Anda di halaman 1dari 6

Albert Camus lahir dari keluarga yang miskin di Algeria, ia kehilangan ayahnya di

Pertempuran Marne pada tahun 1916. Ia dibesarkan oleh ibunya yang buta huruf.
Setelah meraih beasiswa, Camus memulai karirnya sebagai seorang jurnalis.
Semasa mudanya ia aktif di dalam permainan sepak bola dan menjadi anggota dari
salah satu grup teater.

Sejak bergabung bersama tim sepak bola, ia sudah memiliki semangat bekerja
secara tim. ia memiliki perangai yang pemurah, sensitif, dan selalu menginginkan
tercapainya persatuan yang maksimal, selalu menghindari perpecahan dan konflik.
Apresiasi kaum intelektual terhadap Camus, sayangnya, sering menutup-nutupi
keterlibatan Camus di dalam gerakan anarkis. Ia merupakan salah satu pendukung
gerakan anarkis Perancis bahkan diwaktu gerakan tersebut sedang mengalami
masa yang tersulit.

Camus tak pernah menyembunyikan ketertarikannya terhadap anarkisme. Ide-


ide anarkis hadir dalam karya drama dan novelnya, seperti La Peste, l‟Etat de siege
justes. Ia berkenalan dengan Gaston Leval, yang menulis tentang Revolusi Spanyol,
sejak tahun 1945. Menurut salah seorang kawannya, Pascal Pia, kekaguman
Camus pada sindikalisme revolusioner dan kaum anarkis sudah sering ia
ekspresikan ketika ia masih menjadi seorang jurnalis di L‟Alger Republicaine.
Andre Prudhommeaux pertama kali memperkenalkannya ke lingkar anarkis di
sebuah pertemuan Cercles des Estudiants Anarchistes (Lingkar Pelajar Anarkis)
tahun 1948 sebagai orang yang simpatik pada pemikiran anarkis.

Camus juga menjadi pendukung Groupes de Liason Internationale, sebuah


badan yang mendukung perlawanan terhadap rejim fasis dan stalinis, yang juga
menolak memihak kapitalisme barat. Kelompok ini berlangsung selama 1947-48,
yang bertujuan untuk mendukung korban-korban rejim otoriter juga berfungsi
sebagai organ pertukaran informasi. Pendukungnya antara lain adalah anarkis Rusia
Nicolas Lazarevitch, yang mengasing di Perancis, Camus juga menjadi pendukung
Koran sindikalis La Revolution Proletarienne. Ia menjadi kawan juga pendukung
finansial dari Koran tersebut sampai ia wafat.

Buku Camus Pemberontak (L‟Homme Revolte), yang pertama kali diterbitkan


tahun 1951, menandakan perpisahannya dengan Partai Komunis. Para anggota
partai tersebut mengecamnya. Kendati demikian, pesan-pesan di dalamnya
dipahami oleh kaum anarkis dan sindikalis karena secara terang-terangan membuat
pembedaan yang jelas antara sosialisme libertarian dengan yang otoritarian. Tema
utamanya adalah bagaimana menciptakan suatu revolusi tanpa teror dengan
menggunakan metode „Caezarist‟. Di dalamnya Camus bergelut dengan pemikiran
Bakunin dan Nechaev. Seperti yang ia sebut, „Komune melawan Negara,
masyarakat yang konkrit melawan masyarakat yang absolutis, kebebasan melawan
tirani rasional, individualisme altruistik, akhirnya, melawan kolonisasi massa…‟

Di situ ia dengungkan kebangkitan kembali anarkisme. Sudut pandang yang


otoriter, akibat peperangan dan penghancuran fisik para elit-elit pemberontak, telah
membuka jalan bagi tradisi libertarian. Namun hal tersebut masih merupakan
kemenangan yang kecil dan provisional, perjuangan masih terus berlanjut.
Gaston Leval merespon buku tersebut di dalam artikel-artikel yang berkelanjutan.
Pesannya ramah, dan ia menghindari polemik yang tak perlu, namun ia memancing
Camus untuk membukukan apa yang ia sebut sebagai karikatur dari Bakunin.
Camus membalasnya di halaman-halaman Le Libertaire, Koran dari organisasi
Federation Anarchiste (sirkulasi Koran ini mencapai 100,000 eksemplar per
minggunya pada waktu itu). Ia protes bahwa ia sama sekali tidak bertujuan untuk
mendistorsi, dan bersedia untuk membenahi bagian-bagian yang dikritisi oleh Leval
di edisi selanjutnya.

