Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PPL


Prespektif global sebagai paradigma kehidupan baru mengisyaratkan
dua hal pokok dan penting, yaitu: “international competition dan nternational
link”. Mengantisipasi kedua hal tersebut diperlukan keunggulan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang mampu bergerak dan bertindak cepat (fast moving and
fast acting), serta memiliki kepercayaan diri yang kuat disamping tetap
menghargai kemampuan orang lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat, kemajuan teknologi yang
tiada henti dan persaingan dunia kerja yang semakin ketat serta kehidupan
masyarakat yang semakin mendunia yang diiringi dengan berbagai perubahan
dan kemajuan serta masalah-masalah yang melekat didalamnya, menimbulkan
berbagai tantangan dan sekaaligus menumbuhkan harapan bagi seluruh
masyarakat dan khususnya mahasiswa/alumni psikologi. Tantangan, harapan,
kesenjangan dan persaingan yang terus menerus sebagai suatu kenyataan yang
dihadapi manusia dalam berbagai setting kehidupan menjadi potensi
timbulnya berbagai permasalahan. Kondidi semacam ini menjadi focus
perhatian dan area kerja lulusan psikologi semakin meluas dalam berbagai
bidang.
Banyaknya jumlah lulusan Fakultas Psikologi dari berbagai Perguruan
Tinggi di Indonesia yang mencari pekerjaan, menjadi tantangan tersendiri
bagi mahasiswa/Alumni Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
untuk mendapatkan pekerjaan dan jabatan/posisi yang sesuai ditempat kerja.
Setiap tahun Fakultas Psikologi UIN Suska Riau meluluskan Sarjana
Psikologi baru. Lulusan ini akan bersaing dengan lulusan Sarjana Psikologi
dari Perguruan Tinggi lainnya. Kondisi ini mengharuskan Sarjana Psikologi

1
UIN Susja Riau harus memiliki nilai lebih dibandingkan lulusan perguruan
tinggi lainnya.
Untuk menghadapi persaingan dengan mahasiswa psikologi dari
pergutruan tinggi lainnya, mahasiswa fakultas psikologi UIN suska riau harus
mempersiapkan diri dengan optimal baik secara teori maupun secara praktik.
Pembekalan teori dapat dimaksimalkan dalam perkuliahan tatap muka dikelas.
Namun, untuk mendapatkan pengalaman dalam mempraktikkan teori-teori
tersebut, diperlukan sebuah wadah yang mampu mengakomodir mahasiswa
dalam mendapatkan praktik pengalaman lapangan. Pengalaman langsung di
lapangan meraskan kondisi nyata dunia kerja, praktik pegalaman lapangan
(PPL) merupakan sarana pembelajaran bagi mahasiswa dalam beradaptasi dan
menerapkan nilai-nilai dalam dunia kerja.
Praktik pengalaman lapangan (PPL) fakultas psikologi UIN sultan
syarif kasim riau tahun 2018 dirancang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
dunia kerja serta sesuai dengan minat mahasiswa, yaitu : (1) peminatan bidang
pendidikan; (2) peminatan bidang perkembangan; (3) peminatan bidang
sosial; (4) peminatan bidang industry dan organisasi; (5) peminatan bidang
klinis; dan (6) peminatan bidang psikologi agama, umum dan eksperimen.
Oleh Karen itu, tempat PPL disesuaikan dengan keenam arah peminatan
tersebut.
Praktik pengalaman lapangan (PPL) fakultas psikologi UINsultan
syarif kasim riau dilaksanakan dengan paradigm; (1) PPL bukan kegiatan
incidental, sporadis dan sectoral, tetapi upaya sistematis, terpadu dan
berkelanjutan; (2) PPL ditempatkan dalam perspektif pemberdayaan
mahasiswa yang keratif dan produktif; (3) PPL menjadi proses pembelajaran
mahasiswa di dalam komunitas dunia kerja; (4) PPL diposisikan dan menjadi
bagian dari upaya transformasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan terkait
dengan dunia kerja, (5) PPL menjadi media refleksi dan pendidikan
keberagamaan (multikultural).

2
Program kegiatan PPL ini selain bermanfaat bagi mahasiswa
psikologi, juga bermanfaat bagi instansi pemerintah/swasta yang menjadi
tempat dilaksanakan kegiatan PPL ini. Dalam hal ini, instansi pemerintah/
swasta akan memperoleh bantuan dari mahasiswa-mahasiswa yang masih
freshdan memiliki pemahaman teori yang baru, inovatif, kreatif, dan
konstruktif dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Selain itu, melalui
program kegiatan praktik pengalaman lapangan (PPL) pihak instansi
pemerintah/ swasta akan dapat mengenal fakultas psikologi UIN suska riau
dengan lebih baik, demikian juga sebaliknya.

