MIKRO
MATERI KULIAH
Disampaikan oleh:
GUSNI
Topik I
INTRODUCTION ILMU EKONOMI
Keynotes
Kebutuhan Manusia
Kelangkaan/ Scarcity Pilihan-Pilihan Kualitas Hidup
yang tidak terbatas
Qd = 100 10P
Harga beras per kilogram (Rp.) Permintaan beras per bulan (ribu
ton)
0 100
2.000 80
4.000 60
6.000 40
8.000 20
10.000 0
10 D
8
Qd = 100 10P
6
4
2
Kuantitas beras (ribu ton)
0 20 40 60 80 100
Teori yang menerangkan hubungan antara
permintaan terhadap harga disebut teori
determinasi permintaan
470
Marginal
Price of
Quantity
250
D
Q
0 550 1.000
Contoh Permintaan dalam Aplikasinya:
Apabila diketahui fungsi permintaan mobil Avanza adalah
sebagai berikut:
QDV = 32 1,2 PV + 0,6 PS + 0,8 PL + 0,5 Y + 5 A
dimana:
QDV = jumlah permintaan Avanza dalam ribuan unit
PV = harga mobil Avanza (Rp. juta)
PS = harga mobil Senia (Rp. Juta)
PL = harga mobil Grand Livina (Rp. juta)
Y = pendapatan masyarakan yang dapat
dibelanjakan/perkapita/tahun (Rp. juta)
A = kegiatan iklan (Rp. juta)
Contoh dalam Aplikasinya:
jika diketahui:
Harga mobil Senia: Rp. 125 juta
Harga mobil Grand Livina: Rp. 145 juta
Pendapatan masyarakat : Rp. 36 juta/perkapita/tahun
Iklan: Rp. 75 juta/unit
maka:
QDV = 32 1,2 PV + 0,6(125) + 0,8(145) + 0,5(36) + 5 (75)
QDV = 32 1,2 PV + 75 + 116 + 18 + 375
QDV = 616 1,2 PV
Tabel 5.2
Skedul Permintaan Mobil Avanza
QDV = 616 1,2 PV
Penawaran: Banyaknya jumlah barang yang ingin
ditawarkan (jual) oleh produsen pada tingkat harga
tertentu, pasar tertentu, dan selama periode waktu tertentu.
Faktor- faktor yang mempengaruhi penawaran:
Harga barang itu sendiri
Harga barang lain yang terkait
Harga faktor produksi
Biaya produksi
Daya konsumsi masyarakat/tingkat permintaan
Teknologi yang digunakan
Jumlah pedagang/penjual
Tujuan perusahaan
Kebijakan pemerintahan
Fungsi Penawaran:
Sx = f(Px, Py, Pi, C, daya, tek, ped, tuj, kebij)
Sx = Variabel tidak bebas (dependent variable)
F(Px, Py, Pi, ) = Variabel bebas (independent
variable)
Tanda positif (+) dan negatif (-) menunjukkan
pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
penawaran akan barang x.
Hukum Penawaran:
Perbandingan lurus antara harga terhadap jumlah
barang yang ditawarkan, yaitu Apabila harga naik
maka jumlah penawaran akan meningkat,
sebaliknya apabila harga turun maka jumlah
penawaran akan turun.
Skedule dan Kurva Penawaran
Skedule penawaran:
Daftar/tabel yang menggambarkan hubungan
antara tingkat harga suatu barang dengan
tingkat penawaran barang tersebut.
Misalnya fungsi penawaran buku tulis per bulan
merupakan fungsi linear dari:
Qs = -100 + 2P
375 Qs = -100 + 2P
275
150
Q
0 200 450 650 800 900
Teori yang menerangkan hubungan antara
permintaan terhadap harga disebut dengan
teori determinasi penawaran.
Teori Determinasi Penawaran:
Perbandingan terbalik antara penawaran
terhadap harganya, yaitu Apabila
penawaran naik maka harga relatif akan
turun, sebaliknya bila penawaran turun
maka harga relatif akan naik.
Kurva Penawaran berdasarkan Teori Determinasi
Penawaran
P
Kurva Determinasi Penawaran
600
500
300
S
Q
0 700 1.200 2.000
Contoh Penawaran dalam aplikasinya
Berdasarkan hasil riset, perubahan jumlah penawaran
bulanan mobil Avanza di Jawa, yang didasarkan pada
bebagai variabel yang mempengaruhinya yaitu
perubahan harga mobil Avanza (PV), harga mobil Grand
Livina (PL), upah tenaga kerja (W), dan suku bunga
pinjaman (i). Model fungsi penawaran mobil Avanza
hasil analisis dinyatakan sebagai berikut:
QSV = 325 + 5 P 0,2 PL 10 W 100 i
dimana:
QSV = jumlah penawaran Avanza dalam ribuan unit
PV = harga mobil Avanza (Rp. juta)
W = upah tenaga kerja (Rp. juta)
PL = harga mobil Grand Livina (Rp. juta)
i = suku bunga pinjaman (%)
jika diketahui:
Harga mobil Grand Livina: Rp. 145 juta
Upah tenaga kerja: Rp. 25 juta
Suku bunga: 10%
maka:
QSV = 325 + 5 PV 0,2 (145) 10 (25) 100 (0.1)
QSV = 325 + 5 PV 29 250 10
QSV = 36 + 5 PV
Dari persamaan fungsi penawaran tersebut diatas, dapat
dibuat schedule penawaran mobil Avanza pada berbagai
variasi harga. schedule penawaran ini dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
produksi
Tabel 5.3
Skedul Penawaran Mobil Avanza di Jawa
QSV = 36 + 5 PV
Keseimbangan Permintaan dan Penawaran
(Keseimbangan Pasar Ceteris Paribus)
Keseimbangan pasar:
Suatu kondisi dimana baik konsumen maupun produsen sama-sama
tidak ingin menambah atau mengurangi jumlah yang dikonsumsi dan
dijual
Keseimbangan antara permintaan dan penawaran berdasarkan
hukum permintaan dan penawaran
P S
Kelebihan Penawaran
Pt
Pe
Kelebihan Permintaan D
Q
0 Qt Qe Qte
Hubungan antara Pendapatan dan Permintaan Barang
Apabila kenaikan pendapatan masyarakat menyebabkan
meningkatnya permintaan terhadap suatu barang, maka barang
tersebut digolongkan sebagai barang Normal (barang dimana
perubahan pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan
barang tersebut).
Dalam kelompok barang Normal terdapat barang Superior yaitu
barang yang makin sedikit jumlahnya, tetapi makin dibutuhkan
pendapatan yang besar untuk memperolehnya. Artinya pendapatan
tidak berpengaruh langsung pada permintaan barang tersebut,
tetapi jumlah penawarannya yang berpengaruh langsung.
Apabila kenaikan pendapatan masyarakat tidak mendorong
kenaikan permintaan terhadap suatu barang (cenderung turun),
maka barang tersebut digolongkan sebagai barang Inferior (barang
dimana perubahan pendapatan berpengaruh negatif terhadap
permintaan barang tersebut).
Dalam kelompok barang Inferior terdapat barang Giffen yaitu
barang yang efek substitusinya negatif, artinya apabila permintaan
terhadap barang lain meningkat, maka permintaan terhadap barang
Giffen akan turun, sebaliknya apabila permintaan terhadap barang
lain turun, maka permintaan terhadap barang Giffen akan naik)
Topik III
APLIKASI HUKUM PERMINTAAN & PENAWARAN
P1 E1
P2 E2
Q
D
Q1 Q2 Q
Untuk mencapai keseimbangan pasar
dalam bidang pertanian, diperlukan campur
tangan pemerintah dalam menentukan
harga dan produksi komoditi pertanian.
Beberapa tindakan yang bisa dilakukan
oleh pemerintah antara lain:
Membatasi Produksi
Melakukan Operasi Pasar
Kebijakan Harga Minimum & Maksimum
Kebijakan Subsidi
Aplikasi Dalam Bidang Industri
Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan
yang menghasilkan produk/barang yang sama.
Produk/barang industri adalah produk/barang yang
dihasilkan dari proses pengolahan dengan
menggunakan teknologi untuk menambah kegunaan
(daya guna) dari produk/barang yang dihasilkan
tersebut.
Aplikasi dalam bidang industri, diantaranya mencakup:
1.Industri pengolahan (manufacture)
2.Industri pariwisata
3.Industri hiburan
4.Industri pendidikan
5.Dan lain-lain
Produk/Barang Industri pengolahan digolongkan
sebagai barang sekunder
Menurut ENGEL (Hukum ENGEL) dan teori
pemenuhan kebutuhan dari Maslow, Semakin
tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka
konsumsi primernya akan semakin mengecil
(dalam proporsi %), sedangkan konsumsi
sekundernya akan semakin meningkat (dalam
proporsi %).
Dalam Jangka panjang permintaan terhadap
produk/barang industri bersifat elastis,
sedangkan penawarannya bersifat inelastis
sempurna.
Keseimbangan Permintaan dan Penawaran untuk
Komoditi Sektor Industri dalam Jangka Panjang
P
S1 S2
E1
P2
P
E2
P1
0 Q1 Q2 Q
Aplikasi Dalam Bidang Informatika
Bidang informatika terutama data dan
informasi dewasa ini telah menjadi
komoditi bisnis yang sangat dibutuhkan
oleh individu atau perusahaan untuk
membantu dalam menentukan keputusan.
Bidang informatika telah dijadikan industri
jasa tersendiri yang perkembangan dan
polanya sangat cepat dibandingkan
dengan industri induknya yaitu industri
manufacture.
Bidang Informatika secara teori akan
bersifat primer untuk individu dan
perusahaan dalam jangka pendek.
Dari sisi penawaran bersifat elastis
sempurna
Dari sisi permintaan bersifat inelastis,
artinya perubahan harga yang begitu
besar akan diikuti oleh penurunan
permintaan yang relatif kecil.
Keseimbangan Permintaan dan Penawaran untuk
Komoditi Sistem Informasi
P
E1
P1 S1
P2 E2
S2
0 Q0 Q1 Q2 Q3 Q
Topik IV
KONSEP ELASTISITAS: Teori Elastisitas Permintaan &
Teori Elastisitas Penawaran
P<Q
P1 Ed>1
P
P2
D
Q
0 Q1 Q2 Q
Kurva permintaan akan bersifat elastis sempurna apabila
koefisien elastisitasnya bernilai tidak berhingga (Ed=)
dimana kurva permintaannya berbentuk sejajar dengan
sumbu datar.
P
P=0
P D Ed =
0 Q
Kurva permintaan akan bersifat inelastis apabila koefisien
elastisitasnya bernilai lebih kecil dari satu (Ed<1) artinya
persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dari
pada persentase perubahan harga.
P
P1
P P>Q
Ed<1
P2
D
0 Q1 Q2 Q
Kurva permintaan akan bersifat inelastis sempurna apabila
koefisien elastisitasnya bernilai nol (Ed=0), dimana kurva
permintaannya berbentuk sejajar dengan sumbu tegak.
P D
ED = 0
P1
P2
Q = 0
0 Q1 Q
Kurva permintaan akan bersifat Uniter elastis apabila
koefisien elastisitasnya bernilai satu (Ed=1), artinya
persentase perubahan jumlah yang diminta sama dengan
persentase perubahan harga.
P
P1
P = Q Ed =
P
1
P2
D
0 Q1 Q2 Q
Model Umum Perhitungan Koefisien Elastisitas
Permintaan
Persentase perubahan jumlah yang diminta
Ed =
Persentase Perubahan harga
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai elastisitas
permintaan (Ed):
Adanya barang substitusi (elastis)
Persentase pendapatan yang digunakan/jenis barang (elastis)
Jangka waktu analisa/perkiraan atau pengetahuan konsumen
(dalam jangka pendek cenderung tidak elastis)
Tersedianya fasilitas/sarana kredit (elastis sempurna & inelastis)
Bentuk-bentuk Elastisitas Permintaan
Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand) digunakan
untuk mengukur berapa persen perubahan permintaan
terhadap suatu barang apabila harga barang tersebut
berubah sebesar satu persen.
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta
Ed =
Persentase perubahan harga
Ed = %Q / %P
= (Q/Q)
(P/P)
= P . Q
Q P
Contoh
Sebuah toko yang menjual minyak goreng
melakukan survey terhadap hasil penjualannya.
Pada saat harga minyak Rp. 10.000 per kilogram,
permintaan terhadap minyak goreng adalah 25
Kg. Kemudian harga minyak naik menjadi Rp.
12.000 per kilogram, permintaan terhadap minyak
goreng turun menjadi 15 Kg. Hitunglah Elastisitas
permintaannya dan buatkan kurvanya!
Qd P1
Ed
P Q1
Qd ( P1 P 2) / 2
Ed
P (Qd1 Qd 2) / 2
Elastisitas Silang (Cross Elasticity) digunakan untuk
mengukur persentase perubahan permintaan suatu
barang sebagai akibat dari perubahan harga barang lain
sebesar satu persen
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta (X)
Ec =
Persentase perubahan harga barang lain (Y)
Ec = %Qx / %Py
= (Qx/Qx)
(Py/Py)
= Py/n . Qx
Qx/n Py
Contoh:
Berikut adalah data-data harga dan permintaan
barang X dan Y pada tahun 2012 dan 2013.
Ei = %Q / %I
= (Q/Q)
(I / I)
= I/n . Q
Q/n I
Contoh:
Berikut adalah data-data Pendapatan dan
permintaan barang X pada tahun 2012 dan 2013.
