Anda di halaman 1dari 57

PENDAHULUAN

BAB I

Pengertian Ilmu Ekonomi


Scarcity (Kelangkaan) : Alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas
sementara kebutuhan manusia tidak terbatas.
Choices (Pilihan-Pilihan): Manusia melakukan pilihan-pilihan yang bersifat individu
maupun kolektif.
Opportunity Cost (Biaya Kesempatan): Manusia bersifat rasional artinya
pertimbangan menurut prinsip ekonomi dan untung rugi. Oleh karena itu ekonom
akan memandang bahwa alat pemuas kebutuhan akan dinilai berdasarkan alternatif
penggunaannya untuk kesempatan yang lain.
Jadi ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat
dalam menentukan pilihan (alokasi) atas sumber daya yang langka dalam upaya
meningkatkan kualitas hidupnya.

Masalah Ekonomi:
Apa yang harus diproduksi dan berapa banyaknya ?
Bagaimana memproduksinya ?
Untuk siapa barang dan jasa diproduksi ?

Barang Dan Jasa


Barang Ekonomi dan Barang Bebas
Barang Akhir : Durable goods dan Undurable goods
Barang Modal (barang dibuat untuk menghasilkan barang lain).
Barang Antara (barang yang belum dapat langsung digunakan konsumen/perlu
diolah lebih lanjut).

Mengapa Belajar Ilmu Ekonomi ?


Memperbaiki cara berfikir untuk pengambilan keputusan.
Membantu memahami masyarakat.
Membantu memahami masalah-masalah internasional.
Bermanfaat dalam membangun masyarakat demokrasi.

Sejarah Perkembangan Ilmu Ekonomi


Ilmu Ekonomi sebagai Ilmu Sosial berhubungan erat dengan tingkah laku manusia.
Interaksi antara pedagang/pengusaha, konsumen, investors, pemerintah• Ilmu Ekonomi
telah dipelajari sejak 350 S.M zaman Aristoteles.
Pendapat-pendapat ilmu ekonomi dikemukakan sarjana terdahulu seperti:
PrancoisQuesnay1765,dalambukunya”tabluaueconomique” 1822
Colbert 1774, yang terkenal merkantilismenya yang menganggap perdagangan
adalahunsurpokokperekonomianmasyarakat.

1
Adam Smith 1776, yang terkenal dgn bukunya “An Inquiry into the Nature and
Causesofthewealthofnation”.
J.M. Keyness 1936, bukunya “The General Theory of Employment, Interest and
Money” • Bidang ekonomi terbentuk sebagai satu bidang Ilmu Pengetahuan setelah
1776 (Adam Smith) • Pandangan Adam Smith: kesejahteraan dapat dicapai tanpa
campur tangan pemerintah (Market mechanism, Invisible hand). Pandangan ini
dikenal dengan Kelompok klasik yangmenjadidasarmicroeconomics • Pendapat
J.M. Keynes: dalam kegiatan perekonomian perlu campur tangan pemerintah.
Pemikirannya menjadi dasar macro economics.

Perbandingan dasar pemikiran menurut Klasik dan Keynes


Klasik:
Tidak perlu campur tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian
Kalaupun ada campur tangan pemerintah, maka kegiatan pemerintah hanya
dibatasi pada: pertahanan dan keamanan, hukum dan peradilan, penyediaan
prasarana umum yang tidak dapat disediakan oleh swasta
Keynes:
Perlu adanya campur tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian
Campur tangan pemerintah bertujuan untuk mengatasi penyakit ekonomi yaitu:
pengangguran, pertumbuhan ekonomi, inflasi
Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi
Teori Ekonomi Mikro :
Interaksi di pasar barang (penjual vs pembeli)
Tingkah laku pembeli dan penjual (rasional, pembeli memuaskan kebutuhannya
dan penjual/produsen memaksimumkan keuntungan).
Interaksi di pasar faktor produksi (Tk, modal, tanah, wirausaha)
Teori ekonomi makro:
Penentuan tingkat ekonomi negara.
Pengeluaran agregat (C + G + I + (X-M))
Mengatasi pengangguran dan inflasi
Metodologi Ilmu Ekonomi
Teori Ekonomi:
Berusaha menjelaskan dan melakukan prediksi-prediksi atas gejala yang
diamati.
Teori: pernyataan atau sekumpulan pernyataan tentang sebab-akibat, aksi-
reaksi.

Model Ekonomi
Penyederhanaan dari keadaan yang sebenarnya baik dalam bentuk verbal,
diagram, dan matematis.
Metoda Deduktif dan Induktif
Ceteris Paribus dan Fallacy Composition.
Ekonomi positif (apa yang terjadi) dan ekonomi normatif (apa yang sebaiknya
terjadi).

2
PENGERTIAN DAN RUANG
BAB II LINGKUP MIKRO EKONOMI

TEORI MIKRO EKONOMI


Berdasarkan corak dan ruang lingkup analisisnya teori mikroekonomi dapat
didefinisikan sebagai berikut:
Bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan perekonomian. Dalam teori mikro ekonomi yang dianalisis adalah
kegiatan seorang konsumen, suatu perusahaan atau pasar.

Ruang lingkup atau titik berat mikroekonomi pada analisis mengenai masalah membuat
pilihan untuk:
1. Mewujudkan efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber daya (resources)
2. Mencapai kepuasan yang maksimum.

ISU-ISU UTAMA DALAM ANALISIS MIKRO EKONOMI

Analisis-analisis dalam teori mikro ekonomi bertitik tolak dari anggapan yang
menganggap bahwa faktor-faktor produksi atau sumber-sumber yang dimiliki
masyarakat adalah terbatas, sedangkan keinginan manusia tidak terbatas. Maka
masyarakat haruslah membuat pilihan-pilihan. Kegiatan memilih ini dibedakan menjadi
dua aspek:
(1) Dalam kegiatan memproduksi barang dan jasa
(2) Dalam kegiatan menggunakan barang dan jasa
Masalah memilih dianalisis dalam teori mikro ekonomi dengan menggunakan tiga
pertanyaan:
1. Apakah jenis barang dan jasa yang harus diproduksi?
2. Bagaimanakah caranya memproduksi berbagai barang dan jasa yang
dibutuhkan tersebut?
3. Untuk siapakah berbagai barang dan jasa tersebut diproduksi?

Menentukan Jenis Barang yang Perlu Diproduksi


Pertanyaan apakah jenis-jenis barang dan jasa harus diproduksi, merupakan persoalan
yang akan menentukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang akan dijalankan dalam
perekonomian. Pilihan-pilihan para konsumen (pembeli) merupakan faktor penting
dalam menentukan jenis-jenis kegiatan memproduksi yang harus dijalankan. Analisis
mengenai interaksi diantara produsen dan konsumen (penjual dan pembeli) dijelaskan
dalam teori permintaan dan penawaran. Teori perilaku konsumen menjelaskan
lebih rinci mengenai sikap para pembeli dalam memilih barang dan jasa yang akan
dibelinya.

3
Menentukan Cara Memproduksi yang Paling Efisien
Untuk menghasilkan barang dan jasa diperlukan faktor-faktor produksi atau sumber-
sumber daya (resources). Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam setiap
perekonomian terbatas jumlahnya dan memerlukan biaya atau pengorbanan untuk
memperolehnya. Oleh sebab itu para pengusaha harus membuat pilihan agar dapat
mencapai efisiensi yang tinggi dalam menggunakan faktor-faktor produksi. Dengan kata
lain sebelum menjalankan kegiatan memproduksi, setiap pengusaha harus
menyelesaikan persoalan kedua yaitu Bagaimanakah caranya memproduksi barang
yang akan dijualnya untuk memenuhi kebutuhan para konsumen? Analisis-analisis
dalam teori mikro ekonomi yang menjelaskan tentang pertanyaan ini adalah teori
produksi (fungsi produksi) biaya produksi dan struktur pasar.

Untuk Siapa Barang Akan Diproduksi


Setelah mengetahui jenis-jenis produksi yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
memproduksi, produsen mendapatkan faktor-faktor produksi yang diperlukannya di
pasar faktor produksi. Sifat interaksi antara para pengusaha (pembeli faktor produksi)
dan rumah tangga (pemilik faktor produksi) dalam pasar faktor dijelaskan dalam teori
distribusi. Teori ini menjelaskan tentang:
(1) Sifat umum dari interaksi diantara pengguna dan penjual faktor produksi
dipasaran faktor
(2) Caranya berbagai pendapatan faktor produksi (upah, sewa, bunga dan
keuntungan) ditentukan di pasar.
Sebagai akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi dalam kegiatan memproduksi
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat, akan tercipta aliran pendapatan
kepada faktor-faktor produksi yang digunakan. Aliran ini akan menentukan corak
distribusi penapatan dalam masyarakat. Selanjutnya corak distribusi pendapatan ini
akan menentukan corak permintaan masyarakat ke atas barang dan jasa. Dengan
demikian, aliran-aliran pendapatan yang berlaku sebagai kegiatan memproduksikan
barang dan jasa akan dapat memecahkan persoalan: Untuk siapakah barang dan jasa
perlu diproduksi?

4
PERMINTAAN, PENAWARAN
BAB III DAN EKUILIBRIUM

TEORI PERMINTAAN

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan diantara jumlah permintaan dan
harga. Secara sederhana, fungsi permintaan seorang konsumen akan suatu barang
dirumuskan sebagai berikut: Dx = f (Px), dimana Dx: jumlah barang X yang diminta
oleh konsumen, Px = harga barang X yang diminta konsumen. Dalam
kenyataannya permintaan akan suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga
barang itu sendiri namun juga oleh faktor-faktor lain.

CIRI HUBUNGAN DIANTARA HARGA DAN PERMINTAAN

Hukum Permintaan: merupakan suatu hipotesa yang mengatakan makin rendah harga
suatu barang, makin banyak permintaan ke atas barang tersebut, sebaliknya makin
tinggi harga suatu barang makin sedikit permintaan ke atas barang tersebut dengan
asumsi ceteris paribus (factor-faktor lain dianggap). Mengapa permintaan dan harga
sifat hubungannya adalah demikian? Ada dua sebab yaitu efek substitusi dan efek
pendapatan.

DAFTAR PERMINTAAN
Adalah tabel yang menggambarkan dalam bentuk angka kaitan antara harga dan
jumlah barang yang diminta masyarakat.

Tabel 2.1
Hubungan Harga dan Jumlah Barang yang Diminta
Keadaan Harga (Rp) Jumlah yang Diminta
P 500 200
Q 400 400
R 300 600
S 200 900
T 100 1300

KURVA PERMINTAAN
Adalah kurva yang menggambarkan sifat perkaitan diantara harga suatu barang
tertentu dan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Dalam mempelajari
permintaan perlu memahami perbedaan antara istilah “permintaan” dan “jumlah
barang yang diminta”. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari
pada hubungan diantara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang
yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat
harga tertentu.
5
Kurva permintaan berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke
kanan bawah. Hal ini disebabkan oleh bentuk hubungan antara harga dan jumlah yang
diminta yang terbalik atau negatif. Berdasarkan ciri hubungan di antara permintaan dan
harga dapat dibuat kurva permintaan.

Gambar 2.1
Kurva Permintaan

Harga (Rp) D

500 P

400 Q

300 R

200 S

100 T D

0
200 400 600 800 1000 1200 1400 Jml Barang

PERMINTAAN PERSEORANGAN DAN PERMINTAAN PASAR

Permintaan ke atas suatu barang dilihat dari sudut permintaan yang dilakukan oleh
perseorangan atau individu dan permintaan yang dilakukan oleh semua orang di dalam
pasar.

