Anda di halaman 1dari 30

TANGGAPAN HASIL KLARIFIKASI TERHADAP SPT ANDAL DAN RKL-RPL

KOMISI PENILAI AMDAL PROVINSI JAWA TENGAH


SEMARANG, 10 Juli 2020

No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN


PERBAIKAN
Dr. Dwi P. Sasongko, M.Si. (PPLH LPPM Universitas Diponegoro)
BAGIAN PERTAMA: ANDAL
1. Sampul 1. Agar ditampilkan logo penanggungjawab rencana usaha dan/atau kegiatan dilengkapi 1. Ok 1. –
dengan alamat kantor pusat (dilengkapi nomor telpon, nomor fax, alamat email, website 2. Ok 2. –
dan kode pos) dan alamat kantor cabang (dilengkapi nomor telpon, nomor fax, alamat 3. Ok 3. –
email, website dan kode pos). 4. Ok 4. –
2. Nomenklatur ANDAL merupakan akronim dari “Analisis Dampak Lingkungan Hidup”.
3. Lokasi Kegiatan: Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten,
Provinsi Jawa Tengah.
4. Agar diberi bulan tahun (Mei/Juni 2020).
2. Prakata Kata Pengantar agar dilengkapi dengan informasi sebagai berikut. 1. Ok. 1. –
1. Kata Pengantar agar diawali dengan pernyataan bahwa dokumen Andal ini disusun 2. Ok. 2. –
dengan merujuk pada KA Andal yang sudah mendapatkan persetujuan dari DLHK Jateng. 3. Ok. 3. –
Sebutkan nomor dan tanggal terbitnya persetujuan KA Andal. 4. Ok. 4. –
2. Dasar penetapan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk selaku penanggung-jawab rencana usaha 5. Ok. 5. –
dan/atau kegiatan pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta-NYIA Kulonprogo (di Wilayah 6. Ok. 6. –
Provinsi Jawa Tengah). 7. Ok. Kaitkan 7. Telah disesuaikan dengan
3. Pernyataan apakah PT. Adhi Karya (Persero) Tbk merupakan penanggungjawab rencana dengan butir 10. saran/masukan
usaha dan/atau kegiatan untuk seluruh tahapan kegiatan: prakonstruksi, konstruksi, 8. Belum ada 8. Telah ditambahkan pada
operasi dan pasca-operasi atau hanya untuk tahap konstruksi saja. pendekatan kata pengantar di alinea 13 :
4. Dasar penetapan ruang lingkup Amdal ini hanya untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah studi. 9. Telah ditambahkan sesuai
(Tahap I) karena rencana usaha dan/atau kegiatannya berlokasi di lebih dari satu wilayah 9. Belum. saran/masukan dalam
provinsi. 10. Belum lengkap. pembahasan kata pengantar
5. Merujuk PP 24/2018, PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. merupakan badan hukum berbentuk 11. Ok. pada alinea 6
“perseroan terbatas” sehingga memiliki status sebagai Pelaku Usaha (lihat Pasal 6 ayat 12. Ok. 10. Telah ditambahkan sesuai
(3) PP 24/2018). Tuliskan NIB yang dimiliki. saran/masukan dalam
6. Karena berstatus sebagai Pelaku Usaha maka setelah memperoleh NIB seharusnya pembahasan kata pengantar
mengajukan Izin Lingkungan berdasarkan Komitmen melalui OSS (sesuai PP 24/2018 pada alinea 4 dan alinea 10
dan Permen LHK P.26/2018). Akan tetapi berdasarkan Pasal 85 butir d PP 24/2018 11. -
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
(perizinan berusaha pada sektor pekerjaan umum dan perumahan rakyat) dan Lampiran 12. –
PP 24/2018 (Huruf D pada Lampiran untuk Sektor Pekerjaaan Umum dan Perumahan 13. –
Rakyat) ternyata tidak mencantumkan rencana usaha usaha dan/atau kegiatan
pembangunan dan/atau peningkatan jalan tol maka proses dan prosedur penyusunan
dokumen lingkungan hidup dan izin lingkungannya tidak menggunakan PP 24/2018 (dan
Permen LHK P.26/2018) tetapi menggunakan PP 27/2012 (dan Permen LH 16/2012).
7. Justifikasi rencana kegiatan pembangunan jalan tol ruas IC Kartasura-Perbatasan DIY di
wilayah Provinsi Jawa Tengah.
8. Alasan wajib Amdal dan pendekatan studi yang digunakan.
9. Alasan ilmiah khusus untuk pembangunan jalan tol (luas wilayah persebaran dampak, alih
fungsi lahan irigasi teknis, bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, dampak getaran,
dampak emisi, gangguan visual, dampak sosial serta alih fungsi lahan).
10. Kewenangan penilaian dokumen Amdal dan penerbitan SKKLH serta Izin Lingkungan.
11. Rujukan format penulisan KA (Permen LH 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup, Lampiran II Pedoman Penyusunan Dokumen Andal.
12. Direktur Utama yang menandatangani Kata Pengantar (dan Surat Penyataan Komitmen
Pelaksanaan RKL-RPL) agar diganti dengan Direktur Utama yang baru sesuai hasil
RUPST Kamis 4 Juni 2020.
3. I – 1, 1. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan jalan tol agar diawali dengan 1. Ok. 1. –
dst.. uraian justifikasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan jalan tol. 2. Data pelayanan 2. Fungsi dibangunnya Jalan Tol
2. Agar ditambahkan data pelayanan jalan antara Solo-Jogja agar terlihat keperluan dan jalan Solo-Jogja Solo–Yogyakarta yang paling
kegunaan rencana kegiatan pembangunan jalan tol ini. belum ada. utama adalah untuk
3. Agar disebutkan persetujuan prinsip rencana pembangunan jalan tol dan surat keterangan 3. Ok. mempercepat pertumbuhan
kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan RTRW dari instansi yang bertanggungjawab ekonomi serta untuk
di bidang penataan ruang Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten meningkatkan fasilitas
Boyolali dan Kabupaten Klaten. pelayananan publik. I-1
Pembangunan Tol Solo–
Yogyakarta diharapkan selain
dapat memberikan konstribusi
dalam membantu
meningkatkan aktivitas dan
aksesibilitas, juga dapat
memberi manfaat langsung
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
kepada masyarakat
sekitarnya. Selain itu juga,
dengan adanya Jalan Tol
Solo-Yogyakarta ini dapat
berfungsi sebagai pengurai
kemacetan dan alternatif
pengguna jalan di wilayah
Solo dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Hal ini berangkat
dari pengalaman kondisi lalu
lintas berdasarkan hasil
survey dan keterangan hasil
kajian yang diperoleh dari
Dinas Perhubungan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan hasil survey dan
kajian yang dilakukan, selama
libur lebaran pada tahun 2019
lalu, yang mana saat arus
mudik dan balik pada Tahun
2019 jumlah kendaraan
bermotor meningkat tajam.
Kebijakan tol trans Jawa di
Surakarta pada libur lebaran
tahun 2019 berdampak pada
meningkatnya kendaraan
bermotor dari arah Solo ke
Yogyakarta, bahkan
menyebabkan jarak tempuh
menjadi lebih lama
3. –
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
4. I–6 Status studi Amdal: terintegrasi, bersamaan atau setelah studi kelayakan? Ternyata status Ok. -
studi Amdal bersamaan dengan Basic Design. Apakah tidak ada alternatif desain/rute/trase
untuk mengakomodasi perubahan dalam finalisasi DED?
Belum ada informasi siapa yang menyusun Basic Design: BPJT, Ditjen Bina Marga atau PT
Adhi Karya (Persero) Tbk.
5. I–6 Surat-surat keterangan kesesuaian lokasi rencana kegiatan dengan RTRW dari instansi yang Ok. -
bertanggungjawab di bidang penataan ruang Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar dirujuk dalam analisis spasial
yang dilakukan. Lampirkan surat-surat tersebut dalam dokumen sebagai bukti administrasi.
6. I–6 Agar dilakukan analisis spasial dengan “overlay” untuk menunjukkan kesesuaian lokasi Ok. -
rencana kegiatan dengan peruntukan dalam RTRW Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten
Karanganyar, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten. Peta yang tersedia baru
kesesuaian dengan PIPPIB.
7. I – 10 Sebutkan rincian nama wilayah administrasi desa/kelurahan yang dilalui trase jalan tol dan Ok. -
masuk dalam wilayah studi Amdal (Tabel 1.5), dilengkapi dengan tata guna lahan eksisting
yang nantinya akan mengalami alih fungsi lahan dan luas wilayah administrasi.