Periode Pendapatan QX
(000)
2012 2000 40
2013 2200 25
Ps
S
P1
P2
Q>P
P3 Es>1
0 Q3 Q2 Q1 Qs
Kurva penawaran akan bersifat elastis sempurna apabila
koefisien elastisitasnya bernilai tak berhingga (Es=)
dimana kurva penawarannya berbentuk sejajar dengan
sumbu datar artinya berapa banyakpun jumlah barang
yang ditawarkan di pasar, tidak ada respon dari harga
(harga relatif tetap).
Ps
P=0
Pe S
Q x P = Q.P =
0 Q 0
0 Q1 Q2 Q3 Qs
Kurva penawaran akan bersifat inelastis apabila koefisien
elastisitasnya bernilai lebih kecil dari satu (Es<1) artinya
persentase perubahan harga lebih besar dari pada
persentase perubahan jumlah yang ditawarkan.
Ps S
P1
P2 P>Q
Es<1
0 Q2 Q1 Qs
Kurva penawaran akan bersifat inelastis sempurna apabila
koefisien elastisitasnya bernilai nol (Es=0), dimana kurva
penawarannya berbentuk sejajar dengan sumbu tegak,
artinya berapa besarpun perubahan harga, penawaran
relatif akan tetap.
Es = 0
Ps S
P1
P2
Q = 0
0 Qe Qs
Kurva penawaran akan bersifat Uniter elastis apabila
koefisien elastisitasnya bernilai satu (Es=1), artinya
persentase perubahan jumlah yang ditawarkan sama
dengan persentase perubahan harga.
Ps
S
P2
Q = P Es
P1 =1
0 Q1 Q2 Qs
Model Umum Perhitungan Koefisien Elastisitas
Penawaran
Persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan
Es =
Persentase perubahan harga
Es = (P/Q)*(Q/P)
Contoh:
Pada saat harga tepung terigu Rp. 4.500/Kg, penawaran
terigu sebanyak 1000 Kg. Kemudian pada saat harga
tepung terigu Rp. 4.800/Kg, jumlah yang ditawarkan
sebanyak 1050 Kg. Hitunglah nilai elastisitas
penawarannya dan berapa besar inefisiensi pasar yang
diciptakan oleh produsen tersebut?
Menggunakan Model Elastisitas Titik
Qs P1
Es
P Q1
Qs P1 50 4500 225000
Es 0,75
P Q1 300 1000 300000
1 1
(300 50) (15000) 7500
2 2
P S2
A
P3 C
BPP S1
Pe2 E2
B
BPK
Pe1 D
E1
D
P4
0 Q4 Qe2 Qe1 Q
Keterangan Gambar:
Pada saat pemerintah mengenakan pajak
sebesar E1A, maka harga akan naik menjadi
P3 dan permintaan akan turun menjadi Q4,
sementara penawaran relatif tetap. Untuk
mendorong kenaikan penjualan kembali, maka
produsen akan menanggung setengah dari
beban pajak, sehingga harga turun menjadi Pe2
dan permintaan akan naik menjadi Qe2.
Apabila permintaan dan penawaran sama-sama
uniter elastis, maka sesungguhnya produsen
akan menanggung setengah dari beban pajak
yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Untuk Es dan Ed yang sama-sama inelastis (Es<1 dan
Ed<1)
Kurva Ed dan Es yang Inelastis dan Pajak
S2
P S2
S1
A
A
Pt S1
E2 B
Pe2 B E2
C E1
Pe1 E1
D
D
0 Grafik (A) Qe1 Grafik (B) Qe1 Q
Keterangan Gambar:
Pada grafik A, kurva permintaan dan penawaran sam-
sama inelastis, dimana nilai elastisitasnya sama, misal
Ed=0,9, maka Es=0,9, sehingga besaran pajak yang
ditanggung oleh konsumen dan produsen sama
(ABE2=BCE2). Pada grafik B, kurva permintaan relatif
lebih inelastis dibandingkan dengan kurva penawaran,
sehingga beban pajak yang ditanggung oleh konsumen
lebih besar dari produsen (ABE2<BE1E2).
Apabila kurva penawaran lebih inelastis dari pada kurva
permintaan, maka beban pajak yang ditanggung oleh
konsumen lebih kecil dari produsen.
3. Untuk Es<1 dan Ed>1, Es>1 dan Ed<1
Grafik A Grafik B
Es<1 dan Ed>1 S2
P
Es>1 dan Ed<1
Pt A
S1
BPP
BPP S2
Pe2 B
BPK E2
Pe1 E1 S1
D BPK
D
0 Qt Qe2 Qe1 Q
Keterangan Gambar:
Pada grafik A, saat pemerintah menaikkan pajak sebesar
E1A, maka harga akan naik menjadi Pt dan permintaan
akan turun menjadi Qt. hal ini akan menyebabkan produsen
rugi, karena penawarannya tetap sebesar Qe1. Untuk
mengatasi kondisi ini, produsen rela menanggung beban
pajak sebesar PtPe2 dan konsumen hanya menanggung
beban pajak sebesar Pe1Pe2.
Pada grafik B, apabila kurva permintaan yang bersifat
inelastis dan penawaran elastis, maka beban pajak lebih
banyak ditanggung oleh konsumen.
Untuk kurva permintaan yang inelastis, kebijakan
menaikkan harga adalah langkah yang tepat, karena
cenderung bisa memperbesar pendapatan. Sebaliknya
untuk kurva permintaan yang elastis, kenaikan harga justru
dapat menyebabkan turunnya penerimaan produsen.
4. Untuk Ed inelastis Sempurna dan Es elastis,
Es<1 dan Ed=0
Ed=0 dan Es>1 Es<1 dan Ed=0
P P
D D S2
Su S1
E2 Pe2
Pe2 E2
S2
Pe1 E1
Pe1 E1
S1
0 Qe Qe Q
Grafik A Grafik B
Keterangan Gambar:
Pada grafik A, saat pemerintah mengenakan pajak
sebesar E1E2, maka harga akan naik menjadi Pe2 dan
jumlah permintaan tetap sebesar Qe. Besarnya
E1E2=P1P2 yang berarti seluruh pajak dikenakan pada
harga baru (Pe2) dan semuanya ditanggung oleh
konsumen. Sehingga apabila Es elastis dan Ed inelastis
sempurna, maka kenaikan pajak seluruhnya akan
ditanggung oleh konsumen.
Pada grafik B, penawaran bersifat inelastis dan
permintaan inelastis sempurna, beban pajak
sepenuhnya harus dibayar oleh konsumen, karena
berapapun perubahan harga (dalam batas wajar) tidak
akan mempengaruhi permintaan.
5. Ed dan Es sama-sama bersifat elastis
Kurva Ed dan Es yang elastis sehubungan dengan Pajak
P Grafik A P Grafik B
S2
S2 Pt A
Pt BPP
BPP A
Pe2 E2 Pe2 E2
S1
BPK Pe1 D
E1
Pe1 E1 BPK
D
S1
X Y 1000=10X+7,5Y Y X
Y
K14>K13>K12>K11
G
H
A D
E K14
B
K13
F K12
C
K11
0 X
Note: Kurva Indifference tidak boleh berpotongan satu sama lain, karena melanggar
asas transitivitas
Contoh: Ragam kombinasi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang
optimum untuk anggaran sebesar Rp. 120.000,- dimana harga barang X
= 5.000,- dan Y = Rp. 4.000,-
40 B 120.000
X 0 Y
Py 4.000
35
25
Px
MRS XY Maximum.Utility
Py
20
U=1/2(X.Y)
B 120.000
15 Y 0 X
Px 5.000
10
U=X.Y
U = X*Y = 180 Util
5
U=1/2(X.Y) IC
0 5 10 12 15 20 25 30 35 40 X
Pergeseran Kurva Indifference akibat perubahan
pendapatan secara riil
Y
Y2 PCC (Price Consumption Curve)
Y1 G
H
Y2
E3
E1
E2
K13
K11
K12
0 X2 X1 X3 X
Pergeseran Kurva Indifference akibat perubahan
pendapatan secara Nominal
Y
Y2 ICC (Income Consumption Curve)
Y1 G
H
Y2
E3
E1
E2
K13
K11
K12
0 X2 X1 X3 X
Keterbatasan Kurva Indifference
1. Kurva Indifference tidak boleh berpotongan,
karena akan melanggar asas transitivitas.
2. Kurva Indifference sebaiknya tidak berslope
positif, karena untuk meningkatkan kepuasan,
setiap konsumen harus meningkatkan
pendapatan dan konsumsinya terhadap
barang X dan Y secara bersama-sama.
3. Kurva Indifference harus bersifat kontinyu
(berkesinambungan), sehingga garis kurva
indifference tidak terputus-putus.
4. Kurva Indifference tidak cembung dari titik
pusat koordinat dan tidak lurus sejajar dengan
sumbu X dan Y.
PENDEKATAN ATRIBUT
PADA PERILAKU KONSUMEN
101
Contoh analisis perilaku konsumen
melalui attribution approach
102
Efficency Frontier
Efficency Frontier (batas efisiensi) adalah
besarnya nilai maksimal dari kombinasi atribut
pada barang atau jasa yang dikonsumsi pada
tingkat/besar anggaran tertentu.
103
Memaksimumkan
Utilitas Atribut
104
Pada Produk yang tidak dapat
dibagi/dipisah
Seandainya barang B
dan barang C dapat
dikombinasikan, utilitas
atribut maksimal berada
pada titik E, yaitu
persinggungan antara
garis batas efisiensi BC
dengan indefferen kurva
ICo. Tetapi ternyata
bahwa barang B dan
barang C tidak dapat
dikonsumsi dengan cara
kombinasi, sehingga
harus dipilih salah satu
barang B atau barang C.
105
Topik VII
TEORI PRODUKSI
PERUSAHAAN
Perusahaan adalah institusi atau lembaga yang
menggunakan atau memanfaatkan atau
mengorganisasi faktor-faktor produksi (sumber
daya tertentu) untuk menghasilkan dan menjual
barang-barang dan jasa-jasa.
Selain sebagai penghasil barang-barang dan
jasa-jasa, perusahaan juga bisa berfungsi
sebagai perantara antara produsen dengan
konsumen.
Beberapa fungsi utama perusahaan:
1. Memproduksi bermacam-macam barang dan
atau jasa.
2. Sebagai perantara bahan baku untuk individu,
maupun perusahaan lainnya, baik yang
digunakan secara langsung ataupun sebagai
bahan dasar setengah jadi.
3. Menjalin hubungan yang saling memanfaatkan
dan menguntungkan antara perusahaan
dengan pemiliknya.
4. Sebagai lembaga yang memanfaatkan dan
memberikan kompensasi kepada faktor-faktor
produksi yang digunakan.
Dasar-dasar pembentukan perusahaan
berdasarkan pertimbangan ekonomi dan
administratif antara lain yaitu:
1. Relatif mudah mendapatkan kepercayaan, karena dikerjakan
secara bersama-sama, sehingga mampu meyakinkan calon
penerima manfaat (konsumen) dan yang akan dimanfaatkan
(pemilik modal/bank).
2. Relatif mudah mengelolanya, karena perusahaan berisikan
orang-orang yang terampil dan terlatih dibidangnya.
3. Biaya-biaya transaksi dapat diminimalkan, karena dikerjakan
dengan baik dan dalam jumlah yang banyak
4. Dapat menghasilkan suatu kondisi skala ekonomis dalam
berproduksi yaitu suatu kondisi dimana produksi
mengeluarkan biaya yang relatif sangat rendah dengan hasil
yang relatif sangat tinggi.
5. Perusahaan biasanya diisi oleh orang-orang yang yang
mampu memproduksi barang dengan lebih ekonomis.
Bentuk-bentuk perusahaan secara umum:
1. Perusahaan Perseorangan yaitu perusahaan yang dimiliki
secara perorangan yang memiliki tanggung jawab yang tidak
terbatas baik terhadap harta perusahaan maupun terhadap
risiko usaha yang dijalankan.
2. Perusahaan persekutuan seperti CV atau Firma yaitu
kerjasama antara dua orang atau lebih yang secara bersama-
sama bertindak sebagai pemilik perusahaan dan atau yang
menjalankan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
3. Perseroan Terbatas (PT) yaitu perusahaan yang berbdan
hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian untuk
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam undang-undang.
4. Koperasi yaitu badan usaha yan beranggotakan orang-
seorang atau badan hukum koperasi yang melandaskan
kegitannya bersadarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Menurut Prof. Marvin A Schaars, Co-operative is a
business voluntarily owned and controlled by its
member patrons, and operated for them and by them
on a non-profit or cost basis, artinya koperasi adalah
usaha yang dilakukan secara sukarela yang bersifat
non profit maupun yang berbasis biaya yang dimiliki
dan diawasi oleh mereka yang sekaligus sebagai
anggota yang juga berperan sebagai pengelola untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Meskipun banyak usaha koperasi yang mengalami
kegagalan, namun tidak sedikit pula yang memberikan
manfaat kepada anggotanya dan non anggotanya,
seperti yang terjadi dinegara-negara maju; Amerika
Serikat, Denmark, Jepang, Singapura, Inggris, Jerman,
dll.
Koperasi relatif telah berkembang sangat maju dan
memberikan arti yang cukup besar terhadap kemajuan
ekonomi masyarakatnya.
Prinsip-prinsip Koperasi menurut ICA yaitu:
1. Democratic Control (pengawasan oleh anggota
secara demokratis).
2. Open Membership (keanggotaan yang terbuka
dan sukarela).
3. Limited Interest on Capital (pembatasan atas
bunga)
4. The Distribution of Surplus in Dividend to the
Members in Proportion to their purchases
(pembagian sisa hasil usaha kepada anggota
sebanding dengan pembeliannya kepada
koperasi).