Tabel 2.2
Permintaan Pasar

Jumlah yang diminta sebulan


Harga Permintaan A Permintaan B Permintaan Pasar
500 10 + 12 = 22
400 20 + 18 = 38
300 30 + 26 = 56
200 42 + 38 = 80
100 70 + 42 = 112

6
Gambar 2.2
Kurva Permintaan Perseorangan dan Pasar

Harga (Rp) Harga (Rp) Harga (Rp)

500 Da 500 Db 500 D

400 400 400

300 300 300

200 200 200

100 100 100


D
0 0 0
20 40 60 80 120 20 40 60 80 120 20 40 60 80 120
Jumlah Barang Jumlah Barang Jumlah Barang

(i) Permintaan A (ii) Permintaan B (iii) Permintaan Pasar

PENGARUH FAKTOR BUKAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN

Py = harga barang lain (y) terkait, barang pengganti, barang netral, barang
penggenap
I = income per kapita.(barang inferior, barang esensial, barang normal,
barang mewah.
T = Selera atau cita rasa
Pop = jumlah penduduk
E = ekspektasi harga x yang akan datang.
Promosi = Iklan

Hubungan Variabel Permintaan


Qdx = f [Px, Py, I, T/P, Pop, E, Promosi]
Qdx = f [Px] = kor. negatif = barang normal
Qdx↑ = f [Px]↑ = kor. positif = barang (prestise) luxury
Qdx↓ = f [Px]↓ = kor. positif = barang giffen
Qdx↑ = f [Py]↑ = kor. positif = x dg y brg substitusi
Qdx↓ = f [Py]↑ = kor. negatif = x dg y brg komplementer
Qdx↑ = f [ I ] ↑ = kor. positif
Qdx↓ = f [ I ] ↑ = kor. Negatif = x brg inferior
Qdx = f [ T ] = kor. Positif

7
Qdx = f [Pop] = kor. Positif
Qdxt = f [Ept+1] = kor positif
Qdx = f [Promosi] = kor positif
PERGERAKAN SEPANJANG KURVA PERMINTAAN

Dengan menggunakan kurva permintan dapat menggambarkan bagaimana faktor harga


dan faktor bukan harga dapat mempengaruhi perubahan jumlah yang diminta.
Pergerakan sepanjang kurva permintaan (move) menunjukkan bahwa bertambah atau
berkurangnya permintaan terhadap suatu barang disebabkan oleh perubahan harga
barang itu sendiri.

Gambar 2.3
Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan

Harga (Rp) D (Demand atau Permintaan)

500 P

400 Q

300 R

200 S

100 T
D

0
200 400 600 800 1000 1200 1400 Jml Barang

Keterangan: Perubahan harga tersebut menyebabkan keadaan permintaan berubah


dari titik R ke titik S. Harga turun dari Rp 300 menjadi Rp 200 menambah jumlah barang
yang diminta dari 600 menjadi 900. Sebaliknya kenaikan harga akan mengurangi
jumlah yang diminta dapat diikuti sepanjang kurva permintaan. Akibat kenaikan harga
dari titik R ke titik Q atau dari Rp 300 menjadi Rp 400 mengurangi jumlah yang diminta
dari 600 ke 300.

PERGESERAN KURVA PERMINTAAN


Pergeseran kurva permintaan menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor diluar
harga barang itu sendiri. Faktor-faktor tersebut misalnya pendapatan, selerah, jumlah
penduduk, promosi perusahaan dan ramalan dimasa mendatang. Pergeseran kurva
permintaan ke kanan menunjukkan terjadinya pertambahan permintan, sebaliknya
8
pergeseran kurva permintaan ke kiri menunjukkan berkurangnya permintaan.
Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4
Pergeseran Kurva Permintaan

Harga (Rp)
- D2 D D1

-
D1
D
-
D2

0
Jumlah Barang

PENGECUALIAN TERHADAP HUKUM PERMINTAAN


Hukum permintaan tidak berlaku untuk kasus-kasus sebagai berikut:
a. Kasus giffen: untuk barang-barang inferior adalah barang-barang yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. Sehingga pabila
terjadi kenaikan dalam pendapatan masyarakat tersebut mereka akan
meninggalkan konsumsi terhadap barang tersebut dan akan menggantikan
dengan barang yang lebih baik. Sebagai contoh adalah konsumsi terhadap
gaplek. Jika pendapatan riil masyarakat meningkat, maka masyarakat akan
meninggalkan konsumsi gaplek dan menggantikannya dengan beras. Pada
kasus giffen ini ditemui gejala bahwa jika harga suatu barang turun (karena
naiknya pendapatan riil) maka permintaan terhadap barang tersebut juga ikut
turun.
b. Kasus Spekulasi: Untuk mendapatkan keuntungan, sebagai contoh apabila
saat ini terjadi kenaikan harga bahan bangunan secara terus menerus, dan
konsumen memperkirakan harga bahan bangunan tersebut akan naik terus-
menerus sampai masa yang cukup lama, maka pada saat kenaikan harga bahan
bangunan tersebut konsumen tidak mengurangi permintaannya. Bahkan
konsumen dapat menambah permintaannya (untuk ditimbun) dengan tujuan
untuk mencari keuntungan dari kenaikan harga barang tersebut (dengan cara
ditimbun terlebih dahulu dan menjual pada saat harga benar-benar mencapai
puncaknya).
9
c. Kasus Barang Prestise: adalah barang yang menurut pandangan secara
subyektif dianggap akan apat meningkatkan harga diri seseorang apabila ia
memilikinya. Pada kasus demikian ini, seseorang meminta barang tersebut tidak
melihat dari harganya, tetapi diminta karena nilai dari barang itu sendiri.
d. Kasus Palsu: biasanya terjadi pada barang-barang yang punya dua macam
merek. Masyarakat biasanya membeli barang dengan merek yang harganya
lebih mahal dari pada yang harganya lebih murah, sekalipun kedua barang
tersebut identik. Hal demikian terjadi karena konsumen atau masyarakat
menganggap bahwa harga barang akan mewakili kualitas dari barang itu sendiri.

Fungsi Permintaan:

Qd = 100 – 10P
Qd = permintaan beras (000 ton)
P = harga beras per kg (Rp)

Table 2.3.Skedul Permintaan

Kondisi Harga beras per kilogram Permintaan beras per bulan (ribu
ton)
A 0 100
B 2.000 80
C 4.000 60
D 6.000 40
E 8.000 20
F 10.000 0

Gambar 2.5. Kurva Permntaan

P (price/harga beras))

10

Qd = 100 – 10P

0 Q (Quantity/Jlm. Beras)
100

10
TEORI PENAWARAN

Hukum penawaran pada dasarnya menjelaskan sifat hubungan antara harga


barang/jasa dengan jumlah barang/jasa yang ditawarkan.
Hukum Penawaran: “apabila harga suatu barang meningkat maka jumlah barang
yang ditawarkan akan bertambah, sebaliknya apabila harga suatu barang
menurun maka jumlah barang yang ditawarkan juga akan berkurang” (dengan
asumsi ceteris paribus) atau hal-hal lain dianggap tetap.

SKEDUL PENAWARAN DAN KURVA PENAWARAN


Skedul penawaran adalah gambaran adalah gambaran yang menunjukkan jumlah
penawaran pada berbagai tingkat harga.

Tabel 2.4.Hubungan Harga dan Jumlah Barang yang Ditawarkan


Keadaan Harga (Rp) Jumlah yang ditawarkan
A 500 900
B 400 800
C 300 600
D 200 400
E 100 200
Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan kaitan antara harga
suatu barang tertentu dan jumlah barang tersebut yang ditawarkan.

Gambar 2.6. Kurva Penawaran


Harga (Rp)
S (Supply atau Penawaran)
500 A-

400 -B

300 C

200 D-

100 E-

0
200 400 600 800 1000 1200 1400 Jumlah Barang

Pada umumnya kurva penawaran menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Berarti arah
bergeraknya berlawanan dengan arah pergerakan kurva permintaan. Bentuk kurva
penawaran bersifat seperti itu karena terdapat hubungan yang posisitf diantara harga
dan jumlah barang yang ditawarkan yaitu makin tinggi harga, maka makin banyak
jumlah barang yang ditawarkan.

11
PENGARUH FAKTOR BUKAN HARGA KE ATAS PENAWARAN
1. Harga barang lain terkait (Py)
2. Harga faktor produksi (Pi)
3. Biaya produksi (C)
4. Teknologi produksi (T)
5. Jumlah penjual (Ped)
6. Tujuan perusahaan (Tj)
7. Kebijakan pemerintah (Kb)

Hubungan Variabel Penawaran


Qsx = f [Px] : kor. positif
Qsx = f [Py] : kor. positif (x dg y substitusi)
: kor negatif (x dg y Komplementer)
Qsx = f [Pi] : kor. negatif
Qsx = f [C] : kor. negatif
Qsx = f [Tk] : kor. positif
Qsx = f [Ped] : kor. positif
Qsx = f [Tj] : kor. positif
Qsx = f [Kb] : kor. positif

PERGERAKAN SEPANJANG KURVA PENAWARAN DAN PERGESERAN


KURVA PENAWARAN

Gambar 2.7 Pergerakan Sepanjang Kurva Penawaran

P (Price/Harga dlm Rp)


S (Supply atau Penawaran)
500 A-

400 -B

300 C

200 D-

100 E-

0
200 400 600 800 1000 1200 1400 Q (Quantity/jumlah Barang)

Keterangan: berpindahnya titik C ke titik D dan titik C ke titik B pada gambar di atas
disebut dengan pergerakan sepanjang kurva penawaran atau perpindahan sepanjang
kurva penawaran.

12
Gambar 2.8
Pergeseran Kurva Penawarn

S2 S S1

Harga (Rp)
-

P1- -

S2
S
S1

0
Q3 Q1 Q Q2 Jumlah Barang

Pergeseran kurva penawaran menunjukkan perubahan dalam jumlah barang yang


ditawarkan sebagai akibat perubahan faktor-faktor di luar harga barang itu sendiri
seperti harga barang lain yang berkaitan, harga faktor produksi, teknologi, tujuan
perusahaan, intervensi pemerintah termasuk pajak, kondisi alam, jumlah pedagang.

Fungsi Penawaran
Qs = f [Px, Py, Pi, C, T, Ped, Tj, Kb]
QS = - 40 + 5 P
Qs = jumlah mobil (ribu unit)
P= Harga/unit (juta Rp)

Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa bila harga mobil perunit
hanya 8 juta atau kurang, produsen tidak mau menjual mobil. Setiap satu unit kenaikan
harga menyebabkan penawaran mobil meningkat lima unit.

13
Table 2.5. Skedul Penawaran

Kondisi Harga mobil perunit Jumlah mobil yang ditawarkan


( juta rupiah perunit) (ribu unit per tahun)
A 8 0
B 9 5
C 10 10
D 11 15
E 12 20

Gambar 2.9. Kurva Penawaran Mobil

Harga (Rp juta)

120
Qs = -40 + 5P
110

100

90

80

0 5 10 15 20 Kuantitas Mobil
(ribu unit)

KESEIMBANGAN/EKUILIBRIUM PASAR

Ekuilibrium pasar terjadi apabila pada suatu tingkat harga tertentu jumlah barang
yang diminta dipasar sama dengan jumlah yang ditawarkan di pasar tersebut.
Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjual belikan adalah ditentukan
dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Dua cara yang dapat
digunakan untuk menunjukkan keadaan keseimbangan tersebut, dengan menggunakan
skedul permintaan dan penawaran dan kurva permintaan dan penawaran. Menentukan
keseimbangan dengan skedul permintaan dan penawaran.disajikan dalam Tabel 2.4.

14
Tabel 2.6. Permintaan dan Penawaran pada Berbagai Tingkat Harga

Harga (Rp) Jumlah yang Diminta Jumlah yang ditawarkan Sifat Interaksi
500 200 900 Kelebihan
400 400 800 Penawaran
300 600 600 Keseimbangan
200 900 400 Kelebihan
100 1300 200 Permintaan

Syarat untuk mencapai keseimbangan adalah jumlah yangditawarkan sama dengan


jumlah yang diminta. Dalam tabel di atas jumlah yang memenuhi syarat tersebut adalah
600, yang merupakan jumlah yang diperjual belikan.

