Anda di halaman 1dari 15

Tinjauan Green Economy dalam Hukum

Persaingan Usaha di Indonesia

Muhammad Pravest Hamidi


muhammad.pravest@ui.ac.id
Muhammad Anas Fadli
muhammad.anas81@ui.ac.id
Yonathan Wiryajaya Wilion
yonathan.wiryajaya@ui.ac.id
Fakultas Hukum Universitas Indonesia

ABSTRACT

Green Economy can reduce the adverse effects of climate change. However, its implementation sometimes
encounters obstacles due to uncertainty in competition law. In fact, competition law can promote and
accelerate Green Economy. The author analyzes the Green Economy concept, Rule of Reasons, and various
cases such as the “Washing Machine” and “Chicken for Tomorrow” to support this research. The results are:

environmental aspects have not been explicitly recognized in Indonesian competition law but can be
interpreted as being included in the phrase of “public interest,” (2) the inclusion of explanations regarding
environmental aspects can create legal certainty and legal benefits for business actors and the community,
and (3) there is a “significant” contribution to the environment, concessions should still be given even though
it is detrimental to consumers based on a cost-benefit analysis. Thus, Indonesia should firmly recognize
environmental aspects in its competition law to accelerate Green Economy.

Keywords: Agreement; Sustainable; Competition; Green.

ABSTRAK

Green Economy merupakan sarana untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Tetapi,
pelaksanaan Green Economy terkadang menemui hambatan karena ketidakpastian dalam hukum
persaingan usaha. Padahal, hukum persaingan usaha dapat mempromosikan dan mengakselerasi
pelaksanaan Green Economy. Penulis menganalisis konsep Green Economy, Rule of Reason, dan berbagai
kasus seperti “Washing Machine” dan “Chicken for Tomorrow” untuk menunjang penelitian ini. Hasil
yang penulis dapatkan adalah: (1) aspek lingkungan hidup belum secara tegas diakui dalam hukum
persaingan usaha di Indonesia tetapi dapat diinterpretasikan masuk dalam frasa “kepentingan
umum,” (2) masuknya penjelasan mengenai aspek lingkungan hidup dapat menciptakan kepastian
hukum serta kebermanfaatan hukum bagi pelaku usaha dan masyarakat, dan (3) dalam menerapkan
kelonggaran demi lingkungan hidup, sepanjang memberikan kontribusi “signifikan” pada lingkungan,
kelonggaran sebaiknya tetap diberikan walaupun merugikan konsumen secara cost-benefit analysis.
Dengan demikian, Indonesia perlu mengakui dengan tegas aspek lingkungan hidup dalam hukum
persaingan usaha di Indonesia untuk mengakselerasi pelaksanaan Green Economy.

Kata Kunci: Perjanjian; Berkelanjutan; Persaingan; Hijau.

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


5
Pendahuluan Green economy juga memiliki kaitan yang
erat dengan penerapan hukum persaingan
Perhatian dan kekhawatiran dunia terhadap
usaha. Untuk menerapkan Green Economy yang
permasalahan lingkungan terus meningkat
mengedepankan lingkungan, terdapat “cost”
seiring dengan munculnya gejala-gejala yang
atau biaya yang harus dikeluarkan oleh pelaku
dikaitkan dengan perubahan iklim. Peningkatan
ekonomi, baik produsen, distributor, maupun
suhu rata-rata dunia, hilangnya area es laut
konsumen. Misalnya, pada penerapan carbon
seukuran Florida di Arktika, meningkatnya
tax, produsen harus membayar biaya pemakaian
permukaan air laut banjir di Tiongkok, Belgia,
energi tidak ramah atau mengeluarkan biaya
Jerman, munculnya badai salju pertama kali di
untuk menghasilkan energi ramah lingkungan.
Texas, serta kekeringan telah dikaitkan dengan
Kemudian, pada larangan impor dan produksi
perubahan iklim.[1]
barang tidak ramah lingkungan, konsumen
Saat ini, pemimpin-pemimpin negara di
harus mengeluarkan biaya lebih untuk
seluruh dunia telah menggelar konferensi COP26
mendapatkan barang yang ramah lingkungan
yang mempertemukan 120 pemimpin dunia
dan tidak memiliki opsi untuk membeli barang
dan lebih dari 40.000 peserta terdaftar. Selama
tidak ramah lingkungan yang lebih murah.
dua minggu, pemimpin dunia membahas dan
Pengenaan “cost” atau biaya untuk menerapkan
menyetujui pada semua aspek perubahan iklim,
Green Economy berpotensi untuk melanggar
yang termasuk sains, solusi, kemauan politik
konsep persaingan usaha.[6] Contoh konkret
untuk bertindak, dan indikasi tindakan yang
dari kasus tersebut adalah kasus “Washing
jelas untuk mengatasi permasalahan perubahan
Machine” yang merupakan kesepakatan antara
iklim.[2] Perubahan iklim telah menyebabkan
produsen dan importir mesin cuci untuk tidak
dampak negatif yang sangat masif bagi
mengimpor mesin cuci tidak ramah lingkungan.
lingkungan, sosial, kesehatan, dan ekonomi.
Jika dilihat dari konsep persaingan usaha,
Perubahan iklim mempengaruhi faktor-faktor
perjanjian ini merupakan “barrier to entry” bagi
penentu kesehatan sosial dan lingkungan, yakni
produsen ataupun importir mesin cuci tidak
mencemari udara bersih, air minum yang aman,
ramah lingkungan. Tetapi, komisi persaingan
makanan yang cukup dan tempat tinggal yang
usaha di Eropa menyetujui perjanjian ini karena
aman. Antara tahun 2030 dan 2050, perubahan
benefit kepada lingkungan lebih besar daripada
iklim diperkirakan akan menyebabkan sekitar
cost yang harus ditanggung oleh konsumen.
250.000 kematian tambahan per tahun, akibat
Contoh konkret lainnya adalah kasus “Chicken
kekurangan gizi, malaria, diare, dan tekanan
for Tomorrow”. Perbedaannya adalah komisi
panas.[3]
persaingan usaha di Belanda tidak menyetujui
Swiss Re Institute memperingatkan bahwa
perjanjian tersebut. Hal ini menjadi menarik
dampak terbesar dari perubahan iklim adalah
untuk dikaji bagaimana hubungan antara Green
dapat menghapus hingga 18% dari PDB
Economy dan persaingan usaha dan bagaimana
ekonomi dunia pada tahun 2050 jika suhu global
persaingan usaha dapat memaksimalkan
naik sebesar 3,2°C.[4] Besarnya dampak negatif
Green Economy. Selanjutnya, penulis juga akan
dari perubahan iklim membuat pemerintah di
mengkaji bagaimana regulasi persaingan usaha
berbagai negara melakukan berbagai tindakan
yang dapat memaksimalkan Green Economy jika
preventif untuk mencegah memburuknya
kedepannya akan diterapkan di Indonesia.
perubahan iklim dengan meningkatkan kualitas
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
lingkungan. Salah satu sarana untuk mengatasi
rumusan masalah yang akan penulis bahas
dampak perubahan iklim adalah Green Economy.
antara lain:
Green Economy adalah ekonomi yang bertujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
untuk mengurangi risiko lingkungan dan
rumusan masalah yang akan penulis bahas
kelangkaan ekologi, dan bertujuan untuk
antara lain:
pembangunan berkelanjutan tanpa merusak
1. Apakah Hukum Persaingan Usaha
lingkungan. Contoh dari Green Economy adalah
Indonesia mengakui aspek lingkungan
penerapan carbon tax untuk mengurangi
hidup sebagai pertimbangan hukum
karbondioksida dan gas rumah kaca. Secara
dalam tindakan yang dianggap
ilmiah, sebuah konsensus telah dicapai bahwa
melanggar Undang-Undang Nomor 5
setiap peningkatan lebih dari 2°C pada suhu
Tahun 1999?
keseluruhan Bumi kemungkinan akan memiliki
2. Bagaimana aspek lingkungan hidup
konsekuensi yang tidak terduga dan berpotensi
diakui oleh Hukum Persaingan Usaha
menimbulkan bencana, termasuk kematian
pada yurisdiksi lain?
hutan hujan dunia, kenaikan besar permukaan
3. Bagaimana aspek lingkungan hidup
laut, dan potensi ‘titik kritis’ di kepunahan
bisa dipertimbangkan dalam Hukum
spesies global.[5]
Persaingan Usaha Indonesia?

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


6
Tinjauan Teoritis (berlaku sejak 2016 hingga 2030) pada 17 Tujuan
dan 169 Target.[10]
1. Prinsip Green Economy
Istilah “Green Economy”, “Green Growth”
Istilah “Green Economy” pertama kali “Sustainable Development” tidak dapat
digunakan pada tahun 1989 dalam “Blueprint dipisahkan. Hal ini dikarenakan munculnya
for a Green Economy”, sebuah laporan konsep Green Economy dan Green Growth
untuk Pemerintah Inggris yang dibuat oleh adalah gerakan menuju pendekatan yang
sekelompok ekonom lingkungan terkemuka. lebih terintegrasi dan komprehensif untuk
Laporan tersebut dibuat untuk memberikan menggabungkan faktor sosial dan lingkungan
saran kepada Pemerintah Inggris untuk dalam proses ekonomi, demi mencapai
memberikan konsensus istilah “pembangunan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu,
berkelanjutan” dan implikasi dari pembangunan Green Growth merupakan pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan untuk pengukuran kemajuan yang berkontribusi terhadap penggunaan modal
ekonomi dan penilaian proyek dan kebijakan.[7] alam secara bertanggung jawab, mencegah
Pada bulan Oktober 2008, United Nations dan mengurangi polusi, dan menciptakan
Environment Programme (“UNEP”) meluncurkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan
Green Economy Initiative yang tujuan kolektifnya sosial secara keseluruhan dengan membangun
adalah untuk memberikan analisis dan Green Economy dan akhirnya memungkinkan
dukungan kebijakan untuk berinvestasi di sektor pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan
hijau dan menghijaukan sektor yang tidak ramah (sustainable development). [11]
lingkungan. Komponen yang terdapat dalam
Green Economy Initiative UNEP mencakup tiga
2. Hukum Persaingan Usaha
rangkaian kegiatan, yakni untuk:[8]
a. Menghasilkan Green Economy Hukum Persaingan Usaha (“HPU”),
Report dan bahan penelitian terkait, ditujukan untuk mencegah perusahaan
yang akan menganalisis implikasi mendapatkan dan menggunakan kekuatan
makroekonomi, keberlanjutan, dan pasar (market power) untuk memaksa konsumen
pengurangan kemiskinan dari investasi membayar lebih mahal untuk produk dan
hijau di berbagai sektor mulai dari pelayanan yang mereka dapatkan. Kongres
energi terbarukan hingga pertanian Amerika berpendapat bahwa perusahaan akan
berkelanjutan dan memberikan menggunakan kekuatan pasar secara tidak jujur
panduan tentang kebijakan yang dapat untuk mendapatkan keuntungan dari konsumen
mengkatalisis peningkatan investasi di dan pembuat Undang-Undang tidak memikirkan
sektor-sektor ini; tentang efisiensi ekonomi.[12]
b. Memberikan layanan konsultasi tentang Dalam perkembangannya, Hukum
cara bergerak menuju ekonomi hijau di Persaingan Usaha mulai memberi perhatian
negara-negara tertentu; dan khusus pada faktor lingkungan, selain faktor
c. Melibatkan berbagai penelitian, ekonomi dan juga faktor sosial. Misalnya di
organisasi non-pemerintah, bisnis dan Eropa, Komisi Von der Leyen menjadikan
mitraPBBdalammengimplementasikan European Green Deal (“EGD”) sebagai prioritas
Green Economy Initiatives. kebijakan utama untuk mendorong agenda
regulasi yang ambisius, salah satunya di
Dalam Flagship Report - Green Economy bidang hukum persaingan usaha. Risiko
Report tahun 2011, UNEP memberikan definisi penyidikan antimonopoli dan denda merupakan
kerja untuk Green Economy Definisi sebagai penghalang bagi kerja sama antar perusahaan
“one that results in improved human well-being di Eropa bahkan untuk mempromosikan SDG.
and social equity, while significantly reducing Dalam beberapa bulan terakhir, otoritas anti
environmental risks and ecological scarcities. monopoli mulai memperdebatkan cara untuk
It is low carbon, resource efficient, and socially mendukung tujuan keberlanjutan, mulai dari
inclusive”.[9] menerapkan kriteria yang tidak terlalu ketat
Green Economy berjalan selaras dengan hingga penilaian tujuan keberlanjutan hingga
Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan memberikan panduan formal atau informal
(Sustainable Development Goals) (“SDG”) yang yang lebih baik.[13]
disahkan pada 25 September 2015 oleh 193 Julian Nowag berpendapat bahwa hukum
perwakilan dari berbagai negara. Tujuan utama persaingan usaha dan keberlanjutan dapat
SDG adalah untuk mengakhiri kemiskinan, saling tumpang tindih pada dua kondisi:
mengurangi kesenjangan dan melindungi Pertama, dalam kasus di mana otoritas
lingkungan. Agenda SDG tertuang dalam persaingan ketika mendorong keberlanjutan
rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan melalui penegakan yang ditargetkan. Kondisi

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


7
ini terjadi jika praktik anti persaingan juga hidup secara tegas sebagai pertimbangan
merugikan dari perspektif keberlanjutan. dalam hukum persaingan usaha di Indonesia.
Misalnya, kasus di mana kartel mencegah Adapun asas yang melandasi UU Persaingan
konsumen membeli produk berkelanjutan. Usaha termuat dalam Pasal 2, yakni: “Pelaku
Otoritas persaingan Prancis menyelidiki kartel usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan
di mana perusahaan setuju untuk tidak bersaing usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dalam kinerja lingkungan dari produk mereka dengan memperhatikan keseimbangan antara
dengan memastikan bahwa kinerja lingkungan kepentingan pelaku usaha dan kepentingan
mereka tidak akan digunakan dalam kampanye umum.[18]”
iklan/penjualan. Contoh lain misalnya Komisi Sedangkan tujuan UU Persaingan Usaha
Eropa yang mendenda pembuat mobil yang yang termuat dalam Pasal 3, yakni:[19]
berkolusi untuk menghambat peluncuran teknik 1. Menjaga kepentingan umum dan
penyaringan yang lebih efektif untuk emisi mobil meningkatkan efisiensi ekonomi
diesel.[14] nasional sebagai salah satu upaya untuk
Kedua, dalam kasus di mana perusahaan meningkatkan kesejahteraan rakyat;
ingin bergerak ke arah yang lebih berkelanjutan. 2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif
Perdebatan utama dalam konteks ini di Eropa melalui pengaturan persaingan usaha
menyangkut bagaimana menyeimbangkan yang sama bagi pelaku usaha besar,
potensi pembatasan persaingan dengan pelaku usaha menengah dan pelaku
potensi peningkatan keberlanjutan. Contoh usaha kecil;
yang mungkin relevan dalam konteks ini sangat 3. Mencegah praktik monopoli dan/atau
banyak dan berkisar dari perjanjian untuk tidak persaingan usaha tidak sehat yang
menggunakan tenaga kerja paksa atau pekerja ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan
anak (bahkan di negara-negara di mana praktik 4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi
semacam itu legal), sepenuhnya mematuhi dalam kegiatan usaha.
Undang-Undang yang berlaku di negara
Jika kita menilik pada asas dan tujuan
dengan catatan penegakan hukum yang lemah,
tersebut, maka lingkungan masuk kedalam
komitmen untuk net zero, pengembangan
lingkup frasa “kepentingan umum” yang secara
bersama produk yang lebih bersih, untuk
secara tegas dibedakan dengan “kepentingan
mematuhi standar emisi yang lebih ketat, atau
pelaku usaha” dalam Pasal 2 UU Persaingan
menghapus produk yang berpolusi secara
Usaha. Kepentingan umum dapat diartikan
bertahap.[15]
sebagai kepentingan individu yang berkaitan
dengan hal-hal umum yang dikehendaki
Hasil Penelitian dan Pembahasan oleh semua orang seperti misalnya jaminan
keamanan, kualitas kehidupan yang layak, udara
1. Status Quo Green Economy dalam Hukum
bersih, air bersih dan hal-hal sejenis.[20]
Persaingan Usaha di Indonesia
Roscoe Pound membagi kepentingan
Di Indonesia, Green Economy telah masuk hukum kedalam tiga kategori yakni, kepentingan
dalam RPJMN 2020-2024 dengan tiga program individu, kepentingan umum, dan kepentingan
prioritas, yaitu peningkatan kualitas lingkungan, sosial. Pound mendefinisikan kepentingan
peningkatan ketahanan bencana dan umum sebagai:
perubahan iklim, serta pembangunan rendah “claims or demands or desires involved in life
karbon.[16] Indonesia juga telah meratifikasi in a politically organised society and are asserted
dokumen SDG “Transforming Our World: The 2030 in title of that organisation. They are commonly
Agenda for Sustainable Development” melalui treated as the claims of a politically organised
Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017. society thought of as a legal entity”.[21]
KPPU sebagai lembaga yang menjadi pengawas Sedangkan kepentingan pelaku usaha
persaingan usaha juga mengakomodasi tujuan hanyalah kumulasi dari kepentingan individu
tersebut dalam misinya, yang salah satunya para pemegang saham.[22] Kepentingan pelaku
ialah “mencapai lingkungan hidup yang usaha condong pada sifat natural dari badan
berkelanjutan”.[17] usaha itu sendiri, yakni untuk memperoleh
Akan tetapi, dasar hukum utama persaingan keuntungan. Pound mendefinisikan kepenti­
usaha di Indonesia yakni Undang- Undang ngan individu sebagai:
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik “claims or demands or desires involved
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat immediately in the individual life and asserted in
(“UU Persaingan Usaha”) telah berusia lebih title of that life”.[23]
dari dua dekade dan belum mendapatkan Berbeda dari faktor lingkungan, faktor sosial
pembaruan hingga saat jurnal ini dibuat. Hal ini telah mendapatkan perhatian khusus dengan
berdampak pada ketiadaan rekognisi lingkungan adanya kebijakan anti kompetitif, misalnya

