku, dan kebersihannya.
10. Sistem endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, suhu tubuh dan ekskresi urine.
11. Sistem indera
Mata : Lapang pandang dan visus.
Hidung : Kemampuan penciuman.
Telinga : Keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
12. Sistem reproduksi
Observasi keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
13. Sistem neurologis
 Fungsi cerebral.
 Status mental : orientasi, daya ingat dan bahasa.
 Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma
Scale (GCS).
 Kemampuan berbicara
 Fungsi kranial : 12 Nervus
 Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
 Fungsi sensorik : Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
 Fungsi cerebrum : Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.

b. Perumusan diagnosa keperawatan


1. Nyeri Akut (D. 0077) halaman : 172
2. Hipertermia (D. 0130) halaman : 284
3. Penurunan Curah Jantung (D. 0008) halaman : 34
4. Intoleransi Aktivitas (D. 0056) halaman : 128
5. Ansietas (D. 0080) halaman : 180
6. Berduka (D. 0081) halaman : 182
7. Resiko Cedera (D. 0136) halaman : 294
8. Resiko Defisit Nutrisi (D. 0032) halaman : 81

c. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Luaran Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri Akut (D. 0077) Kriteria Hasil :  Identifikasi lokasi,
halaman 172  Pasien menunjukkan karakteristik, durasi,
ekspresi wajah rileks frekuensi, kualitas,
 Pasien dapat tidur intensitas nyeri
atau beristirahat  Identifikasi skala nyeri
secara adekuat
 Pasien menyatakan  Identifikasi faktor yang
nyerinya berkurang memperberat dan
dari skala 5 menjadi 0 memperingan nyeri
 Pasien tidak  Monitor efek samping
mengeluh kesakitan penggunaan analgetik
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

2. Ansietas (D. 0080) Kriteria Hasil :  Identifikasi saat tingkat


halaman 180  Perilaku gelisah ansietas berubah
menurun  Monitor tanda-tanda
 Diaphoresis ansietas
menurun  Pahami situasi yang
 Kontak mata cukup membuat ansietas
membaik  Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kegelisahan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Fasilitasi keterampilan
koping untuk
menyelesaikan masalah
 Rencanakan penggunaan
keterampilan koping
adaptif untuk menghadapi
situasi krisis selanjutnya
 Latih teknik relaksasi
 Hubungkan klien dan
keluarga dengan sumber
komunitas,
 Jelaskan kemampuan yang
dapat digunakan untuk
menyelesaikan situasi saat
ini

3. Intoleransi Aktifitas Kriteria hasil : Manajemen Energi


 Kemudahan dalam Observasi:
(D.0056) halaman
melakukan aktivitas  Identifikasi gangguan
128 sehari-hari fungsi tubuh yang
 Kekuatan tubuh mengakibatkan
bagian atas dan kelelahan
bawah  Monitor pola dan jam
 Keluhan lelah tidur
menurun  Monitor kelelahan fisik
 Dispnea saat dan emosional
aktivitas menurun Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Terapeutik:
 Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
 Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4. Hipertermia (D. Termoregulasi (L. 14134) Manajemen Hipertermia (I.


0130) halaman 284 halaman 129 15506) halaman 181
Kriteria Hasil : Observasi :
 Menggigil  Identifikasi penyebab
menurun (5) hipertermia
 Suhu tubuh  Monitor suhu tubuh
membaik (5)  Monitor kadar elektrolit
 Suhu kulit Terapeutik :
membaik (5)  Sediakan lingkungan
yang dingin
 Longgarkan atau
lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
cairan & elektrolit
intravena, jika perlu

5. Penurunan Curah Curah Jantung (L. Perawatan Jantung (I. 02075)


Jantung (D. 0008) 02008) halaman 20 halaman 317
halaman 34 Kriteria Hasil : Observasi :
 Kekuatan nadi  Identifikasi tanda dan
perifer meningkat gejala primer penurunan
(5) curah jantung
 Bradikardia  Identifikasi tanda dan
menurun (5) gejala sekunder
 Tekanan darah penurunan curah jantung
membaik (5)  Monitor tekanan darah
 CRT membaik (5)  Monitor saturasi oksigen
 Monitor EKG 12
sadapan
 Monitor aritmia
 Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
Terapeutik :
 Posisikan pasien semi
fowler atau fowler
dengan kaki kebawah
atau posisi nyaman
 Berikan diet jantung
yang sesuai
 Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi :
 Anjurkan beraktivitas
secara bertahap
 Anjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program
rehabilitasi jantung

6. Berduka (D. 0081) Tingkat Berduka (L. Dukungan Proses Berduka


halaman 182 09094) halaman 134 (I. 09274) halaman 44
Kriteria Hasil : Observasi :
 Verbalisasi  Identifikasi kehilangan
menerima yang dihadapi
kehilangan  Identifikasi proses
menurun (5) berduka yang dialami
 Menangis menurun Terapeutik :
(5)  Tunjukan sikap
 Pola tidur membaik menerima dan empati
(5)  Motivasi agar mau
 Konsentrasi mengungkapkan
membaik (5) perasaan kehilangan
 Diskusikan strategi
koping yang dapat
digunakan
Edukasi :
 Jelaskan kepada pasien
dan keluarga bahwa
sikap mengingkari,
marah, tawar-menawar,
depresi dan menerima
adalah wajar dalam
menghadapi kehilangan
 Ajarkan melewati
proses berduka secara
bertahap
7. Resiko Cedera (D. Tingkat Cedera (L. Manajemen Keselamatan
0136) halaman 294 14136) halaman 135 Lingkungan (I. 14513)
Kriteria Hasil : halaman 192
 Kejadian cedera Observasi :
menurun (5)  Identifikasi kebutuhan
 Luka/lecet keselamatan
menurun (5)  Monitor perubahan
 Tekanan darah status keselamatan
membaik (5) lingkungan
 Frekuensi nadi Terapeutik :
membaik (5)  Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungan
 Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
 Gunakan perangkat
pelindung
Edukasi :
 Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
resiko tinggi bahaya
lingkungan

8. Resiko Defisit Status Nutrisi (L. 03030) Manajemen Gangguan


Nutrisi (D. 0032) halaman 121 Makan (I. 03111) halaman
halaman 81 Kriteria Hasil : 177
 Berat badan Observasi :
membaik (5)  Monitor asupan dan
 IMT membaik (5) keluarnya makanan dan
cairan serta kebutuhan
kalori
Terapeutik :
 Timbang BB secara
rutin
 Lakukan kontrak
perilaku
Edukasi :
 Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran
makanan
 Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang BB,
kebutuhan kalori dan
pilihan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily Lynn. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Herdman,T. (2009). Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2012-201. Jakarta: EGC.

Jeferson, Thomas. (2004). Ventriculoperitoneal Shunt. Thomas Jeferson University Hospital.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan.jakarta: Salemba Medika.

Satyanegara. (2010). Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Tangerang: Gramedia Pustaka Utama.

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai