Anda di halaman 1dari 47

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

BAHAN AJAR
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
EKO - 101

DISUSUN OLEH
LUKMAN

PADANG, 2017
SYLABUS PENGANTAR EKONOMI MIKRO

LITERATUR
1. Carl E Case and Ray C. Fair, Principles of Economics, New Jersey, Prentice Hall International
Edition.
2. Sadono Sukirno, Pengantar Ekonomi Mikro, Erlangga Jakarta
3. Ricard C. Billas, Micro Economics, New Jersey, Prntice Hall Inc

MATERI KULIAH
1. Pendahuluan
- Pengertian
- Beda Mikro dan Makro
- Ruang Lingkup
- Metodologi
2. Teori Permintaan
- Pengertian Demand dan Fungsi Permintaan
- Change in Demand dan Shift in Demand
- Individual, Market dan Aggregate Demand
3. Teori Penawaran
- Pengertian Supply dan Fungsi Supply
- Change in Supply dan Shift in Supply
- Individual, Market dan Aggragte Supply
4. Campur Tangan Pemerintah
- Floor Price dan Ceiling Price
- Tax and Subsidy
- Cob Webb Theorem
5. Elastisitas Permintaan
- Konsep dan Pengertian
- Price Elasticity of Demand
- Cross Price Elasticity of Demand
- Income Elasticity of Demand
6. Teori Prilaku Konsumen
- Cardinal Utility dan Ordinal Utility
- Marginal Utility dan Total Utility
- Perubahan Kepuasan Konsumen
7. Teori Produksi Short Run
- Konsep dan Pengertian
- Total Product, Marginal Product dan Average Product
- Produksi Maksimum
8. Teori Produksi Long Run
- Konsep dan Pengertian
- Produksi Optimum Analisa Matematik
- Produksi Optimum analisa Grafik
9. Teori Cost
- Short Run Cost
- Long Run Cost
10. Pasar Persaingan Sempurna
- Ciri-ciri/Asumsi
- Equilibrium Pendekatan Total
- Equilibrium Pendekatan Marginal
- Short Run Equilibrium
- Long Run Equilibrium
11. Pasar Monopoly
- Ciri-ciri/Asumsi
- Equilibrium Pendekatan Total
- Equilibrium Pendekatan Marginal
12. Pasar Monopolistic Competition
- Ciri-ciri/Asumsi
- Short Run Equilibrium
- Long Run Equilbrium
13. Pasar Oligopoly
- Ciri-ciri Asumsi
- Berbagai pendekatan dalam Penentuan Equilibrium

PENILAIAN
- UTS
- UAS
- Tugas/Kuis
- Kehadiran minimum 75 %
PENDAHULUAN

Science : - Eksak ( Seperti Fisika, Matematika, kimia dll


- Social (seperti, hukum, psikologi, sastra, ekonomi dll)
Jadi ilmu ekonomi termasuk kedalam social science, yaitu yang membahas prilaku manusia atau
masyarakat. Menurut orang eksak, ilmu eksak lebih penting, tapi menurut orang social justru ilmu social
yang lebih penting. Menurut orang ekonomi, diantara ilmu-ilmu social yang ada maka ilmu ekonomi lah
yang paling penting.
Menurut Samuelson, ilmu ekonomi adalah The Queen of social science (ratu dari ilmu-ilmu social),
karena ilmu ekonomi selalu berkembang dari waktu kewaktu dan ilmu ekonomi memiliki banyak sekali
mashab, seperti mashab Klassik, modern, Neo klassik, Post keyensian, Rational expectation dll.
- Economy
- Economies
- Economist
- Economics

Economics : - Micro economics adalah Ilmu yang menjelaskan bagaimana seharusnya prilaku unit-unit
ekonomi secara individu, bagaimana masing-masingnya berinteraksi dalam usaha memenuhi
keinginanya yang tidak terbatas yang dihadapkan dengan alat pemenuhan berupa sumber-
sumber yang terbatas jumlahnya dan alternatif dalam pemakaianya.
- Macroeconomics adalah ilmu yang menjelaskan bagaimana perilaku unit-unit ekonomi
secara aggragate dan interaksi masing-masingnya dalam rangka mencapai walfare.
Unit-unit ekonomi terdiri dari : - House hold
- Firm
- Government
- Foreign
Ilmu ekonomi menjadi penting dan berkembang karena sebetulnya semua orang perlu memahami ilmu
ekonomi karena setiap orang, firm, selalu dihadapkan dengan persoalan ekonomi.
Persoalan-persoalan pokok ekonomi mikro antara lain
a. What to Produce, setiap orang, perusahaan maupun Negara memiliki sumber-sumber yang
terbatas sementara kebutuhan sangat banyak macamnya. Karena itu mereka harus memutuskan
dengan sumber daya yang terbatas itu apa barang atau jasa yang harus diproduksinya.
b. When to produce, setiap individu, firm maupun government juga harus memutuskan kapan suatu
barang atau jasa harus diproduksinya. Jika salah memutuskan waktunya maka bisa jadi biayanya
menjadi lebih mahal, atau manfaatnya tidak optimal
c. How to produce, setiap individu, firm maupun government juga harus memutusksn bagaimana
cara memproduksi suatu barang atau jasa. Apakah dengan padat modal, padat tenaga kerja, padat
teknologi dan lain-lain.
d. For whom, barang atau jasa yang dihasilkan harus jelaskan peruntukan atau pasarnya untuk siapa.

Kegiatan ekonomi meliputi produksi, distribusi dan konsumsi, semua kegiatan ekonomi dan persoalan-
persoalan pokok ekonomi diatas berkaitan dengan barang atau jasa (goods)
Goods : - Free goods, yaitu barang yang diperlukan manusia tetapi jumlahnya sangat banyak (melimpah)
sehingga untuk memperolehnya tidak diperlukan pengorbanan yang berarti
- Economic good, yaitu barang-barang yang diperlukan manusia yang jumlahnya relatif terbatas
dibanding kebutuhan manusia sehingga diperlukan pengorbanan untuk memperolehnya.
Suatu barang termasuk economics good dengan syarat :- scarce
- Transferable atau tradable
Suatu barang atau jasa diperlukan manusia karena ia memberikan manfaat atau utility bagi manusia, baik
- Form utility
- Time utility
- Place utility
- Possesioanl utility
Dalam memahami ilmu ekonomi diperlukan asumsi-asumsi agar teori tersebut berlaku sesuai hukumnya,
jika asumsinya tidak terpenuhi maka hukum tersebut menjadi tidak berlaku.
TEORI PERMINTAAN
Permintaan ; adalah keinginan konsumen membeli barang yang didukung oleh daya belinya, sementara
keinginan baru merupakan hasrat untuk memiliki yang belum tentu didukung oleh daya
belinya
Fungsi permintaan memperlihatkan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah permintaan
pada suatu barang. Hubungan tersebut dapat diperlihatkan dengan Tabel permintaan,
Kurva permintaan dan dengan persamaan permintaan.
Bagaimana hubungan antara harga (P) dengan jumlah permintaan (Qd), tunduk kepada hukum permintaan
Hukum Permintaan (The Law of Demand)  Bahwa terdapat hubungan yang negatif antara harga
dengan Jumlah permintaan. Jika harga naik maka permintaan akan berkurang, dan jika harga turun
maka Permintaan akan bertambah, dengan asumsi faktor-faktor lain selain harga barang yang
Bersangkutan konstant (tetap)
Contoh tabel permintaan

Harga Permintaan
( P) ( Qd)
8 5
7 7
6 8
5 11
4 15
Contoh persamaan permintaan
Qd = 50 - 2.P
Jika ; P = 10, maka Qd = 30
P = 8 , maka Qd = 34
Contoh kurva permintaan dapat dilihat pada gambar berikut.

Fungsi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan


Qd = f ( P, Ps, I, T, E )
Qd = Jumlah permintaan konsumen pada suatu barang
P = Price (harga barang yang bersangkutan )
Ps = Other Price ( harga barang lain, baik substitusinya maupun komplementernya)
I = Income (pendapatan konsumen)
T = Taste (selera )
E = Expectation ( Ekspektasi)
Jadi permintaan pada suatu barang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fungsi diatas

Perubahan Permintaan
Perubahan permintaan dapat terjadi karena dua faktor :
1.Change in quantity demanded (perubahan jumlah permintaan)
Yaitu perubahan jumlah yang diminta yang terjadi sepanjang kurva Demand yang sama, yang di
Sebabkan berubahnya harga barang yang bersangkutan, dengan asumsi faktor-faktor lain selain
Harga barang yang bersangkutan tetap. Lihat gambar dibawah.

2.Shift in quantity demanded (pergeseran jumlah permaintaan)


Yaitu perubahan jumlah barang yang diminta yang terjadi pada kurva permintaan yang berbeda
Atau bergeser (shift), yang disebabkan oleh berubahnya salah satu asumsi Cateris Paribus
( Ps, I, T, E ) dengan asumsi harga barang yang bersangkutan tetap.
Demand dapat dibedakan atas : - Individual demand
- Market demand
- Aggregate demand
Individual Demand  Permintaan seorang konsumen pada satu jenis barang pada berbagai tingkat
harga
Market Demand  Total permintaan seluruh konsumen disatu daerah pada satu jenis barang yang
Sama pada berbagai tingkat harga.
Aggregate Demand Total permintaan seluruh unit-unit ekonomi pada berbagai barang dan jasa pada
Berbagai tingkat arga umum.