B. Maksud dan Tujuan PPL


Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) fakultas psikologi UIN sultan syarif kasim riau
tahun 2018 yaitu:
1. Tujuan umum
Tujuan umum pelaksanaan praktik pengalaman lapangan (PPL) fakultas
psikologi UIN sultan syarif kasim riau tahun 2018 meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Untuk kepentingan mahasiswa dalam rangka membantu mahasiswa
meningkatka n kemampuan belajar bersama para profesional; aplikasi
ilmu pengetahuan psikologi terintegrasi dengan nilai-nilai keislaman
dalam dunia kerja.
b. Untuk membantu upaya peningkatan produktivitas kerja instansi
(pemerintah/swasta) ditempat mahasiswa PPL.,
c. Untuk kepentingan dosen pembimbing PPL, Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) psikologi tematik peminatan berbasis integrasi
bertujuan untuk mengembangkan profesionalisme dosen dalam
memberdayakanmahasiswa dan dalam melakukan penelitian psikologi
yang berorientasi pada isu-isu konemporer dunia kerja dan

3
pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dan
berkelanjutsn.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan kepedulian dan kemampuan mahasiswa pesertfa PPL
dalam mempelajari dan mengatasi permasalahan dunia kerja melalui
bantuan penyusu program dan pendampingan pelaksanaan progrma
yang inovatif dan kreatif melalui penerapan ilmu dan teknologi
bersama para profesional dan lembaga/instansi terkait dimana
mahasiswa tersebut ditempatkan.
b. Meningkatkan kompetensi dan minat mahasiswa terhadap dunia kerja
sesuai dengan bidang ilmu/peminatan psikologi yang mereka tekuni .
c. Meningkatkankemamppuan mahaasiswan dalm mengenal dan
memahami kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh dunia
kerja.
d. Meningkatkan profesionalisme dosen pembimbing PPL dalam
melaksanakan proses pembimbingan terhadap mahasiswa.
e. Untuk mempererat hubungan antara perguruan tinggi (khususnya
fakultas psikologi UIN sultan syarif kasim riau) dengan berbagai
instansi terkait.
C. Tempat PPL
Adapun tempat pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
yaitu bertepatan di Pusat Layanan Autis (PLA) Provinsi Riau yang beralamat
di Jalan Karya Bakti belakang gedung PIP2B Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
D. Jadwal Pelaksanaan PPL
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dimulai pada tanggal 8 maret 2013
sampai dengan tanggal 8 April 2018. Selain itu waktu PPL dilaksanakan pada
hari senin sampai rabu dari jam 07.30 WIB sampai dengan jam 16.00 WIB
dan pada hari kamis dan jum’at dilaksanakan pada jam 07.30 WIB sampai
dengan 16.30 WIB.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSAT LAYANAN AUTIS (PLA)

A. Sejarah PLA
Pusat Layanan Autis (PLA) Provinsi Riau pertama kali dibangun
pada tahun 2015 yang merupakan lembaga yang memberikan layanan
pada anak autis yang ada di Provinsi Riau. Layanan tersebut perlu
dilakukan untuk meminimalisir hambatan atau gangguan seperti perilaku
repetitive, agresif, gngguan keseimbangan dan lain sebgainya. Kemudian
membentuk perlaku adaptif dalam lingkungan, meningkatkan komunikasi,
membentuk kemadirian anak dan mendukung kemampuan dasar
akademis.
PLA merupakan yayasan yang berada dibawah naungan
pemerintah, dan dibiayai oleh pemerintah. PLA memberikan layanan bagi
putra-putri Provinsi Riau yang memiliki gangguan spekrum autistic yang
diprioritaskan berusia 2 sampai dengan 12 tahun. Keberadaan PLA sangat
strategis dan sangat diperlukan karena anak penyandang autis semakin
bertambah.
Tenaga terapis dipilih dari terapis baik dari Provinsi Riau maupun
luar provinsi yang sudah berpengalaman. Sarana dan prasarana yang
digunakan di PLA ini sangat aman, nyaman dan ramah sesuai dengan
kebutuhan anak autis. PLA juga sebagai pusat assessment bagi anak ABK
Provinsi Riau.
B. Visi dan Misi PLA
a. Visi
Terwujudnya pusat layanan yang bermutu dan mengembangkan
potensi diri anak autis menuju kemandirian dan masa depan yang lebih
baik.

