PENDAHULUAN
Secara umum definisi Ilmu Ekonomi adalah ialah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana manusia memenuhi
kebutuhan yang bersifat terbatas.
Dalam definisi Ilmu Ekonomi, terkandung pengertian bahwa:
- Ilmu tentang bagaimana manusia memenuhi kebutuhan.
- Ilmu ekonomi adalah ilmu tentang pilihan (science of choices).
- Ilmu tentang cara pengalokasian sumber daya yang terbatas.
Pada umumnya pembagian ilmu ekonomi secara garis besarnya dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Ilmu Ekonomi Mikro.
2. Ilmu Ekonomi Makro.
Dalam ilmu ekonomi mikro ada tiga macam kegiatan ekonomi:
1. Kegiatan Produksi
2. Kegiatan Konsumsi
3. Kegiatan Distribusi
1
suatu masyarakat membuat keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan
suatu kegiatan ekonomi. Perlunya individu, perusahaan dan masyarakat untuk
membuat pilihan yang terbaik untuk melakukan kegiatan ekonomi karena adanya
permasalahan pokok perekonomian yaitu kekurangan/kelangkaan.
Kekurangan atau kelangkaan berlaku sebagai akibat dari ketidak
seimbangan antara kebutuhan masyarakat dengan faktor-faktor produksi yang
tersedia dalam masyarakat. Disatu pihak, dalam setiap masyarakat selalu terdapat
keinginan yang relatif tidak terbatas untuk menikmati berbagai jenis barang dan
jasa yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sebaliknya dilain pihak, sumber-
sumber daya atau faktor-faktor produksi yang dapat digunakan untuk
menghasilkan barang-barang tersebut adalah relatif terbatas. Oleh karenanya
masyarakat tidak dapat memperoleh dan menikmati semua barang yang mereka
butuhkan atau inginkan, mereka perlu membuat pilihan (choises). Disini manusia
bersifat rasional artinya pertimbangan menurut prinsif ekonomi dan untung rugi.
Oleh karena itu ekonomi akan memandang bahwa alat pemuas kebutuhan akan
dinilai berdasarkan alternative penggunaannya untuk kesempatan yang lain
diistilahkan Opportunity Cost (Biaya Kesempatan). Jadi ilmu ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan
pilihan atas sumber daya yang langka dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.
2
Kurva Kemungkinan Produksi
Keterangan
3
Gambar 1.1
Siklus Lingkaran Kegiatan Ekonomi
(Model Sederhana)
4
E. Peranan Teori Mikroekonomi
1. Teori mikro ekonomi dipakai dasar untuk membuat ramalan bersyarat.
Misal, model permintaan dan penawaran. Jika kemiringan kurva permintaan
negatif dan kemiringan kurva penawaran positif, maka kenaikan harga diatas
harga keseimbangan akan menimbulkan surplus di pasar.
2. Dapat diterapkan pada kebijakan ekonomi
3. Dapat dimanfaatkan oleh perusahaan didalam pengambilan keputusan.
5
BAB II
PERMINTAAN DAN PENAWARAN
A. PERMINTAAN
1. Definisi Permintaan
Adalah jumlah barang yang dibeli oleh konsumen dalam berbagai
kemungkinan harga yang berlaku di pasar dalam suatu periode tertentu.
Ada 3 jenis permintaan (menurut Cooper)
a. Permintaan efektif (actual demand)
Adalah jumlah orang yang sedang menikmati fasilitas periwisata (orang
yang melakukan perjalanan wisata)
b. Permintaan tertahan (suppressed demand)
- Permintaan potensial
- Permintaan tertunda
c. Tidak ada permintaan
2. Hukum permintaan
Adalah apabila harga suatu barang naik maka jumlah yang diminta
menjadi berkurang dan sebaliknya apabila harga suatu barang turun maka
jumlah yang diminta bertambah dengan asumsi faktor-faktor lainnya tidak
berubah (ceteris paribus).
6
Permintaan dapat dibedakan menjadi dua:
1. Permintaan Perseorangan
Adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang/individu
tertentu terhadap suatu barang.
2. Permintaan Pasar
Adalah permintaan yang dilakukan oleh semua orang dalam pasar.
3. Schedule Permintaan
Adalah suatu daftar yang menunjukkan berapa banyak barang yang
akan dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada saat tertentu.
Tabel 1
Permintaan Barang X
Kemungkinan Harga (Px) Jumlah yang
diminta (Qd)
A 6 20
B 5 40
C 4 60
D 3 80
E 2 100
Tabel 2
Permintaan Pasar
PERUBAHAN PERMINTAAN
Adalah bergesernya kurva permintaan, disebabkan karena adanya
perubahan faktor-faktor lain selain harga barang bersangkutan.
PERUBAHAN JUMLAH YANG DIMINTA
Adalah bergesernya sepanjang kurva permintaan disebabkan oleh
adanya perubahan harga barang bersangkutan.
7
4. Fungsi Permintaan
Pengaruh harga terhadap permintaan secara matematik
Qd = f(P)
P = a - bQD
Qd = Jumlah barang yang dibeli
Px = harga barang
B. Penawaran.
1. Definisi
Adalah jumlah barang yang dijual dalam berbagai kemungkinan harga
yang berlaku di pasar dalam satu periode tertentu.
2. Hukum penawaran
Adalah apabila harga suatu barang naik maka jumlah yang dijual
bertambah dan sebaliknya apabila harga turun maka jumlah yang dijual juga
turun.
3. Fungsi penawaran
Qs = f (Px)
Qsx = a + b Px
Qsx = Jumlah barang yang dijual
Px = Harga barang
8
4. Daftar Penawaran
Adalah suatu daftar yang menunjukkan berapa banyak barang yang
dijual oleh produsen pada berbagai tingkat harga.
Tabel 3
Penawaran Barang X
Kemungkinan Harga (Px) Jumlah yang
dijual (Qs)
A 6 100
B 5 80
C 4 60
D 3 40
E 2 20
Tabel 4
Permintaan dan penawaran
Kemungkinan Harga Permintaan Penawaran
(Qdx) (Qsx)
A 6 20 100
B 5 40 80
C 4 60 60
D 3 80 40
E 2 100 20
9
Gambar Kurva Permintaan& Penawaran
0
Surplus Konsumen
Surplus Konsumen = selisih antara jumlah yang konsumen sanggup membayar
dengan yang harus dibayar.
Surplus Produsen = selisih antara jumlah yang diterima dengan mereka yang harus
menerima.
D. Elastisitas
1. Definisi
Elastisitas adalah kepekaan dari jumlah barang yang diminta atau
yang ditawarkan sebagai akibat perubahan tingkat harga dari barang yang
bersangkutan.
2. Pembagian Elastisitas
a. Elastisitas permintaan (Price Elasticity of Demand)
b. Elastisitas penawaran (Price Elasticity of Supply
3. Elastisitas Permintaan
Adalah kepekaan dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari
perubahan harga barang yang bersangkutan atau prosentase perubahan
jumlah barang yang diminta dibandingkan dengan prosentase perubahan
barang yang bersangkutan.
10
4. Koefisien Elastisitas Permintaan
Adalah angka yang menunjukkan besarnya elastisitas permintaan.
