Anda di halaman 1dari 7

Dinamika Hukum Perlindungan Lingkungan di Era Perubahan Iklim Global

Abstrak
Perubahan iklim merupakan fenomena yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan di
planet ini. Respons terhadap perubahan ini tidak bisa hanya bergantung pada satu sektor
atau kelompok tertentu. Diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai sektor dan
masyarakat secara keseluruhan untuk menanggapi tantangan global ini. Dalam konteks
ini, hukum perlindungan lingkungan memiliki peran sentral dalam mengatur upaya
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Melalui regulasi, kebijakan, dan
instrumen hukum, hukum lingkungan bertugas mengkoordinasikan respons yang
efektif, menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan,
serta memastikan kesetaraan akses dan perlindungan bagi semua pihak.
Artikel ini mengulas dinamika hukum perlindungan lingkungan dalam menghadapi
perubahan iklim global. Peran hukum dalam mengakomodasi kepentingan beragam
pihak menjadi penting karena dalam setiap langkah mitigasi atau adaptasi, berbagai
kepentingan dan dampak harus dipertimbangkan. Tantangan yang dihadapi termasuk
kompleksitas masalah iklim, perkembangan teknologi yang cepat, dan kebutuhan akan
penyesuaian kebijakan dengan kepentingan beragam pihak. Upaya untuk menangani
tantangan ini melalui hukum lingkungan termasuk pengembangan regulasi yang
inklusif, peningkatan kesadaran, dan pendekatan inovatif dalam menghadapi perubahan
iklim.
Kata Kunci:
Hukum Perlindungan Lingkungan, Perubahan Iklim, Mitigasi, Adaptasi, Kepentingan
Berbagai Pihak, Tantangan, Upaya Mitigasi, Upaya Adaptasi.

A. Pendahuluan
Perubahan iklim menjadi tantangan mendesak yang mengharuskan reaksi
serius dari seluruh dunia. Dampak dari peningkatan konsentrasi gas rumah kaca,
terutama dari aktivitas manusia, tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga
membawa ancaman signifikan terhadap kehidupan manusia secara global.
Melonjaknya permukaan laut, pola cuaca yang ekstrem, dan frekuensi bencana
alam yang lebih sering dan hebat menjadi ancaman serius terhadap
keberlangsungan hidup kita. Kesadaran akan eskalasi dampak ini menjadi penting
guna menggalang respons yang kuat dan terkoordinasi di tingkat global dalam
mengatasi tantangan perubahan iklim ini.
Perubahan iklim, sebagai tantangan global yang mempengaruhi lingkungan dan
kehidupan manusia secara luas, menuntut peran krusial dari hukum perlindungan
lingkungan. Melalui regulasi dan pengaturan, hukum ini berfungsi sebagai alat
untuk mengendalikan aktivitas manusia yang berkontribusi pada peningkatan gas
rumah kaca dan merugikan lingkungan. Namun, dalam menghadapi skala masalah
yang melintasi batas negara, perkembangan teknologi yang cepat, dan kepentingan
yang beragam, hukum perlindungan lingkungan dihadapkan pada tantangan
kompleks. Dengan mengadopsi pendekatan dinamis, pengembangan regulasi baru
yang relevan, adaptasi instrumen hukum yang ada, dan peningkatan kesadaran
masyarakat tentang urgensi perlindungan lingkungan, hukum ini dapat terus
berkembang sesuai dengan tuntutan zaman yang terus berubah akibat perubahan
iklim global.
Hukum perlindungan lingkungan dihadapkan pada tantangan yang semakin
kompleks seiring dengan eskalasi masalah global. Skala permasalahan yang tak
mengenal batas negara, pertumbuhan teknologi yang cepat, dan kebutuhan untuk
mengakomodasi berbagai kepentingan menjadi beberapa aspek yang menuntut
perhatian. Dalam menghadapi dinamika ini, perlindungan lingkungan harus tetap
dinamis dan adaptif. Perkembangan ini bisa dicapai melalui penciptaan regulasi
baru yang relevan, penyesuaian hukum yang sudah ada agar lebih responsif
terhadap perubahan iklim, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menjaga lingkungan. Dengan pendekatan ini, hukum perlindungan
lingkungan dapat terus relevan dan efektif dalam mengatasi perubahan iklim global.
Dalam upaya menghadapi tantangan yang semakin kompleks ini, perlu adanya
kesadaran bahwa perlindungan lingkungan bukanlah upaya statis. Regulasi dan
hukum yang ada harus terus beradaptasi dengan dinamika perubahan iklim.
