Anda di halaman 1dari 11

TANTANGAN GLOBAL DAN UPAYA MENUJU MANAJEMEN PERGURUAN

TINGGIYANG EFISIEN
Mulyono
mulyonouin@gmail.com
Jurusan MPI FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Jawa Timur, Indonesia

Abstract
Globalization challenging blows the life of university, tertiary educational institution that
has main activity in high educational conversation with academic activity which
commonly has universal concepts and adoptive ability in order to balance with the
condition and Indonesia situation. Now days, tertiary educational institution is focused on
the real big transformation era and it can not be denied anymore that the university must
accept it if want surviving, striving, and developing. Solving those problems, many ideas
are explored, such as economic concept and decentralization. The other opinion as the
alternative is Enterpreneurial University (EU) that is the university which has
entrepreneurship character. Nevertheless, whatever concept and development
management strategy of university that has already been tested is able to be applied
therefore basically; everything must be based on efficiency principle. This point is an
important to build the efficient management in university.
Key words: challenging, management, university efficiency

Abstrak
Globalisasi melahirkan tantangan kehidupan bagi universitas maupun lembaga
pendidikan tinggi. Halitu memaksa universitas dan perguruan tinggi untuk mempunyai
kegiatan utama dalam pergumulan pendidikan tinggi dengan kegiatan akademik yang
umumnya memiliki konsep universal dan kemampuan untuk menyeimbangkan dengan
kondisi dan situasi Indonesia. Sekarang ini, lembaga pendidikan difokuskan pada era
transformasi yang sangat besar dan tidak bisa dipungkiri lagi bahwa universitas harus
menerimanya jika ingin bertahan hidup, berjuang, dan mengembangkan. Memecahkan
masalah tersebut, banyak ide dieksplorasi, seperti konsep ekonomi dan desentralisasi.
Pendapat lain sebagai alternatif adalah Entrepreneur University (EU) yang merupakan
universitas yang memiliki karakter kewirausahaan. Namun demikian, konsep dan
strategi pengembangan manajemen universitas apa yang telah diuji mampu
diterapkan; semuanya harus didasarkan pada prinsip efisiensi. Hal ini merupakan
penting untuk membangun manajemen yang efisien di universitas.
Kata kunci: tantangan, manajemen, efisiensi universitas

Pendahuluan dari 2500, tahun namun hingga kini masih


Pernyataan Heracleitus bahwa diakui, bahkan diperkirakan hal tersebut
“semua berubah, tidak satupun yang tetap akan tetap berlangsung sampai akhir
(all is change, nothing is permanent)” yang zaman kehidupan dunia dengan seluruh
dibuat pada tahun 513 SM hingga kini kebudayaannya.
tetap dijadikan rujukan oleh banyak Seperti halnya kehidupan manusia,
penulis manajemen modern seperti Peter perubahan-perubahan akan selalu terjadi,
Drucker dan Michael Porter (Turner, demikian pula kehidupan di dunia
Grude, & Thurloway, 1996: 3). Meskipun organisasi. Bagi organisasi hanya ada satu
pernyataan tersebut telah berusia lebih kepastian yaitu kesediaan kita terlibat
Jurnal MPI Vol 1, 2016