Biasanya dengan notasi E.
6. Mengukur/Mengetahui Elastisitas
a. Dengan melihat gambar (Tegak dan rebah)
b. Dengan menghitung koefisien elastisitas.
Ada dua cara:
1) Pada satu titik (point elastisitas)
Q P
E=¿ x
P Q
2) Antara dua titik (Arc elastisitas)
Q P 1+ P 2
E=¿ x
P Q1+Q 2
3) Cross Elasticity ( elastisitas silang)
∆ Q P1
E= ×
∆P
1
Q
∑lastisitas silang : % perubahan barang tertentu yang disebabkan oleh %
dengan barang lain.
4) ∑lastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
% perubahan permintaan yang disebabkan oleh % perubahan pendapatan
konsumen.
11
∆Q
Q ∆Q I
E= = ×
∆I ∆I Q
I
12
BAB III
PERILAKU KONSUMEN
Qx Tux Mux
0 0 -
1 10 10
2 18 8
3 24 6
4 28 4
5 30 2
6 30 0
7 28 -2
TU x
MUx =
Q x
13
Jika kita gambarkan skedul guna total dan guna marginal, karena guna marginal
didefinisiskan sebagai perubahan guna total akibat merubah konsumsi dengan satu
satuan, maka tiap nilai MUx akan menurun (lihat tabel) Total utility (TU) maksimum
maka MUx = 0 lewat titik maksimum maka MUx akan menurun/negatif.
Gambar 3.1
Keterangan:
14
Lewat titik maksimum nilai MUx negatif/ menurun. Penurunan liku MU x
menggambarkan prinsip tambahan guna yang semakin berkurang (The principle of
diminishing marginal utility).
Pengertian guna memungkinkan kita untuk menganalisa tingkah laku konsumen
perseorang dipasar.
MEMAXIMER GUNA
Misalnya konsumen mempunyai pendapat sebesar $12 persatuan waktu dan dengan
pendapatannya itu konsumen bisa membeli dua barang yaitu barang X (Qx) dan
barang Y (Qy) dengan harga masing-masing barang adalah $1 (harga X = Px sama
harga Y = Py).
MASALAHNYA
Bagaimanakah konsumen itu mengalokasikan pendapatannya antara barang X dan
barang Y.
Contoh:
Dari tabel berikut ini tentukan bagaimanakah kombinasi antara barang X dan barang
Y akan memberikan kepuasan dengan pendapatan $ 12.
BARANG X BARANG Y
QX MUX QY MUY
1 40 1 30
2 36 2 29
3 32 3 28
4 28 4 27
5 24 5 26
6 20 6 25
7 12 7 24
8 4 8 20
15
Jawaban:
1. Karena harga barang X maupun Y $1 maka Mu yang sama adalah pada
MUX MUY 24 24
Px
= Py
= 1
= 1
2. QxPx + QyPy = 1
5.1 + 7.1 = 12
Jadi konsumen akan memperoleh kepuasan maximum dengan income $12
yaitu dengan kombinasi barang X = 5 unit dan barang Y = 7 unit
B. Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Guna Ordinal
Para ahli ekonomi lebih senang memakai pendekatan curve indifferent
karena teori ini tidak memakai asumsi bahwa : guna batas itu dapat diukur dan
guna batas itu semakin berkurang.
Definisi:
Curve indiffrent yaitu curve yang memperlihatkan berbagai kombinasi barang X
dan Y yang memberikan kepuasan yang sama kepada konsumen atau diantara
mana konsumen adalah indifferent. Atau curve indifferent menunjukkan berbagai
kombinasi barang X dan Y yang memberikan manfaat/kepuasan yang sama
kepada konsumen. Kurve indifferent semakin tinggi memberikan kepuasan yang
lebih tinggi dan demikian juga sebaliknya.
Gambar 3.2
Keterangan:
16
1. Kalau kita mengkonsumsi barang X sebesar OX1 dan barang Y sebesar OY1
maka tingkat kepuasan adalah pada A (terletak pada IC1)
2. Kalau kita mengkonsumsi lebih banyak dari OY1 yaitu sebesar OY2 begitu
juga OX1 menjadi OX2 maka tingkat kepuasan adalah pada titik B.
Pada titik B akan memberikan kepuasan yang lebih tinggi karena berarti lebih
banyak barang yang dikonsumsi jadi makin tinggi IC maka tingkat kepuasan
akan semakin tinggi, pada titik C akan lebih tinggi dari pada kepuasan pada titik
B. Curve indeffrent bagi seorang konsumen sering disebut dengan indeffrent
map.
17
Pergeseran dari garis anggaran belanja ini biasanya di sebabkan oleh :
2. Perubahan harga dari salah satu barang sedangkan harga barang yang lain dan
pendapatan tetap.
Gambar 3.4
18
Keterangan :
Garis anggaran mula-mula AB. Bila harga barang X naik sedangkan harga
barang Y dan pendapatan tetap maka konsumen akan mengurangi jumlah
barang X yang dibeli sehingga garis amggaran yang baru menjadi AB’
(jumlah barang x yang dibeli berkurang sedangkan Y tetap)
KESEIMBANGAN KONSUMEN
Keseimbangan konsumen adalah kondisi dimana konsumen telah
mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang dimiliki
dikonsumsi untuk mencapai tingkat kepuasan yang maksimum. Atau untuk
tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran minimal. Secara grafis
kondisi keseimbangan konsumen tercapai pada saat kurva garis anggaran
bersinggungan dengan kurva indifferent.
Gambar 3.5
19
PRICE CONSUMPTION CURVE (KURVA HARGA KONSUMSI) / PCC
Kurva harga konsumsi adalah kurva yang menghubungkan titik-titik
keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat harga barang X dimana
pernghasilan konesumen tetap dan harga barang Y tetap
Gambar 3.6
20
Keterangan:
Misalnya pendapatan, rasa preferensi dan harga barang Y tetap konstan maka
dengan berubahnya harga barang X maka akan berubah juga garis kombinasinya.
Bila kombinasi mula-mula adalah titik B dengan jumlah barang OX2, OY2 maka
bila harga X naik kombinasinya akan menjadi titik A dengan jumlah barang OX1
dan OY1. Bila harga X turun maka garis kombinasi akan bergeser ke kanan dan
kombinasi barang juga berubah yaitu OX2, OY2 menjadi OX3 dan OY3. Jadi
kalau harga X naik maka garis kombinasi akan menyinggung IC yang lebih
rendah dan kalau harga X turun maka garis kombinasi akan menyinggung IC
yang lebih tinggi. Garis yang menghubungkan titik-titik equilibrium konsumen
pada berbagai harga X disebut dengan Price Consumption Curve/ PCC.