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


8
dengan mewajibkan usaha besar bermitra cuci baru sebesar 15-20% pada akhir tahun 1999.
dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Perjanjian tersebut juga akan mengurangi polusi
(“UMKM”), bahkan pada beberapa sektor dan pencemaran pada lingkungan serta biaya
tertentu khusus diperuntukan untuk UMKM saja penggunaan mesin cuci bagi konsumen.
sebagaimana yang termuat dalam Lampiran Tindak lanjut dari perjanjian tersebut adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021. komitmen CECED untuk mengirimkan laporan
Pengawasan kemitraan dengan UMKM juga tahunan kepada Komisi Eropa yang disiapkan
menjadi kewenangan KPPU, berdasarkan Pasal oleh konsultan independen untuk menjelaskan
36 Ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 kemajuan dalam mengurangi konsumsi energi.
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Ini juga akan memberi Komisi basis data dari
semua model mesin cuci yang saat ini tersedia
di pasar. Kesepakatan ini menghasilkan tidak
2. Konsep Green Economy dalam Hukum
hanya manfaat langsung bagi konsumen dalam
Persaingan Usaha pada Yurisdiksi Lain
bentuk biaya energi yang lebih rendah, tetapi
Kasus Washing Machine juga manfaat lingkungan melalui emisi CO2
yang lebih rendah. Pada saat itu, Komisi
Kasus Washing Machine adalah preseden
mempertimbangkan kedua jenis manfaat
yang menunjukan hubungan antara Green
tersebut, dengan menyatakan sehubungan
Economy dan competition law terjadi di Eropa.
dengan manfaat CO2 bahwa:
Kasus Washing Machine terjadi pada tahun 1997.
“such environmental results for society would
Pada 24 September 1997, Conseil Européen de la
adequately allow consumers a fair share of the
Construction Electro-Domestique (CECED) yang
benefits even if no benefits accrued to individual
mewakili produsen yang menguasai lebih dari
purchasers of machines (par. 56). [26]”
90% pasar mesin cuci Eropa telah membuat
Komisi mengambil pandangan yang
perjanjian untuk tidak mengimpor mesin cuci
baik dari perjanjian dan mengusulkan untuk
yang tidak ramah lingkungan dengan berbagai
memberikan pengecualian pada aspek
spesifikasi. CECED kemudian mengajukan
persaingan usaha karena menganggap bahwa
perjanjian ini kepada European Council untuk
kemungkinan akan mendorong produsen untuk
disetujui. Setelah melakukan review dan analisis,
meningkatkan efisiensi energi mesin cuci. Selain
pada awal 1999, Komisi Eropa menyetujui (di
itu, tanpa komitmen dari perjanjian ini, produsen
bawah sistem lama pengecualian individu)
tidak mungkin memiliki insentif untuk kemajuan
perjanjian antara produsen peralatan rumah
teknis untuk kemajuan lingkungan hidup.
tangga untuk berhenti memproduksi mesin
cuci, pemanas air dan mesin pencuci piring
Kasus Chicken for Tomorrow
yang kurang hemat energi dengan dasar bahwa
penghematan energi untuk konsumen individu Preseden yang berbeda adalah kasus
lebih besar daripada biaya harga mesin cuci Chicken for Tomorrow yang juga terjadi di Eropa.
yang lebih tinggi. Berbeda dengan kasus Washing Machine, otoritas
Artinya, berdasarkan cost-benefit analysis, persaingan Belanda menolak persetujuan
manfaat (benefit) yang diterima oleh konsumen, perjanjian “Chicken for Tomorrow”. Inisiatif
yakni penghematan energi dan lingkungan “Chicken for Tomorrow” berkaitan dengan
yang lebih hijau, telah melampaui biaya (cost) kesepakatan industri, yang terdiri dari pemasok
yang harus ditanggung oleh konsumen, yakni dan pengecer, untuk meningkatkan standar
peningkatan harga mesin cuci. Komisi Eropa hidup ayam broiler yang dibeli oleh supermarket.
juga mengacu pada manfaat lingkungan Secara khusus, para pihak menyepakati
pada larangan impor mesin cuci tidak ramah standar minimum baru untuk kesejahteraan
lingkungan. Dasar dari penyetujuan ini adalah, ayam. Antara lain, standar baru menyiratkan
Komisi Eropa telah menunjukkan kesediaan pertumbuhan ayam yang lebih lambat (dengan
untuk mengecualikan beberapa pengaturan masa hidup 45 daripada 40 hari), lebih sedikit
persaingan usaha untuk perjanjian ramah ayam per meter persegi di kandang ayam broiler
lingkungan berdasarkan Pasal 101(3) TFEU. (19 daripada 21 ayam per meter persegi), dan
Komisi Eropa telah mengeluarkan pemberitahuan lebih banyak jam gelap, dan berbagai tindakan
yang menyatakan bahwa mereka mendukung ramah lingkungan.[27]
kesepakatan antara produsen mesin cuci Eropa Pada tanggal 26 Januari 2015, otoritas
untuk mengakhiri produksi dan impor beberapa persaingan Belanda (ACM) mengumumkan
model mesin cuci yang tidak ramah lingkungan. keputusannya bahwa perjanjian “Chicken for
[24] Tomorrow” di Belanda terbukti membatasi
Berdasarkan penelitian dari Rainer, dampak persaingan. Karena “Chicken for Tomorrow”
dari kesepakatan tersebut adalah berhasil terbukti membatasi persaingan, ACM menolak
mengurangi potensi konsumsi energi mesin perjanjian “Chicken for Tomorrow”.[28] ACM

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


9
mencapai kesimpulan ini berdasarkan penelitian sudah ada negara yang sudah memasukkan
ekonomi ekstensif yang menilai sejauh mana gagasan Green Economy kedalam HPU-nya yaitu
konsumen menilai manfaat yang akan diberikan negara Austria dalam Rancangan Undang-
“Chicken for Tomorrow” dalam hal kesejahteraan Undang mengenai Amandemen Undang-Undang
hewan dan lingkungan. Meskipun inisiatif Kartel Federal 2005 (“Ministerialentwurf betreffend
khusus ini tidak cukup dihargai oleh konsumen Bundesgesetz, mit dem das Kartellgesetz 2005,”
untuk membenarkan pengecualian berdasarkan selanjutnya disingkat “RUU Kartel Austria”).
Pasal 101(3) TFEU dan bahasa Belanda yang Dalam hal ini, RUU Kartel Austria mengubah
setara, analisis ACM memberikan panduan yang Bagian 2(1) UU Kartel 2005 yang mengatur
berguna untuk penilaian masa depan inisiatif mengenai pengecualian terhadap larangan
keberlanjutan yang melibatkan kerja sama antar kartel pada Bagian 1.[32]
perusahaan.[29] Bagian 2(1) UU Kartel Austria mengatur
ACM kemudian membandingkan kesediaan bahwa dikecualikan dari Bagian 1 “Kartel-kar-
konsumen untuk membayar dengan biaya tel yang berkontribusi untuk memperbaiki pro-
tambahan yang akan ditimbulkan oleh tindakan duksi atau distribusi barang/jasa atau untuk
tersebut. Pada €1,46 per kilo, ACM menemukan mendorong kemajuan teknis atau ekonomi, se-
biaya ini hampir dua kali lebih tinggi dari manfaat mentara memungkinkan konsumen mendapat-
konsumen. Artinya, menggunakan cost-benefit kan bagian yang adil dari keuntungan yang
analysis, peningkatan biaya tidak sebanding dihasilkan dan yang tidak a) memberlakukan
dengan benefit yang didapatkan oleh konsumen pembatasan-pembatasan [persaingan] yang
ayam. ACM berasumsi dalam konteks ini bahwa berkaitan dengan usaha-usaha yang tidak
biaya tambahan yang akan dikeluarkan oleh diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan ini,
produsen akan dibebankan sepenuhnya kepada atau b) memungkinkan usaha-usaha tersebut
konsumen. Akibatnya, ACM menyimpulkan kemungkinan untuk menghilangkan persaingan
bahwa konsumen tidak akan memperoleh sehubungan dengan sebagian besar produk
manfaat bersih dari perjanjian tersebut dan yang bersangkutan.[33]”
pada kenyataannya akan menjadi lebih buruk. RUU Kartel Austria ingin menambahkan
Akibatnya, ACM menyimpulkan bahwa kriteria satu kalimat dalam Bagian 2(1) tersebut
pertama Pasal 101(3) TFEU tidak terpenuhi.[30] bahwa “Konsumen juga secara patut terlibat
ACM juga meragukan sejauh mana jika keuntungan yang timbul dari peningkatan
kesepakatan itu sangat diperlukan untuk produksi atau distribusi barang atau promosi
mencapai manfaat yang diklaim. ACM mencatat kemajuan teknis atau ekonomi mengarah
bahwa supermarket telah menawarkan daging pada keberlanjutan ekologis atau memberikan
ayam yang diproduksi dengan cara yang kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi iklim-
lebih berkelanjutan selama bertahun-tahun. netral.” Penambahan demikian ditujukan untuk
Karena itu, ACM tidak menerima argumen memperluas syarat pengecualian “konsumen
bahwa tidak ada supermarket yang ingin mendapatkan bagian yang adil dari keuntungan
menjadi yang pertama beralih ke ayam yang yang dihasilkan” sehingga meliputi juga kartel-
lebih berkelanjutan karena takut kehilangan kartel yang: “[1] meningkatkan kemajuan yang
konsumen dari pesaing. mengarah pada keberlanjutan ekologis” atau “[2]
Dalam kesimpulannya, ACM menekankan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
fakta bahwa studi tersebut mendukung gagasan ekonomi iklim­ netral.” Oleh karena itu, lingkup
bahwa konsumen bersedia membayar untuk “Green Economy” dalam RUU ini diwujudkan
langkah-langkah Green Economy tertentu. Oleh dengan dua unsur yakni “ecologically sustainable”
karena itu, pada prinsipnya, terdapat ruang dan “climate neutral. [34]”
lingkup untuk kesepakatan antara pesaing Dalam Penjelasan RUU-nya (“Erläuterun-
tentang masalah keberlanjutan yang dikecualikan gen”) bahwa penambahan klausa ini dilatar-
berdasarkan aturan persaingan meskipun harga belakangi oleh kekurangjelasan terhadap per-
akan meningkat. Pertanyaan kuncinya adalah soalan apakah dan sampai mana aspek keber-
apakah konsumen mendapatkan manfaat yang lanjutan (sustainability) bisa diterapkan dalam
cukup tinggi dari perjanjian Green Economy yang kerangka Pasal 101 Treaty of the Functioning of
melampaui cost yang harus ditanggung oleh the European Union (“TFEU”) yang mengatur
konsumen.[31] kriteria perjanjian yang dilarang yang kemudian
diadopsi dalam Bagian 2(1) UU Kartel Austria.
Rancangan Undang-Undang Persaingan Oleh karena adanya kekurangjelasan ini, peru-
Usaha Austria sahaan menghindar dari perjanjian-perjanjian
yang ditujukan untuk tujuan berkelanjutan (sus-
Belum ada peraturan Perundang- Undangan
tainable agreements) karena khawatir terhadap
dalam bidang HPU yang memasukkan aspek
implikasinya pada hukum persaingan.[35]
Green Economy ke dalam pengaturannya. Namun,

