Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM PERJANJIAN ATAU KONTRAK BISNIS

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis

Dosen Pengampu

ANDI RUSNI, M.M

Kelompok 2 :

EFA ROSIFA ( 20.01.031.007)


ANA SAPITRI (20.01.031.002)
MEGA PRATAMA (20.01.031.010)

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI MANAJEMEN

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas berjudul “Makalah HUKUM PERJANJIAN ATAU KONTRAK
BISNIS ” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada
Bapak ANDI RUSNI, M.M. selaku Dosen mata kuliah PENGANTAR HUKUM BISNIS yang telah memberi
arahan dan bimbingan untuk kami.

Kami menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan memohon kritik dan saran yang membangun
dari Anda demi perbaikan tugas ini di waktu yang akan datang.

Sumbawa , 06 MARET 2022

KELOMPOK 2

ii
LEMBAR PENGESAHAN

KELOMPOK 2 (Dua)

ANGGOTA : 3 Orang

NAMA :

1. EFA ROSIFA ( 20.01.031.007 )


2. ANA SAPITRI ( 20.01.031.002 )
3. MEGA PRATAMA ( 20.01.031.010 )

KELAS : MJ 20-B

PRODI : MANAJEMEN

JUDUL MAKALAH : HUKUM PERJANJIAN ATAU KONTRAK BISNIS

KETERANGAN : Makalah ini telah diperiksa dan di sahkan

PADA TANGGAL : 8 Maret 2022

Dosen pengampu

ANDI RUSNI, M.M

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................................. 2
BAB 1..................................................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................................................3
LATAR BELAKANG MASALAH.........................................................................................................................................3
RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................................................4
TUJUAN.........................................................................................................................................................................4
BAB II.................................................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................................................5
Pengertian kontrak atau perjanjian...............................................................................................................................5
Perinsip-perinsip Dasar Kontrak dan Karakteristik Kontrak...........................................................................................6
Asas penting dalam suatu perjanjian/kontrak...............................................................................................................7
Bagaimana pembuatan struktur kontrak bisnis............................................................................................................7
Penerapan perjanjian baku atau kontrak standar.........................................................................................................8
Klausula pilihan penyelesaian sengketa........................................................................................................................9
BAB III.................................................................................................................................................................................. 10
PENUTUP......................................................................................................................................................................... 10
B. Saran....................................................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................................................11

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Sistem hukum kontrak memiliki sejumlah asas diantaranya adalah asas kebebasan berkontrak. Asas
kebebasan berkontrak (partij autonomi, freedom of kontrak, contract vrijheid) yang mengakibatkan
sistem hukum perjanjian terbuka. Peraturan-peraturannya bersifat melengkapi (aanvullen, regulatory).
Kebebasan berkontrak artinya bebas menentukan isi perjanjian dan dengan siapa mengadahkan
perjanjian. Asas kebebasan berkontrak bersifat universal yang merunjuk pada adanya kehendak yang
bebas dari setiap orang untuk membuat kontrak atau tidak membuat kontrak, pembatasannya hanyalah
untuk kepentingan umum dan di dalam kontrak itu harus ada keseimbangan yang wajar. Pada
penerapannya asas kebebasan berkontrak tidak diterapkan dalam pembuatan suatu perjanjian yang
bersifat baku tetapi mengingat bahwa kontrak baku sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat dan para
pelaku usaha. Sebenarnya asas kebebasan berkontrak mengandung arti bahwa para pihak mempunyai
kebebasan dalam membuat suatu perjanjian/kontrak. Dilakukannya pembatasan-pembatasan terhadap
berlakunya “exemtion clauses” (klausul eksemsi) dalam perjanjianperjanjian baku (standard from
contract) yaitu sebagian oleh ptutusan-putusan pengadilan dan sebagian oleh ketentuan perundang-
undangan.Selain pembatasan-pembatasan yang datang dari negara yang berupa peraturan-peraturan
perundang-undangan dan dari pengadilan, sejak beberapa puluh tahun terakhir ini, asas kebebasan
berkontrak juga telah mendapat pembatasan dari diperkenalkan dan diberlakukannya perjanjian-
perjanjian baku dalam dunia bisnis. Begitu kuatnya pembatasan terhadap asas kebebasan berkontrak
sebagai akibat digunakanya perjanjian-perjanjian baku dalam dunia bisnis oleh salah satu pihak,
sehingga bagi pihak lainnya kebebasan hanyalah berupa pilihan antara menerima atau menolak syarat-
syarat perjanjian baku yang disodorkan kepadanya itu. Asas kebebasan berkontrak juga dibatasi oleh
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam hal mengenai kebebasan dalam membuat perjanjian.
Sebuah perjanjian baik dibuat secara lisan (oral) atau tertulis (written, contract) hendaknya dapat
mengekspresikan kehendak para pihak yang bersifat umum menjadi langkah-langkah atau perbuatan
yang lebih nyata guna mewujudkan tujuan dibuatnya perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Perjanjian yang dibuat oleh para pihak baik secara lisan maupun tertulis perlu mengindahkan asas-asas
hukum perjanjian, peraturan-peraturan hukum yang terkait dengan perjanjian. Asas-asas itu antara lain
yang sangat penting adalah asas kebebasan berkontrak, (freedom of contract, partij autonomie) .