21
Dari bentuk curve harga kosumsi atau PCC kita bisa mengatakan sifat dari
permintaan yang baik
a. Unitary Elastis
Y/UT
I/Py
YO PCC
I
II
X/UT
O XI I/PX XO I/PX
Keterangan :
b. In Elastis
Y/UT
22
I/Py
PCC
YI
II
Y
X/UT
O X XI I/PxI I/Px
Keterangan :
c. Elastis
23
Y/UT
I/Py
YI
Y PCC
II
I
X/UT
O XI I/PX X I/PX
Keterangan :
24
Kurva penghasilan konsumsi adalah konsumsi / ICC kurva yang menghubungkan
titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat penghasilan dimana
tingkat harga barang tidak berubah. Kurva mempunyai nilai kemiringan positif
bila kedua barang termasuk jenis-jenis “normal” atau “superior”
Gambar 3.7
Dari kurva penghasilan konsumen ini dapat diperoleh kurva Engel bagi masing-
masing komoditi.
Kurva Engel adalah suatu fungsi yang menghubungkan keseimbangan jumlah
komoditi yang dibeli konsumen pada berbagai tingkat penghasilan. Nama kurva
ini diambilkan dari nama Christian Lorent Engel. Seseorang ahli statistik Jerman
yang pada abad 19 meneliti masalah ini. Bentuk kurva Engel ini ada 2 :
25
BAB IV
PERILAKU PRODUSEN
A. Teori Produksi
Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tingkat
produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang
digunakan.
Bentuk- bentuk organisasi perusahaan:
1. Perusahaan perseorangan
2. Perusahaan negara
3. Koperasi
c. CV
Adalah organisasi perusahaan yang dimiliki oleh banyak orang.
26
Ad.2 Perusahaan Negara
- Perusahaan ini disebut BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
- Perusahaan Negara bergerak diberbagai bidang ekonomi
- Contoh: Telkom, Bank, PLN
B. Fungsi Produksi
Adalah hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
diciptakan. Dalam analisa ekonomi mengenai produksi selalu dianggap bahwa
faktor produksi (Tanah, modal dan wirausaha) tetap jumlahnya, hanya tenaga
kerja yang dianggap berubah.
27
total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu
tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya
mencapai nilai negatif.
Dari definisi hukum tersebut dapat dibedakan 3 tahap :
a. Tahap pertama : Produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat.
b. Tahap kedua : Produksi total tambahannya semakin lambat.
c. Tahap ketiga : Produksi total semakin lama semakin berkurang.
Penjelasan:
1. Pada tahap pertama produksi total mengalami pertambahan yang semakin
cepat, produksi marginal juga menghasilkan tambahan produksi yang lebih
besar dari yang dicapai pekerja sebelumnya.
2. Pada tahap kedua apabila tenaga kerja ditambah dari 4 menjadi 5 sampai 6
produksi total tetap bertambah, tetapi jumlah pertambahannya semakin
lama semakin sedikit. Pada saat ini produksi marginal semakin berkurang.
Pada awal tahap kedua sebenarnya hukum ini sudah mulai bekerja.
3. Pada tahap ketiga tambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi
total, malahan semakin berkurang yaitu pada tambahan tenaga kerja dari 6
menjadi 7 orang.
28
GABUNGAN TENAGA MODAL
KERJA
A 1 6
B 2 3
C 3 2
D 6 1
Gambar 4.1
29
2. Garis Biaya Sama (Isocost)
Adalah garis yang menggambarkan kombinasi/ gabungan faktor-
faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya
tertentu. Untuk membuat garis isocost diperlukan data:
a. Harga faktor-faktor produksi
b. Jumlah uang yang tersedia untuk membeli faktor-faktor produksi.
Contoh:
Uang yang tersedia Rp. 80.000, upah tenaga kerja Rp. 8.000 dan biaya
modal Rp. 10.000. Jika seluruh uang dibelanjakan untuk tenaga kerja, maka
akan mendapat 10 unit dan kalau dibelanjakan untuk modal, maka
mendapat 8 unit.
Rumus:
C = K. Pk + L. Pl
3. Keseimbangan Produsen
Setiap produsen selalu menginginkan produksi yang maksimum dengan
biaya yang minimum. Keseimbangan produsen dapat terjadi seperti pada
gambar dibawah ini:
Gambar 4.2
Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa garis AB merupakan isocost yaitu
sejumlah biaya tertentu yang tersedia untuk mendapatkan faktor-faktor
produksi. Isoquant I, II, III merupakan produksi tertentu yang diinginkan.
Kalau produsen berproduksi dengan memakai kombinasi pada titik C dan D,
pada titik kombinasi faktor produksi yang dihasilkan sebanyak isoquant I
dapat dibeli denga biaya yang tersedia. Dalam hal ini sebenarnya output dapat
dibesarkan tanpa memerlukan tambahan biaya, tetapi cukup dengan
30
melakukan pemilihan kombinasi faktor produksi yang lebih tepat. Faktor
produksi dapat diperbesar sampai pada isoquant III. Tetapi dalam hal ini
banyak tidak mencukupi hingga produksi tidak mungkin. Keseimbangan akan
terjadi pada isoquant II, dimana kombinasi faktor produksi paling maksimum
yaitu pada titik E yang merupakan titik pertemuan antara isoquant dan isocost.
Jadi keseimbangan produsen terjadi pada saat pertemuan isoquant dan isocost.
31
BAB V
TEORI BIAYA PRODUKSI
A. Biaya Produksi
Adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut.
32
Adalah penjumlahan biaya tetap dengan biaya berubah ( TC = TFC +
TVC)
2. Biaya produksi rata-rata (Per satuan)
a. Biaya tetap rata-rata (AFC)
Adalah biaya tetap yang dibebankan pada setiap unit output.
TFC
AFC =
Q
b. Biaya berubah rata-rata (AVC)
Adalah biaya berubah yang dibebankan pada setiap unit output.
TVC
AVC =
Q
c. Biaya keseluruhan rata-rata (AC)
Adalah biaya produksi dari tiap unit barang yang dihasilkan.
TC
AC =
Q
3. Biaya Marginal (MC)
Adalah kenaikan biaya total yang diakibatkan oleh produksinya tambahan
satu unit output.
Tabel 5
Berbagai Jenis Biaya
Q TFC TVC TC MC AFC AVC AC
0 60 0 60 - - - -
1 60 30 90 30 60 30 90
2 60 40 100 10 30 20 50
3 60 45 105 5 20 15 35
4 60 55 115 10 15 13,75 28,75
5 60 75 135 20 12 15 27
6 60 120 180 45 10 20 30
33
BAB VI
PENETAPAN OUTPUT DAN HARGA MENURUT BENTUK
PASAR
34
Gambar 6.1
Tabel 6.1
Hubungan Tingkat Harga, Jumlah Output yang diminta, Penerimaan Total,
Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marginal
Q FC VC TC AC MC P = AR = MR TR Laba / Rugi
0 20 - 20 - - 10 0 -20
1 20 8 28 28 8 10 10 -18
2 20 14 34 17 6 10 20 -14
3 20 18 38 12,7 4 10 30 -8
4 20 20 40 10 2 10 40 0
5 20 24 44 8,8 4 10 50 6
6 20 32 52 8,6 8 10 60 8
7 20 42 62 8,9 10 10 70 8
8 20 56 76 9,5 14 10 80 4
9 20 76 96 10,7 20 10 90 -6
10 20 108 128 12,8 32 10 100 -28
Sumber : data hipotesis
35
Gambar 6.2
Keterangan :
Berapapun jumlah output yang dihasilkan/dijual perusahaan tidak dapat
mempengaruhi harga per unit, maka kurva TR akan bersifat linier (berbentuk
garis lurus).