8. Peta agar memenuhi kaidah kartografi dan menggunakan deliniasi warna dan disajikan dalam Ok. -
format .shp (shapefile).
9. I – 13 Rincian penggunaan lahan di Tabel 1.6 agar dilengkapi dengan status lahan yang akan Ok. -
digunakan.
10. I – 17 Rencana geometri jalan tol pada Tabel 1.7 agar dilengkapi dengan rujukan peraturan/SNI Ok. -
untuk parameter geometri.
11. I – 51, Tahapan rencana kegiatan sesuai Permen LH 16/2012 adalah: prakonstruksi, konstruksi, Tambahkan sub- Telah ditambahkan untuk sub bab
dst.. operasi, pascaoperasi. Bagaimana dengan tahap pascaoperasi? subbab 1.2.5.4. 1.2.5.4. untuk kegiatan pasca
Tahap Pasca- operasional. Yang mana telah
operasi, isinya dibahas sesuai dengan
adalah pernyataan saran/masukan bahwa dengan
I-98
bahwa umur teknis adanya kegiatan pemeliharaan
dapat diperpanjang dapat memperpanjang umur
dengan kegiatan teknis dari jalan Tol Solo –
operasi-perawatan Yogyakarta (Sta. 0+000 –
sehingga tidak ada Sta.35+600), sehingga tidak ada
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
tahap pasca- kegiatan tahap pasca operasional
operasi. dari rencana kegiatan
Pembangunan Jalan Tol Solo-
Yogyakarta (Sta. 0+000 – Sta.
35+600) ini.
12. I – 51 Agar dibedakan antara kegiatan “sosialisasi” dan “konsultasi publik”. Ok. -
Kegiatan konsultasi publik termasuk pengumuman adalah kegiatan yang bersifat “mandatory”
sesuai UU 32/2009, PP 27/2012 dan Permen LH 17/2012 sehingga tidak bisa masuk sebagai
bagian dari rencana kegiatan tahap prakonstruksi. Deskripsi hasil konsultasi publik disajikan
pada bab “Hasil Keterlibatan Masyarakat”.
Selain menyebutkan waktu pelaksanaan konsultasi publik, agar dilengkapi dengan ringkasan
hasil konsultasi publik dan hasil pemilihan wakil masyarakat sebagai anggota tidak tetap
KPA.
13. I – 53 Penetapan lokasi selain berdasarkan pertimbangan teknis, agar disampaikan juga Ok. -
pertimbangan sosial dan kelembagaan serta “bentuk keputusan penetapan lokasi” yang
memiliki kekuatan hukum dalam bentuk apa.
14. I – 53 Pengadaan lahan agar disebutkan secara rinci dan akurat terkait dengan luas lahan, status Ok. -
lahan dan tata cara perolehannya. Apakah akan menggunakan sistem konsinyasi?
15. I – 58 Mobilisasi alat-alat berat agar dilengkapi dengan spesifikasi, kapasitas dan kuantitas Ok. -
peralatan terutama yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap gangguan lalu lintas
terkait dengan dimensi dan tonase.
16. I – 63 Belum ada informasi tentang mobilisasi material (jenis, jumlah, ritasi pengangkutan serta rute Ok. -
pengangkutannya terutama yang potensial menimbulkan dampak lingkungan) untuk
pembangunan base camp, asphalt mixing plant, batching plant, dll. Berapa volume, ritasi dan
moda pengangkutan serta kesesuaian kelas jalannya?
17. I – 64, Untuk pekerjaan galian dan timbunan, agar ditambahkan secara spesifik basis penghitungan Ok. -
68 volume galian dan timbunan. Karena ada yang dikeruk (sajikan dalam tabel) dan ada yang
ditimbun (sajikan dalam tabel) maka harus ada “neraca tanah” untuk rencana kegiatan ini.
Tanah hasil land clearing akan dibuang kemana? Apakah sudah memiliki disposal area? Ok. -
Akan dikemanakan hasil buangan semak, tanaman dan perakarannya?
Sebutkan rute pengangkutan, kesesuaian kelas jalan dengan kapasitas dump truck, potensi Ok. Untuk rute pengangkutan telah
kerusakan jalan akibat ketidaksesuaian kelas jalan. Agar disesuaikan dengan I-75 s/d I-77
dipertimbangkan saran/masukan yang mana akan
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
rute pengangkutan menggunakan ruas jalan yang
agar tidak melintasi berada di wilayah provinsi Jawa
wilayah DIY. Tengah. Untuk rute
pengangkutan dapat dilihat pada
Tabel I-27 dan Gambar I-23
18. I – 78 Bagaimana sistem drainase jalan tol yang direncanakan? Ok. -