dalam perubahan dan konsekuensinya kemampuan perguruan tinggi mengikuti


adalah masyarakat harus mampu dan mengejar temuan teknologi tersebut.
mengelola perubahan. Kirkpatrick Kedua, pengaruh globalisasi (komunikasi,
(1985:9) menekankan bahwa tidak ada misalnya) yang melanda seantero dunia
alasan untuk menarik diri (withdrawal) sesungguhnya telah meciptakan peluang
atau membela diri (defensiveness) dari tetapi sekaligus dapat menjadi
pengaruh perubahan, tetapi justru ancamanbagi perguruan tinggi. Perubahan
perubahan tersebut dihadapi untuk ini memberi peluang perguruan tinggi
mendorong munculnya kreativitas memperluas segmen pasar hingga ke luar
(stimulate the creativity), inovasi, dan batas negara tetapi sekaligus dapat
perencanaan yang strategis (planning of menjadi ancaman jika disikapi dengan
strategies), sehingga setiap hari muncul masih menggunakan strategi pasar
gagasan baru dan cemerlang yang sarat konvensional. Ketiga, permintaan
dengan optimisme dan dinamisme. masyarakat yang terus meningkat akan
Pendapat senada dinyatakan oleh tersedianya pendidikan tinggi merupakan
Magginson (198:437) dalam konteks pertanda perubahan yang signifikan, patut
manajemen, perubahan justru diharapkan diimbangi dengan kemampuan perguruan
menjadi bagian dari warna kehidupan tinggi dalam menyediakan pendidikan
sehari-hari. Dari sisi pandang teori yang lebih bermutu. Untuk itu para
organisasi memberikan argumentasi pengelola perguruan tinggi dituntut agar
bahwa semua organisasi – besar dan kecil, lebih memperhatikan faktor transparansi
swasta maupun pemerintah – dipengaruhi manajemen, menerapkan desentralisasi
oleh perubahan. Lebih lanjut Kartikowati atau sentralisasi, sistem kologial atau line
(2005: 546-547) menekankan bahwa management, dan perubahan proses
tidak satupun cara untuk menghindari pembelajaran dari teaching ke learning.
perubahan. Itulah sebabnya, mereka yang Perubahan pada tataran makro
berada pada posisi strategis di organisasi maupun mikro ini telah mengilhami dan
harus mengetahui bagaimana bereaksi memacu para pengelola perguruan tinggi
terhadap perubahan agar tidak gagal mencari terobosan yang menurut mereka
menghadapi perubahan. tepat dan mengambil keputusan yang
menantang (challenging). Masing-masing
perguruan tinggi mengambil keputusan
Tantangan global
dan langkah yang tepat, sesuai dengan
Demikian pula kehidupan dan peran
tingkat tantangan perubahan yang
perguruan tinggi, sebagai institusi
dihadapi dan kemampuan sumber dana
pendidikan tinggi, dipengaruhi oleh
yang dimiliki(Kartikowati, 2005: 547).
berbagai perubahan yang terjadi baik
Sebagai contoh adalah Universitas
dalam tataran makro maupun mikro. Hal
Sumatera Utara (USU) di Medan, Sumatera
ini tidak saja di Indonesia tetapi juga
Utara yang menetapkan visi dan misi
melanda hampir seluruh perguruan tinggi
dengan menetapkan USU menjadi
di dunia. Pada tataran makro, setidaknya,
universitas yang berorientasi kepada
terdapat tigapengaruh global yang
industri – to become a university for
menjadi tantangan pada kehidupan
industry (Lubis, 2002: 8). Sedangkan
perguruan tinggi.Pertama, hasil-hasil
Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
penemuan di bidang teknologi yang
menciptakan slogan “menciptakan
berlangsung, patut segera disikapi dengan
pemimpin masa depan” (building future

2 | Manajemen Perguruan Tinggi


Jurnal MPI Vol 1, 2016

leader) yang selalu mewarnai kultur Dampak globalisasi terhadap


aktivitas kehidupan kampus UNJ (Sutjipto, lingkungan kehidupan berupa iptek dan
2004: 4). Sementara UIN Malang ipoleksosbud hankam, pada gilirannya
menetapkan visi untuk melahirkan figur mendesakkan pula pengaruhnya pada
Ulama yang Intelek Profesionaldan perguruan tinggi. Merelevankan
atauIntelek Profesional yang hasil/produk perguruan tinggi (berwujud
Ulama’yangdisebut sebagai generasiUlul lulusan, penelitian, kegiatan
Albab serta menuju universitas sebagai pengabdian/pelayanan masyarakat)
Pusat Unggulan (Centre of Excellence) dan dengan tingkat kemajuan pembangunan,
Pusat Peradaban Islam (Centre of Islamic memaksa perguruan tinggi
Civilization). mengefisienkan dan mengefektifkan
Dampak globalisasi begitu deras organisasi dan program-program yang
menerpa kehidupan perguruan tinggi yang dikembangkannya.
memiliki kegiatan utama dalam bidang Perguruan tinggi yang
pendidikan tinggi dengan kegiatan maju,sesungguhnya tidak cukup hanya
akademik yang umumnya mempunyai berperan aktif menjawab tantangan
konsep-konsep universal dan aplikasinya kebutuhan industri, dunia bisnis dan
memerlukan kecermatan dan kemampuan masyarakat hari ini saja, tetapi seharusnya
adaptif agar serasi dengan kondisi, situasi berperan proaktif merekayasa keperluan
Indonesia (Mansoer: 1994:98). masyarakat yang diperkirakan terjadi di
Perguruan tinggi saat ini tengah masa datang. Dengan demikian, hubungan
dihadapkan pada masa transformasi timbal balik antara perguruan tingi
besar-besaran. Hal ini tak dapat dipungkiri dengan masyarakat pengguna
lagi perguruan tinggi harus (pemerintah, bisnis, industri dan lembaga-
menghadapinya, jika ingin tetap hidup, lembaga masyarakat lainnya) harus dijalin
maju dan berkembang. Untuk mengatasi agar terjadi kesesuaian, keserasian dan
keadaan tersebut sejumlah gagasan kesinambungan ketersediaan tenaga kerja
dikemukakan, seperti konsep otonomi dan yang dibutuhkan.
desentralisasi. Satu gagasan lainnya Menjadikan perguruan tinggi
sebagai alternatif adalah enterpreneurial mampu memenuhi tuntutan (demand)
university (EU), yaitu perguruan tinggi masyarakat (mencapai efisien-eksternal)
yang berkarakter dan sekaligus menunjang perkembangan
entrepreneurship/wiraswasta. Tentunya keperluan (needs) masyarakat kedepan
apapun konsep dan strategi manajemen maka perguruan tingga harus membuat
pengembangan perguruan tinggi yang dirinya efisien dalam organisasi dan
telah diujicobakan maupun diterapkan kegiatan (efiensi-internal).Kemenristek–
maka pada dasarnya semua harus dikti menetapkan kebijakan bahwa di
berlandaskan pada prinsip efisiensi. Hal bidang pendidikantinggi harus dicapai
inilah pentingnya membangun manajemen peningkatan pada tujuh sasaran yaitu:
perguruan tinggi yang efisien di era global (1) Relevansi tujuan dan sasaran, dalam
ini. arti derajat kesesuaian antara tujuan
dan sasaran perguruan tinggi
dengan aspirasi semua pihak yang
Pentingnya efisiensi dalam manajemen
berkepentingan serta dengan
perguruan tinggi
keperluan nyata masyarakat,
industri dan Pemerintah.

