Pertempuran Marne pada tahun 1916. Ia dibesarkan oleh ibunya yang buta huruf.
Setelah meraih beasiswa, Camus memulai karirnya sebagai seorang jurnalis.
Semasa mudanya ia aktif di dalam permainan sepak bola dan menjadi anggota dari
salah satu grup teater.
Sejak bergabung bersama tim sepak bola, ia sudah memiliki semangat bekerja
secara tim. ia memiliki perangai yang pemurah, sensitif, dan selalu menginginkan
tercapainya persatuan yang maksimal, selalu menghindari perpecahan dan konflik.
Apresiasi kaum intelektual terhadap Camus, sayangnya, sering menutup-nutupi
keterlibatan Camus di dalam gerakan anarkis. Ia merupakan salah satu pendukung
gerakan anarkis Perancis bahkan diwaktu gerakan tersebut sedang mengalami
masa yang tersulit.
Camus menandakan perpecahan ini dengan cara yang lain juga. Ia berikrar
untuk menjauh dari setiap intelektual yang beromantisme dengan stalinisme. Dan
semua ini tidak mengucilkan hatinya untuk tetap mendukung perjuangan yang lebih
adil dan berarti. Di Spanyol sekelompok anarkis terancam dihukum mati oleh
Franco. Di Paris sebuah pertemuan diadakan oleh Liga Hak-Hak Manusia tanggal
22 Februari, 1952. Camus setuju untuk berbicara di forum ini. Menurutnya akan
cukup berguna apabila si pemimpin gerakan Surealis, Andre Breton, hadir juga di
podium. Terlepas dari kritisisme Breton terhadap Camus ketika ia mengkritik
Lautreamont, seorang penyair yang menjadi inspirasi kaum Surealis. Camus
bertemu pengorganisir acara tersebut, Fernando Gomez Pelaez dari Koran
Solidaridad Obrera, yang dimiliki oleh organisasi anarko-sindikalis CNT, dan Jose
Ester Borras, sekretaris organisasi federasi tahanan Spanyol FEDIP, melobi mereka
untuk mengundang Breton dengan syarat tidak memberitahunya bahwa Camus
yang mengusulkannya. Breton menyepakati meski ia tahu bahwa Camus juga hadir
di acara tersebut. Gomez kemudian membocorkan bahwa Camus yang mempunyai
usul untuk mengundangnya, Breton terharu mengetahui hal ini. Camus kemudian
memberitahu para anarkis Spanyol bahwa ia tidak merespon kemarahan Breton dan
mungkin rekonsiliasi bisa saja terjadi. Di acara tersebut Camus dan Breton duduk
bersama di Podium dan terlihat saling bercakap-cakap.
Camus berkata pada pengadilan, „Sejak saat itu saya sering bertemu dengannya
dan berada dalam posisi mengagumi keinginannya untuk melawan bencana yang
mengancam umat manusia. Tampaknya tidak mungkin untuk saya bahwa seseorang
dapat menghukum seseorang yang tindakannya merupakan kepentingan bagi
semua orang. Terlalu sedikit orang yang berjuang melawan marabahaya yang
semakin hari semakin menjadi buruk bagi kemanusiaan.” Menurut laporan, sesudah
pernyataannya ini, Camus duduk diantara para pekerja militan di dalam pengadilan
dan disambut dengan hangat. Sayangnya Laisant dijatuhi hukuman yang berat.
Camus juga bersama kaum anarkis ketika mereka menyatakan solidaritas bagi
pemberontakan pekerja di Jerman Timur melawan rejim Soviet. Di tahun 1956 ia
kembali berdiri bersama kaum anarkis karena beberapa pemberontakan yang terjadi
di Poznan, Polandia, dan pada waktu Revolusi Hungaria. Pada tahun 1955, Camus
membantu Pierre Morain, anggota dari Federation Communiste Libertaire
(Federation Anarchiste merubah namanya karena terjadi perpecahan di dalam
organisasi). Morain adalah orang Perancis pertama yang dipenjara karena pendirian
anti-kolonialis di Algeria. Camus mengekspresikan dukungannya di Koran harian
nasional L‟Express pada tanggal 8 November, 1955.