Menentukan Keadaan Keseimbangan Secara Grafik.

Gambar 2.10. Keseimbangan Pasar

Harga (Rp) D
Kelebihan
500 Penawaran

400

300 E (Equilibrium/keseimbangan pasar)

200

Kelebihan Permintaan
100 T
D

0
200 400 600 800 1000 1200 1400 Jml Barang

Keterangan: Pada harga 300 kurva permintaan dan penawaran saling berpotongan
yaitu di titik E. Perpotongan itu berarti permintaan sama dengan penawaran, dan
dengan demikian keadaan keseimbangan tercapai.

HARGA KESEIMBANGAN

15
Harga keseimbangan adalah harga dimana konsumen maupun produsen sama-sama
tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah konsumsi atau penjualan.
Harga di luar keseimbangan akan mengakibatkan excess permintaan atau excess
penawaran.
Contoh :
Permintaan : Qdx = 200 – 10P
Penawaran : QSx = - 40 + 5P
Qdx; Qsx = ribu unit per tahun
P = harga puluhan juta rupiah/unit
Keseimbangan : perpotongan kurve permintaan dgn
penawaran Qdx = Qsx
200 – 10P = - 40 + 5P ----- 200+40 = 5P + 10P
240 = 15P ---- P = 240:15 = 16
Qd = 200 – 10(16) = 200 – 160 = 40
Qs = -40 + 5(16) = 40
Jadi keseimbangan terjadi pada harga Rp 160 juta dan
jumlah = 40.000 unit mobil

Gambar 2.11. Keseimbangan Pasar Mobil

Harga (juta Rp)

Kelebihan Qs = -40 + 5P
120 S

160

140
Kelebihan
120 D
Qd = 200 – 10P
80

40

0 20 50 75 100 125 150 175 200 Kuantitas Mobil


(ribu unit)
PENGARUH PERUBAHAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN
KE ATAS KESEIMBANGAN

Kedaan keseimbangan (ekuilibrium) tersebut dapat berubah-ubah jika ada perubahan


dalam faktor-faktor di luar harga barang itu sendiri (yang dianggap ceteris paribus), atau

16
yang analisa sebelumnya disebut dengan pergeseran kurva permintaan atau
pergeseran kurva penawaran.

Ada beberapa faktor di luar harga barang itu sendiri yang dapat mempengaruhi
permintaan dan penawaran sehingga dapat menggeser ekuilibrium. Terdapat empat
kemungkinan perubahan/pergeseran kurva permintaan dan penawaran yaitu:
1. Permintaan bertambah (kurva permintaan bergeser ke kanan)
2. Permintaan berkurang (kurva permintaan bergeser ke kiri)
3. Penawaran bertambah (kurva penawaran bergeser ke kanan)
4. Penawaran berkurang (kurva penawaran bergeser ke kiri)

PERUBAHAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Untuk melihat bagaimana perubahan permintaan atau penawaran diajikan dalam


gambar berikut:

Gambar 2.12. Akibat Pergeseran Permintaan dan Penawaran Terhadap


Keseimbangan

Harga Harga
D S
D1 S1
D S

P1 E1 P1 E

P E P E1

S D1 S
D S1 D

0 Q Q1 0 Q Q1
Jumlah Barang Jumlah Barang
(i) Pertambahan Permintaan (ii) Pertambahan Penawaran

Dalam kasus (i) ditunjukkan bahwa permintaan bergeser ke kanan dari DD ke D1D1
dengan demikian telah berlaku pertambahan permintaan. Pergeseran ini menyebabkan
keadan keseimbangan berpindah dari E ke E1. Perpindahan ini menunjukkan bahwa
kenaikan harga dari P ke P1 dan barang yang diperjual belikan bertanbah dari Q ke Q1.
Dalam kasus (ii) ditujukkan bahwa kurva penawaran bergeser ke kanan dari SS ke
S1S1 dan perubahan ini berarti penawaran telah bertambah. Kenaikan penawaran ini
menyebabkan keadaan keseimbangan bergeser dari E ke E1 dan berarti harga turun
dari P ke P1 dan jumlah yang diperjual belikan bertambah dari Q ke Q1.

Berdasarkan dua contoh ini mka dapat dibuat dua kesimpulan berikut:

17
i. Pengurangan permintaan (kurva permintaan bergeser ke kiri) menyebabkan
harga turun dan jumlah barang yang diperjual belikan berkurang.
ii. Pengurangan penawaran (kurva penawaran bergeser ke kiri) menyebabkan
harga naik dan jumlah barang yang diperjual belikan berkurang.
PERUBAHAN SERENTAK PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Beberapa kemungkinan perubahan serentak permintaan dan penawaran yang dapat


berlaku:
i. Perubahan berlaku ke arah yang sama yaitu sama-sama mengalami
kenaikan atau sama-sama turun.
ii. Perubahan berlaku ke arah yang berbeda yaitu permintaan turun dan
penawaran bertambah atau permintaan bertambah atau penawaran
berkurang.

Untuk melihat bagaimana permintaan dan penawaran secara serentak berubah


disajikan dalam bentuk gambar berikut:

Gambar 2.13. Akibat Pergeseran Permintaan dan Penawaran


Secara Serentak Terhadap Keseimbangan

D1 S
Harga
D S1

P1 E1

P E

D1

S1 D

0 Q Q1 Jumlah Barang

Kegagalan Pasar
Pasar akan mengakibatkan tidak efisien jika terjadi:
a. Incomplete Information
b. Monopoly Power
c. Externality (social cost)
d. Public Goods [Non Rival, non exclusive, non divisible)
e. Altruisme Goods [kemanusiaan]

soal latihan:
18
Qd = 20 – 2P dan Qs = -10 + 4P
Tentukan keseimbangan pasar dan buatkan grafiknya!

INTERVENSI PEMERINTAH

Tujuan dilakukan intervensi pemerintah adalah:


1. Menjamin agar kesamaan hak bagi setiap individu, dapat tetap terwujud dan
eksploitasi dapat dihindarkan
2. Menjaga agar perekonomian dapat tumbuh dan mengalami perkembangan yang
teratur dan stabil
3. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama perusahaan yang besar
yang dapat mempengaruhi pasar, agar mereka tidak menjalankan praktek-
praktek monopoli yang merugikan
4. Menyediakan barang public (public goods) untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
5. Mengawasi agar ekternalitas kegiatan ekonomi yang merugikan masyarakat
dapat dihindari atau dikurangi.

Intervensi pemerintah dapat berupa:

a. Control Harga
1) Harga dasar (floor price)
Adalah harga minimum yang diberlakukan Pemerintah dalam rangka
melindungi produsen/penjual produk tertentu.

Kasus pasar gabah :


Qd = 2.000 – 3P; Qs = - 500 + 2P; Harga min = 600.000/ton
Qs,Qd = 000 ton/musim; P = 00.000 rupiah.

Keseimbangan pasar tercapai pada harga gabah Rp.500.000,- per ton.


Sedangkan jumlah gabah yang tersedia 500.000 ton per musim. Apabila
pemerintah ingin menambah jumlah gabah pada musim tanam
mendatang dengan menetapkan harga dasar gabah Rp.600.000,- per ton,
akan terjadi kelebihan penawaran 500.000 ton, karena penawaran naik
700.000 ton tetapi permintaan berkurang sebesar 200.000,-. Keputusan
ini merugikan konsumen dan produsen karena total surplus ekonomi yang
hilang (consumer surplus dan producer surplus) besarnya seluas segitiga
ABC. Agar harga gabah tetap pada Rp600.000,- per ton, pemerintah
harus membeli kelebihan penawaran 500.000 ton . besarnya anggaran
yang disediakan oleh pemerintah adalah 500.000 ton dikalikan dengan
Rp 600.000,- sama dengan Rp 300.000.000.000,-

19
Gambar 2.14. Pasar Gabah di Krawang

harga (Rp.ratus ribu/ton)

Qs = -500 + 2P
700 kelebihan D
500.000 ton
600 Harga Dasar
B
500
C
400 Qd2 = Qd + Qdp

300
Qd = 2000 – 3P
200

100

0 (ribu ton/
200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 musim)

2) Harga Tertingggi (Ceiling Price)


Adalah batas harga jual tertinggi yang boleh dicapai oleh produsen. [untuk
melindungi konsumen] (kebijakan ini tidak bermanfaat apabila ada kekuatan
oligopoli,monopoli dan kartel misalnya HPS semen).

Kasus Pasar Mie Instant :

Qd=20.000 – 5P; Qs =-5.000 + 20 P; Harga max=Rp 750/bks


Qs,Qd = 000 bungkus; P = (Rp/bungkus).

Keseimbangan terjadi pada harga Rp 1.000,- per bungkus dengan jumlah 15


juta bungkus per bulan. Pemerintah menilai harga mie instan terlalu tinggi dan
menetapkan harga Rp.750,- per bungkus. Keputusan ini menyebabkan
kelebihan permintaan sebesar 6.250.000 bungkus perbulan (16.250.000 -
10.000.000). secara ekonomis keputusan ini merugikan, karena terjadi
kehilangan surplus ekonomi sebesar luas segitiga A+B. .

20
Gambar 2.15. Pasar Mie Instan di Indonesia

Harga

5.000

4.000

Qd = 20.000 – 5P
3.000

2.000 Qs = -5000 + 20P


A

1.000 B
Harga Tertinggi

0
5.0000 10.0000 15.000 20.000 Kuantitas
16.250 (ribu bungkus)

3). Kuota

Selain dengan cara membeli, Pemerintah juga dapat melakukan pembatasan jumlah
produksi (kuota).

Kasus kuota produksi jagung


Jika pemerintah menjaga agar harga jagung minimal P1, untuk jumlah produksi dibatasi
sampai Q1, Kurva penawaran jagung yang relevan adalah S1. Keputusan ini
mengurangi surplus konsumen sebesar AB. Produsen mengalami kehilangan surplus
sebesar C, tetapi memperoleh tambahan surplus seluas A ditambah insentif tidak
meproduksi, seluas D. agar produsen jagung mau mengurangi produksinya sampai
tingkat Q1, maka insentif financial yang harus diberikan setidak-tidaknya seluas B+C+D

21
Gambar 2.16 Pasar Jagung

Harga
S0
S1 Kurva S akibat
Quota produksi
P1
D
A B
P2 E
C

0 Q1 Q0 Kuantitas

4) Pajak dan Subsidi


a. Pajak
Pajak akan meningkatkan harga menjadi mahal tetapi diperlukan sebagai sumber
penerimaan negara.

Pemerintah bermaksud menarik pajak dari pasar sepeda motor, dengan


membebankan pajak sebesar T per unit. Pembebanan pajak menyebabkan kurva
penawaran bergeser dari S0 ke S1, harga keseimbangan menjadi P1, sedangkan
jumlah keseimbangan menjadi Q1. Dampaknya konsumen kehilangan surplus sebesar
A + B. produsen kehilangan surplus sebesar D + C. pemerintah memperoleh
penerimaan sebesar A + D sama dengan 0Q1 x (P1 – P2). Konsumen dirugikan karena
beban pajak produsen ditanggung konsumen bagian A, ini tergantung dari elastisitas
permintaan dan penawaran.

22
Gambar 2.17. Pasar sepeda motor di Indonesia

Harga
S1

P1 Pajak T/unit S0

P0 A B
D C
P2 D

0 Q1 Q0 Kuantitas

b. Subsidi
Subsidi merupakan kebalikan dari pajak karena subsidi menambah pendapatan nyata
baik kepada konsumen maupun produsen.
Kasus Pasar Susu Bayi:
Agar makin banyak keluarga yang mampu membeli susu, pemerintah bermaksud
menurunkan harga susu ke P1. Dengan harga setingkat P1 permintaan meningkat
menjadi Q1, sementara penawaran berkurang menjadi Q2. Besarnya subsidi yang
diberikan adalah 0Q1 (P1-P2). Bila subsidi diberikan kepada konsumen, akan
menggeser permintaan ke D1, sehingga keseimbangan baru terjadi di titik E2. Bila
subsidi diberikan kepada produsen, akan menggeser kurva penawaran ke
S1.Keseimbangan baru terjadi dititik E1.