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


10
Oleh karena itu, solusinya adalah Tujuan utama dari HPU adalah efisiensi.
menyediakan kejelasan tambahan kepada Penjelasan RUU ini mengakui bahwa tidak ada
perusahaan dan pelaksanaan UU pada apakah perbedaannya bagi konsumen apakah limbah
dan sampai mana sustainable agreements yang dihasilkan pada suatu produk lebih sedikit
bisa diberikan pengecualian dari pengertian atau tidak, tetapi sepanjang hal itu memberikan
perjanjian yang dilarang/kartel. Namun, kontribusi signifikan terhadap Green Economy,
Penjelasan RUU-nya menjelaskan bahwa tidak diperlukan lagi efisiensi ekonomi karena
pengecualian tersebut ditambahkan dengan manfaatnya adalah kontribusi untuk sustainabi-
mempertahankan keempat syarat yang diatur lity. Adapun, dalam hal ini inovasi atau tindakan
dalam Bagian 2(1). Dengan kata lain, klausa terkait sustainability dipandang sebagai pening-
tersebut didesain sedemikian rupa supaya ketika katan efisiensi secara kualitatif. Dengan kata
ditambahkan tidak menegasikan syarat-syarat lain, RUU ini memandang bahwa kontribusi sig-
yang ada, melainkan hidup berdampingan nifikan terhadap Green Economy bisa dianggap
dengan syarat-syarat tersebut.[36] sebagai peningkatan efisiensi.[41]
Adapun, keempat syarat tersebut adalah Namun, tidak semua kartel yang mem-
kartel berkontribusi dalam “[1] memperbaiki berikan “kontribusi signifikan” terhadap Green
produksi atau distribusi barang/jasa,” “[2] Economy diberikan pengecualian. Berdasarkan
mendorong kemajuan teknis atau ekonomi,” rumusannya, hanya mereka yang juga berkon-
“[3] memungkinkan konsumen mendapatkan tribusi untuk “memperbaiki produksi atau dis-
bagian yang adil dari manfaat yang dihasilkan,” tribusi barang/jasa” atau “mendorong kema-
dan “[4] tidak a) memberlakukan pembatasan- juan teknis atau ekonomi” yang mendapatkan
pembatasan yang berkaitan dengan usaha- pengecualian. Menurut penjelasannya, perjanji-
usaha yang tidak diperlukan untuk pencapaian an atas harga walaupun memberikan dampak
tujuan-tujuan ini, atau b) memungkinkan positif terhadap sustainability tidak termasuk
usaha-usaha tersebut kemungkinan untuk pengecualian jika tidak berkontribusi untuk
menghilangkan persaingan sehubungan salah satu dari kedua tujuan tersebut.[42]
dengan sebagian besar produk yang Penjelasan RUU-nya memberikan contoh
bersangkutan.[37]” inovasi sustainability yang termasuk penge-
Hemat penulis, aspek berkelanjutan da- cualian tersebut. Misalnya, penggunaan filter air
lam RUU Kartel Austria melalui klausa tersebut limbah dalam produksi (memperbaiki produksi
disematkan dalam syarat ke-3 yakni syarat bah- barang), penjualan bersama untuk mengurangi
wa perjanjian tersebut harus “memungkinkan biaya transportasi (memperbaiki distribusi ba-
konsumen [untuk] mendapatkan bagian yang rang), dan produksi mobil yang memancarkan
adil dari manfaat yang dihasilkan.” Klausa terse- lebih sedikit CO2 (mendorong kemajuan teknis).
but memperluas pengertian “bagian yang adil Adapun suatu inovasi sustainability
dari manfaat yang dihasilkan [bagi konsumen]” mengarah pada kemajuan ekonomi jika
sehingga meliputi juga aspek sustainability. tercermin dalam penghematan biaya dan
Berdasarkan Penjelasan RUU-nya, hal ini dapat peningkatan kualitas. [43]
dibenarkan karena efek dari Green Economy Syarat pengecualian tersebut hanya
adalah untuk masyarakat umum dan konsumen dapat terpenuhi juga jika Bagian 2(1) huruf
merupakan bagian dari masyarakat umum[38] a atau b juga terpenuhi. Hal ini berarti bahwa
sehingga juga mendapatkan “manfaat” dari pengecualian terhadap pembatasan kompetisi
sustainability yang dihasilkan oleh sustainable hanya bisa diberikan jika kontribusi signifikan
agreements tersebut.[39] terhadap Green Economy tidak bisa dicapai
Selain itu, terkait dengan manfaat pada dengan opsi lain yang secara ekonomi mungkin
konsumen, HPU identik untuk memastikan kon- dilakukan (economically feasible) dan lebih sedikit
sumen mendapatkan harga yang serendah- anti persaingan (less anti-competitive). Contohnya
rendahnya. Namun, berdasarkan Penjelasan adalah kemasan terkompresi. Kemasan yang
RUU-nya, pelaksanaan HPU tidak hanya me- lebih padat tidak akan bisa bertahan dalam pasar
ngenai harga yang rendah saja (orientasi jang- selagi adanya kemasan konvensional sehingga
ka pendek), tetapi juga mengenai kualitas, biaya produksinya lebih murah.[44]
inovasi, dan diversitas (orientasi jangka pan- Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa
jang). Berdasarkan Penjelasan RUU-nya, tidak perusahaan bisa membuat perjanjian
masalah harganya menjadi lebih tinggi sepan- mengenai harga atas dasar kontribusi terhadap
jang terdapat kualitas, inovasi, dan diversitas sustainability. Berdasarkan Penjelasan RUU-
yang berkontribusi pada Green Economy. Misal- nya, pembatasan serius terhadap persaingan
nya, menjual produk dengan harga lebih tinggi yakni perjanjian terhadap harga, volume, dan
tetapi proses produksinya menghasilkan lebih area tidak akan memenuhi syarat pengecualian
sedikit limbah CO2.[40] tersebut. Misalnya, perjanjian antara perusahaan

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


11
transportasi untuk berpindah ke bensin yang waktu pemeliharaan yang lebih lama
lebih ecologically sustainable bisa dilakukan. untuk hewan;
Akan tetapi, perjanjian mengenai harga (price 2. Kenaikan biaya akibat sertifikasi, seperti
agreement) tidak bisa dibenarkan. [45] untuk perdagangan organik atau fair
Adapun kontribusi terhadap Green Economy trade; dan
harus mencapai level intensitas tertentu 3. Kenaikan biaya akibat rendahnya volume
agar bisa memenuhi syarat dalam Bagian makanan organik dibandingkan dengan
2(1). Berdasarkan Penjelasan RUU-nya, harus makanan non-organik dan kebutuhan
terdapat “keuntungan objektif yang nyata” yang untuk memisahkannya (berkurangnya
dengan jelas melebihi kerugiannya. Efek positif skala ekonomi).
terhadap sustainability, lingkungan, atau iklim Bahan mentah, seperti etilena, baja, dan
terhadap masyarakat umum, yang kemudian semen, yang digunakan untuk beberapa industri,
dibandingkan dengan kerugian dari perjanjian tidak mempunyai alternatif hijau yang layak
anti kompetitif terhadap pasar tersebut, akan secara komersial untuk saat ini. Untuk mencapai
ditaksir sebagai “keuntungan objektif.” Adapun target zero carbon, pengguna bahan- bahan ini
biaya lingkungan (environmental costs) juga turut diharuskan berkomitmen untuk menangkap
diperhitungkan di sini.[46] kembali emisi yang dihasilkannya. [49]
Persaingan mungkin tidak selalu menjamin
Analisis untuk menghasilkan pasar yang paling
berkelanjutan, hal ini kembali tergantung pada
Keberadaan Kasus Washing Machine,
karakteristik pasar atau masalah penawaran atau
Chicken For Tomorrow, dan RUU Kartel Austria
permintaan. Hal ini sejalan dengan yang dicatat
merupakan perkembangan HPU yang ada
oleh Aghion, Antonin dan Bunel, yakni:
di Eropa yang mengakomodasi kepentingan
“In an economy where consumers are more
lingkungan hidup. Bagaimana dengan
concerned with the price of goods than with their
Indonesia? Apakah kelonggaran aturan HPU
environmental impact, increased competition will
dengan alasan lingkungan hidup perlu dan bisa
not stimulate green innovation and will instead
diterapkan? Hemat penulis, setidaknya terdapat
aggravate the environmental problem [...].”[50]
empat alasan mengapa kelonggaran ini perlu
Jika terjadi skenario kegagalan pasar akibat
dan dimungkinkan untuk diterapkan dalam
‘tragedy of commons’, atau kurangnya koordinasi
skema HPU yang ada di Indonesia.
antara pelaku pasar, yang kemudian tidak
Pertama, ditinjau dari perspektif ekonomi,
ditangani secara memadai oleh peraturan
produk-produk berkelanjutan memiliki tingkat
pemerintah maka pelaku usaha akan menghadapi
kompetitivitas yang lebih rendah dari produk
‘first mover-disadvantage’. Sehingga pelaku
konvensional sebab produk berkelanjutan
usaha tidak akan berinvestasi dalam produksi
memiliki biaya produksi relatif yang lebih
atau proses yang lebih ramah lingkungan sebab
tinggi. Proses produksi untuk produk yang
mereka takut kompetitor akan menawarkan
berkelanjutan memang dirancang untuk
produk serupa dengan harga yang lebih rendah.
meminimalkan dampak ekologi dan sosial sambil
Kerja sama antarbisnis dalam situasi ini dapat
tetap membuatnya layak secara ekonomi untuk
menjadi solusi.[51]
diproduksi. Akan tetapi, pemberlakuan prosedur
Dalam Kasus Washing Machine, CECED
yang lebih ketat berdampak pada meningkatnya
telah membuat perjanjian yang bersifat anti
harga yang harus dibayarkan oleh konsumen.
kompetitif. Perkiraan kenaikan biaya, termasuk
Hasil penelitian Kearney menunjukkan bahwa
biaya riset dan pengembangan yang dialokasikan
produk berkelanjutan, yang memberikan lebih
dan perubahan dalam proses atau komponen
banyak manfaat lingkungan dan sosial daripada
produksi, diperkirakan antara EUR 6,3 dan 60 per
produk konvensional, rata-rata 75 hingga 85
mesin (1,2% dan 11,5% dari harga jual rata-rata
persen lebih mahal dari produk konvensional.
di masyarakat) pada tahap produksi. Akan tetapi,
[47]
manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh
Kearney juga menemukan, pada tahap
perjanjian CECED tampaknya lebih dari tujuh
produksi makanan, fashion, elektronika, dan
kali lipat lebih besar daripada peningkatan biaya
barang-barang tahan lama yang berkelanjutan,
pembelian mesin cuci yang lebih hemat energi.
terdapat tiga kenaikan biaya yakni:[48]
Umumnya, pendekatan kebijakan untuk
1. Kenaikan biaya akibat produksi aktual pembangunan ekonomi yang memiliki pola
yang terjadi akibat biaya produksi pikir “tumbuh sekarang, bersihkan nanti”
yang lebih tinggi untuk bahan organik, akan menimbulkan biaya yang lebih besar
termasuk tenaga kerja yang lebih mahal, dalam jangka panjang.[52] Misalnya biaya total
hasil panen yang lebih kecil, lebih banyak degradasi lingkungan di India mencapai 5,7%
ruang pemeliharaan untuk hewan, dan dari PDB India (median di kisaran 2,6–8,8%),