Harga Demand Demand Demand Demand Market


(P) A B C n Demand
8 7 2 10 20 39
7 8 3 12 24 47
6 9 5 15 30 59
5 12 7 19 40 78

TEORI PENAWARAN

Penawaran adalah keinginan produsen menjual satu barang pada berbagai tingkat harganya, yang tentunya
tersedia barang yang akan dijual
Fungsi Penawaran memperlihatkan hubungan antara harga suatu barang dengan Jumlah yang ditawarkan
Hubungan tersebut dapat diperlihatkan :
- Dengan Tabel
- Dengan Kurva
- Dengan persamaan Matematik
Contoh Persamaan Penawaran
Qs = 5.P – 20 Jika P = 10, maka Qs = 30
Jika P = 20, maka Qs = 80

Hubungan antara harga suatu barang dengan Jumlah Penawaranya tunduk kepada Hukum Penawaran atau
The Law of Supply yang berbunyi
Terdapat hubungan yang positif antara harga dengan jumlah yang ditawarkan, dimana jika harga naik
penawaran akan bertambah dan jika harga turun penawaran akan berkurang, dengan asumsi faktor-faktor
yang lain selain harga barang yang bersangkutan tetap.
Qs = f( P,Pc,C,R,G,T,E )
Qs = Jumlah barang yang ditawarkan
P = harga barang yang bersangkutan
Pc = Price Competitor
C = biaya produksi
R = Raw material
G = tujuan produsen
T = Tekhnologi
E = Ekspektasi

Jika Pc, C, G,R, T dan E diasumsi konstant maka


Qs = ( P ) Dimana Jika P naik maka Qs naik dan jika P turun maka Qs turun

Perubahan jumlah barang yang ditawarkan dapat terjadi karena dua hal yaitu
- Change in Quantity Supplied
- Shift in Quantity Supplied
Change in quantity supplied yaitu perubahan jumlah barang yang ditawarkan yang terjadi sepanjang
kurva supply yang sama yang disebabkan berubahnya harga barang yang bersangkutan, dengan
asumsi faktor-faktor lain selain harga barang yang bersangkutan tetap.

Shift in quantity supllied yaitu berubahnya jumlah barang yang ditawarkan yang yang terjadi pada kurva
Supply yang berbeda (shift) disebabkan berubahnya salah satu asumsi Cateris Paribus penawaran
(Pc, C, G,R, T atau E ) dengan asumsi harga barang yang bersangkutan tetap.
Change in Quantity Supply
Jika harga naik dari P1 ke P2 maka penawaran naik dari Q1Ke Q2, dan jika harga turun ke P3 maka
penawaran turun Ke Q3
Jika Pc, atau C, atau G, atau R, atau T, atau E berubah, maka kurva Suplly dapat bergeser kekanan ke S2
atau bergeser kekiri Ke S3. Sehingga pada harga yang sama jumlah penawaran dapat naik ke Q2 atau
turun ke Q3.

Supply : - Individual supply


- Market supply
- Aggregate supply

Individual Supply ; adalah jumlah penawaran seorang produsen untuk satu jenis barang pada berbagai
tingkat harga.
Market Supply ; Adalah jumlah penawaran seluruh produsen untuk satu jenis barang yang sama pada
berbagai tingkat harga.
Aggregate Supply : Adalah total penawaran atau prosuksi berbagai barang dan jasa oleh seluruh produsen
pada berbagai tingkat harga umum.

KESEIMBANGAN PERMINTAAN PENAWARAN


Keseimbangan antara Permintaan dan Penawaran terjadi jika pada tingkat harga tertentu, Jumlah yang
ingin dibeli konsumen sama dengan jumlah yang bersedia ditawarkan oleh penjual (produsen), atau pada
saat perpotongan kurva Demand dengan kurva Supply.
Harga Permintaan Penawaran
(P) (Qd) (Qs)
4 15 2
5 11 5
6 8 8
7 6 10
8 5 11
Pada tingkat harga 6, jumlah yang ingin dibeli konsumen (Qd) sama dengan jumlah yang bersedia
ditawarkan produsen (Qs). Pada tingkat harga tersebutlah terjadi harga pasar. Pada saat perpotongan D dan
S tersebut terbentuklah Harga Equilibrium atau harga pasar (Pe) dan Jumlah Equilibrium (Qe).
Jadi harga pasar (Pe) adalah harga yang disepakati oleh seorang penjual dan seorang pembeli untuk
melakukan transaksi. Harga pasar tersebut terjadi melalui interaksi tawar menawar antara penjual dan
pembeli. Berapa harga yang terjadi tergantung kepada kekuatan tawar menawar kedua pihak. Jika posisi
pembeli lebih kuat maka harga yang terjadi cendrung mendekati yang di inginkan pembeli. Sebaliknya
jika posisi penjual yang lebih kuat maka harga yang terjadi cendrung mendekati yang di inginkan penjual.
Jika harga kurang dari 6 maka jumlah yang ingin dibeli (Qd) lebih banyak dari jumlah yang bersedia
dijual (Qs). Hal ini disebut dengan Ekses Demand (kelebihan Permintaan) atau ED.
Sebaliknya jika harga lebih dari 6 maka jumlah yang ingin dijual produsen (Qs) lebih banyak dari jumlah
yang ingin dibeli konsumen (Qd), hal ini disebut Ekses Supply (kelebihan penawaran) atau ES.
Kurva equilibrium Demand dan Supply

Perubahan Harga Pasar


Harga Pasar suatu barang dapat berubah setiap saat (naik atau turun). Perubahan harga pasar tersebut
antara lain disebabkan oleh perubahan prilaku pembeli dalam membeli barang dan perubahan prilaku
penjual dalam menawarkan barang.

Pergeseran Permintaan (perubahan prilaku pembeli)


Jika faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan berubah seperti Harga barang lain (Ps), Pendapatan
konsumen (I) , selera (T) dan Ekspektasi (E) maka kurva demand dapat bergeser kekiri atau kekanan.
Pergeseran kurva demand kekanan atau kekiri dengan asumsi kurva supply tetap, yang berakibat
berubahnya titik equilibrium. Selanjutnya pada harga yang lama akan menimbulkan ekses demand atau
ekses supply yang pada giliranya akan merubah harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan.
Kurva Pergeseran Demand (permintaan)
Pergeseran Penawaran (perubahan prilaku penjual)
Jika faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran berubah seperti Harga saingan (Pc), Raw Material (R),
Biaya Produksi (C), Teknologi (T) dan Ekspektasi (E), maka pada harga yang lama kurva Supply dapat
bergeser kekanan atau kekiri.
Pergeseran kurva Supply kekanan atau kekiri dengan asumsi kurva demand tetap. Akibatnya equilibrium
akan berubah sehingga pada harga yang lama akan terjadi ekses demand atau ekses supply.
Selanjutnya akan menyebabkan terjadinya perubahan harga pasar dan jumlah keseimbangan.
Kurva pergeseran Supply

CAMPUR TANGAN PEMERINTAH PADA HARGA PASAR


Harga pasar suatu barang biasanya terjadi melalui interaksi kekuatan tawar menawar antara penjual dan
pembeli, tetapi dalam kasus-kasus tertentu harga suatu barang dapat terjadi melalui campur tangan
pemerintah.
1. Harga Dasar (Floor Price) dan Harga Pagu (Ceiling Price)
a. Floor Price atau harga dasar
Adalah kebijakan pemerintah menetapkan harga suatu barang diatas harga pasar yang seharusnya terjadi.
Kebijakan ini dilakukan dengan tujuan melindungi para produsen (petani) saat musim panen agar harga
yang diterima produsen tidak terlalu rendah yang dapat merugikan para petani. Akibat kebijakan ini akan
terjadi ekses supply. Untuk mempertahankan harga yang ditetapkan tersebut, maka pemerintah (BULOG)
harus membeli semua ekses supply tersebut.

b. Ceiling Price atau harga pagu


Merupakan kebijakan pemerintah menurunkan harga suatu barang dibawah harga pasar yang seharusnya
terjadi. Kebijakan ini dilakukakan dengan tujuan untuk melindungi konsumen (terutama kelas bawah) saat
pacekli agar harga tidak terlalu tinggi sehingga meraka dapat menjangkau harga barang tersebut.
Kebijakan ini akan menimbulkan ekses demand. Agar harga yang ditetapkan pemerintah dapat bertahan
maka seluruh ekses demand tersebut harus dipenuhi oleh BULOG dengan menjual stoknya.

2. Pajak dan Subsidi


a. Pajak (Tax) merupakan kebijakan pemerintah membebankan sejumlah biaya (bea) terhadap barang
yang dihasilkan produsen
Dengan adanya pajak maka biaya yang harus ditanggung produsen makin tinggi, kemampuanya
berproduksi makin berkurang, sehingga kurva Supply bergeser kekiri dari S1 ke S2. Akibatnya harga pasar
naik dari P1 ke P2 dan Quantity turun dari Q1 ke Q2.

b. Subsidi
Adalah tindakan pemerintah memberikan sejumlah keringanan/fasilitas/uang untuk setiap unit barang
yang dihasilkan produsen.
Dengan adanya subsidi maka kemampuan produsen berproduksi makin besar, kurva Supply bergeser
kekanan dari S1 ke S2. Akibatnya harga pasar turun dari P1 ke P2 dan quantity naik dari Q1 ke Q2.