Mulyono|3
Jurnal MPI Vol 1, 2016

(2) Efisiensi, dalam arti derajat motivasi dan kepuasan kerja Sivitas
kehematan dalam penggunaan Akademika dalam pelaksanaan
sumberdaya untuk mencapai tujuan fungsi pendidikan, penelitian dan
dan sasaran (keterkaitan antara pengabdian pada masyarakat
masukan proses). (Suparman, tt.).
(3) Produktivitas, dalam arti kuantitas Meningkatkan mutu pendidikan
keluaran (dalam hal ini hasil, karena tinggi, memerlukan dana yang besar, staf
dampak sukar dikuantifikasi) pengajar yang berkualitas akademik
diperhitungkan terhadap satuan doktor dibidang yang sesuai,
sumberdaya tertentu yang perlengkapan pengajaran yang menunjang
digunakan (seperti: lulusan per dan canggih, penelitian yang kuat dan
satuan waktu; penelitian yang calon mahasiswa yang cerdas. Tidak kalah
dipublikasi, per staf akademik yang pentingnya dari semua komponen
berkualifikasi tertentu; konsultasi tersebut, perguruan tinggi harus
pada industri per satuan waktu dan mempunyai organisasi dan manajemen
lain-lain yang menunjukkan yang profesional efisien dan efektif. Bila
keterkaitan antara proses dan tidak, komponen yang mahal dan langka
keluaran). seperti disebutkan terdahulu, menjadi tak
(4) Efektivitas, dalam arti derajat berfungsi.
kesesuaian antara tujuan dan Untuk menjadikan manajemen
sasaran dengan keluaran (hasil perguruan tinggi efisien adalah pekerjaan
dengan memperhitungkan dampak). pelik dewasa ini. Dikatakan demikian
(5) Akuntabilitas, dalam arti karena dana pendidikan masih terbatas,
pertanggungjawaban perguruan jumlah dan jenis tenaga ahli masih belum
tinggi (pimpinan dan pribadi Sivitas cukup. Anggaran pendidikan Indonesia
Akademika) mengenai segala saat ini belum mencapai 20% dari
sesuatu yang dilakukan dalam fungsi APBN/APBD, dana yang relatif kecil
pendidikan, penelitian dan tersebut masih dikurangi lagi dengan
pengabdian kepada masyarakat. biaya tak terlihat berupa pemborosan
Pertanggungjawaban tersebut yang bersengaja maupun terpaksa.
mengacu kepada : (a) peraturan Sebagai perbandingan, biaya pendidikan
yang berlaku secara umum (di Malaysia, Philipina, Korea Selatan, masing-
masyarakat) dan khusus (di masing ± 30% dari APBN-nya.
lingkungan perguruan tinggi), (b) Disamping itu budaya organisasi
kejujuran dan kebenaran akademik dan manjemen lembaga serta pejabat
dan profesi, (c) tata nilai, moral dan pendidikan tinggi belum sepenuhnya
etika yang dianut di masyarakat. kondusif bagi upaya peningkatan prestasi
(6) Pengelolaan sistem dalam arti dan produktivitas akademik.
kemampuan perguruan tinggi Profesionalisme juga belum dijadikan
menyesuaikan diri/mengadaptasi acuan dalam mengadakan (merekrut)
diri terhadap perubahan yang terjadi pejabat-pejabat perguruan tinggi. Semua
di masyarakat (lingkungan kerja, pejabat perguruan tinggi berasal dari
sosial, ekonomi, budaya dan lain- dosen, yang ahli di bidang ilmunya, namun
lain). tidak dipersiapkan secara berencana
(7) Suasana akademik atau kesehatan untuk menjadi manajer/pimpinan
organisasi, dalam arti derajat perguruan tinggi.