5. Trading Strictly on a cash basis (pembayaran
secara tunai atas transaksi perdagangan).
6. Selling only Pure and Unadulterated goods
(penjualan hanya atas barang-barang yang
sungguh-sungguh bermutu dan tidak
dipalsukan).
7. Providing for the education of the members in
co-operative principles as well as for mutual
trading (menyelenggarakan usaha pendidikan
untuk anggota sesuai dengan prinsip-prinsip
koperasi).
8. Political and Religious Neutrality (Netral
terhadap Politik dan Agama).
PENGERTIAN & TEORI PRODUKSI
Produksi atau memproduksi adalah suatu usaha
atau kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kegunaan (nilai guna) suatu barang.
Dalam ilmu ekonomi, faktor-faktor produksi terdiri
dari; Manusia (tenaga kerja/TK), Modal (uang
atau alat modal/M), SDA (tanah/T), Skill
(teknologi/S).
Fungsi produksi adalah suatu hubungan teknis
antara faktor-faktor produksi (input) dengan hasil-
hasil produksi (output) atau secara matematis
output sama dengan f (TK, M, T, S).
DIMENSI JANGKA PENDEK DAN PANJANG
Dalam melakukan kegiatan produksi, produsen
akan mengubah berbagai faktor produksi menjadi
barang dan jasa. Faktor produksi dapat dibedakan
menjadi faktor produksi tetap (fixed input) dan faktor
produksi variabel (variable input).
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang
jumlah penggunaannya tidak tergantung pada
jumlah produksi. Sementara faktor produksi variabel
adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya
tergantung pada tingkat produksi.
Dalam Jangka Pendek beberapa faktor produksi
dapat dikatakan sebagai faktor produksi tetap.
Contohnya Mesin-mesin yang digunakan.
Periode jangka pendek adalah suatu periode
dimana perusahaan tidak mampu dengan
segera melakukan penyesuaian terhadap
jumlah penggunaan salah satu atau
beberapa faktor produksi.
Dalam jangka panjang, semua faktor
produksi menjadi aktor produksi variabel.
Tenggang waktu jangka pendek dan jangka
panjang sebuah perusahaan berbeda-beda
tergantung pada jenis usahanya. Ada yang
memiliki periode jangka pendek selama lima
tahun dan ada yang lebih singkat.
Produksi dengan Menggunakan Satu Variabel Bebas.
Maksudnya adalah menggunakan satu variabel bebas dan yang
lainnya tetap, misalnya antara manusia dan tanah, dimana manusia
(tenaga kerja) sebagai variabel bebas dan tanah sebagai variabel
tetap atau manusia dengan modal, dimana modal merupakan
variabel tetap. Dalam hal ini berlaku hukum pertambahan hasil yang
semakin berkurang, artinya apabila varibel tersebut ditambah terus,
maka output semakin lama akan semakin menurun secara rata-rata.
Contoh:
TK Q AP MP
0 0
3 60 20 20
5 250 50 95
7 300 42,8 25
8 310 38,8 10
10 315 31,5 2,5
11 315 28,6 0
Total Produksi
TP = f(TK)
315
310
300
250
60
0 3 5 7 8 10 TK
Rata-Rata Produksi & Marginal Produksi
95
AP = MP
50
42,8
38,8
31,5
28,6 AP
20
10
MP
0 3 5 7 8 10 TK
Keterangan Gambar:
Produksi akan mencapai titik optimum tertinggi
pada saat MP = AP, artinya produksi relatif
mapan dan masih bisa diteruskan, namun
penambahan penggunaan tenaga kerja akan
menyebabkan rata-rata produksi dan marginal
produksi menurun, meskipun total produksi
meningkat.
Produksi dapat diteruskan, apabila MP>AP,
namun apabila MP<AP, maka sebaiknya tidak
lagi menambah input tenaga kerja.
Produksi akan maksimum pada saat MP = 0,
dan AP akan semakin menurun.
Pada dasarnya setiap produksi pasti akan
mempertimbangkan derajat elastisitasnya. Secara umum
derajat elastisitas untuk penggunaan tenaga kerja sebagai
input dan hasilnya merupakan output dapat ditentukan
dengan rumus sebagai berikut:
MP Q Q
EP Karena MP , AP
AP TK TK
Q
TK Q TK
EP
Q TK Q
TK
Produksi dengan Menggunakan Dua Variabel Bebas
Maksudnya yaitu produksi dengan menggunakan dua
varibel bebas, misalnya Tenaga Kerja (TK) dan Modal
(M) atau Modal dan Teknologi atau Tanah dan Tenaga
Kerja, dll.
Variabel yang paling sering dan mudah digunakan
dalam analisis produksi gaya ekonom ortodoks
adalah Tenaga Kerja (TK) dan Modal (M), atau secara
matematis fungsi produksinya ditulis Q=f(TK,M).
Margin dari Tenaga Kerja dan Modal terhadap jumlah
produksi dapat ditentukan dengan:
Q Q
MPTK MPM
TK M
Isoquant
adalah kurva yang menggambarkan
berbagai kombinasi penggunaan dua
macam variabel faktor produksi secara
efisien dengan tingkat teknologi tertentu,
yang menghasilkan tingkat produksi yang
sama artinya setiap terjadi penambahan
input suatu faktor produksi misal tenaga
kerja, maka akan menyebabkan
terjadinya penurunan input lainnya, misal
modal.
Asumsi-asumsi Isoquant:
1. Konveksitas (Convexity) artinya produsen dapat melakukan berbagai
kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi untuk menjaga
agar tingkat produksi tetap. Kesediaan produsen untuk
mengorbankan satu faktor produksi demi menambah penggunaan
faktor produksi yang lain untuk menjaga tingkat produksi agar berada
pada isoquant yang sama disebut dengan Marginal Rate of Technical
Substitution (MRTS).
M
MPTK
A MRTS
MPM
B
Isoquant
0 TK
2. Penurunan Nilai MRTS (Diminishing of MRTS).
MRTS semakin menurun karena produsen
menganggap semakin mahalnya faktor
produksi yang semakin langka atau berlakunya
hukum the law of diminishing return. Dalam
kasus-kasus tertentu nilai MRTS akan konstan
atau nol. MRTS konstan apabila kedua faktor
produksi yang digunakan bersifat substitusi
sempurna (perfect substitution) dan MRTS
akan nol apabila kedua faktor produksi yang
digunakan mempunyai hubungan proporsional
tetap (fixed proportion production function).
MRTS Konstan dan MRTS Nol.
Mesin Mesin
B Q3
C
M2 Q2
B
M1 Q1
C A
Q3
Q2
Q1
0 Tenaga Kerja 0 TK1 TK2 Tenaga Kerja
M
B
Batas Produksi
Ekonomis
(Tahap II)
A
C
0 Tenaga Kerja 0 Tenaga Kerja
Isocost (Kurva Anggaran Produksi)
Isocost adalah kurva yang menggambarkan
berbagai kombinasi penggunaan dua macam
faktor produksi yang memerlukan biaya yang
sama.
Apabila harga dari faktor produksi tenaga kerja
adalah upah (w) dan harga faktor produksi
modal adalah sewa (r), maka kurva Isocost
adalah I = wTK + rM.
Sudut kemiringan kurva Isocost adalah rasio
harga kedua faktor produksi yang digunakan.
Apabila terjadi perubahan harga faktor produksi,
maka kurva Isocost berotasi dan apabila yang
berubah adalah kemampuan anggaran, maka
kurva Isocost bergeser sejajar.
Kurva Anggaran Produksi (Isocost)
Mesin Mesin
I1 I2 I3 I1 I2 I3
0 Tenaga Kerja 0 Tenaga Kerja
C 1.000.000
M 5
2 PM 2100.000
Q TK M Q 800 5 4.000
Kurva
1.000.000 625TK 100.000M
M 1.000.000
TK 0 M 10
100.000
1.000.000
M 0 TK 1600
625
1.000.000=625TK+100.000M
0 800 1600 TK
Keterangan gambar:
Kurva Isocost berada pada titik 10 M dan
1600TK. (Pada saat TK=0, maka M=10, dan
pada saat M=0, maka TK=1600) untuk
persamaan Isocost 1.000.000 = 625TK +
100.000M
Dengan kombinasi penggunaan M=5, dan
TK=800, maka diperoleh optimum produksi
sepatu sebesar 4.000 yang berada pada titik A.
Garis sepanjang Q = TK*M merupakan kurva
Isoquant yaitu kurva yang menunjukkan tingkat
produksi yang sama pada berbagai kombinasi
dua faktor produksi (input) yang digunakan.
Soal Latihan:
Seorang pengusaha baju kaos memiliki total
dana sebesar Rp. 100.000.000,- untuk
melakukan produksi pada tahun ini. Biaya
tenaga kerja per hari adalah Rp. 110.000
dan biaya modal adalah Rp. 1000.000.
Kombinasi faktor iput untuk menghasilkan
optimum produksi adalah Q = TK x M.
Berapakah optimum produksi baju kaos
tersebut? Buatkan kurvanya!
Topik VIII
TEORI BIAYA PRODUKSI
Biaya menurut prinsip ekonomi (Mankiw)
adalah apa yang dikorbankan untuk
mendapatkan sesuatu.
Biaya tidak sama dengan ongkos. Biaya
berhubungan dengan pengeluaran yang
mengharapkan kontraprestasi dari
tujuannya, dan hasilnya biasanya dapat
dinikmati dimasa yang akan datang.
Konsep Biaya
Dari sisi pemanfaatannya biaya dapat
dikelompokkan atas dua macam:
1. Biaya eksplisit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi, dapat juga
diartikan bahwa biaya merupakan fungsi tujuan
perusahaan (C=PTKTK + PMM). Biaya ekplisit biasanya
terlihat dalam laporan keuangan. Contohnya biaya
listrik, telepon dan air, gaji karyawan, dll.
2. Biaya Implisit adalah biaya taksiran terhadap faktor
produksi apabila digunakan. Biaya implisit sering juga
disebut sebagai biaya kesempatan (Opportunity
Cost).
Beberapa yang termasuk kedalam biaya eksplisit
dan implisit:
1. Biaya tenaga kerja yaitu biaya yang harus dikeluarkan
untuk menggunakan tenaga kerja per orang per
satuan waktu. Harga tenaga kerja adalah upah (w).
Menurut ekonom upah tenaga kerja termasuk biaya
eksplisit dengan asumsi bahwa upah yang dibayarkan
adalah sama besar dengan uaph yang diterima
tenaga kerja apabila bekerja ditempat lain.
2. Biaya barang modal. Biaya ekonomi penggunaan
barang modal bukanlah terletak pada berapa besar
uang yang harus dikeluarkan untuk
menggunakannya, tetapi berapa besar pendapatan
yang dapat diperoleh, apabila mesin disewakan
kepada pengusaha lain, sehingga biaya ini disebut
juga dengan biaya implisit.
3. Biaya Kewirausahawanan
Wirausahawan (pengusaha) adalah
orang yang mengkombinasikan berbagai
faktor produksi untuk ditransformasi
menjadi output berupa barang dan jasa
dalam rangka memperoleh laba ekonomi
(economic profit). Untuk mencapai hal
tersebut, setiap pengusaha akan
menanggung risiko kegagalan. Semakin
besar tingkat risiko yang diambil, maka
semakin tinggi harapan untuk
memperoleh laba yang semakin besar.
Produksi, Produktivitas dan Biaya
Keputusan terhadap tingkat produksi selalu
berhubungan dengan tingkat produktivitas faktor-faktor
produksi yang digunakan.
Produktivitas dan biaya mempunyai hubungan yang
terbalik, artinya semakin tinggi tingkat produktivitas,
maka semakin rendah biaya produksi yang harus
dikeluarkan, begitu juga sebaliknya.
Prilaku biaya berhubungan dengan periode produksi,
karena dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap
yang menimbulkan biaya tetap, sementara dalam jangka
panjang semua faktor produksi adalah variabel yang
menimbulkan biaya variabel.
Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah
untuk meningkatkan produktivitasnya jika dibandingkan
dengan dalam jangka pendek.
Biaya Produksi Jangka Pendek
a. Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel
Biaya total (TC) jangka pendek sama dengan
biaya tetap (FC) ditambah biaya variabel (VC).
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada jumlah produksi. Sedangkan
biaya variabel adalah biaya yang besarnya
tergantung pada tingkat produksi, seperti upah
buruh, biaya bahan baku, dll.
TC = FC + VC
Kurva Biaya Total, Tetap dan Variabel
TC
Biaya
VC
FC
0 Kuantitas
AC
AVC
AFC
0 Kuantitas
Keterangan Gambar:
Kurva AFC yang terus menurun menunjukkan bahwa
AFC makin menurun bila produksi ditambah dan kurva
AFC tidak akan pernah menyentuh sumbu horizontal,
karena nila AFC tidak pernah negatif.
Kurva AC mula-mula menurun, lalu naik sepola dengan
kurva AVC. Karena berkaitan dengan hukum LDR.
Kurva AVC mula-mula menurun, selanjutnya menaik dan
terus mendekati kurva AC, namun tidak pernah
bersentuhan. Semakin kecil AFC, maka semakin kecil
jarak antara AVC dengan AC
Pergerakan kurva AVC berkaitan dengan pergerakan
kurva AP (Average Product). Apabila harga per unit
tenaga kerja adalah P, maka AVC = P/AP. Dari
persamaan tersebut akan terlihat bahwa pada saat nilai
AP meningkat, maka nilai AVC akan menurun, begitu
juga sebaliknya.
c. Biaya Marjinal (Marginal Cost) adalah
tambahan biaya sebagai akibat dari
penambahan produksi sebanyak satu unit
output.
