Anda di halaman 1dari 4

NAMA: MAYA PUSPITA ALU HARI

KELAS: B/2

TUGAS: LAPORAN BACA KELOMPOK 4

MATA KULIAH: PENGANTAR FILSAFAT

“ MODERNISME DAN POSTMODERNISME”

Modernitas bisa dihubungkan dengan industrialisasi. Seacara garis besar modernitas dapat dipahami
sebagai pengutamaan dan pemahaman tentang kesadaran sebagai suatu kekuasaan tersendiri. Pernyataan
Baudelaire bahwa modernitas itu adalah “yang bersifat sementara, mengambang, dan kontigen” bisa
dipahami dalam pengertian ini. Joyce adalah seortang pengarang yang secara serius berusaha
memperdalam konsekuensi modernitas dalam upaya menulis (novel).

1. Walter Benjamin
Walter Benjamin lahir di Berlin dalam keluarga Yahudi pedagang barang seni pada tahun
1892. Dia dikenal semasa hidupnya sebagai seorang esais, penerjemah dalam kritikus sastra.
Semenjak penerbitan kumpulan tulisannya pada tahun 1955, 15 tahun setelah kematiannya, karya-
karya Walter Benjamin telah dijadikan kajian berbagai buku dan esai. Sebagai seorang sosilog dan
kitikus kebudayaan, Walter menggabungkan ide-ide dari mistimisme Yahudi dan materialsme
sejarah di dalam sebuah proyek intelektual yang merupaklan sebuah sumbangan baru terhadap
Filsafat Marxismedan teori estetika. Sebagai penerjemah, dia menerjemahkan karya-karya Marcel
Proust dan Charles Baudelaire. Salah satu esai Walter Benjamin “The Task the Transolator
dianggap sebagai salah satu teks terbaik di dalam penerjemahan. Walter meninggal dalam usia 48
than, tepatnya 25 september 1940, dengan jalan bunuh diri. Benjamin dikenal sebagai sosok
seorang yang eksentrik, pendiam, suka merenung, dan sensitif terhadap lingkungannya. Dalam
berteman dengannya sebagaimana yang diceritalan oleh salah satu rekan dialognya, orany akan
mengalami tiga rintangan, yakni kebutuhannya untuk menyendiri, keengganannya untuk berbicara
politik, dan kegemarannya untuk menyimpan rahasia. Semasa hidupnya Benjamin lebih dikenal
sebagai seorang sastrawan dan budayawan ketimbang seorang filsuf. Pemikiran-pemikirannya
banyak dipengaruhi oleh pemikir-pemikir berhaluan kiri (Marxisme), seperti Erns Bloch, Georc
Lukacs muda, Bertolt Brecht, dan lingkaran protodekonstruksionisme di College de Sociologie di
Paris, antara lain George Bataille, Pierre Klossowski, Roger Caillois dan Michel Leiris. Di samping
itu juga dia dipengaruhi secara mendalam oleh tradisi Kaballah: teks-teks keramat dari tradisi
mistik Yahudi, khususnya tentang konsep penebusan perihal suatu pemulihan ke arah situasi
harmoni primordial: pohon kehidupan. Pengaruh Marxisme yang berbau mistis dalam pemikiran
Benjamin memang berbeda dari rekan-rekannya yang bergabung dalam institut penelitan Sosial
Frankfurt, semisal Ardono. Benjamin dikenal sebagai pemikir skizofrenik dengan pemikiran yang
berwajah janus, yaitu tanpa ketegasan sikap, tidak konsisten, dan bimbang diantara metafisika,
mistik, materialisme Marxis. Apalagi bentuk dan corak tulisannya jauh dari kecenderungan
sistematik, an berganti-ganti arah. Ini terbaca dalam arah refleksi dan minyanya yang luar biasa
beragam,lias, tapi mengagumkam, dari drama tragedy Jerman, Romantitisme, sejarah, bahasa, dan
terjemahan, kritik seni, historiografi, filsafat hingga minat pada film, Paris, Baudelaire, Marxisme,
dan cara mendongeng. Gaya tulisannya pun berkesan aneh diantara prosa, fragmen, aforisme, dan
kutipan. Satu-satunya karya Benjamin dalam bentuk buku yang berhasil ia selesaikan berjudul The
Origin of German Tragic Drama. Sayangnya tesis pascadoltoral untuk mendapatkan wewenang
mengajar (Habiliatonschrift) ini ditolak oleh Universitas Frankfurt dengan alasan tidak lazim alias
aneh sebab berbau lirik dan terkesan pribadi. Sedang karya lainnya dibungkus dalam bentuk esai
dan artikel dengan gaya jurnalistik dan akademis. Meski begitu terdapat corak mendasar dari
seluruh refleksi dalam tulisan karya Benjamin, yaitu keprihatinan yang mendalam atas luka-luka
yang dideritab manusia akibat modernisasi. Sebagai keturunan Yahudi, maka motif-motif
ketersingkiran dan pengasingan menjadi warna dasar pemikirannya. Benjamin merindukan
emansipasi umat manusia dari nasib alamiah yang membelenggunya dalam dinding-dinding
struktur sosial yang menghimpitya. Ia beruha untuk mengabungakan suatu kritik atas modernitas
kapitalis menggiringnya cendong kepada bidang seni sebagai penyelesaian krisis sosial melalui apa
yang disebutnya sebagai “ estetika penyelamatan”, suatu konsep hasil inspirasi dari nkonsep kinbci
Lukacs, “totalitas” dan “utopia” dari Bloch.
2. Maurice Blanchot
Maurice Blancholt adalah seorang penulis, filsuf, dan ahli teori sastra Prancis. Karyanya
memiliki pengaruh kuat pada filsuf post-strukturalis seperti Gilles Delauze, Michel Foucault,
Jacques Derrida, dan Jean-Luc Nancy. Ia lahir pada tanggal 22 september 1907, di Devrouze,
