HIDROLIKA
(SA-2202)
dimana:
zA = tinggi titik A di atas bidang persamaan
dA = kedalaman titik A dari muka air
θ = sudut kemiringan dasar saluran.
V A2
= tinggi kecepatan aliran melalui titik A
2g
= faktor koreksi untuk aliran berubah beraturan (gradually varied
flow)
• Garis yang menyatakan ketinggian dari jumlah tinggi aliran disebut garis energi.
Kemiringan garis, Sf disebut gradien energi (energy gradient). Sementara
kemiringan permukaan ditandai dengan Sw dan kemiringan dasar saluran, S0 =
sin θ . Pada aliran seragam , Sf = Sw = S0 = sin θ
• Berdasarkan hukum kekekalan energi, jumlah energi pada penampang 1 di
hulu sama dengan jumlah tinggi energi pada penampang 2 di hilir ditambah
energi dalam (internal), hf atau
V12 V22
z1 + d1 cos + 1 = z2 + d 2 cos + 2 + hf
2g 2g
• Suku pertama pada sebelah kanan berhubungan dengan energi statis/diam dan
suku kedua dengan energi kinetik.
• Karena dA/dy = T dan A/T = D, substitusi kedalam persamaan (3) sehingga
Q2 1
2
=1
gA D
• Untuk Q = VA, maka persamaan menjadi
V2 V
=1 atau =1 (4)
gD gD
Titik berat
y A V=Q/A V2/2g E x
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 5,000
0,200 0,600 25,000 31,888 32,088 0,200
0,400 1,200 12,500 7,972 8,372 0,400 4,500
0,600 1,800 8,333 3,543 4,143 0,600
0,800 2,400 6,250 1,993 2,793 0,800 4,000
1,000 3,000 5,000 1,276 2,276 1,000
1,200 3,600 4,167 0,886 2,086 1,200 3,500
1,400 4,200 3,571 0,651 2,051 1,400
1,600 4,800 3,125 0,498 2,098 1,600 3,000
1,800 5,400 2,778 0,394 2,194 1,800
2,000 6,000 2,500 0,319 2,319 2,000 2,500 y=x
2,200 6,600 2,273 0,264 2,464 2,200
2,400 7,200 2,083 0,221 2,621 2,400 2,000 y=E
2,600 7,800 1,923 0,189 2,789 2,600
2,800 8,400 1,786 0,163 2,963 2,800 1,500
3,000 9,000 1,667 0,142 3,142 3,000
3,200 9,600 1,563 0,125 3,325 3,200 1,000
3,400 10,200 1,471 0,110 3,510 3,400
3,600 10,800 1,389 0,098 3,698 3,600 0,500
3,800 11,400 1,316 0,088 3,888 3,800
4,000 12,000 1,250 0,080 4,080 4,000 0,000
4,200 12,600 1,190 0,072 4,272 4,200 0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000
4,400 13,200 1,136 0,066 4,466 4,400
4,600 13,800 1,087 0,060 4,660 4,600
4,800 14,400 1,042 0,055 4,855 4,800
5,000 15,000 1,000 0,051 5,051 5,000
Energi spesifik – Peristiwa local
• Perubahan aliran dari sub kritis ke superkritis atau sebaliknya,
seringkali terjadi pada aliran di saluran terbuka.
• Contoh kasus di atas adalah penurunan muka air karena terjunan dan
loncatan air
Energi spesifik – Peristiwa local
Air Terjun
• Perubahan dalam air yang berlangsung cepat dari dalam air besar ke
dalam air kecil akan menghasilkan penurunan muka air yang besar.
• Kondisi di atas terjadi pada perubahan kemiringan saluran secara tiba
– tiba , misalnya pada terjunan
• Pada daerah transisi, terjadi lengkung muka air yang menghubungkan
dalam air sebelum dan pada terjunan.
• Titik balik pada lengkung muka air merupakan perkiraan letak
kedalaman kritis dengan energy spesifik minimum
Gambar 2 – Loncatan bebas ditafsirkan dari kurva energi
spesifik
Energi spesifik – Peristiwa local
Loncatan Air
• Apabila perubahan dalam air secara cepat terjadi dari dalam air kecil (superkritis) ke dalam air
yang lebih besar (sub kritis), akan menghasilkan kenaikan dalam air secara tiba – tiba , disebut
loncatan air
• Peristiwa ini dapat terjadi pada saluran irigasi dengan pintu pengatur,, pada kaki pelimpah atau
pada peralihan saluran terjal dan landau.
• Dalam air sebelum lonca air selalu lebih kecil daripada dalam air setelah loncat air.
• Dalam air sebelum loncat air disebut sebagai kedalaman awal y1 dan kedalaman setelah loncat air
disebut kedalaman akhir y2.