Gambar 2.18. Pasar Susu Bayi di Jakarta

Harga
D0 D1
S0
P2 E2

P1 Subsidi S1

P0 E1

23
0 Q2 Q0 Q1 Kuantitas
5) Tarif dan Kuota
Pada perekonomian yang terbuka (global), harga yang berlaku adalah harga
internasional. Bila harga domestik lebih tinggi dari harga internasional biasanya akan
melakukan impor.Dalam rangka proteksi terhadap produsen domestik Pemerintah
dapat menerapkan kebijakan tarif (pajak impor) dan kuota impor.

Gambar 2.19. Tarif dan Quota Impor

Harga

D S

P*
A
Pw B D C

0 Qs0 Qs1 Qd1 Qd0 Kuantitas

Dengan harga internasional setingkat Pw, impor Qd0-Qs0 unit. Pemerintah menetapkan
tariff T per unit impor. Harga dalam negri meningkat menjadi P* , impor turun Qd1-
Qs1.keuntungan bagi produsen sebesar A, kerugian konsumen sebesar A+B+C+D.
penerimaan pajak pemerintah sebesar D.

Jika pemerintah memberlakukan quota impor, D merupakan keuntungan produsen


asing, sehingga kerugian domestic neto adalah B+C+D.

24
ELASTISITAS
BAB IV PERMINTAAN DAN PENAWARAN

PENGANTAR

Dalam analisis ekonomi, secara teori maupun aplikasinya sangat penting mengetahui
hal-hal seperti: bagaimanakah respon permintaan (respon konsumen) terhadap suatu
barang apabila harga turun atau naik dan juga bagaimanakah penawaran (respon
produsen) terhadap suatu barang apabila harganya turun atau naik. Besarnya respon
konsumen (bisa diketahui dari perubahan permintaan) dan respon produsen (bisa
diketahui dari perubahan penawaran) akibat perubahan harga barang-barang atau
faktor-faktor lain di luar harga akan sangat berbeda dari waktu ke waktu.

Oleh karena itu sangat perlu dikembangkan konsep-konsep pengukuran yang


menunjukkan sampai dimana besarnya respon atau kepekaan jumlah barang yang
diminta atau jumlah barang yang ditawarkan. Ukuran kuantitatif tersebut dinamakan
koefisien elastisitas atau indeks elastisitas.

Ada empat konsep elastisitas yang umum dipakai dalam teori ekonomi mikro:
1. Elastisitas harga permintaan (Ep), yaitu prosentase perubahan jumlah barang
yang diminta akibat terjadinya perubahan harga barang itu sendiri.
2. Elastisitas silang (Ec) yaitu prosentase perubahan jumlah barang yang diminta
akibat terjadinya perubahan harga barang lain
3. Elastisitas pendapatan (Ei) yaitu prosentase perubahan kuantitas barang yang
diminta akibat terjadinya perubahan pendapatan.
4. Elastisitas harga penawaran (Es) yaitu prosentase perubahan jumlah barang
yang ditawarkan akibat terjadinya perubahan harga barang itu sendiri.

Mengetahui besarnya angka-angka koefisien elastisitas tersebut sangat penting


terutama bagi:
a. Perusahaan, angka-angka koefisien elastisitas tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan volume produksi dan penentuan harga
barang yang akan dijual.
b. Pemerintah, angka-angka koefisien elastisitas tersebut dapat digunakan untuk
membuat suatu kebijakan ekonomi tertentu yang akan dilaksanakan.

ELASTISITAS PERMINTAAN

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli
akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (ceteris paribus).

25
Elastisitas dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (price
elasticity of demand).
Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross
elasticity)
Elastisitas yang dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income
elasticity)

 Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand):

Perubahan persentase jumlah barang yang diminta


Ep=
Perubahan persentase harga

ΔQ
Ed= P /Q
ΔP

Angka Elastisitas Harga (Ep):


1. Ep > 1 disebut elastis: hal ini berarti persentase perubahan harga lebih kecil dari
persentase perubahan kuantitas barang yang diminta.
2. Ep < 1 disebut inelatis: hal ini berarti persentase perubahan harga lebih besar
dari pada persentase perubahan kuantitas barang yang diminta
3. Ep = 1 disebut unitary elastis: hal ini berarti persentase perubahan harga sama
dengan persentase perubahan kuantitas barang yang diminta
4. Ep = 0 disebut inelastis sempurna: hal ini berarti besarnya perubahan harga tidak
diikuti oleh perubahan dalam kuantitas yang diminta
5. Ep = disebut elastis sempurna: hal ini berarti permintaan dapat
mencapai jumlah yang tak terhingga walaupun harga barang itu tetap.

Jika digambarkan dalam bentuk kurva, maka bentuk dari masing-masing kriteria
elastisitas adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Elatisitas

Harga Harga Harga

D D

D D D

Jumlah Jumlah Jumlah


(Ep > 1, Elastis) (Ep < 1, Inelastis) (Ep = 1, Unitary Elastis)

26
Harga D Harga

Jumlah Jumlah
(Ep = 0, Inelastis Sempurna) (Ep = ~, Elastis Sempurna)

 Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur

Elastisitas titik (point elasticity) mengukur elastisitas pada titik tertentu. Konsep
elastisitas ini digunakan bila perubahan harga yang terjadi sedemikian kecilnya
sehingga mendekati nol.
Jika perubahan harga relative besar lebih tepat digunakan elastisitas busur
(Arch Elasticity) yang mengukur elastisitas permintaan antara dua titik.

Rumus Elastisitas Busur:

ΔQ P1+ P 2
Ep=¿ .
ΔP Q1+Q 2

Rumus Elastisitas Titik:

ΔQ
E p= P/Q
ΔP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELASTISITAS PERMINTAAN:

1. Tingkat kemudahan barang-barang tersebut untuk digantikan dengan barang


lain. Dalam suatu perekonomian, jika suatu barang tertentu banyak terdapat
barang penggantinya maka permintaan terhadap barang tersebut cenderung
bersifat elastis, artinya perubahan harga dalam barang tersebut sedikit saja akan

27
menimbulkan perubahan yang besar terhadap jumlah barang tersebut karena
konsumen akan cepat beralih terhadap barang penggantinya. Sebaliknya
permintaan terhadap barang yang tidak banyak penggantinya akan cenderung
bersifat in elastis.

2. Besarnya proporsi pendapatan yang digunakan. Jika konsumen menganggarkan


pendapatannya dalam porsi yang besar untuk membeli suatu jenis barang, maka
permintaan terhadap barang tersebut akan semakin elastis.

3. Jangka waktu analisa. Jangka waktu analisa dimaksud adalah kesempatan


konsumen untuk mengetahui informasi-informasi atau perubahan-perubahan
yang terjadi di pasar. Jika makin pendek atau semakin tidak ada kesempatan
bagi konsumen untuk mengetahui informasi-informasi pasar, maka permintaan
terhadap suatu barang tertentu akan semakin tidak elastis. Sebaliknya jika
semakin panjang jangka waktu analisa maka semakin banyak perubahan-
perubahan yang diketahui konsumen sehingga permintaan terhadap suatu
barang tertentu akan semakin elastis.

4. Jenis barang. Jenis barang yang dimaksud adalah jenis barang kebutuhan pokok
atau barang mewah atau barang normal. Untuk barang mewah permintaannya
cenderung elastis (perubahan harga sedikit saja akan diikuti oleh perubahan
kuantitas yang diminta dalam jumlah yang lebih banyak). Tetapi untuk barang-
barang kebutuhan pokok, permintaannya cenderung bersifat in elastis
(perubahan harga tidak banyak berpengaruh terhadap perubahan jumlah yang
diminta).

ELASTISITAS SILANG

Elastisitas silang (cross elasticity) mengukur besarnya kepekaan atas perubahan


permintaan atas suatu barang jika harga barang lainnya berubah. Barang lain tersebut
dapat bersifat komplementer (barang yang saling melengkapi dan barang substitusi
(barang yang saling mengganti).

Rumus elastisitas silang:

Perubahan persentase jumlah barang X yang diminta


Ec=
Perubahan persentase harga barang Y

ΔQx Py
Ec=¿ ·
ΔPy Qx

Jika Exy > 0 untuk barang substitusi


Jika Exy < 0 untuk barang komplementer
Jika Exy = 0 untuk dua barang yang netral atau tidak mempunyai hubungan.

28
ELASTISITAS PENDAPATAN

Elastisitas pendapatan mengukur respon jumlah yang diminta terhadap perubahan


pendapatan, dimana harga barang tetap.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Perubahan persentase jumlah barang yang diminta


Ei=
Perubahan persentase pendapatan

ΔQ I
Ei=¿ ·
ΔI Q

Jika Ei > 0 untuk barang normal


Jika Ei < 0 untuk barang inferior
Jika Ei = 0 untuk barang netral
Jika Ei > 1 untuk barang mewah
Jika Ei antara 0 sampai 1 untuk barang kebutuhan pokok

ELASTISITAS PENAWARAN

Elastisitas penawaran mengukur besarnya prosentase perubahan jumlah barang yang


ditawarkan akibat adanya perubahan harga barang yang bersangkutan.

Rumus elastisitas penawaran:

Perubahan persentase jumlah barang yang ditawarkan


Es=
Perubahan persentase harga

Es=¿ (% Δ Q) /(%ΔP )

ΔQ P
Es=¿ .
ΔP Q

Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas penawaran:


1. Jenis produk (produk pertanian umumnya inelastis, produk industri umumnya
elastis)
2. Sifat perubahan biaya produksi (Biaya yang dikeluarkan sangat tinggi umumnya
bersifat inelastis, jika tambahan biaya tidak terlalu besar penawaran akan
bersifat elastis)
3. Jangka waktu (semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis dalam
jangka panjang dibanding dalam jangka pendek)

ELASTISITAS JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG

29
Jika ada pertanyaan berapa banyak permintaan atau penawaran berubah karena
perubahan harga, yang harus diperjelas adalah dimensi waktu perubahannya. Jika
dimensi waktunya satu tahun atau kurang berarti elastisitasnya jangka pendek, jika
lebih dari satu tahun elastisitasnya jangka panjang.
Elastisitas Permintaan:
1. Elastisitas harga
Untuk barang-barang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari satu tahun
(barang tidak tahan lama atau non durable goods), elastisitas harga lebih besar
dalam jangka panjang dibanding dalam jangka pendek. Ada dua penyebab:
(a) Konsumen membutuhkan waktu untuk merubah kebiasaan mereka;
(b) Permintaan suatu barang berkaitan dengan barang lain, yang perubahannya
baru terlihat dalam jangka panjang.
Untuk barang yang masa konsumsinya lebih dari satu tahun (barang tahan lama
atau durable goods), permintaannya lebih elatis dalam jangka pendek dibanding
jangka panjang.

2. Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan jangka panjang bagi barang non durable lebih besar
dibanding jangka pendek. Sebaliknya untuk barang yang durable elastisitas
pendapatan jangka pendek lebih besar dari jangka panjang.

3. Elastisitas Penawaran:
Hampir semua barang memiliki penawaran yang lebih elastis dalam jangka panjang,
dibanding dalam jangka pendek.