Sekjen Federation Anarchiste, George Fontenis, juga mereview buku Camus di


Koran organ tersebut. Dalam tajuk “Apakah Pemberontakan Camus Bersahutan
Dengan Kita”, Fontenis menjawab bahwa memang demikian adanya. Kendati
demikian Fontenis mengkritiknya karena tidak mengangkat pemberontakan yang
terjadi di Ukraina dan Spanyol, dan karena menggambarkan Bakunin sebagai nihilis
dan sama sekali tidak menunjukan posisi anarkisnya. Namun secara garis besar
Fontenis berpendapat bahwa buku tersebut mengagumkan. Sebuah review oleh
Jean Vita di minggu berikutnya membawa kesan yang positif dan simpatik.

Kritisisme kaum anarkis berseberangan dengan kritisisme para anggota Partai


Komunis. Seperti halnya Jean Paul Sartre dan kelompoknya di Les Temps Moderne.
Periode ini memulai renggangnya persahabatan Camus dengan kaum eksistensialis
lainnya. Kelompok Sartre mengkritiknya dengan tajam, apalagi yang ditulis oleh
Francis Jeanson. Camus merespon bahwa kritik Jeanson mencerminkan sudut
pandangan Marxis Ortodoks, dan ia mulai mereferensikannya melalui anarkisme dan
sindikalisme. “Internasional Pertama, gerakan Bakuninis, yang masih hidup diantara
rakyat Spanyol dan CNT Perancis, diacuhkan,” tulis Camus. Karena ini, Camus
diekskomunikasikan oleh Jeanson dari lingkar eksistensialis lainnya. Cara-cara
Jeanson ini membuatnya sedih.

Camus menandakan perpecahan ini dengan cara yang lain juga. Ia berikrar
untuk menjauh dari setiap intelektual yang beromantisme dengan stalinisme. Dan
semua ini tidak mengucilkan hatinya untuk tetap mendukung perjuangan yang lebih
adil dan berarti. Di Spanyol sekelompok anarkis terancam dihukum mati oleh
Franco. Di Paris sebuah pertemuan diadakan oleh Liga Hak-Hak Manusia tanggal
22 Februari, 1952. Camus setuju untuk berbicara di forum ini. Menurutnya akan
cukup berguna apabila si pemimpin gerakan Surealis, Andre Breton, hadir juga di
podium. Terlepas dari kritisisme Breton terhadap Camus ketika ia mengkritik
Lautreamont, seorang penyair yang menjadi inspirasi kaum Surealis. Camus
bertemu pengorganisir acara tersebut, Fernando Gomez Pelaez dari Koran
Solidaridad Obrera, yang dimiliki oleh organisasi anarko-sindikalis CNT, dan Jose
Ester Borras, sekretaris organisasi federasi tahanan Spanyol FEDIP, melobi mereka
untuk mengundang Breton dengan syarat tidak memberitahunya bahwa Camus
yang mengusulkannya. Breton menyepakati meski ia tahu bahwa Camus juga hadir
di acara tersebut. Gomez kemudian membocorkan bahwa Camus yang mempunyai
usul untuk mengundangnya, Breton terharu mengetahui hal ini. Camus kemudian
memberitahu para anarkis Spanyol bahwa ia tidak merespon kemarahan Breton dan
mungkin rekonsiliasi bisa saja terjadi. Di acara tersebut Camus dan Breton duduk
bersama di Podium dan terlihat saling bercakap-cakap.