36
Gambar 6.3
Kondisi Perusahaan Memperoleh Laba Maksimum
Keterangan :
- Kondisi yang dihadapi oleh perusahaan dalam pasar
- Harga yang berlaku adalah P* dan kurva permintaan ditunjukkan oleh AR
(horizontal)
- Pada P* perusahaan akan menentukkan output sebesar Q* karena pada Q*
memberikan keuntungan maksimum (P > AC laba super normal/murni)
- Besarnya laba adalah (P* - AC . Q* )
Dan perusahaan dapat melakukan ekspensi.
Gambar 6.4
Kondisi Perusahaan BEP
P(Rp)
MC
AC
k
AC=P D = AR = MR
Q
0 Q*
37
Keterangan:
a. Pada P1 perusahaan akan berproduksi sebanyak Q1 karena pada Q1 tersebut
P1 = MC (MR = MC = P1).
b. P = AC Perusahaan BEP
c. BEP Laba adalah = 0 (Laba normal)
Rugi
Perusahaan dalam pasar persaingan sempurna mengalami kerugian apabila
tingkat harga barang dipasar lebih rendah dari pada biaya rata-rata total yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam menghasilkan barang tersebut (P <
AC). Dalam keadaan rugi suatu perusahaan dapat mengambil keputusan apakah
tetap berproduksi atau menutup usahanya (shut down point). Keputusan mana
yang diambil tergantung apakah harga produk akan menutup AVC. Jadi disini
ada 3 kemungkinan:
- Bila price > AVC maka perusahaan akan memilih alternatif 1 (terus
berproduksi)
- Bila price = AVC maka bisa dipilih salah satu dari kedua alternatif tersebut.
- Bila price < AVC maka perusahaan akan memilih alternatif ke dua
(menghentikan produksinya)
Gambar 6.5
Kondisi Perusahaan Rugi Minimum
38
Keterangan :
a. Harga = P2
b. Biaya rata-rata total = AC
c. Biaya variabel rata-rata = AVC
d. AC>P>AVC
e. Rugi hanya sebesar ( AC-P2) . Q2 Rugi minimum
Selama AC>P>AVC perusahaan tetap beroperasi (tidak perlu menutup usaha)
karena TR perusahaan masih mampu menutup sebagian dari TFC.
Gambar 6.6
Keterangan :
a. Harga = P3
b. Biaya rata-rat total = AC
c. Biaya variabel rata-rata = AVC
d. AC>P3 = AVC
e. Rugi sebesar AC – AVC (AFC x Q = TFC)
f. Perusahaan menutup usaha P = AVC Shut-Dwon Point
39
1) Industri dengan biaya menurun (Decreasing cost industry)
Yang dimaksud dengan Industri dengan struktur biaya yang menurun ialah
industry yang mempunyai kecenderungan memiliki biaya yang semakin rendah
semakin banyaknya jumlah barang yang dihasilkan. Keadaan dari industry semacam
ini dapat dilukiskan pada Gambar 6.8 di bawah ini. Gambar 6.8 melukiskan keadaan
perusahaan yang sudah berada dalam keseimbangan jangka panjang. Dalam keadaan
ini perusahaan hanya mampu mendapatkan laba normal yang dilukiskan oleh
perpotongan antar kurva biaya marjinal jangka pendek dengan kurva biaya total rata-
rata jangka pendek, dan pada saat itu pula kurva biaya rata-rata jangka panjang
berada pada titik skala produksi yang minimum.
D1
SMC1 D0
S0
SAC1
SMC2 SAC2 S1
LAC1
P1
LAC2 E
P0
P2 F
LRS
0 X0 X1 X2 0 X0 X1 X2
Gambar 6.7
Industri Dengan biaya Menurun
40
mendapatkan laba yang maksimal dan merupakan laba murni karena biaya produksi
lebih rendah dari pada penerimaan biaya total perusahaan.
Dengan adanya laba murni ini, ternyata menarik bagi para wiraswasta lain
untuk meningkatkan usahanya atau mulai masuk ke dalam jenis industry ini.
Kemungkinan masuknya pengusaha-pengusaha baru ini sangat dimungkinkan karena
memang tidak ada larangan masuk ke dalam ataupun keluar dari industry ini. Tetapi
dengan masuknya pengusaha baru ataupun pengusaha lama menaikkan produksinya,
maka akan tampak ada peningkatan dalam produksi barang X di pasar atau industry
barang X, yang berarti menggeser kurva penawaran S 0 menjadi S1. Peningkatan hasil
produksi ini tampak menurunkan harga barang X. Disisi lain dengan semakin
banyaknya perusahaan yang telibat dalam penghasilan barang X dan masing-masing
meningkatkan jumlah produsinya, maka permintaan terhadap faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan barang X itu akan menurun, sehingga akan
menyebabkan biaya produksi menjadi lebih rendah dan tercermin pada pergeseran
kurva biaya produksi ke bawah. Pergeseran biaya produksi ke bawah dan pergeseran
kurva penawaran ke bawah akan menyebabkan tingkat harga yang ditunjukkan oleh
perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran dan bertemu dengan kurve
biaya produksi yang baru dibawah tingkat harga barang X yang mula-mula. Ini berarti
pula bahwa dengan meluasnya jumlah perusahaan dan meningkatnya jumlah
produksi, justru akan menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih rendah.
Jenis industry yang mengalami keadaan seperti ini disebut dengan industry dengan
biaya yang menurun (decreasing cost industry). Harga faktor produksi yang menjadi
lebih murah dengan semakin banyaknya permintaan sebagai contoh adalah jalan raya,
listrik, air minum dan faktor produksi lain yang dapat dibeli secara besar-besaran
untuk mendapatkan harga persatuan yang lebih murah.
Kemudian kalau titik-titik keseimbangan dalam industry yaitu titik
perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran (titik E dan F),
dihubungkan satu sama lain maka kita akan mendapatkan apa yang disebut dengan
kurva penawaran jangka panjang. Tampak di sini bahwa kurva penawaran jangka
panjang untuk industry yang memiliki struktur biaya yang menurun dalam jangka
panjang adalah miring dari kiri atas ke kanan bawah.
Dalam Gambar 6.8 tersebut dilukiskan adanya pergeseran kurva-kurva biaya
produksi kesebelah kanan dari kurva biaya produksi sebelum terjadi perubahan
permintaan dengan jumlah produksi yang lebih besar. Namun sebenarnya dapat saja
kurva-kurva biaya produksi itu bergeser ke kiri dengan jumlah produksi yang lebih
sedikit. Pergeseran ke sebelah kanan atau ke sebelah kiri dari letak kurva biaya
semula sesungguhnya tergantung pada perbandingan antara kenaikan harga faktor
produksi tetap dan faktor produksi variabel. Apabila harga faktor produksi tetap
menjadi relative lebih murah, maka dengan perubahan jumlah produksi akan relative
lebih sedikit faktor produksi yang mahal harganya dan lebih banyak faktor produsi
yang murah harganya yang digunakan dalam proses produksi. Jadi apabila harga
faktor produksi tetap relatif menjadi lebih murah, maka akan relative lebih banyak
41
faktor produksi tetap yang digunakan dan menyebabkan kurva-kurva biaya itu
bergeser ke kanan.