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


12
terdiri dari biaya dari polusi udara di luar dan di usaha, perjanjian tersebut berpotensi
dalam ruangan (masing-masing 29% dan 21%), menimbulkan kartel karena merupakan
dari tidak memadainya pasokan air, sanitasi dan perjanjian antara produsen-produsen besar.
kebersihan (14%) dan degradasi lahan pertanian Kepastian tersebut bertujuan agar pengusaha
(19%), padang rumput (11%) dan hutan (4%) dan stakeholder yang terkait tidak lagi ragu- ragu
(persentase kerusakan titik tengah).[53] Hal ini atau merasa ketakutan akan dipersekusi oleh
tentunya akan sangat merugikan masyarakat KPPU ketika membuat perjanjian yang ramah
sehingga mencederai asas kepentingan umum. lingkungan.
Kembali pada asas UU Persaingan Usaha, Negara yang telah menerapkan penge-
yakni untuk menyeimbangkan kepentingan cualian (exemption) pada Undang-Undang per-
pelaku usaha dengan kepentingan umum, maka saingan usaha untuk mengedepankan aspek
afirmasi terhadap ekonomi hijau merupakan lingkungan hidup adalah Austria. Section 2 RUU
pemenuhan kedua kepentingan tersebut. HPU Austria menyatakan:
Dalam jangka panjang, transisi menuju ekonomi “Exemption of entrepreneurial cooperation
hijau yang mengedepankan praktik industri for the purpose of an ecologically sustainable or
yang berkelanjutan tentunya dapat menjaga climate-neutral economy from the ban on cartels:
lingkungan hidup. Di sisi lain, kelonggaran dari The draft expands the general exemption from the
sisi HPU juga dapat membantu pelaku usaha ban on cartels in Section 2 (1) KartG 2005 to the
untuk meningkatkan efisiensi dalam produksi effect that consumer participation in efficiency gains
sehingga industri yang berkelanjutan tetap can always be assumed if these efficiency gains
kompetitif di mata pasar dan dampak negatif contribute to an ecologically sustainable or climate-
terhadap lingkungan dapat diminimalisir. neutral economy”
Kedua, penjelasan aspek lingkungan hidup Pasal tersebut menyatakan bahwa larangan
dalam UU Persaingan Usaha memberikan untuk kartel dikecualikan dengan tujuan
kepastian hukum dan kemanfaatan hukum mengedepankan ekonomi yang ecologically
untuk perjanjian berkelanjutan sekarang sustainable atau climate-neutral. Pengecualian
dan di masa mendatang. Gustav Radbruch larangan ini juga mempertimbangkan adanya
menyatakan bahwa terdapat tiga asas dari partisipasi konsumen dalam peningkatan
tujuan hukum, yaitu Asas Keadilan, Asas efisiensi jika berkontribusi pada ekonomi
Kemanfaatan, dan Asas Kepastian Hukum. yang berkelanjutan secara ekologis. Hal ini
[54] Teori Tujuan Hukum dari Gustav Radbruch dapat menjadi referensi bagi pemerintah
kemudian diadopsi oleh Bernard L. Tanya Indonesia untuk merumuskan suatu peraturan
dalam bukunya yang berjudul Teori Hukum. Perundang-Undangan persaingan usaha yang
Beliau menyatakan hukum progresif harus mengecualikan aspek persaingan usaha, seperti
mengedepankan ketiga konsep tersebut baik kartel, dengan tujuan mengakselerasi Green
dalam perumusan dan pelaksanaannya. Beliau Economy.
menyatakan bahwa pada aplikasinya, terhadap Selain itu, pemerintah Indonesia juga dapat
ketiga asas tersebut, akan selalu berada dalam mengambil referensi pada komisi persaingan
kutub yang bertentangan, akan sangat sulit usaha di Eropa yang menggunakan cost­benefit
membuat sinkronisasi terhadap asas kepastian analysis sebagai salah satu acuan untuk
hukum, dengan asas keadilan yang objektif pengecualian persaingan usaha demi lingkungan.
dan dihubungkan dengan asas manfaat. Pada Cost-benefit analysis telah digunakan dalam
saat terjadi pertentangan antar asas ini, asas menyetujui atau tidak menyetujui perjanjian
kemanfaatan bagi kepentingan masyarakatlah “Washing Machine” dan “Chicken for Tomorrow”.
yang harus dimenangkan yakni sejalan dengan Pada kasus “Washing Machine”, Komisi Eropa
teori hukum yang progresif.[55] menyetujui perjanjian yang dibuat oleh produsen-
Kepastian hukum yang diwujudkan dengan produsen mesin cuci untuk setuju bersama-sama
adanya penjelasan aspek lingkungan hidup tidak mengimpor atau memproduksi mesin
dalam UU Persaingan Usaha adalah kepastian cuci yang tidak ramah lingkungan. Alasan yang
bagi para pengusaha ataupun stakeholder diambil oleh Komisi Eropa adalah perjanjian
terkait yang ingin membuat perjanjian yang tersebut akan mengurangi hidden cost dari mesin
mengedepankan aspek lingkungan hidup akan cuci tidak ramah lingkungan, yakni pencemaran
tetapi mengesampingkan atau berpotensi air, pencemaran lingkungan, memburuknya
mengesampingkan beberapa aspek perjanjian kesehatan masyarakat, dan penggunaan
usaha. Contoh dari perjanjian tersebut adalah listrik berlebihan. Kemudian, dengan larangan
larangan impor dan larangan produksi berbagai tersebut, Komisi Eropa juga berpendapat
produk yang tidak ramah lingkungan serta perjanjian tersebut mungkin tidak meningkatkan
larangan proses produksi yang tidak ramah harga mesin cuci yang harus dibayarkan oleh
lingkungan. Jika dilihat dari aspek persaingan konsumen.