19. I – 96 Perlu ada tahap pascaoperasi. Tambahkan sebagai salah satu komponen kegiatan setelah Tambahkan sub- Telah ditambahkan untuk sub bab
umur teknis jalan tol habis. Apabila ada rencana kegiatan operasi pemeliharaan jalan tol yang subbab 1.2.5.4. 1.2.5.4. untuk kegiatan pasca
berfungsi memperpanjang umur teknis jalan tol maka tahap pasca-operasi menjadi tidak ada. Tahap Pasca- operasional. Yang mana telah
operasi, isinya dibahas sesuai dengan
adalah pernyataan saran/masukan bahwa dengan
bahwa umur teknis adanya kegiatan pemeliharaan
dapat diperpanjang dapat memperpanjang umur
dengan kegiatan teknis dari jalan Tol Solo – I-98
operasi-perawatan Yogyakarta (Sta. 0+000 –
sehingga tidak ada Sta.35+600), sehingga tidak ada
tahap pasca- kegiatan tahap pasca operasional
operasi. dari rencana kegiatan
Pembangunan Jalan Tol Solo-
Yogyakarta (Sta. 0+000 – Sta.
35+600) ini.
Alternatif rencana kegiatan yang akan dikaji agar dikaitkan dengan alternatif lokasi (trase Ok.
jalan tol), desain dan/atau spesifikasi jalan tol.
Tambahkan kegiatan lain, dilengkapi dengan dampak yang ditimbulkan. Tidak ada halaman Untuk halaman yang dimaksud
I-186. telah diperbaiki yaitu
II-186
pembahasan dicantumkan pada
Bab 2 Sub bab 2.2.6.
20. I – 102 Diagram Alir Proses Pelingkupan agar disebutkan sumbernya (Permen LH 16/2012 Lampiran Ok.
III).
21. I – 102 Sajikan tahapan proses identifikasi dampak potensial. Ok.
Tabel 1.38 adalah matrik dampak potensial yang seharusnya belum mempertimbangkan
besaran dampak, jenis dan sifat penting dampak.
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
Tabel 1.39 dan Gambar 1.33, 1.34, 1.35 sudah lengkap, agar dijaga konsistensinya.
22. I – 111 Sajikan tahap evaluasi dampak potensial (Tabel 1.40). Sajikan hasilnya dalam tabel “Matrik Ok.
Hasil Evaluasi Dampak Potensial” atau “Matrik Dampak Penting Hipotetik” (Tabel 1.41).
Tabel 1.41 yang merupakan hasil evaluasi dampak potensial di bagian bawah tabel agar
diberi keterangan: DPH, DTPH-1, DTPH-2.
23. I – 141 Batas wilayah studi agar dilengkapi dengan data yang rinci dan akurat. Deliniasi batas Telah disesuaikan dan diperbaiki I-160
1) Batas proyek adalah area untuk trase jalan tol termasuk rumija. proyek, batas sesuai saran dan masukan pada
2) Batas ekologi agar menyebutkan secara spesifik lokasi yang dikaitkan dengan perkiraan ekologi, batas sosial Gambar I-37
wilayah sebaran dampak dan area persebaran dampak berdasarkan media udara, media dan batas
air dan transportasi. Belum deliniasi batas ekologi yg jelas. administrasi belum
3) Batas sosial agar merujuk langsung ke komunitas sosial di sekitar tapak proyek. Apakah jelas deskripsinya.
batas sosial dalam kajian ini sama dengan batas administrasi? Tuangkan dalam
4) Batas administrasi agar menyebut langsung wilayah administrasi desa/kelurahan, peta batas wilayah
kecamatan di dan di sekitar tapak proyek. studi.
Batas waktu kajian agar disinkronkan dengan jadwal rencana kegiatan.
24. Rona Sesuai dengan prinsip “streamline” dalam Amdal, komponen, sub-komponen, parameter Ok.
yang dicantumkan dalam rona adalah yang masuk kategori DPH atau yang akan digunakan
dalam prakiraan dampak.
Karena rencana kegiatan ini terkait dengan sumberdaya darat, bentang alam dan bentang Uraian topografi Tela disesuaikan pada II-21, II-23 s/d II-26
lahan, rona lingkungan agar dilengkapi dengan peta topografi tapak proyek jalan tol, dipilah agar fokus ke pembahasan rona lingkungan
atas kondisi eksisting (sebelum proyek) dan kondisi yang direncanakan (setelah proyek). topograsi yang hidup awal untuk kondisi topografi
masuk dalam batas di wilayah studi yang disesuaikan
wilayah studi dengan lahan di 14 kecamatan
(topografi lokal) yang masuk dalam trase jalan tol.
bukan pada skala Selain itu juga sudah
regional menurut ditambahkan Peta Topografi yang
wilayah administrasi. dibagi dalam 3 Peta Topografi
Contoh: untuk seperti yang disajikan pada
wilayah Kabupaten Gambar
Karanganyar cukup
wilayah Kecamatan
Colomadu.
Kabupaten Boyolali
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
juga tidak perlu
menyebut topografi
Karanggede,
Cepogo, dll wilayah
yang jauh dari tapak
proyek.
Data geologi dan geohidrologi agar lebih akurat dikaitkan dengan potensi kerawanan geologi Ok.
terhadap kestabilan struktur jalan tol dan potensi land subsidence.
25. II – 1, 8 1. Iklim bukan merupakan DPH sehingga parameter iklim yang dicantumkan dalam rona Ok.
adalah parameter yang akan digunakan untuk prakiraan dampak: Curah hujan dan hari
hujan untuk prakiraan dampak air limpasan; arah dan kecepatan angin (mawar angin)
untuk prakiraan kualitas udara.
2. Data iklim sebaiknya dilengkapi dengan parameter lainnya yang relevan dengan rencana
kegiatan, sebaiknya merujuk ke hasil pengukuran stasiun klimatologi terdekat (seperti data
curah hujan) atau hasil publikasi BMKG. Data arah dan kecepatan angin agar disajikan
dalam bentuk “mawar angin”.
26. II – 10 1) Tidak semua parameter kualitas udara merupakan DPH sehingga harus diberi pernyataan Ok.
parameter apa yang masuk kategori DPH.
2) Apabila ada parameter yang melampaui baku mutu, agar diuraikan lebih lanjut apa
penyebab dan bagaimana mitigasinya.
3) Ada beberapa parameter kualitas udara yang masuk kebauan dengan baku mutu yang
berbeda dan belum ada data parameter kebauan H2S dan amoniak.
27. II – 15 Tabel 2.17 agar dilengkapi nilai baku tingkat kebisingannya sesuai peruntukan, bukan Ok.
menggunakan seluruhnya peruntukan perumahan atau permukiman. Apakah KB-1 sampai
KB-8 seluruhnya peruntukan perumahan dan permukiman? Bagaimana dengan peruntukan
lainnya seperti perkantoran, industri, restoran, sekolah, tempat ibadah, dll.
Lokasi pengukuran kebisingan yang hanya 8 titik tidak cukup untuk mewakili peruntukan di
sepanjang trase jalan tol 35,6 km.
Apakah ada yang sudah melampaui baku tingkat kebisingan. Agar diuraikan lebih lanjut apa
penyebab dan bagaimana mitigasinya.
28. II – 18 Sajikan data hasil pengukuran tingkat getaran. Ada dua baku tingkat getaran untuk Ok.
gangguan kenyamanan (parameternya kecepatan getaran) dan gangguan struktur bangunan
(parameternya amplitudo getaran).
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
29. II – 21 Aspek topografi pada skala mikro sepanjang trase jalan tol, bukan apada skala regional Uraian topografi
untuk seluruh wilayah kabupaten. Kemudian agar disebutkan kegunaan pencantuman agar fokus ke
topografi untuk kepentingan prakiraan dampak apa? Apakah terkait air limpasan dan sistem topograsi yang
drainase atau jaringan irigasi yang potensial terkena dampak? masuk dalam batas
wilayah studi
(topografi lokal)
bukan pada skala
regional menurut
wilayah administrasi.
Contoh: untuk
wilayah Kabupaten
Karanganyar cukup
wilayah Kecamatan
Colomadu.
Kabupaten Boyolali
juga tidak perlu
menyebut topografi
Karanggede,
Cepogo, dll wilayah
yang jauh dari tapak
proyek.
30. II – 32 Rona penggunaan lahan harus fokus pada tata guna lahan di lokasi yang ditetapkan sebagai Ok.
lokasi rencana kegiatan. Rona ini diperlukan untuk prakiraan konversi lahan yang berpotensi
mengganggu program “sawah lestari” dan produktivitas lahannya.
31. II – 33 Karena rencana kegiatan ini terkait dengan sumberdaya sungai, bentang alam pesisir dan Ok.
bentang lahan sungai serta sumber daya lahan untuk jalan tol, mestinya rona lingkungan
agar dilengkapi dengan peta topografi, batimetri, peta areal genangan, dipilah atas kondisi
eksisting (sebelum proyek) dan kondisi yang direncanakan (setelah proyek).
Rona hidrologi harus spesifik yang potensial terkena dampak pembangunan jalan tol.
32. II – 42 Tabel 2.40 apakah ada parameter kualitas air yang sudah melampaui baku mutu? Agar Ok.
diuraikan lebih lanjut apa penyebabnya dan bagaimana mitigasinya.
33. II – 53 Apakah tidak ada rona kualitas air tanah untuk melengkapi rona hidrogeologi? Ok.
Bagaimana kondisi akifer di sepanjang tapak proyek.
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
Apakah ada pengaruh proyek terhadap kondisi akifer?
34. II – Uraikan tata guna lahan yang relevan yang di dalam atau di sekitar tapak proyek yang Ok.
potensial terubah. Agar dipertimbangkan bahwa trase jalan tol ada di matra darat yang
konversi tata guna lahan akan mengubah “koefisien run off” sehingga berdampak terhadap
air limpasan dan sistem drainase yang harus dirancang.
35. II – 103 Rona biologi harus dikaitkan dengan status konservasi (Permen LHK P.106/2018 dan IUCN). Ok.
Buatkan klaster yang terkait dengan status kepentingan ekologi berdasarkan: spesies kunci,
spesies bernilai ekologi, nilai ekonomi dan nilai ilmiah.
36. II – Agar dirinci data sosial yang digunakan: mana yang primer atau sekunder? Ok.
115, Agar disebutkan besar/ukuran populasi yang disasar sebagai obyek kajian sosial. Uraikan
146 penarikan responden dan sajikan jumlah respon yang ditarik disertai karakteristik dan
distribusi responden.
37. III – 1, Untuk seluruh uraian prakiraan dampak, agar dilakukan prakiraan besaran dampak dulu baru Ok.
dst.. prakiraan sifat penting dampak.
III – 8 Tambahkan uraian tentang kriteria dampak penting sesuai Pasal 22 ayat (2) UU 32/2009. Ok.
Setelah itu buat kriteria penetapan dampak penting yang akan digunakan dalam prakiraan
ini.
Prakiraan harus dilakukan terhadap seluruh DPH. Ok.
38. III – 28 Bagaimana prakiraan dampak pembebasan lahan apabila dilakukan dengan sistem Ok.
konsinyasi?
39. III – 77, Agar disebutkan jarak terdekat permukiman dengan tapak proyek. Ok.
126 Apakah di permukiman terdekat dengan tapak proyek sudah terpenuhi baku mutu udara
ambiennya?
40. III – 84, Agar disebutkan jarak terdekat permukiman dengan tapak proyek. Ok.
132 Buat pernyataan apakah di permukiman terdekat sudah terpenuhi baku tingkat
kebisingannya?
41. III – Agar dibuat secara spesifik prakiraan dampak mobilisasi peralatan dan material terhadap Halaman III-218 Matrik hasil prakiraan yang
penurunan kualitas udara, kebisingan, getaran, lalu lintas, kerusakan jalan dan jembatan, dll. isinya matrik hasil dimaksud untuk menyajikan
prakiraan. bahwa hasil prakiraan dampak
III-217
yang dimaksud elah dilakukan
pada tahap prakiraan dampak
sesuai degan jenis kegiatan yang
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
menmbulkan dampak yang
dimaksud yaitu untuk kegiatan
mobilisasi material knstruksi.
Sedangkan untuk dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan
mobilisasi peralatan berdarkan
hasil pelingkupan masuk sebagai
DTPH-2 yaitu dampak tidak
penting hipotetik tetapi dikelola
dan dipantau dan langung dikaji
dalam RKL-RPL
42. III – Agar dibuat prakiraan faktor-faktor penyebab gangguan kenyamanan (udara, air, bising, Ok.
getaran, dll) sehingga terlihat akumulasi dampak masing-masing faktor terhadap gangguan
kenyamanan.
43. III – Bagaimana dengan dampak terhadap kualitas air dan dampak ikutannya terhadap biota air. Ok.

