Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Sejarah Lahirnya Ekonomi


Ilmu ekonomi adalah suatu bidang studi yang cukup lama berkembang.
Sebagai satu bidang ilmu pengetahuan, perkembangannya bermula sejak tahun
1776, yaitu setelah Adam Smith seorang ahli ekonomi Inggris menerbitkan
bukunya yang berjudul “An Inquiry into the nature and causes of the wealth of
nations” atau sering disingkat dengan “The wealth of Nation” atau Negara
Kesejahteraan. Menurutnya, kesejahteraan dapat dicapai dengan tanpa campur
tangan (Intervensi) dari pemerintah dan alokasi sumber daya yang ada diserahkan
pada mekanisme pasar (market mechanism) atau (Invisible hand).
Adam Smith ini dikenal dengan Kelompok Klasik. Tradisi dari Kaum
Klasik inilah yang menjadi dasar perkembangan ilmu ekonomi mikro (micro
economics).

Pengertian Ilmu Ekonomi

Secara umum definisi Ilmu Ekonomi adalah ialah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana manusia memenuhi
kebutuhan yang bersifat terbatas.
Dalam definisi Ilmu Ekonomi, terkandung pengertian bahwa:
- Ilmu tentang bagaimana manusia memenuhi kebutuhan.
- Ilmu ekonomi adalah ilmu tentang pilihan (science of choices).
- Ilmu tentang cara pengalokasian sumber daya yang terbatas.
Pada umumnya pembagian ilmu ekonomi secara garis besarnya dibedakan
menjadi dua yaitu:
1. Ilmu Ekonomi Mikro.
2. Ilmu Ekonomi Makro.
Dalam ilmu ekonomi mikro ada tiga macam kegiatan ekonomi:
1. Kegiatan Produksi
2. Kegiatan Konsumsi
3. Kegiatan Distribusi

B. Masalah Pokok Perekonomian


Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan dalam masyarakat
secara keseluruhannya akan selalu menhadapi persoalan-persoalan yang bersifat
ekonomi, yaitu persoalan yang menghendaki seorang atau perusahaan ataupun

1
suatu masyarakat membuat keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan
suatu kegiatan ekonomi. Perlunya individu, perusahaan dan masyarakat untuk
membuat pilihan yang terbaik untuk melakukan kegiatan ekonomi karena adanya
permasalahan pokok perekonomian yaitu kekurangan/kelangkaan.
Kekurangan atau kelangkaan berlaku sebagai akibat dari ketidak
seimbangan antara kebutuhan masyarakat dengan faktor-faktor produksi yang
tersedia dalam masyarakat. Disatu pihak, dalam setiap masyarakat selalu terdapat
keinginan yang relatif tidak terbatas untuk menikmati berbagai jenis barang dan
jasa yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sebaliknya dilain pihak, sumber-
sumber daya atau faktor-faktor produksi yang dapat digunakan untuk
menghasilkan barang-barang tersebut adalah relatif terbatas. Oleh karenanya
masyarakat tidak dapat memperoleh dan menikmati semua barang yang mereka
butuhkan atau inginkan, mereka perlu membuat pilihan (choises). Disini manusia
bersifat rasional artinya pertimbangan menurut prinsif ekonomi dan untung rugi.
Oleh karena itu ekonomi akan memandang bahwa alat pemuas kebutuhan akan
dinilai berdasarkan alternative penggunaannya untuk kesempatan yang lain
diistilahkan Opportunity Cost (Biaya Kesempatan). Jadi ilmu ekonomi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan
pilihan atas sumber daya yang langka dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.

Permasalahan dasar yang dihadapi oleh setiap perekonomian suatu


Negara yaitu kelangkaan dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya.
Kelangkaan faktor – faktor produksi dapat ditunjukan melalui kurve
kemungkinan produksi /Production Possibility Curve.

Tabel Kemungkinan Alternatif dalam Produksi Barang Makanan dan Barang


Industri

Kemungkinan Makanan Industri


A 0 15
B 1 14
C 2 12
D 3 9
E 4 5
F 5 0

2
Kurva Kemungkinan Produksi

Keterangan

Apabila titik A – titik F kita hubungkan maka memproleh kurva kemungkinan


produksi /KKP/PPC.

C. Ruang Lingkup Teori Mikroekonomi

Teori mikroekonomi atau disebut juga teori harga membahas :


1. Arus barang dan jasa dari sektor perusahaan kesektor rumah tangga.
2. Arus faktor produksi dari sektor rumah tangga ke sektor perusahaan.
Arus barang/jasa dan arus faktor produksi ditujukan oleh gambar berikut :

3
Gambar 1.1
Siklus Lingkaran Kegiatan Ekonomi
(Model Sederhana)

D. Jenis Organisasi Sistem Ekonomi


1. Perekonomian Tradisional
Perekonomian Tradisional ditandai dengan corak kegiatan ekonomi yang
bersifat subsisten artinya barang-barang yang dihasilkan oleh pelaku-pelaku
ekonomi ditujukan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
2. Perekonomian Pasar
Dalam perekonomian pasar, ada pemisahan yang jelas antara peran
masyarakat sebagai produsen dan sebagai konsumen.
3. Perekonomian Perencanaan Terpusat
Perekonomian perencanaan, pemerintah sangat dominan menentukan jumlah
dan jenis barang yang dihasilkan.
4. Perekonomian Campuran Pemerintah
Pemerintah campur tangan dalam kegiatan ekonomi. Tapi lain perseorangan
diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan ekonomi dan menguasai
faktor produksi sesuai dengan mekanisme pasar.

4
E. Peranan Teori Mikroekonomi
1. Teori mikro ekonomi dipakai dasar untuk membuat ramalan bersyarat.
Misal, model permintaan dan penawaran. Jika kemiringan kurva permintaan
negatif dan kemiringan kurva penawaran positif, maka kenaikan harga diatas
harga keseimbangan akan menimbulkan surplus di pasar.
2. Dapat diterapkan pada kebijakan ekonomi
3. Dapat dimanfaatkan oleh perusahaan didalam pengambilan keputusan.

5
BAB II
PERMINTAAN DAN PENAWARAN

A. PERMINTAAN
1. Definisi Permintaan
Adalah jumlah barang yang dibeli oleh konsumen dalam berbagai
kemungkinan harga yang berlaku di pasar dalam suatu periode tertentu.
Ada 3 jenis permintaan (menurut Cooper)
a. Permintaan efektif (actual demand)
Adalah jumlah orang yang sedang menikmati fasilitas periwisata (orang
yang melakukan perjalanan wisata)
b. Permintaan tertahan (suppressed demand)
- Permintaan potensial
- Permintaan tertunda
c. Tidak ada permintaan
2. Hukum permintaan 
Adalah apabila harga suatu barang naik maka jumlah yang diminta
menjadi berkurang dan sebaliknya apabila harga suatu barang turun maka
jumlah yang diminta bertambah dengan asumsi faktor-faktor lainnya tidak
berubah (ceteris paribus).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN :


1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain yang berkaitan dengan barang tersebut.
3. Pendapatan masyarakat
4. Distribusi pendapatan
5. Berubahnya struktur umur
6. Cita rasa masyarakat
7. Jumlah penduduk
8. Ramalan mengenai masa yang akan datang
9. Pengaruh kebijakan pemerintah (pajak, moneter)
Kasus Pengecualian dari Hukum Pemerintah
1. Barang yang memiliki unsur spekulasi ( emas, saham, tanah)
2. Barang prestice dan luxury ( mobil mewah, benda seni tinggi, benda kuno,
dll)
3. Barang Giffen (harga turun, permintaan turun)

6
Permintaan dapat dibedakan menjadi dua:
1. Permintaan Perseorangan
Adalah permintaan yang dilakukan oleh seseorang/individu
tertentu terhadap suatu barang.
2. Permintaan Pasar
Adalah permintaan yang dilakukan oleh semua orang dalam pasar.

3. Schedule Permintaan
Adalah suatu daftar yang menunjukkan berapa banyak barang yang
akan dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada saat tertentu.
Tabel 1
Permintaan Barang X
Kemungkinan Harga (Px) Jumlah yang
diminta (Qd)
A 6 20
B 5 40
C 4 60
D 3 80
E 2 100

Tabel 2
Permintaan Pasar

No Harga Permintaan Ali Permintaan Permintaan


Badu Pasar
1 5000 10 10 20
2 4000 15 15 30
3 3000 30 20 50
4 2000 50 30 80
5 1000 70 45 115

PERUBAHAN PERMINTAAN 
Adalah bergesernya kurva permintaan, disebabkan karena adanya
perubahan faktor-faktor lain selain harga barang bersangkutan.
PERUBAHAN JUMLAH YANG DIMINTA
Adalah bergesernya sepanjang kurva permintaan disebabkan oleh
adanya perubahan harga barang bersangkutan.

7
4. Fungsi Permintaan
Pengaruh harga terhadap permintaan secara matematik
Qd = f(P)
P = a - bQD
Qd = Jumlah barang yang dibeli
Px = harga barang

Perubahan jumlah yang diminta dengan perubahan permintaan.

Perubahan jumlah yang


diminta masih tetap
berada pada sepanjang
kurve (DD).

Apabila terjadi permintaan,


karena ialah satu ceteris
paribus berubah(D1D1).

B. Penawaran.
1. Definisi 
Adalah jumlah barang yang dijual dalam berbagai kemungkinan harga
yang berlaku di pasar dalam satu periode tertentu.

2. Hukum penawaran 
Adalah apabila harga suatu barang naik maka jumlah yang dijual
bertambah dan sebaliknya apabila harga turun maka jumlah yang dijual juga
turun.

3. Fungsi penawaran
Qs = f (Px)
Qsx = a + b Px 
Qsx = Jumlah barang yang dijual
Px = Harga barang

8
4. Daftar Penawaran
Adalah suatu daftar yang menunjukkan berapa banyak barang yang
dijual oleh produsen pada berbagai tingkat harga.
Tabel 3
Penawaran Barang X
Kemungkinan Harga (Px) Jumlah yang
dijual (Qs)
A 6 100
B 5 80
C 4 60
D 3 40
E 2 20

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN


1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang-barang lain
3. Biaya produksi
4. Berubahnya teknik produksi
5. Kenaikan pajak
6. Ramalan-ramalan masa yang akan datang
7. Harga Faktor Produksi
8. Kebijakan Pemerintah

C. Harga Keseimbangan (Price Equilibrium)


Adalah harga yang dibentuk oleh perpotongan kurva permintaan dan
kurva penawaran. Titik potong tersebut dinamakan titik E.

Tabel 4
Permintaan dan penawaran
Kemungkinan Harga Permintaan Penawaran
(Qdx) (Qsx)
A 6 20 100
B 5 40 80
C 4 60 60
D 3 80 40
E 2 100 20

9
Gambar Kurva Permintaan& Penawaran

0
Surplus Konsumen
Surplus Konsumen = selisih antara jumlah yang konsumen sanggup membayar
dengan yang harus dibayar.
Surplus Produsen = selisih antara jumlah yang diterima dengan mereka yang harus
menerima.