Prancis. Blancholt belajar filsafat di Universitas Strasbourg, di m,ana ia menjadi teman ortang
Prancis kelahiran Lithuania Ahli fenomenalogi Yahudi Emanuel Levinas. Kemudian dia memulaim
karir sebagai jurbalis politik di Paris. Dari tahun 1932-1940 ia adalah editor harian konservatif aus
utama journal des de’bats. Di awal tahun 1930-an ia berkonstribusi pada serangkaian majalah
nasionalis radikal sambil juga menjabat sebagai editor mingguan anti-Nazi Aux e’coutes.Pada tah8n
1936 dan 1937 ia juga berkonstribusi pada Combat bulanan paling kanan dan harian nasionalis-
sindikalis L’ Insurge. Maurice Blancholt (1907-2003) adalah satu penulis terpenting abad kedua
puluh. Novel-novelnya, narasi yang lebih pendek, kritik sastra, dan telks-teks yang terpisah
memiliki pengaruh besar terhadap beberapa generasi penulis, seniman, dan filsuf. Dalam karya-
karya seperti Thomas the Obsurce, The Instant of My Death, The Writing of Disaster, The
Unavowable Commonity, Blancholt menghasilkan bebrapa pernyataan yang paling tajam tenyang
artinya mengalami trauma dan gejolak pada abad kedua puluh. Sebagai jurnalis aktivis politik,
Blanchot memiliki sisi publik yang hidup berdampingan dengan tidak nyaman dengan
kecenderungan kerahasiaan, penolakan wawancara dan foto-foto, dan reputasi untuk misteri dan
keterasingan. Blanchot publik dan pribadi ini berkumpul bersama dengan cara yang rumit
dibeberapa kesempatan yang paling penting abad kedua puluh. Dia adalah satu intelektual publik
yang berpatisipasi dalam Mei ’68 di Paris dan membantu mengatur oposisi terhadap perang
Aljazair. Selam poeramnhg dunia dua, ia mendapati dirinya beberapa saat lagi dari dieksekusi oleh
Nazi. Lebih kontroversial lagi, dia aktif dikalangan sayap kanan tahun 30-an. Semkarang
diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, biografi kritis Christophe Bident, teliti, banyak dipuji
memberikan catatan lengkap panjang tentang rencana perjalanan Blanchot, menggambarkan pada
surat-surat yang tidak dipublikasikan dan pada wawancara dengan teman dekat penulis. Selain
mengisi kehidupan yang terkenal larena ketidakjelasannya, buku Bident mengubah cara pembaca
Blancholt menaggapi tokoh intelektual utama ini dengan menawarkan silsilah pemikirannya,
lintasan khas yang sekaligus imajinatif dan spekulatif,sekaligus sejalan dengan modernitas sastra
dan teman dekat dan teman filsafat. Perlu disinggung secara singkat di sini tentang minat Blanchot
terhadap komonitas. Di sini, yang ingin dikemukakan Blanchot adalah bahwa suatu komonitas
sejati tidak memiliki tujuan lain selain dari eksistensinya. Sampai sejauh ini ia bersoifat tidak tentu
– tidak mungkin direpresentasikan atau disimbolkan. Oleh sebab itu, sofat komonitas itu tidak bisa
dikomonikasikan. Bagi penulis, komonitas ini adalah penikmat yang berupa pembaca yang tidak
dikenal, yang tanpanya penulis tidak akan ada, tetapi mereka tidak memiliki identitas yang pasti.
Oleh sebab itu, bagi Blanchot sepeti juga oada Bataille pembaca yang tidak tentu dan tidak dikenal
merupakan suatu kekosongan yang harus dijelajahi setiap penulis.
3. James Joyce
James Joyce dilahirkan di Dublin pada tahun 1882. Ia memasuki Conglowes School dan
Beldevere College di Dublin, sebelum menyelesaiakan pendidikan dalam bidang bahasa
modern di University College, Dublin. Dubliners adalah penerbitan prosa pertama Joyce an sat-
satunya koleksi cerpennya yang diterbitkan selama masa hidupnya. Ulysses, sebuah buku yang
hampir tidak memerlukan perkenalan, Ulysses telah lama dianggap sebagai salah satu karya
kunci sastra Modernis dan salah satu novel terbesar yang pernah ditulis. Diatur selama satu hari,
16 juni 1904, pembaca mengikuti satu hari dalam kehidupan Leopold Bloom dan mengalami
berbagai pertemuan yang dia miliki dengan beberapa penduduk Dublin lainnya. Dengan
pemodelan Ulysses pada Homer Pengembaraan, Joyce menciptakan rasa epik, dan megubah
perjalanan Bloom melalui kontemporer, duniawi Dublin menjadi salah satu proporsi mistis.
Sementara tidak ada yang mendiskripsikan Ulysses sebagai buku yang mudah dibaca, atau
bahkan dipahami, banyak orang dari selurh dunia tertarik pada kerumitannya, struktur aliran
kesadarannya yyang halus dan unik. Bloomsday, perayaan internasional kehidupan dan karya-
karya Jamaes Joyce, diadakan setiap tanggal 16 juni, di mana banyak momen-momen novel ini
hidup kembali di jalanan Dublin modern. Finnegans Wake,Joyce menulis ini luar biasa, dan
sangat sulit dipahami, novel di Paris selama tahun 17. Akhirnya diterbitkan tahun 1939, dua
tah8n sebelum kemnatian penulis, dan sejak itu dianggap sebagai karya yang paling menentang
yangt pernh ditulis dalam bahasa inggris. Singkatanya, di sini menjadi sangat sulit
mengobjektifkan Finnegans Wake, suatunhal yang memprakobdikan “prinsip ayah”.