5
b. Misi
1. Mewujudkan pusat layanan autis provinsi riau sebagai pusat
assesment
2. Menjadikan anak autis lebih mandiri.
3. Membentuk pribadi anak autis yang berkualitas dan dapat diterima
di masyarakat serta dapat bermanfaat.
4. Menjalin kerjasama kemitraan dengan instansi dan organisasi
terkait
C. Tujuan PLA
1. Mensukseskan wajib belajar bagi penyandang autisme yang
berazaskan tidak diskrimasi.
2. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi orang tua dan masyarakat
bagi penyandang autis.
3. Meningktakan kualitas guru dan terapis sesuai perkembangan
pendidikan yang ada.
4. Mempersiapkan penyandang autisme untuk memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya.
D. Fasilitas PLA
Fasilitas yang ada di PLA diantaranya yaitu:
1. Free wifi 13. Ruang terapi okuvasi
2. Ruang belajar ber AC 14. Ruang assesmen
3. Ruang serbaguna 15. Ruang kios
4. Kolam renang terapi 16. Ruang terapi visual
5. Ruang pustaka 17. Ruang terapi snoezelen
6. Ruang edukasi 18. Ruang terapi bina diri
7. Ruang fisioterapi 19. Ruang sensory
8. Ruang tenang 20. Ruang poliklinik
9. Ruang terapi bermain 21. Ruang biomedik

6
10. Ruang terapi bermain 22. Ruang pembelajaran
11. Ruang kelas transisi 23.Loby lantai 1 & 2
12. Ruang pengembangan 24.CCTV
E. Syarat pendaftaran masuk PLA
1. Foto copy KTP orang tua
2. Foto copy kartu keluarga
3. Pasfoto 3 X 4 sebanyak 2 lembar
4. Anak berusia 2-12 tahun

7
F. Struktur Organisasi
Gambar 2.1 struktur organisasi PLA

Kepala Bidang PK-PLK


Kaifi Azmi

Ketua PLA
Hanggi Meisya Firdaus, S.IP, M.Si

Koord. Koord. Terapis Koord. Keamanan Koord. Cleanning


Administrasi Syarkani Syarkani Service
Rahmayanti S.Pd Syarkani

1. Agus Purwito 1. Agustina Amd. 1. Ardi 1. Delfi Endra


S. I.Kom FT 2. Rosmen Saputra 2. Erni Fatmawati
2. Ade Irma 2. Gallan Berkah 3. Sartomo 3. Rani Ofiska
Suryani Mahesa M.Pd 4. Rinaldi Putri
3. Dede Defri 3. Khirmadiana 5. Vico Prayogo 4. Ristianto
4. Derlimando Mahda S.Psi 6. Rudi Irawan 5. Ristoyo
Manullang S.H 4. Mega 7. Yurnalis Eka 6. Taufid KH
5. Faturrahmah Desliantari S.Psi Saputro
S.Pd 5. Merissa 8. Muslim
6. Hamdani S.Km Pramaishela S.Pd
7. JH. Alendra ST 6. Muhammad
8. JH Alerianda Fadli S.Pd
S.Kom 7. Nasrul Hair
9. Nia Afrilia S.IP S.Psi
10. Yenita 8. NS. Dingin
11. Dwipi Nanda S.Km Maya Putri S.Kep
12. Marini Magdalena 9. Nurverina
M Amd. Gz Margaretha S.Psi
10. Salimah Sst. FT
11. Satri Yani S.Psi
12. Teguh Razianto
Amd. OT, S.Psi

8
G. Kegiatan Umum PLA
Adapun kegiatan umum yang ada di Pusat Layanan Autis (PLA) sebagai
berikut:
1. Assesment
Kegiatan assesment dilakukan pada saat orang tua telah mendaftarkan
anaknya dan telah melengkapi persyaratan. Terdapat beberapa tenaga
yang melakukan assesment diantaranya yaitu psikolog, ahli gizi dan
terapis. Assesment ini dilakukan untuk mendiagnosa kelainan pada
anak dan merancang penanganan yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan ABK.
2. Terapi
Setelah ditegakkan diagnosa terhadap ABK maka ditetapkan
penanganan yang akan diberikan yang berupa terapi. Terapi yang
disediakan di pusat layanan autis (PLA) diantaranya terapi perilaku,
terapi wicara, terapi okupasi, terapi sensori integrasi, snoezelen, dan
fisioterapi. Berikut penjelasan tentang terapi yang ada di PLA.
a. Terapi perilaku
Terapi perilaku menurut Sunu (2012) merupakan suatu teknik
terapi yang bertujuan untuk menghilangkan perilaku-perilaku yang
tidak dapat diterima secara sosial dan untuk membangun perilaku-
perilaku yang baru yang secara sosial bermanfaat dan dapat
diterima. Handoyo (2004) menyatakan bahwa terapi perilaku
adalah terapi yang berguna untuk mengurangi perilaku yang tidak
lazim dan menggantinya dengan perilaku yang bisa diterima oleh
masyarakat.
b. Terapi wicara
Terapi wicara adalah suatu ilmu/kiat yang mempelajari perilaku
komunikasi normal/abnormal yang dipergunakan untuk
memberikan terapi pada penderita gangguan perilaku komunikasi,