3. Teori Jaring Laba-laba


Teori ini perlu dijelaskan dan diperlihatkan dengan kurva, bagaimana fluktuasi harga suatu barang dapat
terjadi dari waktu kewaktu, terutama komoditi pertanian yang supplynya inelastis serta memerlukan waktu
yang cukup lama (time lag ) untuk menyesuaikan produksi jika terjadi perubahan harga dan permintaanya.
Fluktuasi harga ini terjadi secara periodik, karena prilaku petani yang serentak menanam saat harga mahal
dan tentu akan serentak pula panen nanti sehingga harganya jatuh. Saat harga jatuh petani mengurangi
pula menanam, sehingga suatu saat nanti barang tersebut menjadi langka dan harganya akan naik.
Fluktuasi harga tersebut dari waktu kewaktu bisa semakin besar jika kurva supplynya elatis dan akan
semakin kecil jika kurva supplynya in elastis.
ELASITICITY OF DEMAND

Elastisitas adalah besarnya perubahan suatu variabel akibat perubahan variabel lain
Konsep elastisitas ini penting karena erat kaitanya dengan teori Permintaan dan teori Prilaku konsumen.
Q = f ( P, Ps, I, T, E ) .......................> Fungsi Permintaan
Dimana Q = Jumlah Permintaan
P = Harga barang yang bersangkutan
Ps = Harga barang lain (baik substitusinya maupun komlementernya )
I = Pendapatan Konsumen
T = Selera
E = Ekspektasi
Jika P, atau Ps, atau I, atau T atau E berubah, maka Jumlah permintaan (Qd) akan berubah pula. Berapa
besarnya pengaruh perubahan setiap variabel diatas terhadap perubahan permintaan suatu barang di ukur
dengan Elastisitasnya masing-masing

1. Price Elasticity of Demand ( Elastisitas Harga Permintaan )  Ed


Ini digunakan untuk mengukur pengaruh perubahan harga suatu barang terhadap perubahan permintaan
barang yang bersangkutan
Ed = Prosentase perubahan Permintaan
Prosentase Perubahan Harga

Ed = ∆Q/Q
∆P/P
Untuk mengukur besarnya elastisitas harga permintaan bisa dihitung :
Point Elasticity (Elastisitas pada suatu Titik)
Elastisitas pada titik.1 ..............Ed1 = ∆Q / ∆P X P1/Q1
Elastisitas pada titik.2 ............... Ed2 = ∆Q / ∆P X P2/Q2

Artificial Elasticity (Elastisitas busur atau rata-rata antara dua buah titik)
Ed = ∆Q /∆P X P/Q
Ed : = ∞ ..................... Perfect Elastic (Elastis Sempurna)
> 1 ...................... Elastic (Elastis)
= 1 ...................... Unity atau unitary
< 1...................... In Elastic (Inelastis)
= 0 …………… Perfect in Elastic (Inelastis sempurna)

Contoh:
Pada saat harga X, Rp 4.000, jumlah Permintaanya adalah 10 unit. Harga X naik menjadi Rp 6.000,
permintaanya turun menjadi 6 unit. Tentukan jenis Elastisitas Permintaan barang X.
Jawab
P1 = Rp 4.000 P2 = 6.000 ∆P = 2.000 P = 5.000
Q1 = 10 Q2 = 6 ∆Q= -4 Q=8
Ed1 = -4/2.000 X 4.000/10 = -0,8 Ed2 = -4/2.000 X 6.000/6 = -2
Ed = -4/2.000 X 5.000/8 = -1,25
Hasilnya negatif karena menurut hukum Demand terdapat hubungan yang negatif antara harga suatu
barang dengan jumlah permintaanya, yang dilaporkan adalah nilai absolutnya.
Jadi nilai elastisitasnya bersifat Elastis karena Ed > 1
Kapan masing-masing jenis elastisitas itu terjadi dan bagaimana bentuk kurva demandnya akan dijelaskan
dan diperlihatkan satu persatu, disamping itu diberikan pula contoh komoditinya.

2. Cross Price Elasticity of Demand (Elastisitas Harga Silang Permintaan)  Ec


Digunakan untuk mengukur pengaruh perubahan harga barang lain (Y) terhadap perubahan permintaan
suatu barang (X)
Ec = Prosentase perubahan permintaan X =
Prosentase perubahan harga Y
= ∆Qx/Qx
∆Py/Py
Elastisitas ini juga bisa dicari dengan konsep Point Elasticity maupun dengan Artificial Elasticity.
Point Elasticity Ec = ∆Qx/ ∆Py x P1y/Q1x
1 Ec = ∆ Qx / ∆Py x P2y/Q2x
2

Artificial Elasticity  Ec =∆Qx / ∆Py x Py/Qx


Ec : > 0, Berarti kedua barang saling substitusi
< 0, Berarti kedua barang saling komplementer
= 0, Berarti kedua barang tidak ada hubungan sama sekali
Contoh.
Pada saat harga Y = Rp 10.000, jumlah permintaan X adalah 10 kg. Harga Y naik menjadi Rp 14.000,
permintaan X menjadi 20 kg. Tentukanlah hubungan antara barang X dan Y
Jawab
P y = 10.000
1 P y = 14.000
2 ∆Py = 4.000 Py = 12.000
Q1x = 10 Q2x = 20 ∆Qx = 10 Qx = 15
Ec = 10/4000 x 10000/10 = 2,5
1 Ec = 10/4000 x 14000/20 = 1,75
2

Ec = 10/4000 x 12000/15 = 2
Jadi hubungan barang X dan Y saling substitusi karena Ec > 1

3. Income Elasticity of Demand (Elastisitas Pendapatan Permintaan )  EI


Digunakan untuk mengukur pengaruh perubahan pendapatan konsumen terhadap perubahan permintaanya
pada suatu barang.

EI = Prosentase perubahan permintaan


Prosentase perubahan pendapatan

= ∆Q/Q
∆I/I
Hasilnya dapat dicari dengan menggunakan Point Elasticity maupun dengan artificial elasticity.
Point Elasticity  EI.1= ∆Q/ ∆I x I1/Q1 EI.2 = ∆Q /∆I x I2/Q2
Artificial Elasticity EI = ∆Q / ∆I x I / Q
Jika dicari Nilai Income Elasticity untuk berbagai jenis barang, maka hasilnyadapat dibedakan atas tiga
jenis pula yaitu :
EI > 0 ....... Normal Good
= 0 ....... Netral Good
< 0 ....... Inferior Good
Contoh
Saat pendapatan Ali Rp 2.000.000 perbulan, permintaanya pada barang X = 10 unit. Pendapatan Ali naik
menjadi Rp 3.000.000, permintaanya pada barang X menjadi 14 unit.
I1 = 2.000.000 I2 = 3.000.000 ∆I = 1.000.000 I = 2.500.000
Q1 = 10 Q2 = 14 ∆Q = 4 Q = 12
EI.1 = 4/1.000.000 x 2.000.000/10 = 0,8 EI.2 = 4/1.000.000 x 3.000.000/14 = 0,86
EI = 4/1.000.000 x 2.500.000/12 = 0,833 karena EI > 0, berarti barangnya normal good
COSUMERS BEHAVIOUR
Teori ini menjelaskan bagaimana seharusnya konsumen berbuat atau berprilaku dalam mengkonsumsi
barang agar kepuasanya maksimum atau optimum.
Konsumen ; adalah orang yang mengkonsumsi barang atau jasa dengan tujuan memperoleh kepuasan atau
utility atau satisfaction.
Konsumsi : adalah segala aktifitas yang dapat mengurangi atau menghabiskan nilai guna atau utility suatu
barang.
Ada dua pendekatan/teori yang digunakan untuk menjelaskan prilaku konsumen dalam mengkonsumsi
barang-barang :
- Cardinal Utulity Approach
- Ordinal Utility Approach

CARDINAL UTILITY
Asumsi : - Konsumen mengkonsumsi satu jenis barang secara terus menerus
- Utility yang diperoleh akibat mengkonsumsi sejumlah barang dapat di ukur dengan angka.
Optimalisasi ; menentukan berapa unit suatu barang harus dikonsumsi konsumen agar diperoleh
kepuasan yang maksimum.

Contoh :
U = (X) ......................... Utility Function
Dimana ; U adalah jumlah kepuasan yang akibat mengkonsumsi sejamlah barang X
X adalah jumlah barang X yang dikonsumsi

Optimalisasi  Menentukan berapa unit suatu barang harus dikonsumsi agar diperoleh kepuasan
yang maksimum.

