SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
i
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Oleh :
Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI BERJUDUL:
Oleh :
Telah Diuji
Pada………………..
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi, yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah -Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Keadaan Karies
Berdasarkan Konsentrasi Fluor Air Berbeda Pada Kelompok Masyarakat
Pesisir dan Non Pesisir” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sarjana
kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri.
Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Muhammad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan pendidikan.
2. Multia Ranum Sari,drg.,M.Med.Ed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.
3. Adi Hapsoro,drg.,MS., selaku pembimbing satu yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi.
4. Dwayuningtyas,drg., selaku pembimbing dua yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi.
5. Faisal dan Rusnani., selaku orang tua penulis yang senantiasa
memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan bimbingan penuh dalam segala
hal.
6. Elbasvia Risky Nahar., selaku suami penulis yang telah memberikan Doa,
dukungan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi.
7. Seluruh Dokter / Bapak / Ibu Dosen yang selalu memberikan ilmu selama
perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
v
Wiyata Kediri.
8. Teman-teman angkatan 2016 yang telah berjuang bersama selama masa
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 27
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 27
B. Populasi, sampel dan Teknik Sampling ................................................... 27
1. Populasi ............................................................................................. 27
2. Sampel penelitian .............................................................................. 28
3. Teknik Sampling ............................................................................... 29
C. Unit Analisis .............................................................................................. 30
D. Sumber Data dan Prosedur Pengumpulan Data ....................................... 31
1. Sumber Data ....................................................................................... 31
2. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 31
E. Analisis Data ............................................................................................. 32
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 48
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Arti Lambang :
& : Dan
= : Sama Dengan
% : persen
+ : Tambah
→ : menjadi
Nama singkatan :
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
Km : kilometer
ASEAN : Association Of Southeast Nations
DMF-T : Decay, Missing, Filling – Teeth
Ppm : Parts per million
Ca2+ : kalsium
PO43- : Fosfat
pH : Power of Hydrogen
HA : Hidroksiapatit
mg : Miligram
Kg : kilogram
L : Liter
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2016).
daratan dan laut, yang mencakup lingkungan tepi pantai dan perairan pantai.
1
2
adalah 7,1 yang berarti kerusakan gigi masyarakat di Indonesia 710 buah
gigi per 100 orang. Hasil survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 di daerah
gigimulut adalah 42,4% penduduk yang gigi nya berlubang, gigi yang
hilang karena dicabut atau tanggal 18,0%, gigi yang telah ditambal 3,8%
(RISKESDAS, 2018).
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi yang telah menyebar
gigi berlubang dan ditandai oleh rusaknya lapisan email dan dentin yang
mikroorganisme dalam mulut, atau bakteri dalam plak, banyak faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya karies, baik faktor dari luar maupun dari
dengan karies. Ada empat faktor yang berinteraksi yaitu Host yang meliputi
gigi dan saliva, mikroorganisme atau plak, substrat, dan waktu. Beberapa
3
faktor dari luar atau faktor yang tidak berhubungan langsung dengan
proses terjadinya karies, antara lain: usia, jenis kelamin, suku bangsa,
Karies yang tinggi erat hubugannya dengan kondisi email gigi. Email
gigi yang mengandung fluor yang cukup akan menyebabkan gigi lebih tahan
terhadap karies, karena tidak mudah larut oleh asam. Keberadaan fluor pada
gigi melalui asupan makanan dan minuman merupakan cara yang dianggap
2015).
tersebut sesuai dengan kondisi dan letak geografis sumber air tanah tersebut
didapatkan. Sumber air tanah yang berasal dari sekitar air laut berbeda
Air sumur di sekitar laut mendapatkan suplai air dari air tanah maupun dari
air resapan air laut yang mengandung mineral fluor lebih banyak.
ketinggian suatu tempat maka daerah tersebut akan memiliki kadar fluor
4
yang lebih tinggi karena mendapatkan resapan fluor yang lebih banyak, baik
dari tanah maupun dari resapan air laut (Sumiok et al. , 2015).
B. Rumusan Masalah
fluor air berbeda pada kelompok masyarakat pesisir dan non pesisir.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Manfaat Penelitian
dilakukannya penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fluor
1. Definisi Fluor
terutama yang berasal dari air tanah. Fluorida tersebut di perlukan pada
dengan kadar yang sangat tinggi dan dalam waktu yang lama (Afifah,
2018).
kandungan fluor dalam air cukup ideal yaitu 1 ppm, dan daerah yang
6
7
tanah tersebut didapatkan. Sumber air tanah yang berasal dari sekitar
disekitar laut mendapat suplai air dari tanah maupun dari resapan aliran
air laut yang mengandung fluor jauh lebih banyak (Sumiok et al,.