D. Elastisitas
1. Definisi
Elastisitas adalah kepekaan dari jumlah barang yang diminta atau
yang ditawarkan sebagai akibat perubahan tingkat harga dari barang yang
bersangkutan.

2. Pembagian Elastisitas
a. Elastisitas permintaan (Price Elasticity of Demand)
b. Elastisitas penawaran (Price Elasticity of Supply
3. Elastisitas Permintaan
Adalah kepekaan dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari
perubahan harga barang yang bersangkutan atau prosentase perubahan
jumlah barang yang diminta dibandingkan dengan prosentase perubahan
barang yang bersangkutan.

10
4. Koefisien Elastisitas Permintaan
Adalah angka yang menunjukkan besarnya elastisitas permintaan.
Biasanya dengan notasi E.

5. Macam-macam Elastisitas Permintaan


a. Permintaan yang elastic (E > 1)
Adalah apabila prosentase perubahan tingkat harga lebih kecil
dibandingkan dengan prosentase perubahan jumlah barang yang diminta.
b. Permintaan elastis sempurna (E = ~)
Artinya akan dibeli jumlah barang yang tak terbatas pada harga yang
sama.
c. Permintaan in elastis (E < 1)
Adalah apabila prosentase perubahan tingkat harga lebih besar dari pada
prosentase perubahan jumlah barang yang diminta.
d. Permintaan in elastis sempurna (E = 0)
Adalah apabila jumlah yang diminta sama sekali tidak berubah dengan
adanya perubahan harga.
e. Permintaan unitary elastis (E = 1)
Adalah apabila prosentase perubahan tingkat harga adalah sama dengan
prosentase perubahan jumlah barang yang diminta.

6. Mengukur/Mengetahui Elastisitas
a. Dengan melihat gambar (Tegak dan rebah)
b. Dengan menghitung koefisien elastisitas.
Ada dua cara:
1) Pada satu titik (point elastisitas)
Q P
E=¿ x
P Q
2) Antara dua titik (Arc elastisitas)
Q P 1+ P 2
E=¿ x
P Q1+Q 2
3) Cross Elasticity ( elastisitas silang)
∆ Q P1
E= ×
∆P
1
Q
∑lastisitas silang : % perubahan barang tertentu yang disebabkan oleh %
dengan barang lain.
4) ∑lastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
% perubahan permintaan yang disebabkan oleh % perubahan pendapatan
konsumen.

11
∆Q
Q ∆Q I
E= = ×
∆I ∆I Q
I

7. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan


a. Kemungkinan adanya barang pengganti
b. Dapat tidaknya suatu barang dipergunakan untuk pemuasan keperluan
lain
c. Perimbangan antara harga dan penghasilan
d. Kebiasaan
8. Elastisitas Penawaran
Adalah kepekaan dari jumlah barang yang dijual sebagai akibat dari
perubahan harga barang.

9. Macam-macam Elastisitas Penawaran


a. Penawaran Elastis
b. Penawaran yang elastis sempurna
c. Penawaran in elastis
d. Penawaran in elastis sempurna
e. Penawaran unitary

10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Penawaran


a. Ketepatan waktu yang diperlukan untuk mengisi pasar dengan barang-
barang
b. Kemungkinan dapat disimpannya barang-barang tersebut
c. Harga barang-barang pengganti
d. Harga barang-barang pesaing
e. Taksiran dari si penjual tentang harga yang ditentukan dikemudian hari
f. Taksiran dari penjual sendiri tentang jumlah barang yang akan ditawarkan
dikemudian hari.

12
BAB III
PERILAKU KONSUMEN

A. Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Guna Klasik/Kardinal


Pengertian guna :
Guna/utility adalah kepuasan yang diperoleh konsumen dari barang, jasa yang
dikonsumirnya.
Guna dalam pengertian ini dapat dibedakan menjadi 2 konsep yaitu:
a. Guna total/total utility = TU
b. Guna batas/Marginal utility = MU
Guna total adalah:
Jumlah kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumir berbagai jumlah barang,
semakin besar/banyak yang dikonsumir persatuan waktu berarti semakin besar
guna yang diperoleh dan pada suatu titik konsumsi tertentu maka guna total ini
akan maksimum dan selebih itu si konsumen tak akan memperoleh kepuasan
lagi, titik itu dinamakan titik kekenyangan=titik jenuh=saturation point.
Guna batas (MU) adalah:
Tambahan guna total yang diakibatkan oleh tambahan satu satuan konsumsi
barang-barang persatuan waktu.
Contoh :

Qx Tux Mux
0 0 -
1 10 10
2 18 8
3 24 6
4 28 4
5 30 2
6 30 0
7 28 -2

TU x
MUx =
Q x

13
Jika kita gambarkan skedul guna total dan guna marginal, karena guna marginal
didefinisiskan sebagai perubahan guna total akibat merubah konsumsi dengan satu
satuan, maka tiap nilai MUx akan menurun (lihat tabel) Total utility (TU) maksimum
maka MUx = 0 lewat titik maksimum maka MUx akan menurun/negatif.

Gambar 3.1

Keterangan:

TUx = max maka MUx

14
Lewat titik maksimum nilai MUx negatif/ menurun. Penurunan liku MU x
menggambarkan prinsip tambahan guna yang semakin berkurang (The principle of
diminishing marginal utility).
Pengertian guna memungkinkan kita untuk menganalisa tingkah laku konsumen
perseorang dipasar.

MEMAXIMER GUNA
Misalnya konsumen mempunyai pendapat sebesar $12 persatuan waktu dan dengan
pendapatannya itu konsumen bisa membeli dua barang yaitu barang X (Qx) dan
barang Y (Qy) dengan harga masing-masing barang adalah $1 (harga X = Px sama
harga Y = Py).

MASALAHNYA
Bagaimanakah konsumen itu mengalokasikan pendapatannya antara barang X dan
barang Y.

SYARAT MEMAXIMER KEPUASAN 


1. MUX = MUY = ....... MUZ
Px Py Pz
2. QxPx + QyPy + .........QzPz = Income

Contoh:
Dari tabel berikut ini tentukan bagaimanakah kombinasi antara barang X dan barang
Y akan memberikan kepuasan dengan pendapatan $ 12.

BARANG X BARANG Y
QX MUX QY MUY
1 40 1 30
2 36 2 29
3 32 3 28
4 28 4 27
5 24 5 26
6 20 6 25
7 12 7 24
8 4 8 20

Pertanyaan dari tabel:


Bagaimanakah kombinasi antara barang X dan barang Y akan memberikan
kepuasan dengan pendapatan $12

15
Jawaban:
1. Karena harga barang X maupun Y $1 maka Mu yang sama adalah pada
MUX MUY 24 24
Px
= Py
= 1
= 1
2. QxPx + QyPy = 1
5.1 + 7.1 = 12
Jadi konsumen akan memperoleh kepuasan maximum dengan income $12
yaitu dengan kombinasi barang X = 5 unit dan barang Y = 7 unit
B. Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Guna Ordinal
Para ahli ekonomi lebih senang memakai pendekatan curve indifferent
karena teori ini tidak memakai asumsi bahwa : guna batas itu dapat diukur dan
guna batas itu semakin berkurang.
Definisi:
Curve indiffrent yaitu curve yang memperlihatkan berbagai kombinasi barang X
dan Y yang memberikan kepuasan yang sama kepada konsumen atau diantara
mana konsumen adalah indifferent. Atau curve indifferent menunjukkan berbagai
kombinasi barang X dan Y yang memberikan manfaat/kepuasan yang sama
kepada konsumen. Kurve indifferent semakin tinggi memberikan kepuasan yang
lebih tinggi dan demikian juga sebaliknya.

Gambar 3.2

Keterangan:

16
1. Kalau kita mengkonsumsi barang X sebesar OX1 dan barang Y sebesar OY1
maka tingkat kepuasan adalah pada A (terletak pada IC1)
2. Kalau kita mengkonsumsi lebih banyak dari OY1 yaitu sebesar OY2 begitu
juga OX1 menjadi OX2 maka tingkat kepuasan adalah pada titik B.
Pada titik B akan memberikan kepuasan yang lebih tinggi karena berarti lebih
banyak barang yang dikonsumsi jadi makin tinggi IC maka tingkat kepuasan
akan semakin tinggi, pada titik C akan lebih tinggi dari pada kepuasan pada titik
B. Curve indeffrent bagi seorang konsumen sering disebut dengan indeffrent
map.

Sifat-sifat khusus dari indeffrent curve yaitu: 


1. Turun miring kekanan
Karena barang-barang ekonomi termasuk barang-barang langka maka jika
seorang mengkonsumsi banyak barang X maka ia harus mengkonsumsi
barang Y dalam jumlah yang lebih sedikit agar tetap memperoleh tingkat
kepuasan yang sama. Jadi suatu indifferent curve harus turun miring ke
kanan.
2. Cembung kearah titik nol
Karena ada MRS (Marginal Rate of Subtitusi) dari suatu barang dengan
barang lainnya.
3. Tidak saling berpotongan
Karena masing-masing kurve indifferent memberikan tingkat kepuasan yang
berbeda-beda. Semakin tinggi letak kurve indifferent semakin besar pula
tingkat kepuasan yang dicapai oleh konsumen.

GARIS BATAS ANGGARAN/BUDGET LINE


Konsumen akan selalu berusaha untuk mengalokasikan penghasilannya yang
terbatas jumlahnya untuk membelikan barang dan jasa yang tersedia dipasar
sehingga tingkat kepuasannya yang diperolehnya maksimum. Berdasarkan
asumsi diatas dan juga dengan mengingat sifat-sifat khusus dari kurve indifferent
(IC) maka kurve permintaan individual dengan mudah ditentukan. Teori ini
mempunyai manfaat didalam memahami persoalan bagaimana permintaan
konsumen akan suatu barang berpengaruh oleh adanya perubahan harga barang
dan penghasilan konsumen itu sendiri.
Definisi garis batas anggaran:
Garis batas anggaran adalah menunjukkan semua kombinasi berbeda dari dua
jumlah barang yang dapat dibeli oleh konsumen, dengan pendapatan dan harga
barang yang berbeda. Atau garis yang menghubungkan titik-titik kombinasi
barang yang dapat dibeli dengan sejumlah penghasilan yang tertentu besarnya.