TC
MC
Q
TC
MC
Kuantitas 0 Kuantitas
Hubungan antara kurva-kurva biaya
Biaya
MC
AC
AVC
AFC
0 Kuantitas
Keterangan Gambar:
1. Kurva AFC terus menurun berbentuk garis asimptot
pada sumbu vertikal dan horizontal, tapi tidak pernah
menyinggung atau memotong sumbu horizontal.
2. Kurva AVC semula menurun sampai mencapai titik
minimum pada saat AP (produksi rata-rata) maximum,
kemudian menaik mendekati kurva AC, namun tidak
bersentuhan, karena AFC terus menurun.
3. Kurva AC awalnya menurun sampai mencapai titik
minimum, kemudian terus menaik.
4. Kurvs MC pada awalnya menurun hingga mencapai titik
minimum, kemudian naik memotong kurva AVC dan AC
pada saat keduanya mencapai titik minimum. Setelah
itu nilai MC lebih besar dari nilai AC dan AVC.
Contoh Soal:
Q FC VC TC AC AFC AVC MC
0 5000 0
100 5000 15000
200 5000 30000
300 5000 45000
400 5000 55000
500 5000 65000
SAC2 SAC3
C1 LAC
C2
0 X1 X2 X3 Kuantitas
Keterangan:
Dalam jangka pendek perusahaan hanya dapat memilih
satu pabrik saja untuk melakukan kegitan produksi,
tetapi dalam jangka panjang, perusahaan dapat
menambah atau mengurangi jumlah pabrik sesuai
dengan tingkat produksi yang direncanakan.
Kemampuan ini memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi dengan biaya rata-rata yang minimum pada
berbagai tingkat produksi.
Besarnya biaya produksi per unit minimum ditunjukkan
oleh persinggungan kurva LAC dengan kurva-kurva
biaya rata-rata jangka pendek (SAC).
Kurva LAC bisa membentuk garis , karena dalam jangka
panjang diasumsikan pilihan tingkat produksi,
kombinasinya tidak terhingga.
Kurva Biaya Marginal Jangka Panjang
SMC1
Biaya LMC
SAC1 SMC2
SAC2
A
C
LAC
B
0 X1 X2 X3 X4 Kuantitas
Keterangan Gambar:
Tingkat produksi dibawah 0X1 unit
menghasilkan SAC yang lebih besar dari LAC,
sehingga LTC lebih besar dari STC dan SMC
lebih kecil dari LMC.
Pada tingkat produksi 0X2, SAC sama dengan
LAC (titik A), sehingga SMC=LMC (titik B).
Pada tingkat produksi 0X3, SAC lebih besar dari
LAC, sehingga SMC lebih besar dari LMC.
Pada tingkat produksi 0X4, LMC akan
memotong LAC pada saat LAC minimum.
Skala Produksi Ekonomis dan Disekonomis
Skala produksi ekonomis adalah interval tingkat
produksi diamana penambahan output akan
menurunkan biaya produksi per unit jangka
panjang.
Skala produksi disekonomis (tidak ekonomis)
adalahinterval tingkat produksi dimana
penambahan tingkat produksi justru menaikkan
biaya produksi per unit jangka panjang.
Dalam jangka panjang juga berlaku hukum LDR,
sehingga kurva LAC umumnya berbentukhuruf
U.
Kurva Biaya Marginal Jangka Panjang
Biaya
LMC
Ec LAC
o no e
m
ies Sc al
of
of m i es
S ca e c ono
le Dis
A
0 Kuantitas
Beberapa faktor penyebab terjadinya
efisiensi dan inefisiensi jangka panjang
1. Teknologi Produksi
2. Manajemen
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sudut Kemiringan Biaya Rata-Rata Jangka
Panjang (LAC)
Biaya Biaya
LAC LAC
X1 Kuantitas 0 X1 Kuantitas
Gambar A Gambar B
Keterangan Gambar:
Gamabar A menunjukkan sudut kemiringan kurva LAC
mengarah kekanan atas, hal ini terjadi karena terlalu
cepatnya terjadi hukum LDR, sehingga setelah titik X1
perusahaan mengalami skala produksi tidak ekonomis.
Berlaku pada perusahaan yang memiliki fungsi produksi
skala hasil menurun (DRS/Decresing Return of Scale)
Gambar B menunjukka sudut kemiringan kurva LAC
kekiri bawah, hal ini terjadi karena terjadinya hukum
LDR yang sangat lambat, sehingga setelah titik X1
perusahaan mengalami inefisiensi produksi. Artinya
produksi menjadi tidak ekonomis lagi pada saat sudah
sangat besar. Berlaku pada perusahaan yang memiliki
fungsi produksi skala hasil menaik (IRS/Increasing
Return of Scale)
Topik IX
TEORI OPTIMALISASI KEUNTUNGAN
PERUSAHAAN
Keuntungan merupakan salah satu
tujuan akhir dari kegiatan usaha yang
dijalankan oleh suatu perusahaan.
Alasannya adalah:
1. Untuk mempertahankan kelangsungan
usaha dan perusahaan.
2. Untuk Menambah dan memperbesar
kapasitas produksi.
Teori Penerimaan Perusahaan
Penerimaan atau Revenue adalah suatu konsep yang
menghubungkan antara jumlah barang yang diproduksi
dengan harga jual per unitnya.
Secara matematis penerimaan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
R = P x Q atau TR = (P x Q)
Dimana:
R = Revenue
TR = Total Revenue
P = Harga Jual
Q = Unit Barang
Penerimaan berhubungan dengan unit barang
yang dijual. Semakin banyak jumlah barang
yang terjual, maka akan semakin besar
penerimaan, sehingga kurva penerimaan
berupa garis lurus tak hingga.
Secara teoritis penerimaan perusahaan
tergantung pada kondisi pasar yang
dihadapinya. Bila yang dihadapinya adalah
pasar persaingan sempurna, maka besarnya
penerimaan sangat bergantung pada jumlah
barang yang dijual (elastis sempurna) atau
tingkat harga (inelastis sempurna).
Sedangkan pada kondisi monopoli, penerimaan
tergantung pada tingkat harga dan jumlah yang
terjual
Macam-Macam Penerimaan pada berbagai Jumlah Q
dan Tingkat P
P
R1 (P1*Q1)
D1
R2 (P2*Q2)
R3 (P3*Q3)
P1 D2
R4
R1 R2
D3
R3
0 Q1 Q2 Q3 Q
Keterangan Gambar:
Pada saat jumlah yang dijual adalah 0, maka
penerimaan juga 0, berapapun tingkat harga.
Perusahaan akan mendapatkan penerimaan
sebesar R1, apabila menjual sebanyak Q1 pada
tingkat harga P1, kemudian meningkat menadi
R2, bila jumlah yang dijual Q2 dan menjadi R3,
bila jumlah yang dijual Q3.
Kurva D1 merupakan kurva permintaan yang
bersifat inelastis sempurna dan kurva D2
merupakan kurva permintaan yang bersifat
elastis sempurna, sedangkan kurva D3
merupakan kurva permintaan pada kondisi
monopoli.
Kurva Permintaan, elastic demand curve,
dan inelastic demand curve.
P P
Inelastic
Demand Curve
P1 A Elastic Demand
P1 Curve
a
P2
P2 B
b
b c D a
0 Q1 Q2 Q 0 Q1 Q2 Q
Keterangan Gambar:
Pada kurva permintaan yang inelastis, penerimaan R1 = P1
x Q1 = a + b, sedangkan R2 = P2 x Q2 = b + c, dimana a =
b, tetapi a>c, sehingga R1>R2. Artinya penerimaan
perusahaan akan semakin kecil apabila perusahaan
menurunkan harga jual produknya, meskipun jumlah
permintaan bertambah.
Pada kurva permintaan yang elastis, R1 = P1 x Q1 = ruang
garis panah a, sedangkan R2 = P2 x Q2 = ruang garis panah
b. Secara grafis P1P2 < Q1Q2, sehingga R1<R2. Artinya
penerimaan perusahaan akan semakin meningkat, apabila
perusahaan menurunkan harga jual produk yang bersifat
elastis.
Besar kecilnya penerimaan perusahaan juga dipengaruhi
oleh jenis barang yang dijual. Apabila jenis barangnya
adalah barang normal, maka penerimaan tergantung pada
derajat elastisitas permintaan, sedangkan bila jenis barang
yang dijual adalah barang inferior, maka penurunan harga
jual perusahaan tidak akan menambah penerimaan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
perusahaan untuk meningkatkan penerimaannya,
yaitu:
1. Tingkat elastisitas permintaan atas produk yang dijual
(dalam jangka pendek lebih baik)
2. Tingkat ketertarikan konsumen terhadap produk yang
sedang dipromosikan. Semakin banyak permintaannya,
maka semakin besar harapan untuk memperoleh
penerimaan yang lebih besar melalui kenaikan harga
jualnya.
3. Margin jual terhadap penerimaan (R/ P). Apabila
(R/ P) relatif besar (diatas 1), maka upaya
untuk menaikkan harga jual relatif lebih baik
untuk meningkatkan penerimaan, tetapi tetap
harus memperhatikan sisi daya tarik permintaan
barang.
Menentukan tingkat penerimaan maksimum
Secara teorities, karena R = P x Q, terkait
dengan permintaan yang terjadi yang mengacu
pada hukum permintaan, maka
Qd = f(P), maka R = P x Qd dan
Pd = f(P), maka R = Pd x Q
Contoh:
Apabila diketahui fungsi permintaan adalah:
Qd = 20 2P. Berapakah tingkat penerimaan
maksimum perusahaan?
Jawab:
R = P x Qd
R = P (20 2P)
R = 20P 2P2
R/ P = 20 4P = 0, maka P = 5
Qd = 20 2P = 20 2(5) = 10
R = P x Qd = 5 x 10 = 50
Jadi penerimaan maksimum perusahaan
adalah sebesar 50, dengan permintaan
sebanyak 10 unit dan margin penjualan
terhadap harga sebesar 2, pada tingkat
harga 5.
Sebuah perusahaan memiliki fungsi
permintaan untuk barang X, Y dan Z
sebagai berikut:
Qx = 30 3P
Qy = 50 5P
Qz = 20 4P
Hitunglah berapa harga jual dari masing-
masing barang X, Y dan Z, agar penerimaan
perusahaan ABC dari masing-masing
penjualannya maksimum?
Pendekatan Penghitungan Laba Maksimum
1. Pendekatan Totalitas (Totality Approach)
Pendekatan Totalitas membandingan pendapatan total (TR)
dan biaya total (TC)
TR = Q x P
Q = Jumlah unit output yang terjual
P = Harga output per unit
TC = FC + VC
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel
Dalam pendekatan totalitas, biaya variabel per unit
output dianggap konstan sehingga :
VC = v.Q
dimana v = Biaya variabel per unit
Dengan demikian,
= P . Q ( FC + vQ )
Implikasi dari pendekatan totalitas adalah
perusahaan menempuh strategi penjualan
maksimum,semakin besar penjualan semakin
besar laba yang diperoleh.
Titik impas tercapai pada saat =0, sehingga
Q* = FC/(P-v)
Contoh:
Ibu Ani ingin membuka usaha permen. Jumlah
permintaan potensialnya diperkirakan mencapai
1000 orang per hari. Untuk mewujudkan rencana
tersebut, dia membeli alat-alat produksi dan mesin
cetak sederhana sebesar 5 juta. Biaya produksi
per unit adalah 250 dan harga jual adalah 500.
Apakah rencana tersebut layak untuk
dilaksanakan?
Untuk mencapai titik impas, jumlah output yang
harus terjual adalah
Q* = 5.000.000/(500 250) = 20.000 permen
Kurva TR dan TC (Pendekatan Totalitas)
Rp
TR = PQ
TC = FC + VC
TR = TC Titik Impas
(BEP)
VC = vQ
FC
0 Q* Kuantitas
Keterangan Gambar:
Pada awalnya perusahaan mengalami kerugian
yang terlihat dari kurva TR yang masih berada
dibawah kurva TC.
Pada saat output ditambah, kerugian makin kecil,
terlihat dari semakin kecilnya jarak antara kurva TR
dengan kurva TC.
Pada saat jumlah output mencapai Q*, kurva TR
berpotongan dengan kurva TC yang berarti bahwa
pendapatan total sama dengan biaya total. Titik ini
disebut dengan titik impas (break event point/BEP).
Perusahaan terus mengalami peningkatan
keuntungan pada saat kurva TR berada diatas
kurva TC.
Beberapa kelemahan dari pendekatan
totalitas :
Sulit membedakan FC dengan VC, misal
listrik yang digunakan oleh perusahaan,
ada yang untuk pabrik (variabel cost) dan
ada yang untuk kantor (dapat menjadi
fixed cost)
Mengabaikan gejala penurunan
pertambahan hasil (LDR) sehingga hanya
dapat digunakan pada usaha yang relatif
sederhana dan skala produksi yang kecil.
2. Pendekatan Rata Rata (Average Approach)
Dalam pendekatan ini,perhitungan laba per unit
dilakukan dengan membandingkan biaya
produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output
(P). Laba total adalah laba per unit dikalikan
dengan jumlah output yang terjual.
= ( P AC ) . Q
Dari persamaan ini, perusahaan akan mencapai
laba jika P lebih tinggi dari AC dan impas bila P
= AC
Implikasi pendekatan ini adalah perusahaan
atau unit usaha harus menjual sebanyak-
banyaknya agar laba makin besar.