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kontrak atau perjanjian?
2. Apa saja prinsip dasar kontrak dan karakteristik kontrak?
3. Apa itu asas penting pada suatu perjanjian ataupun kontrak?
4. Bagaimana pembuatan struktur kontrak bisnis?
5. Apa itu penerapan perjanjian baku atau kontrak standar?
6. Apa yang dimaksud klausa pilihan penyelesaian sengketa?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu kontrak atau perjanjian.
2. Mengetahui perinsip dasar kontrak dan karakteristik kontrak.
3. Mengetahui asas penting pada suatu perjanjian ataupun kontrak.
4. Mengetahui bagaimana pembuatan struktur kontrak bisnis.
5. Mengetahui penerapan perjanjian baku atau kontrak standar.
6. Mengetahui klausa pilihan penyelesaian sengketa.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kontrak atau perjanjian


Perjanjian adalah suatu perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
orang lain atau lebih (Pasal 1313 KUH Perdata). Definisi perjanjian yang terdapat dalam ketentuan
tersebut adalah tidak lengkap, dan terlalu luas. Tidak lengkap oleh karena yang dirumuskan itu hanya
mengenai perjanjian sepihak saja. Perjanjian memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan
kesusilaan. Hukum perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan dalam hal membuat perjanjian
(beginsel der contracts vrijheid), dalam praktek, perjanjian seringkali dilakukan dalam bentuk perjanjian
baku (standard contract), dimana sifatnya membatasi asas kebebasan berkontrak. Adanya kebebasan ini
sangat berkaitan dengan kepentingan umum agar perjanjian baku itu diatur dalam undang- undang atau
setidak-tidaknya diawasi pemerintah.

Definisi hukum kontrak menurut para ahli yang memiliki pandangan mengenai hukum kontrak sangat
banyak, salah satunya Menurut Salim H.S, yaitu definisi mengenai kontrak atau perjanjian merupakan
hukum mengenai keseluruhan antara kedua belah pihak yang saling berhubungan yang tertuang
keinginan kedua belah pihak yang ada pada dokumen tertulis agar tercapainya suatu tujuan tertentu.
Hukum kontrak disebut juga sebagai hukum pelengkap. Jika para pihak tidak melakukan pengaturan
sendiri pada perjanjian yang dibuat maka disinilah peran dari pasal yang ada pada hukum kontrak.

Kontrak merupakan suatu perjanjian tertulis, yang berarti kontrak dianggap sebagai suatu pengertian
yang lebih sempit dari sebuah perjanjian. Perjanjian diberlakukan karena terdapat perbedaan
kepentingan antara para pihak yang dengan cara bernegosiasi dirumuskan kedalam klausul-klausul yang
terdapat dalam perjanjian tersebut.( Darwin Effendi. (2016)
Dalam skala yang lebih luas kontrak merupakan sebuah kesepakatan antara dua pihak yang menjalin
kesepakatan di dalam perjanjian kontrak tersebut. Jadi pada dasarnya kontrak terdapat sebuah hubungan
antara kedua belah pihak tersebut, yang dimana berisi perjanjian yang diterbitkan bagi yang
membuatnya. Kontrak tersebut terbentuk seperti suatu rangkaian kata yang berisi sebuah kesepakatan
dan adanya kesanggupan.( R. Subekti. (2012)
Pada kontrak, terdapat juga pengertian mengenai hukum kontrak.hHukum kontrak merupakan
terjemahan darinBahasa inggris, yaitu contract of law. Hukum kontrak itu sendiri merupakan peraturan
hukum dalam masyarakat atau serangkaian kaidah hukum yang mengatur berbagai persetujuan sehingga
menimbulkan hubungan hukum antara para pihak didasari oleh kesepakatan sehingga timbulnya akibat
hukum antara pembuat kontrak tersebut.( Meriana Utama dan Arfiana Novera. (2014)