4 | Manajemen Perguruan Tinggi


Jurnal MPI Vol 1, 2016

Kecenderungan yang ada selama ini Penelitian yang kemudian


ialah perguruan tinggi memekarkan ditindaklanjuti dengan seminar tentang
organisasinya, mempertinggi jenjang “manajemen perguruan tinggi yang
hirarki organisasinya yang piramidal, efisien“yang dilakukan oleh Unmer Malang
sentralis. Pada hal perkembangan pada 27–28 Juli 1994 telah mendorong
organisasi di dunia maju khususnya dalam pemikiran untuk mengkaji ulang
perusahaan ialah semakin ramping, flat manajemn PTN, PTS, PTIS maupun PTKI.
(mendatar, horizontal) dengan hirarki Hasil penelitian tersebut menambah data
yang juga mendatar.Kecenderungan faktual, bahwa telah terjadi in-efisien
organisasi perguruan tinggi yang hirarki dalam manajemen perguruan tinggi di
menunjukkan arah pengembangan Indonesia.
manajemen yang tidak efisien.
Kriteria keberhasilan perguruan Tantanganmanajemen perguruan
tinggi yang dewasa ini dijadikan patokan tinggi
oleh peraturan yang ada seperti Apabila masyarakat kampus
prosentase”angka efisien edukasi” (AEE) menyimak kehidupan perguruan tinggi
yaitu masukkan berbanding lulusan atau ada beberapa persoalan utama yang perlu
populasi berbanding lulusan, tidak dipecahkan, antara lain: (1) PT berada
mendorongnya untuk peningkatan mutu, pada kondisi perubahan yang terus
tapi lebih tepat sebagai strategi mencapai menerus berubah, (2) Terbatasnya
target. Sistem pengembangan karir belum sumber-sumber pendanaan, (3)
menunjang peningkatan mutu dosen Kebutuhan sarana prasarana modern
karena kendala biaya, pola dan jenis termasuk pemenuhan teknologi informasi
pendidikan pasca sarjana dalam negeri semakin meningkat dibarengi dengan
yang mahal dan kompleks birokrasinya, cepat usangnya hasil-hasil teknologi
sedikitnya peluang untuk meneliti dan tersebut, (4) Semakin berkurangnya
dana penelitian, serta sulitnya peserta didik yang masuk perguruan
menerapkan hasil-hasil penelitian dalam tinggi, (5) Tarik ulur dalam diri tenaga
wujud pengabdian kepada masyarakat. akademik antara kepemimpinan kolektif
Keberadaan yayasan sebagai organisasi dan kejayaan individu, (6)
pembina perguruan tinggi swasta, yang Persaingan yang terus menguat antar
justru tidak dalam binaan pendidikan dan perguruan tinggi, (7) Pengangguran
akademik, seringkali menimbulkan lulusan perguruan tinggi yang semakin
berbagai masalah yang berakibat langsung melonjak, (8) Perkembangan perguruan
kepada efisiensi manajemen PTS tinggi kalah cepat dengan perkembangan
(Perguruan Tinggi Swasta). PTS harus iptek, industri, dan sosial budaya.
tunduk ke Kemenristekdikti maupun Bahkan menurut Chester O.
Diktis Kemenag bagi PTKIS (Perguruan McCorkle, Jr dan Sandra Orr Archibald
Tinggi Keagamaan Islam Swasta) secara dalam Management and Leadership in
akademik, namun secara adminstratif Higher Education (dalam
tunduk kepada yayasan. Adakalanya Ndraha,1988:125-126) yang
kebijakan administrasi dan keuangan mengungkapkan beberapa tantangan yang
yayasan tidak sejalan dengan tuntutan secara umum dihadapi oleh PT dilihat
akademik atau tidak sepenuhnya dari sudut manajemen, yaitu:
berorientasi kepada kepentingan 1) Semakin terbatasnya anggaran
akademik. pengelolaan perguruan tinggi yang