Pendekatan ini mengabaikan gejala
pertambahan hasil yang semakin menurun
(LDR)
Contoh soal:
Sebuah perusahaan berencana untuk
menanam singkong dengan hasil yang
dicapai diperkirakan sekitar 25 ton per
hektar. Biaya persiapan lahan 500 ribu per
hektar, biaya penanaman dan perawatan 1
juta per hektar, dan biaya panen 10 per kg.
harga jual 150 per kg. Apabila perusahaan
menargetkan keuntungan sebesar 1 milyar,
pada musim tanam mendatang, berapa
hektar yang harus ditanam?
Biaya rata-rata persiapan, penanaman dan
perawatan per kg adalah 1,5 juta dibagi 25 ton yaitu
60 per kg, sehingga total biaya rata-rata adalah 60
+ 10 = 70.
= ( P AC ) . Q
1.000.000.000 = (150-70).Q
Q = 1.000.000.000/80
Q = 12.500.000 Kg atau 12.500 ton
Karena per hektar menghasilkan 25 ton,
maka jumlah yang harus ditanam adalah
12.500/25 = 500 hektar.
3. Pendekatan Marjinal (Marginal Approach)
Dalam pendekatan ini, perhitungan laba dilakukan
dengan membandingkan biaya marginal (MC)
dan pendapatan marginal (MR).
Laba maksimum tercapai pada saat MR = MC
TR TC
0
Q Q Q
MR MC 0
Q
Maksimum, atau
MR = MC kerugian minimum
Pada saat MR>MC, maka penambahan
output akan mendorong peningkatan
laba/keuntungan.
Pada saat MR<MC, maka penambahan
output akan menurunkan laba/keuntungan
Pada saat MR=MC, maka perusahaan
akan mencapai laba maksimum
Elastisitas Keuntungan
Elastisitas keuntungan adalah merupakan suatu
angka pengganda laba/keuntungan perusahaan
terkait dengan jumlah produksi yang dihasilkan.
Dalam ilmu manajemen keuangan, elastisitas
keuntungan sering disebut dengan Degree
Operating Leverage (DOL) yang mengukur
besarnya persentase perubahan tingkat
keuntungan sebelum bunga dan pajak (EBIT)
terhadap persentase perubahan jumlah
produksi
Secara matematis:
% Q EBIT Q
E
%Q Q Q EBIT
Dimana:
E = Elastisitas keuntungan = DOL
= EBIT = Laba (operasi)
Contoh:
Pada tahun 2010, tingkat produksi perusahaan adalah 100
unit dengan laba sebesar 5 juta. Pada tahun 2011, produksi
ditingkatkan menjadi 500 unit, dan laba meningkat menjadi
30 juta. Berapakah nilai elastisitas keuntungan perusahaan
terhadap produksi?
Jawab:
C P
D S
MC
AC P=AR=MR=Demand
0 Q 0 Q 0
Keterangan Gambar:
Permintaan pasar pada dasarnya adalah
permintaan berdasarkan harga keseimbangan
pasar dan harga ini seharusnya dapat membuat
perusahaan mendapatkan keuntungan yang
cukup.
Selama kondisi ceteris paribus tetap berlaku
harga, maka harga tidak akan berubah,
berapapun jumlah yang ditawarkan dan diminta.
Keuntungan perusahaan bergantung pada besar
kecilnya total pendapatan (TR) dibandingkan
dengan besar kecilnya total biaya (TC), namun
sifatnya hanya jangka pendek, dan dalam
jangka panjang belum tentu berlaku.
Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Pendek
Untuk bisa bertahan ada dua syarat yang harus dipenuhi:
1. Perusahaan sebaiknya hanya berproduksi (paling tidak)
pada saat biaya variabel (VC) sama dengan penerimaan
total (TR), atau biaya variabel rata-rata (AVC) sama dengan
harga (P). Pada kondisi ini perusahaan hanya menanggung
kerugian biaya tetap (FC). Namun apabila AVC lebih besar
dari harga (P<AVC), maka perusahaan tidak dapat
menutupi beban biaya tetap (FC), sebaiknya kegiatan
produksi dihentikan.
2. Apabila perusahaan melakukan kegiatan produksi pada
saat MR=MC, kondisi terbaiknya perusahaan akan
memperoleh laba, dan kondisi terburuknya maka
perusahaan hanya akan mengalami kerugian minimum
(minimum loss)
Keseimbangan Jangka Pendek
Perusahaan Dalam Pasar Persaingan Sempurna
Rp
MC
E D=AR=MR=P
P
Laba AC
A B
0 Q1 Q* Q2 Kuantitas
MR>MC MR<MC
MR=MC
Keterangan Gambar:
MR=MC (titik E) tercapai pada saat output sejumlah Q*,
karena biaya rata-rata (AC) lebih kecil dari harga, maka
dari setiap unit output perusahaan akan memperoleh
laba sebesar BE per unit (laba maksimum).
APBE merupakan laba total perusahaan atau sama
dengan Q* x BE.
Pada saat output lebih kecil dari Q* (berada pada Q1),
penerimaan marjinal (MR=P) lebih besar dari biaya
marjinal, maka akan menguntungkan bagi perusahaan
jika menambah output.
Sebaliknya pada saat output lebih besar dari Q* (berada
pada Q2), MC>MR, maka penambahan output hanya
akan mengurangi laba.
Keseimbangan Jangka Pendek
Perusahaan Dalam Kondisi Impas
Rp
MC
AC
D=AR=MR=P
P
0 Q* Kuantitas
Keterangan Gambar:
Kondisi impas terjadi pada saat biaya rata-
rata sama dengan harga (AC = P). Artinya
laba per unit yang diperoleh oleh
perusahaan adalah sama dengan nol.
Pada kondisi ini MC = AC = AR = MR = P
Kondisi ini dalam pasar persaingan
sempurna disebut juga dengan laba
normal (normal profit)
Keseimbangan Jangka Pendek
Perusahaan Dalam Kondisi Rugi Minimum
Rp
MC
AC
K F
A E
Rugi
P D=AR=MR=P
C B
0 Q1 Q* Q2 Q3 Kuantitas
Keterangan Gambar:
Pada saat MC = MR, maka perusahaan akan
mengalami kerugian sebesar BE per unit,
sehingga kerugian total adalah sebesar PAEB
yang merupakan kerugian minimum (minimum
loss).
Apabila perusahaan berproduksi kurang dari Q*
(berada pada Q1), maka kerugian perusahaan
per unit menjadi lebih besar (CF>BE) atau
totalnya menjadi PKFC.
Namun apabila ouput perusahaan lebih besar
dari Q* (bila berproduksi pada Q2 atau Q3)
kerugian per unit bisa menjadi lebih kecil, tetapi
tetap lebih besar dari pada berproduksi pada Q*.
Dalam Jangka pendek, suatu perusahaan yang
berada dalam kondisi persaingan sempurna akan
menutup usahanya apabila terjadi:
1. TR<AVC, artinya total penerimaan perusahaan lebih
kecil dari pada biaya variabel rata-rata yang
dikeluarkan dalam melakukan proses produksi.
2. TR/Q<VC/Q, artinya rata-rata penerimaan perusahaan
lebih kecil dari pada rata-rata biaya variabelnya.
3. P<AVC, artinya harga produk yang dijual dipasar lebih
kecil dari rata-rata biaya variabelnya.
Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka
Panjang
Untuk bisa bertahan, ada empat syarat yang harus
dipenuhi:
1. Perusahaan harus bekerja sebaik mungkin (doing
as well as possible), agar perusahaan mencapai
keadaan yang paling optimal. Secara matematis
hal ini berarti perusahaan berproduksi sampai
dengan MR=MC dan pada saat itu biaya marginal
jangka pendek sama dengan biaya marginal
jangka panjang (SMC=LMC).
2. Perusahaan tidak mengalami kerugian, agar dapat
mengganti barang modal yang digunakan dalam
proses produksi. Oleh karena itu biaya rata-rata
jangka pendek harus sama dengan harga jual.
3. Tidak ada insentif bagi perusahaan untuk
masuk-keluar, karena laba nol (zero economic
profit). Laba nol disebut juga dengan laba
normal yaitu tingkat laba yang memberikan
tingkat pengembalian yang sama, jika uang
dan faktor produksi lain dialokasikan pada
kegiatan alternatif. Jika laba lebih besar dari
nol, maka akan ada perusahaan yang tertarik
untuk masuk ke dalam pasar. Sebaliknya jika
laba lebih kecil dari nol, maka akan mendorong
perusahaan untuk keluar dari pasar.
4. Perusahaan tidak dapat menambah laba lagi,
meskipun dengan cara memperbesar skala
produksi, karena sudah berproduksi pada titik
minimum kurva biaya rata-rata jangka panjang
(minimum LAC), pada saat SAC = LAC.
Kesimbangan dalam jangka panjang
Perusahaan dalam pasar persaingan sempurna
Rp Rp
S2 SMC LMC
S0
P2 LAC
SAC
S1 E
P0 P0
P1 P1
0 Q2 Q0 Q1 Kuantitas 0 Q* Kuantitas
Industri Perusahaan
Keterangan Gambar:
Keseimbangan industri jangka panjang berada pada titik E0.
Keseimbangan perusahaan berada pada titik E dengan
output sebesar Q*.
Jika ada perusahaan yang masuk kedalam industri, maka
kurva penawaran akan bergeser kekanan dan titik
keseimbangan baru berada pada E1. Namun pada kondisi
ini kemungkinan akan ada perusahaan yang tidak mampu
bertahan,sehingga keluar dari industri yang dapat
menyebabkan kurva penawaran bergeser ke titik S2 dengan
keseimbanga baru berada pada E2.
Kondisi tersebut menguntungkan bagi perusahaan secara
individu, karena perusahaan memperoleh laba super normal
(P2>AC), sehingga menarik perusahaan-perusahaan lain
untuk masuk ke dalam industri.
Gerakan keluar masuk perusahaan akan berhenti pada saat
titik keseimbangan kembali berada pada titik E, sehingga
perusahaan dalam industri hanya menikmati laba normal.
Secara teoritis, dalam jangka panjang perusahaan
akan keluar dari persaingan apabila:
1. TR<TC, artinya apabila perusahaan mengalami
kerugian secara terus menerus, maka langkah yang
paling tepat adalah keluar dari persaingan.
2. TR/Q<TC/Q, artinya penerimaan rata-rata masih lebih
kecil dari biaya rata-rata, maka sebaiknya perusahaan
keluar dari pasar.
3. AR=P<AC, apabila penerimaan rata-rata sama
dengan harga jual yang berlaku dipasar, dan lebih
kecil dari biaya rata-rata yang dikeluarkan, maka
sebaiknya perusahaan keluar dari pasar.
Pajak dalam pasar persaingan sempurna
Penetapan pajak oleh pemerintah terhadap
perusahaan tidak akan mempengaruhi harga,
tetapi hanya akan menambah biaya
perusahaan, sehingga dapat mengurangi
keuntungan perusahaan.
Untuk perusahaan yang mengalami kerugian
karena adanya pajak, padahal dari sisi bisnis
menguntungkan (P>AC), maka pemerintah tidak
seharusnya mengenakan pajak atau pajak
dibebankan dalam bentuk persentase dari
jumlah keuntungan perusahaan.
kekuatan dari adanya pasar persaingan
sempurna.
1. Penggunaan sumber daya (faktor produksi)
harus seefisien mungkin.
2. Kebebasan bertindak dan memilih.
3. Harga jual barang dan atau jasa adalah yang
termurah.
4. Bagi masyarakat (konsumen) terdapat
jaminan dalam mengkonsumsi.
5. Konsumen akan mendapatkan layanan pra
dan purna jual yng memuaskan.
kelemahan dari pasar persaingan
sempurna
1. Tidak mendorong adanya inovasi
(pengembangan teknologi).
2. Terbatasnya pilihan konsumen karena produk
yang dijual sama (homogen).
3. Asumsi
Topik XI
PASAR MONOPOLI
Rp Rp
Penurunan TR
karena penurunan
harga
P1
A Penambahan TR
karena penurunan
P2
harga
P3 Permintaan
B Industri =
Permintaan
P4 Perusahaan
MR D
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Kuantitas 0 Kuantitas
(a) (b)
Keterangan Gambar:
Penurunan harga dari P1 menjadi P2
menyebabkan output meningkat dari Q1
menjadi Q2.
Penurunan harga jual menyebabkan TR
berkurang seluas area A, peningkatan
output menambah TR seluas area B,
sehingga MR = -A+B, yang nilainya lebih
kecil dari harga (MR<P).
Dalam pasar monopoli, besarnya TR sangat
tergantung pada besarnya elastisitas harga:
1. Jika elastisitas harga lebih besar dari 1 (elastis), untuk
menambah output sebesar 1%, maka harga harus
diturunkan kurang dari 1%, akibatnya TR akan naik
yang menyebabkan MR menjadi positif.
2. Jika elastisitas harga sama dengan 1 (uniter elastis),
untuk meningkatkan output sebesar 1%, maka harga
harus diturunkan sebesar 1% juga. Artinya TR tidak
bertambah dan MR=0.
3. Jika elastisitas harga lebih kecil dari 1 (inelastis), untuk
meningkatkan output sebesar 1%, harga harus
diturunkanlebih dari 1%. Akibatnya adalah TR turun
dan MR<0 (negatif).
Hubungan TR dan MR dalam Perusahaan Monopoli
Rp
Ep>1
Ep=1
Ep<1
MR D
0 Q* Kuantitas
TR
0 Q* Kuantitas
Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka
Pendek
Untuk dapat mencapai laba maksimum, perusahaan
monopoli harus menyamakan MR dengan MC
(MR=MC), sebagaimana yang juga terjadi dalam
pasar persaingan sempurna.
Laba perusahaan belum maksimum pada saat
MR>MC, dan laba akan berkurang pada saat
MR<MC.