2015).
pantai dapat terjadi akibat proses intrusi air laut dan keadaan struktur
pada air dapat terbawa oleh aliran air dalam jumlah lebih banyak
intake fluor lebih banyak dari air minum yang mereka konsumsi.
terhadap karies karena tidak mudah terlarut oleh asam. Fluor pada
asam akan bekerja dengan ion Ca+2 dan HPO-2 yang akan
permukaan kristal dan menarik ion kalsium diikuti oleh ion fosfat
9
konstan dalam email, pada permukaan luar 100 µm dan dalam dentin
Fluor dapat diendapkan pada jaringan keras gigi, terikat pada mukosa
oral dan diserap oleh plak gigi. Mukosa oral telah terbukti menjadi
yang tinggi 0,7-1,15 ppm dalam air minum. Hal ini mengidentifikasikan
4. Mekanisme Remineralisasi
ion Ca2+ dan PO43- dalam jumlah yang cukup. Pelarutan apatit dapat
menjadi netral dengan buffering, dengan kata lain ion Ca2+ dan PO43-
mulanya apatit enamel terdiri atas ion karbonat dan magnesium namun
dengan fosfat pada saliva dan plak (atau kalkulus), sampai pH kritis
(Corvianindya, 2015).
11
5. Sumber fluor
a. Fluor di lithosphere
kimiawi. Fluor dalam batu dan tanah ditemukan dalam berbagai air
siklus hidrologis, yang berarti bahwa air berasal dari air laut. Air
0,8-1,4 mg/liter. Kadar fluor air danau, sungai dan air sumur buatan
c. Fluor di udara
fluor dari limbah gas industri dari pembakaran batu bara domestik
karies, sama dengan fluor dalam air minum bila digunakan pada
12
2018).
a. Kekurangan
terjadi karies.
b. Kelebihan
1) Fluorosis
2015).
2) Sistem gastrointestinal
lambung.
B. Karies Gigi
Karies gigi adalah salah satu penyakit gigi dan mulut yang
tantangan yang berkaitan dengan status kesehatan gigi dan mulut yang
buruk pada anak-anak. Masalah ini berlanjut sampai usia remaja dan
pada manusia:
a. Keturunan
b. Ras
rahang yang sempit sehingga gigi geligi pada rahang sering tumbuh
tidak teratur. Dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan
c. Usia
Sepanjang hidup dikenal tiga fase umur dilihat dari sudut gigi-
geligi.
karies.
d. Makanan
makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi,
dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,
a. Gigi
titik kontak.
gingival.
jembatan.
b. Mikroorganisme
spesies Actinomyces.
lebih dalam dan lebih merusak gigi. Plak gigi adalah media
Pelikel dan plak tidak bisa dilihat dengan mata hanya bisa
d. Waktu
perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada
(Made, 2016).
Tanda awal dari karies adalah white spot pada permukaan gigi,
terjadi kerusakan pada enamel atau dentin. Jika lubang terbentuk pada
enamel dan tubulus dentin terpapar, maka akan menyentuh saraf gigi
dan menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit bertambah parah jika terkena
panas, dingin atau makanan dan minuman manis. Karies juga dapat
2016).
kalsium, fosfat, dan karbonat dari gigi ini dibiarkan berlanjut, kavitasi
permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas kea rah
pada pola pangan adalah tipe wilayah yang erat kaitannya dengan potensi
pada jumlah dan jenis pangan yang dapat dihasilkan oleh wilayah tersebut
(Hamidah, 2016).
berasal dari laut seperti ikan, kerang dan sejenisnya. Masyarakat di daerah
non pesisir sebagian besar adalah petani sawah atau lading sehingga akan
dan sumber protein nabati. Masyarakat di daerah non pesisir akan cenderung
lebih banyak mengonsumsi bahan pangan yang berasal dari ternak kecil,
kandungan mineral contohnya fluor. Adanya fluor yang diikat email gigi
dan selenium. Ikan mengandung fluor yang bermanfaat bagi kesehatan gigi.
sehat. Kadar fluor yang paling tinggi dimiliki oleh ikan laut, misalnya kadar
fluor pada udang 63,73 mg/kg dan kandungan fluor pada ikan laut rata-rata
sayuran dan buah- buahan berkisar 0,1-0,4 mg/kg, dengan demikian sayuran
tingkat konsentrasi fluoride dalam daging relatif rendah 0,2-1,0 mg/kg. Susu
2015).