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


13
Berbeda dengan “Washing Machine,” Komisi bisa mencangkup aspek-aspek lain seperti sosial,
Eropa tidak menyetujui perjanjian “Chicken for keamanan negara, atau bahkan hal apapun yang
Tomorrow” yang mengharuskan tempat produksi dianggap penting oleh Negara seperti halnya di
ayam yang lebih luas dengan kualitas yang lebih Norwegia.
humanis. Ditolaknya perjanjian “Chicken for Hemat penulis, secara teoritis sekalipun,
Tomorrow” ditengarai oleh meningkatnya harga perlindungan terhadap lingkungan hidup masuk
ayam di pasaran sehingga konsumen harus ke dalam lingkup kepentingan umum karena
menanggung harga yang lebih mahal. Komisi lahir dari upaya dan kesadaran politik suatu
berpendapat cost yang harus ditanggung oleh negara yang tercermin dalam konstitusi (Pasal
konsumen lebih besar daripada benefit kepada 28H ayat (1) UUD 1945, dll)[62], Undang-Undang
lingkungan. Artinya, tidak seluruh perjanjian (UU No. 32/2009, dll), dan perilakunya secara
kartel yang mengedepankan lingkungan perlu internasional (deklarasi Rio, dll).[63] Roscoe
disetujui. Perjanjian tersebut harus memberikan Pound berpendapat bahwa “kepentingan umum”
benefit atau manfaat yang konkret kepada adalah “klaim atau tuntutan atau keinginan yang
lingkungan dan aspek kehidupan masyarakat, terlibat dalam kehidupan dalam masyarakat
seperti kesehatan, udara yang lebih segar, dan yang terorganisir secara politik dan ditegaskan
sebagainya. Kemudian, benefit tersebut harus untuk dan atas nama organisasi tersebut.
dapat melampaui cost yang akan ditanggung [64]” Menurut Nalbandian, tipe kepentingan
oleh masyarakat, seperti harga produk yang semacam ini merupakan kepentingan dari suatu
lebih mahal. “masyarakat yang terorganisir secara politik”
Ketiga, aspek lingkungan hidup termuat yakni negara, dengan kata lain, merupakan suatu
pada frasa “kepentingan umum” dalam Pasal “kepentingan politik” yang bisa digeneralisasikan
3 huruf a UU Persaingan Usaha. Pasal 3 UU dalam lingkup hukum publik.[65]
Persaingan Usaha mengatur bahwa “Tujuan Wheeler berpendapat bahwa tidak ada satu
pembentukan Undang-Undang ini [UU Persaingan pengertian yang kekal atas “kepentingan umum”
Usaha] adalah untuk: a. menjaga kepentingan karena jawabannya tergantung pada di mana
umum ….[56]” Seseorang yang hanya membaca dan kapan pertanyaan itu muncul. Kepentingan
redaksi Pasal ini mungkin berpikiran bahwa publik telah dideskripsikan secara beragam
frasa “kepentingan umum” di sini mengacu sebagai jumlah dari kepentingan- kepentingan
terbatas pada perlindungan terhadap khusus, hasil bersih dari individu yang mengejar
konsumen karena jelas tujuan HPU utamanya kepentingan pribadi mereka, kepentingan
adalah untuk melindungi konsumen. Namun, bersama yang luas dari masyarakat, dan nilai-nilai
jika ditelaah lebih lanjut, Paragraf 11 Penjelasan bersama/kolektif dari komunitas yakni tujuan
Umum UU Persaingan Usaha membedakan atau nilai-nilai yang menjadi dasar konsensus.
kepentingan umum dan perlindungan Menurut Wheeler, konsep-konsep yang ekuivalen
konsumen sebagaimana dikatakan “... dengan dengan kepentingan umum setidaknya sudah
tujuan untuk: menjaga kepentingan umum dan didiskusikan sejak zaman Aristoteles sebagai
melindungi konsumen.” Redaksinya memisahkan “common interest,” juga Aquinas dan Rousseau
frasa “kepentingan umum” dan “melindungi sebagai “common good,” dan John Locke sebagai
konsumen” dengan kata “dan” sehingga bisa “public good.[66]”
dimaknai maksud dari pembuat Undang- Hemat penulis, pertimbangan “kepen-
Undang untuk menjadikan dua hal ini sebagai tingan umum” ini kemudian bisa diterapkan
dua konsep yang berbeda dan terpisah.[57] pada kasus-kasus persaingan usaha melalui
Seseorang mungkin berargumen bahwa pendekatan rule of reason. Menurut Andi Fahmi
hal ini hanya merupakan interpretasi sistematik Lubis et al, pendekatan rule of reason mengha-
atas UU Persaingan Usaha yang tidak lebih dari ruskan pengadilan untuk melakukan interpre-
permainan teks yang mengabaikan konteks. tasi terhadap peraturan persaingan usaha di
Namun, dalam konteks HPU sekalipun, sebagai mana dipertimbangkan faktor-faktor kompeti-
perbandingan, klausa “kepentingan umum” tif dan menerapkan layak atau tidaknya suatu
dalam UU Persaingan Usaha di negara-negara hambatan perdagangan.[67] Oleh karena itu,
lain mencangkup juga aspek kepentingan sebagai suatu peraturan persaingan usaha,
yang bukan konsumen, misalnya “plurality of melalui pendekatan rule of reason, Pasal 3 huruf
media” di Uni Eropa,[58] “national security” a UU Persaingan Usaha bisa menjadi salah satu
di Singapura,[59] dan “principle or interest of pertimbangan Pengadilan dalam menentukan
major significance to society” di Norwegia.[60] kelayakan dari tindakan atau perjanjian anti
Hal ini merupakan bukti nyata bahwa konsep kompetisi tertentu.
“kepentingan umum” tidak terbatas pada hal- Sebagai perbandingan, dalam memper-
hal yang terkait dengan perekonomian saja timbangkan aspek lingkungan hidup, penggu-
(seperti kepentingan konsumen),[61] tetapi juga naan pendekatan rule of reason tentu berbe-

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


14
da dengan pendekatan yang digunakan pada berdasarkan tujuan utama dari UU HPU AS dan
RUU Kartel Austria. Pada RUU Kartel Austria, Inggris. Menurut Andi Fahmi Lubis et al., dalam
aspek lingkungan hidup dijadikan alasan yang pengertian yang luas, terkandung satu pengujian
membebaskan perjanjian anti kompetitif yang dalam penggunaan rule of reason pada kasus
“meningkatkan kemajuan yang mengarah pada Standard Oil, yakni akibat dari suatu perjanjian.
keberlanjutan ekologis” atau “memberikan [76]
kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi Oleh karena itu, dalam pendekatan rule of
iklim-netral.[68]” Secara sistematik, klausa ini reason, layak atau tidaknya suatu hambatan
dimasukkan pada RUUnya dalam bagian yang perdagangan ditentukan berdasarkan akibat
berjudul “Exemptions” yang tentu merupakan dari perjanjian atau perbuatannya. Dalam
pendekatan legislasi, sedangkan rule of reason menentukan akibat mana yang layak dan tidak
umumnya diterapkan pada tahapan yudikasi. layak, Hakim melakukan interpretasi aturan
Menurut Khemani, frasa “exemption” HPU, misalnya Hakim White menginterpretasi
mengacu pada “dimaafkan atau bebas dari makna “restraint of trade” sebagai “unreasonable
beberapa kewajiban yang orang lain tunduk,” restraint of trade” berdasarkan tujuan utama
sedangkan frasa “exception” berarti “dikecualikan aturan HPU AS dan Inggris. Hemat penulis,
dari atau tidak sesuai dengan suatu kelas, hal demikian bisa diterapkan juga di Indonesia
prinsip, aturan, dll yang umum.” Walaupun frasa ketika menginterpretasikan makna perbuatan
“exemption” dan “exception,” termasuk juga atau perjanjian yang dilarang berdasarkan
“exclusion,” mempunyai pengertian yang spesifik tujuan aturan HPU Indonesia.
dalam konteks sistem hukum nasional tertentu, Keempat, kemungkinan adanya predatory
frasa-rasa ini seringkali digunakan secara saling merger terhadap perusahaan kecil dengan
menggantikan. Menurut Khemani, secara umum, inovasi green technology. Vestager dalam
“exemption” cenderung lebih luas cakupannya, pidatonya pada IBA Competition Conference
seperti halnya dengan contoh sektoral atau ke-25 menyebutkan bahwa salah satu masalah
industri, sedangkan “exception” lebih terfokus yang mungkin terjadi yakni perusahaan besar
secara sempit.[69] melakukan merger terhadap perusahaan
Berdasarkan pendapat Khemani tersebut, kecil dan mematikan inovasi produk hijaunya.
maka terlihat jelas bahwa klausa pada Section 2 (1) Menurut Vestager, oleh karena hanya merger
RUU Kartel Austria merupakan suatu exemption yang telah melewati batasan tertentu saja yang
karena cakupannya yang luas dan tidak spesi- harus dilaporkan kepada otoritas persaingan
fik sebagaimana meliputi “kemajuan yang me­ usaha, terdapat kemungkinan predatory merger
ngarah pada keberlanjutan ekologis” dan “kon- terhadap perusahaan hijau terjadi dan tidak
tribusi signifikan terhadap ekonomi iklim­netral. diawasi. Akibatnya, otoritas persaingan usaha
[70] ”Sebagai perbandingan, “pengecualian” tidak bisa mencegah terjadinya merger tersebut.
da- lam Pasal 50 UU Persaingan Usaha adalah [77]
suatu exception karena secara terfokus dan Eropean Union (“EU”) belum mengeluar-
sempit menyebutkan perbuatan dan perjanjian kan ketentuan yang secara spesifik mengatasi
tertentu yang dikecualikan dari UU Persaingan masalah tidak terdeteksinya merger yang ber-
Usaha.[71] potensi mematikan perusahaan hijau. Namun,
Pendapat Khemani yang menganggap Vestager menyampaikan EU telah mengeluar-
pendekatan rule of reason sebagai exception kan panduan yang mendorong otoritas persai-
adalah tidak tepat.[72] Hemat penulis, ngan usaha nasional untuk melakukan investi-
pendekatan rule of reason berbeda dengan gasi juga terhadap merger yang menurut mere-
exception. Exception berarti mengecualikan, ka harus ditinjau.[78] Panduan yang dimaksud
sedangkan rule of reason memberikan alasan oleh Vertager adalah panduan (guidelines) ter-
berdasarkan interpretasi aturan HPU.[73] Jika per hadap referral mechanism (C/2021/1959) yakni
se illegal menyebutkan kategori perbuatan atau mekanisme di mana Negara Anggota bisa me-
perjanjian yang secara pasti adalah ilegal,[74] minta Komisi Eropa untuk memeriksa “konsen-
exception adalah sebaliknya, seperti per se legal, trasi” (lihat Pasal 22 jo. Pasal 3 EC No. 139/2004)
yang menyatakan secara pasti suatu perbuatan yang secara signifikan mempengaruhi persai­
adalah legal.[75] ngan di dalam wilayah Negara Anggota.[79]
Keduanya bukan hal yang dilakukan dalam Paragraf 19 dari panduan tersebut me-
pendekatan rule of reason. Contoh yang baik mungkinkan transaksi merger yang tidak harus
dari rule of reason dilakukan dalam perkara dinotifikasi dalam Negara Anggota untuk bisa
Standard Oil oleh Hakim White. Dalam kasus diperiksa juga oleh Komisi Eropa walaupun
ini, White menginterpretasikan suatu larangan transaksinya tidak merefleksikan potensi kom-
perbuatan anti kompetitif “restraint of trade” petisi yang sesungguhnya maupun di masa
sebagai “unreasonable restraint of trade” depan. Berdasarkan panduan tersebut, salah