Contoh
X TUx MUx
0 0 -
1 4 4
2 7 3
3 9 2
4 10 1
5 10 0
6 8 -2
TUx  Total Utility of X, yaitu jumlah kepuasan yang diperole akibat mengkonsumsi sejumlah
barang X
TUx = f ( X )
MUx  Marginal utility of X, yaitu tambahan kepuasan yang diperoleh setiap menambah satu unit
konsumsi barang X.
MUx = ∆U = ∂U
∆X ∂X
Dari tabel dan kurva diatas dapat dilihat bahwa, jika konsumen mengkonsumsi suatu barang secara terus
menerus maka kepuasan yang diperolehnya akan terus naik seiring kenaikan jumlah barang yang
dikonsumsi sampai maksimum. Setelah maksimum maka kepuasan akan menurun jika jumlah barang
yang dikonsumsi bertambah. Tetapi tambahan kepuasan yang diperoleh setiap menambah konsumsi
barang, semakin lama semakin berkurang. Ini disebut The Law of Diminishing Marginal Utility.
Jika MU > 0, maka Menambah konsumsi akan menaikan utility
Jika MU < 0, maka menambah konsumsi akan mengurangi utility
TU maksimum hanya jika MU = 0
Contoh
U = 10.x – x2
a. Berapa X yang harus dikonsumsi agar U maksimum
b. Buktikan U maksimum tersebut
Jawab
a. U Maksimum jika ∂U /∂ X = 0
∂U / ∂X = 10 – 2.X = 0 10 = 2X X=5
b. Jika X= 3, .maka U = 21 X = 4, maka U = 24 X = 5, maka U = 25
Jika X = 6, maka U = 24 X = 7, maka U = 21
Jadi hanya jika X = 5 Utility akan maksimum yaitu = 25
Ordinal Utility Approach
Asumsi : - Konsumen mengkonsumsi berbagai jenis barang (kombinasi barang-barang) pada waktu
yang berasamaan.
- Utility suatu barang tidak dapat diukur dengan angka, melainkan hanya dapat di rangking
menurut tingkat kesukaan.
- Konsumen memiliki pendapatan yang terbatas yang harus dialokasikanya untuk
membeli berbagai barang yang ia konsumsi.
Optimalisasi  Menentukan kombinasi barang-barang yang harus dikonsumsi agar
kepuasan optimum.
Contoh
U = f ( X , Y ) ....................... Utility Function
U  Jumlah Kepuasan yang diperoleh tergantung pada kombinasi barang X dan Y yang di konsumsi

M = Px.X + Py.Y ................... Budget Constraint


M – Px.X – Py.Y = 0
M = Jumlah Pendapatan Konsumen
Px = Harga barang X
Py = Harga barang Y
Optimalisasi Menentukan berapa kombinasi barang X dan Y yang harus dikonsumsi
agar kepuasan Optimum.
Penentuan Equilibrium dapat dilakukan secara matematik atau dengan kurva

Equilibrium konsumen secara Matematik


Untuk menentukan equilibrium konsumen secara matematik, menurut Lagrange gabungkan kedua
persamaan menambahkan koefisien lagrange multiplier (λ), kemudian tentukan turunan pertama terhadap
semua variable dan samakan dengan nol (0)
U=f(X,Y) + λ ( M – Px.X – Py.Y)
∂U/ ∂ X = MUx = f ‘ ( X ) - λ Px = 0 f’ ( X ) = λPx
∂U/ ∂Y = MUy = f’(Y) -λ Py = 0 f’ (Y) = λPy
∂U/ ∂λ = M – Px.X – Py.Y = 0
f’(X) = λ Px f’(X) = Px
f’(Y) λ Py f’(Y) Py
Kepuasan optimum tercapai jika
MUx = Px atau MUx = MUy = ....... = MUn
MUy Py Px Py Pn
Dimana Pn adalah harga barang n
MUn adalah marginal utility barang n
Equilibrium Secara Grafik atau Kurva
Untuk menentukan equilibrium konsumen atau kepuasan optimum dengan kurva digunakan Indifference
Curve (IC) dan Budget Line (BL).
U = f ( X , Y )  Fungsi Utility dapat digambarkan dengan Indifference curve berikut
Indifference Curve ( IC) ; Adalah kurva yang memperlihatkan berbagai kemungkinan kombinasi dua
barang yang dikonsumsi konsumen yang dapat menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Jadi
sepanjang IC yang sama memperlihatkan tingkat kepuasan yang sama, walaupun kombinasi barang
yang dikonsumsi berbeda-beda.
Total kepuasan dititik A = B = D ………… IC1
F = G = H …………. IC2
R = S = T ………… IC3
Total kepuasan IC1 < IC2 < ….<ICn
Ciri-ciri IC : - Negatif Slope
- Convex to Origin
- Can not intercept
- IC1 < IC2 < …. < ICn

M = Px.X + Py.Y  Budget Constraint, digambarkan dengan Budget line


Budget Line : Adalah garis yang memperlihatkan berbagai kemungkinan kombinasi dua barang yang
dapat dibeli dengan jumlah pendapatan (pengeluaran) yang sama. Jadi pada garis Budget Line
yang sama pengeluaranya sama, walaupun kombinasi barang yang dibeli berbeda-beda
Jumlah pengeluran di titik B1 = A = B = D = L1 B1L1
B2 = G = H = J = L2 B2L2
Bn = R = S = T = Ln BnLn
Jumlah pengeluaran di B1 L1 < B2 L2 < ……. < BnLn
Kepuasan optimum tercapai jika Indifference Curve Bersinggungan dengan Budget Line.

Maximum utility Approach,


Dimana dengan jumlah pengeluaran yang sama kepuasan maksimum yang dapat dicapai pada titik
E dimana B2L2 bersinggungan dengan IC
Minimum Cost Approach,
Dimana dengan tingkat kepuasan yang sama pengeluaran minimum terjadi dititik E yaitu
persinggungan IC2 dengan BL

PERUBAHAN KEPUASAN KONSUMEN


1.Karena Perubahan harga barang
Jika harga barang berubah dengan asumsi pendapatan tetap, maka jumlah barang yang dapat dibeli
konsumen juga akan berubah. Perubahan jumlah barang yang dikonsumsi maka kepuasan konsumen juga
berubah.
Dari gambar dibawah dapat dipahami. Jika harga barang X turun dari P 1X menjadi P2X dan turun lagi
menjadi P3X, sementara harga barang Y dan pendatan tetap, maka Budget Line akan bergeser keluar dari
BL1  BL2 BL3. Akibatnya Indifference Curve yang dapat dicapai juga naik dari IC1 IC2  IC3.
Kepuasan konsumen naik dari E1  E2  E3. Jika dihubungkan titik kepuasan konsumen pada berbagai
tingkat harga barang diperoleh Price Consumption Curve (PCC)
2.Perubahan Pendapatan
Jika pendapatan konsumen berubah, sementara harga barang-barang tetap, maka jumlah barang yang dapat
dibeli konsumen juga berubah, sehingga jumlah barang yang dikonsumsi berubah pula yang berarti akan
merubah tingkat kepuasan konsumen.
Dari gambar dibawah ini dapat dipahami. Jika diasumsi pendapatan naik dari M1  M2 M3 , sementara
harga barang X dan Y tetap, maka Budget Line bergeser keluar sejajar dari B1L1  B2L2  B3L3.
Akibatnya kurva Indifference yang dapat disinggung juga naik dari IC 1  IC2  IC3. Kepuasan
konsumen naik dari E1  E2  E3. Jika dihubung titik kepuasan Konsumen pada berbagai tingkat
pendapatan diperoleh Income Consumption Curve (ICC)

Normal Good
Jika pendapatan konsumen naik maka Budget line bergeser keluar dari B 1L1  B2L2. Kurva Indifference
yang dapat disinggung naik dari IC 1 ke IC2. Kepuasan konsumen naik dari E1  E2. Jumlah X yang
dikonsumsi naik dari X1 ke X2. Barang X disebut Normal Good, yaitu barang yang income effectnya
positif, atau kenaikan pendapatan menaikan jumlah yang dikonsumsi.

Netral Good
Jika pendapatan konsumen naik maka budget line bergeser keluar dari B 1L1  B2L2. Kurva Indifference
yang dapat disinggung naik dari IC1  IC2. Kepuasan konsumen naik dari E1 E2. Tetapi jumlah X yang
dikonsumsi ternyata tetap. Barang X disebut Netral Good, yaitu barang yang Income Effectnya nol, atau
perubahan pendapatan tidak merubah jumlah barang yang dikonsumsi.

Inferior Good
Jika pendapatan konsumen naik maka budget line bergeser keluar dari B 1L1  B2L2. Kurva Indifference
yang dapat disinggung naik dari IC1 IC2. Kepuasan konsumen naik dari E 1  E2. Tetapi jumlah X yang
dikonsumsi justru turun dari X1  X2. barang X disebut Inferior Good, yaitu barang yang Income
Effectnya negatif. Kenaikan pendapatan justru menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi.

Giffen Good
Jika harga barang X turun maka budget line bergeser keluar dari BL 1  BL2. Kurva Indifference yang
dapat disinggung naik dari IC1 IC2. Kepuasan konsumen naik dari E1  E2. Tetapi jumlah X yang
dikonsumsi justru turun dari X1  X2. barang X disebut Giffen Good, yaitu barang yang Price Effectnya
positif. Kenaikan penurunan harga justru menurunkan jumlah barang yang dikonsumsi.

TEORI PRODUKSI

Produksi adalah segala akitivitas yang dapat meningkatkan nilai guna (utility) suatu barang
Produksi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai faktor produksi atau inut-input.
Ada dua pendekatan atau teori dalam berproduksi
- Short Run Production Function
- Long Run Production Function
SHORT RUN PRODUCTION
Produsen dikatakan berproduksi dalam Short Run dengan asumsi
- Dalam proses produksinya produsen menggunakan dua jenis input yaitu Fixed Input dan
Variabel input.
- Jika produsen ingin menambah atau mengurangi jumlah produksi maka input yang dapat
ditambah atau dikurangi hanya satu macam, sedangkan input-input yang lain tetap jumlahnya.
(hanya ada satu input variable.