44. III – Agar ditambahkan analisis prakiraan dampak terhadap kualitas air sungai yang dilintasi trase Ok.
jalan tol khususnya pada tahap konstruksi dan pada tahap operasi apabila digunakan
sebagai badan air penerima air limpasan.
45. III – 95 Agar ditambahkan prakiraan bangkitan dan tarikan lalulintas akibat kegiatan pembangunan Ok.
jalan tol yang sarat dengan kegiatan mobilisasi peralatan dan/atau material di sepanjang
trase jalan tol.
46. III – Setelah selesai seluruh proses prakiraan dampak, agar ditambahkan tabel rekapitulalsi hasil Ok.
217 prakiraan dampak penting yaitu dalam bentuk tabel/matrik yang isinya adalah DP, DTP-1,
DTP-2, DTP-3.
Judul Tabel 3.170 mestinya dilengkapi dengan “matrik/tabel hasil prakiraan dampak penting”.
47. IV – 1, Bagian pertama evaluasi dampak secara holistik adalah evaluasi keterkaitan dan interaksi Ok.
dst.. seluruh dampak penting. Untuk evaluasi keterkaitan dampak sudah menggunakan “flow
chart” untuk setiap tahapan kegiatan. Belum ada interaksi dampak menggunakan matrik
interaksi (Leopold atau Fisher-Davies) padahal di rona dan prakiraan dampak ada konversi
nilai parameter ke skala kualitas lingkungan.
48. IV – Bagian kedua evaluasi dampak adalah evaluasi untuk menentukan “pemilihan alternatif Ok.
terbaik atau opsi pengelolaan terbaik” dengan mempertimbangkan “best achievable
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
technology and best available technology”.
Kalau tidak alternatif rencana kegiatan sehingga tidak ada pemilihan alternatif (rencana
kegiatan) terbaik, mestinya tetap ada pemilihan opsi pengelolaan terbaik (Tabel 4.5). Lihat
Lampiran I dan II Permen LH 16/2012.
49. IV – 53 Format sudah sesuai dng Permen 16/2012, “arahan pengelolaan dan pemantauan Ok.
lingkungan hidup” dalam satu matrik. Matrik arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup ini yang akan dijabarkan dalam RKL-RPL.
50. IV – 82, Sajikan pernyataan kelayakan dalam suatu matrik, dengan kolom: nomor, kriteria, Ok.
dst.. pernyataan.
Kriteria-1: Ok.
Sebutkan rujukan surat keterangan kesesuaian lokasi dengan tata ruang dari instansi yang
bertanggungjawab di bidang tataruang di Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali,
Kabupaten Klaten dan Provinsi Jawa Tengah.
Kriteria-2: Ok.
Sebutkan peraturan per-UU-an di bidang SDA dan PPLH yang dijadikan rujukan kebijakan
pemrakarsa dan dijadikan rujukan dalam penyusunan dokumen Amdal ini.
Kriteria-3: Ok.
Kriteria ini “tidak relevan”.
Kriteria-4: Layak bersyarat.
Buat pernyataan “...telah dilakukan prakiraan dampak dan merujuk pada hasil prakiraan
dampak dalam dokumen Andal ini”. Akan tetapi, prakiraan dampak dalam dokumen Andal ini
belum dilakukan secara cermat dan mendalam.
Kriteria-5: Ok.
Buat pernyataan “...telah dilakukan evaluasi dampak secara holistik dan merujuk pada hasil
evaluasi dampak dalam dokumen Andal ini”. Akan tetapi, evaluasi dampak dalam dokumen
Andal ini belum dilakukan secara holistik, belum ada pemilihan alternatif terbaik dan interaksi
antar-dampak.
Kriteria-6: Ok.
Belum ada pernyataan tentang kemampuan pelaku usaha dalam menanggulangi dampak
negatif akibat kegiatan pembangunan jalan tol.
Kriteria-7: Buat rujukan ke Telah disesuaikan dengan
Belum ada pernyataan dan justifikasinya bahwa rencana kegiatan ini tidak akan rona sosial terkait saran/masuk untuk pembahasan
mengganggu “emic view” masyarakat. persepsi atau nilai- kriteria ke-7 :
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
nilai sosial. “Rencana kegiatan ini tidak
akan mengganggu “emic view”
masyarakat. Hal ini terbukti
dengan adanya persepsi
masyarakat yang menyatakan
setuju tentang rencana
kegiatan jauh lebih besar
dibandingkan dengan yang
kurang setuju dan tidak setuju.
Berdasarkan rona sosial
jumlah responden yang setuju
dengan rencana kegiatan ada
sebanyak 163 orang (83,16%)
dari 196 orang (total
responden), sementara yang
kurang setuju dan tidak setuju
ada sebanyak 33 orang
(16,84%). Namun demikian
untuk menyikapi responden
yang memiliki persepsi kurang
dan tidak setuju terhadap
rencana kegiatan ini, akan
dilakukan pengelolaan melalui
rekayasa sosial, kelembagaan
dan juga teknologi.”
Kriteria-8: Ok.
Gunakan rujukan rona dan/atau hasil prediksi biota beserta status konservasi dan
kepentingan ekologi untuk menyatakan layak berdasarkan rona biota. Rona biologi agar
dilengkapi status konservasi dan mencantumkan entitas ekologi sesuai kriteria nilai penting:
ekologis, ekonomi, ilmiah, spesies kunci.
Kriteria-9: Ok.
Belum ada pernyataan dan justifikasinya bahwa rencana kegiatan ini tidak akan
mengganggu kegiatan-kegiatan lain yang sudah ada.
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
Kriteria-10: Ok.
Pernyataan agar diubah, yaitu belum ada penetapan daya dukung dan daya tampung
lingkungan di Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten dan Provinsi
Jawa Tengah sehingga tidak dapat dinyatakan “sudah atau belum terlampaui...”
IV – 92 - Isi halaman ini Telah diperbaiki sesuai
dihapus saja. saran/masukan
Lam- Lampiran agar mengacu ke Permen LH 08/2013 Lampiran VI. Ok.
piran
BAGIAN KEDUA: RKL-RPL
51. Prakata Kata Pengantar RKL-RPL agar dibedakan dengan Kata Pengantar KA dan Andal. Ok.
Agar dituliskan bahwa RKL-RPL ini menindaklanjuti arahan pengelolaan dan pemantauan Ok.
lingkungan hidup dalam Andal.
Judul Lampiran III Permen LH 16/2012 agar dirujuk dan ditulis secara lengkap. Ok.
52. RKL Agar disinkronkan dengan arahan pengelolaan lingkungan hidup dalam Andal. Ok.
53. RPL Agar disinkronkan dengan arahan pemantauan lingkungan hidup dalam Andal. Ok.
54. Bab4 1) Agar diuraikan rujukan “Penjelasan Pasal 48 ayat (2)” PP 27/2012 tentang “Izin PPLH Masih salah. Telah diperbaiki sesuai IV-1
yang Dibutuhkan”. Buatkan tabel yang memuat ke-12 Izin PPLH yang dibutuhkan, saran/masukan
kemudian dikolom sebelahnya diberikan Izin Lingkungan sesuai dengan Lampiran PP
24/2018, kemudian diberi tanda mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan.
2) Apakah operasional jalan tol tidak menghasilkan limbah domestik dari kantor pengelola
dan “rest area” yang memerlukan IPLC? Apakah selama tahap konstruksi tidak ada
Limbah B3 yang dihasilkan sehingga memerlukan TPS LB3?
3) Izin Saluran Air Hujan bukan kategori Izin PPLH.
55. Bab5 Tambahkan klausul “apabila timbul dampak negatif di luar kami melakukan perubahan Belum diperbaiki. Telah ditambahkan sesuai V-1
kegiatan yang tercantum dalam dokumen ini, tetapi bersumber dari kegiatan kami, maka kami saran/masukan pada poin 4 surat
bersedia bertanggungjawab untuk menanggulangi dampak negatif tersebut”. pernyataan
DR. IR. NUROJI, MT (AHLI KONSTRUKSI-UNDIP)
DOKUMEN ANDAL
1. i Kata Pengantar
Disebutkan bahwa kebutuhan luas lahan pengadaan sebesar 467 ha. Sedangkan
dalam surat Dirjen Bina Marga no: PS0102-Db/472 menyebutkan bahwa kebutuhan OK
tanah untuk pembangunan Jalan Tol Solo – Yogyakarta (Sta.0+000 – Sta. 35+600)
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
adalah sebesar 608,9 Ha.
Mengapa berbeda?
2. 1.2.4.4. Konstruksi Ruas Jalan Tol Solo - Yogyakarta (Sta. 0+000 - Sta. 35+600)
Mohoon dijelaskan juga jenis konstruksi Jalan Tol Solo - Yogyakarta (Sta. 0+000 -
I-17 Sta. 35+600) dalam bentuk tabel yang menjelaskan Stasiun dan jenis konstruksinya OK
(rigid pavement atau flexible pavement) serta surface (lapisan permukaan) nya,
sehingga dapat diketahui kebutuhan material kedua konstruksi jalan tersebut.
3. I-25 Gambar I-7 Tipikal jalan pada daerah galian ruas Jalan Tol Solo - Yogyakarta (Sta.
0+000 - Sta. 35+600)
Kedua gambar di halaman ini mempunyai judulyang sama. Mohon dapat dicheck lagi. OK
4. I-26 Gambar I-8 Tipikal jalan pada super elevasi ruas Jalan Tol Solo - Yogyakarta (Sta.
0+000 - Sta. 35+600)
Pada gambar atas, arah aliran drainase terlihat tidak keluar (tidak ada akses keluar) OK
dan berhenti di bawah guide rail. Seharusnya seperti gambar hal. I-27 baris kedua
sebelah kiri.
5. I-30 Tabel I-9 Lokasi trase jalan tol yang melewati sungai dan saluran irigasi Tabel I-25. Telah disesuaikan dperbaiki II-66 s/d II-67
Dokumen Baru sesuai saran/masukan untuk
Sebaiknya ditambahkan kolom keterangan untuk menjelaskan jenis konstruksinya volume dan berat serta
Pada material kapasitas pengangkutan pada
(misalnya jika jembatan, maka jembatan baja atau beton precast atau jika Box
Pracetak Konversi Tabel
Culvert, maka cast in situ atau precast). dari volume
menjadi berat
BC precast dan cast in situ akan mempunyai pengaruh dampak lingkungan yang banyak yang tidak
berbeda, terutama dalam hal mobilisasi. rasional, misalnya
Rigid Pavement
Precast tidak
mungkin beratnya
2,1 ton tapi 9,3
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
ton, begitu pula
untuk I girder, BC,
minipile dan Blok
Beton.
Satuan yang
dipakai mohon
dichek lagi.
Kapasitas
pengangkut dalam
satuan yang
sesuai dengan
satuan material,
misalnya kapasitas
angkutan Rigid
pavement precast
bukan dalam m3,
tetapi buah, begitu
pula untuk.
Mohon dicheck
beban
pengangkutan,
misalnya untuk
rigid pavement
precast beban
yang diangkut
sebesar >70 ton,
mohon di check
juga untuk material
yang lain
6. I-38 Gambar I-11 Tipikal potongan melintang box culvert pada daerah overpass di ruas
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
Jalan Tol Solo - Yogyakarta (Sta. 0+000 - Sta. 35+600) OK