PERGESERAN SUATU GARIS ANGGARAN BELANJA 

17
Pergeseran dari garis anggaran belanja ini biasanya di sebabkan oleh :

1. pendapatan konsumen (naik atau turun) dan tingkat harga tetap


Jika pendapatan naik maka dengan asumsi seluruh pendapatan dikonsumsikan
dan harga barang tetap, maka pergeseran garis anggaran belanja adalah ke
kanan (AʹAʹ) dan sejajar dengan garis mula-mula. Begitupula sebaliknya bila
penghasilan berkurang maka garis anggaran akan bergeser kekiri (AʺAʺ).
Gambar 3.3

2. Perubahan harga dari salah satu barang sedangkan harga barang yang lain dan
pendapatan tetap.
Gambar 3.4

18
Keterangan :
Garis anggaran mula-mula AB. Bila harga barang X naik sedangkan harga
barang Y dan pendapatan tetap maka konsumen akan mengurangi jumlah
barang X yang dibeli sehingga garis amggaran yang baru menjadi AB’
(jumlah barang x yang dibeli berkurang sedangkan Y tetap)

KESEIMBANGAN KONSUMEN 
Keseimbangan konsumen adalah kondisi dimana konsumen telah
mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang dimiliki
dikonsumsi untuk mencapai tingkat kepuasan yang maksimum. Atau untuk
tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran minimal. Secara grafis
kondisi keseimbangan konsumen tercapai pada saat kurva garis anggaran
bersinggungan dengan kurva indifferent.

Gambar 3.5

19
PRICE CONSUMPTION CURVE (KURVA HARGA KONSUMSI) / PCC
Kurva harga konsumsi adalah kurva yang menghubungkan titik-titik
keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat harga barang X dimana
pernghasilan konesumen tetap dan harga barang Y tetap

Gambar 3.6

20
Keterangan:
Misalnya pendapatan, rasa preferensi dan harga barang Y tetap konstan maka
dengan berubahnya harga barang X maka akan berubah juga garis kombinasinya.
Bila kombinasi mula-mula adalah titik B dengan jumlah barang OX2, OY2 maka
bila harga X naik kombinasinya akan menjadi titik A dengan jumlah barang OX1
dan OY1. Bila harga X turun maka garis kombinasi akan bergeser ke kanan dan
kombinasi barang juga berubah yaitu OX2, OY2 menjadi OX3 dan OY3. Jadi
kalau harga X naik maka garis kombinasi akan menyinggung IC yang lebih
rendah dan kalau harga X turun maka garis kombinasi akan menyinggung IC
yang lebih tinggi. Garis yang menghubungkan titik-titik equilibrium konsumen
pada berbagai harga X disebut dengan Price Consumption Curve/ PCC.

Elastisitas Permintaan dan Curve Harga Konsumsi

21
Dari bentuk curve harga kosumsi atau PCC kita bisa mengatakan sifat dari
permintaan yang baik

a. Unitary Elastis

Y/UT

I/Py

YO PCC
I
II

X/UT
O XI I/PX XO I/PX

Keterangan :

 Ini memperlihatkan PCC parallel dengan sumbu X (Horizontal),


berarti barang X adalah “ Unitary Elastis”
 Dengan naiknya harga barang X dari Px → Px 1 sedangkan
penghasilannya untuk membeli barang X tetap, begitu pula untuk
barang Y → Oyo tidak berubah maka elastisitasnya = 1 (unitary
elastis)

b. In Elastis
Y/UT

22
I/Py
PCC
YI
II
Y

X/UT
O X XI I/PxI I/Px

Keterangan :

 Memperlihatkan PCC miring keatas ini menunjukkan bahwa


permintaan “In Elastis”
 Kenaikan harga barang X dari Px → Px1 menyebabkan berkurangnya
pengeluaran untuk barang lain (bukan barang X), dari OY→ OY 1,
sehingga pendapatan untuk membeli barang X lebih banyak kenaikan
pengeluaran untuk barang X karena ada kenaikan harga barang X.

c. Elastis

23
Y/UT

I/Py

YI

Y PCC
II
I

X/UT
O XI I/PX X I/PX

Keterangan :

 Memperlihatkan PCC yang turun miring ini menunjukkan bahwa


permintaan “elastis”
 Kenaikkan harga barang X menyebabkan pendapatan yang
dibelanjakan untuk barang lain (bukan barang X) dari OY→ OY1, oleh
karena itu lebih sedikit pendapatannya untuk barang X

Suatu kenaikan harga barang X menyebabkan berkurang pengeluaran untuk


barang X

INCOME CONSUMTION CURVE / KURVA PENGHASILAN KONSUMSI

24
Kurva penghasilan konsumsi adalah konsumsi / ICC kurva yang menghubungkan
titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat penghasilan dimana
tingkat harga barang tidak berubah. Kurva mempunyai nilai kemiringan positif
bila kedua barang termasuk jenis-jenis “normal” atau “superior”

Gambar 3.7

Dari kurva penghasilan konsumen ini dapat diperoleh kurva Engel bagi masing-
masing komoditi.
Kurva Engel adalah suatu fungsi yang menghubungkan keseimbangan jumlah
komoditi yang dibeli konsumen pada berbagai tingkat penghasilan. Nama kurva
ini diambilkan dari nama Christian Lorent Engel. Seseorang ahli statistik Jerman
yang pada abad 19 meneliti masalah ini. Bentuk kurva Engel ini ada 2 :

Bentuk (a) Bentuk (b)

Untuk kebutuhan barang pokok Untuk kebutuhan barang mewah

25
BAB IV
PERILAKU PRODUSEN

A. Teori Produksi 
Teori produksi adalah teori yang menerangkan sifat hubungan antara tingkat
produksi yang akan dicapai dengan jumlah faktor-faktor produksi yang
digunakan.
Bentuk- bentuk organisasi perusahaan:
1. Perusahaan perseorangan
2. Perusahaan negara
3. Koperasi

Ad.1 Perusahaan Perseorangan


a. Usaha dagang
Adalah usaha yang terbanyak dalam setiap perekonomian.
Ciri-cirinya adalah :
- Usaha kecil-kecilan
- Sumbangannya terhadap produk nasional kecil
- Modal kecil
Keuntungan: Kebebasan yang tidak terbatas
Kelemahan: Modal kecil dan sukar dapat pinjaman

b. Firma (Perusahaan Perkonsian)


Adalah organisasi perusahaan yang dimiliki oleh beberapa orang.
Ciri-cirinya:
1. Modal dikumpulkan bersama
2. Menjalankan usaha bersama
3. Tanggung jawab bersama
Kelemahan: Sukar menjadi kesepakatan bersama

c. CV
Adalah organisasi perusahaan yang dimiliki oleh banyak orang.

d. Perseroan terbatas (PT)


Adalah organisasi perusahaan yang modalnya dihimpun melalui penjualan
saham.
Kebaikannya : Mengumpulkan modal dengan menjual saham.

26
Ad.2 Perusahaan Negara
- Perusahaan ini disebut BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
- Perusahaan Negara bergerak diberbagai bidang ekonomi
- Contoh: Telkom, Bank, PLN

Ad.3 Perusahaan Koperasi


Adalah perusahaan dengan tujuan bukan mencari keuntungan tetapi untuk
melindungi kepentingan para anggotanya. Jenis koperasi ada 3 yaitu:
a. Koperasi konsumsi
b. Koperasi produksi
c. Koperasi kredit

B. Fungsi Produksi 
Adalah hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
diciptakan. Dalam analisa ekonomi mengenai produksi selalu dianggap bahwa
faktor produksi (Tanah, modal dan wirausaha) tetap jumlahnya, hanya tenaga
kerja yang dianggap berubah.

Perbedaan perusahaan dan industri


- Perusahaan adalah suatu badan usaha yang menggunakan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat.
- Industri adalah kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-
barang yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam satu pasar.
Fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk rumus:
Q = f (K, L, R, T)
Keterangan:
Q = Jumlah produksi yang dihasilkan
K = Jumlah modal
L = Jumlah tenaga kerja
R = Jumlah alam
T = Tingkat teknologi
Persamaan tersebut diatas berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung
pada jumlah modal, tenaga kerja, alam dan teknologi.

PRODUKSI DENGAN SATU FAKTOR BERUBAH.


Adalah proses produksi yang menganggap faktor-faktor lain (Alam,
Modal, Teknologi) tetap dan hanya faktor produksi tenaga kerja yang berubah.
Dalam teori dinyatakan poses produksi tidak bisa terlepas dari hukum hasil
lebih yang semakin berkurang ( The Law of Diminishing Return ) adalah:
Hukum yang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi

27
total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu
tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya
mencapai nilai negatif.
Dari definisi hukum tersebut dapat dibedakan 3 tahap :
a. Tahap pertama : Produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat.
b. Tahap kedua : Produksi total tambahannya semakin lambat.
c. Tahap ketiga : Produksi total semakin lama semakin berkurang.

Tahap-tahap tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No Tanah Tenaga Produksi Produksi Produksi Tahap


Petak ( Ha ) Kerja Total / TP Marginal / MP Rata-rata
( orang ) ( unit ) ( unit ) ( unit )AP
1 1 0 0 - 0
2 1 1 2 2 2
pertama
3 1 2 5 3 2 1/2
4 1 3 9 4 3
5 1 4 12 3 3
6 1 5 14 2 2 4/5 Kedua
7 1 6 14 0 2 1/5
8 1 7 12 -2 1 5/7 Ketiga

Penjelasan:
1. Pada tahap pertama produksi total mengalami pertambahan yang semakin
cepat, produksi marginal juga menghasilkan tambahan produksi yang lebih
besar dari yang dicapai pekerja sebelumnya.
2. Pada tahap kedua apabila tenaga kerja ditambah dari 4 menjadi 5 sampai 6
produksi total tetap bertambah, tetapi jumlah pertambahannya semakin
lama semakin sedikit. Pada saat ini produksi marginal semakin berkurang.
Pada awal tahap kedua sebenarnya hukum ini sudah mulai bekerja.
3. Pada tahap ketiga tambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi
total, malahan semakin berkurang yaitu pada tambahan tenaga kerja dari 6
menjadi 7 orang.