Mulyono|5
Jurnal MPI Vol 1, 2016

disediakan oleh pemerintah atau yang bukan hanya disebabkan pengaruh


donatur, sehingga besar pembiayaan globalisasi, tetapi juga merupakan
perguruan tinggi langsung kebutuhan obyektif dari masyarakat.
dibebankan kepada mahasiswa. Komersialisasi penelitian, kerjasama
2) Semakin berkurangnya jumlah perguruan tinggi dengan industri di
penduduk berusia 18 tahun di bidang pelatihan dan penelitian, menuntut
beberapa negara. Pada tahun 1982 adanya perubahan-perubahan ke arah
misalnya penduduk berusia 18-24 pembaharuan yang tentunya tidak bisa
tahun di Amerika Serikat merosot melepaskan diri dari dunia bisnis. Dengan
25%. Sementara itu jumlah penduduk demikian kepentingan terhadap dunia
berusia sama (18-24 th) di negara pendidikan akan semakin kompleks,
berkembang jutru sebaliknya, karena tidak hanya dihadapkan pada
meledak. penyiapan SDM atau pembangunan masa
3) Perlindungan dan peningkatan mutu depan, akan tetapi juga dihadapkan pada
institusional perguruan tinggi. realitas dunia bisnis yang melingkunginya.
4) Pemeliharaan kebebasan Dengan demikian PT tidak bisa untuk
(independence) dan viabilitas bersikap ekslusif, akan tetapi juga harus
sumberdaya financial. Yang inklusif terhadap persoalan yang dihadapi
dimaksudkan dengan hal ini ialah untuk mencari jalan keluar berdasarkan
ketidaktergantungan perguruan pada apresiasi intelektual sebagai sarana
tinggi pada belas kasihan pihak lain, mencari alternatif pemecahan masalah.
dan kemampuan generatif sumber- Di sisi lain, kita tidak menutup mata
sumber sendiri. Jika pun ada sumber bahwa jumlah PTS yang menggelembung
dari luar, hendaknya sumber itu tidak hingga lebih dari 2000 di seluruh tanah air
mengikat dan tidak memanjakan. juga memberi problem tersendiri bagi
5) Pemeliharaan sumberdaya manusia, PTS. Artinya, terjadi perebutan calon
sumberdaya fisik, terutama mahasiswa dari lulusan SMA antar PTS.
sumberdaya intelektual. Belum lagi ada 57 PTN (Gudat, 2007:20)
6) Peningkatan partisipasi aktif setiap serta penambahan beberapa PTKIN dan
kelompok masyarakat perguruan Politeknik di berbagai daerah.
tinggi dan pemeliharaan human
relations yang efektif antar warga. MenujuManajemen PT yang Efisien
7) Peningkatan efisiensi dan Para pakar maupun praktisi
produktivitas. pendidikan tinggi menyimpulkan ada
8) Memperbaiki dan memelihara beberapa gagasan yang dapat diyakini
hubungan baik dengan lingkungan, akan mengefisienkan manajemen
dan meningkatkan public relations perguruan tinggi dewasa ini antara lain
dengan setiap kelompok stakeholders sbb:
(konsumen, dsb.). 1. Organisasi perguruan tinggi dewasa
9) Memelihara kepercayaan pihak ini, haruslah fleksibel, tidak
sponsor, pendukung dan simpatisan. distandarisasikan secara nasional,
10) Belajar untuk hidup di dalam tidak rigid, tidak birokratik, tidak
ketidakmenentuan (uncertainty). memerlukan tangga hirarki yang
Di sisi lain, gejala komersialisasi tinggi. Hendaknya didesain berwujud
pendidikan tinggi juga akan semakin organisasi matriks, terbuka dan
menggejala dan berkembang di Indonesia menjunjung tinggi hakekat