BAB V
TEORI PERILAKU KONSUMEN

30
PERLUNYA MEMPELAJARI PERILAKU KONSUMEN
Konsumen adalah pembeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Oleh
karena itu pengusaha perlu mempelajari perilaku konsumen agar barang yang
diproduksi cepat laku dipasaran. Dengan mempelajari perilaku konsumen dapat
diketahui keinginan-keinginan konsumen. Permintaan konsumen akan menentukan
barang apa yang harus diproduksi oleh produsen atau pengusaha dan berapa
jumlahnya serta berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi barang dan
jasa tersebut dan akhirnya pada tingkat harga berapa barang tersebut dijual.
Untuk memberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen dalam menentukan
permintaan tersebut digunakan titik tolak konsep utilitas (dayaguna). Menurut
pendekatan daya guna ini, setiap barang mempunyai daya guna atau memberikan
kepuasan kepada konsumen yang menggunakan barang tersebut. Jadi jika seorang
konsumen meminta suatu jenis barang, pada dasarnya yang diminta adalah dayaguna
barang tersebut.

PENDEKATAN KARDINAL
Salah satu pendekatan untuk mempelajari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi
barang-barang atau jasa-jasa adalah pendekatan cardinal atau pendekatan guna batas
(Marginal Utility). Menurut pendekatan ini, kepuasan konsumen dari mengkonsumsi
barang dan jasa dapat diukur dengan angka-angka (angka cardinal seperti 1, 2, 3,…
dan seterusnya). Teori guna cardinal dikemukakan oleh ekonom (Heinrich Gossen
1854, Stanley Jevons 1871 dan Leon Walras 1894).
Kepuasan atau kegunaan dari mengkonsumsi barang/jasa dinamakan nilai guna
(utility). Jadi suatu barang akan mempunyai arti atau nilai bagi seseorang apabila
barang tersebut mempunyai nilai guna baginya. Adapun besar kecilnya nilai guna suatu
barang bagi seseorang akan tergantung dari preferensi konsumen bersangkutan.
Teori nilai guna cardinal hanya berlaku dengan beberapa asumsi:
Nilai guna dapat diukur
Konsumen bersifat rasional sehingga perilakunya dapat dipahami secara
logis
Konsumen berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya
Jika semakin banyak barang yang dikonsumsi maka semakin besar pula jumlah nilai
guna yang diperoleh. Akan tetapi laju pertambahan nilai guna yang diperoleh karena
menambah barang yang dikonsumsi makin lama makin menurun, dan bahkan
tambahan nilai guna tersebut dapat mencapai nol atau bahkan negative apabila
konsumsi barang tersebut diteruskan. Hal seperti ini adalah kejadian-kejadian yang
sudah umum atau biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena teori ini berlaku
hipotesa:
“ Tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsi
barang atau jasa akan semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus
menambah konsumsinya ke atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai
guna akan menjadi negative yaitu apabila konsumsi ke atas barang tersebut
ditambah satu unit lagi, dan nilai guna total akan menjadi sedikit”.
Tambahan kepuasan yang semakin menurun dengan semakin banyaknya suatu
barang yang dikonsumsi (law of diminishing marginal benefit). Secara grafis hubungan

31
antara jumlah barang yang dikonsumsikan dengan utilitas total disajikan pada gambar
berikut:
Gambar 4.1. Kurva Total Utilitas
TUx

B D

TUx

X1 X2 X3 X4
Gambar di atas menunjukkan kepuasan maksimum konsumen ada di titik C an
dicapai pada saat konsumsi barang x sebanyak x3. Sebelum mencapai titik C, maka
tambahan konsumsi barang x akan memberikan tambahan terhadap utilitas, tetapi
setelah titik C, maka tambahan konsumsi barang x akan menurunkan ulitas konsumen.
Untuk memaksimumkan kepuasannya, seorang konsumen akan memilih
kombinasi konsumsi atas barang-barang yang dikonsumsinya sehingga terdapat
kepuasan yang maksimum yaitu jika kepuasan marginal dari barang tertentu (x) dibagi
dengan harga barang tersebut (Px) sama dengan satu atau jika harga barang tersebut
sama dengan kepuasan marginal. Dapat dicontohkan sebagai berikut:
Gambar 4.2. Kurva Marginal Utility
Px

Px A C

MUx

X1 X2 X3 X
Gambar 4.1 menunjukkan harga barang x setinggi Px dan pada tingkat harga tersebut
jika konsumen mengkonsumsi barang di bawah x2, misalnya x1, maka konsumen
tersebut belum mencapai kepuasan maksimum, sebab masih terdapat sisa dana untuk
dibelikan barang tersebut, sehingga kepuasannya meningkat (pergeseran dari titik A ke
titik B). Sedangkan pada konsumsi sebesar x3, maka tambahan pembelian 1 unit x

32
akan memberi kepuasan sebesar x3D. dengan demikian kepuasan maksimum dicapai
saat:
Px = MUx atau Px / Mux = 1
Hal ini berlaku jika konsumen hanya mengkonsumsi satu macam barang saja yaitu
barang x. jika barang yang dikonsumsinya lebih dari satu macam, maka kepuasan
maksimum terjadi pada:

MUx / Px = MUy / Py =…=MUn /Pn


MU = Marginal Utility
P = Harga barang
X,y,n = macam barang konsumsi

Agar uraian di atas menjadi jelas, maka dapat dijelaskan melalui Tabel 4.1, yang
menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang dapat dikonsumsi oleh konsumen A
dan tambahan kepuasan dari mengkonsumsi barang tersebut.

Tabel 4.1.
Marginal Utility Barang x dan Barang Y
Barang x Mux Barang y MUy
1 50 1 40
2 45 2 36
3 40 3 32
4 35 4 28
5 30 5 24
6 25 6 20
7 20 7 16
8 15 8 12
9 10 9 8
10 5 10 4

Misalkan konsumen A mempunyai pendapatan Rp.13.000,- dan ingin membeli atau


mengkonsumsi dua macam barang yaitu x dan y. Harga barang x Rp.1000,- perunit dan
harga barang y Rp.1000,- perunit. Berapakah banyaknya barang x dan y yang dapat
dibeli oleh konsumen A dengan anggaran tersebut agar utilitasnya maksimal.
Dengan melihat informasi yang disajikan pada Tabel 4.1, konsumen dapat
mengalokasikan uangnya sedemikian rupa sehingga memperoleh kepuasan yang
maksimum dan semua pendapatannya habis untuk dibelanjakan. Untuk itu maka hal
yang harus dilakukan adalah mengkonsumsi atau membeli barang yang dibutuhkan
terlebih dahulu. Menurut tabel di atas uang ribuan pertama tentunya akan dibelikan
barang yang memberikan tambahan kepuasan tertinggi, dan ini diperoleh dengan
membeli satu unit barang X yang nantinya akan memberikan tambahan kepuasan
(marginal utility) sebesar 50 satuan kepuasan. Kemudian ribuan kedua akan dibelikan
barang X lagi (unit kedua), karena barang ini memberikan tambahan kepuasan sebesar
45 satuan kepuasan artinya lebih tinggi dibanding barang Y yang guna batasnya hanya
40 satuan kepuasan. Pada ribuan ketiga konsumen dapat melakukan pilihan apakah ia
ingin mengkonsumsi barang X unit ketiga atau barang Y unit pertama, tambahan

33
kepuasan yang didapat adalah sama yakni 40 satuan kepuasan. Kemudian seterusnya
konsumen dapat melakukan pilihannya sampai ribuan ketigabelas, maka akan
mendapatkan barang X sebanyak 7 unit dan barang Y sebanyak 6 unit, sehingga
kepuasan total yang didapat konsumen A sebanyak 245 dari barang X dan barang Y
180 atau kepuasan total 425. Jadi dengan uang sebanyak Rp.13.000,- konsumen akan
memperoleh kepuasan sebesar 425 dari mengkonsumsi 2 jenis barang X dan Y.
Jika diformulasikan dalam bentuk persamaan, maka kepuasan maksimum tercapai
pasa saat:

MUx /Px = MUy /Py 20/1000 =20/1000


Apakah pendapatan benar-benar sudah habis, maka dapat dicocokan dengan
persamaan:
B = Px.x + Py.y
13.000 = 1000 x 7 + 1000 x 6
13.000 = 13.000

PENDEKATAN ORDINAL
Pendekatan ordinal disebut juga dengan pendekatan kurva taka acuh atau pendekatan
indifference curve. Pendekatan ordinal ini dikemukakan oleh J. Hicks dan RJ. Allen
(1934). Menurut pendekatan ini tingkat kepuasan seseorang dari mengkonsumsi
barang atau jasa tidak dapat dihitung dengan uang, angka atau satuan lainnya, tetapi
dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah (dengan skala ordinal seperti ke-1, ke-2,
ke-3 dan seterusnya).

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam pendekatan ordinal :


Rasionalitas, dengan dana dan harga pasar tertentu konsumen dianggap
selalu akan memilih kombinasi barang yang akan mendatangkan nilai guna
atau kepuasan maksimal.
Konsumen dianggap mempunyai informasi yang sempurna atas uang yang
tersedia baginya serta informasi harga-harga yang ada di pasar barang.
Konsumen perlu mempunyai preferensi yang disusun atas dasar besar
kecilnya nilai guna, walaupun besarnya nilai guna itu sendiri secara
absolute tak perlu diketahui.

Karena besarnya nilai guna barang tidak perlu diketahui, maka untuk menganalisis
nilai guna tersebut digunakan kurva indifferen. Kurva indifferens ini merupakan
kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi/pembelian dua macam barang dari
seorang konsumen yang memberikan tingkat kepuasan yang sama. Mengenai
bentuk kurva indifferens dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.3. Kurva Indifferens


Y

34
Y1 A

Y2 B

Y3 C
IC

0 X1 X2 X3 X

Gambar di atas menunjukkan tingkat kepuasan seseorang pada waktu mengkonsumsi


kombinasi barang X sebesar X1, dan barang Y sebesar Y1 (kombinasi dititik A) sama
dengan tingkat kepuasan kalau mengkonsumsi kombinasi barang X sebanyak X2 dan
barang Y sebanyak Y2 (kombinasi dititk B), atau sama dengan tingkat kepuasan jika
mengkonsumsi dengan kombinasi barang X sebanyak X3 dan barang Y sebanyak Y3
(kombinasi dititk C).
Kurva indifferens mempunyai beberapa ciri sebagai berikut:
Kurva indifferens mempunyai kemiringan (slope) negatif (miring dari kiri atas ke
kanan bawah.
Kurva indiffrerens yang lebih tinggi kedudukannya tingkat kepuasannya semakin
tinggi.
Kurva indifferens tidak pernah saling berpotongan dengan kurva indiffrerens
lainnya.
Kurva indiffrerens cembung ketitik asal (nol).

KESEIMBANGAN KONSUMEN
Keseimbangan konsumen adalah suatu keadaan dimana mencapai kepuasan
maksimum dengan menghabiskan anggaran untuk mengkonsumsi suatu barang dan
jasa. Garis anggaran (budget line) konsumen disajikan dalam gambar berikut.

Gambar 4.4. Garis Harga (budget line) Konsumen


Y

35
B/Py

0 B/Px X

Gambar 4.4 memperlihatkan garis kendala anggaran dan titik-titik relevan. Jika
harga barang dan pendapatan konsumen sudah tertentu, dan harus membelanjakan
semua pendapatannya untuk barang X, maka dapat dikonsumsi barang X sebanyak
0-B/PX, sementara itu jika konsumen menghendaki membelanjakan pendapatannya
untuk barang Y, maka dapat mengkonsumsi barang Y sebanyak 0-B/PY.
Kemiringan garis anggaran tersebut adalah:

B/Px : B/Py = Px/Py


Hal tersebut dapat dijelaskan dari garis kendala anggaran belanja:
B = Px . X + Py . Y
Y = B/Py – Px/Py(X)

Sehingga kemiringan garis anggaran adalah sebesar – Px/Py, sedangkan seluruh


kumpulan barang yang dapat dibeli oleh konsumen tersebut ditunjukkan oleh bidang
0 (B/Px)(B/Py). Jika konsumen dianggap membelanjakan semua pendapatannya, maka
hanya akan dianalisis titik-titik yang berada pada garis anggaran belanja. Konsumen
juga hanya akan memiliki suatu titik pada garis anggaran tersebut yang dapat
menghasilkan utilitas maksimal.
Untuk mengetahui konsumen mengalokasikan pendapatannya diantara dua
produk dengan harga tertentu sehingga mendapat utilitas maksimum maka harus
digabungkan kurva indifferens dengan garis anggaran (budget line) konsumen.
Gambar 4.5 menggambarkan kondisi keseimbangan konsumen.