Langkah-langkah konkrit seperti menciptakan regulasi baru yang lebih responsif,
mengubah hukum yang sudah ada untuk lebih efektif dalam mengatasi perubahan
lingkungan, dan meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat tentang
urgensi masalah lingkungan, menjadi langkah penting untuk memastikan hukum
perlindungan lingkungan tetap relevan dan efektif di era perubahan iklim global.

B. Pembahasan
Dinamika hukum perlindungan lingkungan dalam konteks perubahan iklim
global menampilkan evolusi instrumen hukum yang signifikan. Pertama, melalui
instrumen hukum internasional seperti UNFCCC, Protokol Kyoto, dan Perjanjian
Paris, tergambar komitmen global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan
memperkuat kolaborasi lintas negara dalam mengatasi tantangan iklim. Perjanjian-
perjanjian ini menetapkan standar komitmen dan kerangka waktu yang mendorong
langkah-langkah konkret dalam menanggulangi perubahan iklim secara kolaboratif.
Di sisi lain, upaya-regulasi di tingkat regional dan nasional, seperti revisi Undang-
Undang tentang Perlindungan Lingkungan Hidup di Indonesia, mencerminkan
adaptasi hukum lokal terhadap masalah iklim. Melalui regulasi terkait energi
terbarukan, pengelolaan sumber daya alam, dan mitigasi bencana, upaya ini
mengindikasikan tanggapan konkret terhadap urgensi perubahan iklim di tingkat
nasional.
Implementasi instrumen hukum terkait lingkungan merupakan poin penting
dalam menangani perubahan iklim. Peran utama dalam implementasi ini terletak
pada pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Pemerintah memiliki peran sentral
dalam menetapkan dan mencapai target-target pengurangan emisi gas rumah kaca
melalui kebijakan dan program-program yang mendukung pencapaian tujuan
tersebut. Di sisi lain, sektor swasta juga memiliki peran yang signifikan dengan
menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam aktivitas operasionalnya,
serta dengan investasi dalam energi terbarukan dan upaya pengelolaan lahan yang
ramah lingkungan. Sementara itu, peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya
dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dengan tindakan konkret, seperti
penggunaan transportasi umum dan praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-
hari.
Sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan partisipasi masyarakat menjadi
kunci dalam menjalankan regulasi-regulasi lingkungan secara efektif. Keterlibatan
aktif dari semua pihak dalam menerapkan dan mengamalkan regulasi-regulasi
tersebut mengilustrasikan komitmen bersama dalam menangani dampak perubahan
iklim. Dengan keterlibatan yang kuat dari berbagai sektor ini, diharapkan
implementasi instrumen hukum tentang lingkungan dapat memberikan dampak
nyata dalam memerangi perubahan iklim serta mendorong praktik yang lebih
berkelanjutan dalam semua aspek kehidupan.
Di Indonesia, upaya terus dilakukan untuk mengembangkan instrumen hukum
yang relevan dalam menghadapi perubahan iklim. Contohnya adalah revisi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Dalam revisi tersebut, terdapat sejumlah perubahan yang
bersinggungan langsung dengan isu perubahan iklim. Langkah ini mencakup
bidang-bidang seperti pengembangan energi baru dan terbarukan, pengelolaan
hutan dan lahan secara berkelanjutan, serta strategi untuk mengatasi bencana alam.
Revisi Undang-Undang tersebut menunjukkan respons pemerintah terhadap
urgensi perubahan iklim dan kebutuhan untuk memperkuat landasan hukum yang
relevan. Penekanan pada energi terbarukan dan strategi pengelolaan lahan dan
hutan yang berkelanjutan adalah langkah-langkah penting dalam upaya
menyesuaikan regulasi dengan tuntutan era perubahan iklim. Dengan adanya
perubahan dalam instrumen hukum ini, diharapkan upaya mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim di Indonesia dapat lebih terfasilitasi dan terarah sesuai
dengan kebutuhan zaman.
Hukum perlindungan lingkungan menghadapi sejumlah tantangan yang
kompleks dalam menanggapi perubahan iklim global. Pertama, perlunya kerja sama
lintas negara yang kuat untuk menangani dampak perubahan iklim menunjukkan
pentingnya kolaborasi internasional yang lebih terkoordinasi. Kedua,
perkembangan teknologi yang cepat menuntut hukum untuk beradaptasi dengan
cepat pula agar mampu mengatur dan menanggapi dampak-dampak teknologi baru
terhadap lingkungan. Tantangan lainnya adalah mengintegrasikan upaya
perlindungan lingkungan dengan kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya, yang
sering kali memiliki dinamika yang berbeda dan bisa bertentangan.