1. Kurva Produksi sama ( Isoquant)


Adalah kurva yang menggambarkan kombinasi/gabungan tenaga kerja dan
modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu.
Contoh :
Seorang pengusaha ingin memproduksi suatu barang sebanyak 1000 unit.
Untuk memproduksi barang tersebut ia mempergunakan tenaga kerja dan
modal seperti tabel dibawah ini:

28
GABUNGAN TENAGA MODAL
KERJA
A 1 6
B 2 3
C 3 2
D 6 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa gabungan A memerlukan 1 unit


tenaga kerja dan 6 unit modal. Untuk B diperlukan 2 unit tenaga kerja dan
3 unit modal. Untuk C diperlukan 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal dan
D memerlukan 6 unit tenaga kerja dan 1 unit modal. Isoquant yang lebih
tinggi mencerminkan jumlah output yang lebih besar, dan isoquant yang
lebih rendah mencerminkan output yang lebih rendah.
Contoh:
Isoquant I/100 Isoquant I/200 Isoquant I/300
L K L K L K
2 11 4 13 6 15
1 8 3 10 5 12
2 5 4 7 6 9
3 3 5 5 7 7
4 2,3 6 4,2 8 6,2
5 1,8 7 3,5 9 5,5
6 1,6 8 3,2 10 5,3
7 1,8 9 3,5 11 5,5

Gambar 4.1

29
2. Garis Biaya Sama (Isocost)
Adalah garis yang menggambarkan kombinasi/ gabungan faktor-
faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya
tertentu. Untuk membuat garis isocost diperlukan data:
a. Harga faktor-faktor produksi
b. Jumlah uang yang tersedia untuk membeli faktor-faktor produksi.
Contoh:
Uang yang tersedia Rp. 80.000, upah tenaga kerja Rp. 8.000 dan biaya
modal Rp. 10.000. Jika seluruh uang dibelanjakan untuk tenaga kerja, maka
akan mendapat 10 unit dan kalau dibelanjakan untuk modal, maka
mendapat 8 unit.
Rumus:
C = K. Pk + L. Pl

3. Keseimbangan Produsen
Setiap produsen selalu menginginkan produksi yang maksimum dengan
biaya yang minimum. Keseimbangan produsen dapat terjadi seperti pada
gambar dibawah ini:

Gambar 4.2

Dari gambar diatas bisa dilihat bahwa garis AB merupakan isocost yaitu
sejumlah biaya tertentu yang tersedia untuk mendapatkan faktor-faktor
produksi. Isoquant I, II, III merupakan produksi tertentu yang diinginkan.
Kalau produsen berproduksi dengan memakai kombinasi pada titik C dan D,
pada titik kombinasi faktor produksi yang dihasilkan sebanyak isoquant I
dapat dibeli denga biaya yang tersedia. Dalam hal ini sebenarnya output dapat
dibesarkan tanpa memerlukan tambahan biaya, tetapi cukup dengan

30
melakukan pemilihan kombinasi faktor produksi yang lebih tepat. Faktor
produksi dapat diperbesar sampai pada isoquant III. Tetapi dalam hal ini
banyak tidak mencukupi hingga produksi tidak mungkin. Keseimbangan akan
terjadi pada isoquant II, dimana kombinasi faktor produksi paling maksimum
yaitu pada titik E yang merupakan titik pertemuan antara isoquant dan isocost.
Jadi keseimbangan produsen terjadi pada saat pertemuan isoquant dan isocost.

31
BAB V
TEORI BIAYA PRODUKSI

A. Biaya Produksi 
Adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk
menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut.

Kegunaan pengetahuan biaya produksi:


1. Melukiskan tingkah laku aktual perusahaan
2. Dapat meramalkan tingkah laku perusahaan dalam menghadapi perubahan
kondisi
3. Membantu perusahaan bersangkutan dalam menentukan kebijaksanaan yang
terbaik dalam rangka mencapai tujuan
4. Dapat memberikan penilaian tentang cara-cara perusahaan mengelola faktor
produksi

B. Jenis Biaya Produksi


1. Biaya Eksplisit
Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang berupa pembayaran dengan
uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang
diperlukan.
2. Biaya Tersembunyi (Imputed)
Adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki
oleh perusahaan sendiri.
Misalnya :
a. Keahlian keusahawan produsen
b. Modal sendiri
c. Bangunan perusahaan
Jenis Biaya Produksi Yang Lain:
1. Biaya produksi total
a. Biaya tetap total (TFC)
Adalah jumlah biaya-biaya yang tetap dibayar perusahaan berapapun
tingkat outputnya.
Seperti: sewa gedung, penyusutan, gaji
b. Biaya berubah total (TVC)
Adalah jumlah biaya-biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya
output yang diproduksi.
c. Biaya keseluruhan (TC)

32
Adalah penjumlahan biaya tetap dengan biaya berubah ( TC = TFC +
TVC)
2. Biaya produksi rata-rata (Per satuan)
a. Biaya tetap rata-rata (AFC)
Adalah biaya tetap yang dibebankan pada setiap unit output.
TFC
AFC =
Q
b. Biaya berubah rata-rata (AVC)
Adalah biaya berubah yang dibebankan pada setiap unit output.
TVC
AVC =
Q
c. Biaya keseluruhan rata-rata (AC)
Adalah biaya produksi dari tiap unit barang yang dihasilkan.
TC
AC =
Q
3. Biaya Marginal (MC)
Adalah kenaikan biaya total yang diakibatkan oleh produksinya tambahan
satu unit output.
Tabel 5
Berbagai Jenis Biaya
Q TFC TVC TC MC AFC AVC AC
0 60 0 60 - - - -
1 60 30 90 30 60 30 90
2 60 40 100 10 30 20 50
3 60 45 105 5 20 15 35
4 60 55 115 10 15 13,75 28,75
5 60 75 135 20 12 15 27
6 60 120 180 45 10 20 30

C. HUBUNGAN ANTARA MC, AC DAN AVC 


1. Ketika AC turun, maka MC juga turun lebih cepat.
2. Kurve MC memotong kurve AC dari bawah tepat melalui titik minimumnya.
3. Ketika AC naik, maka MC juga naik dengan lebih cepat
4. Kurve MC memotong kurve AVC dari bawah tepat melalui titik minimum.

33
BAB VI
PENETAPAN OUTPUT DAN HARGA MENURUT BENTUK
PASAR

Setiap perusahaan yang mempunyai tujuan memaksimumkan keuntungan


harus dapat menentukan kebijakan tentang harga dan output yang memungkinkan ia
memperoleh keuntungan tertinggi (maksimum). Kebebasan perusahaan dalam
menentukkan tingkat harga dan output yang diproduksi/dijual bergantung dari
intensitas persaingan yang terjadi di pasar, semakin tinggi kebebasaan perusahaan
dalam menentukan harga dan jumlah output yang dihasilkan/dijual agar ia
memperoleh laba/keuntungan maksimum.
Pasar yang dimaksud untuk mengukur intensitas persaingan disini adalah
kumpulan dari perusahaan-perusahaan sejenis (disebut dengan industri)
Misal: kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang
elektronika disebut dengan pasar elektronika (industri elektronika).
Berbagai bentuk pasar yang terdapat dalam suatu perekonomian dibedakan
berdasarkan tinggi rendahnya intensitas persaingan antar perusahaan yang terdapat
dipasar tersebut.
Pasar yang memiliki intensitas persaingan paling tinggi disebut dengan pasar
persaingan sempurna, sedangkan pasar yang memiliki intensitas persaingan paling
rendah atau bahkan tidak ada persaingan disebut dengan pasar persaingan tidak
sempurna al yaitu pasar monopoli.
Sedangkan pasar yang berada diantara pasar persaingan sempurna dan pasar
monopoli adalah pasar oligopoly dan pasar monopolistik.

A. Pasar Persaingan Sempurna


Adalah suatu keadaan pasar dimana dalam pasar terdapat banyak penjual
(perusahaan) dan banyak pembeli dimana setiap penjual/pembeli tidak dapat
mempengaruhi harga yang berlaku (Price taker).
Ciri- cirri (Karakteristik) pasar persaingan sempurna :
1. Terdapat banyak perusahaan dan setiap perusahaan menghasilkan barang
yang bersifat homogeny (sama).
2. Setiap perusahaan (produsen) dan konsumen (pembeli) memiliki informasi
yang sempurna mengenai pasar.
3. Perusahaan memiliki kebebasan masuk (pada saat harga pasar tinggi) atau
keluar pasar (pada saat harga pasar rendah).
Bentuk kurva permintaan perusahaan dalam pasar persaingan
sempurna merupakan sebuah garis horizontal pada tingkat harga pasar, dimana
tingkat harga besarnya = penerimaan rata-rata = penerimaan marginal (P = AR =
MR).

34
Gambar 6.1

Kurva Permintaan Perusahaan

Bentuk kurva penerimaan total (TR) dalam proses persaingan sempurna


adalah berbentuk garis lurus dengan sudut kemiringan positif.
TR = P x Q
Karena tingkat harga output sudah ditentukan oleh pasar (besarnya
konstan) maka penerimaan rata-rata (AR) dan penerimaan marginal (MR) adalah
sama dengan tingkat harga (P).

Tabel 6.1
Hubungan Tingkat Harga, Jumlah Output yang diminta, Penerimaan Total,
Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan Marginal
Q FC VC TC AC MC P = AR = MR TR Laba / Rugi
0 20 - 20 - - 10 0 -20
1 20 8 28 28 8 10 10 -18
2 20 14 34 17 6 10 20 -14
3 20 18 38 12,7 4 10 30 -8
4 20 20 40 10 2 10 40 0
5 20 24 44 8,8 4 10 50 6
6 20 32 52 8,6 8 10 60 8
7 20 42 62 8,9 10 10 70 8
8 20 56 76 9,5 14 10 80 4
9 20 76 96 10,7 20 10 90 -6
10 20 108 128 12,8 32 10 100 -28
Sumber : data hipotesis

35
Gambar 6.2

Kurva Permintaan TR, AR, MR

Keterangan :
Berapapun jumlah output yang dihasilkan/dijual perusahaan tidak dapat
mempengaruhi harga per unit, maka kurva TR akan bersifat linier (berbentuk
garis lurus).

Penentuan Harga dan Output (keseimbangan) Perusahaan Dalam Jangka


Pendek.
Persyarataan:
1. Perusahaan berproduksi pada saat MR = MC
2. Perbandingan antara P dengan AC atau paling tidak P > AVC
Laba maksimum (P > AC)

36
Gambar 6.3
Kondisi Perusahaan Memperoleh Laba Maksimum

Keterangan :
- Kondisi yang dihadapi oleh perusahaan dalam pasar
- Harga yang berlaku adalah P* dan kurva permintaan ditunjukkan oleh AR
(horizontal)
- Pada P* perusahaan akan menentukkan output sebesar Q* karena pada Q*
memberikan keuntungan maksimum (P > AC laba super normal/murni)
- Besarnya laba adalah (P* - AC . Q* )
Dan perusahaan dapat melakukan ekspensi.

Break Event Point (BEP)


Misalkan dalam pasar persaingan sempurna terjadi penurunan harga (P1)
sementara struktur biaya produksi adalah tetap.

Gambar 6.4
Kondisi Perusahaan BEP
P(Rp)

MC

AC
k
AC=P D = AR = MR

Q
0 Q*

37
Keterangan:
a. Pada P1 perusahaan akan berproduksi sebanyak Q1 karena pada Q1 tersebut
P1 = MC (MR = MC = P1).
b. P = AC Perusahaan BEP
c. BEP Laba adalah = 0 (Laba normal)

Rugi
Perusahaan dalam pasar persaingan sempurna mengalami kerugian apabila
tingkat harga barang dipasar lebih rendah dari pada biaya rata-rata total yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam menghasilkan barang tersebut (P <
AC). Dalam keadaan rugi suatu perusahaan dapat mengambil keputusan apakah
tetap berproduksi atau menutup usahanya (shut down point). Keputusan mana
yang diambil tergantung apakah harga produk akan menutup AVC. Jadi disini
ada 3 kemungkinan:
- Bila price > AVC maka perusahaan akan memilih alternatif 1 (terus
berproduksi)
- Bila price = AVC maka bisa dipilih salah satu dari kedua alternatif tersebut.
- Bila price < AVC maka perusahaan akan memilih alternatif ke dua
(menghentikan produksinya)

Rugi dan Tetap Berproduksi ( Kerugian Minimum )

Gambar 6.5
Kondisi Perusahaan Rugi Minimum

38
Keterangan :
a. Harga = P2
b. Biaya rata-rata total = AC
c. Biaya variabel rata-rata = AVC
d. AC>P>AVC
e. Rugi hanya sebesar ( AC-P2) . Q2 Rugi minimum
Selama AC>P>AVC perusahaan tetap beroperasi (tidak perlu menutup usaha)
karena TR perusahaan masih mampu menutup sebagian dari TFC.