42
permintaan D1 pada tingkat harga P0 lagi. Kemudian bila kita menghubungkan lagi
titik-titik keseimbangan pasar E dan F pada Gambar 6.8 itu, maka kita akan
mendapatkan kurva penawaran jangka panjang. Untuk industry yang mempunyai
struktur biaya produksi yang konstan dalam janka panjang, tampak bahwa kurva
penawaran jangka panjang dalam pasar barang Z itu berbentuk horizontal.
P P
S0
D1
D0 S1
SMC
SAC
LAC
P1
P0 LRS
0 X0 X1 X 0 X0 X1 X
Gambar 6.8
Industri dengan Biaya Tetap
43
perusahaan berusaha untuk menambah produksinya menjadi X1, dan keuntungan
murni dapat diperoleh oleh perusahaan yang bersangkutan.
D1
P P S0
SMC1 SMC2 D0 S1
P1 SAC1 SAC2
LAC2 F LRS
P2
LAC1
P0
E
0 X0 X1 X2 X 0 X0 X1 X2 X
Gambar 6.9
Industri dengan Biaya Menaik
Dengan adanya laba murni itu, maka perusahaan-perusahaan baru atau para
wiraswastawan baru memasuki industry barang X tersebut, sehingga jumlah
perusahaan dalam industry ini meningkat dan masing-masing menghasilkan barang X
sebanyak X1, yang bersama-sama membentuk jumlah produksi dalam industry
sebesar X1. Dengan permintaan yang sama dan penawaran yang meningkat
ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran dari S0 menjadi S1, maka harga barang
X cenderung untuk turun. Penurunan tingkat harga barang X ini akan berhadapan
dengan gerakan menarik dari biaya produksi barang X sebagai akibat banyaknya
jumlah barang X yang dihasilkan dan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang
bekerja dalam industry barang X tersebut. Jadi di satu pihak harga barang produksi
(X) cenderung turun dan di lain pihak biaya produksi cenderung naik, maka akan
terjadilan keseimbangan P2 yang terletak di atas harga barang X mula-mula (P 0) tetapi
44
di bawah harga P1. Industry jenis ini yaitu mengalami kenaikan harga dengan
semakin banyaknya perusahaan yang bekerja dalam industry tesebut dan semakin
banyaknya barang yang dihasilkan, disebut sebagai industry dengan biaya yang
menaik (increasing cost industry). Industry berada dalam keseimbangan di mana
perusahaan-perusahaan baru tidak akan masuk lagi ke dalam industry barang X,
karena dalam keadaan masing-masing perusahaan hanya mendapatkan laba normal.
Dengan menghubungkan titik-titk keseimbangan dalam pasar atau industry barang X
yaitu titik E dan titik F, maka kita dapat memperoleh kurva penawaran pasar jangka
panjang. Kurva ini tampak miring dari kiri bawah ke kanan atas.
Sebagai penutup dalam bab ini kita mengingat kembali bahwa pembicaraan
kita telah mencakup penentuan tingkat produksi dan tingkat harga barang bagi
prusahaan yang mencapai laba maksimal, baik itu laba murni maupun laba normal.
Kondisi maksimasi laba itu tetap berlaku walaupun perusahaan mendapatkan rugi,
tetapi rugi yang minimal, yaitu pada saat biaya marjinal sama dengan penerimaan
marjinal. Kita telah membahas pula kondisi perusahaan yang memaksimumkan laba
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selanjutnya pada bab
berikut akan membicarakan penentuan harga dan jumlah produksi dalam pasar
monopoli murni.
45
1. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah suatu keadaan pasar dimana terdapat beberapa
atau sedikit penjual dan setiap perusahaan sangat dipengaruhi oleh kegiatan
perusahaan lain didalam pasar serta setiap perusahaan dapat mempengaruhi
harga yang berlaku dipasar.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada pasar oligopoli tidak
hanya berkosentrasi pada keputusan harga dan output yang diproduksi/ dijual
tapi mempertimbangkan aspek lain yaitu reaksi yang dilakukan oleh
perusahaan lain (pesaing) terhadap setiap kebijakan yang dilakukan oleh
perusahaan.
Adanya saling ketergantungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lainnya.
Model-model oligopoli adalah:
1. Pasar dengan ketegaran harga (model kinked demand curve)
Suatu perusahaan (produsen) akan menyesuaikan diri terhadap
harga maupun output yang ditentukan oleh perusahaan lain. Khusus bila
harga output tersebut diturunkan. Dalam hal ini perusahaan tersebut
akan memberikan reaksi/tanggapan terhadap kebijakan harga yang
dilakukan oleh perusahaan lain, dengan menurunkan harga dalam
prosentase yang lebih besar (perang harga), namun tidak akan
memberikan reaksi apabila perusahaan lain menaikkan harga output
dipasar. (Harga tegar)
2. Pasar Kartel
Kartel terjadi apabila dua atau lebih perusahaan bergabung
menjadi satu dimana jumlah output yang dihasilkan masing-masing
perusahaan digabungkan dan kemudian diatur/ditentukan oleh kartel di
pasar baik yang menyangkut harga maupun outputnya (market share).
Tiga faktor yang menyebabkan kerjasama kartel yaitu:
a. Dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, jika dibandingkan
mereka berjalan sendiri-sendiri.
b. Dapat mengurangi ketidak pastian yang ada (pembagian pasar).
c. Untuk dapat menutup kemungkinan masuknya perusahaan-
perusahaan baru dalam pasar (industri).
3. Pasar dengan kepemimpinan harga (modelprice leadership)
Bentuk kerjasama antara suatu perusahaan besar (dominan)
bertindak sebagai pemimpin dengan perusahaan-perusahaan kecil
lainnya menjadi pengikutnya dengan maksud untuk mengurangi perang
harga.
Perusahaan besar (dominan) memberikan kesempatan kepada
perusahaan-perusahaan kecil bersama-sama dalam memenuhi
permintaan dasar.
Harga output akan ditentukan oleh perusahaan dominan atas
dasar besarnya biaya produksi perusahaan tersebut. Artinya perusahaan
46
dominan (besar) dapat menjual output dengan harga yang lebih murah
(rendah) dibandingkan perusahaan lainnya.
C. Pasar Monopoli
Adalah suatu keadaan pasar dimana dalam pasar hanya ada satu penjual dan
tidak ada perusahaan lain yang bersaing dengannya.