Gambar 5.4. Keseimbangan Konsumen

36
IC1 IC2

B/Py

Y1 A

C
Y2

Y3 B

0
X1 X2 X3 B/Px

Kepuasan maksimum konsumen dicapai ketika mengkonsumsi barang X


sebanyak X2 dan barang Y sebanyak Y2 atau titik C, karena titik C berada pada kurva
indifferens ke-2 (IC2) yang kedudukannya lebih tinggi. Dengan demikian keseimbangan
konsumen dapat dicapai saat kemiringan garis anggaran konsumen sama dengan
kemiringan kurva indifferens atau MRSxy = Px/Py.
Kondisi kepuasan tersebut jika dikaitkan antara analisis utilitas marjinal dan
kepuasan maksimum menurut analisa kurva indifferens maka akan menunjukkan hak
yang sama. Menurut analisis utilitas marjinal kepuasan maksimum (ekuilibrium
konsumen) dicapai saat : MUx / Px =MUy /Py
Sedangkan menurut analisis kurva indifferens ekuilibrium tercapai pada saat:
MRSxy =Px/Py.
Jika konsumen bergerak disepanjang kurva indifferens, maka kepuasan
konsumen akan tetap. Misalnya konsumen bergerak dari jumlah X yang sedikit ke arah
jumlah X yang lebih banyak, maka konsumen harus mengorbankan Y untuk
memperoleh X. Apabila Y dikorbankan maka jelas konsumen kehilangan beberapa
utilitas yang diperoleh dari X.

Jadi : DY.MUy =DX.MUx


ΔY/ΔX = MUx/MUy
ΔY/ΔX = MRSxy
Jadi MRSxy = MUx/MUy dan
MRSyx = Px/Py, karena itu
MUx/Muy = Px/Py
Mux/Px =Muy/Py (ekuilibrium konsumen)

PENGARUH PENDAPATAN DAN PENGARUH SUBSTITUSI

37
Dengan adanya perubahan pendapatan sementara harga barang-barang tetap sama,
maka hal ini akan menyebabkan bergesernya garis anggaran konsumen sejajar ke
arah kanan. Sebaliknya jika pendapatan konsumen berkurang sementara harga
barang-barang tetap maka garis anggaran konsumen akan bergeser sejajar ke arah kiri.
Pada Gambar 4.6 disajikan kurva pendapatan konsumen.

Gambar 4.6. Kurva Konsumsi-Pendapatan


Y

B1/Py Kurva Konsumsi-Pendapatan

B/Py

B
A

0 X1 X2 B/Px B1/Px X

Pada gambar di atas, MRSyx – Px/Py pada titik A dan B. sementara MRSyx =
MUx/MUy. MUx pada titik B mungkin juga berbeda dengan MUy pada titik A. akan
tetapi MUx/MUy adalah sama di titik A dan B, dan MUx serta MUy kemungkinan akan
naik jika ekuilibrium dipindah dari titik A ke titik B. Jadi utilitas marginal akan naik jika
kuantitas dari salah satu barang dan pendapatan seperti pada Gambar 6.7 , disebut
kurva Engel (Engel Curve).

Gambar 4.7. Kurva Engel (Engel Curve)


Pendapatan(B)
Kurva Engel mempunyai kemiringan positif, maka eM
>0 dan komoditi X barang normal
Kurva Engel
Kurva Engel mempunai kemiringan negatif, maka eM<0
dan komoditi X barang inferior

B1 Kurva Engel mempunyai kemiringan positif dan


memotong sumbu pendapatan, maka eM>1 dan
B2 komoditi X barang mewah

0 X1 X2 X
Selanjutnya dapat dibedahkan antara pengaruh pendapatan dan pengaruh substitusi,
disajikan dalam Gambar 4.8.

38
Gambar 4.8. Pengaruh Pendapatan dan Substitusi
Y

B2/Py2

B1/Py1

Y3 C

Y2 B

Y1 A IC2
IC1
0
X2 X3 B1/Px2 B2/Px2 X1 B1/Px1 X

Misalkan harga X sekarang naik dari PX1 menjadi PX2 sementara harga Y
tetap. Hal ini menyebabkan bergesernya garis anggaran dari B1/Py1 – B1/Px1 menjadi
B1/Py1 – B1/Px2 dan ekuilibrium berpindah ke titik B (waktu mengkonsumsi X2 dan
Y2). Jadi konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang lebih rendah, karena kurva
indifferens berpindah dari IC2 ke IC1.
Untuk mengembalikan kepuasan ke tingkat semula (IC2) atau sama saja
mengembalikan tingkat pendapatan riil konsumen atau meningkatkan daya beli
konsumen karena naiknya harga barang X sementara pendapatan nominal tetap, maka
dibuat garis sejajar dengan garis anggaran B1/Py1 – B1/Px2 yaitu B2/Py2- B2/Px2.
Garis sejajar ini mewakili rasio harga yang baru dan daya beli yang lebih tinggi atau
merupakan subsidi kepada konsumen sebesar B2-B1. Sekarang konsumen berada
dalam ekuilibrium di titik C dan pada kurva indifferens ke dua (IC2). Pergerakan dari A
ke C (X1 – X3) disebut dengan pengaruh substitusi. Jadi pada kedua titik A dan C
tersebut pendapatan riil konsumen sama. Jika misalnya subsidi dicabut kembali,
maka hal ini disebut dengan pengaruh pendapatan.
Sebagai catatan bahwa pengaruh substitusi dan pengaruh pendapatan bekerja dalam
arah yang sama. Hal ini berarti barang X merupakan barang normal. Andaikan barang
X merupakan barang inferior, maka pengaruh substitusi dan pengaruh pendapatan
bekerja dalam arah yang berlawanan.

TEORI PRODUKSI
BAB VI
39
PENGANTAR

Setelah mempelajari perilaku konsumen yang melatarbelakangi pemahaman sifat-sifat


permintaan para pembeli di pasar, sekarang beralih ke persoalan penawaran.
Penawaran datangnya dari produsen, dengan demikian giliran dipelajari bagaimana
sikap produsen dalam menawarkan barang-barang yang diproduksinya.
Produsen merupakan pihak yang mengkoordinasi transformasi berbagai input
untuk menghasilkan output. Tentunya seorang produsen dalam kegiatannya untuk
menghasilkan output menginginkan agar tercapai efisiensi produksi. Dengan kata lain
produsen berusaha untuk menekan ongkos/biaya produksi serendah-rendahnya dalam
suatu jangka waktu tertentu. Efisiensi dalam suatu proses produksi akan sangat
ditentukan oleh proporsi input yang digunakan serta produktivitas masing-masing input
untuk setiap tingkat penggunaannya dari masing-masing rasio antara
masukan/input/faktor produksi tersebut. Hubungan teknis antara faktor produksi
dengan hasil produksi disebut dengan fungsi produksi. Dalam membahas produksi
ditinjau dari pasar, dapat dibedakan jangka waktu yang berbeda-beda.

JANGKA WAKTU ANALISA


Kegiatan produksi ditinjau dari jangka waktunya dibedakan menjadi tiga:
Jangka waktu yang sangat pendek (very short run) yaitu yang berhubungan
dengan situasi produksi dimana perusahaan tidak dapat mengubah outputnya.
Oleh karena itu penawaran outputnya bersifat inelastic sempurna dan harga
semata-mata ditentukan oleh permintaan.
Jangka pendek (short run) yaitu situasi produksi dimana output dapat dirubah,
namun demikian ada sebagian faktor produksi yang bersifat tetap dan sebagian
faktor produksi lagi dapat dirubah. Dimasa tersebut perusahaan tidak dapat
menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap tersebut. faktor produksi
tetap biasanya merupakan elemen dari modal (seperti mesin pabrik dan
peralatannya, tanah dan tenaga terampil dan jasa manajemen). Disamping itu
perusahaan hanya dapat memberikan keputusan tentang bagaimana
memanfaatkan pabrik dan peralatannya yang ada dengan sebaik mungkin.
Sehingga dalam jangka pendek tidak berkaitan dengan jumlah bulan atau tahun
tertentu. Pada beberapa industri, jangka pendek itu mencakup beberapa bulan
atau tahun, tetapi pada industri lainnya mungkin hanya beberapa minggu saja.
Produksi jangka panjang (long run) yaitu suatu produksi tidak hanya output yang
berubah tetapi mungkin semua input dapat berubah dan hanya teknologi dasar
produksi yang tidak mengalami perubahan. Jangka panjang ini tidak ada
hubungannya dengan jangka waktu tertentu tetapi berkaitan dengan pilihan-
pilihan pabrik dan peralatannya serta proses produksi yang digunakan.

FUNGSI PRODUKSI

40
Hubungan teknis antara faktor produksi dengan hasil produksi disebut fungsi
produksi. Faktor produksi merupakan hal yang mutlak dalam proses produksi karena
tanpa faktor produksi kegiatan produksi tidak dapat berjalan. Fungsi produksi
menggambarkan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau
suatu perekonomian secara keseluruhan. Disamping itu menggambarkan tentang
metode produksi yang efisien secara teknis, dalam arti metode produksi tertentu
kuantitas bahan mentah yang digunakan adalah minimal dan barang modal lainpun
juga minimal. Metode produksi yang efisien merupakan hal yang sangat diharapkan
oleh produsen.
Secara umum fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah barang produksi
tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Jadi hasil produksi merupakan
variabel tidak bebas, sedangkan faktor produksi merupakan variabel bebas. Fungsi
produksi dapat diformulasikan sebagai berikut:

Q = f (K, L, R, T)
Q = Output
K = Kapital/Modal
L = Labour/tenaga kerja
R = Resources/sumberdaya
T = Teknologi

Dari persamaan di atas pada dasarnya berarti bahwa besar kecilnya tingkat
produksi suatu barang tergantung pada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah
kekayaan alam dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-
beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda-beda pula.

TEORI PRODUKSI DENGAN SATU FAKTOR PRODUKSI

Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang dalam produksi jangka pendek
dikatakan bahwa ada faktor produksi yang bersifat tetap (fixed input) dan ada faktor
produksi bersifat berubah (variabel input). Jika faktor produksi variabel tersebut terus
ditambah maka produksi total akan semakin meningkat hingga sampai pada suatu
tingkat tertentu (titik maksimum), dan apabila sudah pada tingkat maksimum tersebut
faktor produksinya terus ditambah maka produksi total akan semakin menurun. Hal ini
berarti mulai berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (law of
diminishing return). Keadaan ini dapat disajikan dalam Gambar 5.1.