Menurut Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa seluruh persetujuan yang
dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang yang membuatnya, asal tidak bertentangan dengan
kesusilaan dan ketertiban hukum. Ketentuan pada pasal tersebut yang dimaksud bahwa para pihak diberi
suatu kebebasan membuat ataupun tidak membuat suatu perjanjian, dengan menentukan isi perjanjiian

5
berserta persyaratan-persyaratan yang bentuk perjanjiannya bisa dilakukan secara tertulis ataupun secara
lisan.
Berdasarkan hal tersebut suatu kontrak/perjanjian antara kedua belah pihak yang sepakat dapat
menimbulkan suatu hubungan hukum, baik itu secara tulisan ataupun lisan. Perjanjian juga akan menjadi
undang-undang atau hukum yang mengikat para pihak yang bersepakat. Oleh sebab itu, bagi para pihak
yang sudah melakukan perikatan dan telah disepakati, harus ditaati dan dilaksanakannya isi dari
perjanjian tersebut.( Muhammad Sjaiful. (2015)

B. Perinsip-perinsip Dasar Kontrak dan Karakteristik Kontrak

 Perinsip-perinsip dasar kontrak


1. Prinsip kesepakatan
Meskipun dalam suatu kontrak baku disangsikan adanya kesepakatan kehendak yang benar-benar seperti
diinginkan oleh para pihak, tetapi kedua belah pihak akhirnya juga menandatangani kedua kontrak
tersebut. Dengan penandatanganan tersebut, maka dapat diasumsi bahwa kedua belah pihak telah
menyetujui isi kontrak tersebut, sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata sepakat telah
terjadi.
2. Prinsip Asumsi Resiko
Dalam suatu kontrak setiap pihak tidak dilarang untuk melakukan asumsi resiko. Artinya bahwa jika
ada resiko tertentu yang mungkin terbit dari suatu kontrak tetapi salah satu pihak bersedia
menanggung Risiko tersebut sebagai hasil dari tawar menawarnya, maka jika memang risiko tersebut
benar-benar terjadi, pihak yang mengasumsi risiko tersebutlah yang harus menagunggung risikonya.
Dalam hubungan dengan kontrak baku, maka dengan menandatangani kontrak yang bersangkutan,
berarti segala risiko apapun bentuknya akan ditanggung oleh pihak yang menandatanganinya sesuai isi
dari kontrak tersebut.
3. Prinsip Kewajiban membaca
Sebenarnya, dalam ilmu hukum kontrak diajarkan bahwa ada kewajiban membaca (duty to read) bagi
sertiap pihak yang akan menandatangaini kontrak. Dengan demikian jika dia telah menandatangani
kontrak yang bersangkutan, hukum mengasumsikan bahwa dia telah membacanya dan menyetujui apa
yang telah dibacanya.
4. Prinsip Kontrak mengikuti kebiasaan
Memang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bahwa banyak kontrak dibuat secara baku. Karena
kontrak baku tersebut menjadi terikat, antara lain juga karena keterikatan suatu kontrak tidak hanya
terhadap kata-kata yang ada dalam kontrak tersebut, tapi juga terhadap hal-hal yang bersifat kebiasaan.
Lihat pasal 1339 KUH Perdata Indonesia. Dan kontrak baku merupakan suatu kebiasaan sehari-hari
dalam lalu lintas perdagangan dan sudah merupakan suatu kebutuhan masyarakat,sehingga eksistensinya
mestinya tidak perlu dipersoalkan lagi

 Karakteristik kontrak
Ciri-ciri suatu kontrak hukum bisa dilihat pada adanya sebuah kesepakatan bersama (mutual consent)
para pihak. Kesepakatan inilah yang merupakan karakteristik dalam pembuatan perjanjian yang berupa
6
sebuah niat yang dapat diungkapkan kepada pihak lain. Hukum menjadi dasar adanya transaksi bisnis
dan memberikan perlindungan hukum, karena itu pada hukum kontrak tersebut sangatlah penting di
dalam sebuah perekonomian suatu negara yang berdampak kepada peradaban manusia yang lebih
baik.Hal ini bahwa semua perjanjian yang melekat pada kontrak tersebut berlaku secara sah bagi para
pihak yang membuatnya yang didasarkan pada asas pacta sunt servanda.