Gambar penampang box culvert tersebut apakah semuanya merupakan konstruksi


precast? Atau ada sebagian box culvert yang dibuat cast in situ terutama untuk BC
berukuran besar.

7. I-59 Tabel I-20. Jenis alat berat konstruksi Kapasitas produksi Telah disesuaikan dperbaiki I-60
Pada kolom kapasitas, seharusnya menunjukkan kapasitas produksi, misalnya dimaksudkan sesuai saran/masukan untuk
Excavator kapasitasnya dalam satuan m3/jam. Begitu juga untuk peralatan yang lain. untuk mengetahui pasitas excavator yang
estimasi jumlah digunakan dengan satuan
Belum ada peralatan Batching plant dan Crushing plant, dan asphalt mixing plant,
alat berat yang m3/jam
padahal peraltan-peralatan plant tersebut harus dimobilisasi dari suatu tempat ke perlukan. Jumlah
lokasi rencana kegiatan. Oleh karena itu mohondapat ditambahkan dan dimasukkan alat berat ini
dalam tabel I-20. nantinya akan
menentukan
besaran dampak.
Misalnya
mengoperasikan
excavator 2 buah
dampaknya akan
berbeda dengan
20 buah.

Jumlah excavator
bisa dihitung dari
volume m3
pekerjaan dibagi
dengan kapasitas
m3/hr dibagi lagi
dengan rentang
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
waktu kegiatan
yang diperoleh dari
jadwal rencana
kegiatan.

Perhitungan
estimasi jumlah
alat berat dapat
dilakukan sbb,
misalnya

Volumen galian :
10000 m3
Kapasitas
excavator : 50
m3/jam
Waktu pekerjaan :
5 hari

Maka dapat
diesitimasi ,
Jumlah alat =
10000/(50 x 5 x 8
jam) = 14,29 bh ≈
15 bh excavator
8. I-61 Tabel I-23. Lokaassi dan luas penggunaan lahan batching plant
Kapasitas total batching plant adalah 4 x 120 = 480 ton/jam. Akan tetapi kapasitas
produksi Crushing plant hanya 150 ton/jam, apakah Crushing plant cukup untuk
mensuplai kebutuhan batching plant?
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
Mohon agar dapat disebutkan lokasi masing-masing plant:
- 1 unit Asphalt mixing plant (AMP)
- 4 unit Batching plant
- 1 unti Crushing Plant
Lokasi ini terkait dengan rute mobilisasi matrial bahan baku ke asphalt mixing plant,
batching plant dan crushing plant dan juga mobilisasi material dari asphalt mixing
plant, batching plant dan crushing plant lokasi rencana kegiatan yang dapat
berpotensi menimbulkan dampak gamnnguan lalu lintas, kerusakan jalan dan
keslamatan lalu lintas.

9. I-63 Tabel I-25. Prakiraaan kebutuhan material konstruksi dan jumlah ritasi pengangkutan

Tanah urug dengan volume 12.862.592,40 m3 akan dimobilisasi dengan jumlah ritasi
1.071.883 rit dari jumlah ritasi ini dapat diketahui bahwa kapasitas kendaraan
pengangkut material urugan adalah 12 m3 atau 20 ton. Kondisi ini sangat berpotensi
menimbulkan kerusakan jalan yang dilalui.