Gambar 5.1
Kurva Produksi Total, Produksi Marginal dan Produksi Rata-rata
Q
41
Q3

Q2 A
Tahap TahapTahap
I II III TP

Q1

0
L1 L2 L3 L4 L

Tahap Tahap Tahap


I II III

APL

0 L1 L2 L3 L4 L
MPL

TP = Total Produksi
L = Labour
MPL = Produksi batas (marginal product tenaga kerja)
APL = produksi rata-rata tenaga kerja

Dimana: MPL = ΔTP/ΔL


APL = TP/L

Gambar 5.1 merupakan cara lain untuk menggambarkan fungsi produksi yang
menggunakan faktor produksi tidak sebanding dimana modal dan tekbologi dianggap
tetap. Sumbu horizontal menggambarkan jumlah input tenaga kerja, sumbu vertical
menggambarkan jumlah produksi yang dihasilkan (output).
42
Tahap I menggambarkan penggunaan tenaga kerja yang masih sedikit, dan
apabila diperbanyak penggunaan tenaga kerja menjadi L2 maka total produksi akan
mengingkat dari Q1 menjadi Q2. Produksi rata-rata dan produksi marginal juga turut
meningkat. Pada tahap I tidak ada pilihan lain bagi produsen kecuali menambah tenaga
kerja. Pada tahap I juga dapat dilihat bahwa laju kenaikan produk marginal semakin
besar (lihat kurva MPL). Sehingga pada tahap ini berlaku hukum pertambahan hasil
produksi yang semakin besar (law of increasing returns). Hal ini terjadi karena ada
kemungkinan terjadi spesialisasi faktor produksi tenaga kerja. Semakin besar tenaga
kerja yang digunakan semakin memungkinkan produsen melakukan spesialisasi tenaga
kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. Sementara itu produksi pada
tahap I terus meningkat hingga mencapai titik puncak pada saat penggunaan tenaga
kerja sebanyak L2 atau pada saat total produksi (kurva TP) berada pada titik belok A.
pada saat itu kurva MPL berpotongan dengan kurva APL. Pada kondisi demikian jika
tenaga kerja ditambah lagi penggunaannya hingga mencapai L3 atau masuk pada
tahap II, maka total produksi terus meningkat hingga mencapai Q3 atau mencapai titik
optimum produksi.
Pada tahap II tersebut produksi total terus meningkat sedangkan produksi rata-
rata mulai menurun dan produksi marjinal bertambah dengan proporsi yang semakin
menurun pula hingga pada akhirnya produksi marjinal mencapai titik nol. Hal ini berarti
berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns).
Jika pada kondisi tersebut penggunaan tenaga kerja masih saja ditambah maka
memasuki tahap II merupakan penambahan tenaga kerja yang akan menyebabkan
turunnya total produksi. Jadi penggunaan tenaga kerja terlalu banyak hingga total
produksi menurun dan produksi marjinal menjadi negatif. Oleh sebab itu tidak ada
pilihan lain kecuali mengurangi tenaga kerja.

TEORI PRODUKSI DENGAN DUA FAKTOR YANG BERUBAH


Misalkan ada dua faktor produksi yang dapat diubah (tenaga kerja dan modal), dan
kedua macam faktor produksi ini dapat saling menggantikan. Hal ini berarti apabila
harga tenaga kerja dan modal perunitnya diketahui, maka analisa tentang bagaimana
seorang produsen akan dapat meminimumkan biaya di dalam usahanya untuk
mencapai tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan.

a. Kurva Produksi Sama (Isoquant): merupakan kurva yang menunjukkan


berbagai kemungkinan kombinasi faktor-faktor produksi yang
menghasilkan tingkat produksi yang sama. Ciri kurva isoquat adalah
bentuknya cembung ke titik asal, tidak boleh berpotongan, semakin jauh
kedudukannya dari titik asal menunjukkan semakin banyak faktor produksi yang
digunakan sehingga semakin banyak produksi yang dihasilkan. Kurva isoquant
lerengnya menunjukkan laju substitusi teknis marginal (marginal rate of technical
substitution).

Misalkan seorang pengusaha ingin memproduksi barang sebanyak 100 unit.


Untuk memproduksi barang tersebut diperlukan faktor produksi tenaga kerja dan
modal dengan kombinasi seperti terlihat pada gambar berikut:

43
Gambar 5.2
Kurva Isoquant

K1 A

K2 B

K3 C

0
L1 L2 L3 L

Gambar di atas: L menunjukkan tenaga kerja dan K menujukkan capital atau


modal. Kombinasi tenaga kerja sebanyak L1 dan capital sebanyak K1 atau
ditunjukkan di titik A akan menghasilkan output yang sama dengan kombinasi di
titik B (tenaga kerja sebanyak L2 dan capital sebanyak K2). Kombinasi di titik A
dan B juga outputnya sama besar dengan titik C (tenaga kerja sebanyak L3 dan
capital K3). Jadi jika kombinasi tenaga kerja dan capital yang digunakan tetap
dalam satu garis isoquant maka besarnya output akan sama.

b. Garis Ongkos Sama (Isocost)


Dengan input atau dengan biaya yang ada setiap produsen atau perusahaan
dalam kegiatan usahanya pasti menginginkan adanya hasil produksi yang
optimal sehingga keuntungan usahannya pasti menginginkan adanya hasil
produksi yang optimal sehingga keuntungan maksimum. Untuk itu perusahaan
atau produsen harus dapat meminimumkan biaya. Untuk membuat analisis biaya
produksi yang minimum perlu dibuat garis ongkos yang sama.
Garis ongkos sama merupakan garis yang menggambarkan kombinasi
faktor-faktor produksi yang dapat dibeli dengan menggunakan sejumlah
anggaran tertentu atau anggaran yang sama. Untuk membuat garis ongkos
sama ini harus diketahui harga faktor produksi produksi yang dimaksud.
Misalkan harga tenaga kerja (PL) adalah Rp.500,- dan harga capital (PK)
Rp.1000,- dan anggaran untuk pembelian input (TO) atau total outlay atau
pengeluaran sebesar Rp.5000,-. Untuk itu dapat digambar garis ongkosnya
sebagai berikut:

44
Gambar 5.3
Garis Ongkos Sama

K/Rp1000,-

5 TO/Pk

To = PK.K + PL.L

TO/PL

0
10 L/Rp500,-

TO = Total Outlay (total pengeluaran)


PK = Harga Kapital
PL = Harga Tenaga Kerja

Garis TO/PL - To/PK adalah garis isocost (ongkos sama) dan titik-titik
sepanjang garis ongkos sama merupakan kombinasi faktor produksi tenaga kerja
dan modal yang dapat dibeli dengan menghabiskan anggaran Rp5000,-.
Kemiringan garis anggaran tersebut adalah 5/10 = ½ atau PL/PK. Jika anggaran
produsen untuk pembelian faktor produksi (input) tersebut ditingkatkan,
sedangkan harga-harga faktor produksi tetap maka isocost akan bergeser ke
kanan, atau lebih banyak faktor produksi yang dapat dibeli.sebaliknya jika
anggaran tersebut berkurang dan harga faktor produksi tetap, maka isocost akan
bergeser ke kiri yang menunjukkan semakin sedikit faktor produksi yang dapat
dibeli.

c. Meminimumkan Biaya Produksi.


Untuk meminimumkan biaya produksi dengan hasil produksi tertentu maka
antara kurva isoquant dan isocost harus digabungkan yang disajikan dalam
gambar berikut.

Gambar 5.4
Produksi Optimum

45
IS2
IS1

TO/Pk
A

K1 B

0
L1 TO/PL L

Gambar di atas menunjukkan dengan anggaran produsen untuk membeli input


tenaga kerja yang seharga PL dan input capital seharga PK, maka equilibrium
produsen ada di titik B. dengan anggaran sebesar TO, titik B berada pada kurva
isoquant yang lebih tinggi (IS2) yang berarti output lebih banyak dibanding titik A
dan C yang berada pada isoquant yang lebih rendah (IS1). Jadi kombinasi input
dengan biaya minimum dapat menghasilkan output tertentu yaitu sebesar K1
untuk input capital dan sebesar L1 untuk input tenaga kerja.
Titik B menunjukkan posisi least cost combination yaitu tingkat kombinasi
penggunaan input untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan biaya total
minimal. Jika dirumuskan, maka posisi least cost combination tersebut terjadi
pada saat kemiringan kurva isoquant sama dengan kemiringan isocost. Jadi
least cost combination terjadi pada saat:

ΔK/ΔL = PL/PK

BIAYA PRODUKSI
BAB VI

46
PENGANTAR

Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi
merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan demikian dapat
dikatakan ongkos produksi adalah semua pengelaran atau semua beban yang harus
ditanggung oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa
yang siap untuk dipakai konsumen.

Karena focus kajian adalah pada beban yang harus ditanggung oleh perusahaan, maka
pengertian tentang biaya dapat dibedahkan menjadi dua, yaitu biaya swasta (private
cost) dan biaya social (social cost). Pembedaan biaya ini ada hubungan dengan
penggolongan biaya menjadi internal (privat) dan eksternal (social). Dalam pengertian
biaya produksi seharusnya mencakup biaya internal dan biaya eksternal.

Kalau dalam teori produksi dikenal adanya biaya produksi jangka panjang dan jangka
pendek, maka dalam teori biaya produksi dikenal juga biaya jangka pendek dan biaya
jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek meliputi biaya tetap (fixed cost) dan
biaya berubah (variabel cost).
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu, yang mana biaya tersebut besarnya tetap tidak tergantung
dari output yang dihasilkan. Biaya seperti ini disebut juga dengan biaya overhead atau
biaya yang tidak dapat dihindari (unavoidable) cost). Sedangkan dalam produksi jangka
panjang semua biaya adalah biaya berubah. Biaya berubah-ubah adalah biaya yang
besarnya berubah-ubah tergantung dari sedikit banyaknya jumlah output yang
dihasilkan. Biaya ini sering disebut dengan biaya langsung atau biaya yang dapat
dihindari (avoidable coat).

BIAYA PRODUKSI DALAM JANGKA PENDEK


a. Biaya produksi tetap dan variabel
Kalau dalam jangka pendek ada ada faktor produksi tetap dan faktor produksi
berubah, maka dengan sendirinya biaya produksi yang ditimbulkan oleh proses
produksi juga meyangkut biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya
output. Bahkan bila sementara produksi dihentikan, biaya tetap ini harus tetap
dikeluarkan dalam jumlah yang sama. Yang termasuk dalam biaya tetap misalnya
gaji tenaga administrasi, penyusutan mesin, penyusutan gedung dan peralatan lain,
sewa tanah, sewa kantor dan sewa gudang. Dalam jangka panjang biaya tetap ini
akan mengalami perubahan.

Biaya variabel merupakan biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari


banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Semakin besar jumlah output semakin
besar pula biaya variabel yang dikeluarkan. Yang termasuk dalam biaya variabel
ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, bahan bakar, listrik
dan biaya lainnya. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya

47
merupakan biaya total. Jika digambarkan dalam kurva, maka pola biaya tetap
total/ Total Fixed Cost (TFC), biaya variabel total/Total Variable Cost (TVC) dan
biaya total/Total Cost (TC) disajikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 6.1.
Biaya Tetap Total/Total Fixed Cost (TFC)

Rp

N TFC

0 Q

Biaya tetap total/Total Fixed Cost (TFC) dilukiskan sebagai garis lurus
(horizontal) sejajar dengan sumbu kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa
berapapun jumlah output yang dihasilkan, besarnya biaya tetap total/Total fixed
Cost (TFC) tidak berubah yaitu sebesar n.
Biaya variabel total/Total Variable Cost (TVC) adalah biaya yang besar kecilnya
mengikuti banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Gambar 6.2 menunjukkan
kurva biaya variabel total terus-menerus naik.

Jadi semakin banyak output yang dihasilkan maka biaya variabel akan semakin
tinggi. Misalnya semakin banyak barang yang dihasilkan, maka semakin besar
pula pengeluaran untuk membeli bahan baku. Namun demikian laju peningkatan
mula-mula dari titik asal adalah menurun dari titik A. Pada titik A ini tidak terjadi
pengingkatan sama sekali. Kemudian sesudah titik A laju kenaikkannya terus
menerus meningkat (gambar 6.2.).

Gambar 6.2.
Biaya Variabel Total/Total Variable Cost (TVC)

Rp

48
TVC

0 Q

Jika antara biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan, maka hasilnya disebut
biaya total (TC). Jadi TC =TFC +TVC.
Dalam Gambar 6.3, Total Cost (TC) berada pada jarak vertical disemua titik
antara biaya tetap total/ Total Fixed Cost (TFC) dan biaya berubah total/Total
Variable Cost (TVC), yaitu sebesar n. kurva biaya total dapat dilihat pada
Gambar 6.3.