C. Asas penting dalam suatu perjanjian/kontrak


Terdapat 4 asas penting pada suatu perjanjian ataupun kontrak yaitu asas kebebasan konsensualisme,
asas kebebasan kontrak, acta pacta sun servanda, dan asas itikad baik yang akan dijelaskan sebagai
berikut
 Asas konsensualisme
Merupakan perjanjian yang dibuat oleh dua orang atau lebih yang sudah mengikat sehingga
melahirkan kewajiban bagi salah satu pihak dalam perjanjian tersebut setelah mencapai
ksepakatan diantara kedua pihak.
 Asas kebebasan Kontrak
Seseorang pada dasarnya bisa membuat perjanjian dengan isi yang bebas akan tetapi tidak
melawan undang-undang, ketertiban umum, kesusilaan. Kemudian yang dimaksud dengan
undang-undang tersebut merupakan paraturan perundangundangan yang memiliki sifat
memaksa.
 Acta pacta sun servanda
Asas ini merupakan sebagai pengikat dalam suatu perjanjian, yang berarti bahwa para pihak yang
membuat perjanjian tersebut terikat didalam sebuah kesepakatan pada perjanjian yang telah
mereka buat. Dengan demikian, perjanjian tersebut yang sudah diperbuat akan berlaku sah bagi
pembuatnya oleh para pihak yang menbuat kontrak itu tersebut.
 Asas itikad baik
Asas ini memiliki arti bahwa pada pelaksanaan perjanjian harus berdasarkan itikad baik. Itikad
baik terdapat pada Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata. Itikad baik bisa dibedakan dalam arti
pengertian secara subjektif maupun objektif. Itikad baik dalam segi subjektif, berarti perlu
adanya sebuah kejujuran, karena kejujuran sangar erat dengan sikap batin seseorang pada saat
membuat perjanjian. Pada segi objektif harus berdasarkan kepada kepatutan, yang berhubungan
dengan pelaksanaan perjanjian atau pemenuhan prestasi.

D. Bagaimana pembuatan struktur kontrak bisnis


Pembuatan suatu perjanjian pada kontrak minimal harus dicantumkan beberapa hal di dalam kontrak
tersebut. Menurut penulis pembuatan suatu perjanjian pada kontrak harus didasari sebagai berikut:

1) Kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut;


2) Apa yang menjadi objek di dalam kontrak tersebut;
3) Jangka waktu itu berahkir;
4) Kentuan mengenai ingkar janji atau pelangaran bagi mereka yang tidak melaksanakan sesuai dengan isi
kontrak tersebut;
7
5) Ketentuan mengenai keadaan yang di luar paksaan (overmacht);
6) Mekanisme penyelesaian apabila terjadi perselisihan;
7) Dan terahkir tandatangan oleh pihak yang bersangkutan.

Anatomi yang dari kontrak yang dibuat oleh pihak-pihak yang bersangkutan memiliki sebuah rumusan
yang terstruktur. Struktur mengenai rangkaian yang berupa:

a) Judul Kontrak,
Pada judul harus jelas, padat dan singkat sehingga diberikan sebuah gambaran perjanjian yang akan
dibuat.
b) Awal Kontrak,
Pembuatan awal kontrak harus singkat serta memberikan rangkaian perkataan pembuka, serta tanggal
dimulainya kontrak tersebut sebagai bukti dan perbuatan hukum ara pihak yang dituangkan dalam
kontrak tersebut.
c) Para pihak,
Pihak-pihak yang bersangkutan mengikat diri pada suatu perjanjian.
d) Premis.
Apa yang melatar belakangi perjanjian yang dibuat, sehingga terjadi bagaimana kesepakatan dalam
kontrak tersebut terjadi harus diuraikan secara singkat.
e) Isi kontrak
Pada tahap ini, isi pada suatu perjanjian diwakili pasal-pasal sertapada tiap pasal diberikan judul.IIsi
pada suatu perjanjian kontrak meliputi tiga (3) yakni sebagai berikut: accidentalia, naturalia, dan
essensali. Terdapat pula unsur yang tidak kalah penting harusnya terdapat sebuah penyebutan tentang
bagaimana mekanisme penyelesaian mengenai perselisihan ataupun sengketa.
f) Akhir kontrak (penutup),
Pada tahap terahkir penyelesaian dilakukan dengan adanya pengesahan pihakpihak yang bersangkutan
serta juga terdapat saksi pada perjanjian kontrak tersebut.