Dari tabel tersebut terlihat adanya rigid pavement pracetak, tetapi dalam deskripsi
sebelumnya hanya disebut rigid pavement saja. Padahal rigid pavement antara
pracetak dan konvensional sangat berbeda sekali dalam pengelolaan dampak
lingkungan.

Pada tabel tersebut seharusnya satuan yang digunakan adalah satuan yang
berkaitan dengan pengangkutan/mobilisasi, sehingga :
- rigid pavement precast seharusnya satuannya adalah satuan buah/panel
dengan menjelaskan ukuran panel.dan tonasenya
- I girder satuannya adalah satuan segmen dengan menyebutkan spesifikasi
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
segmen (ukuran dan tonase)
- Mini pile dijelaskan juga panjangnya misalnya 0,32 x 0,32 x 10.
- Blok beton mohon dijelaskan apa yang dimaksud dengan blok beton, apakah
blok beton untuk kebutuhan static loading test atau untuk keperluan lain,
mohon agar dapat dijelaskan. Jelaskan pula dimensi dan tonasenya.
- Berlaku untuk semua material konstruksi beton pracetak.

Belum ada kebutuhan material bahan baku untuk batching plant dan crushing plant.

Pada crusher plant berapa kebutuhan batu yang harus dipecah menjadi butiran yang
lebih kecil/ split.
Pada batching plant berapa kebutuhan materil pembentuk beton:
- Split
- Pasir
- Semen
- dll

Satuan dalam tabel I-25 diperlukan untuk mengestimasi jumlah ritasi. Mohon
ditambahkan satu kolom yang menjelaskan kapasitas kendaraan pengangkutnya.
Misalnya untuk kendaraan pengangkut tanah timbunan/urug mempunyai kapasitas 12
m3.

Keterangan tentang dimensi dan tonase akan terkait dengan potensi dampak yang
ditimbulkan akibat kegiatan mobilisasi material konstruksi yaitu:
- Dimensi akan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas, misalnya kendaraan
pengangkut material dengan dimensi besar akan memakan lebar badan jalan
yang dapat mengganggu lalu lintas.
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
- Tonase akan berpengaruh pada dampak kerusakan jalan.
10. I-65 Seharusnya lokasi disposal area sudah definitive dan berapa luasnya.
Dari Lokasi disposal area maka dapat ditentukan rute kendaraan pengangkut
material.
Hal ini terkait dengan kapasitas tampung disposal areanya. Dari Luas disposal area
dan volume material yang akan ditimbun akan dapat diketahui ketinggian timbunan
dan dari ketinggian timbunan dapat diketahui seberapa besar potensi longsornya.
11. I-68 Tabel I-26. Volume material galian dan timbunan

Dari tabel tersebut terlihat adanya volume tanah timbunan sebesar 12.862.592,40 m3
yang harus dimobilisasi ke lokasi tapak proyek. Dengan menggunakan dump truck
kapasitas 5 m3 jumlah ritasinya 2,57 juta ritasi, jumlah ritasi ini belum termasuk
material timbunan pada fassilitas konstruksi seperti yang tercantum dalam gambar I-
21. Dari jumlah ritasi masih perlu dikonversi lagi dalam satuan rit/hari untuk Sudah diperbaiki
mengetahui tingkat kepadatan kendaraan pengangkut material yang berpotensi
menimbulkan gangguan lalu lintas dan kerusakan jalan.

Penyebutan kapasitas kendaraan pengangkut material timbunan dengan kapasitas 5


m3, tidak konsisten dengan tabel I-25 hal. I-63 dimana tanah urugan dengan volume
12.862.592,40 m3 secara implisit akan dimobilisasi dengan kendaraan pengangkut
dengan kapasitass 12 m3. Silakan dicheck.

Perhitungan ritasi untuk perkiraan dampak potensial bukan hanya untuk material
timbunan saja tetapi material-material konstruksi lain yang tercantum dalam tabel I-
25.
12. I-70 Tabel I-27. Volume material timbunan dan informasi quarry
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
Sebaiknya dapat ditambahkan estimasi kapasitas masing-masing quarry.

Kolom terakhir tidak jelas jumlah apa. Apakah yang dimaksudkan adalah panjang
total? Mohon tambahkan satuannya.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar rute yang akan dilewati kendaraan
pengangkutan tanah timbunan adalah jalan desa. Hal ini sangat berpotensi pada
kerusakan jalan.
13. I-71 4. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar Quarry sudah Telah disesuaikan untuk II-75 s/d II-76
Mohon dapat dilengkapi dengan estimasi volume kebutuhan material batu dan diakomodasi, lokasi quarry yang akan
dimana lokasi quarry nya, selanjutnya kebutuhan material batu tersebut dimasukkan tetapi beberapa digunakan sebagai sumber
quarry berada di material timbunan masih
ke dalam tabel kebutuhan material konstruksi.
lokasi di luar berada di wilayah Provinsi
Provinsi Jawa Jawa Tengah seperti yang
Tengah. Hal ini disajikan pada Tabel I-27
akan berakibat
pada rencana
kegiatan berada di
lintas provinsi,
sehingga
pembahasannya
harus dilakukan di
pusat.
Oleh karena itu,
sebaiknya untuk
quarry yang
berada di wilayah
DIY dihilangkan
dari dokumen
dan diganti
dengan quarry
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
yang berada di
lokasi Jawa
Tengah
14. I-72 5. Pekerjaan Box Culvert
Tahapan kegiatan pekerjaan jalan tol pada persilangan denga jalan dan saluran
irigasi.

Mohon dapat ditambahkan dengan pengalihan air saluran irigasi untuk menghindari
penurunan kuantitas air irigasi.
15. I-77 Tabel I-28. Tebal perkerasan jalaan yang digunakan
Dari tabel tersebut hanya menunjukkan dua jenis perkerasan yaitu perkerasan kaku
dan perkerasan lentur. Padahal dalam deskripsi halaman I-63 tabel I-25 menjelaskan
adanya konstruksi jalan rigid pavement pracetak.

Gambar I-24. Juga tidak menjelaskan adanya konstruksi jalan rigid pavement
pracetak.
16. I-79 Gambar I-26. Dimensi box culvert yang digunakan untuk saluran drainase
OK, telah
Untuk gambar yang di atas seharusnya dimensinya 4 x 2 x 2 diperbaiki
17. I-95 Tabel I-37. Jadwal pelaksanaan kegiatan pembangunan Jalan Tol Solo - Yogyakarta
(Sta. 0+000 - Sta. 35+600)
Telah disesuaikan
Pada jadwal tersebut terlihat bahwa durasi waktu mobilisasi adalah 19 bulan dan
durasi waktu pelaksanaan konstruksi adalah 20 bulan. Dimana dari durasi 19 bulan
mobilisasi material dan volume keseluruhan material konstruksi, maka dapat dihitung
jumlah ritasi per hari.
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
18. I-104 Tabel I-38. Matriks dampak potensial Telah ditambabahkan untuk II-109, I-157
Pada komponen kegiatan mobilisasi material, mengapa tidak memasukkan getaran, Tabel I-38. Matriks dampak yang dimaksud yaitu
dampak potensial untuk dampak gangguan
padahal jumlah ritasi untuk tanah timbunan melebihi 2,5 juta ritasi dan belum lagi
kelancaran lalu lintas akibat
material material lain. Adalah matriks kegiatan pekerjaan konstruksi.
yang Adapun dampak yang
Pada komponen kegiatan pembangunan konstruksi jalan tol, mohon agar mengidentifikasi dimaksud berdasarkan hasil
ditambahkan dengan kelancaran lalu lintas dan keselamatan lalu lintas karena dalam potensi dampak. evaluasi dampak potensial
kegiatan konstruksi terdapat konstruksi perlintasan tidak sebidang dengan jalan Dampak potensial menjadi DTPH-1 yang dikelola
eksisting baik under pass maupun overpass, sehingga tidak mungkin tidak berpotensi ini dapat menjadi dan dipantau dan dibahas
DPH, DTPH1 atau dala dokumen RKL-RPL
meenimbulkan gangguan lalu lintas.
DTPH2 setelah
dilakukan analisis
Pada tahap operasional terutama pada komponen pemeliharaan jalan dan jembatan, dampak.
mengapa masih air larian sedangkan perubahan koefisien run off sudah tidak terjadi.
Sebaliknya untuk parameter lingkungan Kelancaran lalu lintas dan Keselamatan lalu Semua kegiatan
lintas seharusnya masuk ke dalam komponen kegiatan Pemeliharaan jalan dan konstruksi jalan
jembatan. Pada saat dilakukan pemeliharaan jalan dapat dimungkinkan terjadi yang berpotongan
dengan jalan
gangguan lalu lintas terutama pengguna jalan tol yang dapat berpotensi mengganggu
eksisting, tentu
kelancaran dan keselamatan lalu lintas. akan berdampak
Misalnya ketika dilkakukan perbaikan perkerasan jalan yang dapat mengurangi lebar pada gangguan
jalan pada saat operasi jalan tol yang kemungkinan dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Jadi
lalu lintas dan kemacetan. bukan hanya ada
Laju erosi dan sedimentasi dan kestabilan lereng, apakah masih akan terjadi pada di mobilisasi alat
dan material saja,
kegiatan pemeliharaaan jalan dan jembatan.
tapi juga ada pada
Kuantitas air permukaan irigasi dan Kualitas air permukaan sungai juga mestinya kegiatan
tidak terjadi pada kegiatan pemeliharaaan jalan dan jembatan. konstruksi.
19. I-106 Tabel I-39. Hasil identifikassi dampak potensial
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
Pada jenis kegiatan Mobilisasi material konstruksi, mohon agar dapat ditambahkan OK
dengan getaran.