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


15
satu contohnya adalah ketika perusahaan yang 2. Kelonggaran aturan persaingan
menggabungkan diri itu merupakan “inovator usaha untuk kepentingan lingkungan
yang penting atau sedang melakukan peneli- hidup perlu diterapkan dalam sistem
tian yang berpotensi menjadi penting.” Hemat hukum persaingan usaha di Indonesia
penulis, perusahaan hijau bisa masuk ke dalam dengan berbagai alasan, yakni untuk
kategori tersebut sebagaimana produk perusa- mengurangi dampak buruk climate
haan semacam ini kemungkinan besar melibat- change di Indonesia, meningkatkan
kan pengembangan dan inovasi produk yang serta mempromosikan Green Economy
berkelanjutan.[80] Maka, panduan tersebut me- dalam transaksi bisnis di Indonesia,
mungkinkan transaksi merger perusahaan hijau memberikan kepastian hukum dan
untuk bisa diperiksa juga oleh Komisi Eropa re- kemanfaatan hukum pada perusahaan
ferral mechanism walaupun Negara Anggota ti- dan stakeholder yang ingin membuat
dak menerima notifikasi atas transaksi tersebut. perjanjian yang mengedepankan green
[81] economy.
Berbeda dengan Uni Eropa yang menga- 3. Dalam perkembangan hukum di Eropa,
nut pre-merger notifikasi, Indonesia menganut khususnya Austria, telah dicita-citakan
post-merger notifikasi. Menurut Kurnia Toha, UU Persaingan Usaha yang secara
pengawasan merger seharusnya lebih me- tegas mencantumkan exemption atau
nekankan pada pencegahan daripada pengko- pengecualian pada perjanjian kartel
reksian bahkan seharusnya sebelum merger yang mengedepankan lingkungan hidup
tersebut berlaku efektif. Sejak tahun 2010, KPPU (sustainable agreements). Kemudian,
belum pernah menyatakan sebuah merger me- pada salah satu kasus Persaingan Usaha
langgar UU Persaingan Usaha. Kurnia Toha di Eropa, Komisi Eropa menerapkan cost-
mengusulkan agar dilakukan perubahan keten- benefit analysis untuk membandingkan
tuan mengenai merger notifikasi sebagaimana benefit kepada konsumen dan lingkungan
para akademisi, penasehat hukum, dan komi- dan cost yang akan ditanggung oleh
sioner semuanya sepakat bahwa seharusnya konsumen. Komisi Eropa baru akan
HPU Indonesia menganut pre-merger notifikasi. menyetujui perjanjian kartel tersebut
[82] Hemat penulis, perubahan tersebut jika benefit konkret yang akan dicapai
sebaik- nya juga mengakomodir perlindungan melampaui cost yang akan ditanggung
lingku- ngan hidup dengan menyelesaikan oleh konsumen. Namun, RUU Kartel
persoalan predatory merger terhadap Austria mencita-citakan lebih dari itu
perusahaan hijau. di mana sekalipun konsumen secara
cost lebih dirugikan selama terdapat
kontribusi yang “signifikan” terhadap
Kesimpulan
lingkungan. Hal tersebut juga dapat
Berdasarkan penelitian yang telah diterapkan untuk melibatkan aspek
dijabarkan, dirumuskan kesimpulan sebagai lingkungan hidup pada hukum
berikut: persaingan usaha di Indonesia.
1. Aspek lingkungan hidup tidak secara
tegas dicantumkan dalam peraturan Saran
Perundang- Undangan hukum
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh,
persaingan usaha di Indonesia. Tetapi,
penulis memberikan saran sebagai berikut:
aspek lingkungan hidup sebenarnya
termuat dalam frasa “kepentingan 1. Memasukan aspek lingkungan hidup
umum” dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UU pada sistem peraturan Perundang-
Persaingan Usaha yang kemudian bisa Undangan hukum persaingan usaha
diterapkan dengan pendekatan rule of di Indonesia, termasuk juga sebagai
reason. Belum jelasnya pengaturan salah satu pertimbangan dalam merger
mengenai aspek lingkungan hidup dalam control;
UU Persaingan Usaha menyebabkan 2. Mengakui secara tegas aspek lingkungan
tidak efisiennya penerapan persaingan hidup sebagai bagian dari frasa
usaha dalam mengakselerasi Green “kepentingan umum” sebagaimana
Economy di Indonesia. Persaingan usaha yang dimaksud dalam Pasal 2 UU No. 5
dapat mengakselerasi Green Economy Tahun 1999 demi kepastian hukum dan
dengan cara memberikan kelonggaran kemanfaatan hukum bagi perusahaan
atau pengecualian persaingan usaha dan masyarakat;
pada perjanjian atau perbuatan yang 3. Menerapkan cost-benefit analysis
mengedepankan lingkungan hidup. terhadap potensi pelanggaran hukum

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


16
persaingan usaha yang melibatkan [8]. UN Environment Programme, “Green
perjanjian berkelanjutan berdasarkan Economy.” UNEP.org. https://www. unep.
frasa “kepentingan umum” dalam org/explore­topics/resource­effi- ciency/
Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1999 dengan what-we-do/policy-and-strategy/ green-
pendekatan rule of reason. economy (diakses 19 April 2022).
[9]. UN Environment Programme, “Towards a
Green Economy: Pathways to Sustainable
Ucapan Terima Kasih
Development and Poverty Eradication - A
Terima kasih disampaikan kepada Tim Synthesis for Policy Makers.” UNEP.org.
Jurnal Persaingan Usaha dari Komisi Pengawas www.unep.org/greeneconomy (diakses
Persaingan Usaha atas kesempatan bagi penulis 19 April 2022).
untuk dapat berkontribusi dalam pemikiran [10]. International NGO Forum on Indonesian
Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. Kami Development, “Apa itu SDG.” SDG2030In-
juga mengucapkan terima kasih untuk segenap donesia.org. https://www.sdg2030in-
pendidik di Fakultas Hukum Universitas Indonesia donesia.org/page/8-apa-itu (diakses 20
atas ilmu yang didapatkan baik di dalam April 2022).
maupun di luar perkuliahan. Terima kasih juga [11]. A. Kasztelan, “Green Growth, Green
kami ucapkan kepada saudari Ratu Silfa Addiba Economy and Sustainable Development:
Nursahla yang turut memberikan masukan dari Terminological and Relational Discourse,”
perspektif ekonomi dalam penulisan jurnal ini. Prague Economic Papers, vol. 26, no. 4.
Terima kasih juga kepada Tim Jurnal Persaingan Prague University of Economics and Busi-
Usaha yang telah meluangkan waktu untuk ness, hlm. 487–499, Agu 01, 2017. doi:
membuat template ini. 10.18267/j.pep.626.
[12]. A. F. Lubis dkk., Buku Teks Hukum Persain-
gan Usaha (Edisi Kedua). Jakarta: KPPU,
Daftar Pustaka
2017, hlm. 38.
[1]. K. Levin dkk., “5 Temuan Besar dari [13]. J. Modrall. “Climate Change and Sus-
Laporan Iklim IPCC 2021.” WRI-Indone- tainability Disputes: Anti Trust Per-
sia.org. https://wri-indonesia.org/id/ spective.” Nortonrosefulbright.com.
blog/5-temuan-besar-dari-laporan-iklim- https://www.nortonrosefulbright.com/
ipcc-2021 (diakses 6 Mei 2022). en/knowledge/publications/3633ff51/
[2]. P. Smith dkk., “Essential outcomes for climate-change-and-sustainability-dis-
COP26,” Global Change Biology, vol. 28, putes-anti-trust-and-competition-per-
no. 1. Wiley, hlm. 1–3, Okt 25, 2021. doi: spective (diakses 20 April 2022).
10.1111/gcb.15926. [14]. J. Nowag. “Antitrust and Sustainability:
[3]. World Health Organization. “Climate An Introduction to an Ongoing Debate.”
change and health.” WHO-int. https:// Promarket.org. https://www.promarket.
www.who.int/news-room/fact-sheets/de- org/2022/02/23/antitrust-sustainability-
tail/climate-change-and-health (diakses 6 climate-change-debate-europe/ (diak- ses
Mei 2022). 20 April 2022).
[4]. C. Gray dan T. Haller. “The Economics [15]. Lihat [14].
of Climate Change: Impacts for Asia.” [16]. H. Limanseto. “Ekonomi Hijau dan Pem-
Swissre.com. https://www.swissre.com/ bangunan Rendah Karbon Mendorong
risk-knowledge/mitigating-climate-risk/ Pertumbuhan Ekonomi dan Mening-
economics-of-climate-change-impactsfor- katkan Kesejahteraan Sosial.” Ekon.
asia.html (diakses 6 Mei 2022). go.id. https://www.ekon.go.id/publikasi/
[5]. E. B. Barbier dan A. Markandya, A New detail/3917/ekonomi-hijau-dan-pemban-
Blueprint for a Green Economy. Oxford- gunan-rendah-karbon-mendorong-per-
shire: Routledge, 2013, hlm. 19. tumbuhan-ekonomi-dan-meningkat- kan-
[6]. E. Loiseau dkk., “Green economy and kesejahteraan-sosial (diakses 21 April
related concepts: An overview,” Jour- 2022).
nal of Cleaner Production, vol. 139, hlm. [17]. Komisi Pengawas Persaingan Usaha.
361-371, Des. 2016. doi: 10.1016/j.jcle- “Rencana Strategis Komisi Pengawas
pro.2016.08.024. Persaingan Usaha 2020-2024.” KPPU.
[7]. United Nations, “Green Economy.” go.id. https://kppu.go.id/wp-con- tent/
UN.org. https://sustainabledevelopment. uploads/2020/07/RENSTRA-KP- PU-2020-
un.org/index php?menu=1446 (diakses 19 2024.FINAL-utk-website.pdf (diakses 21
April 2022). April 2022).