Dalam menghadapi tantangan ini, hukum perlindungan lingkungan perlu
menjadi lebih dinamis dan adaptif. Pengembangan instrumen hukum baru yang
responsif terhadap perubahan lingkungan, penyesuaian instrumen yang sudah ada
untuk lebih efektif dalam menghadapi perubahan iklim, serta peningkatan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan lingkungan menjadi kunci.
Kajian mendalam terkait dinamika ini menjadi penting untuk memberikan
pemahaman yang lebih komprehensif tentang peran hukum dalam menanggapi
tantangan kompleks yang terkait dengan perubahan iklim secara global. Dengan
demikian, langkah-langkah konkret dapat diambil untuk memperkuat peran hukum
dalam melindungi lingkungan di era yang terus berubah akibat perubahan iklim.
Hukum perlindungan lingkungan memainkan peran sentral dalam upaya
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dalam hal mitigasi, peran hukum
ini terfokus pada penetapan kebijakan dan instrumen yang mendorong pengurangan
emisi gas rumah kaca, menjadi pondasi bagi langkah-langkah untuk mengurangi
dampak buruk perubahan iklim. Lebih jauh, aspek penegakan hukum yang
konsisten dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan urgensi mitigasi ikut
menjadi bagian penting dari peran hukum dalam hal ini. Penegakan hukum yang
kuat dapat menjadi penyemangat bagi pelaku usaha untuk berperilaku bertanggung
jawab terhadap lingkungan, sementara kesadaran masyarakat yang tinggi
mendorong perubahan perilaku yang ramah lingkungan.
Hukum perlindungan lingkungan juga merumuskan kebijakan dan instrumen
yang mendukung masyarakat untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Ini
meliputi upaya meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan melalui pendidikan, pelatihan, serta
pengembangan teknologi yang mendukung adaptasi. Di samping itu, hukum juga
turut membantu dalam menetapkan kebijakan yang mendorong inovasi dan
teknologi yang dapat membantu masyarakat dalam menghadapi dampak yang
semakin ekstrem dari perubahan iklim global.
Instrumen hukum perlindungan lingkungan memberikan landasan yang kuat
untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Contoh konkret dari instrumen ini
meliputi peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah
disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, serta Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Selain itu, kebijakan pemerintah seperti Rencana Aksi Nasional
(RAN) Penanggulangan Perubahan Iklim, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) juga menjadi instrumen penting dalam memberikan arah dan
kerangka kerja dalam menghadapi perubahan iklim.
Inisiatif swasta, khususnya melalui program Corporate Social Responsibility
(CSR), memegang peran penting dalam respons terhadap perubahan iklim. Program
CSR yang difokuskan pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menandakan
partisipasi aktif sektor swasta dalam mengurangi dampak lingkungan serta
membangun kesadaran akan tanggung jawab sosial perusahaan dalam konteks
lingkungan. Dengan berkontribusi pada upaya mitigasi dan adaptasi, sektor swasta
bukan hanya bertindak sebagai entitas bisnis, tetapi juga sebagai pemangku
kepentingan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Kolaborasi antara
sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat menciptakan landasan yang solid untuk
merespons perubahan iklim, menegaskan komitmen lintas-sektor dalam melindungi
lingkungan.
Keterlibatan aktif sektor swasta dalam menjalankan program CSR yang
menekankan aspek lingkungan menunjukkan pentingnya peran korporasi dalam
mewujudkan keberlanjutan lingkungan. Keberadaan program-program ini menjadi
bukti nyata bahwa sektor swasta tidak hanya mempertimbangkan keuntungan
finansial semata, tetapi juga memiliki komitmen terhadap lingkungan tempat
mereka beroperasi. Ini mengilustrasikan peran proaktif sektor swasta dalam
menyokong upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta mengedepankan
prinsip tanggung jawab sosial yang lebih luas.