Rugi dan Menutup Usaha

Gambar 6.6

Kondisi Perusahaan Berhenti Berproduksi

Keterangan :
a. Harga = P3
b. Biaya rata-rat total = AC
c. Biaya variabel rata-rata = AVC
d. AC>P3 = AVC
e. Rugi sebesar AC – AVC (AFC x Q = TFC)
f. Perusahaan menutup usaha P = AVC Shut-Dwon Point

39
1) Industri dengan biaya menurun (Decreasing cost industry)
Yang dimaksud dengan Industri dengan struktur biaya yang menurun ialah
industry yang mempunyai kecenderungan memiliki biaya yang semakin rendah
semakin banyaknya jumlah barang yang dihasilkan. Keadaan dari industry semacam
ini dapat dilukiskan pada Gambar 6.8 di bawah ini. Gambar 6.8 melukiskan keadaan
perusahaan yang sudah berada dalam keseimbangan jangka panjang. Dalam keadaan
ini perusahaan hanya mampu mendapatkan laba normal yang dilukiskan oleh
perpotongan antar kurva biaya marjinal jangka pendek dengan kurva biaya total rata-
rata jangka pendek, dan pada saat itu pula kurva biaya rata-rata jangka panjang
berada pada titik skala produksi yang minimum.

D1
SMC1 D0
S0
SAC1
SMC2 SAC2 S1
LAC1
P1
LAC2 E
P0
P2 F

LRS

0 X0 X1 X2 0 X0 X1 X2

Gambar 6.7
Industri Dengan biaya Menurun

Adapun tingkat harga ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan


dan kurva penawaran di dalam pasar atau industry. Tingkat harga ini mau tidak mau
harus dihadapi oleh perusahaan yang bekerja dalam persaingan sempurna. Kemudian
kalau kita andaikan terjadi suatu perubahan tingkat pendapatan dalam masyarakat,
sehingga menyebabkan kurva permintaan pasar D0 bergeser ke kanan menjadi D1,
maka ini berarti akan menaikan harga P1 dan ada perpotongan yang baru antara kurva
permintaan D1 dan kurva penawaran S0 pada titik F. Tingkat harga yang baru yaitu P1
harus dihadapi oleh perusahaan. Dengan harga barang setinggi P 1, maka perusahaan
akan menyesuaikan tingkat produksinya yatu sampai pada jumlah produksi X1 di
mana terjadi perpotongan antara kurva penerimaan marjinal dengan kurva permintaan
pada harga P1. Dengan harga dan jumlah produksi yang baru ini perusahaan

40
mendapatkan laba yang maksimal dan merupakan laba murni karena biaya produksi
lebih rendah dari pada penerimaan biaya total perusahaan.

Dengan adanya laba murni ini, ternyata menarik bagi para wiraswasta lain
untuk meningkatkan usahanya atau mulai masuk ke dalam jenis industry ini.
Kemungkinan masuknya pengusaha-pengusaha baru ini sangat dimungkinkan karena
memang tidak ada larangan masuk ke dalam ataupun keluar dari industry ini. Tetapi
dengan masuknya pengusaha baru ataupun pengusaha lama menaikkan produksinya,
maka akan tampak ada peningkatan dalam produksi barang X di pasar atau industry
barang X, yang berarti menggeser kurva penawaran S 0 menjadi S1. Peningkatan hasil
produksi ini tampak menurunkan harga barang X. Disisi lain dengan semakin
banyaknya perusahaan yang telibat dalam penghasilan barang X dan masing-masing
meningkatkan jumlah produsinya, maka permintaan terhadap faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan barang X itu akan menurun, sehingga akan
menyebabkan biaya produksi menjadi lebih rendah dan tercermin pada pergeseran
kurva biaya produksi ke bawah. Pergeseran biaya produksi ke bawah dan pergeseran
kurva penawaran ke bawah akan menyebabkan tingkat harga yang ditunjukkan oleh
perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran dan bertemu dengan kurve
biaya produksi yang baru dibawah tingkat harga barang X yang mula-mula. Ini berarti
pula bahwa dengan meluasnya jumlah perusahaan dan meningkatnya jumlah
produksi, justru akan menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi lebih rendah.
Jenis industry yang mengalami keadaan seperti ini disebut dengan industry dengan
biaya yang menurun (decreasing cost industry). Harga faktor produksi yang menjadi
lebih murah dengan semakin banyaknya permintaan sebagai contoh adalah jalan raya,
listrik, air minum dan faktor produksi lain yang dapat dibeli secara besar-besaran
untuk mendapatkan harga persatuan yang lebih murah.
Kemudian kalau titik-titik keseimbangan dalam industry yaitu titik
perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran (titik E dan F),
dihubungkan satu sama lain maka kita akan mendapatkan apa yang disebut dengan
kurva penawaran jangka panjang. Tampak di sini bahwa kurva penawaran jangka
panjang untuk industry yang memiliki struktur biaya yang menurun dalam jangka
panjang adalah miring dari kiri atas ke kanan bawah.
Dalam Gambar 6.8 tersebut dilukiskan adanya pergeseran kurva-kurva biaya
produksi kesebelah kanan dari kurva biaya produksi sebelum terjadi perubahan
permintaan dengan jumlah produksi yang lebih besar. Namun sebenarnya dapat saja
kurva-kurva biaya produksi itu bergeser ke kiri dengan jumlah produksi yang lebih
sedikit. Pergeseran ke sebelah kanan atau ke sebelah kiri dari letak kurva biaya
semula sesungguhnya tergantung pada perbandingan antara kenaikan harga faktor
produksi tetap dan faktor produksi variabel. Apabila harga faktor produksi tetap
menjadi relative lebih murah, maka dengan perubahan jumlah produksi akan relative
lebih sedikit faktor produksi yang mahal harganya dan lebih banyak faktor produsi
yang murah harganya yang digunakan dalam proses produksi. Jadi apabila harga
faktor produksi tetap relatif menjadi lebih murah, maka akan relative lebih banyak

41
faktor produksi tetap yang digunakan dan menyebabkan kurva-kurva biaya itu
bergeser ke kanan.

2) Industri dengan biaya konstan ( Constant Cost Industry)


Industri yang mempunyai struktur biaya produksi yang konstan dalam jangka
panjang walaupun terjadi perubahan produksi dan jumlah perusahaan yang ada dalam
industry dengan struktur biaya yang konstan. Keadaan ini dapat diterangkan sebagai
berikut.
Mula-mula baik industry maupun perusahaan dalam keadaan keseimbangan
jangka panjang, yaitu perusahaan mendapatkan laba normal dan tidak ada perusahaan
yang keluar meninggalkan industry itu maupun perusahaan yang masuk ke dalam
industry tersebut. Tetapi kemudian katakanlah permintaan akan barang Z yang
dihasilkan oleh industry ini meningkat maka ini berarti kurva permintaan dalam
industry barang Z bergeser ke kanan dengan penawaran barang Z yang tepat
menyebabkan harga barang Z naik. Harga barang Z naik menjadi P1, dan tingkat
harga ini juga dihadapi oleh perusahaan. Tampak dalam perusahaan bahwa kurva
biaya marjinal memotong kurva permintaan yang baru D1, sehingga keadaan ini
mendorong perusahaan untuk meningkatkan produksinya dan perusahaan
mendapatkan laba murni. (Gambar 6.8).

Kemudian muncullah perusahaan baru atau wiraswastawan baru yang


memasuki industry tersebut karena dalam industry itu sedang terdapat laba murni atau
laba super normal. Masuknya perusahaan-perusahaan baru ke dalam industry ini akan
menyebabkan jumlah produksi barang Z yang dihasilkan menjadi meningkatkan lebih
jauh lagi dan pada gilirannya akan menekan tingkat barang Z. Keadaan ini
digambarkan oleh bergesernya kurve penawaran S0 menjadi S1, dengan kurva
permintaan yang baru D1 tetap tidak berubah. Tetapi dalam kasus industry ini berbeda
dengan industry yang mengalami penurunan biaya produksi. Dalam industry dengan
biaya yang konstan ini dengan masuknya perusahaan-perusahaan baru dan
meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan barang X, ternyata tidak mempengaruhi harga faktor produksi tersebut.
Oleh karena itu setelah jumlah perusahaan dalam industry meningkat dan jumlah
produksi hanya adanya penurunan harga Z tersebut sedemikian rupa sampai harga itu
sama dengan biaya rata-rata untuk menghasilkan barang itu. Dengan kata lain
perusahaan kembali mendapatkan laba normal dan industry berada dalam
keseimbangan kembali pada harga P0 di mana kurva penawaran S1 memotong kurva

42
permintaan D1 pada tingkat harga P0 lagi. Kemudian bila kita menghubungkan lagi
titik-titik keseimbangan pasar E dan F pada Gambar 6.8 itu, maka kita akan
mendapatkan kurva penawaran jangka panjang. Untuk industry yang mempunyai
struktur biaya produksi yang konstan dalam janka panjang, tampak bahwa kurva
penawaran jangka panjang dalam pasar barang Z itu berbentuk horizontal.

P P
S0
D1
D0 S1
SMC
SAC
LAC
P1

P0 LRS

0 X0 X1 X 0 X0 X1 X
Gambar 6.8
Industri dengan Biaya Tetap

3) Industri dengan Biaya yang Meningkat (Increasing Cost Industry)


Seperti halnya dengan uraian sebelumnya, kita mulai dengan kedaaan industry
dan perusahaan dalam kseimbangan, yaitu masing-masing perusahaan hanya
mendapatkan laba normal, sedangkan dalam industry tidak terdapat perusahaan yang
keluar dari ataupun yang masuk ke dalam industry. Karena sesuatu sebab misalnya
karena kenaikan pendapatan masyarakat, maka terjadi peningkatan permintaan
terhadap barang X yang dihasilkan oleh industry tersebut yang ditunjukkan oleh
pergeseran kurva permintaan dari D0 ke D1 (Gambar 6.10). Hal ini menimbulkan
kenaikan harga barang dari P0 menjadi P1. Dengan harga yang lebih tinggi, maka

43
perusahaan berusaha untuk menambah produksinya menjadi X1, dan keuntungan
murni dapat diperoleh oleh perusahaan yang bersangkutan.