9
yaitu kelainan kemampuan bahasa, bicara, suara,irama/kelancaran,
sehingga penderita mampu berinteraksi dengan lingkungan secara
wajar. Terapi wicara di gunakan untuk menangani anak dengan
gangguan komunikasi hal ini sering dideteksi terlambat bicara.
Untuk itu diperlukan terapi wicara dengan melatih wicara anak
agar anak dapat berkomunikasi dengan masyarakat.
c. Terapi okupasi
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni
pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas
tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan
kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan
peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri,
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan
Purwanto, 2009). Terapis okupasi membantu individu yang
mengalami gangguan dalam fungsi motorik, sensorik, kognitif juga
fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut mengalami
hambatan dalam melakukan aktivitas perawatan diri, aktivitas
produktivitas, dan dalam aktivitas untuk mengisi waktu luang.
Tujuan dari pelatihan Terapi Okupasi itu sendiri adalah untuk
mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari
kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik
maupun mental, dengan memberikan aktivitas yang terencana
dengan memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita
diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga maupun masyarakat.
Secara garis besar terapi okupasi difokuskan pada dua aspek yaitu
aspek kemampuan dan aspek keterampilan.
d. Terapi sensori integrasi
Terapi sensory integrasi adalah proses neurological yang
mengorganisasikan sensori dari tubuh seseorang dan dari

10
lingkungan. Pengorganisasian ini akan memungkinkan tubuh
merespon lingkungannya secara efektif. Terapi ini juga
mengintegrasikan informasi sensori yang akan digunakan melalui
sensori (sentuhan, kesadaran, gerakan tubuh, keseimbangan dan
gravita-sinya, pengecapan, penglihatan dan pendengaran), memori
dan knowledge. Sensori integrasi terpusat di tiga dasar yaitu
tactile, vestibular dan proprioceptive, ketiganya terbentuk dan
terhubung sebelum seseorang dilahirkan dan akan terus
berkembang ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya.
e. Terapi Snoezelen
Snoezelen adalah sebuah aktifitas yang bertujuan merangsang
sistem susunan saraf pusat (otak) melalui pemberian stimulasi
sensori seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan,
keseimbangan agar anak dapat mencapai relaksasi atau aktifitas
untuk menumbuhkan ketenangan psikisnya serta meningkatkan
kualitas hidupnya. Media yang digunakan dalam terapi ini antara
lain: efek lampu, permukaan taktil, musik lembut, dan aroma
terapi.
f. Fisioterapi
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujkan
kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan
mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi.
Pelaksanaan tiap-tiap terapi ini dilakukan secara individu dengan artian
satu ABK dipegang oleh satu orang terapis setiap sesinya. Kegiatan
terapi ini berlangsung selama 60 menit diantaranya 50 menit untuk

11
terapi dan 10 menit terakhir untuk diskusi terapis dengan orang tua
ABK.
3. Kelas transisi
Kelas transisi bertujuan untuk melatih anak agar siap untuk
melanjutkan pendidikan kesekolah inklusi maupun SLB. Kriteria anak
yang sudah bisa masuk kedalam kelas transisi yaitu kontak mata sudah
bagus, memiliki ketahanan untuk duduk, dan bisa berbicara, menulis
maupun berhitung. Kelas transisi ini terdiri dari 4 sampai 5 anak.
Dalam kelas transisi akan digali dan dikembangkan kemampuan,
potensi, dan minat anak, sehingga akan terlihat gambaran yang jelas
mengenai tingkat kelemahan dan keunggulan anak, yang merupakan
karakteristik spesifik dari tiap-tiap individu. Berdasarkan karakteristik
dan tingkat kemajuan anak yang dicapai dalam program sebelumnya,
dapat dibuat rencana pendidikan lanjutan yang paling sesuai.
4. Play teraphy
Play teraphy merupakan kegiatan terapi yang dilakukan dengan
beberapa anak sekaligus. Di dalam play teraphy anak bermain
bersama-sama dan dibimbing oleh terapis. Permainan yang diberikan
terapis saat play terapi diantaranya menari, bernyanyi, bina diri, dan
berkebun.
5. Senam atau gotong royong
Kegiatan senam atau gotong royong dilakukan setiap hari kamis pagi
sebelum kegiatan terapi dimulai. Kegiatan ini berlaku bagi seluruh
anggota divisi yang ada di PLA.
6. Pengajian atau yasinan
Kegiatan ini dilakukan setiap hari jumat pagi sebelum kegiatan terapi
dimulai, kegiatan pengajian/ yasinan ini biasanya dipimpin oleh
psikolog yang ada di PLA atau orang yang bersedia mengisi acara
pada hari tersebut.