Optimalisasi  Menentukan jumlah input variable yang harus digunakan atau yang akan dikombinasikan
dengan Fixed input agar produksi maksimum.
Fixed Input : adalah input yang jumlahnya tetap berapapun jumlah produksi atau tidak dipengaruhi oleh
jumlah produksi.
Variable Input : adalah input yang jumlahnya selalu berubah seiring perubahan jumlah produksi. Jika
produksi bertambah maka input variable harus ditambah, dan jika produksi berkurang
maka input variable juga dikurangi.
Contoh
Q = f ( L , K ) ------------------ Production Function
Q  Jumlah produksi yang tergantung pada kombinasi pemakaian input L dan K
L  Jumlah input labor yang digunakan ( diasumsi sebagai input Variabel)
K  Jumlah input kapital yang digunakan ( diasumsi sebagai Fixed Input )

Optimalisasi  menentukan berapa unit input variable ( L) harus digunakan untuk


dikombinasikan dengan Fixed input (K) agar produksi maksimum.
Contoh

Var.Inp ( L) Fix.Inp (K) Ratio Q = TPL APL MPL


Orang ( 000 m 2 ) K/L
0 10 Inf 0 0
1 10 10 10 10 10
2 10 5 24 12 14
3 10 3,33 39 13 15
4 10 2,5 52 13 13
5 10 2 61 12,2 9
6 10 1,67 66 11 5
7 10 1,43 66 9,4 0
8 10 1,25 64 8 -2

TPL  Total Product of Labor ( Jumlah produksi pada berbagai jumlah pemakaian labor )
TPL = f (L) = Q
APL  Average Product of Labor (Rata-rata produksi untuk setiap unit labor )
APL = Q = TPL
L L
MPL  Marginal Product of Labor ( Tambahan Produksi setiap menambah pemakaian satu unit labor )
MPL = ∆Q =∂Q
∆L ∂L
Dari tabel diatas dapat dibuat kurva TPL, APL dan MPL seperti berikut

Kurva TPL mula-mula naik seiring penambahan input variable sampai maksimum, setelah itu akan turun
lagi seiring penambahan input.
Jika MPL > 0, maka penambahan input akan menaikan Produksi
Jika MPL < 0, maka penambahan input akan menurunkan jumlah produksi
Jika MPL = 0 , maka produksi akan maksimum
Jadi syarat tercapainya Produksi Maksimum ( Q.max ) adalah jika MPL = 0
Saat APL maksimum maka MPL = APL max, jadi MPL memotong APL saat APL maksimum.

Dari kurva produksi diatas dapat dibedakan tiga tahap dalam berproduksi
Pada tahap I  Produksi belum efisien, karena penambahan input variable akan menaikan output
lebih tinggi. APL dan MPL masih naik dengan menambah input
Pada tahap II  Produksi mencapai efisien, karena APL sudah maksimum dan MPL masih > 0. APL
max berarti produkstifitas input sudah maksimum, dan MPL > 0 berarti
penambahan input masih menaikan jumlah produksi.
Pada tahap III  Produksi tidak lagi efisien karena MPL < 0 , berarti penambahan
input justru menurunkan jumlah produksi. Jelas ini tidak efisien karena
hanya menambah biaya.
Contoh
Suatu Firm yang beroperasi dalam Short Run menggunakan input L sebagai input variabel dan input K
sebagai Fixed input. Persamaan Produksinya adalah sbb
Q = 12.KL + KL2 – 1/12.KL3
Jika input K diasumsi Fixed, dimana K = 4
a. Pada input L berapa Q.maximum dan hitung berapa Q.max. Tsb
b. Pada input L berapa APL maximum dan berapa APL max.tsb
c. Pada input L berapa MPL maximum dan berapa MPL max.tsb
Jawab
a. K diasumsi dimana K = 4
Q = 12.K.L + K.L2 – 1/12.K.L3 = Q = 12 (4).L + 4.L2 – 1/12.(4).L3
= 48.L + 4.L2 – 1/3 .L3
Q maksimum jika ∂Q/∂L = 0  ∂Q/∂L = 48 + 8L – L2 = 0
L2 – 8L – 48 = 0
( L – 12 ) ( L + 4 ) = 0 L1 = 12L2 = - 4
Jadi Q maksimum jika L = 12
Q maksimum = 48 ( 12) + 4 (12 )2 – 1/3 ( 12 ) 3 = 576 + 576 – 576 = 576
b. APL = Q / L = 48 + 4.L – 1/3 L2
APL maksimum jika ∂APL / ∂L = 0
∂APL /∂L = 4 – 2/3 L = 0  4 = 2/ 3 L L = 4. 3/2 = 6
APL maksimum = 48 + 4 (6) – 1/3 (6)2 = 48 + 24 – 12 = 60
c. MPL = ∂Q/∂L = 48 + 8.L – L2  MPL maksimum jika ∂MPL/∂L = 0
∂MPL/∂L = 8 – 2.L = 0  8 = 2. L  L = 8/2 = 4
Jadi MPL maksimum jika L = 4
MPL maksimum = 48 + 8 (4) – 42 = 48 + 32 – 16 = 64

LONG RUN PRODUCTION


Produsen dikatakan berproduksi dalam Long Run dengan asumsi
- Dalam proses produksinya, produsen menggunakan berbagai input
- Jika produsen ingin menambah atau mengurangi jumlah produksi maka input yang dapat
ditambah atau dikurangi lebih dari satu macam (Input variable lebih dari satu)
- Produsen memiliki Anggaran Biaya yang terbatas yang harus dialokasikan untuk membayar
berbagai jenis input yang ia gunakan
Optimalisasi Menentukan kombinasi input-input variable yang harus digunakan agar produksi
optimum
Contoh
Q = f ( L , K ) -------------- Production Function
C = w.L + r.K -------------- Cost Constraint
C – w.L – r.K = 0

Dimana ; Q adalah jumlah produksi yang dapat dihasilkan dengan menggunakan kombinasi tertentu input
L dan K
L  Jumlah labor digunakan ( diasumsi sebagai input variable )
K  Jumlah input kapital digunakan (diasumsi sebagai input variable)
C  Total Cost
w  Wages ( Upah tenaga kerja perunit)
r  Rate of interest ( Bunga capital per unit)
Optimalisasi  Menentukan kombinasi input L dan K yang harus digunakan agar produksi optimum.

1. Equilibrium Secara Matematik


Untuk menentukan Equilibrium produsen atau produksi Optimum secara matematik, adalah dengan
menggabungkan fungsi produksi dengan Cost Constraint dengan menambahkan koefisien Lagrange
multiplier diantaraya ( λ ), kemudian tentukan turunan pertama terhadap semua variable dan samakan
dengan Nol
Q=f(L,K) + λ ( C – w.L – r.K )

∂ Q = f ’(L ) - λw = 0 ……………> f ’ (L) = λw


∂L

∂ Q = f ’(K) - λ r = 0 ……………..> f ’ ( K) = λr
∂K
∂ Q = C – w.L – r.K = 0
∂λ
f ’(L) = λw
f ’(K) λ r

f ’(L) = MPL  Marginal Product of labor


f ’(K) = MPK  marginal Product of Kapital
Jadi Equilibrium produsen tercapai dengan syarat MPL = w atau MPL = MPK = … = MPn
MPK r w r Pn
Dimana Pn = harga input n

2. Equilibrium Produsen Secara Grafik atau Kurva


Untuk menentukan equilibrium produsen (produksi optimum) secara grafik digunakan kurva Iso Quant
(IQ) dan Iso Cost.
Q = f ( L , K )  Fungsi produksi digambarkan dengan Iso Quant ( IQ)
Iso Quant (IQ) ; adalah kurva yang memperlihatkan berbagai kemungkinan kombinasi pemakaian
dua input variable yang dapat menghasilkan jumlah Output yang sama. Jadi
sepanjang Iso Quant yang sama berarti jumlah produksinya sama, walaupun
kombinasi input yang digunakan berbeda-beda.
Jumlah produksi pada titik A = B = D  IQ1
Jumlah produksi pada titik F = G = H  IQ2
Jumlah produksi pada titik R = S = T  IQ3
Jumlah Produksi pada IQ1 < IQ2 < …. < IQ3

C = w.L + r.K  Cost Constraint dapat digambarkan dengan Iso Cost


Iso Cost : adalah garis yang memperlihatkan berbagai kemungkinan kombinasi pemakaian dua input
variable dengan total Cost yang sama. Jadi sepanjang garis Iso Cost yang sama berarti
memperlihatkan jumlah biaya yang sama walaupun kombinasi input yang digunakan berbeda
beda.
Total Cost pada titik C1 = A = B = D  C1C1’
Total Cost pada titik C2 = F = G = H  C2C2’
Total Cost pada titik Cn = R = S = T  CnCn’
Total Cost pada C1C1’ < C2C2’ < … < CnCn’

Equilibrium Produsen (produksi Optimum)


Keseimbangan produsen dalam berproduksi atau produksi optimum tercapai jika Iso Quant bersinggungan
dengan Iso Cost, atau Slope IQ = Slope Iso Cost . Keseimbangan produksi terjadi pada titik E.
Maximum Production Approach
Dengan Total Cost yang sama, produksi maksimum terjadi pada titik E yaitu saat persinggungan CC’
dengan IQ2. Sementara pada titik A dan D produksi tidak maksimum
Minimum Cost Approach
Dengan Jumlah Produksi yang sama, Cost minimum (produksi optimum) terjadi pada titik E, yaitu saat
persinggungan IQ dengan C2C2’.