Dalam konteks adaptasi terhadap perubahan iklim, hukum perlindungan
lingkungan memainkan peran sentral dengan menetapkan kebijakan dan instrumen
yang mendukung masyarakat dalam menghadapi dampak yang muncul. Selain
fokus pada regulasi, hukum ini juga berperan dalam meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk menghadapi tantangan tersebut. Melalui pendidikan, pelatihan,
serta dukungan pada pengembangan teknologi dan inovasi yang mendukung
adaptasi, hukum perlindungan lingkungan tidak hanya memberikan kerangka
regulasi, tetapi juga memfasilitasi pemahaman dan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi perubahan yang sedang terjadi. Instrumen-instrumen hukum seperti
peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintah, dan inisiatif swasta menjadi
penopang utama dalam mewujudkan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Namun, kesuksesan dalam menanggapi perubahan iklim membutuhkan
kolaborasi yang terkoordinasi antara berbagai pihak. Pemerintah, sektor swasta, dan
partisipasi aktif dari masyarakat menjadi elemen utama dalam
mengimplementasikan instrumen hukum terkait lingkungan ini dengan efektif.
Kerja sama lintas sektor dan kesadaran bersama akan pentingnya respons terhadap
perubahan iklim menjadi landasan kunci untuk mencapai perubahan yang
substansial dalam menangani tantangan ini secara holistik. Sinergi di antara
berbagai pihak menjadi kunci utama untuk merespons perubahan iklim dengan cara
yang komprehensif dan efektif.
Hukum perlindungan lingkungan memegang peran penting dalam mengatur
dinamika perubahan iklim dengan cara yang merangkul berbagai kepentingan.
Salah satu pendekatan utama yang diambil adalah melalui merumuskan kebijakan
dan instrumen hukum yang adil serta inklusif. Hal ini berarti kebijakan yang
dihasilkan harus dapat menyesuaikan dan mengintegrasikan kepentingan yang
beragam, termasuk aspek ekonomi, sosial, dan budaya, tanpa mengabaikan salah
satu pihak. Proses ini melibatkan partisipasi masyarakat dalam pembentukan
kebijakan dan regulasi hukum, memastikan representasi setiap sektor dan kelompok
untuk mendapatkan dukungan yang lebih luas dan bersifat inklusif. Selain itu,
menciptakan instrumen hukum yang inovatif, seperti melalui mekanisme pasar atau
teknologi, menjadi sarana penting untuk menyesuaikan kebutuhan dan
mempertimbangkan berbagai kepentingan yang ada. Dengan demikian, pendekatan
ini memungkinkan perumusan kebijakan yang lebih holistik dan berkelanjutan
dalam menangani tantangan perubahan iklim dengan mempertimbangkan
keberagaman kepentingan yang ada.
Instrumen hukum seperti pajak karbon dan sistem perdagangan karbon telah
menjadi sorotan dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Pajak karbon, meskipun
efektif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memunculkan perdebatan terkait
dampaknya pada perekonomian. Diperlukan keseimbangan yang cermat antara
efektivitas pengurangan emisi dengan meminimalkan potensi dampak negatif pada
aspek ekonomi. Sementara itu, sistem perdagangan karbon menawarkan insentif
finansial bagi perusahaan untuk berpartisipasi dalam penurunan emisi, menciptakan
dorongan ekonomi untuk praktik yang lebih ramah lingkungan. Selain itu,
instrumen hukum yang didasarkan pada teknologi, seperti insentif bagi industri
yang berinvestasi dalam teknologi energi terbarukan, menjadi kunci dalam
mempercepat pengembangan solusi berkelanjutan bagi tantangan perubahan iklim.
Keberhasilan dari setiap instrumen ini terletak pada kemampuannya untuk
menciptakan keseimbangan antara keefektifan dalam mengurangi emisi dan
dampaknya pada berbagai aspek, termasuk ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Instrumen-instrumen hukum yang berfokus pada pajak karbon, sistem
perdagangan karbon, dan teknologi ramah lingkungan telah menjadi titik fokus
dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Pajak karbon menjanjikan pengurangan
emisi yang substansial, namun membutuhkan kajian mendalam terhadap
dampaknya pada perekonomian. Di sisi lain, sistem perdagangan karbon
menawarkan mekanisme pasar yang memberikan insentif bagi perusahaan untuk
mengurangi emisi, menciptakan dorongan ekonomi untuk transisi ke pola produksi
yang lebih bersih. Instrumen hukum yang mendorong investasi dalam teknologi
energi terbarukan juga menjadi fokus, karena perannya dalam merangsang inovasi
dan peningkatan penerapan solusi-solusi yang ramah lingkungan. Keseimbangan
antara keefektifan mengurangi emisi dan konsekuensi multidimensi lainnya
menjadi esensi dari kesuksesan instrumen hukum ini dalam merespons tantangan
perubahan iklim secara holistik.