Gambar 6.3.
Total Cost (TC)

Rp
TC

TVC

n TFC

0 Q

b. Biaya Rata-rata
Dalam kebiasaan sehari-hari orang beranggapan bahwa jika biaya total tinggi
identik dengan mahal dan jika biaya total rendah identik dengan murah. Hal ini
tidak sepenuhnya benar, sebab mahal tidaknya sesuatu pembiayaan tidak
tergantung sepenuhnya dari biaya total melainkan dari biaya rata-rata. Misalnya
49
biaya total tinggi, namun jika kuantitas barangnya banyak maka biaya persatuan
barangnya menjadi rendah atau murah.

Biaya tetap rata-rata (average Fixed Cost) dapat dihitung dengan membagi biaya
tetap total (TFC) dengan jumlah output. Dengan demikian biaya tetap rata-rata
akan semakin menurun dengan semakin banyaknya output. Biaya tetap rata-rata
dapat ditulis sebagai berikut:

AFC = TFC / Q

AFC = Average Fixed Cost/Biaya tetap rata-rata


TFC = Total Fixed Cost/Biaya tetap total
Q = Quantity/Jumlah output

Biaya tetap rata-rata menggambarkan besarnya biaya tetap per satuan produk.
Disajikan dalam gambar berikut.

Gambar 6.4.
Biaya Tetap Rata-rata (AFC)

Rp

AFC

0 Q

Biaya variabel rata-rata menggambarkan besarnya biaya variabel per satuan


produk. Biaya variabel rata-rata dapat dihitung dengan rumus:

AVC = TVC/Q

AVC = Average Variable Cost/Biaya variabel rata-rata


50
TVC = Total Variable Cost/Biaya variabel total
Q = Quantity/Jumlah output

Gambar 6.5.
Biaya Variabel Rata-rata (AFC)

Rp

AVC

0 Q

Pada Gambar 6.5 dapat dilihat perilaku biaya variabel rata-rata yaitu menurun
dengan cepat pada kuntitas produksi rendah dan kemudian laju penurunannya
Semakin lambat sampai pada kuantitas produksi tertentu. Bila kuantitas produksi
diperluas lagi, maka kurva AVC akan naik lagi dengan laju kenaikan yang
semakin cepat. Biaya variabel rata-rata menggambarkan besarnya biaya variabel
per satuan produksi.

Biaya rata-rata menggambarkan besarnya biaya per satuan produk. Besarnya


biaya rata-rata per satuan produk (ATC) dapat dihitung dengan rumus:

ATC = TC / Q

ATC = Average Total Cost/Biaya Total Rata-rata


TC = Total Cost/Biaya Total
Q = Quantity/Jumlah Output
Gambar 6.6.
Biaya Total Rata-rata (ATC)

Rp

51
ATC

0 Q

Biaya total rata-rata mempunyai perilaku yang sama dengan biaya variabel rata-
rata, yaitu menurun dengan cepat pada kuantitas produksi rendah dan kemudian
laju penurunannya semakin lambat sampai pada kuantitas produksi tertentu. Bila
kuantitas produksi diperluas lagi, maka kurva ATC akan naik meningkat lagi
dengan laju kenaikan yang semakin tepat.

Penurunan biaya rata-rata di atas disebabkan karena kenaikan produktivitas


yang terjadi pada kuantitas produksi yang masih rendah. Semakin luas kuantitas
produksi semakin menurun produktivitas faktor produksinya, sehingga laju
penurunan biaya rata-rata semakin lambat.

Apabila produksi terus ditingkatkan dengan menggunakan skala pabrik yang


sama, penurunan biaya rata-rata akan berhenti dan selanjutnya akan berhenti
naik dengan laju kenaikan yang semakin cepat. Jadi pada saat hukum kenaikan
tambahan produksi (law of increasing returns) berlaku, produktivitas naik,
sedangkan biaya rata-rata menurun. Biaya rata-rata akan naik pada saat
berlakunya hukum penurunan tambahan produksi. Dengan demikian ada
perilaku yang berkebalikan antara perilaku produksi (yang dicerminkan pada
kurva produksi) dan perilaku biaya produksi (yang dicerminkan oleh kurva biaya
rata-rata dan biaya variabel rata-rata).

Kecepatan laju kenaikan biaya yang disebabkan oleh kenaikan satu kesatuan
output perlu juga diketahui. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat
kemiringan kurva biaya total (TC). Lereng kurva TC mencerminkan besarnya
biaya yang harus ditanggung apabila produksi ditambah. Angka perbandingan
biasanya disebut biaya marjinal (marginal cost). Karena biaya tetap total tidak
berubah, maka perhitungan biaya marjinal biasanya dilakukan hanya dari biaya
variabel total. Biaya marjinal dapat dirumuskan:

MC = ΔTC / ΔQ = ∂TC / ∂Q = TC’


MC = Biaya marjinal
ΔTC = Perubahan biaya total
ΔQ = Jumlah output

52
Biaya marjinal memegang peranan yang penting bagi produsen dalam
mempertimbangkan penentuan berapa besarnya jumlah output yang perlu
diproduksi. Setiap produsen bertujuan untuk mencapai keuntungan yang
maksimum dengan biaya yang sudah ditentukan. Oleh karena itu untuk
menentukan berapa besar output yang harus diproduksi agar tercapai
keuntungan yang maksimum, ada beberapa cara diantaranya:
1. Dengan memproduksi output pada tingkat dimana perbedaan antara
penerimaan total dengan biaya total mencapai jumlah yang paling
maksimum. Jika keuntungan bersih sama dengan pendapatan kotor dikurangi
dengan total biaya, maka:

Π = TR – TC
Π = Profit (pendapatan bersih)
TR = Total revenue (pendapatan kootor)
TC = Total Cost/ Biaya total (TFC + TVC)

Jadi profit akan maksimum jika selisih anatara TR dab TC adalah yang
terbesar. Dengan gambar dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 6.7.
Profit Maksimum
Rp

TC

A C TR

0 QE Q
Berdasarkan Gambar 6.7, profit maksimum dicapai pada saat produsen
memproduksi output sebanyak QE. Besarnya profit maksimum tersebut adalah
sebesar jarak dari titik B sampai titik C. Jadi profit maksimum terletak pada jarak
terlebar antara TR dan TC (pada saat TR berada di atas TC). Untuk mengetahui
jarak terlebar antara TR dan TC harus bibuat kurva sejajar dengan kurva TC.
Jarak terlebar antara TR dan TC terletak pada kemiringan kurva yang sama
antara kurva TR dan kurva TC. Sementara itu titik A menunjukkan titik Break
Event Point (titik pulang pokok) yang berarti TR = TC atau kondisi dimana
perusahaan tidak untung.

53
2. Dengan memproduksi barang sampai tingkat dimana penerimaan marginal
(MR) sama dengan ongkos marginal (MC).

Jika MR = ΔTR / ΔQ = ∂TR / ∂Q = TR’

MC = ΔTC / ΔQ = ∂CTC / ∂Q = TC’


Sehingga profit maksimum tercapai pada saat MR =MC, atau pada saat
kemiringan kurva TR sama dengan kemiringan kurva TC (pada Gambar 6.7
yaitu jarak dari B ke C).

BIAYA PRODUKSI JANGKA PANJANG

Dalam jangka panjang, skala pabrik dapat dirubah sehingga semua biaya juga dapat
dirubah. Jadi biaya merupakan fungsi dari output yang dihasilkan atau C = f
(Q) ,dimana C = biaya dan Q = output.
Dalam jangka panjang produsen dapat membuat skala pabrik sesuai dengan kapasitas
yang dinginkan. Dalam jangka panjang memungkinkan perusahaan merubah teknologi
yang digunakan sehingga bentuk struktur biaya perusahaan juga dapat dirubah. Jika
terjadi perbaikan teknologi yang digunakan maka akan dapat menigkatkan efisiensi
yang pada akhirnya akan memperendah biaya.

Namun demikian,jika diasumsikan teknologi tidak mengalami perubahan, maka


perencanaan perusahaan yang akan dihadapi oleh produsen dapat digambarkan pada
berbagai struktur biaya yang dapat dipilihnya. Setiap struktur biaya mencerminkan skala
pabrik tertentu, sehingga dalam jangka panjang kurva biaya rata-rata perusahaan dapat
digambar dalam bentuk amplop (evelope curve) seperti gambar berikut.

Gambar 6.8.
Kurva Biaya Rata-rata Jangka Panjang
Biaya

SRAC5

SRAC4 LRAC
54
A B SRAC1

SRAC2
C SRAC3

Skala ekonomis Skala Tidak Ekonomis

0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q

SRAC (Short Run Average Cost) atau biaya rata-rata jangka pendek
mencerminkan kapasitas-kapasitas pabrik yang digunakan. Pemilihan kapasitas
nantinya akan tergantung dari jumlah output yang akan dihasilkan. Sedangkan LRAC
(Long Run Average Cost) merupakan biaya rata-rata jangka panjang. Kurva biaya rata-
rata jangka panjang disebut kurva amplop karena biaya rata-rata jangka panjang
memang mengamplopi kurva biaya rata-rata jangka pendek yang terikat pada skala
pabrik yang dipilihnya.

Andaikata seorang produsen menghendaki output sebanyak 0Q1 maka dapat dipilih
faktor produksi tetap yang dicerminkan oleh skala pabrik (diwakili biaya rata-rata)
SRAC1 dengan biaya rata-rata sebesar Q1A. Jika output ditambah menjadi 0Q2 maka
skala pabrik yang digunakan adalah skala 2 (SRAC2), dengan biaya sebesar Q2B
(lebih tinggi). Begitu seterusnya, apabila output diperluas hingga mencapai 0Q4, maka
kapasitas yang digunakan adalah skala pabrik 4 (SRAC4). Jadi dalam gambar tersebut
tiap skala pabrik mencerminkan biaya rata-rata perunit. Tiap unit produksi tersedia satu
skala yang lebih murah dari skala yang lain. Untuk mendapatkan biaya rata-rata jangka
panjang (LRAC) maka titik-titik yang merupakan persinggungan antara SRAC dan
LRAC tersebut dihubungkan dan mencerminkan biaya terendah untuk setiap satuan
output. Oleh karena itu kurva biaya rata-rata jangka panjang (LRAC) disebut dengan
kurva amplop bagi kurva biaya rata-rata jangka pendek (SRAC).
Pada Gambar 6.8 dapat dilihat bahwa jika perusahaan beroperasi pada skala pabrik di
bawah SRAC3 maka produsen akan mendapatkan skala ekonomis karena perusahaan
beroperasi pada saat LRAC yang sedang menurun. Sedangkan pada bagian kanan
SRAC3 produsen berada pada skala tidak ekonomis karena LRAC sedang naik.

Suatu perusahaan dikatakan pada skala ekonomis jika bertambahnya output


mengakibatkan menurunnya biaya rata-rata. Kondisi tersebut dapat terjadi karena
beberapa hal diantaranya:
Adanya spesialisasi faktor-faktor produksi
Diperolehnya faktor-faktor produksi dengan harga yang rendah
Jika perusahaan dapat mengembangkan fasilitasnya di luar perusahaan, tetapi
masih berkaitan dengan perusahaan tersebut.
55
Sedangkan skala tidak ekonomis dapat terjadi jika pertambahan output menyebabkan
naiknya biaya rata-rata. Skala tidak ekonomis ini biasanya terjadi akibat adanya
organisasi perusahaan yang sudah menjadi besar, sehingga menimbulkan kesulitan
dalam mengatur dan memimpinya. Bahkan terjadi kesulitan dalam pendelegasian tugas
dan wewenang akibat struktur organisasi yang semakin panjang. Keputusan menjadi
semakin lambat. Hal-hal ini akan meningkatnya biaya rata-rata.

DAFTAR PUSTAKA

Case & Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Case & Fair. 2005. Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro. Jakarta: Indeks.

Rahardja Prathama & Manurung Mandala. 1999.Jakarta: FEUI.

Sadono Sukirno. 2013. Mikro Ekonomi (teori Pengantar) edisi ketiga. Jakarta PT.
RajaGrafindo Persada.
56
57

Anda mungkin juga menyukai