TEORI COST

Teori Cost sejalan dengan teori Produksi, karena setiap ada kegiatan produksi selalu ada costnya. Tidak
ada produksi tanpa ada cost .
Dalam berproduksi dibedakan antara Short Run Production dan Long Run Production, maka Cost juga
dibedakan antara Short Run Cost dan Long Run Cost
1. SHORT RUN COST
Short Run Cost sejalan dengan Short Run Production
Berproduksi dalam Short Run, Inputnya terdiri dari Fixed Input dan Variabel Input, maka Cost dalam
Short Run juga terdiri dari Fixed Cost dan Variable Cost.
Input yang tetap (Fixed Input), maka costnya juga Fixed Cost
Input yang berubah (Variable Input) maka Costnya juga Variable Cost

TC = FC + VC
TC  Total Cost (Biaya Total)
FC  Fixed Cost ( Biaya tetap), yaitu biaya yang besarnya selalu tetap berapapun jumlah produksi,
atau tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi.
VC  Variable Cost (Biaya Berubah), yaitu biaya yang besarnya selalu berubah seiring perubahan
jumlah produksi, atau tergantung pada jumlah produksi.
VC = f (Q)
TC = ATC  Average Total Cost ( Biaya Total Rata-Rata)
Q

TFC = AFC  Average Fixed Cost ( Biaya Tetap Rata-Rata)


Q

TVC = AVC  Average Variable Cost ( Biaya Variabel Rata-rata)


Q

∂TC = MC  Marginal Cost ( Tambahan Biaya Setiap menambah satu unit produksi)
∂Q

ATC = AFC + AVC

Contoh
Q TFC TVC TC AFC AVC ATC MC
0 1.000 0 1.000 ∞ - ∞
5 1.000 275 1.275 200 55 255 55
10 1.000 400 1.400 100 40 140 25
15 1.000 525 1.525 66,67 35 101,67 25
20 1.000 800 1.800 50 40 90 55
25 1.000 1.375 2.375 40 55 95 115
30 1.000 2.400 3.400 33,33 80 113,33 205

Dari tabel diatas dapat dibuat kurvanya baik secara Total maupun yang Rata-Ratanya.
Kurva TFC, berbentuk Horizontal, karena berapapun jumlah produksi besarnya biaya tetap selalu sama,
sehingga kurvanya berbentuk horizontal.
Kurva TVC dimulai dari Nol, karena saat produksi Nol maka TVC = 0. Kemudian ia akan terus naik
seiring kenaikan produksi.
Kurva TC dimulai dari sumbu TFC, karena saat produksi Nol, Maka TFC = TC, kemudian ia terus naik
seiring kenaikan produksi yang sejalan dengan TVC

Kurva AFC, mula-mula sangat besar, kemudian akan terus turun seiring kenaikan jumlah produksi.
Kurva AVC, mula-mula relatif besar, kemudian menurun seiring kenaikan jumlah produksi sampai
minimum, dan setelah itu kembali naik seiring kenaikan jumlah produksi.
Kurva ATC, mula-mula sangat besar, kemudian menurun seiring kenaikan jumlah produksi sampai
minimum, tetapi setelah itu akan terus naik seiring kenaikan jumlah produksi.
Saat AVC minimum, ia sama dengan MC, maka MC memotong AVC pada titik minimum AVC.
Saat ATC minimum, ia sama dengan MC, maka MC memotong ATC pada titik minimum ATC.
Dari gambar diatas, AVC minimum saat Q = 15 dan ATC minimum saat Q = 20

Contoh
Diketahui  TC = 1.000 + 80.Q – 6.Q2 + 0,2.Q3
a. Apakah persamaan Cost diatas dalam Short Run atau Long Run ? Kenapa ?
b. Tentukan persamaan AFC, AVC, ATC dan MC
c. Pada Output berapa AVC minimum dan hitung berapa AVC minimum
d. Saat Q = 15, hitung berapa TFC, TVC, TC, AFC, AVC, ATC dan MC
Jawab
a. Persamaan cost diatas adalah Short Run Cost karena ada TFC = 1.000
b. AFC = 1.000/Q = 1.000Q-1 AVC = TVC/Q = 80 – 6.Q + 0,2 Q2
ATC = AFC + AVC = 1.000Q-1 + 80 – 6Q + 0,2 Q2
MC = ∂TC/∂Q = 80 – 12 Q + 0,6 Q2

c. AVC minimum jika ∂AVC/∂Q = 0


∂AVC/∂Q = - 6 + 0,4Q = 0 0,4Q = 6  Q = 6/0,4 = 15
Jadi AVC minimum saat produksi  Q = 15
AVC minimum = 80 – 6Q + 0,2Q2 = 80 – 6 (15) + 0,2 ( 15 )2 = 80 – 90 + 45 = 35

d. Saat Q=15, TFC = 1000


TVC = 80Q – 6Q2 + 0,2Q3 = 80(15) – 6 (15)2 + 0,2 (15)3 = 525
TC = TFC + TVC = 1000 + 525 = 1.525 AFC = 1000/15 = 66,67
AVC = 35 ATC = AFC + AVC = 66,67 + 35 = 101,67
MC = 80 – 12Q + 0,6 Q2 = 80 – 12 (15) + 0,6 (15)2 = 80 – 180 + 135 = 35
Jadi saat AVC minimum nilai AVC minimum = MC

Skala Optimal Kurva AC

Kurva AC mempunyai titik minimum atau berbentuk huruf U menandakan bahwa setiap perusahaan atau
mesin selalu memiliki skala optimal. Jika produsen berproduksi dibawah skala optimalnya seperti Q 1,
maka biaya rata-ratanya lebih besar. Jika ia berproduksi melebihi skala optimal seperti Q 2 maka biaya
rata-ratanya juga lebih besar. Hanya jika berproduksi persis pada skala optimalnya di Qe, maka biaya rata-
ratanya akan minimum.

2. LONG RUN COST


Long run Cost sejalan dengan Long Run Production. Berproduksi dalam long Run tidak ada Fixed input,
maka biaya dalam Long Run juga tidak ada Fixed Cost. Dalam Long Run semua biaya adalah variable.
Contoh
Q LTC LAC LMC
0 0 -
5 37,5 7,5 7,5
10 60 6 4,5
15 82,5 5,5 4,5
20 120 6 7,5
25 187,5 7,5 13,5

LTC  Long Run Total Cost ( Biaya Total Jangka Panjang )


LAC  Long Run Average Cost ( Biaya rata-Rata Jangka Panjang)
LAC = LTC / Q

LMC  Long Run Marginal Cost (Tambahan biaya setiap menambah produksi satu unit dalam jangka
panjang)
LMC = ∂ LTC / ∂ Q
Dari tabel diatas dapat digambarkan kurva Total Cost dan Average Total Costnya.

Dalam Long Run kurva LTC dimulai dari titik Nol, karena dalam long run tidak ada fixed Cost. Pada saat
produksi = 0 , maka Total Cost = 0 . Kemudian Long RunTotal Cost akan terus naik seiring kenaikan
jumlah produksi.
Kurva LAC juga berbentuk huruf U , atau mempunyai titik minimum, karena dalam long run juga ada
skala optimal. Biaya Rata-Rata dalam Long Run juga minimum hanya jika produsen berproduksi persis
pada skala optimalnya. Jika Produksi dibawah skala optimal maka biaya rata-rata lebih besar, begitu juga
kalau produksi melebihi skala optimal maka biaya rata-rata juga lebih besar. Pada saat LAC minimum
maka LAC.min = LMC. Jadi LMC memotong LAC persis pada titik minimum LAC.

Contoh TC = 10.Q – 0,6Q2 + 0,02Q3


a. Apakah Persamaan cost diatas dalam short run atau long Run ? kenapa ?
b. Tentukan Persamaan AC dan MC
c. Pada output berapa AC minimum dan hitung berapa AC minimum tersebut
d. Berapa MC saat AC minimum tersebut
Jawab
a. Persamaan diatas adalah Long Run Cost karena tidak ada Fixed Cost
b. AC = TC/Q = 10 – 0,6 Q + 0,02Q2
MC = ∂TC/∂Q = 10 – 1,2Q + 0,06Q2
c. AC minimum jika ∂AC/∂Q = 0 -0,6 + 0,04Q = 0
0,04 Q = 0,6 Q = 15
AC minimum = 10 – 0,6(15) + 0,02(15)2 = 10 – 9 + 4,5 = 5,5
d. MC saat Q = 15 adalah MC = 10 – 1,2(15) + 0,06(15)2 = 10 – 18 + 13,5 = 5,5
Jadi saat AC minimum  AC min = MC, atau MC memotong saat AC minimum

MARKET (PASAR)
Pasar secara umum terbagi atas dua kelompok besar yaitu :
- Perfect Competition Market ( Pasar Persaingan Sempurna)
- Imperfect Competition (Persaingan Tidak Sempurna )
* Monopoly
* Monopolistic Competition
* Oligopoly
Tujuan mempelajari struktur pasar adalah agar produsen bisa memperoleh laba maksimum atau loss
minimum dalam berusaha. Untuk mencapai Profit maksimum atau Loss minimum ada syarat yang harus
dipenuhi produsen. Syarat tersebut tergantung pada struktur pasar dari produk yang ia jual, karena itu
produsen terlebih dahulu harus mengetahui struktur pasar dari produk yang ia jual.