E. Penerapan perjanjian baku atau kontrak standar


Dalam penerapannya kontrak baku, dikenal 4 (empat) cara atau metode dalam memberlakukan syarat-
syarat baku dalam suatu kontrak baku, antara lain:
1. Penandatangan perjanjian kontrak dokumen perjanjian kontrak baku memuat secara lengkap dan rinci
syarat- syarat perjanjian kontrak baku. Ketika membuat kontrak baku, dokumen tersebut diberikan
kepada konsumen untuk dibaca dan ditandatangani. Dengan penandatangan itu, maka konsumen
menjadi terikat pada syarat- syarat baku yang terdapat pada perjanjian kontrak baku tersebut.
2. Pemberitahuan melalui dokumen perjanjian menurut kebiasaan yang berlaku, syaratsyarat baku dicetak
diatas dokumen perjanjian yang tidak ditandatangani oleh konsumen, misalnya surat penerimaan, surat
pesanan dan nota pembelian. Syarat-syarat baku tersebut diberitahukan melalui dokumen perjanjian.

8
3. Penunjukan dalam dokumen perjanjian dokumen perjanjian dalam hal ini tidak memuat atau menuliskan
mengenai syarat-syarat baku melainkan hanya menunjuk kepada syaratsyarat baku, misalnya dalam
dokumen jual beli perdagangan ditunjuk suatu syarat penyerahan barang secara free on board berarti
syarat baku mengenai penyerahan tersebut berlaku dalam perjanjian tersebut.
4. Pemberitahuan melalui papan pengumuman syarat-syarat baku dapat dijadikan bagian dari isi perjanjian
dengan cara pemberitahuan melalui papan pengumuman. Dalam hal ini papan pengumuman harus
dipasang ditempat yang jelas, mudah dibaca sebelum perjanjian dibuat. Jika dilihat dari keempat metode
diatas bahwa ketika konsumen melakukan penandatanganan atas kontrak baku yang ditawarkan
kepadanya maka itu berarti konsumen tersebut menyetujui ketentuan-ketentuan perjanjian yang ada
didalam kontrak baku tersebut.

F. Klausula pilihan penyelesaian sengketa


Dalam hal menyelesaikan suatu sengketa dalam kontrak diperlukan klausula dan tahapan-tahapan
klausula, sebagi berikut:
1) Klausula Perundingan
Langkah terpuji untuk menyelesaikan sengketa adalah terlebih dahulu melakukan perundingan. Namun
karena perundingan mungkin menjadi peroses yang betele-tele, sangat penting untuk menentukan jangka
waktu perunding( kapan perundingan dikatakan imprasse), demikian juga harus ditentukan proses
penyelesaian sengketa selanjutnya setelah terjadi impasse.
2) Klausa perundingan tingkat tinggi
Jika perundingan antar pejabat-pejabat “kelas menengah” gagal menyelesaikan sengketa, sebaiknya
dicoba untuk melanjutkan perundingan yang dilakukan oleh pejabat “kelas berat”. Dalam hal ini direktur
dari pihak-pihak yang bersengketa. Hanya jika perundingan tingkat tinggi dan gagal juga barulah
ditempuh prosedur perundingan dengan perantara mediator.
3) Klausula mediasi (belum menunjuk mediator)
Pengalaman telah menunjukan bahwa keterlibatan mediatar yang tidak memihak dapat membantu para
pihak yang bersengketa untuk menyelesaika sengketa sebelum timbul sengketa,yaitu dalam
kontrak,walaupun dimungkinkan juga untuk membuat perjanjian mediasi setelah timbul sengketa.
4) Klausula medias ( sudah menunjukan Mediator )
Proses mediasi akan mudah lebih mudah di mulai,jika para pihak telah dapat menyetujui mediatornya
sebelum sengketa timbul dengan perkataan lain nama mediator telah dicantumkan dalam klausula
mediasi dalam konflik,dikatakan ‘’lebih mudah’’ karena para pihak tidak perlu bersengketa lagi untuk
memilih mediatornya yang akan membantu menyelesaikan sengketa mereka.mediatorpun dapat
menjaga agar dirinya tidak memiliki conflic of interest dengan para pihak sejak penunjukkannya
5) Klausula mediasi dengan arbitrase
Klausula mediasi dan arbitrase dapat dibuat secara terpisah,namun dimungkinkan untuk membuat satu
klausula singkat yang mengatur mediasi sekaligus arbitrase,tentunya jika prosedur dan institusi mediasi
dan arbitrasenya jelas dicantumkannya dalam klausula tersebut.