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


17
[18]. Indonesia, Undang-Undang Larangan [30]. A. Claici dan J. Lutz, “Beyond the Policy
Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Ti- Debate: How to Quantify Sustainability
dak Sehat, UU No. 5 Tahun 1999 LN. 1999/ Benefits in Competition Cases,” European
No. 33, TLN NO. 3817, Pasal 2. Competition and Regulatory Law Review,
[19]. Lihat [18], Pasal 3. vol. 5, no. 3. Lexxion Verlag, hlm. 200–209,
[20]. Y.Warella, “Kepentingan Umum dan 2021. doi: 10.21552/core/2021/3/5.
Kepentingan Perseroan (Ditinjau dari [31]. M. P. Schinkel dan Y. Spiegel, “Can collu-
Aspek Kebijakan Publik),” Dialogue JIAKP, sion promote sustainable consumption
vol. 1, no. 3. hlm. 381-391, 2004. and production?,” International Journal of
[21]. R. Pound, “A Survey of Social Interests,” Industrial Organization, vol. 53. El- sevier
Harvard Law Review, vol. 57, no. 1. JSTOR, BV, hlm. 371–398, Jul 2017. doi: 10.1016/j.
hlm. 1, Okt 1943. doi: 10.2307/1334970. ijindorg.2016.04.012.
[22]. L. Maiz. “Corporate Interest and Other [32]. A. Zadić dan M. Schramböck, “Bundes-
Interest to Take Into Account.” Esade. gesetz, mit dem das Kartellgesetz
edu. https://dobetter.esade.edu/en/cor- 2005 und das Wettbewerbsgesetz
porate-interest (diakses 22 April 2022). geändert werden (Kartell- und Wett-
[23]. Lihat [21], hlm.2. bewerbsrechts-Änderungsgesetz 2021 –
[24]. R. Ahmed dan K. Segerson, “Collective KaWeRÄG 2021,” Parlament.gv.at. https://
voluntary agreements to eliminate www.parlament.gv.at/PAKT/VHG/ XXVII/
polluting products,” Resource and Energy ME/ME_00114/fname_948849.pdf (diakses
Economics, vol. 33, no. 3. Elsevier BV, hlm. 8 Mei 2022), hlm. 1.
572–588, Sep 2011. doi: 10.1016/j.rese- [33]. Austria, Federal Act against Cartels and
neeco.2011.01.002. other Restrictions of Competition (Cartel Act
[25]. R. Stamminger, “20% Less Energy on 2005-KartG 2005), Section 2(1).
Washing Machines: How Were the Sav- [34]. Lihat [32], hlm. 1.
ings Achieved?” dalam Energy Efficiency in [35]. A. Zadić dan M. Schramböck, “Erläuter-
Household Appliances and Lighting, Berlin: ungen Allgemeiner Tei,” https://www.
Springer, 2001, hlm. 48-57. parlament.gv.at/PAKT/VHG/XXVII/ME/
[26]. B. Wardhaugh, Competition, Effects and ME_00114/fname_948851.pdf, Parlament.
Predictability: Rule of Law and the Eco- gv.at. (diakses 8 Mei 2022), hlm. 8.
nomic Approach to Competition, London: [36]. Lihat [35], hlm. 9.
Bloomsbury Publishing, 2020, hlm 169. [37]. Lihat [33], Section 2(1).
[27]. J. P. v. d. Veer, “Valuing Sustainabili- [38]. Komisi Eropa, Communication from the
ty? The ACM’s analysis of ‘Chicken for Commission to the European Parliament,
Tomorrow’ under Art. 101(3),” Kluw- the Council, the European Economic and
ercompetitionlaw.com. http://compe- Social Committee and the Committee of the
titionlawblog.kluwercompetitionlaw. Regions, hlm. 1, 5, dan 8.
com/2015/02/18/valuing-sustainabili- [39]. Lihat [37], Section 2(1).
ty-the-acms-analysis-of-chicken-for-to- [40]. Lihat [35], hlm. 9.
morrow-under-art-1013/ (diakses 7 Mei [41]. Lihat [35], hlm. 9-10.
2022). [42]. Lihat [35], hlm. 10.
[28]. J. M. Bos dkk., “Animal welfare, consumer [43]. Lihat [35], hlm. 10.
welfare, and competition law: The Dutch [44]. Lihat [35], hlm. 10.
debate on the Chicken of Tomorrow,” [45]. Lihat [35], hlm. 10.
Animal Frontiers, vol. 8, no. 1. Oxford Uni- [46]. Lihat [35], hlm. 10.
versity Press (OUP), hlm. 20–26, Jan 2018. [47]. C. Gerhardt dkk., Why Todays Pricing
doi: 10.1093/af/vfx001. Sabotages Sustainability. Düsseldorf:
[29]. M. Gassler, “Sustainability the Green Kearney, 2020, hlm. 2.
Deal and Art 101 TFEU Where we are and [48]. Lihat [47], hlm.5
where we could go,” Journal of European [49]. B. Gates., How to Avoid a Climate
Competition Law & Practice, vol. 12, no. 6. Disaster: The Solutions We Have and the
Oxford University Press (OUP), hlm. 430– Breakthroughs We Need. New York:
442, Mar 19, 2021. doi: 10.1093/je- clap/ Penguin Random House, 2021, hlm. 107.
lpab030. [50]. P. Aghion dkk., The Power of Creative
Destruction: Economic Upheaval and the
Wealth of Nations. Cambridge: The Belknap
Press of Harvard University Press, 2021,
hlm. 11.

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


18
[51]. OECD, “Environmental Consideration in [63]. M. Makmun, “Green Economy: Konsep,
Competition Enforcement,” OECD.org. Implementasi dan Peran Kementerian
https://www.oecd.org/daf/competition/ Keuangan,” Jurnal Ekonomi Dan
en viron m e n t a l - c o n sid e ra t i o n s-in - Pembangunan, vol. 19, no. 2, hlm. 1-10, Okt
competition-enforcement.htm (diakses 6 2016. doi: 10.14203/JEP.19.2.2011.
Mei 2022). [64]. Lihat [21], hlm. 1-2.
[52]. P. Ekins dan D. Zenghelis, “The costs and [65]. E.G. Nalbandian, “Sociological
benefits of environmental sustainability,” Jurisprudence: Roscoe Pound’s Discussion
Sustainability Science, vol. 16, no. 3. on Legal Interest and Jural Prostulates,”
Springer Science and Business Media Mi- zan Law Review, vol. 4, no. 1, hlm. 142-
LLC, hlm. 951, Mar 16, 2021. doi: 10.1007/ 143, 2011.
s11625-021-00910-5. [66]. C. Wheeler, What is public interest.
[53]. M. S. Mani, Greening India’s growth: New South Wales: NSW Government
costs, valuations and tradeoffs. New York: Publication, 2016, hlm. 3.
Routledge, 2014, hlm.4 [67]. Lihat [12], hlm. 75-76.
[54]. M. Muslih, “Negara Hukum Indonesia [68]. Lihat [32], hlm. 1.
Dalam Perspektif Teori Hukum Gustav [69]. R. S. Khemani, Application of Competition
Radbruch (Tiga Nilai Dasar Hukum)” Law: Exemptions and Exceptions. New York,
Legalitas, vol. 4, no. 1, hlm. 130-152, Juni Geneva: United Nations, 2002, hlm. 1-2.
2013. [70]. Lihat [35], hlm. 9-10.
[55]. B. L. Tanya dkk., Teori Hukum. Jakarta: [71]. Lihat [18], Pasal 50.
Genta Publishing, 2013, hlm. 12. [72]. Lihat [69], hlm. 2.
[56]. Lihat [18], Pasal 3. [73]. Lihat [12], hlm. 75-76.
[57]. Lihat [18], Penjelasan Umum. [74]. W. Jemarut, “Pendekatan Rule of
[58]. OECD, ”Public interest considerations in Reason dan Per Se Illegal dalam Perkara
merger control,” OECD.org. https://www. Persaingan Usaha,” Widya Yuridika, vol. 3,
oecd.org/competition/public-interest- no. 2, hlm. 378, Des 2020.
considerations-in-merger-control.htm [75]. Legal Information Institute, “per se | Wex
(diakses 6 Mei 2022). | US Law,” Cornell.edu. https://www.law.
[59]. Government of Singapore, “Competition cornell.edu/wex/per_se (diakses 8 Mei
Act 2004 2020 Revised Edition,” SSO.AGC. 2022).
gov.sg. https://sso.agc.gov.sg/act/ca2004 [76]. Lihat [12], hlm. 77-78.
(diakses 6 Mei 2022), Art. 2(1). [77]. European Commission, “Competition pol-
[60]. Lovdata, “Lov om konkurranse icy in support of the Green Deal,” Europa.
mellom foretak og kontroll med eu. https://ec.europa.eu/commission/
foretakssammenslutninger commissioners/2019-2024/vestager/an-
(konkurranseloven),” Lovdata.no. https:// nouncements/competition-policy-sup-
lovdata.no/dokument/NL/lov/2004-03- port-green-deal_en (diakses 5 Mei 2022).
05-12 (diakses 6 Mei 2022), Section 13. [78]. Lihat [77].
[61]. R. Ardiansyah, “Analisis Yuridis Tentang [79]. Komisi Eropa, Council Regulation (EC) No
Penerapan Asas Keseimbangan 139/2004 of 20 January 2004 on the control
Kepentingan Dalam UU No. 5 Tahun 1999 of concentrations between undertakings
dan Penyelesaian Perkara Persaingan (the EC Merger Regulation) (Text with EEA
Usaha Oleh Komisi Pengawas Persaingan relevance), Art. 3.
Usaha (KPPU)(Studi kasus tentang [80]. Komisi Eropa, Commission Guidance on the
putusan KPPU no 2/KPPU/-L/2005 application of the referral mechanism set
mengenai kasus antara PT Carrefour out in Article 22 of the Merger Regulation to
Indonesia dan pemasok barang,” Skripsi, certain categories of cases, par. 19.
Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia, [81]. Lihat [80], par. 11.
2013, hlm. 12. [82]. K. Toha, “Urgensi Amandemen Uu
[62]. I. G. Yusa dan B. Hermanto, “Implementasi Tentang Persaingan Usaha Di Indonesia:
Green Constitution di Indonesia: Jaminan Problem Dan Tantangan,” Jurnal Hukum
Hak Konstitusional Pembangunan dan Pembangunan, vol. 49, no. 1, hlm. 81-
Lingkungan Hidup Berkelanjutan,” Jurnal 82, Apr 04, 2019. doi: 10.21143/jhp.vol49.
Konstitusi, vol. 15, no. 2. Constitutional no1.1911.
Court of the Republic of Indonesia, hlm.
307-313, Sep 18, 2018. doi: 10.31078/
jk1524.

JURNAL PERSAINGAN USAHA Volume 2 No. 1 Tahun 2022


19

Anda mungkin juga menyukai