6 | Manajemen Perguruan Tinggi


Jurnal MPI Vol 1, 2016

pendidikan. Mengembangsuburkan memberi peluang bagi perguruan


wewenang berdasarkan profesi dan tinggi untuk tumbuh berkembang
menghadapi wewenang berdasarkan sesuai dengan lingkungan dan tingkat
hukum. Tata hubungan bersifat kemampuan. Peraturan perundang-
kolegial bukan hirarkis. undangan berkenaan dengan sistem
2. Pimpinan perguruan tinggi hendaklah pendidikan perlu diteliti ulang.
tenaga profesional dalam manajemen Apakah tidak mungkin pendidikan
atau: university administration, selain strata satu (S1) dijadikan pendidikan
harus berkualifikasi akademik atau umum (liberal education) dalam
kadar intelektual tinggi sedapat wujud ”college” yang tersebar luas
mungkin harus berpredikat sebagai dan ada dimana-mana di seluruh
doktor maupun profesor. Unsur tanah air. Fakultas atau program
pimpinan perguruan tinggi harus pasca sarjana (S2, S3) diasuh hanya
dibantu oleh unsur pelaksana oleh sejumlah universitas terbatas
akademik (pengajaran, penelitian dan saja. Pelaksanaan SKS, perlu dibenahi
pengabdian kepada masyarakat) yang dan diberi sarana yang memadai dan
juga profesional bermutu. Pelaksana diasuh oleh tenaga administrasi
akademik, perlu berpredikat profesor, akademik profesional. Dosen harus
doktor di bidangnya. Unsur benar-benar memahami, ide SKS dan
pelaksanaan administrasi, mutlak taat asas melaksanakan pendidikan
terdidik, terlatih dalam administrasi berdasarkan SKS.
perguruan tinggi berbasis ICT. 5. Pembinaan dosen, perlu dirancang
Pimpinan mutlak didukung oleh biro dan dilaksanakan secara kontinu.
perencanaan dan evaluasi yang Dosen tetap yang bermutu tinggi
berstatus bukan pelaksana harus dipelihara, dipupuk, didukung
administrasi tetapi tenaga profesional dengan biaya dan sarana yang cukup,
dalam bidang perencanaan agar dapat memusatkan konsentrasi
pengembangan perguruan tinggi. kerja pada tugasnya. Peluang untuk
3. Untuk kendali mutu badan nasional mengikuti seminar dalam dan luar
akreditasi perguruan tinggi, perlu negeri, melakukan penelitian,
diaktifkan dan dikelola secara publikasi hasil penelitian atau karya
profesional menurut bidang ilmu. tulis lainnya perlu mendapat bantuan
Akreditasi program dijalankan serasi fasilitas dan dana dari perguruan
dengan akreditasi lembaga oleh ahli- tinggi. Dosen tetap yang menjadi
ahli di bidang masing-masing fakultas “nucleus”pada suatu
didukung oleh asosiasi profesi. Bila jurusan/program studi, haruslah
badan akreditasi ini berfungsi baik. memiliki gelar S3 atau minimal
Peran Kopertis/Kopertais dapat S2(bagi program S1) dalamjumlah
ditingkatkan dalam satu koordinasi minimal (96 : 12 sks)yaitu 8 orang (1
untuk pengendalian dan pembinaan orang menangani 12 sks; kurikulum
PTN, PTKI dan PTS menjadi satu pola inti program S1_ 96 sks) . untuk
dan satu konsep oleh badan melayani kurikulum pembulatan
akreditasi. (muatan lokal) yatu 40 % x 160 % _
4. Peraturan perundang-undangan yang 64 sks dapat menggunakan dosen luar
mengikat, birokratik, kaku, biasa yang bila mungkin mereka
sentralistik perlu ditinjau dan adalah mitra kerja dari praktisi dunia

Mulyono|7
Jurnal MPI Vol 1, 2016

usaha atau lembaga pengguna.Tugas hendaknya diatur lebih proporsional.


dosen berupa beban tatap Tunjangan belajar harus diberikan
muka,terstruktur dan mandiri benar- berdasarkan prestasi akademik
benar kepada mahasiswa dari semua
dilaksanakan,diperiksa,direncanakan Perguruan Tinggi (PTN, PTKI dan
secara konsisten. Dosen senior/guru PTS) secara merata. Seleksi masuk
besar dibebani tugas dan tanggung perguruan tinggi perlu ditata atas
jawab langsung kepada standard minimal persyaratan masuk
mahasiswanya,bukan hanya asisten. perguruan tinggi. Alokasi dana bagi
6. Kemampuan manajemen- kegiatan akademik (pengajaran,
pengajaran(mengelola penelitian dan pengabdian
kelas,merancang program masyarakat) lebih diperhatikan
pengajaran,menilai hasil belajar daripada dana untuk fasilitas fisik.
mengembangkan methode dan teknik Biaya pendidikan berupa pendapatan
mengajar,pengendalian proses belajar dosen, harus menjadi perhatian
mengajar,penggunaan sumber utama.
belajar,dsb)harus dimiliki oleh 9. Pembukaan perguruan tinggi baru,
manajer-lini,manajer terdepan dari perlu dikendalikan berdasarkan
proses pendidikan (ketua persyaratan akademik dan atas
jurusan,sekretaris jurusan,kepala- perhitungan bidang-bidang ilmu yang
kepala laboratorium,kepala bengkel- diprioritaskan. Program studi dari
kerja,kepala perpustakaan,kepala- jenis bidang ilmu yang sudah diasuh
kepala UPT lainnya).Dalam batas oleh perguruan tinggi setempat harus
tertentu dosen juga dituntut dijadikan pertimbangan pada saat
berkemampuan manajemen memberi izin program studi yang
pengajaran serta dapat melaksanakan sama di satu wilayah/daerah.
penelitian tindakan kelas (PTK) guna Pertimbangan antara program studi
meningkatkan kreativitas dan mutu sains dan teknologi dengan program
pembelajaran. studi sosial, budaya, hukum, ekonomi,
7. Untuk kendali mutu manajemen kesehatan harus ditata dengan
perguruan tinggi perlu perhitungan yang jelas.
mengefektifkan peran dewan 10. Yayasan penyelenggara PTS, perlu
penyantun,senat perguruan diperjelas status badan hukumnya.
tinggi,badan Organisasi yayasan harus mempunyai
perencanaanpengembangan unit-unit yang berwenang profesional
perguruan tinggi serta menjalin kerja untuk menangani permasalahan
sama erat dengan asosiasi (affair) pendidikan tinggi seperti:
profesi,konsorsium pendidikan akademic affair; business affair
tinggi,mutlak harus berfungsi dan (finansial dan administrasi); student
diorganisasikan berdasarkan disiplin personnel affaire; university and
ilmu oleh administrator community relationship. Badan
berpengalaman. Pelaksana Yayasan, pengendali PTS
8. Dana perguruan tinggi perlu yang diasuhnya, haruslah terdiri atas
ditingkatkan. Dana bantuan tenaga ahli, professional, dibidang
pemerintah/subsidi pendidikan tinggi pendidikan. (Dikembangkan dari
bagi mahasiswa PTN, PTKI dan PTS Mansoer, 1994: 104-105).