1. Ciri-Ciri / Asumsi Pasar Persaingan Sempurna


- Many Seller and many buyer ( banyak jumlah penjual dan pembeli), diamana-mana ada
orang yang menjual dan membeli.
- Product Homogen ( barangnya persis sama) siapapun yang menjual barangnya persis sama
- Free entry and free exit ( siapapun bebas untuk ikut atau tidak ikut kompetisi)
- Price given ( harga sudah tertentu) tidak ada lagi tawar menawar antara penjual dan pembeli.
Keduanya hanya mengikuti harga yang terjadi
- Perfect Knowledge (pengetahuan penjual dan pembeli yang sempurna tentang barang itu )
Price Given juga berarti harga perunit yang tetap sama berapapun jumlah yang dijual, sehingga
P = AR = MR .
Contoh
Q P=AR TR MR TC AC MC Laba
0 $ 115 $ 0 1.000 Inf -1.000
5 115 575 115 1.275 255 55 - 700
10 115 1.150 115 1.400 140 25 - 250
15 115 1.725 115 1.525 101,67 25 + 200
20 115 2.300 115 1.800 90 55 + 500
25 115 2.875 115 2.375 95 115 + 500
30 115 3.450 115 3.400 113,33 205 + 50

TR  Total Revenue (Penerimaan Total ). TR = P.Q


AR  Average Revenue (Penerimaan Rata-Rata) AR = TR = P.Q = P
Q Q
MR  Marginal Revenue ( Tambahan Penerimaan setiap tambahan satu unit penjualan)
MR = ∂TR
∂Q

2. Equilibrium Produsen Dengan Pendekatan Total


Untuk menentukan Equilibrium produsen dengan pendekatan Total digunakan Total Revenue (TR) dan
Total Cost (TC). Perhatikan kurva berikut !

Jika produksi < Q1 atau > Q2, maka produsen menderita rugi. Jika produksi = Q 1 atau sama dengan =Q2,
maka produsen mencapai BEP. Jika Q1 < produksi < Q2, produsen memperoleh laba. Laba maksimum
dicapai saat selisih TR dan TC maksimum, atau saat Slope TR = Slope TC, yaitu saat produksi = Qe.

3. Equilibrium Produsen Dengan Pendekatan Marginal


Untuk menentukan equilibrium produsen dengan pendekatan Marginal digunakan Marginal Revenue
(MR) dan Marginal Cost ( MC ). Equilibrium produsen yaitu saat produsen memperoleh laba maksimum
atau rugi minimum dicapai dengan syarat P = AR = MR = MC, atau P = MC
Dari tabel diatas terlihat bahwa laba maksimum dicapai saat produksi atau Q = 25,
yaitu saat P = MC = MR = 15. TR = P.Q = OPEQe
4. Short Run Equilibrium
Keseimbangan produsen yang beroperasi dalam Short Run dibedakan antara Short Run Equilibrium dan
Long Run Equilibrium. Dalam Short Run produsen bisa memperoleh laba (Ekstra profit), menderita rugi
atau Pulang Pokok (BEP). Laba maksimum, syarat P = MC

b . Loss Minimum, syarat P = MC c. BEP, syarat P = MC


TR = OPEQe TC = OCBQe Loss min = PCAE
TR = OPEQe TC = OCEQe TR = TC  BEP

5. Long Run Equilibrium


Produsen yang beroperasi pada pasar persaingan sempurna dalam Long Run tidak ada yang memperoleh
Ekstra Profit dan tidak ada pula yang menderita rugi, melainkan hanya memperoleh Normal Profit. Hal
ini terjadi karena adanya asumsi Free Entry and Free Exit. Jika ada yang memperoleh ekstra profit, maka
akan masuk pesaing-pesaing baru  Permintaan akan input naik  Biaya produksi naik, sampai akhirnya
tidak ada lagi ekstra profit. Sebaliknya jika ada yang rugi terus menerus maka dengan sendirinya ia akan
keluar dari persaingan, yang tetap beroperasi hanya yang benar-benar efisien atau tidak rugi, dan ia bisa
memperoleh normal profit. Normal Profit berarti LTR = LTC. Dimana LTC = TC + OC.
OC  Oppour Tunity Cost, yaitu pendapatan yang hilang karena ikut melakukan usaha pada pasar
persaingan sempurna. Perhatikan kurva berikut !

Contoh
Suatu Firm yang beroperasi pada struktur pasar persaingan sempurna, berhadapan dengan harga pasa  P
= $ 260
Jika struktur Costnya  TC =1.000 + 80.Q – 6.Q2 + 0,2.Q3
a. Tentukan output equilibrium firm tersebut
b. Hitung berapa laba atau rugi firm tersebut

6. Kurva Supply Bagi produsen Perfect Competition


Jika produksi = Po, produsen rugi  tidakbersedia produksi sehingga tidak ada Supply. Jika harga= P1,
produsen mencapai BEP, ia bersedia memproduksi atau men Supply Q 1. Jika harga = P2, produsen untung,
ia menaikan produksi atau supply ke Q 2. Jadi kurva Supply bagi produsen yang beroperasi pada struktur
pasar persaingan sempurna, identik dengan kurva MC nya, khusus MC dari minimum AC keatas.

PASAR MONOPOLY
Pasar Monopoly merupakan lawan atau kebalikan dari pasar Persaingan Sempurna. Semua cirri-ciri atau
asumsi dari Pasar Monopoly merupakan kebalikan dari cirri-ciri atau asumsi pasar Persaingan Sempurna.

1.Ciri-ciri / Asumsi Pasar Monopoly


- Satu produsen berhadapan dengan banyak pembeli
- Product heterogen dan tidak bisa disubstitusi satu sama lain
- Ada halangan untuk masuk pasar bagi produsen lain yang ingin masuk
- Produsen lebih berkuasa dan harga ditentukan oleh produsen.
Pada pasar Monopoly ini biasanya harga perunit berbeda untuk setiap unit jumlah barang yang dijual.
Biasanya makin banyak yang dijual  harga perunit makin rendah, Sehingga P = AR tetapi tidak sama
dengan MR , melainkan MR < AR dan MR < P
Contoh

Q P = AR TR MR TC AC MC Laba
0 $ 200 0 200 Inf - 200
5 190 950 190 1.200 240 200 - 250
10 180 1.800 170 2.050 205 170 - 250
15 160 2.400 120 2.450 163,33 80 - 50
20 140 2.800 80 2.700 135 50 + 100
25 120 3.000 40 2.850 114 30 + 150
30 105 3.150 30 2.950 98,33 20 + 200
35 93 3.255 21 3.055 87,28 21 + 200
40 80 3.200 -11 3.180 79,5 25 + 20

2. Equilibrium Produsen Dengan Pendekatan Total


Untuk menentukan equilibrium produsen dengan pendekatan Total digunakan Total Revenue (TR) dan
Total Cost (TC).

Jika produksi < Q1 atau > Q2 maka produsen rugi. Jika produksi = Q1 atau = Q2 maka produsen mencapai
BEP. Jika Q1 < produksi < Q2 maka produsen memperoleh laba. Laba maksimum dicapai saat selisih TR
dan TC maksimum , atau Slope TR = Slope TC, yaitu jika produksi = Qe

3.Equilibrium Produsen Dengan Pendekatan Marginal

Untuk menentukan equilibrium produsen dengan pendekatan Marginal digunakan Marginal Revenue
(MR) dan Marginal Cost (MC). Equilibrium produsen yaitu saat produsen memperoleh laba maksimum
atau menderita rugi minimum dicapai dengan syarat MR = MC. Dari tabel diatas terlihat bahwa laba
maksimum sebesar 200, dicapai hanya saat MR = MC.
Bagi produsen yang beroperasi pada struktur pasar Monopoly, baik dalam Short Run maupun dalam Long
Run, ia bisa memperoleh laba (Ekstra Profit ), menderita Rugi maupun BEP
4. Price Discrimination
Produsen yang beroperasi pada struktur pasar Monopoly, bisa membedakan tariff (harga ) kepada
konsumen yang berbeda. Hal ini dilakukan karena seluruh pasar dikuasai oleh satu Firm. Dalam rangka
memaksimum Revenue, Laba dan meningkatkan pangsa pasar maka produsen dapat membeda-bedakan
tariff pada konsumen atau pasar yang berbeda.
AR1 dan MR1, adalah Average Revenue dan Marginal Revenue oleh konsumen yang lebih kaya. AR2 dan
MR2 adal Average Revenue dan Marginal Revenue oleh konsumen yang lebih miskin. Untuk jumlah yang
sama (Qe), produsen dapat membedakan harga kepada keduanya. Kepada Konsumen yang lebih kaya
ditetapkan harga P2, sementara pada konsumen yang lebih miskin hanya ditetapkan harga P1. TR = TR1 +
TR2 = OP1AQe + OP2BQe TC1 = TC2 =OCDQe
Total Laba = Laba 1 + Laba 2 = CP1AD + CP2BD

5. Perbandingan Persaingan Sempurna Dengan Monopoly


Menurut ahli ekonomi Pasar Monopoly cendrung menimbulkan in efisien dan merugikan konsumen,
terutama jika dibandingkan dengan pasar Persaingan Sempurna. Perhatikan kurva berikut !

Seandainya barang X dihasilkan oleh produsen Monopoly, maka equilibrium Monopoly (Em) terjadi jika
MR = MC. Produsen Monopoly akan menghasilkan Qm dan menetapkan harga Pm. Sendainya barang X
dihasilkan produsen Perfect Competition. Maka equilibrium Perfect Competition ( Ep ) terjadi jika P =MC
Produsen perfect akan menghasilkan Qp dan menetapkan harga Pp. Dari kurva terlihat bahwa Pm > Pp,
berarti produsen monopoly merugikan konsumen, karena menetapkan harga lebih tinggi. Sedangkan
Qm < Qp, berarti produsen monopoly cendrung in efisien karena menghasilkan lebih sedikit.