Keseimbangan Jangka Pendek
Dalam Perusahaan Monopoli
Rp
MC
B AC
P*
A
C
MR D
0 Q1 Q* Q2 Kuantitas
MR>MC MR<MC
MR=MC
Keterangan Gambar:
Laba maksimum tercapai pada saat output
sebesar Q* dan harga sebesar P*, dimana
MR=MC.
Besarnya laba yang diperoleh yaitu seluas
bidang AP*BC, karena TR=0P*BQ*, sedangkan
TC=0A*CQ.
Jika output kecil dari Q*, maka laba belum
maksimum (MR>MC), sebaliknya jika output
lebih besar dari Q*, maka laba akan berkurang,
karena MR<MC.
Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka
Panjang
Perusahaan monopoli tidak akan mengalami
masalah besar dengan keseimbangan jangka
panjang, apabila selama dalam jangka pendek
memperoleh laba maksimum.
Keseimbangan dalam jangka panjang akan
menjadi masalah apabila selama jangka
pendek perusahaan mengalami kerugian. Jika
ingin mempertahankan eksistensinya dalam
jangka panjang, perusahaan harus berupaya
mencapai laba, dimana AC<P
Daya monopoli
adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan
eksploitasi pasar dalam rangka mencapai laba
maksimum dengan kemampuan yang dimiliki untuk
mengatur jumlah output dan harga.
Abba lerner mengukur kemampuan perusahaan dengan
menghitung angka indeks yang dikenal sebagai indeks
lerner
( P MC )
L=
P
Dimana:
L = indeks Lerner
P = Harga output
MC = Biaya marjinal
Besarnya indeks Lerner dipengaruhi:
Elastisitas harga permintaan
Semakin elastis permintaan, semakin besar
daya monopoli (nilai L)
Jumlah perusahaan dalam pasar
Semakin sedikit jumlah perusahaan, maka
semakin besar daya monopoli.
Interaksi antar perusahaan
Semakin tinggi tingkat interaksi antar
perusahaan, maka akan semakin besar daya
monopoli.
Monopoli Alamiah (Natural Monopoly)
Sebuah perusahaan yang memiliki daya
monopoli alamiah disebut sebagai
monopolis alamiah.
Ciri-cirinya; memiliki kurva biaya rata-rata
(AC) jangka panjang yang menurun
(nrgative slope), memiliki kurva biaya
marginal yang menurun dan berada
dibawah kurva AC, perusahaan memiliki
tingkat efisiensi yang tinggi, apabila skala
produksi diperbesar.
Kurva AC dan MC Perusahaan Monopoli Alamiah
Dalam Jangka Panjang
Rp
B Laba Super
P*
normal
A
AC
MC
MR D
0 Q* Kuantitas
Keterangan Gambar:
Dari kurva terlihat bahwa kurva MC berada dibawah
kurva AC.
Selisih harga jual dengan biaya marginal juga besar, hal
ini terlihat dari titik perpotongan antara kurva MC dengan
MR (titik A) berada jauh dari harga jual (titik B).
Perusahaan akan memperoleh laba supernormal pada
saat berproduksi pada Q* dan harga P*.
Perusahaan akan dapat mempertahankan kondisi ini
dalam jangka panjang, apabila mampu meningkatkan
efisiensi melalui pengembangan teknologi, manajemen
dan sumber daya manusia.
Biaya Sosial Monopoli (Social Cost of
Monopoly)
Beberapa kerugian yang dialami oleh masyarakat
(biaya sosial) dari adanya monopoli:
1. Hilang atau berkurangnya tingkat kesejahteraan
konsumen (dead weight loss).
2. Memburuknya kondisi makro ekonomi nasional
3. Memburuknya kondisi perekonomian internasional.
Pengaturan Perusahaan Monopoli dan Masalahnya
1. Membuat undang-undang anti monopoli (anti-trust law)
yang bertujuan untuk membatasi dan mengatur
kemampuan perusahaan untuk memiliki daya monopoli
yang besar.
2. Pengaturan harga (price regulation) yaitu suatu
kebijakan untuk menetapkan harga maksimum (ceiling
price) bagi perusahaan monopoli. Tujuannya adalah
membatasi prilaku eksploitasi keuntungan dengan
kecenderungan berproduksi dalam jumlah yang sedikit
dan pada harga jual yang lebih tinggi.
3. Pajak (taxation). Pajak menimbulkan dilema, karena
dapat meningkatkan harga jual, namun dalam pasar
monopoli peningkatannya masih lebih rendah dari
pajak yang dibebankan. Fungsi pajak adalah untuk
mengarahkan alokasi sumber daya agar semakin
efisien.
Aspek Positif Monopoli
1. Monopoli, efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.
Kemampuannya mengakumulasikan laba
supernormal dalam jangka panjang dapat
mendorong perusahaan untuk meningkatkan R
& D, sehingga lebih inovatif dan semakin
efisien. Pengelolaan monopoli yang baik dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Monopoli dan efisiensi pengadaan barang
publik.
Penyediaan barang publik menjadi efisien jika
dilakukan dalam skala besar, sehingga
perusahaan yang menjalankannya
mendapatkan hak monopoli (legal monopoly).
3. Monopoli dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Monopoli dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat apabila dikelola dengan baik,
misalnya kebijakan diskriminasi harga
memungkinkan masyarakat kelas bawah
menganggap rekreasi sebagai barang mewah,
sehingga menikmatinya pada saat-saat
tertentu saja dengan hargayang lebih murah.
Kebijakan harga dua tingkat memungkinkan
dilakukannya peningkatan output melalui
subsidi silang.
Topik XII
PASAR PERSAINGAN MONOPOLISTIK
D monopoli = D Industri
0 Kualitas
3. Bebas masuk dan keluar (free entry and
exit). Laba supernormal yang dinikmati
oleh perusahaan yang ada (existing firm)
mengundang perusahaan pendatang
untuk masuk kedalam industri tersebut.
Ciri-ciri pasar persaingan monopolistik
1. Terdapat banyak penjual di pasar
2. Barang yang di produksi dan diperjual
belikan berbeda corak (ukuran, mutu
dan satuan harga)
3. Perusahaan memiliki sedikit kekuatan
untuk mempengaruhi harga.
4. Mudah keluar masuk pasar.
5. Persaingan promosi penjualan sangat
aktif dilakukan oleh perusahaan.
Salah satu bentuk kegiatan promosi yang
dilakukan adalah melalui iklan. Tujuannya
adalah:
1. Untuk memperkenalkan produk yang
diproduksi oleh produsen kepada konsumen.
2. Untuk menekankan bahwa barang yang
dihasilkan merupakan barang yang sangat
baik.
3. Untuk memelihara hubungan baik dengan
para konsumen
Dampak positif dari iklan:
1. Membantu konsumen untuk membuat
keputusan yang lebih baik dalam
menentukan jenis-jenis barang yang
akan dibelinya.
2. Membantu perusahaan untuk lebih giat
dalam memperbaiki mutu suatu produk.
3. Membantu membiayai perusahaan-
perusahaan komunikasi seperti radio,
televisi, surat kabar, majalah, dll.
4. Dapat meningkatkan kesempatan kerja.
Dampak negatif dari iklan:
1. Promosi melalui iklan merupakan suatu
penghamburan, karena dapat meningkatkan
biaya produksi per unit.
2. Iklan tidak selalu memberikan informasi yang
sebenarnya.
3. Ikalan bukanlah cara yang efektif untuk
menambah jumlah pekerjaan dalam
perekonomian.
4. Iklan dapat menjadi penghambat bagi
perusahaan-perusahaan baru untuk masuk
kedalam industri.
Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka
Pendek
Dalam jangka pendek perusahaan dapat
menikmati laba supernormal.
Keseimbangan jangka pendek perusahaan
tercapai pada saat MR = MC
Kondisi keseimbangan perusahaan yang
bergerak dalam pasar persaingan monopolistik
sama dengan perusahaan yang bergerak
dalam pasar monopoli.
Keseimbangan Jangka Pendek
Dalam Pasar Persaingan Monopolistik
Rp
MC
AC
P* B
A C
E
D
MR
0 Q* Kuantitas
Keterangan Gambar:
Dari kurva terlihat bahwa kurva MC berada dibawah
kurva AC.
Selisih harga jual dengan biaya marginal juga besar, hal
ini terlihat dari titik perpotongan antara kurva MC dengan
MR (titik A) berada jauh dari harga jual (titik B).
Perusahaan akan memperoleh laba supernormal pada
saat berproduksi pada Q* dan harga P*.
Perusahaan akan dapat mempertahankan kondisi ini
dalam jangka panjang, apabila mampu meningkatkan
efisiensi melalui pengembangan teknologi, manajemen
dan sumber daya manusia.
Keterangan Gambar:
Perusahaan mencapai laba maksimum pada
saat MR = MC pada titik E, dimana harga jual
lebih besar dari biaya marjinal (P>MC)
Meskipun harga lebih besar dari biaya marjinal,
kemampuan perusahaan untuk melakukan
eksploitasi laba relatif terbatas, karena kurva
permintaan (D) yang dihadapi sangat landai.
Laba supernormal yang dinikmati perusahaan
adalah sebesar AP*BC, pada tingkat harga P*
dan jumlah output yang diproduksi Q*.
Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka
Panjang
Laba supernormal yang dinikmati oleh
perusahaan mengundang perusahaan lain
untuk memasuki industri. Ada dua
kemungkinan yang muncul:
1. Pelanggan makin setia, sehingga kurva
permintaan jangka panjang lebih curam dari
jangka pendek.
2. Pelanggan memiliki pilihan, sehingga kurva
permintaan jangka panjang lebih landai dari
jangka pendek.
Keseimbangan Jangka Panjang
Rp Rp
MC
MC
B
A P AC
P
AC
D
Permintaan Permintaan
Jangka Pendek Jangka
Pendek
D
MR MR
0 Q* Kuantitas 0 Q* Kuantitas
pelanggan makin setia pelanggan memiliki pilihan
Keterangan Gambar:
Dalam jangka panjang, perusahaan hanya
dapat bertahan, apabila menikmati laba
normal (pada saat P = AC).
Keseimbangan harga sama dengan biaya
rata-rata (P = AC) tercapai pada titik A
atau B
Penyebab pasar persaingan monopolistik
tidak bisa lebih efisien dari pasar persaingan
sempurna:
1. Harga jual lebih besar dari biaya marginal
(P>MC).
2. Kapasitas berlebih (Exess Capacity)
Excess Capacity
Pada Pasar Persaingan Monopolistik
Rp
MC
Total Kesejahteraan
yang hilang
AC
P*
A
MR
0 Qa Qb Kuantitas
Keterangan Gambar:
Titik A bukan merupakan titik terendah kurva
biaya rata-rata (AC), artinya perusahaan tidak
berproduksi pada tingkat yang paling efisien
dalam jangka panjang.
Agar dapat berproduksi pada tingkat AC yang
lebih rendah, maka output harus ditambah
samapi jumlah Qb.
Penambahan output dari Qa ke Qb dapat
menurunkan laba perusahaan (bahkan rugi),
karena penerimaan marjinal lebih kecil dari
biaya marjinal (MR<MC). Kondisi ini juga
menimbulkan kelebihan kapasitas produksi.
Pada dasarnya pasar persaingan
monopolistik tidak perlu diatur, karena:
1. Daya monopolinya relatif kecil, sehingga
kesejahteraan yang hilang juga relatif kecil.
2. Permintaannya yang sangat elastis,
menyebabkan kelebihan kapasitas produksi
juga relatif kecil.
3. Ketidakefisienan yang dihasilkan perusahaan
yang beroperasi diimbangi dengan kepuasan
konsumen, karena beragamnya jenis produk,
adanya peningkatan kualitas dan
meningkatnya kebebasan konsumen dalam
memilih output.
Topik XIII
PASAR PERSAINGAN OLIGOPOLI
Pasar Oligopoli adalah pasar yang terdiri
dari hanya beberapa penjual atau hanya
sedikit perusahaan (produsen).
Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan
memiliki kekuatan cukup besar dalam
mempengaruhi harga pasar dan prilaku
setiap perusahaan akan mempengaruhi
prilaku perusahaan lainnya, sehingga
kondisi pasarnya sering juga dikatakan
mendekati pasar monopoli.
Ciri-Ciri/Karakteristik Pasar Oligopoli:
1. Hanya sedikit perusahaan/penjual di
pasar.
2. Produk yang dihasilkan homogen atau
terdiferensiasi.
3. Pengambilan keputusan yang saling
mempengaruhi.
4. Kompetisi non harga.
Dua Kondisi Usaha Dalam Pasar Oligopoli:
1. Oligopoli dengan kesepakatan (Collusive)
Kesepakatan yang terjadi pada dasarnya menyangkut harga
dan jumlah produksi. Kesepakatan ini sering juga disebut
sebagai kolusi atau kartel yang bertujuan untuk menghindari
perang harga antar perusahaan yang dapat menimbulkan
kerugian bagi masing-masing perusahaan pada kondisi
tertentu. Misalnya kesepakatan harga dan jumlah produksi
pada OPEC.
Besarnya jumlah produksi dan tingkat harga yang optimal dari
masing-masing perusahaan adalah pada saat biaya
marjinalnya sama dengan penerimaan marjinalnya (MC= MR).
Misalnya dalam pasar hanya terdapat dua perusahaan, maka
MC1=MC2=MC=MR dan besarnya tingkat keuntungan masing-
masing perusahaan adalah sama dengan pasar monopoli yaitu
= R-C.