Karakteristik pasar monopoli:
1. Terdapat satu penjual/ produsen di pasar
2. Produk yang dihasilkan/ dijual tidak memiliki substitusi
47
0 1 - 1 - - - - - - -1
1 1 3 4 4 3 20 20 20 20 16
2 1 5 6 3 2 17,5 35 17,5 15 29
3 1 8 9 3 3 15 45 15 10 36
4 1 13 14 3,50 5 12,5 50 12,5 5* 36*
5 1 20 21 4,20 7 10 50 10 0 29
6 1 29 30 5 9 7,5 45 7,5 -5 15
7 1 48 49 7 19 5 35 5 -10 -14
Penentuan harga dan output (keseimbangan) perusahaan:
- Perusahaan monopoli memutuskan berproduksi pada tingkat output MR = MC
- Jika : P > AC Perusahaan memperoleh laba maksimum
P = AC Perusahaan dalam keadaan BEP
P < AC Perusahaan rugi minimum
Laba Maksimum
Gambar 6.10
Perusahaan Memperoleh laba
Keterangan :
- Laba maksimum tercapai pada output sebesar OQ* ( MR= MC ) dan tingkat
harga yang terjadi sebesar OP*
- P* > AC Laba sebesar ( P-AC) x Q
TR = OP* x OQ*
TC = OAC x OQ*
- Jika besarnya output < Q* (MR > MC) Laba belum maksimum
- Jika besarnya output > Q* (MR > MC) Laba akan berkurang
48
Break Event Point (BEP)
Gambar 6.11
Kondisi Perusahaan Monopoli tidak rugi&tidak untung, laba=0
Keterangan:
RUGI
Perusahaan monopoli tidak selalu mendapatkan keuntungan dalam
berproduksi/menjual output, walaupun ia bebas dalam menentukan tingkat harga
barang yang dijual. Perusahaan monopoli sering juga menanggung kerugian
(jangka pendek) akibat biaya produksi yang ditanggung terlalu tinggi dan pasar
terhadap outputnya terlalu sempit.
Gambar 6.12
Kondisi Perusahaan Monopoli Menderita Kerugian
49
Keterangan:
PENGATURAN MONOPOLI
- Perusahaan monopoli berpengaruh negatif (buruk) terhadap perekonomian,
yaitu terjadi eksploitasi terhadap pasar sehingga merugikan masyarakat
(berkurangnya tingkat kesejahteraan/dead weight loss).
- Diperlukan peran pemerintah untuk mengatur perusahaan monopoli
(misalnya dengan UU anti monopoli)
- Ada 2 cara dalam mengatur monopoli yaitu :
1. Pengaturan penetapan harga maksimum (ceiling price)
2. Pengenaan pajak
50
P1C1MN
Dalam hal pengenaan pajak ada 2 (dua) macam pajak yang mungkin
dikenakan kepada si monopoli yaitu :
1. Pajak Khusus (A Specifik Tax) per unit output
P
MC1
M
P1 MC
K
P AC1
N
C1 AC
C L
D = AR = P
xx
0 Qx/UT
X1 X MR xx
xx xx xx laba
Mula-mula laba PCKL siklus pajak P1C1MN
2. Pajak Lump – Sum dimana beban pajak tidak tergantung besar kecilnya
output
MC 51
AC1
P K
C1 AC
M
0 Qx/UT
X MR
DISKRIMINASI HARGA
- Perusahaan monopoli dapat menderita rugi karena terlalu sempitnya pasar
outputnya.
- Untuk dapat menghindari kerugian ataupun untuk memperbesar
keuntungan monopoli harus memperluas pasar dengan cara melakukan
diskriminasi harga (price discrimination) yaitu menjual output yang sama
dengan harga yang berbeda-beda di pasar yang berbeda.
SYARAT DISKRIMINASI HARGA
- Perusahaan monopoli harus mampu memisahkan antara pasar yang satu
dengan pasar yang lain. Sehingga konsumen tidak dapat membeli produk
di pasar yang harganya lebih murah dan kemudian menjualnya kembali di
pasar yang harganya lebih tinggi.
- Elastisitas harga permintaan barang di pasar yang satu harus berbeda
dengan pasar yang lain.
- Penerimaan marginal (MR) perusahaan setiap pasar harus sama.
52
53
a. Diskriminasi Harga Derajat Pertama
Diskriminasi derajat pertama merupakan keadaan di mana seorang produsen
monopolis berusaha sepenuhnya untuk mengambil surplus konsumen. Dara ialah
produsen monopolis menentukan harga yang berbeda untuk setiap jumlah barang
yang berbeda. Dengan cara ini maka produsen tersebut akan dapat mengambil seluruh
surplus konsumen. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan Gambar 7.9. dimana sumbu
vertikal menunjukkan tingkat harga barang dan kurva permintaannya adalah D.
Misalnya pada harga barang setinggi Rp10,-, jumlah barang yang diminta atau dijual
sebanyak 5 buah, sehingga konsumen harus membayar sebanya Rp50,-, kemudian
kalau harga turun menjadi Rp9,-, maka jumlah yang diminta meningkat menjadi 8
buah. Dalam hal ini konsumen tidak membayar sebanyak Rp72,-, tetapi harus
membayar sebanyak Rp50,- ditambah Rp27,- sama dengan Rp77,-. Kemudian kalau
harga turun lagi menjadi Rp8,- dan jumlah yang diminta menjadi 11 buah, maka
konsumen harus membayar Rp50,- + Rp27,- + Rp24,- =Rp101,-, dan bukannya
Rp88,-. Sekali lagi ini berarti seluruh surplus konsumen diambil oleh produsen
monopolis tersebut. Surplus konsumen adalah daerah dibawah kurva permintaan
tetapi d iatas tingkat harga barang.
P
Surplus konsumen
10
9
8
D=AR
0 5 8 11 X
Gambar 6.13
Diskriminasi Harga Derajat Pertama
54
b. Diskriminasi Harga Derajat Kedua
Diskriminasi harga derajat kedua ini hampir mirip dengan diskriminasi harga
derajat pertama, tetapi produsen tidak mengenakan harga yang berbeda untuk setiap
jumlah pembelian yang berbeda. Dalam hal ini produsen mengenakan harga yang
berbeda untuk setiap kelompok jumlah pembelian yang berbeda. Sebagai misal
produsen mengenakan tariff air minum Rp.2,- per m3 untuk pembelian sampai dengan
jumlah 1.000 m3.Selanjutnya tariff air minum itu dinaikkan menjadi Rp.3,- perm3
untuk konsumsi antara 1.000 sampai 1.500 m3, dan menjadi Rp.4,- untuk konsumsi
air di atas 1.500 m3. Keadaan ini dapat digmbarkan pada Gambar 7.10. Jadi kalau
seorang konsumen menggunakan air sebanyak 2.500 m3, maka jumlah yang harus
dibayar adala Rp.2.000,- + Rp.1.500,- + Rp.4.000,- = Rp.7.500,-.
4 D=AR
O 1000 2000 X
Gambar 6.14.