4. Friedrich Nietzsche

Filsafat Nietzsche merupakan filsafat yang menyemaikan pemikiran kontemporer,


khususnya pemikiran yang bersifat anti-humanis, seperti yang tampak dalam karya Michel
Foucault. Sikap ini yang secara khusus menarik perhatian para pemikir postmodern dan post-
strukturalis.
Akhirnya, jika kita tidak ingin Nietzsche dikatakan sebagai “penolak” hidup apakah itu
berarti tidak boleh menerima bahwa hidup itu sebagiasn mensyaratkan adanya penolakan
terhafap kehidupan itu sendiri, bahwa keingian untuk melakuan ilusi bukan hanya berada dalam
bentuk seni, melainkan juga dalam bentuk kehendak, untuk mendapatkan kebahagiaan?

5. Georg Simmel
Karena Georg Simmel hidup sezaman dengan Ferdinahnd de Saursure, Sigmund Fraud, dan
Emile Durkheim,maka banyak pemikiran yang bersinggungan dengan tema-tema pemiran apara
pemikir kontempore tersebut. Simmel lahir di Berlin, pada tahun 1858, anak bungsu dari tujuh
bersaudara. Sepanjang hidpnua ia mengatakan bahwa tidak seorang pun di dalam rumah orang
tuanya, memiliki gagasan tentang suatu kultur intelektual yang sejati. Banyak orang
sezamannay melihat Simmel sebagai seorang akademisi yang khas dan dianggap melecehkan
perguruan tinggi karena gaya esainya yang tidak lazim serta pilihan subjek materinya yang
bargaya “prosaik”. Dengan menggunakan uang sebagai contoh, esai Simmel mengungkapkan
bahwa pada prinsipnya kota itu merupakan jalinan dari bentuk dan penhgantaraan dari segala
jenis.
6. Philippe Sollers
Philippe Sollers lahir dengan nama Philippe Joyaux pada tahun 1936 di Bourdeaux yang
menjadi tempat pabrik milik keluarga ini. Sollers mengatakan bahwa jika kita sekarang ingin
menulis novel, ini hanyabmungkin dilakukan kalau kita berangkat dari fakta. Fakta adalah
singularitas; mereka tidak bisa diramalkan, dan berada di luar kendali kesadaran kolektif.
Prinsip yang diucapakan adalah “realitas itu lebih asing daripada fiksi”. Sollers mengklaim
bahwa ia “tidak menemukan apa-apa”. Bahanya adalah dengan kemampuan yang dimiliki
media untuk melakukan reproduksi peristiwa, dan dengan peranan perantara dalam melakukan
reproduksi kehidupan manusia.

“ Postmodernitas”
Meskipun ada beberapa pengertian tentang apa yang dimaksud dengan postmodernitas, satu
pengertian pokok dalam buku ini yang berasal dari karya Jean- Francois Lyotard dan Jean
Baudrilliard adalah bahwa postmodernitas berupaya mempertanyakan suatu epistimoilogi
modernis yang didasarkan pada perbedaan subjek dan objek secara jelas. Selain itu, hal lain
yang terkait dalam membicarakan postmodernitas adalah “adanya ketidak percayaan terhadap
metanarasi” (Lyotard) yang berarti tidak ada penjelasan global tentang perilaku yang bisa
dipercaya dalam zaman rasionalitas yang bermuatan tujuan.

Anda mungkin juga menyukai