MONOPOLISTIC COMPETITION
(PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIS)

Pasar persaingan sempurna dan monopoly ibarat dua kutub yang berlawanan, jarang orang yang tinggal di
kutub utara dan jarang pula yang tinggal di kutub selatan, kebanyakan orang tinggal antara kutub utara dan
kutub selatan. Begitu pula halnya dengan produk yang ada di pasar, jarang ditemukan produk yang
struktur pasarnya persaingan sempurna murni maupun monopoly murni. Kebanyakan produk, struktur
pasarnya berada antara Persaingan Sempurna dengan Monopoly, yaitu Monopolistic Competittion dan
Oligopoly, dan yang paling banyak adalah pasar Monopolistic Competition.
Pasar Monopolistic Competition merupakan kombinasi atau perpaduan antara pasar Monoply dengan
Perfect Competition. Pada kondisi tertentu ia mirip dengan Monopoly dan pada kondisi lain ia mirip
dengan Perfect Competition.

1.Ciri-Ciri / Asumsi Pasar Monopolistic Competition


- Banyak penjual berhadapan berhadapan dengan banyak pembeli
- Produk relatif mirip (identik) dan dapat disubstitusi satu sama lain
- Relatif mudah masuk dan keluar pasar
- Sangat diperlukan inovasi dan promosi

2. Short Run Equilibrium


Kondisi short Run bagi produsen adalah jika produk yang dihasilkan suatu Firm memiliki kelebihan atau
keunggulan yang signifikant dibanding produk-produk yang dihasilkan Firm lain, sehingga produk yang
dihasilkan suatu Firm tersebut lebih disukai konsumen. Firm tersebut lebih menguasai pasar dan ia dapat
bertindak seolah-olah produsen Monopoly, sehingga ia bisa memperoleh Ekstra Profit.
Perhatikan kurva berikut.

M  market share Firm yang bersangkutan. Equilibrium terjadi jika MR = MC.


TR = OPAQe. TC = OCBQe. Ekstra Profit = CPAB

3.Long Run Equilibrium

Kondisi Long Run bagi produsen adalah jika tidak ada lagi keunggulan yang signifikant yang dimiliki
oleh suatu Firm. Produk setiap Firm relatif sama saja, sehingga persaingan makin fair, dan setiap Firm
merasa seolah-olah beroperasi pada struktur pasar Persaingan Sempurna dan hanya memperoleh normal
profit. Perhatikan kurva berikut !
LTR = OPAQe LTC = OCAQe LTR = LTC  Berarti hanya memperoleh Normal profit

4.Strategi/kebijakan Mempertahankan Ekstra Profit


Suatu Firm tentu tidak ingin hanya sekedar memperoleh normal profit, melainkan ia akan berusaha agar
bisa memperoleh ekstra profit atau dapat bertindak seperti produsen Monopoly. Untuk itu ia harus
berusaha setiap saat agar produknya memiliki keunggulan yang berarti dibanding produk Firm-Firm yang
lain. Untuk mencapai hal tersebut sangat diperlukan,
a. Inovasi  melakukan berbagai usaha agar terjadi pembaharuan/ perbaikan seperti meningkatkan
mutu, kemasan, warna, style, kapasitas dan lain-lain agar produknya lebih unggul.
b. Promosi  dengan tujuan ; - Mempertahankan pasar yang sudah dikuasai
- Berusaha merebut pangsa pasar yang baru

PASAR OLIGOPOLY
Pasar Oligopoly ini lebih dekat dengan Monopoly, karena produsen lebih berkuasa
Ciri-ciri / Asumsi pasar Oligopoly
- Beberapa produsen menguasai pasar
- Produk setiap Firm relatif sama dan mudah disubstitusi satu sama lain
- Ada halangan untuk masuk pasar
- Harga cendrung ditentukan produsen
Bentuk pasar Oligopoly yang lebih ekstrim yaitu Duopoly, dimana hanya dua perusahaan besar yang
menguasai pasar.
Ada beberapa teori atau pendekatan dalam menentukan equilibrium produsen
1.Cournot Sollution by Agustin Cournot
Menurut Cournot jika ada dua Firm yang menguasai pasar dan kedua Firm itu saling bersaing, maka kedua
Firm akan saling mengawasi tindakan lawanya. Jika suatu Firm melakukan aksi, maka Firm lain akan
lansung bereaksi. Proses aksi dan reaksi kedua Firm merupakan proses penyesuaian yang akan
mengarahkan masing-masing Firm menuju equilibriumnya masing-masing. Prosesnya dapat dijelaskan
dengan table dan kurva berikut.
Behavior of Firm Under Cournot Assumptions
FIRM Round.1 Round.2 Round.3 Final
Round
Firm. I ½. MD 3/8.MD 11/32. MD 1/3. MD
Firm. II ¼. MD 5/16. MD 21/64. MD 1/3. MD
Total
Market ¾. MD 11/16. MD 43/64. MD 2/3. MD

Dari tabel dan kurva diatas dapat dijelaskan bagainama proses penyesuaian terjadi dengan kurva berikut.

Pada awal Firm I masuk, ia menghadapi permintaan pasa AD atau OQ 4. Ia membuat Marginal
Revenuenya MR1. Jika MC = 0, maka Firm.I akan memperoleh laba maksimum jika menghasilkan Q2 atau
setengah dari Market Demand dan menetapkan harga P1. Kemudian Firm.II ia menghadapi sisa
permintaan pasar BD, maka ia membuat pula kurva marginal revenuenya MR2. Firm.II menghasilkan
Q2Q3 atau seperempat Market Demand dengan menetapkan harga P 2. Karena kedua Firm menetapkan
harga yang berbeda maka kedua Firm akan melakukan proses penyesuaian. Firm.I bersedia mengurangi
produksinya dan juga menurunkan harga, sebaliknya Firm.II akan menaikan produksinya dan menaikan
harga. Proses penyesuaian ini akan terus berlansung sampai akhirnya masing-masing Firm akan
memproduksi jumlah yang sama masing-masing 1/3 dari Market Demand dan juga akan menetapkan
harga yang sama antara P1 dan P2 seperti Pe.

2. Kinked Demand Curve by William Camberlin


Menurut Chamberlin, jika kedua Firm menghadapi kurva permintaan yang berbeda Slopenya dan kedua
kurva Permintaan berpotongan pada satu titik, maka kurva permintaan pasar keseluruhan akan merupakan
kurva permintaan patah (kinked Demand yang diwakili oleh Kurva permintaan kedua Firm ).

DADA’  kurva demand yang dihadapi Firm.A. DBDB’ kurva demand yang dihadapi Firm.B Jika
Permintaan Q1 maka Firm.A menetapkan harga Pa, sementara Firm.B hanya Pb, dimana Pb<Pa. Jika Firm
A tidak ingin kehilangan pasar maka ia harus mengikuti apa yang ditetapkan Firm B. Sebaliknya jika
permintaan Q2, maka Firm A menetapkan harga lebih rendah dari Firm B. Maka agar Firm B tidak ingin
kehilangan pasar maka ia harus pula ikut apa yang ditetapkan firm A. Jika permintaan pasar Qe maka
kedua firm menetapkan harga yang sama yaitu Pe. Jadi kurva permintaan pasar keseluruhan adalah
DBEDA’, dimana sebagian diwakili kurva permintaan A dan sebagian diwakili kurva permintaan B, yang
merupakan kurva permintaan patah (Kinked Demand Curve).

3.Price Leadership by The Lower Cost (By Sthacleberg)

Jika dua firm yang bersaing memiliki struktur Cost yang berbeda, maka Firm yang struktur Costnya lebih
rendah (the Lower Cost) akan bertindak sebagai pengendali harga.
AC1 dan MC1 adalah struktur Cost dari Firm I (The Higher Cost). AC2 dan MC2 adalah struktur Cost dari
Firm II (the lower Cost) Firm I mencapai laba maksimum Jika MR = MC1 ( E1 ), ia akan menghasilkan Q1
dan menetapkan harga P1. Sebaliknya Firm II akan mencapai laba maksimum jika MR= MC 2 yaitu E2,
dengan menghasilkan Q2 dan menetapkan harga P2, dimana P2 < P1. Pada harga P2, firm.II akan
memperoleh laba maksimum sementara Firm I hanya normal profit, (karena P2 = MC1 ). Tetapi Firm I
harus ikut apa yang ditetapkan firm II tersebut. Jika firm II ingin mematikan Firm I maka ia akan
menetapkan equilibrium di Ep, yaitu P3 = MC2. Jika harga P3 maka firm II memperoleh normal profit
sementara firm I akan menderita rugi dan gulung tikar. Jadi Firm II (the Lower Cost ) akan bertindak
sebagai pengendali harga di pasar.

4.Price Leadership by Dominant Firm


Jika ada bebara Firm yang menguasai pasar, tetapi salah satu firm sangat dominat, sementara firm-firm
yang lain kecil-kecil, maka Dominant firm akan bertindak sebagai pengendali di pasar. Antara lain ia bisa
mengendalikan harga, membagi pasar dan sebagainya. Jika firm-firm yang lain tidak patuh maka ia bisa
mematikanya ( contoh kasus air mineral yang dikendalikan oleh AQUA)

5.Cartel
Cartel (Kolusi) adalah kerjasama atau kesepakatan dalam bentuk perjanjian antara beberapa firm sejenis
dengan tujuan mengurangi tingkat persaingan sesama mereka. Mereka sengaja membuat perjanjian agar
masing-masingnya bisa memperoleh laba yang lebih besar.
Hal-hal yang disepakati antara lain :
- Penetapan harga secara bersama
- Kuota produksi masing-masing firm
- Pembahagian pasar masing-masing Firm
Contoh kasus Asosiasi Semen, OPEC dll.

Anda mungkin juga menyukai