Deskriminasi Harga Derajat Kedua
55
c. Diskriminasi Harga Derajat Ketiga
Untuk diskriminasi harga derajat ketiga ini produsen betul-betul menjual
barang dipasar yang berbeda yaitu dengan elastisitas permintaan yang berbeda. Kita
misalkan produsen menjual barang di dua pasar yang berbeda yaitu pasar A dan pasar
B. Pertama-tama harus kita pahami bahwa produsen akan mendapatkan penerimaan
total yang maksimal apabila penerimaan marjinal pasar yang satu (MR A) sama
dengan penerimaan marjinal di pasar yang lain (MRB). Ini menunjukkan jumlah
barang Q yang dialokasikan di pasar A sebanyak QA dan pasar B sebanyak QB. Harga
di pasar A adalah PA dan harga di pasar B adalah PB. Karena pasar A menunjukkan
permintaan yang lebih inelastic daripada permintaan di pasar B, maka harga di pasar
A lebih tinggi daripada harga di pasar B. Hal ini sesuai dengan penemuan
sebelumnya yaitu bahwa MR = AR (1 - 1/E), sehingga dengan diskriminasi harga kita
temukan bahwa MRA = PA (1 - 1/EA) = MRB(1 - 1/EB). Apabila kita misalkan EA = 2
3
dan EB = 3, maka akan kita temukan bahwa PB = PA.
4
P
MC
PA
PB
MRA=MRB
DA DB Dt
MRA MRB
MRG
O QA QB Qt Output
Gambar 6.15.
Diskriminasi Harga Derajat Ketiga
56
keseluruhan dari produsen monopolis yang bekerja dengan dikriminasi harga derajat
ketiga tersebut.
Masalahnya sekarang ialah bagaimana cara menentukkan jumlah barang yang
dihasilkan, alokasi produk di masing-masing pasar tersebut. Dengan diketahuinya
kurva permintaan di pasar A dan B, maka diketahui kurva penerimaan marjinal di
masing-masing pasar tersebut. Masing-masing kurva itu ada DA, DB, dan MRA dan
MRB. Untuk menentukkan jumlah produk yang dihasilkan mula-mula kurva
penerimaan masing-masing pasar MRA dan MRB harus dijumlahkan secara horizontal
dan didapat kurva penerimaan gabungan (MRG). Produksi ditentukkan oleh
perpotongan kurva penerimaan gabungan MRG itu dengan kurva biaya marjinal MC
dan menghasilkan produksi total Qt. Dengan menarik garis horizontal kekiri dari titik
perpotongan kurva penerimaan gabungan biaya marjinal itu masing-masing pasar
MRA untuk pasar A dan MRB untuk pasar B dan menghasilkan jumlah produk OQ A
untuk pasar A dan AQB untuk pasar B. Harga produk masing-masing pasar PA di
pasar A dan PB di pasar B. Masing-masing tingkat harga itu ditentukkan dengan
menarik garis vertical pada jumlah output OQA sampai memotong kurva permintaan
DB. Tampak pada Gambar 7.11. bahwa di pasar yang permintaannya lebih elastis
yaitu pasar B tingkat harga barang PB lebih rendah daripada di pasar A, PA, yang
permintaannya lebih tidak elastis (inelastis). Perhatikan pula bahwa OQA+OQB= OQt.
Sejauh ini kita telah membicarakan tingkah laku seorang produsen monopolis
dalam usahanya memaksimumkan laba dengan menghasilkan barang baik dengan
campur tangan pemerintah maupun tanpa campur tangan pemerintah.
Dalam jangka panjang kita akan meihat bahwa semua faktor produksi bersifat
variable, sehingga prusahaan dimungkinkan untuk pindah dari skala produksi yang
satu ke skala produksi yang lain. Dalam jangka panjang perusahaan bebas keluar
masuk industry tanpa ada rintangan sama sekali. Adapun yang dimaksud dengan
industry ialah kumpulan perusahaan, misalnya industry sepatu adalah kumpulan
perusahaan sepatu, industry raket adalah kumpulan berbagai jenis perusahaan raket.
Dengan melihat keadaan industry dan perusahaan dalam jangka panjang, maka kita
dapat membedakan tiga jenis industry, yaitu industry dengan struktur biaya yang
menurun (decreasing cost industry), industry dengan struktur biaya yang konstan
(constant cost industry), dan industry dengan struktur biaya yang menaik (increasing
cost industry)
57
BAB VII
PRODUKSI DAN HARGA PRODUKSI PASAR
PERSAINGAN MONOPOLIS DAN OLIGOPOLI
58
PX MC AC
PX*
AR
C*
MR
0 QX* QX
Gambar 7.1
Penentuan Harga pada Pasar
Persaingan Monopolistis
B. PASAR OLIGOPOLI
Bentuk lebih dari pasar yang banyak ditemui dalam praktek adalah pasar
oligopoly, yaitu keadaan di mana hanya sedikit penjual, sehingga tindakan seorang
produsen akan mendorong produsen lain untuk berinteraksi. Pasar oligopoli ini
mempunyai beberapa model di antaranya yang paling banyak ditemui adalah: 1) pasar
dengan ketegaran harga (kinked demand curve model) , 2) pasar kartel, dan 3) pasar
dengan kepemimpinan harga (price leadership).
a. Pasar Dengan Ketegaran Harga
Dalam kasus pasar dengan ketegaran harga akan dapat dilihat bagaimana
seseorang produsen menyesuaikan diri terhadap barang yang ditentukan oleh
pengusaha lain, khususnya bila harga itu diturunkan. Dalam hal ini produsen
memberikan suatu reaksi atau tangapan terhadap kebijakan harga yang dilakukan oleh
produsen atau pengusaha lain. Tetapi produsen itu tidak akan memberikan reaksi
apabila produsen lain bertindak menaikkan harga barang. Hal ini cukup beralasan,
karena apabila seorang produsen A menaikkan harga, maka ia akan cenderung
kehilangan pembeli karena pembeli akan pindah kepada produsen yang lain (B) yang
harganya tidak meningkat, sebaliknya bila harga yang diturunkan seorang produsen
59
lain (B) akan mengadakan penyesuaian harga dengan menurunkan harga barang pula
karena takut kehilangan pasar atau perang harga. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa harga barang bersifat tegar untuk naik, tetapi tetap tegar untuk turun. Karena
ada sifat yang demikian itu maka produsen akan memiliki kurva permintaan yang
patah. Sebagai akibatnya kurva penawaran marjinal juga akan patah dengan memiliki
bagian vertikal tepat di bawah kurva permintaan yang patah itu.
Kemudian apabila kita gambarkan kurva biaya produksi bersama-sama
gambar kurva permintaan dan kurva penerimaan marjinal, maka kita akan dapat
menentukan berapa jumlah produksi yang akan dihasilkan oleh produsen dalam pasar
oligopoli itu dengan mendasarkan pada pedoman yang sama yaitu biaya marjinal
sama dengan penerimaan marjinal agar laba dapat dicapai oleh perusahaan atau
produsen tersebut.
Dalam kasus di mana terdapat ketegaran harga, maka produsen oligopolis
akan selalu menghasilkan jumlah produksi yang sama, walaupun terdapat perubahan
dalam biaya produksi. Selama biaya produksi naik turun di daerah kurva penerimaan
marjinal yang tegak/patah itu, maka jumlah yang dihasilkan perusahaan oligopoli
tidak akan berubah. Karena jumlah yang dihasilkan tidak berubah, maka tingkat harga
barang juga tidak berubah. Di sinilah letak dari ketegaran harga tersebut. Untuk lebih
jelasnya lihat Gambar 8.2.