BAB III
A. Kerangka Konsep
24
25
Pada kerangka konsep yang saya buat, Pengaruh fluor terhadap karies
pada dua wilayah yang berbeda yaitu wilayah di pesisir dan non pesisir.
Fluor dalam air memiliki kadar yang berbeda – beda sesuai dengan letak
geografis sumber air tanah, Sumber air tanah yang berasal dari sekitar air
laut memiliki kandungan fluor yang lebih banyak. Sehingga dapat dikatakan
wilayah pesisir memiliki sumber air yang lebih tinggi daripada wilayah non
pesisir. fluor akan memberikan manfaat pada gigi apabila pada batas
karies gigi.
Fluor tidak hanya bersumber dari air namun juga dapat ditemukan
banyak mengkonsumsi sumber daya alam dari laut seperti ikan karena rata –
rata mata pencaharian nya sebagai nelayan sedangkan wilayah non pesisir
26
karena sumber daya alam jenis nabati lebih mudah didapatkan. Ikan laut
tinggi daripada kandungan fluor yang terdapat pada produk nabati sehingga
angka karies pada wilayah di pesisir lebih rendah daripada non pesisir.
C. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
tertentu yang bisa didapat dari sumber berbagai sumber seperti jurnal,
1. Populasi
27
28
2. Sampel penelitian
3) Jurnal tidak dalam bentuk full text (tidak dapat diakses secara
penuh).
3. Teknik Sampling
C. Unit Analisis
individu, kelompok benda atau suatu latar peristiwa social seperti aktivitas
1. Karies Gigi
dekalsifikasi lapisan enamel gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik
2. Fluor
dengan elemen lain dalam bentuk garam-garam fluor seperti antara lain
intake fluor lebih banyak dari air minum yang mereka konsumsi.
1. Sumber Data
review berasal dari tinjauan literature yaitu buku, artikel ilmiah maupun
yang terkait dengan apa yang dimaksud dalam rumusan masalah. Data-
E. Analisis Data
ini yaitu dengan cara melakukan sintesa fakta menurut karakteristik data
pada sumber data yang digunakan, dimana fakta yang ditemukan tersebut
terkait dengan unit analisis dalam penelitian ini. Kemudian fakta yang
menjawab hipotesis.
BAB V
HASIL PENELITIAN
pendekatan literatur review berasal dari tinjauan literatur jurnal yang dapat
33
34
1. Jurnal 1
yaitu 0,97 dan pantai yaitu 0,56. Hasil rata-rata DMF-T ini dapat
tidak begitu besar, yaitu wilayah pantai 1,20, dataran rendah 1,61 dan
1,2 lebih tinggi dibandingkan dengan dataran rendah yaitu 0,97 dan
pantai yaitu 0,56. Hasil rata-rata DMF-T ini dapat dikategorikan rata-
perbukitan rendah.
tidak begitu besar, yaitu wilayah pantai 1,20, dataran rendah 1,61 dan
2. Jurnal 2
tahun 2016 dengan judul Profil Status Karies pad Anak USia 13-15
Tahun dan Kadar Fluor Air Sumur di daerah Pesisir Pantai dan Daerah
berikut :
41
Indeks
Jenis Komponen Indeks DMF-T Kategori
N DMF-T
Geografis
D M F DMF-T
Pegunungan 30 182 4 0 186 6,2 Tinggi
Pesisir Pantai 30 73 2 0 75 2,5 Rendah
sebesar 2,5 dan termasuk dalam kategori rendah, fluor air termasuk
Tabel V .5 Rata-rata DMF-T dan kadar fluor air di daerah pesisir pantai
dan daerah pegunungan
daerah pesisir pantai yaitu sebesar 0,25 ppm lebih rendah bila
pada anak usia 13-15 tahun dan kadar fluor air sumur dan kadar fluor
air sumur di daerah pesisir pantai dan di daerah pegunungan pada bulan
Grafik V .3 Rata-rata DMF-T kadar fluor air di daerah pesisir pantai dan
daerah pegunungan
Rata-rata kadar fluor daerah pesisir pantai yaitu sebesar 0,25 ppm
3. Jurnal 3
Pola Konsumsi Ikan Laut Studi pada Anak Usia 5-7 Tahun di Desa
Teluk Awur dan Desa Jlegong Kabupaten Jepara adapun hasil dari
rata – rata kekerasan enamel pada daerah pesisir di desa Teluk Awur
44
lebih keras yaitu 1009,91 VHN dibandingkan dengan daerah non pesisir
di desa Jlegong yaitu 691,31 VHN. Hal ini disebabkan karena adanya
usia (5-7 tahun) antara pesisir dan non pesisir di Kabupaten Jepara.