D1
P P S0
SMC1 SMC2 D0 S1
P1 SAC1 SAC2
LAC2 F LRS
P2
LAC1
P0
E

0 X0 X1 X2 X 0 X0 X1 X2 X

Gambar 6.9
Industri dengan Biaya Menaik

Dengan adanya laba murni itu, maka perusahaan-perusahaan baru atau para
wiraswastawan baru memasuki industry barang X tersebut, sehingga jumlah
perusahaan dalam industry ini meningkat dan masing-masing menghasilkan barang X
sebanyak X1, yang bersama-sama membentuk jumlah produksi dalam industry
sebesar X1. Dengan permintaan yang sama dan penawaran yang meningkat
ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran dari S0 menjadi S1, maka harga barang
X cenderung untuk turun. Penurunan tingkat harga barang X ini akan berhadapan
dengan gerakan menarik dari biaya produksi barang X sebagai akibat banyaknya
jumlah barang X yang dihasilkan dan semakin banyaknya jumlah perusahaan yang
bekerja dalam industry barang X tersebut. Jadi di satu pihak harga barang produksi
(X) cenderung turun dan di lain pihak biaya produksi cenderung naik, maka akan
terjadilan keseimbangan P2 yang terletak di atas harga barang X mula-mula (P 0) tetapi

44
di bawah harga P1. Industry jenis ini yaitu mengalami kenaikan harga dengan
semakin banyaknya perusahaan yang bekerja dalam industry tesebut dan semakin
banyaknya barang yang dihasilkan, disebut sebagai industry dengan biaya yang
menaik (increasing cost industry). Industry berada dalam keseimbangan di mana
perusahaan-perusahaan baru tidak akan masuk lagi ke dalam industry barang X,
karena dalam keadaan masing-masing perusahaan hanya mendapatkan laba normal.
Dengan menghubungkan titik-titk keseimbangan dalam pasar atau industry barang X
yaitu titik E dan titik F, maka kita dapat memperoleh kurva penawaran pasar jangka
panjang. Kurva ini tampak miring dari kiri bawah ke kanan atas.

Sebagai penutup dalam bab ini kita mengingat kembali bahwa pembicaraan
kita telah mencakup penentuan tingkat produksi dan tingkat harga barang bagi
prusahaan yang mencapai laba maksimal, baik itu laba murni maupun laba normal.
Kondisi maksimasi laba itu tetap berlaku walaupun perusahaan mendapatkan rugi,
tetapi rugi yang minimal, yaitu pada saat biaya marjinal sama dengan penerimaan
marjinal. Kita telah membahas pula kondisi perusahaan yang memaksimumkan laba
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selanjutnya pada bab
berikut akan membicarakan penentuan harga dan jumlah produksi dalam pasar
monopoli murni.

B. Pasar Persaingan Tidak Sempurna

45
1. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli adalah suatu keadaan pasar dimana terdapat beberapa
atau sedikit penjual dan setiap perusahaan sangat dipengaruhi oleh kegiatan
perusahaan lain didalam pasar serta setiap perusahaan dapat mempengaruhi
harga yang berlaku dipasar.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada pasar oligopoli tidak
hanya berkosentrasi pada keputusan harga dan output yang diproduksi/ dijual
tapi mempertimbangkan aspek lain yaitu reaksi yang dilakukan oleh
perusahaan lain (pesaing) terhadap setiap kebijakan yang dilakukan oleh
perusahaan.
Adanya saling ketergantungan antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan yang lainnya.
Model-model oligopoli adalah:
1. Pasar dengan ketegaran harga (model kinked demand curve)
Suatu perusahaan (produsen) akan menyesuaikan diri terhadap
harga maupun output yang ditentukan oleh perusahaan lain. Khusus bila
harga output tersebut diturunkan. Dalam hal ini perusahaan tersebut
akan memberikan reaksi/tanggapan terhadap kebijakan harga yang
dilakukan oleh perusahaan lain, dengan menurunkan harga dalam
prosentase yang lebih besar (perang harga), namun tidak akan
memberikan reaksi apabila perusahaan lain menaikkan harga output
dipasar. (Harga tegar)
2. Pasar Kartel
Kartel terjadi apabila dua atau lebih perusahaan bergabung
menjadi satu dimana jumlah output yang dihasilkan masing-masing
perusahaan digabungkan dan kemudian diatur/ditentukan oleh kartel di
pasar baik yang menyangkut harga maupun outputnya (market share).
Tiga faktor yang menyebabkan kerjasama kartel yaitu:
a. Dapat meningkatkan keuntungan perusahaan, jika dibandingkan
mereka berjalan sendiri-sendiri.
b. Dapat mengurangi ketidak pastian yang ada (pembagian pasar).
c. Untuk dapat menutup kemungkinan masuknya perusahaan-
perusahaan baru dalam pasar (industri).
3. Pasar dengan kepemimpinan harga (modelprice leadership)
Bentuk kerjasama antara suatu perusahaan besar (dominan)
bertindak sebagai pemimpin dengan perusahaan-perusahaan kecil
lainnya menjadi pengikutnya dengan maksud untuk mengurangi perang
harga.
Perusahaan besar (dominan) memberikan kesempatan kepada
perusahaan-perusahaan kecil bersama-sama dalam memenuhi
permintaan dasar.
Harga output akan ditentukan oleh perusahaan dominan atas
dasar besarnya biaya produksi perusahaan tersebut. Artinya perusahaan

46
dominan (besar) dapat menjual output dengan harga yang lebih murah
(rendah) dibandingkan perusahaan lainnya.

2. Pasar Persaingan Monopolistik


Adalah keadaan pasar dimana dalam pasar terdapat banyak perusahaan
(produsen) dimana output yang diproduksi/ dijual homogen dan dibedakan
(difrensiasi produk).

Difrensiasi produk / variasi produk dapat dibedakan menjadi dua:


1. Difrensiasi produk riil
Yaitu variasi karakteristik dari fisik produk (misalnya: bahan baku
berbeda)
2. Difrensiasi produk artifisial
Yaitu variasi karakteristik produk terbatas (sama tapi dibuat seolah-olah
berbeda).

C. Pasar Monopoli
Adalah suatu keadaan pasar dimana dalam pasar hanya ada satu penjual dan
tidak ada perusahaan lain yang bersaing dengannya. 
Karakteristik pasar monopoli:
1. Terdapat satu penjual/ produsen di pasar
2. Produk yang dihasilkan/ dijual tidak memiliki substitusi

3. Produsen bertindak sebagai penentu harga produk di pasar (price maker)


4. Terdapat halangan bagi perusahaan baru untuk masuk dalam pasar tersebut.
Faktor Penyebab Terbentuknya Monopoli:
1. Faktor Alamiah
- Perusahaan tersebut mampu berproduksi pada skala yang paling
ekonomis, sehingga perusahaan lain tidak mampu untuk bersaing
(berproduksi).
- Perusahaan tersebut menguasai input (faktor) strategis (bahan baku
utama)
2. Faktor Legal
- Aturan negara yang hanya mengijinkan satu perusahaan yang ditunjuk
untuk memproduksi produk tertentu.
- Adanya hak paten untuk suatu jenis produk tertentu didalam negeri
untuk memproduksi/menjual jenis produknya untuk melayani pasar
disuatu negara.
Hubungan tingkat harga, jumlah output yang diminta, penerimaan total, penerimaan
rata-rata, penerimaan marginal pada pasar monopoli
Q FC VC TC AC MC P TR AR MR Laba/Rugi

47
0 1 - 1 - - - - - - -1
1 1 3 4 4 3 20 20 20 20 16
2 1 5 6 3 2 17,5 35 17,5 15 29
3 1 8 9 3 3 15 45 15 10 36
4 1 13 14 3,50 5 12,5 50 12,5 5* 36*
5 1 20 21 4,20 7 10 50 10 0 29
6 1 29 30 5 9 7,5 45 7,5 -5 15
7 1 48 49 7 19 5 35 5 -10 -14
Penentuan harga dan output (keseimbangan) perusahaan:
- Perusahaan monopoli memutuskan berproduksi pada tingkat output MR = MC
- Jika : P > AC Perusahaan memperoleh laba maksimum
P = AC Perusahaan dalam keadaan BEP
P < AC Perusahaan rugi minimum

Laba Maksimum
Gambar 6.10
Perusahaan Memperoleh laba

Keterangan :
- Laba maksimum tercapai pada output sebesar OQ* ( MR= MC ) dan tingkat
harga yang terjadi sebesar OP*
- P* > AC Laba sebesar ( P-AC) x Q
TR = OP* x OQ*
TC = OAC x OQ*
- Jika besarnya output < Q* (MR > MC) Laba belum maksimum
- Jika besarnya output > Q* (MR > MC) Laba akan berkurang

48
Break Event Point (BEP)
Gambar 6.11
Kondisi Perusahaan Monopoli tidak rugi&tidak untung, laba=0

Keterangan:

- Pada saat perusahaan berproduksi pada output sebanyak OQ perusahaan


dalam kondisi BEP (P = AC)
- Jika perusahaan berproduksi pada tingkat output < OQ ataupun tingkat
output > OQ maka perusahaan rugi.

RUGI
Perusahaan monopoli tidak selalu mendapatkan keuntungan dalam
berproduksi/menjual output, walaupun ia bebas dalam menentukan tingkat harga
barang yang dijual. Perusahaan monopoli sering juga menanggung kerugian
(jangka pendek) akibat biaya produksi yang ditanggung terlalu tinggi dan pasar
terhadap outputnya terlalu sempit.

Gambar 6.12
Kondisi Perusahaan Monopoli Menderita Kerugian

49
Keterangan:

- Perusahaan memutuskan produksi pada tingkat output OQ* dan harga


adalah P
- P < AC perusahaan monopoli menderita rugi terendah (minimum) karena
P > AVC yaitu sebesar (AC – P) x Q*

PENGATURAN MONOPOLI
- Perusahaan monopoli berpengaruh negatif (buruk) terhadap perekonomian,
yaitu terjadi eksploitasi terhadap pasar sehingga merugikan masyarakat
(berkurangnya tingkat kesejahteraan/dead weight loss).
- Diperlukan peran pemerintah untuk mengatur perusahaan monopoli
(misalnya dengan UU anti monopoli)
- Ada 2 cara dalam mengatur monopoli yaitu :
1. Pengaturan penetapan harga maksimum (ceiling price)
2. Pengenaan pajak

1. Pengaturan penetapan harga maksimum (ceiling price)


Mula-mula maksimal PCKL setelah penetapan harga laba menjadi

50
P1C1MN

Dalam hal pengenaan pajak ada 2 (dua) macam pajak yang mungkin
dikenakan kepada si monopoli yaitu :
1. Pajak Khusus (A Specifik Tax) per unit output
P

MC1
M
P1 MC
K
P AC1
N
C1 AC
C L
D = AR = P
xx
0 Qx/UT
X1 X MR xx
xx xx xx laba
Mula-mula laba PCKL siklus pajak P1C1MN
2. Pajak Lump – Sum dimana beban pajak tidak tergantung besar kecilnya
output

MC 51
AC1
P K
C1 AC
M
0 Qx/UT
X MR

Mula-mula laba PCKL setelah ada pajak laba PC1KM

DISKRIMINASI HARGA
- Perusahaan monopoli dapat menderita rugi karena terlalu sempitnya pasar
outputnya.
- Untuk dapat menghindari kerugian ataupun untuk memperbesar
keuntungan monopoli harus memperluas pasar dengan cara melakukan
diskriminasi harga (price discrimination) yaitu menjual output yang sama
dengan harga yang berbeda-beda di pasar yang berbeda.
SYARAT DISKRIMINASI HARGA
- Perusahaan monopoli harus mampu memisahkan antara pasar yang satu
dengan pasar yang lain. Sehingga konsumen tidak dapat membeli produk
di pasar yang harganya lebih murah dan kemudian menjualnya kembali di
pasar yang harganya lebih tinggi.
- Elastisitas harga permintaan barang di pasar yang satu harus berbeda
dengan pasar yang lain.
- Penerimaan marginal (MR) perusahaan setiap pasar harus sama.