Kurva permintaan pada Gambar 8.2 adalah patah (kinked) yaitu RAQx1. Hal
ini terjadi sifat reaksi seorang produsen terhadap tindakan produsen lain. Oleh
karenanya kurva penerimaan marjinalnya adalah RBCMR yaitu ada bagian yang
patah BC. Produsen akan memaksimalkan laba dengan menghasilkan produksi pada
saat MC = MR yaitu pada produksi sebesar Qx* atau pada saat kurva MC memotong
kurva MR pada bagian yang tegak BC. Apabila kurva MC sampai memotong di atas
daerah MR pada RB, maka ia cenderung menaikkan harga, tetapi ada bahaya
kehilangan harga akan tetap tegar pada Opx*. Dalam kasus harga ketegaran harga ini
produsen akan memperoleh laba murni setingga c*Px*.
60
PX
R
A MC
PX*
AC
B
C*
MR AR
O QX* QX1 QX
Gambar 7.2.
Kurva Permintaan Patah
b. Kartel
Kartel terjadi bila ada dua atau lebih perusahaan bergabung menjadi satu.
Jumlah barang yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan yang bergabung
dalam kartel ditentukan ditentukan atau diatur oleh kartel, demikian pula harga
barang yang bersangkutan. Untuk memudahkan analisis kita misalkan ada dua buah
perusahaan yang bergabung dalam sebuah kartel masing-masing dengan biaya
produksi yang berbeda, tetapi akan menentukan harga barang bersama-sama dalam
kartel. Keadaan ini dapat digambarkan dalam Gambar 8.3.
Gambar 8.3 memperlihatkan kurva permintaan perusahaan Dp dan kurva
permintaan kartel adalah Dk yaitu gabungan dari dua kurva permintaan perusahaan.
Dengan sendirinya kita dapat menentukan juga kurva penerimaan marjinal untuk
perusahaan. Biaya produksi ditunjukkan oleh biaya produksi kartel yaitu merupakan
jumlah biaya dari masing-masing perusahaan yang ada dalam kartel tersebut. Jumlah
produksi secara keseluruhan ditentukan oleh perpotongan antara kurva biaya produksi
dengan kurva penerimaan marjinal kartel yaitu sejumlah x* dengan tingkat harga p*.
Pada tingkat harga ini masing-masing perusahaan akan menghasilkan produk atau
barang namun jumlah produksinya ditentukan oleh tingginya permintaan marjinal
61
pada kartel, sehingga perusahaan A pada Gambar 8.3 akan menghasilkan barang
sejumlah XA dan perusahaan B akan menghasilkan barang sejumlah XB.
Mengenai laba yang diperoleh masing-masing perusahaan adalah laba kartel
yang dibagi-bagi menurut perjanjian mereka. Seringkali laba dibagi menurut besarnya
jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing perusahaan, tetapi tidak demikian.
Kenyataan yang sering timbul masing-masing anggota kartel saling berdebat dalam
menetukan bagian pasar yang akan dipasok oleh mereka. Sejarah menemukan bahwa
kartel umumnya tidak berumur panjang, karena seringkali terjadi perubahan macam
barang yang harus dihasilkan perusahaan dan juga ada anggota-anggota yang sering
keluar dan masuk kartel. Dasar yang menjadi sebab hancurnya kartel terutama adalah
masalah pembagian laba di antara anggota kartel tersebut. Kadang-kadang ada juga
anggota kartel yang licik dengan cara menentukan harga sendiri secara diam-diam
tanpa memperhatikan reaksi dari anggota-anggota kartel lainnya. Kasus ini tejadi
dalam pasar minyak oleh OPEC, di mana beberapa anggota telah tidak mentaati
persetujuan OPEC dalam hal kuota atau jumlah minyak yang boleh dipasok oleh
masing-masng anggota.
Rp
∑MC
Rp MCA ACA Rp MCB
P*
ACB
D
MR
0 XA 0 XB 0 X
Perusahaan A Perusahaan B Industri
Gambar 7.3
62
c. Kepemimpinan Harga (Price Leadership)
Suatu usaha dalam mengurangi perang harga dalam pasar oligopoli adalah
dengan strategi kepemimpinan harga. Kepemimpinan harga terjadi pada saat
perusahaan besar bertindak sebagai pemimpin dan perusahaan-perusahaan kecil
lainnya menjadi pengikutnya. Ketentuan yang diikuti biasanya perusahaan besar yang
dominan memberikan kesempatan kepada semua perusahaan kecil bersama-sama
untuk memasok pasar dengan seluruh kemampuan produksinya, kemudian sisa pasar
yang ada akan dipasok oleh perusahaan yang dominan. Harga tadi atas dasar biaya
produksi yang dihadapi oleh perusahaan dominan tersebut. Perusahaan yang dominan
akan menentukan harga yang dapat memaksimumkan laba yang diperolehnya dan
tetap membiarkan semua perusahaan kecil untuk mengisi atau memasok pasar sesuai
dengan kemampuan mereka. Perlu diingat bahwa seluruh biaya marjinal dari
perusahaan kecil-kecil merupakan kurva penawaran perusahaan kecil-kecil secara
bersama-sama. Untuk lebih jelasnya bagaimana kepemimpinan harga ini bekerja kita
dapat memperlihatkan Gambar 8.4
Dalam Gambar 8.4 tampak bahwa kurva permintaan pasar diketahui sebagai
Dt. Kurva biaya marjinal perusahaan kecil MC K diketahui pula dan ini menunjukkan
besarnya penawaran atau pemasokan yang dapat diberikan oleh seluruh perusahaan
kecil-kecil bersama-sama. Dengan demikian kurva permintaan yang dihadapi oleh
perusahaan yang dominan dapat diketahui yaitu dengan mengurangkan jumlah
seluruh permintaan pasar dengan jumlah pasokan perusahaan-perusahaan kecil yang
menjadi pengikut dan ini ditunjukkan oleh kurva permintaan Dd. Apabila kurva
permintaan telah diketahui maka kita dapat menurunkan kurva penerimaan marjinal,
oleh karena itu kita sekarang dapat mengetahui kurva permintaan pasar untuk
perusahaan pemimpin yaitu MR. Dengan diketahuinya kurva penerimaan marjinal
dan kurva biaya marjinal perusahaan dominan, maka perusahaan dominan yang
memimpin pasar tersebut, akan menentukan harga barang yang dapat
memaksimumkan laba perusahaan dominan yaitu pada harga P2 dan jumlah
permintaan pasar yang harus dipasok sebesar Q 2. Pada tingkat harga ini perusahaan
pengikut yang kecil-kecil itu akan mengisi atau memasok pasar sebesar Q2K dan
perusahaan dominan akan mengisi pasar dengan produksi pasar sebanyak (Q2P).
Keuntungan perusahaan dominan yang memimpin pasar oligopoli ini dapat diketahui
yaitu sebagai selisih dari penerimaan total perusahaan dominan dan biaya total
perusahaan dominan. Sedangkan bagi perusahaan pengikut, jumlah laba yang
diperoleh mereka tidak dapat diketahui karena masing-masing perusahaan pengikut
memiliki struktur biaya produksi sendiri-sendiri.
63
P MCd MCk
P2
Dt
Dd
MR
Gambar 7.4
Kepemimpinan Harga
64
DAFTAR PUSTAKA
65