12
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN

A. Program Kegiatan PPL


Program kegiatan selama di PLA berlangsung mulai dari tanggal 08 maret
sampai dengan tanggal 06 april 2018 yang dibagi kedalam dua jenis
kegiatan yaitu:
1. Kegiatan inti
Kegiatan inti adalah rutinitas pokok yang dilakukan mahasiswa PPL.
Berikut adalah rutinitas pokok yang dilakukan selama melaksanakan
PPL:
a. Masuk jam 07.30 WIB sampai dengan jam 16.30 WIB.
b. Mengisi absensi kehadiran
c. Apel pagi
d. Observasi ABK diruang terapi
e. Bimbingan materi dari terapis
2. Kegiatan keilmuan
Kegiatan keilmuan merupakan rutinitas tambahan yang bertujuan
memberikan tambahan wawasan bagi mahasiswa PPL mengenai ABK
dan terapi untuk ABK. kegiatan keilmuan ini seperti penysusnan
makalah mengenai ABK dan terapi untuk ABK, menyusunan laporan
baik itu laporan observasi, laporan assement, laporan penyusunan
program terapi, laporan konseling terhadap orang tua anak, membuat
rancangan kegiatan untuk anak ABK serta mengaplikasikan rancangan
program yang telah dibuat. Selain itu kegiatan keilmuan juga
dilakukan melalui ujian teori dan ujian praktek.

13
B. Pelaksanaan Program Kegiatan PPL
Adapun pelaksanaan program kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan Inti dilakukan setiap hari selama masa PPL berlangsung
dengan jadwal berikut :
a. Pada pukul 07.30-08.00 WIB mengisi absensi kedatangan dan
mengikuti apel pagi, kegiatan apel dibina secara bergantian oleh
salah seorang perwakilan dari salah satu divisi setiap harinya.
Dalam kegiatan apel ini pembina apel mengecek kehadiran
seluruh staff PLA, memberikan pengarahan dan memimpin do’a
sebelum kegiatan dimulai.
b. Pada pukul 08.00 - 12.00 dan pukul 13.30 – 15. 30 melakukan
observasi diruangan terapi, kegiatan observasi ini dilakukan
sesuai dengan jadwal yang telah disediakan oleh PLA, jadwal
observasi ini berbeda tiap-tiap mahasiswa PPL, tujuan dari
observasi ini adalah untuk mengamati perilaku anak sebagai dasar
penyususnan asesmen pada kegiatan selanjutnya. Selain itu
mahasiswa juga mencatat apa saja yang diberikan oleh terapis
pada ABK selama proses terapi dan apa tujuannya. Berikut adalah
hasil observasi terapi.
Tabel 3.1 Hasil Observasi ABK
No. Nama Anak Hasil Observasi
1 J Berjenis kelamin perempuan, berusia 4
tahun dengan berat badan 15 kg dan
tinggi badan 106 cm, berkulit sawo
matang dan berbadan kurus. J menjalani
terapi di PLA karena didiagnosis
mengalami autisme. Saat ini jeehan telah
menjalani terapi selama 2 tahun di PLA.

14
Selama melakukan kegiatan terapi jeehan
lebih banyak diam dan tidak banyak
berbicara, jeehan suka memainkan jari-
jarinya. Jeehan belum mampu berbicara,
terkadang hanya bergumam. Kontak mata
jeehan masih belum bagus karena belum
bisa menoleh secara spontan saat
dipanggil namanya. saat ini jeehan sudah
mengenal sebagian anggota tubuh seperti
kepala, mata, hidung dan bibir.
2 Missel Berjenis kelamin perempuan, berusia 8
tahun dengan berat badan 19 kg dan
tinggi badan 118 cm, berkulit sawo
matang dan berbadan kurus. Missel suka
mengoceh seperti bernyanyi. Missel
menjalani terapi karena didiagnosa autis
dengan hiperaktif dan impulsif. Saat ini
kemajuan missel selama melakukan terapi
di PLA yaitu sudah bisa berbicara
menyebut nama dan berhitung 1-5
meskipun kontak mata dan kepatuhan
missel masih belum terlalu bagus.
Kendala yang dihadapi terapis dalam
memberikan terapi yaitu misel belum bisa
fokus selama menjalani terapi. Dan
missel juga sensitif terhadap suara keras,
ia selalu menutup telinga saat mendengar
suara keras.

15
3 Habib Berusia 10 tahun dan kulit sawo matang.
Habib memiliki diagnosa retardasi
mental. Saat melakukan terapi habib tidak
bisa diam dan tidak fokus, habib juga
cepat bosan apabila diajak belajar untuk
memahami dan mengingat sesuatu seperti
nama hewan dan buah-buahan ataupun
melakukan aktivitas yang monoton.
Habib sudah mampu mengenal anggota
tubuh, namun habib belum mampu
mewarnai dengan rapi.
4 Haikal Berusia 8 tahun, saat ini sudah sekolah di
salah satu sekolah SD di pekanbaru.
selama menjalani terapi haikal sudah
memiliki kemampuan yang jauh lebih
baik dari teman-teman terapinya yang
lain. haikal bisa membaca dengan baik
dan bisa berinteraksi serta berkomunikasi
dua arah. Hanya saja haikal kurang
mampu untuk berbicara sopan dengan
orang yang lebih tua darinya.
5 Falah Berusia 5 tahun berjenis kelamin laki-
laki, berat badan 14,5 kg dan tinggi badan
101 cm, berbadan kurus dan kulit sawo
matang, masih belum bisa berbicara.
Kontak mata falah masih belum terlalu
bagus dan masih perlu bantuan. Falah
selalu melihat ke sekeliling ruangan.