Kurva Diskriminasi Harga

52
53
a. Diskriminasi Harga Derajat Pertama
Diskriminasi derajat pertama merupakan keadaan di mana seorang produsen
monopolis berusaha sepenuhnya untuk mengambil surplus konsumen. Dara ialah
produsen monopolis menentukan harga yang berbeda untuk setiap jumlah barang
yang berbeda. Dengan cara ini maka produsen tersebut akan dapat mengambil seluruh
surplus konsumen. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan Gambar 7.9. dimana sumbu
vertikal menunjukkan tingkat harga barang dan kurva permintaannya adalah D.
Misalnya pada harga barang setinggi Rp10,-, jumlah barang yang diminta atau dijual
sebanyak 5 buah, sehingga konsumen harus membayar sebanya Rp50,-, kemudian
kalau harga turun menjadi Rp9,-, maka jumlah yang diminta meningkat menjadi 8
buah. Dalam hal ini konsumen tidak membayar sebanyak Rp72,-, tetapi harus
membayar sebanyak Rp50,- ditambah Rp27,- sama dengan Rp77,-. Kemudian kalau
harga turun lagi menjadi Rp8,- dan jumlah yang diminta menjadi 11 buah, maka
konsumen harus membayar Rp50,- + Rp27,- + Rp24,- =Rp101,-, dan bukannya
Rp88,-. Sekali lagi ini berarti seluruh surplus konsumen diambil oleh produsen
monopolis tersebut. Surplus konsumen adalah daerah dibawah kurva permintaan
tetapi d iatas tingkat harga barang.

P
Surplus konsumen

10
9
8

D=AR

0 5 8 11 X

Gambar 6.13
Diskriminasi Harga Derajat Pertama

54
b. Diskriminasi Harga Derajat Kedua
Diskriminasi harga derajat kedua ini hampir mirip dengan diskriminasi harga
derajat pertama, tetapi produsen tidak mengenakan harga yang berbeda untuk setiap
jumlah pembelian yang berbeda. Dalam hal ini produsen mengenakan harga yang
berbeda untuk setiap kelompok jumlah pembelian yang berbeda. Sebagai misal
produsen mengenakan tariff air minum Rp.2,- per m3 untuk pembelian sampai dengan
jumlah 1.000 m3.Selanjutnya tariff air minum itu dinaikkan menjadi Rp.3,- perm3
untuk konsumsi antara 1.000 sampai 1.500 m3, dan menjadi Rp.4,- untuk konsumsi
air di atas 1.500 m3. Keadaan ini dapat digmbarkan pada Gambar 7.10. Jadi kalau
seorang konsumen menggunakan air sebanyak 2.500 m3, maka jumlah yang harus
dibayar adala Rp.2.000,- + Rp.1.500,- + Rp.4.000,- = Rp.7.500,-.

4 D=AR

O 1000 2000 X

Gambar 6.14.
Deskriminasi Harga Derajat Kedua

55
c. Diskriminasi Harga Derajat Ketiga
Untuk diskriminasi harga derajat ketiga ini produsen betul-betul menjual
barang dipasar yang berbeda yaitu dengan elastisitas permintaan yang berbeda. Kita
misalkan produsen menjual barang di dua pasar yang berbeda yaitu pasar A dan pasar
B. Pertama-tama harus kita pahami bahwa produsen akan mendapatkan penerimaan
total yang maksimal apabila penerimaan marjinal pasar yang satu (MR A) sama
dengan penerimaan marjinal di pasar yang lain (MRB). Ini menunjukkan jumlah
barang Q yang dialokasikan di pasar A sebanyak QA dan pasar B sebanyak QB. Harga
di pasar A adalah PA dan harga di pasar B adalah PB. Karena pasar A menunjukkan
permintaan yang lebih inelastic daripada permintaan di pasar B, maka harga di pasar
A lebih tinggi daripada harga di pasar B. Hal ini sesuai dengan penemuan
sebelumnya yaitu bahwa MR = AR (1 - 1/E), sehingga dengan diskriminasi harga kita
temukan bahwa MRA = PA (1 - 1/EA) = MRB(1 - 1/EB). Apabila kita misalkan EA = 2
3
dan EB = 3, maka akan kita temukan bahwa PB = PA.
4
P

MC
PA
PB

MRA=MRB
DA DB Dt

MRA MRB
MRG
O QA QB Qt Output
Gambar 6.15.
Diskriminasi Harga Derajat Ketiga

Biaya produksi untuk menghasilkan barang X tetap ditunjukkan oleh kurva


biaya rata - rata AC dan kurva biaya marjinal MC, Sehingga untuk menentukkan laba
yang diperoleh oleh di masing-masing pasar, kita harus mengurangkan biaya rata-rata
itu dari tingkat harga di masing-masing pasar kemudian mengalikannya dengan
jumlah yang dijual di masing-masing pasar tersebut. Kemudian dengan
menjumlahkan laba total dari pasar A dan pasar B kita akan mendapatkan jumlah laba

56
keseluruhan dari produsen monopolis yang bekerja dengan dikriminasi harga derajat
ketiga tersebut.
Masalahnya sekarang ialah bagaimana cara menentukkan jumlah barang yang
dihasilkan, alokasi produk di masing-masing pasar tersebut. Dengan diketahuinya
kurva permintaan di pasar A dan B, maka diketahui kurva penerimaan marjinal di
masing-masing pasar tersebut. Masing-masing kurva itu ada DA, DB, dan MRA dan
MRB. Untuk menentukkan jumlah produk yang dihasilkan mula-mula kurva
penerimaan masing-masing pasar MRA dan MRB harus dijumlahkan secara horizontal
dan didapat kurva penerimaan gabungan (MRG). Produksi ditentukkan oleh
perpotongan kurva penerimaan gabungan MRG itu dengan kurva biaya marjinal MC
dan menghasilkan produksi total Qt. Dengan menarik garis horizontal kekiri dari titik
perpotongan kurva penerimaan gabungan biaya marjinal itu masing-masing pasar
MRA untuk pasar A dan MRB untuk pasar B dan menghasilkan jumlah produk OQ A
untuk pasar A dan AQB untuk pasar B. Harga produk masing-masing pasar PA di
pasar A dan PB di pasar B. Masing-masing tingkat harga itu ditentukkan dengan
menarik garis vertical pada jumlah output OQA sampai memotong kurva permintaan
DB. Tampak pada Gambar 7.11. bahwa di pasar yang permintaannya lebih elastis
yaitu pasar B tingkat harga barang PB lebih rendah daripada di pasar A, PA, yang
permintaannya lebih tidak elastis (inelastis). Perhatikan pula bahwa OQA+OQB= OQt.
Sejauh ini kita telah membicarakan tingkah laku seorang produsen monopolis
dalam usahanya memaksimumkan laba dengan menghasilkan barang baik dengan
campur tangan pemerintah maupun tanpa campur tangan pemerintah.
Dalam jangka panjang kita akan meihat bahwa semua faktor produksi bersifat
variable, sehingga prusahaan dimungkinkan untuk pindah dari skala produksi yang
satu ke skala produksi yang lain. Dalam jangka panjang perusahaan bebas keluar
masuk industry tanpa ada rintangan sama sekali. Adapun yang dimaksud dengan
industry ialah kumpulan perusahaan, misalnya industry sepatu adalah kumpulan
perusahaan sepatu, industry raket adalah kumpulan berbagai jenis perusahaan raket.
Dengan melihat keadaan industry dan perusahaan dalam jangka panjang, maka kita
dapat membedakan tiga jenis industry, yaitu industry dengan struktur biaya yang
menurun (decreasing cost industry), industry dengan struktur biaya yang konstan
(constant cost industry), dan industry dengan struktur biaya yang menaik (increasing
cost industry)

57
BAB VII
PRODUKSI DAN HARGA PRODUKSI PASAR
PERSAINGAN MONOPOLIS DAN OLIGOPOLI

A. PASAR PERSAINGAN MONOPOLIS


Telah diuraikan adanya dua bentuk pasar yang paling ekstrim yaitu pasar
persaingan sempurna dan pasar monopoli murni. Namun dalam praktek kehidupan
sehari-sehari dua bentuk ekstrim tersebut jarang ditemui. Bentuk pasar yang paling
banyak ditemui dalam praktek adalah pasar persaingan monopolistis yaitu keadaan
dimana salah satu ciri penting yang ada dalam pasar persaingan sempurna - adanya
produk yang sungguh-sungguh homogen - ditiadakan. Dalam pasar persaingan
monopolistis unsur persaingan dengan banyak penjual atau produsen dipertahankan,
namun unsur monopoli yang berupa cirik husus dari suatu barang seperti adanya
merek tertentu membuat suatu jenis produk bersifat monopoli. Sebagai konsekuensi
dari kondisi pasar yang demikian itu, maka bentuk kurva yang dihadapi oleh seorang
produsen atau penjual dalam pasar monopolistis adalah miring dari kiri atas ke kanan
bawah tetapi dengan lereng yang sangat landai seperti tampak pada Gambar 8.1.
Karena kurva permintaan itu mempunyai lereng yang negatif, maka kita dapat
menurunkan kurva permintaan marjinal dengan cara yang sama seperti kalau kita
menggambarkan kurva permintaan dan kurva penerimaan marjinal dalam pasar
monopoli murni. Dengan kondisi pasar apapun bentuk dari kurva biaya produksi
selalu sama, sehingga pedoman penentuan jumlah produksi yang harus dihasilkan
oleh suatu perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis agar laba maksimal dapat
dicapai adalah penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal. Hal ini tampak pada
Gambar 8.1, bahwa perusahaan menhasilkan produk X sebanyak Qx* dengan harga
jual Px*. Dalam hal ini perusahaan mendapatkan laba murni per satuan barang yang
dihasilkannya sebesar c*Px*.

