DINAMIKA KELOMPOK
Oleh:
Windy Poetri Efendi (20081017)
Dimas
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta anugerah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah “Dinamika Kelompok” dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada dosen mata
kuliah Psikologi Kelompok UWP yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kami
mengenai masa dewasa dini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohom maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A C
B
Individu A, B, dan C bergabung karena ada tujuan bersama yang dalam
gambar diperlihatkan pada warna hitam. Sedangkan A dan B bisa bersatu karena
ada medan overlapping yang menyatukan sebagai tujuan. Demikian juga B dan C.
Semakin besar warna hitam sebagai daerah pertemuan, maka tujuan kelompok
semakin mencerminkan tujuan seluruh anggota.
2. Struktur kelompok (group stucture)
Struktur kelompok ini menggambarkan jaring-jaring otoritas atau wewenang
pengambil keputusan. Serta berperan juga sebagai jaring komunikasi untuk
menyampaikan instruksi/informasi dari atas ke bawah. Akan tetapi dapat juga
berfungsi sebagai jaring penyampai aspirasi dari bawah ke atas.
Pada kelompok kecil hal serupa ini mungkin tidak begitu terasa karena
hubungan interpersonal antar anggotanya dapat berlangsung secara informal.
Berbeda dengan kelompok besar, hal serupa itu amat terasa. Keruwetan (crowded)
dari jaringan ini menunjukkan keruwetan juga sistem informasi/komunikasi yang
ada pada kelompok.
3. Fungsi kerja kelompok
Task function dari kelompok menyangkut apa saja yang harus dikerjakan oleh
kelompok. Antara lain menyangkut bidang:
a. Kepuasan : Maksudnya ialah kelompok dapat memberikan
kepuasan pada semua anggota sehingga kekompakan kelompok akan
terwujud.
b. Informasi : Maksudnya hal-hal yang harus dilakukan anggota
kelompok dalam mencari informasi kelompok dalam mencari informasi.
Keaktifan mencari informasi merupakan nafas kelompok.
c. Penyebarluasan : Maksudnya ialah upaya penyebaran informasi ke
seluruh anggota. Upaya tepat waktu dan cepat adalah motto yang
seharusnya hidup dalam kelompok ini.
d. Koordinasi : Maksudnya ialah di dalam kelompok para anggota
harus ada kesamaan pendapat sehingga timbul kesamaan sikap dari para
anggotanya tentang sesuatu yang akan dicapai.
2. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang juga diartikan sebagai medan interaksi dari individu
(Altman, 1985) ternyata memilliki dimensi-dimensi yang cukup kompleks dan bila
diuraikan maka akan nampak dari masing-masing konsep tersebut. Adapun konsep
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Territoriality
Diartikan sebagai “daerah kepemilikan” suatu ruang/tempat yang berfungsi
sosial dan fisik. Fungsi sosial yang dimaksud ialah sebagai simbolis status
seseorang. Fungsi fisik diartikan sebagai fungsi tempat atau kegunaan. Adapun
konsep territoriality dalam operasionalisasinya dapat dibagi atas:
Individual territoriality
Group territoriality
2. Personal space
Personal space dapat diartikan sebagai daerah diri yaitu sekitar tubuh, bukan
geografis. Batasnya sendiri bersifat maya (tidak jelas) atau semu, sesuai dengan
hubungan interpersinal dan sosial seseorang dengan orang lain.
Personal space ini cenderung berkaitan dengan afeksi seseorang. Maksudnya
ialah seolah-olah diri seseorang dilingkari oleh lingkaran yang apabila kehadiran
orang lain menyentuh daerah ini dan orang tersebut disukai, maka afeksi
bervalensi positif. Sebaliknya, jika tidak disukai maka akan bervalensi negatif.
Personal space ini dikenal juga dengan intimate zone, atau daerah keintiman
seseorang terhadap orang lain diluar diri. Konsep personal space ini hendaknya
dibedakan dari beberapa pengertian yang kelihatan memiliki kesamaan. J.S.
Nimpoeno (1990) membedakan beberapa pengertian dasar yaitu:
Personal zone
Social zone
Public zone
Turns
Stalls
Use-space
3. Spatial arrangement
Maksudnya disini ialah tata ruang (Shaw, 1979). Tata ruang mempengaruhi
persepsi seseorang terutama menyagkut status serta reaksi afeksi dari seseorang
kepada orang lain. Termasuk dalam tata ruang ini adalah bagaimana seseorang
memilih tempat duduk. Orang yang persepsi dirinya merasa memiliki status
lebih akan cenderung memilik tempat duduk di depan kepala meja. Sommer
(1969) pernah meneliti hubungan antara pemilihan tempat duduk dengan
aktivitas yang dilakukan dan berkesimpulan:
“aktivitas yang berbeda membuat orang memilih tempat duduk dengan posisi
yang berbeda, biasa berjauhan, berhadapan, dan sebagainya.” (Shaw, 1979:131)
Ada beberapa kemungkinan posisi tempat duduk, yaitu :
a. Posisi sudut-sudut
b. Posisi berhadapan
c. Posisi berlawanan jarak
d. Posisi sudut ujung
e. Posisi berdampingan
f. Posisi ujung-ujung
Pada pembicaraan orang biasa orang akan cenderung untuk memilih posisi “a”
dan “b”. Sedangkan dalam kerjasama, posisi yang dipilih adalah nomor “e”.
Adapun pasangan yang sedang bersaing cenderung memilih berhadapan atau
berlawanan jarak. Sementara untuk dua orang yang saling menahan diri atau
dalam keadaan jengkel, maka posisi duduk cenderung memilih berlawanan
jarak.
2.4. Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi yang dimaksud adalah jaringan komunikasi dalam kelompok.
Penelitian Alex Bavelas (1948) mengadakan penelitian mengenai pengaruh pola komunikasi
dengan pemilihan pemimpin, perkembangan organisasi dan penyelesaian masalah (Shawn,
2979:137).
Adapun bentuk-bentuk pola jaringan komunikasi lebih lanjut oleh Shawn digambarkan
sebagai berikut.
1. Komunikasi tiga orang
2. Komunikasi empat orang
3. Komunikasi lima orang
Kelompok yang memiliki pola jaringan komunikasi posisi sentral (wheel, y, dan
sebagainya) cenderung mengembangkan organisasi dengan semua hal/informasi disalurkan
pada satu orang yang pada akhirnya menyelesaikan sendiri masalah organisasi atau
kelompok tersebut.
Sedangkan pola jaringan komunikasi “comcon”, cara kerjanya seluruh anggota kelompok
anggotanya menerima seluruh indormasi kemudian memanfaatkan informasi tadi guna
menyelesaikan masalah kelompok. Pola jaringan serupa ini sering disebut dengan each-to-
all dan pola komunikasi kurang jelas.
Pada tahun 1954 Shaw pernah mengadakan penelitian menyangkut jaringan komunikasi
pada pola wheel, chain, dan Y. Hasilnya dijelaskan ternyata pada komunikasi sentral lebih
efektif dalam penyelesaian yang tidak rumit dan sifatnya informative. Sedangkan bentuk
desentralisasi yang lebih cocok untuk tugas yang lebih kompleks serta sifatnya operasional.
2.5. Scape Goating