• Pada loncat air akan terjadi kehilangan energy sebesar ∆E seperti gambar berikut :
Gambar 3 – Loncatan hidrolika ditafsirkan dari kurva
energi spesifik
3. Gaya Spesifik
• Bila memakai dalil momentu, untuk suatu bagian saluran
yanglurus, mendatar dan prismatik, maka gaya-gaya luar akibat
gesekan dan akibat berat air dapat diabaikan.
• Sehingga = 0 dan Ff = 0
1 = 2 = 1
28
• Jika menggunakan dalil momentum pada suatu penampang saluran yang
lurus, mendatar, dan prismatik, maka gaya-gaya luar akibat gesekan dan berat
air dapat diabaikan. Dengan θ = 0, Ff = 0, dan β1 = β2 = 1 , persamaan
momentum menjadi
Q
(V2 − V1 ) = P1 − P2 (5)
g
Q2 Q2
+ z1 A1 = + z2 A2 (6)
gA1 gA2
• Untuk suatu penampang berdasarkan persamaan (5) dapat dinyatakan dengan
Q2
F= + zA (6)
gA
• Suku pertama sebelah kanan pada persamaan (6) adalah momentum aliran
melalui suatu penampang per satuan waktu pada satuan berat air dan suku kedua
adalah gaya per satuan berat air. Jumlah kedua suku disebut sebagai gaya spesifik.
• Untuk kondisi gaya spesifik minimum, dF/dy = 0, diferensiasi persamaan (6),
untuk Q konstan, maka
dF Q 2 dA d (z A) (7)
=− + =0
dy gA2 dy dy
2
(8)
dF Q dA
=− 2 + A=0
dy gA dy
• Karena dA/dy = T , Q/A = V, dan A/T = D, substitusi kedalam persamaan (6)
sehingga V2 D
=
2g 2
(9)
• Persamaan (7) menunjukkan bahwa kedalaman pada gaya spesifik minimum
merupakan kedalaman kritis.
Penerapan dalil momentum oleh saluran yang prismatis
32
5. Aliran Kritis
• Aliran disebut kritis, jika
- Energi spesifik mencapai keadaan minimum, untuk suatu aliran dengan
debit tertentu.
- Tinggi energi kecepatan (velocity head) = ½ dari kedalaman hidraulik,
atau: V2/2g = D/2; atau dapat dituliskan sebagai V / (gD)1/2=1.
- Sehingga dalam keadaan kritis, V / (gD)1/2 = Bilangan Froude = 1.
1. Kedalaman kritis, yc diberikan, untuk menghitung Q. Hitung faktor penampang Zc , untuk yc diketahui.
Tentukan Q menggunakan persamaan (10).
2. Untuk menghitung kedalaman kritis untuk Q diberikan. Hitung ,
yang mana adalah sama denganZ =ZcA. Untuk
D penampang geometri sederhana, Zc dinyatakan dalam
bentuk yc dalam bentuk persamaan aljabar. Nilai yc diselesaikan dengan persamaan. Untuk
penampang rumit, prosedur grafis digunakan dimana kurva kedalaman (y) terhadap
dibuat. Berkaitan dengan nilai Zc , sama dengan Q / g / , kedalaman kritis ditentukan langsung dari
kurva.
• Contoh 1
• Diketahui saluran empat persegi panjang, lebar 2 meter. Berapakah kedalaman dan kecepatan
kritis aliran apabila debit yang mengalir adalah 2 m3/det?
Cara Aljabar
Dalam keadaan kritis, Fr = 1
v/(gD)1/2= 1
Q/[b y (g.b y/ b)1/2) = 1
Q = b y3/2 g1/2
yc = (Q/(b.g1/2))2/3 = 0,47 m,
vc = 2 / (2 x 0,47) = 2,12 m/det
Cara Grafis
Faktor penampang untuk perhitungan aliran kritis, Z = AD1/2 = A3/2/T1/2
Dalam keadaan kritis,V2 / 2g = D/2, sehingga diperoleh Z =Q/g1/2
1. Buat kurva y vs. Z
2. Hitung Z =Q/g1/2
3. Temukan harga y yang bersesuaian dengan Z tersebut.
0.8
0.7
0.6
0.5
y (m)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Z (m^(5/2))
y/b
Z/b2.5
(4+8y)
1 y 1
4 4
4m
Q 30
2. = = 9,58
g 9,81
(4 + 4 y )y
3/ 2
A, = (4 + ,4 y ) y T = 4 + 8y Zc = A D=
3. Untuk kedalaman y,
(4 + 8 y )1/ 2
4. Untuk nilai y yang dipilih, Z c dihitung di tabel bawah
2,5
2,0
Kedalaman, y (m)
1,5
yc =
1,22 m
1,0
0,5
9,58
0 10 20 30 40 50
Faktor penampang, Zc
2g 2(9,81)
MOMENTUM DALAM ALIRAN SALURAN
TERBUKA
Dosen: DR. Ana Nurganah Chaidar, ST., MT.