58
PX MC AC

PX*

AR
C*

MR

0 QX* QX
Gambar 7.1
Penentuan Harga pada Pasar
Persaingan Monopolistis

B. PASAR OLIGOPOLI
Bentuk lebih dari pasar yang banyak ditemui dalam praktek adalah pasar
oligopoly, yaitu keadaan di mana hanya sedikit penjual, sehingga tindakan seorang
produsen akan mendorong produsen lain untuk berinteraksi. Pasar oligopoli ini
mempunyai beberapa model di antaranya yang paling banyak ditemui adalah: 1) pasar
dengan ketegaran harga (kinked demand curve model) , 2) pasar kartel, dan 3) pasar
dengan kepemimpinan harga (price leadership).
a. Pasar Dengan Ketegaran Harga
Dalam kasus pasar dengan ketegaran harga akan dapat dilihat bagaimana
seseorang produsen menyesuaikan diri terhadap barang yang ditentukan oleh
pengusaha lain, khususnya bila harga itu diturunkan. Dalam hal ini produsen
memberikan suatu reaksi atau tangapan terhadap kebijakan harga yang dilakukan oleh
produsen atau pengusaha lain. Tetapi produsen itu tidak akan memberikan reaksi
apabila produsen lain bertindak menaikkan harga barang. Hal ini cukup beralasan,
karena apabila seorang produsen A menaikkan harga, maka ia akan cenderung
kehilangan pembeli karena pembeli akan pindah kepada produsen yang lain (B) yang
harganya tidak meningkat, sebaliknya bila harga yang diturunkan seorang produsen

59
lain (B) akan mengadakan penyesuaian harga dengan menurunkan harga barang pula
karena takut kehilangan pasar atau perang harga. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa harga barang bersifat tegar untuk naik, tetapi tetap tegar untuk turun. Karena
ada sifat yang demikian itu maka produsen akan memiliki kurva permintaan yang
patah. Sebagai akibatnya kurva penawaran marjinal juga akan patah dengan memiliki
bagian vertikal tepat di bawah kurva permintaan yang patah itu.
Kemudian apabila kita gambarkan kurva biaya produksi bersama-sama
gambar kurva permintaan dan kurva penerimaan marjinal, maka kita akan dapat
menentukan berapa jumlah produksi yang akan dihasilkan oleh produsen dalam pasar
oligopoli itu dengan mendasarkan pada pedoman yang sama yaitu biaya marjinal
sama dengan penerimaan marjinal agar laba dapat dicapai oleh perusahaan atau
produsen tersebut.
Dalam kasus di mana terdapat ketegaran harga, maka produsen oligopolis
akan selalu menghasilkan jumlah produksi yang sama, walaupun terdapat perubahan
dalam biaya produksi. Selama biaya produksi naik turun di daerah kurva penerimaan
marjinal yang tegak/patah itu, maka jumlah yang dihasilkan perusahaan oligopoli
tidak akan berubah. Karena jumlah yang dihasilkan tidak berubah, maka tingkat harga
barang juga tidak berubah. Di sinilah letak dari ketegaran harga tersebut. Untuk lebih
jelasnya lihat Gambar 8.2.
Kurva permintaan pada Gambar 8.2 adalah patah (kinked) yaitu RAQx1. Hal
ini terjadi sifat reaksi seorang produsen terhadap tindakan produsen lain. Oleh
karenanya kurva penerimaan marjinalnya adalah RBCMR yaitu ada bagian yang
patah BC. Produsen akan memaksimalkan laba dengan menghasilkan produksi pada
saat MC = MR yaitu pada produksi sebesar Qx* atau pada saat kurva MC memotong
kurva MR pada bagian yang tegak BC. Apabila kurva MC sampai memotong di atas
daerah MR pada RB, maka ia cenderung menaikkan harga, tetapi ada bahaya
kehilangan harga akan tetap tegar pada Opx*. Dalam kasus harga ketegaran harga ini
produsen akan memperoleh laba murni setingga c*Px*.

60
PX
R

A MC
PX*
AC

B
C*

MR AR
O QX* QX1 QX

Gambar 7.2.
Kurva Permintaan Patah

b. Kartel
Kartel terjadi bila ada dua atau lebih perusahaan bergabung menjadi satu.
Jumlah barang yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan yang bergabung
dalam kartel ditentukan ditentukan atau diatur oleh kartel, demikian pula harga
barang yang bersangkutan. Untuk memudahkan analisis kita misalkan ada dua buah
perusahaan yang bergabung dalam sebuah kartel masing-masing dengan biaya
produksi yang berbeda, tetapi akan menentukan harga barang bersama-sama dalam
kartel. Keadaan ini dapat digambarkan dalam Gambar 8.3.
Gambar 8.3 memperlihatkan kurva permintaan perusahaan Dp dan kurva
permintaan kartel adalah Dk yaitu gabungan dari dua kurva permintaan perusahaan.
Dengan sendirinya kita dapat menentukan juga kurva penerimaan marjinal untuk
perusahaan. Biaya produksi ditunjukkan oleh biaya produksi kartel yaitu merupakan
jumlah biaya dari masing-masing perusahaan yang ada dalam kartel tersebut. Jumlah
produksi secara keseluruhan ditentukan oleh perpotongan antara kurva biaya produksi
dengan kurva penerimaan marjinal kartel yaitu sejumlah x* dengan tingkat harga p*.
Pada tingkat harga ini masing-masing perusahaan akan menghasilkan produk atau
barang namun jumlah produksinya ditentukan oleh tingginya permintaan marjinal

61
pada kartel, sehingga perusahaan A pada Gambar 8.3 akan menghasilkan barang
sejumlah XA dan perusahaan B akan menghasilkan barang sejumlah XB.
Mengenai laba yang diperoleh masing-masing perusahaan adalah laba kartel
yang dibagi-bagi menurut perjanjian mereka. Seringkali laba dibagi menurut besarnya
jumlah produksi yang dihasilkan masing-masing perusahaan, tetapi tidak demikian.
Kenyataan yang sering timbul masing-masing anggota kartel saling berdebat dalam
menetukan bagian pasar yang akan dipasok oleh mereka. Sejarah menemukan bahwa
kartel umumnya tidak berumur panjang, karena seringkali terjadi perubahan macam
barang yang harus dihasilkan perusahaan dan juga ada anggota-anggota yang sering
keluar dan masuk kartel. Dasar yang menjadi sebab hancurnya kartel terutama adalah
masalah pembagian laba di antara anggota kartel tersebut. Kadang-kadang ada juga
anggota kartel yang licik dengan cara menentukan harga sendiri secara diam-diam
tanpa memperhatikan reaksi dari anggota-anggota kartel lainnya. Kasus ini tejadi
dalam pasar minyak oleh OPEC, di mana beberapa anggota telah tidak mentaati
persetujuan OPEC dalam hal kuota atau jumlah minyak yang boleh dipasok oleh
masing-masng anggota.

Rp
∑MC
Rp MCA ACA Rp MCB
P*
ACB
D

MR

0 XA 0 XB 0 X
Perusahaan A Perusahaan B Industri

Gambar 7.3

62
c. Kepemimpinan Harga (Price Leadership)
Suatu usaha dalam mengurangi perang harga dalam pasar oligopoli adalah
dengan strategi kepemimpinan harga. Kepemimpinan harga terjadi pada saat
perusahaan besar bertindak sebagai pemimpin dan perusahaan-perusahaan kecil
lainnya menjadi pengikutnya. Ketentuan yang diikuti biasanya perusahaan besar yang
dominan memberikan kesempatan kepada semua perusahaan kecil bersama-sama
untuk memasok pasar dengan seluruh kemampuan produksinya, kemudian sisa pasar
yang ada akan dipasok oleh perusahaan yang dominan. Harga tadi atas dasar biaya
produksi yang dihadapi oleh perusahaan dominan tersebut. Perusahaan yang dominan
akan menentukan harga yang dapat memaksimumkan laba yang diperolehnya dan
tetap membiarkan semua perusahaan kecil untuk mengisi atau memasok pasar sesuai
dengan kemampuan mereka. Perlu diingat bahwa seluruh biaya marjinal dari
perusahaan kecil-kecil merupakan kurva penawaran perusahaan kecil-kecil secara
bersama-sama. Untuk lebih jelasnya bagaimana kepemimpinan harga ini bekerja kita
dapat memperlihatkan Gambar 8.4
Dalam Gambar 8.4 tampak bahwa kurva permintaan pasar diketahui sebagai
Dt. Kurva biaya marjinal perusahaan kecil MC K diketahui pula dan ini menunjukkan
besarnya penawaran atau pemasokan yang dapat diberikan oleh seluruh perusahaan
kecil-kecil bersama-sama. Dengan demikian kurva permintaan yang dihadapi oleh
perusahaan yang dominan dapat diketahui yaitu dengan mengurangkan jumlah
seluruh permintaan pasar dengan jumlah pasokan perusahaan-perusahaan kecil yang
menjadi pengikut dan ini ditunjukkan oleh kurva permintaan Dd. Apabila kurva
permintaan telah diketahui maka kita dapat menurunkan kurva penerimaan marjinal,
oleh karena itu kita sekarang dapat mengetahui kurva permintaan pasar untuk
perusahaan pemimpin yaitu MR. Dengan diketahuinya kurva penerimaan marjinal
dan kurva biaya marjinal perusahaan dominan, maka perusahaan dominan yang
memimpin pasar tersebut, akan menentukan harga barang yang dapat
memaksimumkan laba perusahaan dominan yaitu pada harga P2 dan jumlah
permintaan pasar yang harus dipasok sebesar Q 2. Pada tingkat harga ini perusahaan
pengikut yang kecil-kecil itu akan mengisi atau memasok pasar sebesar Q2K dan
perusahaan dominan akan mengisi pasar dengan produksi pasar sebanyak (Q2P).
Keuntungan perusahaan dominan yang memimpin pasar oligopoli ini dapat diketahui
yaitu sebagai selisih dari penerimaan total perusahaan dominan dan biaya total
perusahaan dominan. Sedangkan bagi perusahaan pengikut, jumlah laba yang
diperoleh mereka tidak dapat diketahui karena masing-masing perusahaan pengikut
memiliki struktur biaya produksi sendiri-sendiri.

63
P MCd MCk

P2

Dt
Dd

MR

0 Q2p Q2k Q2t Q/S.W

Gambar 7.4
Kepemimpinan Harga

64
DAFTAR PUSTAKA

Richard A. Bilas, Teori Mikro Ekonomi, Jakarta, Erlangga, Edisi Kedua.

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta, Bina Grafika.

Soediyono Reksoprayitno, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Millenium.


BPFE Yogyakarta.

Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi, Pendekatan Kepada Teori


Ekonomi Mikro dan Makro, Surabaya, Airlangga University Prees.

65

Anda mungkin juga menyukai