Pada jenis kegiatan Pembangunan konstruksi jalan tol, mohon agar dapat
ditambahkan dengan kelancaran lalu lintas, keselamatan lalu lintas mengingat
sebagian dari kegiatan ini terdapat pekerjaan persimpangaan tidak sebidang yang
tentu saja berpengaruh pada lalu lintas yang ada.
Pada jenis kegiatan Pemeliharaan jalan dan jembatan untuk Run off, Laju erosi,
Kestabilan lereng, Kualitas air permukaan irigasi dan Kualitas air permukaan sungai
DOKUMEN RKL-RPL
20. II-12 TAHAP KONSTRUKSI
Dampak lingkungan Kualitas udara untuk sumber dampak mobilisasi material, bentuk OK
pengelolaan huruf e lebih tepat untuk dampak gangguan lalu lintas.
Bentuk pengelolaan lingkungan hidup dapat ditambahkan dengan membatasi
kecepatan kendaraan pengangkut material terutama di daerah dekat pemukiman.
21. II-13 Dampak lingkungan Kualitas udara untuk sumber dampak Pembangunan konstruksi
jalan tol belum ada pengelolaan penurunan kualitas udara pada lokasi batching plant, OK
crusher plant dan asphalt mixing plant. Padahal dari lokasi ini potensi penurunan
kualitas udaranya sangat tinggi
22. II-15 Dampak lingkungan Tingkat kebisingan untuk sumber dampak Pembangunan
konstruksi jalan tol belum ada pengelolaan Kebisingan pada lokasi batching plant, OK
crusher plant dan asphalt mixing plant. Padahal dari lokasi ini potensi ttingkat
kebisingannya sangat tinggi
23. II-16 Dampak lingkungan Getaran untuk sumber dampak Pembangunan konstruksi jalan
tol, bentuk pengelolaan lingkungannya dapat ditambahkan dengan memilih peralatan OK
dengan getaran rendah terutama untuk daerah pemukiman.
Bentuk pengelolaan Getaran mohon agar dapat ditambahkan akibat pengoperasian
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
batching plant, crusher plant dan asphalt mixing plant.
24. II-22 Dampak Kelancaran lalu lintas untuk sumber dampak Mobilisasi material konstruksi,
bentuk pengelolaan huruf e sesungguhnya lebih tepat untuk dampak penurunan OK
kualitas udara, sehingga dapat dihilangkan.
25. II-24 Dampak lingkungan Kerusakan jalan untuk sumber dampak Mobilisasi material
konstruksi, bentuk pengelolaan huruf a sebaiknya dipisahkan antara kendaraan layak OK
jalan dan sesuai dengan kelas jalan. Penggunaan kendaraan sesuai dengan
kapasitas jalan lebih tepat untuk pengelolaan dampak lingkungan Kerusakan jalan.
Sedangkan kendaraan layak jalan lebih sesuai untukpengelolaan dampak lingkungan
kebisingan dan kualitas udara.
Prof. Norma Afiati, MSc., PhD.
Bab II. RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
1. 2.106 1) Tabel 2.86: Jenis flora di wilayah studi, terdapat dua spesies FLORA dilindungi IUCN Sudah ditambahkan. Justifikasi II-61
RedList yaitu: Dalbergia latifolia (VU 1998; sonokeling) dan Swietenia mahagoni (EN 1998; tabel kelayakan butir 8 dan rkl-
mahoni). Pengelolaan maupun pemantauan kedua spesies ini tidak pernah dibahas. Agar rpl. IV-91
dilengkapi dan dibahas sampai ke butir 8 kelayakan lingkungan.
2. 2.107- 2) Peringatan agar nama Latin spesies ditulis dengan benar, masih BELUM SEMUA Sudah diperbaiki II-103
2.108 DIPERBAIKI.
3. 2.111 3) Tabel 2.90: Jenis fauna di wilayah studi a.l. Halcyon cyanoventris, Halcyon chloris & 3) Sudah disesuaikan ANDAL
ke Bubulcus ibis. Ketiga spesies ini oleh tim hayati dinyatakan TIDAK DILINDUNGI. 4) Sudah disesuaikan II-109
3.218 4) Agar tim hayati mencermati bahwa PP Nomor 7/1999 digunakan sebagai salah satu 5) Sudah ditambahkan, SOP
konsiderans PERMENLHK No. P.106/2018 yaitu pada butir 8. Lampiran PP Nomor resmi mengacu pada IV-91
7/1999 pada nomor 74 mencantumkan AVES, yaitu Familia ALCEDINIDAE: burung Peraturan Menteri Pekerjaan
udang, raja udang (semua jenis dari familia Alcedinidae/Halcyonidae). Kedua Halcyon Umum No: 05/PRT/M/2008.
dalam studi ini adalah anggota familia Alcedinidae/Halcyonidae. Adapun pada no. 79 jelas Terlampir
dicantumkan Bubulcus ibis: kuntul, bangau putih. Dengan demikian KETIGA SPESIES 6) Telah ditambahkan di RKL-
TERSEBUT DILINDUNGI menurut PP no. 7/1999 yang diacu oleh PMLHK no. P.106/2018. RPL
5) Untuk itu, agar SEMUA PEMBAHASAN DISESUAIKAN SAMPAI KE BUTIR 8
PERNYATAAN KELAYAKAN LINGKUNGAN (lih. Tabel 3.170, hal. 3.218 Matriks besaran
dan sifat penting dampak), dibuatkan SOP RESMI atas strategi pengelolaan dan
pemantauan yang akan dilaksanakan.
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
6) RKL RPL wajib mencantumkan ultimate goal RKL-RPL Hayati yaitu strategi mengelola dan
memantau viability populasi avifauna dilindungi tersebut [variabel pantau: sumber pakan, RKL-RPL
sarang dan sumber bahan sarang, tempat rehat, sumber air, musim reproduksi, perkiraan II-58
jumlah anggota dan komposisi populasi (anakan, remaja, dewasa, rasio jantan-betina), III-67
migrasi]. Selain itu tetapan koordinat stasiun-stasiun pantau di peta RKL-RPL.
Bab III. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
4. 3.5 7) Tabel 3.14: Skala kualitas lingkungan untuk Fauna: agar dicermati dan dijelaskan 7) Skala suda disesuaikan. III-5
bagaimana cara membacanya untuk menilai? 8) Sudah dikembangkan. III-6
3.6 8) TAbel 3.16: Skala kualitas lingkungan untuk Nekton: seharusnya dikembangkan lebih
lanjut, karena hanya mencakup keadaan habitat, tidak menjelaskan spesiesnya.
9) Contoh:
Skala Kualitas Lingkungan Fauna Darat Liar (Afiati, 2002)
Harga atau Nilai Rentangan
Parameter Lingkungan
1 2 3 4 5
Ada,
Tdk ada/ Ada,
Keberadaan dan Kondisi Habitat mendukung, Ada, kondisi
ada, Ada, rusak/ mendukung,
Alamiah untuk Fauna Liar (luas: relatif tidak baik,
rusak terganggu ada
ha, km2) ada alamiah
berat gangguan
gangguan
Terdapat Spesies Kunci/
0 0 0 0-1 ≥2
Unik/Dilindungi/Endemik (sp)
Terdapat Fauna Liar (sp.) 0 1 1-2 2-3 ≥3
Rerata Kerapatan Fauna Liar 0 1 1-2 2-3 ≥3
(indiv/sp/area)
Terdapat Fauna Liar Ber-nilai
0 1 2-3 3-4 ≥4
Ekonomi Positif (sp)
Sangat
Sebaran Fauna Liar non-
Tidak jarang, Jarang, tidak Ada, cukup Ada dan
Ekonomis & yang Bernilai
ditemui sangat tidak merata merata merata
Ekonomis (indiv/area)
merata
Sumber: Andrewartha, 1971; Bailey, et al, 1993; Cox,1976; Krebs, 1985; MacKinnon, 1993; Magurran. 1988; Odum, 1971;
Poole, 1974; European Environment Agency, 2002; Afiati, 2002 dengan modifikasi dalam [PPLH LEMLIT UNDIP - PT
IPU Semarang (2005); PT PLN (Persero) Jasa Enjiniring – PPLH LEMLIT UNDIP (2006); PPLH LEMLIT UNDIP – PT
BORAL INDONESIA (2007); PPLH LEMLIT UNDIP – PT Pupuk Kaltim, Kalimantan Timur (2007); PT. KNI- PPLH
LEMLIT UNDIP (2007); PPLH LEMLIT UNDIP – PT Semen Gresik (2008)].
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
Keterangan nilai rentangan: 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = sedang; 4 = transisi; 5 = normal