16
Falah sudah memahami instruksi instruksi
seperti berdiri, duduk, tos, ambil, dan
pasang meskipun masih butuh bantuan.
Saat ini falah sudah bisa menyamakan
warna, bisa menyamakan bentuk puzzle
meskipun terkadang masih butuh bantuan
dari terapis , falah sedang belajar
membuka mulut dan menyebut A.
6 Fahim Berusia 8 tahun berjenis kelamin laki-
laki, dengan berat badan 28 kg dan tinggi
badan 117 cm. Untuk anak seusianya
fahim tergolong overweight. Fahim suka
mengoceh sendiri dan tidak bisa duduk
diam, selama melakukan kegiatan terapi
perilaku fahim tidak dapat duduk tenang
dan tidak konsentrasi. Fahim mengenal
nama beberapa aktivitas seperti sikat gigi,
makan, minum tidur dan mewarnai.
Fahim sudah mengenal jenis-jenis hewan
danbuah-buahan.
Selain itu, saat melakukan terapi sensori
integrasi, fahim belajar melatih
keseimbangan tubuh melalui permainan
bola gym.
7 Aurel Berjenis kelamin perempuan berusia 8
tahun, dengan berat badan 26 kg dan
tinggi badan 122 cm, untuk anak
seusianya berat dan tinggi badan aurel

17
tergolong normal. Aurel didiagnosa
mengalami autisme, selama melakukan
terapi aurel tidak bisa duduk dengan
tenang dan suka memukul- mukul meja.
Kontak mata aurel sudah cukup baik
meskipun masih butuh bantuan, saat
pertama diobservasi aurel belum bisa
berbicara, namun pada minggu ketiga
aurel sudah bisa mengucapkan ‘apa” saat
dipanggil. Aurel sudah mengenal
beberapa anggota tubuh.
8 Adelin Berjenis kelamin perempuan, adelin
merupakan kembaran dari aurel, namun
kemampuan adelin sudah sedikit lebih
bagus dari aurel, adelin mampu berbicara
meskipun hanya kata-kata sederhana,
adelin mampu mengenal anggota tubuh,
buah-buahan namun adelin belum bisa
menyebutkannya.
9 Hilal Berjenis kelamin laki-laki, berbadan
kurus dan berkulit sawo matang. Hilal
belum bisa melakukan kontak mata
dengan terapis dan belum ada kepatuhan
maupun pemahaman terhadap instruksi
yang diberikan.
10 Agha Berkulit putih dan berbadan kurus.
Selama melakukan sesi terapi agha selalu
menutup mata dan menunduk setiap

18
dipanggil oleh terapis. Agha juga sering
malas mengikuti instruksi yang berikan
oleh terapis.
11 Randi Berjenis kelami laki-laki dan berbadan
kurus, kontak mata randi masih buruk dan
tidak ada konsentrasi, selama mengikuti
terapi randi selalu mengoceh dan sering
malas mengikuti instruksi dari terapis.
Saat melakukan terapi randi sudah
mampu mengenal kartu alat transportasi.
12 Aris Berjenis kelamin laki-laki dan berbadan
kurus, aris belum bisa berbicara dan
belum memahami instruksi. Saat
melakukan kegiatan terapi aris belajar
latihan problem solving dan motorik
halus melalui permain puszzle dan
memasang kancing baju, selama
melakukan kegiatan terapi aris sering
mengoceh dan tidak mau mendengarkan
instruksi dari terapis.
13 Dimas Dimas suka memukul meja dan dirinya
sendiri, saat sudah kelas dimas sering
memukul kepala atau dagunya.
Kemampuan berbicara dimas masih
sederhana, selama melakukan kegiatan
terapi dimas juga suka mengoceh. Dimas
sudah mampu mengenal buah- buahan
tanpa bantuan dari terapis.

19
14 Zaki Berusia 10 tahun, dengan berat badan 24
kg dan tinggi baan 131 cm. Zaki berbadan
kurus atau underweight dan kulit sawo
matang, bentuk wajah persegi dan
berpenampilan rapi. Zaki memiliki
perkembangan kognitif yang cukup
bagus, daya ingatnya cukup baik,zaki
mampu mengenal anggota tubuh, nama
hewan dan buah-buahan. Selain itu zaki
juga mampu menulis suatu kalimat yang
terdiri dari 3 kata. zaki juga mampu
mengenal bentuk. Zaki tergolong anak
yang mudah diatur, ia mampu
mendengarkan dan melakukan dengan
baik apa yang diperintahkan oleh terapis.
Zaki sudah mampu untuk berinteraksi
dengan orang-orang disekelilingnya
meskipun hanya pembicaraan yang
sederhana seperti menjawab saat
dipanggil, saat ditanya apa kabar dan
sudah makan atau belum. Kontak mata Z
sudah bagus.
Selain itu Z juga memiliki keunikan yaitu
sangat suka kebersihan dan kerapian dan
tidak boleh ada orang yang menyentuh
benda-benda yang sudah ia rapikan, saat
memasuki gedung terapi dan melihat
mainan yang berantakan Z langsung

