Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BAHASA INDONESIA

KELAS XII IBB


NAMA TRIVENA VICTORIA ASSA

Pro dan Kontra Penanggulangan Dampak Buruk Degradasi Lingkungan


Pendahuluan

Degradasi lingkungan alih-alih ditanggulangi, tampaknya semakin memburuk. Seperti terbukti


panas terik yang terjadi di banyak kota, kekeringan yang terjadi berkepanjangan selama musim
kemarau dan banjir, serta tanah longsor selama musim hujan. Itu semua sebuah fenomena
yang sayangnya akrab bagi masyarakat Jakarta.

Para pembuat kebijakan telah lama menyadari kehancuran yang merupakan konsekuensi tak
terhindarkan dari pembangunan dan upaya besar-besaran untuk memacu pertumbuhan
ekonomi. Tidak mengherankan, ketika gerakan hijau global untuk merekonsiliasi manusia
dengan alam dimulai beberapa dekade yang lalu. Pemerintah Orde Baru memutuskan untuk
menangani masalah lingkungan dengan serius dan membentuk kementerian lingkungan negara.

Akan tetapi, sejarah menunjukkan bahwa kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan baik di
tingkat nasional maupun regional telah gagal mengakhiri degradasi lingkungan dan justru
semakin cepat. Jika kita meminta pertanggungjawaban pembuat kebijakan, kita harus mengakui
bahwa mereka telah berkompromi dengan seseorang.

Namun demikian, tidak ada yang meragukan bahwa para pemimpin dan pembuat kebijakan
dapat melakukan banyak hal untuk melindungi lingkungan sebagai bagian dari mandat mereka.
Pengamanan lingkungan dapat dimulai dengan pemimpin dan pembuat kebijakan.

Sayangnya, tidak demikian halnya di Jakarta. Masyarakat telah memperdebatkan rencana


pemerintah provinsi untuk menyederhanakan prosedur untuk mengamankan surat kelayakan
lingkungan. Yang perlu dikembangkan oleh para pengembang properti untuk memulai proyek
konstruksi mereka.
Isi

Kepala One-Stop Integrated Service Agency Edy Junaedi mengatakan Gubernur Basuki Tjahaja
Purnama atau ‘Ahok’ akan mengeluarkan instruksi gubernur yang akan mengakhiri persyaratan
bagi pengembang untuk menyerahkan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) bergeser
ke persyaratan untuk mendapatkan lingkungan dokumen skema manajemen dan skema
pemantauan lingkungan (UKL-UPL) dari lembaga.

Edy mengatakan kebijakan baru akan memotong birokrasi dan mempercepat perizinan
investasi, sesuatu yang sering diminta oleh investor. Dokumen Amdal saat ini dikeluarkan oleh
Badan Pengelolaan Lingkungan Jakarta (BPLHD) sekitar 75 hari setelah aplikasi. Sementara di
bawah pengaturan baru izin lingkungan hanya membutuhkan waktu 15 hari.

Namun, ketika datang ke perlindungan lingkungan tidak ada yang mengatakan atau
menjelaskan dengan kejelasan bahasa yang sama. Di mana tanggung jawab lembaga sektor
publik dan swasta dimulai dan berakhir?

Sebaliknya, proyek-proyek individual digunakan sebagai proksi dalam perselisihan yang semakin
memanas. Operasi kehutanan, tambang, pelabuhan kapal tanker, dan lain-lain menjadi titik
awal hubungan dengan pihak-pihak yang berseberangan. Mereka menggali tanah sebanyak
mungkin.

Salah satu opsi bisa mengartikulasikan trade-off yang mungkin mewakili keseimbangan yang
adil antara kepentingan yang bersaing. Ada langkah-langkah ke arah ini. Perusahaan yang
mengusulkan proyek yang mempengaruhi lingkungan biasanya menawarkan beberapa bentuk
kompensasi atau ganti rugi.

Tetapi karena kita tidak memiliki mata uang yang mapan untuk merancang dan menerima
offset semacam itu, ketidakpercayaan mengarah pada konflik yang sering berakhir di
pengadilan. Ini bukan cara untuk sampai di jalan tengah. Memang itu hampir memastikan
permusuhan yang terjadi tetap berkelanjutan.
Bukan pengalihan otoritas dari BPLHD ke agen layanan satu atap yang penting karena
sebenarnya BPLHD akan diwakili dalam agensi baru. Kekhawatiran terbesar adalah
kemungkinan pelanggaran Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan. Mereka
menetapkan bahwa Amdal wajib untuk setiap kegiatan yang mempengaruhi lingkungan dan
tentunya analisisnya harus dilakukan secara menyeluruh dan hati-hati.

Kesimpulan

Jika diberlakukan, instruksi gubernur akan mendorong proyek-proyek konstruksi di seluruh


Jakarta termasuk reklamasi besar-besaran di perairan ibu kota. Pemerintah Jakarta harus
belajar dari praktik lama mendukung kepentingan ekonomi dengan mengorbankan lingkungan
yang telah berkontribusi besar terhadap banjir tahunan.

Memang benar bahwa pemerintah Jakarta tidak bisa berharap banyak dari pencairan anggaran
kota untuk menggerakkan perekonomian. Tetapi mengabaikan perlindungan lingkungan akan
memiliki hasil yang lebih buruk.

Anda mungkin juga menyukai