Hukum perlindungan lingkungan yang mampu menyeimbangkan kepentingan
yang beragam dalam merespons perubahan iklim menjadi fondasi penting bagi
kesinambungan upaya perlindungan lingkungan. Pengakuan terhadap beragam
kepentingan ini menjadi landasan dalam penerapan kebijakan dan instrumen hukum
yang lebih inklusif dan terjangkau bagi semua pihak. Dengan menyatukan dan
mengintegrasikan berbagai aspek ini, implementasi kebijakan yang lebih holistik
dapat memastikan bahwa upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim
dilakukan secara seimbang dan efektif. Dengan demikian, keselarasan ini menjadi
kunci keberhasilan dalam menanggapi tantangan global ini, menciptakan hasil yang
berkelanjutan bagi masyarakat global secara keseluruhan. Integrasi kepentingan
berbagai pihak dalam kerangka hukum perlindungan lingkungan memberikan dasar
yang kuat untuk menjawab tantangan perubahan iklim secara menyeluruh dan
berkelanjutan.

C. Kesimpulan
Hukum perlindungan lingkungan memiliki peran krusial dalam menangani
tantangan perubahan iklim secara efektif. Dalam upaya mitigasi, peran hukum ini
terlihat dalam upaya menetapkan kebijakan dan instrumen hukum untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca, menegakkan hukum terhadap pelanggar, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tindakan ramah
lingkungan. Sementara dalam adaptasi, hukum perlindungan lingkungan turut
mengemban tugas menetapkan kebijakan dan instrumen yang mendukung adaptasi,
meningkatkan kapasitas masyarakat, dan mendukung pengembangan teknologi
ramah lingkungan. Untuk mencapai efektivitas yang lebih besar, integrasi
kepentingan berbagai pihak menjadi kunci dalam merumuskan kebijakan dan
instrumen hukum yang inklusif, terjangkau, dan berkelanjutan.
Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, sektor swasta, dan partisipasi aktif
masyarakat menjadi esensial dalam menjalankan instrumen hukum perlindungan
lingkungan. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, inisiatif bersama untuk
mengurangi dampak lingkungan dan membangun kesadaran akan pentingnya
responsibilitas sosial dalam konteks lingkungan menjadi faktor krusial. Dengan
demikian, hukum perlindungan lingkungan yang mampu mengakomodasi berbagai
kepentingan dan mengintegrasikannya dalam instrumen hukum, menjadi landasan
kuat untuk menjawab tantangan global perubahan iklim secara holistik dan
berkelanjutan.

D. Daftar Pustaka
Karlina, W. R., & Viana, A. S. (2020). Pengaruh naiknya permukaan air laut
terhadap perubahan garis pangkal pantai akibat perubahan iklim. Jurnal
Komunikasi Hukum (Jkh), 6(2), 757-586.
Kusumaria, W. T. (2019). Implementasi Kebijakan Nasional Dan Daerah Terhadap
Pengelolaan Hutan Berbasis Perubahan Iklim Melalui Instrumen Mitigasi
Perubahan Iklim (Studi Kasus Di Kabupaten Mukomuko) (Doctoral
dissertation, UIN FAS BENGKULU).
Legionosuko, T., Madjid, M. A., Asmoro, N., & Samudro, E. G. (2019). Posisi dan
strategi indonesia dalam menghadapi perubahan iklim guna mendukung
ketahanan nasional. Jurnal Ketahanan Nasional, 25(3), 295-312.
Maulana, A. (2023). Analisis Pengaruh Globalisasi Dan Perubahan Iklim Terhadap
Perekonomian Indonesia Yang Berkelanjutan. Publiciana, 16(01), 25-32.
Pambudhi, H. D., & Ramadayanti, E. (2021). Menilai kembali politik hukum
perlindungan lingkungan dalam uu cipta kerja untuk mendukung keberlanjutan
ekologis. Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, 7(2), 297-322.
Pramudianto, A. (2016). Dari Kyoto Protocol 1997 Ke Paris Agreement 2015:
Dinamika Diplomasi Perubahan Iklim Global Dan Asean Menuju
2020. Global: Jurnal Politik Internasional, 18(1), 76-94.
Sood, M. (2021). Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafika.
Wibowo, Y. A. PERSETUJUAN PARIS ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA
PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI PERUBAHAN IKLIM
(UNFCCC).
Wijoyo, S., & Prihatiningtyas, W. (2016). Komitmen International Dalam Kerangka
Perkembangan Dinamika Upaya Pengendalian Global
Warming. Yuridika, 31(3), 474-497.

Anda mungkin juga menyukai