20
merapikannya. Saat ini Z juga sudah
mampu dalam melakukan bina diri
seperti merapikan rambur, melipat baju,
merapikan tempat tidur dan
mengancingkan baju sendiri. Oleh karena
itu, saat
ini zaki sudah mulai mengikuti kelas
transisi.
15 Habibi Saat ini habibi berusia 10 tahun dengan
berat badan 25 kg dan tinggi 131 cm,
untuk ukuran anak seusianya habibi
tergolong underweight. Habibi memiliki
wajah bulat dengan mata sipit dan
berpenampilan rapi.
Habibi sudah mampu melakukan kontak
mata dengan baik, dan sudah memiliki
pemahaman tentang hari, tanggal dan
tahun. Saat mengikuti sesi terapi perilaku,
habibi sudah mampu menjumlahkan
bilangan bulat.
16 Rido Rido berusia 11 tahun dengan berat badan
50 kg dan tinggi badan 149 cm, untuk
anak seusianya rido tergolong anak yang
overweight. Rido memiliki wajah bulat,
berkulit hitam dan berpenampilan kurang
rapi.
Saat ini kemampuan kontak mata sudah
baik, rido sudah mampu melakukan

21
komunikasi dengan orang lain meskipun
hanya melakukan percakapan sederhana.
Rido memiliki sifat yang hipoaktif. Saat
ini rido sudah mampu menjumlahkan
bilangan bulat.
17 Dastan Berusia 11 tahun, berbadan kurus, muka
lonjong dan selalu memakai kemeja dan
peci, dastan tidak suka apabila ada orang
lain yang memegang pecinya.
Saat melakukan observasi dastan sedang
menjalani terapi okupasi, selama
menjalani terapi dastan tidak bisa
konsentrasi dan selalu memperhatikan ke
sekeliling ruangan oleh karena itu terapis
memberinya kegiatan yang dapat
meningkatkan konsentrasi seperti
menisik. Setelah itu kegiatan dastan
dilanjutkan dengan menghitung jumlah
kelereng.

c. Pada pukul 12.00 – 13.30 istirahat dan isoma


d. Pada pukul 15.30 mengikuti bimbingan materi, bimbingan materi
ini dilakukan setiap hari senin, rabu dan jumat yang diberikan
oleh terapis yang ada di PLA sesuai jadwal yang sudah
ditetapkan. Materi yang diberikan oleh terapis yaitu mengenai
ABK dan terapi yang ada di PLA.
e. Pukul 16.00 atau 16.30 WIB selesai.

22
2. Kegiatan keilmuan
Kegiatan keilmuan ini dilakukan secara individual pada
masing-masing mahasiswa PPL guna menambah wawasan dan
keterampilan mahasiswa PPL. Adapun pelaksanaan program kegiatan
sebagai berikut :
a. Penyusunan makalah tentang autisme, ADHD/ADD,speech delay,
down syndrome, dan retardasi mental yang dikumpulkan pada
tanggal 14 maret 2018.
b. Penyusunan makalah tentang terapi perilaku, terapi wicara, terapi
okupasi, terapi sensori integrasi, snoezelen, dan fisioterapi yang
dikumpulkan pada tanggal 16 maret 2018.
c. Penyusunan rancangan kegiatan/program kerja yang dikumpulkan
pada 16 maret 2018.
d. Penyusunan laporan observasi terhadap ABK dan orang tua
mengenai kondisi fisik, dan psikis anak saat ini, laporan
dikumpulkan pada tanggal 19 maret 2018.
e. Penyusunan laporan asesment terhadap ABK mengenai
perkembangan anak saat ini, laporan assesment dikumpulkan pada
tanggal 19 maret 2018.
f. Mengaplikasikan rancangan kegiatan /program kerja sebagai
sumbangsih nyata di PLA untuk ABK pada tanggal 19-22 maret
2018.
g. Penyusunan laporan program terapi, dikumpulkan pada tanggal 21
Maret 2018.
h. Ujian teori yang dilakukan pada tanggal 26 Maret 2018
i. Ujian praktek yang dilaksanakan pada tanggal 02 Maret 2018.
j. Penyusunan makalah singkat mengenai pengetahuan dan
pengalaman yang didapat selama melakukan PPL di PLA yang
dikumpulkan pada tanggal 02 April 2018.