• Momentum Aliran yang melalui suatu penampang saluran persatuan waktu
dinyatakan dengan :
. .Q.V • Dimana : = Koefisien momentum
g w = Berat satuan air
Q = Debit Aliran
V = Kecepatan aliran
43
Rumusan perubahan momentum persatuan waktu dalam sosok air
diantara penampang 1 dan 2 dapat ditulis :
Q.w
2.V2 − 1.V1 = P1 − P2 + w.sin − Ff Untuk aliran
g berubah tiba-
Dimana : tiba, distribusi
tekanan tidak
P1 dan P2 = Resultan tekanan yang bekerja lagi secara
Ff = jumlah gaya luar dari gesekan dan hidrostatik, disini
tahanan yang bekerja nilai P1 dan P2
tidak dapat
Untuk aliran sejajar atau aliran berubah lambat laun, dihitung lagi
nilai P1 dan P2 dalam persamaan momentum dapat dengan cara
dihitung berdasarkan anggapan adanya distribusi demikian
tekanan hidrostatik.
44
• Untuk penyederhanaan nilai p1 dan p2 diganti sebagai 1’P1 dan 2’P2
• 1’ dan 2’ adalah koreksi pada kedua penampang yang dikenal dengan
koefisien distribusi tekanan.
• Koefisien Gaya : 1
A
1
A
= − h.dA = 1 + − C.dA
Az 0 Az 0
Dimana :
z = kedalaman titik berat luas basah A di bawah
permukaan bebas
h = tinggi tekanan pada bidang dasar
c = koreksi tinggi tekanan
45
• Bila diterapkan untuk suatu aliran tertentu diketahui
persamaan momentum sama dengan pers. Energi, dalam
hal ini aliran dianggap aliran berunah lambat laun, ’=1
• Sehingga :
Q = ½ (V1 + V2).b.y
P1 = 1 / 2.w.b. y1
2
46
1. Persamaan Momentum
• Momentum semestinya tidak dihilangkan dalam suatu sistem hidrolika. Bilamana suatu perubahan
terjadi dalam momentum, momentum dikonversikan kedalam gaya impulse
m V = F (1)
t
• Berdasarkan hukum Newton kedua dari gerakan , resultan gaya luar yang bekerja pada suatu benda
dalam arah tertentu adalah sama dengan besaran perubahan momentum dari benda dalam arah
tersebut. Besaran momentum ditentukan sebagai perkalian besaran massa aliran (ρQ) dan
kecepatannya (V). Pada Gambar 1.1 dibawah.
(2)
Q( 2V2 − 1V1 ) = P1 − P2 + W sin − Ff
dimana:
P1 , P2 = resultan gaya pada penampang 1 dan 2
W = berat air antara penampang 1 dan 2
Ff = gaya geser yg bekerja sepanjang permukaan antara air dan
saluran
• Persamaan (2) adalah persamaan momentum. Suku Ff mengukur gaya yang dialami oleh air
pada dinding saluran. Gaya ini tidak dikaitkan dengan kehilangan internal. Dalam banyak
aplikasi, Ff diabaikan.
• Persamaan momentum menghitung semua gaya dalam suatu sistem hidolika. Sistem ini bebas
dari persamaan energi karena energi adalah kuantitas skalar, dimana momentum adalah suatu
kuantitas vektor. Dalam permasalahan tertentu, kedua-duanya mengarah kepada hasil yang
sama.
• Dalam permasalahan tertentu hanya salah satu dapat digunakan dengan mudah. Persamaan
energi lebih mudah digunakan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Bagaimanapun, dalam
permasalahan2 yang melibatkan kehilangan energi yang tidak diketahui seperti loncatan
hidrolika, persamaan momentum memiliki aplikasi langsung,
Gambar 1.1 – Penerapan dalil momentum
• Contoh 1
• Tentukan debit per unit lebar diatas puncak bendung dalam saluran persegi seperti pada
Gambar 3.3. Abaikan kehilangan energi dan β1 = β2 = 1 . Selesaikan dengan menggunakan
prinsip momentum.
1. Tinjau dasar horizontal, komponen berat dalam arah aliran adlah nol.
2. Gaya-gaya tekanan yang bekerja adalah:
a. Tekanan hulu pada penampang 1.
P1 = by12 = (1)(10)
1 1 2
2 2
P2 = by 22 = (1)(3)
1 1 2
2 2
P3 = h( y1 − h ) + y1
1
c. Tekanan air diatas bendung pada penampang 2. 2
= (4 )(10 − 4 ) + 10
1
2
= 32
3. Terapkan persamaan momentum antara penampang 1 dan 2.
q(V2 − V1 ) = (100) − 1 (9) − 32 y
1
g 2 2
dan q q
q = A2V2 V2 = =
(1)(3) 3
→ 1 2 1 1
q − = 13,5
g 3 10
q = 43 cfs / ft lebar