Contoh:
Perusahaan A dan B sepakat untuk memproduksi
dalam jumlah dan harga jual yang sama. Dari
penelitian yang dilakukan oleh kedua perusahaan
tersebut diketahui bahwa permintaan efektif
dipasar (fungsi permintaan) adalah P = 60 - 1,2Q,
struktur biaya pada perusahaan A adalah CA =
5Q1, dan perusahaan B adalah CB = 0,25Q22,
tentukanlah berapa jumlah unit yang harus
diproduksi bersama dan tingkat harganya, tingkat
keuntungan bersama dan keuntungan masing-
masing perusahaan.
R=PxQ
P = 60 1,2Q
R = (60 1,2Q)Q, R = 60Q 1,2Q2
MR = R/Q, MR = 60 2,4Q
CA = 5Q1, maka MCA = 5
CB = 0,25Q22, maka MCB = 0,5Q2
Optimalisasi jumlah produksi dan tingkat harga adalah:
MR=MC
60 2,4(Q1 + Q2) = 5 = 0,5Q2
Q2 = (5/0,5) = 10
60 2,4(Q1 + 10) = 5
60 2,4Q1 24 5 = 0
2,4Q1 = 31
Q1 = 12,9
Q = Q1 + Q2 = 12,9 + 10 = 22,9 ( Total Produksi bersama)
Tingkat Keuntungan Bersama:
= TR TC, sehingga:
= 60Q 1,2Q2 5Q1 0,25Q22
= 60(22,9) 1,2 (22,9)2 5(12,9)
0,25(10)2
= 655,21
Tingkat Harga Bersama:
P = 60 1,2(22,9)
P = 60 27,48
P = 32,52
Keuntungan Masing-Masing Perusahaan:
Perusahaan A:
Q1 = Q A
A = P x Q A C A
A = 419,51 64,5 = 355,01
Perusahaan B:
Q2 = Q B
B = P x Q B C B
B = 32,52(10) 0,25 (10)2
B = 325,2 - 25
B = 300,2
Dari hasil perhitungan, terlihat bahwa jumlah produksi
masing-masing perusahaan ditetapkan berdasarkan struktur
biaya.
Latihan Soal
Di Negara M terdapat dua perusahaan penghasil
sepeda gunung, yaitu PT. Maju Jaya dan PT.
Bersaudara. Kedua perusahaan ini sepakat untuk
melakukan kesepakatan (collusive), Dari penelitian
yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut
diketahui bahwa permintaan efektif dipasar (fungsi
permintaan) adalah P = 90 0.8Q, struktur biaya
pada PT. Maju Jaya adalah C = 8Q1 dan PT.
Bersaudara adalah C= 0.75Q22. Hitunglah berapa
jumlah unit yang harus diproduksi bersama, tingkat
harga bersama, tingkat keuntungan bersama dan
keuntungan masing-masing perusahaan!
2. Oligopoli tanpa kesepakatan (non-Collusive). Beberapa
hal yang mungkin terjadi dibawah kondisi ini:
Apabila satu perusahaan memperbanyak jumlah
produksinya agar harga jualnya relatif lebih rendah dari
pesaingnya, maka langkah ini biasanya juga akan
diikuti oleh pesaingnya.
Apabila satu perusahaan mulai menurunkan harga jual
produknya, tanpa menambah jumlah produksinya agar
dapat menguasai pangsa pasar, maka langkahnya akan
diikuti oleh perusahaan lain, baik dengan cara
menurunkan harga maupun diikuti dengan menjual
lebih banyak produknya ke pasar.
Apabila satu perusahaan menaikkan harga jual
produknya, baik secara langsung, maupun dengan
mengurangi jumlah produksinya, maka perusahaan lain
relatif tidak akan mengikutinya.
Berkaitan dengan ketiga hal tersebut, seorang ekonom AS,
Sweezy memperkenalkan kuva permintaan patah (Kinked
Demand).
P
Kurva Permintaan Patah
A
P1 E
P2
D
B
Q
0 Q1 QL Q2
Keterangan Kurva:
Ada dua kurva permintaan di pasar yaitu AB dan CD.
Pada titik E (kondisi keseimbangan), semua perusahaan
menghasilkan/menjual produknya sebanyak 0Q1 dengan
tingkat harga sebesar 0P1.
Apabila satu perusahaan dengan kurva permintaan CD
mencoba menurunkan harga ke P2 dengan harapan
dapat menjual produknya sebesar 0Q2, akan tetapi
langkah ini diikuti oleh perusahaan lain, sehingga jumlah
yang terjual hanya sebesar 0QL.
Apabila perusahaan tersebut mencoba untuk menaikkan
harga diatas P1, dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar justru akan kehilangan
pelanggannya dan hanya mampu menjual produknya
dibawah 0Q1.
Faktor-Faktor Penyebab Terbentuknya Pasar
Oligopoli:
1. Efisiensi Skala Besar.
Pada umunya perusahaan-perusahaan dengan
teknologi padat modal seperti perusahaan-perusahaan
dalam industri mobil, semen, kertas, pupuk dan
peralatan mesin, efisiensi akan tercapai pada saat
output di produksi dalam skala yang sangat besar.
2. Kompleksitas Manajemen.
Struktur industri oligopoli ditandai dengan kompetisi
harga dan non harga, sehingga perusahaan harus
cermat dalam memperhitungkan setiap keputusan,
agar tidak menimbulkan reaksi yang merugikan dari
perusahaan pesaing.
Tiga aspek dari kegiatan perusahaan-
perusahaan oligopolis dalam menilai
kebaikan pasar oligopoli:
1. Efisiensi dalam menggunakan sumber-sumber
daya
2. Kegiatan perusahaan-perusahaan oligopoli
dalam mengembangkan teknologi dan inovasi
3. Tingkat keuntungan yang diperoleh
Hambatan dalam Persaingan Oligopoli:
1. Skala Ekonomis
2. Ongkos Produksi yang Berbeda
3. Keistimewaan Hasil produksi
Topik XIV
PERMINTAAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR
PRODUKSI
Perusahaan akan dapat mencapai kondisi yang
optimum, apabila alokasi penggunaan faktor
produksi (input) juga efisien.
Untuk memproduksi barang dan jasa, perusahaan
membutuhkan beberapa faktor produksi pokok
yaitu:
1. Tenaga kerja dengan balas jasa berupa upah atau gaji
(wage/salary).
2. Barang modal (mesin dan tanah) dengan balas jasa
berupa sewa (rent).
3. Uang dengan balas jasa berupa bunga (interest)
Beberapa Konsep Dasar untuk
menganalisis faktor-faktor produksi:
1. Faktor produksi sebagai permintaan turunan
(derived demand) artinya permintaan terhadap
barang tersebut sangat tergantung pada
permintaan terhadap barang lain.
2. Hubungan antar faktor produksi (Substitusi
atau komplemen). Dikatakan substitusi apabila
penambahan penggunaan satu faktor produksi
akan mengurangi penggunaan faktor produksi
yang lain. Dikatakan komplemen apabila
penambahan penggunaan satu faktor produksi
menambah penggunaan faktor produksi lain.
3. Hukum penambahan hasil yang semakin menurun (the
law of diminishing return), artinya penambahan faktor
produksi pada awalnya akan memberikan tambahan
hasil yang besar, namun semakin lama akan
memberikan tingkat pertambahan yang semakin
menurun.
4. Efek Substitusi dan efek output.
Efek substitusi terjadi apabila terjadi kenaikan harga terhadap
satu faktor produksi, sehingga penggunaannya dikurangi,
untuk menjaga tingkat output, maka perusahaan akan
menggunakan faktor produksi lain yang lebih murah.
Efek output atau efek skala produksi. Suatu faktor produksi
dikatakan normal, jika penambahan skala produksi
menambah penggunaan faktor produksi. Sebaliknya faktor
produksi dikatakan inferior, apabila penambahan skala
produksi justru mengurangi penggunaan faktor produksi.
Faktor-faktor penentu permintaan terhadap faktor
produksi (input demand factors)
1. Harga faktor produksi yaitu upah dan gaji untuk
tenaga kerja atau sewa untuk barang modal dan
tanah.
2. Permintaan terhadap output. Semakin besar skala
produksi, maka semakin besar permintaan terhadap
faktor produksi (input), kecuali input tersebut bersifat
inferior.
3. Permintaan terhadap faktor produksi lain.
4. Harga faktor produksi yang lain. Pengaruh perubahan
harga suatu faktor produksi terhadap permintaan
faktor produksi lainnya sangat berkaitan dengan sifat
hubungan antar faktor produksi.
5. Kemajuan teknologi, dapat menambah atau
mengurangi permintaan terhadap faktor produksi.
Penawaran Faktor Produksi
Terdapat perbedaan yang cukup besar antara
penawaran tenaga kerja dengan penawaran
tanah.
Penawaran tanah bersifat inelastis sempurna,
karena jumlah tanah terbatas.
Penawaran tenaga kerja adalah total jumlah jam
kerja yang diberikan oleh seluruh individu yang
ingin bekerja (angkatan kerja) yang ada dalam
pasar.
Semakin besar upah, maka semakin besar
biaya kesempatan untuk tidak bekerja.
Kurva Penawaran Tenaga Kerja Individu dan
Pasar
Upah (W) Upah (W)
Backward
bending
SL labour supply
curve
S1 S2 S3 Sp= S1+S2+S3
W*
MP MRPL=MP.P
Pergeseran
Kurva Permintaan
Pergerakan
Pergeseran
sepanjang kurva
W1 Kurva
permintaan Permintaan
W* SL
Pergerakan
W2 MRPL2 sepanjang
MRPL1 kurva
permintaan
0 I1 I* I2 Jam Kerja 0 Tenaga Kerja
Permintaan Tenaga Kerja Permintaan Tenaga
Perusahaan Kerja Industri
Keterangan Kurva:
Dalam pasar tenaga kerja persaingan
sempurna, Kurva MRPL merupakan kurva
permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja.
Perusahaan akan mencapai keseimbangan
apabila MRPL sama dengan upah tenaga kerja.
Jika upah naik perusahaan akan lebih selektif
dalam menggunakan tenaga kerja, sehingga
kesempatan kerja berkurang dari I* ke I1 dan
jika upah turun dibawah W*, maka kesempatan
kerja akan meningkat dari I* ke I2.
Permintaan industri terhadap tenaga kerja
merupakan total permintaan perusahaan-
perusahaan yang ada dalam industri.
2. Permintaan tenaga kerja dalam model beberapa faktor
produksi variabel (multi variable input model)
Model ini mengasumsikan bahwa penambahan
penggunaan tenaga kerja dapat diimbangi dengan
penambahan faktor produksi lainnya (mesin).
Disini pada saat upah tinggi maka permintaan tenaga
kerja menurun, namun sebaliknya jika upah menurun,
maka permintaan tenaga kerja akan meningkat.
Penawaran tenaga kerja meningkat seiring dengan
semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja yang
tersedia.
Penggunaan tenaga kerja oleh perusahaan akan
semakin meningkat seiring dengan penambahan jumlah
faktor produksi lainnya (mesin) yang mendorong
peningkatan produsktivitas perusahaan.
Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Monopoli
Upah
Wm
Wk SL
Wp
DL
MR
0 Lm Lk Lp Tenaga Kerja
Keterangan Kurva:
SL merupakan kurva penawaran tenaga kerja dan DL
merupakan kurva permintaan tenaga kerja perusahaan.
Apabila tujuan serikat pekerja adalah memaksimumkan
kesempatan kerja, maka tingkat upah ditetapkan
sebesar Wp dengan kesempatan kerja sebesar Lp.
Serikat pekerja juga dapat memaksimumkan upah
dengan menyamakan MR dengan SL, tingkat upah
teringgi yang dapat dipaksakan adalah Wm dan
konsekuensinya kesempatan kerja hanya sebesar Lm.
Jika tujuan serikat pekerja adalah memaksimumkan
penerimaan, maka tingkat upah ditetapkan sebesar Wk
dengan kesempatan kerja sebesar Lk, pada saat MR=0
Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Monopsoni
Monopsoni adalah suatu keadaan dimana di
dalam pasar faktor produksi (tenaga kerja)
hanya ada satu pembeli (single buyer), sehingga
memiliki kemampuan untuk menentukan upah.
Dalam perusahaan yang memiliki daya
monopsoni, untuk mencapai kondisi
keseimbangan upah yang ditetapkan lebih kecil
dari pengeluaran marjinal (Marginal
Expenditure)
Pasar Tenaga Kerja Berstruktur Monopoli Billateral
Kondisi Monopoli Billateral terjadi apabila tenaga
kerja memiliki daya monopoli, misalnya melalui
serikat pekerja, sementara itu perusahaan juga
memiliki daya monopsoni.
Dalam kondisi ini, tingkat upah tenaga kerja
ditentukan melalui perundingan/kesepakatan
antara seriakat pekerja dengan perusahaan.
Pasar Tanah
Ekonom pertama yang membahas mekanisme
penentuan harga sewa tanah untuk pertanian
adalah David Ricardo pada abad ke 19.
Menurutnya harga sewa tanah sangat
ditentukan oleh tingkat produktivitas tanah.
Semakin subur tanah tersebut, maka akan
semakin mahal sewanya.
Berdasarkan tingkat kesuburannya Ricardo
membagi tanah menjadi tiga kelas yaitu subur,
sedang dan tidak subur.
Menurutnya lagi, jumlah tanah yang subur lebih
sedikit dari yang sedang dan jumlah tanah yang
paling banyak adalah tidak subur.
Topik XV
SISTEM PASAR BEBAS DAN
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH
Secara ekstrem sistem ekonomi dibedakan dalam
kedalam dua kubu yaitu sistem ekonomi pasar dan
sistem ekonomi terpimpin.