8 | Manajemen Perguruan Tinggi


Jurnal MPI Vol 1, 2016

Menghadapi berbagai tantangan dan mengamankan lingkungan adalah satu


global maupun upaya mewujudkan kemestian. Perguruan tinggi harus mampu
manajemen perguruan tinggi yang efesien menjadi kekuatan moral yang
maka diperlukan perbaikan pengelolaan mempertajam penghayatan
perguruan tinggi yakni:Pertama, budaya.Lulusan akan hidup di lingkungan
meningkatkan peran program studi dalam yang mempengaruhi perguruan tinggi dan
perencanaan dan pengelolaan kurikulum, hendaknya perguruan tinggi mampu juga
proses pembelajaran, dan seleksi mempengaruhi lingkungan. Pendekatan
penerimaan tenaga pengajar (dosen baru). kontigensi dalam manajemen prguruan
Kedua, adanya mekanisme yang lebih jelas tinggi harus diterapkan.
dan transparan mengenai seleksi
penerimaan dosen baru dan evaluasi Penutup
proses pembelajaran. Ketiga, Dengan jelinya menghadapi
meningkatkan networking dengan tantangan global maupun upaya
perguruan tinggi lain dan dengan dunia mewujudkan manajemen perguruan tinggi
industri/bisnis. Keempat, mengurangi yang efesien, diharapkan akan mendorong
unit-unit yang merupakan cost center dan keberhasilan peran-peran penting
menggabungkannya dengan unit lain perguruan tinggi dewasa ini, antara lain:
sehingga dapat merampingkan struktur Pertama, menghasilkan lulusan yang
organisasi. Kelima, membentuk unit yang sesuai, cocok, secara kualitatif dan
mampu mendorong diperolehnya sumber- kuantitatif dengan kebutuhan masyarakat
sumber pendapatan baru bagi perguruan (pemerintah, swasta dan lembaga-
tinggi di luar pendapatan dari mahasiswa, lembaga lain)sehingga mempunyai peran
misalnya Unit Pengembangan Bisnis penting dalam mewujudkan daya saing
Universitas, koperasi maupun usaha- bangsa. Kedua, merancang kurikulum
uasaha ekonomi yang relevan. Keenam, berdasarkan kompetensi keperluan riil
menyediakan fasilitas dan infrastruktur dan proses belajar mengajar, yang
pembelajaran yang meningkatkan ditangani oleh dosen bermutu dalam
pemanfaatan teknologi informasi secara jumlah yang cukup, perlengkapan yang
optimal. Ketujuh, orientasi anggaran lebih sesuai dan sumber belajar yang relevan
ditujukan pada peningkatan kualitas berbasis lingkungan dan IT.Ketiga,
sumber daya manusia dan penyediaan menumbuhkan manajemen perguruan
fasilitas pembelajaran yang lebih baik, tinggi yang efisien (baik efisien internal
seperti laboratorium dan perpustakaan maupun eksternal) dan dilaksanakan oleh
(Gudat, 2007: 20). Kedelapan, dipilihnya tenaga profesional di bidang
pimpinan perguruan tinggi yang kredibel, manajemen/adminstrasi serta sedapat
ahli dalam manajemen lembaga, memiliki mungkin juga bidang akuntasi dan
kekokohan wawasan akademik serta kewirausahaan. Keempat, merancang
memiliki visi masa depan. struktur organisasi matriks, “flat”,
Menumbuhkan kemampuan mengurangi tangga hirarki seminim
perguruan tinggi seperti tersebut diatas mungkin, mementingkan organisasi
perlu ditinjau faktor-faktor eksternal di fungsi, namun tetap dalam wujud
samping faktor-faktor internal perguruan organisasi berdasarkan azas
tinggi. Manajemen perguruan tinggi tidak kekeluargaan. Menciptakan budaya
bebas dari lingkungan masyarakat dan organisasi terbuka terhadap
lingkungan budaya. Merawat, memelihara pembaharuan, menghormati umpan