Camus memposisikan dirinya sebagai intelektual yang berkomitmen,


menandatangani petisi dan menulis untuk Le Libertaire, La revolution proletarienne,
dan Solidaridad Obrera. Ia juga menjadi dewan editorial Temoins di tahun 1956,
sebuah terbitan ulasan libertarian yang kecil, yang proofreadernya adalah Robert
Proix. Melalui Proix Camus bertemu dengan Giovanna Berneri (Caleffi) kekasih dari
anarkis Italia Camillo Berneri, yang dibunuh oleh stalinis di Spanyol tahun 1937.
Camus juga berjumpa dengan Rirette Maitrejean, bekas kekasih Victor Serge,
kedua-duanya pernah terlibat dalam kasus Bonnot Gang. Rirette telah lama menjadi
proofreader untuk koran Paris-Soir. Camus juga berkawan dengan anarkis veteran
Maurice Joyeux, yang lanjut hari mengkomentari bahwa buku Pemberontak karya
Camus merupakan satu-satunya literatur modern yang mewakili perasaan kaum
muda dan pekerja pada revolusi Mei 1968.
Di tahun 1954 Camus kembali membantu kaum anarkis, Maurice Laisant,
sekretaris propaganda Forces Libres de la Paix (Free Forces of Peace) yang juga
menjadi editor Le Monde Libertaire, korannya Federation Anarchiste, yang telah
menghasilkan poster-poster antimiliter menggunakan bentuk propaganda militer.
Karena aktivitasnya itu ia dituduh melakukan subversi. Camus menjadi saksi untuk
pengadilannya, dan mengatakan bagaimana ia bertemu dengan Maurice di
pertemuan publik untuk anarkis Spanyol.

Camus berkata pada pengadilan, „Sejak saat itu saya sering bertemu dengannya
dan berada dalam posisi mengagumi keinginannya untuk melawan bencana yang
mengancam umat manusia. Tampaknya tidak mungkin untuk saya bahwa seseorang
dapat menghukum seseorang yang tindakannya merupakan kepentingan bagi
semua orang. Terlalu sedikit orang yang berjuang melawan marabahaya yang
semakin hari semakin menjadi buruk bagi kemanusiaan.” Menurut laporan, sesudah
pernyataannya ini, Camus duduk diantara para pekerja militan di dalam pengadilan
dan disambut dengan hangat. Sayangnya Laisant dijatuhi hukuman yang berat.

Camus juga bersama kaum anarkis ketika mereka menyatakan solidaritas bagi
pemberontakan pekerja di Jerman Timur melawan rejim Soviet. Di tahun 1956 ia
kembali berdiri bersama kaum anarkis karena beberapa pemberontakan yang terjadi
di Poznan, Polandia, dan pada waktu Revolusi Hungaria. Pada tahun 1955, Camus
membantu Pierre Morain, anggota dari Federation Communiste Libertaire
(Federation Anarchiste merubah namanya karena terjadi perpecahan di dalam
organisasi). Morain adalah orang Perancis pertama yang dipenjara karena pendirian
anti-kolonialis di Algeria. Camus mengekspresikan dukungannya di Koran harian
nasional L‟Express pada tanggal 8 November, 1955.

Seringkali Camus menggunakan statusnya untuk mengecam penahanan kaum


anarkis militan di media-media massa atau untuk membuat perhatian publik. Di
senjakala hidupnya Camus tinggal di Provence, Loumarin. Di sana ia berkenalan
dengan seorang anarkis bernama Frank Creac‟h. Seorang Breton, yang lahir di
Paris, dan otodidak. Ia pindah ke pedesaaan untuk beristirahat. Camus
mempekerjakannya sebagai tukang kebun dan berkesempatan ditemani seorang
teman diskusi yang memiliki pemahaman yang sama. Satu kampanye yang dimana
ia terakhir terlibat adalah kasus anarkis Louis Lecoin yang berjuang menentang
perang di tahun 1958. Sayangnya, Camus tak sempat melihat hasil dari kampanye
ini, sebagaimana ia meninggal karena kecelakaan mobil pada tahun 1960, diusianya
yang ke 46.

Anda mungkin juga menyukai