Sistem ekonomi pasar bebas adalah suatu sistem
dimana kegiatan-kegiatan dalam perekonomian
diatur sepenuhnya oleh mekanisme pasar (oleh
Adam Smith disebut Invisible Hand).
Dalam sistem pasar bebas ini, interaksi antara
penjual dan pembeli di pasar (pasar barang dan
pasar faktor produksi) akan menentukan corak
produksi nasional dan cara-cara produksi nasional
dihasilkan.
Pandangan Terhadap Sistem Pasar
Pandangan mengenai sistem pasar bebas ini
dipelopori oleh Adam Smith, dimana dia dan ahli-ahli
ekonomi lainnya berkeyakinan bahwa sisitem pasar
bebas merupakan sistem ekonomi yang dapat
mewujudkan kegiatan ekonomi yang paling efisien
dan menciptakan kemakmuran masyarakat yang
paling optimum.
Semenjak akhir abad ke-19, muncul pandangan yang
mengkritik keyakinan terhadap sistem pasar bebas.
Berbagai kritik dan kesadaran tentang kelemahan
sistem pasar bebas telah mendorong pemerintah
untuk melakukan lebih banyak campur tangan dalam
kegiatan ekonomi, bahkan yang paling ekstrim telah
menyebabkan terciptanya sistem ekonomi terpimpin
Corak Kegiatan Ekonomi Pasar Bebas
Sistem pasar bebas mempengaruhi
penentuan jenis dan jumlah barang yang
akan diproduksi
Sistem pasar bebas mempengaruhi
interaksi antara perusahaan dan pemilik
faktor produksi dalam menentukan balas
jasa yang akan diberikan kepada berbagai
faktor produksi.
Analisis Keseimbangan: Pasar Barang dan Pasar
Faktor
Dalam suatu perekonomian yang menganut sistem
pasar bebas, keinginan konsumen akan memberi
petunjuk kepada produsen dalam menentukan jenis
barang dan jasa yang perlu di produksi di pasar.
Untuk mensiasati masalah kelangkaan faktor-faktor
produksi yang tersedia, maka produsen harus
memikirkan cara yang terbaik dan paling efisien untuk
dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang tidak
terbatas.
Corak kegiatan ekonomi dalam perekonomian pasar
bebas ditentukan oleh interaksi antara sektor
perusahaan dan sektor rumah tangga dalam pasar
barang dan faktor produksi
Interaksi antara sektor perusahaan dan rumah tangga dalam
pasar barang dan faktor produksi
Pasar Barang S1=MC1
P
S0=MC0
E2
P2
E1
P1
E0
P0 D1=MU1
D0=MU0
0 Q0 Q2 Q1 Q
Penawaran Barang Permintaan Barang
W1
W0
d1=mrp1
d2=mrp2
0 Q0 Q1 Q
Keterangan Gambar:
Bentuk kurva D0 sangat dipengaruhi oleh cita rasa rumah
tangga dalam menggunakan barang dan untuk
mendapatkan barang, rumah tangga membutuhkan
pendapatan.
Kurva S0 menggambarkan keinginan produsen untuk
menawarkan barangnya dan untuk menghasilkan barang
tersebut mereka membutuhkan faktor produksi yaitu tenaga
kerja
Semakin berubah cita rasa masyarakat terhadap suatu
barang, misalnya naik, maka kurva permintaan (D) akan
bergeser dari D0 ke D1. Dan seandainya kurva penawaran
(S) tetap S0, maka titik keseimbangan akan bergeser dari
E0 ke E1.
Pada kurva pasar faktor, upah (W) akan naik seiring
dengan kenaikan permintaan terhadap faktor produksi
(tenaga kerja)
Analisis Keseimbangan: Interaksi antara
Pasar Barang dan Pasar Faktor
Dalam suatu perekonomian terdapat beribu-
ribu barang, yang berarti terdapat juga beribu-
ribu pasar barang
Faktor-faktor produksi juga banyak, artinya
tidak ada berbagai bentuk faktor produksi, tidak
hanya tenaga kerja.
Interaksi antara sektor perusahaan dan rumah tangga dalam
pasar barang dan faktor produksi
Pasar Barang
S S
D D
Padi Karet
S S
D D
Baju Sepatu
Penawaran Barang Permintaan Barang
D D
Keterangan Gambar:
Kurva permintaan dan penawaran masing-masing
barang menunjukkan banyaknya jenis barang-
barang yang diminta oleh rumah tangga dan yang
ditawarkan oleh berbagai produsen
Kurva permintaan dan penawaran masing-masing
faktor produksi menunjukkan banyaknya faktor-
faktor produksi yang diminta produsen dan
ditawarkan oleh rumah tangga.
Interaksi antara sektor perusahaan dan rumah
tangga di berbagai pasar barang yang
menimbulkan implikasi terhadap permintaan
faktor-faktor produksi.
Kelebihan Ekonomi Pasar Bebas
1. Faktor-faktor produksi akan digunakan dengan
efisien
2. Kegiatan-kegiatan ekonomi dalam pasaran
diatur dan diselaraskan dengan efisien
3. Pertumbuhan ekonomi yang teguh akan dapat
diwujudkan
4. Pelaku kegiatan ekonomi diberi kebebasan
untuk melakukan kegiatan ekonomi yang
disukainya.
Kelemahan Ekonomi Pasar Bebas
1. Akibat-akibat eksternalitas yang merugikan
2. Kekurangan produksi barang publik dan
barang merit
3. Dapat menyebabkan terjadinya Monopoli di
Pasar.
4. Kegagalan membuat penyesuaian di pasar.
5. Distribusi pendapatan tidak merata
Tujuan Campur Tangan Pemerintah
1. Mengawasi agar akibat-akibat eksternalitas kegiatan
ekonomi yang merugikan dapat dihindari atau
dikurangi.
2. Menyediakan barang publik yang cukup, sehingga
masyarakat dapat memperoleh barang tersebut
dengan mudah dan dengan biaya yang murah.
3. Mengawasi kegiatan-kegiatan perusahaan, terutama
perusahaan-perusahaan besar yang dapat
mempengaruhi pasar, agar terhindar ari monopoli yang
merugikan masyarakat.
4. Menjamin agar kegiatan ekonomi yang dilakukan tidak
menimbulkan penindasan dan kesenjangan di dalam
masyarakat.
5. Memastikan agar pertumbuhan ekonomi dapat
diwujudkan secara efisien.
Bentuk Campur Tangan pemerintah
1. Membuat dan melaksanakan Peraturan dan
Undang-Undang
Menciptakan suasana ekonomi dan sosial yang
akan mengarah pada terciptanya sistem
mekanisme pasar yang efisien dan lancar.
Memastikan agar persaingan yang dilakukan dapat
sebebas-bebasnya dan monopoli dapat
dihilangkan.
2. Secara langsung melakukan beberapa kegiatan
ekonomi (membuat perusahaan), misalnya
menyediakan barang-barang publik.
3. Melakukan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Tujuannya:
a. Mengatasi masalah-masalah pokok makro
ekonomi yang selalu timbul, seperti
pengangguran, inflasi, dll.
b. Untuk menjamin agar faktor-faktor produksi
digunakan dan dialokasikan ke berbagai kegiatan
ekonomi secara efisien.
c. Untuk memperbaiki keadaan distribusi pendapatan
yang tidak merata di dalam masyarakat yang
menganut sistem pasar bebas.
Topik XVI
TEORI EKSTERNALITAS DAN KEBIJAKAN
SEKTOR PUBLIK & BARANG MILIK BERSAMA
Menurut Mankiw, Eksternalitas adalah suatu
dampak yang muncul dari proses usaha atau
perusahaan yang dapat diterima atau yang dialami
oleh masyarakat.
Dengan kata lain Eksternalitas disebut juga sebagai
suatu dampak yang timbul akibat tindakan suatu
pihak terhadap kondisi pihak lain.
Eksternalitas terbagi dua:
1. Eksternalitas produksi yang positif dan negatif
2. Eksternalitas konsumsi yang positif dan negatif
Ekternalitas Produksi
Ekternalitas positif dari produksi terjadi apabila
kuantitas/jumlah keseimbangan pasar lebih besar dari
pada kuantitas optimum (biaya sosial yang ditanggung
lebih kecil dari pada biaya produksi). Artinya barang-
barang yang dihasilkan dalam proses produksi
memberiakn manfaat yang lebih besar dari pada ongkos
yang harus ditanggung oleh masyarakat karena
keberadaan barang tersebut.
Eksternalitas produksi yang negatif terjadi apabila
jumlah/kuantitas keseimbangan pasar lebih kecil dari
pada keseimbangan optimum (biaya sosial yang harus
ditanggung oleh masyarakat terhadap proses produksi
dan hasil produksi lebih besar dari pada manfaat yang
diperoleh).
Ekternalitas Konsumsi
Ekternalitas positif dari konsumsi terjadi apabila
kuantitas/jumlah konsumsi optimum lebih besar
dari pada kuantitas keseimbangan pasar.
Misalnya konsumsi terhadap pendidikan dan
pelatihan (magang)
Eksternalitas konsumsi yang negatif terjadi
apabila jumlah/kuantitas konsumsi optimum
lebih rendah dari pada kuantitas pasar. Misalnya
mengkonsumsi alkohol secara berlebihan,
mengkonsumsi narkoba sehingga menimbulkan
kecanduan.
Eksternalitas Positif dan Negatif
P P
S BS
BS S
D D
0 0 Qe Q optimum
Qe Q optimum
Rivalness
Ya Tidak
Barang Swasta Monopoli
(Private goods) Alamiah
Ya (Natural
Excludability Monopoly)
Barang milik Barang
bersama Publik
Tidak (Common (Public
Resources) goods)
Barang yang selalu menjadi masalah dalam
pemanfaatannya adalah barang publik dan barang
milik bersama, sehingga perlu diatur melalui
kebijakan sektor publik
Kebijakan sektor publik dan milik bersama adalah
suatu kebijakan yang menyangkut peraturan
tentang tata cara pemanfaatan sumber daya oleh
masyarakat maupun individu dalam suatu
perekonomian dan dampak dalam perekonomian,
baik langsung maupun tidak langsung
Kebijakan sektor publik dan milik bersama perlu
dilakukan karena menyangkut penyediaan oleh
negara dan pemanfaatan sumber daya oleh orang
banyak yang tidak dikenakan biaya secara langsung
atas pemanfaatannya.
Kebijakan Internalisasi Eksternalisasi
Merupakan kebijakan-kebijakan yang
digunakan untuk mengatasi eksternalitas
yang negatif, baik dari produksi maupun
dari konsumsi.
Kebijakan internalisasi eksternalisasi yaitu
penciptaan insentif (berupa pajak atau
subsidi) untuk mendorong setiap orang
agar bersedia menanggung dan
memperhitungkan dampak-dampak
eksternal dari tindakan mereka.
Kebijakan Internalisasi antara lain:
1. Teorema Coase. Solusinya yaitu pihak-pihak yang
berkepentingan dapat melakuakn negosiasi dan
merundingkan penanggulangan masalah eksternalitas
negatif tanpa menimbulkan biaya tertentu yang
memberatkan.
Misalnya, dalam suatu komplek perumahan ada warga
yang memelihara ternak, sehingga menimbulkan
dampak negatif bagi warga yang ada disekitarnya.
Cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi persoalan
ini adalah:
Menganjurkan peternak tersebut untuk membuat kandang
ternaknya di luar komplek perumahan.
Memberikan nasehat kepada peternak bahwa binatang
ternak dilingkungan perumahan tidak cocok dan berisiko
menebarkan penyakit.
2. Regulasi/Peraturan
Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah
eksternalitas negatif yang bertambah parah. Misalnya
pemerintah membuat peraturan bahwa perusahaan
haruslah mendirikan pabrik dilokasi tanah yang tidak
subur (tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat) jauh
dari lokasi pemukiman masyarakat dan relatif tidak
akan mencemari air.
3. Pajak Pigovian dan subsidi
Merupakan kebijakan dengan pendekatan pasar yaitu
pemerintah akan memberikan insentif yang besar
kepada perusahaan yang mampu memberikan
eksternalitas positif dan mengenakan pungutan pajak
yang besar terhadap perusahaan yang eksternalitas
negatifnya lebih besar.
4. Pendekatan sosial
Pendekatan ini tidak melibatkan pemerintah
Pendekatan ini dilakukan oleh perusahaan atas
inisiatifnya sendiri dengan memberikan bantuan
secara aktif kepada masyarakat sekitarnya atas
pertimbangan adanya kerugian masyarakat karena
beroperasinya perusahaan mereka.
Misalnya perusahaan Garment Internasional
Citeureup yang membangun mesjid yang mewah
untuk masyarakat sekitar dan mengambil karyawan
tetap serta kontrak dari daerah sekitar desa
tersebut.
Analisis Biaya Manfaat Atas Pemanfaatan Barang
Publik dan Milik Bersama
1. Dapat dilakukan dengan membandingkan berapa
besar biaya investasi dan pemeliharaan yang telah
dilakukan oleh pemerintah dengan manfaat yang
dapat diperoleh. Misalnya pemafaatan jalan tol,
dimana masyarakat membayar untuk melewatinya
dan di sisi lain juga dapat mengurangi kemacetan.
2. Dapat dilakukan dengan memperhitungkan biaya
manfaat. Misalnya dengan membandingkan
pengurangan kendaraan bermotor di jalan raya
dengan berapa besar polusi yang mengakibatkan
pencemaran udara, kemudian dihitung berapa harga
udara bersih/Kg, dan hitung juga tingkat harapan
hidup orang yang menghirup polusi dan bandingkan
dengan tingkat harapan hidup orang yang tidak
tercemar. Salah satu alat ukur yang dapat digunaan
adalah Teori konsumsi Modigliani