PUSTAKA
Andrewartha, H.G. 1971. Introduction to the Study of Animal Populations. ELBS and
Chapman & Hall Ltd., London
Bailey, J., Bramwell, M. Kerrod, R., Parker, S. 1993. The Encyclopedia of Birds. Andromedia
Oxford Ltd., Oxfordshire, UK.
Cox, G.W., 1976. Laboratory Manual of General Ecology. Wm. C. Brown Company Publ. USA
Krebs, C.J. 1985. Ecology, The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.3rd. edit.
Harper and Row Publ. New York
MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali.
Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta. Indonesia. Cetakan ketiga.
Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Croom Helm, London, UK
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology, 3rd ed. W.B. Saunders Company, Tokyo, Japan
Poole, R.W. 1974. An introduction to quantitative ecology, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.,
Tokyo, Japan
5. 3.69 9) Tabel 3.56: SEKALI LAGI: Bila tidak/belum ada kriteria lain sesuai perkembangan ilmu 9) Sudah disesuaikan. III-70
pengetahuan dan teknologi, justru suatu dampak hayati mungkin menjadi [lebih] penting,
karena umumnya teknologi ditemukan untuk membantu mengatasi suatu masalah skala
besar dengan terukur dan dapat diulang oleh orang lain dengan hasil yang relatif sama.
Bila obyeknya komponen hayati, reaksi atau hasil yang didapat idak akan selalu tepat
sama. Agar pemahaman ini ditinjau ulang dan konsisten untuk semua tabel DPH.
Bab IV. EVALUASI HOLISTIK DAMPAK PENTING
6. 4.4 ke 10) Tabel 4.1: Jumlah dan jenis DPH: untuk komponen hayati hanya ada 3 dampak negatif 10) Kita tambahkan dampak
penting di tahap konstruksi, yang selanjutnya menjadi sebuah DTPH-1 positif pada tahap gangguan fauna dan biota air
operasi (pemeliharaan jatan). menjadi DTPH-1 dikelola dan
4.44 Pada evaluasi dampak holistik, dua komponen hayati terdampak negatif (flora dan fauna) dipantau tahap operasi
dianggap sebagai dampak sekunder yang tidak mengait ke komponen lain manapun; (pemeliharaan jatan).
berhenti di situ dan tidak dibahas lagi. Adapun terganggunya biota air digolongkan Justifikasi rkl-rpl II-58-59
dampak tersier karena penurunan kualitas air permukaan (sungai), yang berlanjut
merubah persepsi masyarakat dan pada akhirnya dikhawatirkan menimbulkan konflik 11) Berdasarkan Peraturan
sosial. Menteri Lingkungan Hidup
11) Hal tersebut pada butir 11) kemungkinan karena kesalahan pemahaman bahwa tidak dan Kehutanan Republik
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
4.51 ke ada biota yang dilindungi di wilayah studi. Agar dikoreksi menyeluruh. Indonesia Nomor 7 Tahun
(3.69, 12) Opsi pengelolaan terbaik untuk ketiga DPH (-) tersebut berada dalam kemampuan 1999 dan Nomor
3.72) pemrakarsa untuk mengatasinya karena teknis pengelolaan tersedia secara lokal. Hal ini P.106/MENLHK/SETJEN/KU
berlawanan dengan opsi yang disampaikan di hal 3.69 dan 3.72. Agar divalidasi. M.1/12/2018 tidak ditemukan
nekton masuk kategori
dilindungi, namun dalam
status IUCN di Dunia,
terdapat spesies masuk
katergori Least concern
(resiko rendah) Vulnerable
(rentan) namun diwilayah
studi keberadaan spesies
tersebut melimpah sehingga
kategori Vulnerable (rentan)
tidak relevan di kawasan
studi rencana kegiatan jalan
tol yang berada di Indonesia.
Mengingat ada kekhawatiran
munculnya konflik sosial
dikemudian hari, maka
gangguan biota air langsung
dikelola dan dipantau (DTPH-
1) RKL-RPL II-59
12) Sudah ditambahkan.
Justifikasi RKL-RPL.
7. 4.89- 10) Tidak dapat diterima bahwa Butir 8 Kelayakan Lingkungan menyatakan tidak 11) Sudah disesuaikan. IV-91
4.90 teridentifikasi memiliki spesies kunci, spesies ekonomis maupun spesies dengan nilai
ilmiah; padahal wilayah studi mengandung tiga spesies avifauna dilindungi perundangan
RI dan dua spesies flora pohon yang dilindungi dengan Kode Vulnerable dan
Endangered oleh IUCN 1998.
RKL-RPL
8. Peta 12) Pada folder Peta ver 26062020: Akhirnya tidak ada koordinat untuk komponen FAUNA di 12) Sudah 15) Sudah distambahkan. Sudah RKL-RPL III-67-68
ver peta RKL dan RPL Operasional, yang ada hanya untuk FLORA, meskipun ada cukup distambahkan. terdapat kordinat
No HAL. MASUKAN / TANGAPAN KLARIFIKASI TANGGAPAN PEMRAKARSA HALAMAN
PERBAIKAN
banyak titik kordinat flora, fauna dan biota air di file TITIK RPL.pdf tahap konstruksi. RKL-RPL III-67- pemantauan. RKL-RPL-66-68
13) File TITIK RKL.pdf sama sekali tidak mengandung koordinat pengelolaan komponen 68 16) Telah dikonfirmasi 3 spesies
hayati tahap konstruksi; hal ini berlawanan dengan narasi di bab-bab sebelumnya. 13) Sudah terdapat avifauna dilindungi dan dua
14) Wilayah studi proyek ini mengampu 3 spesies avifauna dilindungi dan dua spesies flora kordinat spesies flora dilindungi dalam
dilindungi. AGAR DIKONFIRMASI. pemantauan. dokumen andal-rkl-rpl.
RKL-RPL-66-68
14) Telah
dikonfirmasi 3
spesies avifauna
dilindungi dan
dua spesies
flora dilindungi
dalam dokumen
andal-rkl-rpl.

Anda mungkin juga menyukai