Mulyono|9
Jurnal MPI Vol 1, 2016

balik.Kelima, menghemat dan http://www.dikti.org/menudikti.ht


mengefektifkan penggunaan sumber dana ml, download 25 Juni 2007.
pendidikan di samping mengembangkan Mansoer, Hamdan. 1994. Menuju
potensi menggali sumber-sumber Manajemen Perguruan Tinggi yang
pendanaan perguruan tinggi yang luas dan Efisien (Ulasan Seminar Nasional di
kokoh. Unmer Malang, 27-28 Juli 1994)
Guna mencapai tujuan tersebut dalam Majalah Ilmiah Kampus Ungu.
Jakarta Timur: ASMI, Oktober 1994.
pemerintah telah mengeluarkan berbagai
kebijakan yang dilandasi oleh satu Q. Thompson, J. Tyler & P. Howlett. 1995.
pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan Reinventing the University: Managing
and Financing Institutions of Higher
yang memberi keleluasaan kepada Education, ed(s) Sandra L.J., New
lembaga pendidikan, dari TK hingga York: John Willey & Sons, Inc.
perguruan tinggi, untuk mengatur dan
Gudat, Sebastianus. 2007. Peningkatan
melaksanakan berbagai kebijakan secara
Mutu Pendidikan Tinggi. Harian
luas; yaitu melalui satu strategi yang Surya, Senin, 26 Maret 2007.
disebut School Based Management (SBM)
Kartikowati, Sri. 2005. Universitas
yang lebih populer dengan istilah
Berkarakter Entrepreneurship: Suatu
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), di Pilihan Untuk Universitas yang
lingkungan perguruan tinggi sering Melakukan Transformasi dalam
disebut dengan beberapa istilah: Permufakatan Pendidikan ke Arah
University Based Management (UBM), Kualiti Hidup Serantau (Seminar
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang Pendidikan Serantau UKM-UNRI ke-
2), Kuala Lumpur: Universitas
kemudian lahir istilah baru lagi Badan
Kebangsaan Malaysia, Jilid 2.
Hukum Pendidikan (BHP), Perguruan
Tinggi Berbadan Hukum (PTBH), Sutjipto. 2004. Kebijaksanaan Universitas
Universitas Wiraswasta (University Negeri Jakarta dalam
Mengembangkan Universitas
Entrepreneurial), maupun Manajemen Berbudaya Wirausaha: Tantangan,
Berbasis Kampus (Campus Based Permasalahan dan Rencana Ke
Management). Depan, Makalah disampaikan pada
Lokakarya Pengembangan
Manajemen Internal
DAFTAR PUSTAKA UniversitasNegeri Jakarta, Jakarta,
Clark, Burton R. 2001. Creating 27-29 Januari 2004.
Entrepreneurial Universities: Ndraha, Taliziduhu. 1988. Manajemen
Organizational Pathways of Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Bina
Transformation; Issues in Higher Aksara.
Education Series. UK: Pergamon.
The Economist: a Survey of Universities,
Lubis, Choiruddin P. 2002. “Menuju The Knowledge Factory, Oktober 4th,
Perguruan Tinggi Sebagai Badan 1997.
Hukum Milik Negara: Prospek dan
Masalah”, orasi ilmiah disampaikan Abu Bakar, Usman. 2004. Manajemen
pada acara Dies Natalis Unsyiah. Berbasis Kampus: Otonomi dan
Banda Aceh, September 2002. Desentralisasi Pendidikan, Makalah
disampaikan pada Acara TOT Dosen
Suparman, Eman. (Widyaiswara PPPG PTAIN se-Indonesia di UIN/dh. IAIN
Tertulis Bidang Studi IPS), Yogyakarta pada Oktober 2004.
Manajemen Pendidikan Masa Depan.

10 | Manajemen Perguruan Tinggi


Jurnal MPI Vol 1, 2016

Wahjoetomo. 1994. Menuju Manajemen


Perguruan Tinggi yang Efisien,
dalam Universitas Merdeka Malang,
Juli 1994, Rumusan Hasil Seminar –
Menuju Manajemen Perguruan Yang
Efisien.

Mulyono|11

Anda mungkin juga menyukai