9
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan

Perjanjian adalah suatu perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
orang lain atau lebih (Pasal 1313 KUH Perdata). Hukum perjanjian di Indonesia menganut asas
kebebasan dalam hal membuat perjanjian (beginsel der contracts vrijheid), dalam praktek, perjanjian
seringkali dilakukan dalam bentuk perjanjian baku (standard contract), dimana sifatnya membatasi asas
kebebasan berkontrak. Adanya kebebasan ini sangat berkaitan dengan kepentingan umum agar
perjanjian baku itu diatur dalam undang- undang atau setidak-tidaknya diawasi pemerintah.

Definisi hukum kontrak menurut para ahli yang memiliki pandangan mengenai hukum kontrak sangat
banyak, salah satunya Menurut Salim H.S, yaitu definisi mengenai kontrak atau perjanjian merupakan
hukum mengenai keseluruhan antara kedua belah pihak yang saling berhubungan yang tertuang
keinginan kedua belah pihak yang ada pada dokumen tertulis agar tercapainya suatu tujuan tertentu.
Hukum kontrak disebut juga sebagai hukum pelengkap. Jika para pihak tidak melakukan pengaturan
sendiri pada perjanjian yang dibuat maka disinilah peran dari pasal yang ada pada hukum kontrak.

Terdapat 4 prinsip dasar kontrak yaitu; 1) prinsip kesepakatan, 2) prinsip asumsi resiko, 3) prinsip
kewajiban membaca, dan 4) mengikuti kebiasaan.

Terdapat 4 asas penting pada suatu perjanjian ataupun kontrak yaitu; 1) asas kebebasan konsensualisme,
2) asas kebebasan kontrak, 3) acta pacta sun servanda, dan 4) asas itikad baik.

Struktur kontrak bisnis harus terdapat hal berikut yaitu: 1) judul kontrak, 2) awal kontrak, 3) para pihak,
4) premis, 5) isi kontrak,6) akhir kontrak.

Dalam penerapannya kontrak baku, dikenal 4 (empat) cara atau metode dalam memberlakukan syarat-
syarat baku dalam suatu kontrak baku

Dalam hal menyelesaikan suatu sengketa dalam kontrak diperlukan klausula dan tahapan-tahapan
klausula yaitu; 1) klausula perundingan, 2) perundingan tingkat tinggi, 3) klausula mediasi( belum
menunjuk mediator), 4) klausula mediasi (sudah menunjuk mediator), 5) klausula mediasi dengan
arbitrase.

B. Saran
Kami menyadari bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

10
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Effendi, Darwin. (2016). Efektifitas Memorandom Of Understanding (MoU) Dalam Pembuatan


suatu Perjanjian di Bidang Pendidikan Studi Kasus di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Mandala, Subianta. (2012). Pembaharuan Hukum Kontrak Indonesia dalam Kerangka


Harmonisasi Hukum Kontrak Asean.

Noor, Muhammad. (2015). Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Perikatan Dalam Pembuatan


Kontrak. Vol. XIV, No.1,

Sjaiful, Muhammad. (2015). Karakteristik Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian


Berbasis Syariah.

HS. Salim, Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUH Perdata, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006

Ali, Mochtar Chindir, Pengertian-Pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata, Mandar


Maju, Bandung, 1993.

Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan Dalam KUH Perdata Buku Ketiga, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2015, hlm. 84

Budino, Herlien. (2010). Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di bidang
Kenotariatan, bandung: Citra Aditya.

HS, Salim. (2011). Hukum Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.

http://menujuhukum.blogspot.com/2013/10/hukum-perjanjian.html

http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-kontrak/

11

Anda mungkin juga menyukai