23
k. Mempresentasikan makalah singkat mengenai pengetahuan dan
pengalaman yang didapat selama melakukan PPL di PLA pada
tanggal 05 april 2018.
C. Kendala yang Dihadapi Selama Melaksanakan Program PPL
Selama menjalani PPL di PLA terdapat beberapa kendala yang
dihadapi diantaranya yaitu kurangnya pengalaman dan pengetahuan
mahasiswa tentang ABK dan tentang terapi yang ada di PLA, sehingga
membuat mahasiswa cukup merasa kesulitan dalam menghadapi ABK
dan dalam memberikan terapi perilaku pada ABK. Mahasiswa masih ragu
dan kurang percaya diri saat diberikan kesempatan untuk menangani
ABK, seperti saat pelaksanaan program kegiatan yang telah disusun
sebelumnya, mahasiswa kurang mampu untuk menetapkan kegiatan yang
cocok untuk diberikan kepada beberapa ABK sekaligus, sehingga
program yang dibuat kurang berjalan dengan lancar, selama pelaksanaan
program mahasiswa belum mampu mengontrol seluruh ABK, akibatnya
sebagian anak terabaikan.
Serta pada saat diberikan kesempatan untuk memberikan terapi
perilaku pada ABK, mahasiswa masih belum terbiasa menghadapi sikap
anak yang terkadang tidak mau untuk diajak belajar, dan mahasiswa juga
masih belum terbiasa menghadapi ABK yang terkadang tiba-tiba
menangis atau mengamuk saat menjalani terapi, sehingga saat anak tiba-
tiba menangis atau tidak mau belajar, mahasiswa menjadi bingung dan
tidak tau apa yang akan dilakukan agar anak menjadi tenang kembali.
D. Cara Mengatasi Kendala
Selama menjalani PPL di PLA mahasiswa mengatasi kendala
dengan belajar dari melihat cara terapis dalam memberikan terapi dan cara
terapis mengatasi perilaku ABK. Mahasiswa juga bertanya kepada terapis
apabila ada yang tidak dimengerti. Selain itu mahasiswa juga menambah
pengetahuan dengan membaca buku dan literatur tentang ABK dan terapi
untuk ABK.

24
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
PLA merupakan suatu yayasan yang berada dibawah naungan
pemerintah yang memberikan layanan pada seluruh anak berkebutuhan
khusus (ABK) khususnya autis yang ada di Provinsi Riau. Layanan
tersebut perlu dilakukan untuk meminimalisir hambatan atau gangguan
seperti perilaku repetitive, agresif, gangguan keseimbangan dan lain
sebagainya. Kemudian membentuk perilaku adaptif dalam lingkungan,
meningkatkan komunikasi, membentuk kemadirian anak dan mendukung
kemampuan dasar akademis.
Kegiatan umum PLA diantaranya yaitu melaksanakan apel pagi,
senam kesehatan jasmani, pengajian dan terapi. Terapi yang dilaksanakan
diantaranya terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, terapi sensori
integrasi, terapi snoezelen dan fisioterapi. Terapi ini dilaksanakan selama
60 menit diantaranya 50 menit untuk sesi terapi anak dan 10 menit
terakhir untuk sesi diskusi antara terapis dan orang tua.
Tenaga terapis yang memberikan terapi pada ABK dipilih dari
terapis baik dari Provinsi Riau maupun luar provinsi yang sudah
berpengalaman. Sarana dan prasarana yang digunakan di PLA ini sangat
aman, nyaman dan ramah sesuai dengan kebutuhan anak autis. PLA juga
sebagai pusat assessment bagi anak ABK Provinsi Riau.
Selama melaksanakan PPL di PLA mahasiswa melaksanakan
beberapa program diantaranya yaitu program kegiatan inti dan program
keilmuan. Program inti meliputi mengikuti tata tertib yang ada di PLA,
melakukan kegiatan observasi dan bimbingan materi dari terapis yang ada
di PLA. Sedangkan kegiatan keilmuan meliputi penyusunan makalah,
penyusunan laporan, penyusunan program kegiatan dan program terapi
untuk ABK serta melakukan kegiatan ujian teori dan ujian praktek.

25
B. Saran
1. Untuk Fakultas Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Diharapkan kegiatan PPL ini dapat terus dilaksanakan karena dapat
menambah pengalaman dan wawasan mahasiswa, serta melalui
kegiatan PPL mahasiswa dapat benar-benar merasakan situasi dalam
dunia kerja.
2. Untuk PLA
Semoga PLA dapat lebih meningkatkan kulaitas SDM sehingga dapat
terus memberikan pelayanan terbaik bagi anak autis yang ada di
provinsi riau.

26
DAFTAR PUSTAKA
Sunu, Christoper (2012). Panduan memecahkan masalah autism unlocking autism.
Yogyakarta: Lintang terbit.
Handoyo. (2004). Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Mengajar untuk
Anak Normal, Autis dan Perilaku Lain. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Riyadi, S dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu

27

Anda mungkin juga menyukai