terhadap pola konsumsi ikan laut pada bulan Juli tahun 2018 di Desa
desa Teluk Awur lebih keras yaitu 1009,91 VHN dibandingkan dengan
4. Jurnal 4
Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Diyah Ayu Rizki Tiara
Defi, Isnur Hatta, Sherli Diana pada tahun 2019 dengan judul
berikut :
(p<0,05), terdapat hubungan yang bermakna antara kadar fluor air tanah
memiliki hubungan yang kuat antara kadar fluor air tanah dengan
Negeri 3 Kurau yaitu 1,98 termasuk kategori rendah yang terdiri dari
pengguna air sumur bor 1 yaitu 2,4; kelompok siswa pengguna air
sumur bor 2 yaitu 2,2; kelompok siswa pengguna air sumur bor 3 yaitu
1,4; kelompok siswa pengguna air sumur bor 4 yaitu 2,6; dan kelompok
siswa pengguna air sumur bor 6 yaitu 2,1; kategori sedang yaitu
kelompok siswa pengguna air sumur bor 7 yaitu 4,3; kelompok siswa
46
pengguna air sumur bor 8 yaitu 3,2; dan kelompok siswa pengguna air
siswa dengan indeks sangat rendah yaitu pengguna sumur bor 5; indeks
5. Jurnal 5
dewi pada tahun 2019 yang berjudul Gambaran Kadar Fluorida Dalam
berikut :
47
didapatkan dari hasil pemeriksan empat sampel air minum yang didapat
dari empat titik dapat dilihat pada tabel V. 8. Dari tabel V .8 tersebut
terlihat bahwa semua sampel yang berasal dari sumber yang bebeda
dapat dilihat pada tabel V .9. Data tersebut menunjukkan bahwa karies
PEMBAHASAN
masyarakat pesisir dan non pesisir. Penelitian merupakan studi literature dengan
selisih nilai rata-rata yang relative tidak begitu besar. Hasil penelitian juga
pantai dan pegunungan terdapat adanya hubungan antara air minum yang
pegunungan, karena kadar fluor air minum di wilayah pantai lebih tinggi
dibandingkan pegunungan.
juga dipengaruhi oleh faktor luar yaitu kondisi geografis yang berbeda-beda di
fluor dalam air minum di setiap tempat, hal ini disebabkan karena berbedanya
48
49
iklim, temperatur, kelembaban dan jarak dengan laut di setiap wilayah. Sumber air
tanah yang dikonsumsi masyarakat wilayah pantai dan sekitarnya berasal dari
sekitar laut yang berbeda kandungannya dengan wilayah lain, misalnya di wilayah
perbukitan atau pegunungan. Perbedaan ini terjadi akibat proses intrusi air laut
dan keadaan struktur tanah yang memiliki densitas lebih rendah dan permeabilitas
sumur disekitar laut mendapatkan suplai dari air tanah maupun resapan air laut
yang mengandung mineral fluor jauh lebih banyak, sehingga nilai DMF-T siswa
bagian dari kehidupan manusia dan memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan.
Fluor memasuki tubuh melalui makanan, minuman, respirasi, dan produk yang
mengandung fluor. Asupan fluor dari berbagai sumber pangan diantaranya seperti
air, daging, dan ikan yang dapat menyebabkan asupan fluor meningkat (Scheid,
2013).
Air termasuk salah satu unsur lingkungan hidup yang memiliki peran
penting bagi kehidupan. Kadar fluor pada air tanah di setiap daerah relatif
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu iklim,
temperatur di daerah tersebut serta jarak dengan laut. Penduduk dengan letak
kediaman yang berbeda secara geografis memiliki resiko karies yang berbeda pula
jika dihubungkan dengan kadar fluor dalam air yang dikonsumsi yang berasal dari
air sumur. Semakin tinggi suatu daerah maka kadar fluor air semakin rendah
50
sedangkan semakin rendah suatu daerah maka kadar fluor semakin tinggi (Ismi,
2018).
anak usia 13-15 tahun di Desa Lihunu (daerah pesisir pantai) mempunyai status
karies dengan kategori rendah dan rata-rata karies pada anak usia 13-15 tahun di
rata-rata DMF-T ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
kandungan fluor dalam air minum. Pola konsumsi makanan masyarakat desa
makanan lainnya, dan kadar fluor dalam makanan laut seperti ikan dapat
mencapai 1,0 ppm, sehingga kecukupan asupan fluor pada masyarakat di desa
Lihunu relatif tercukupi. Factor lain adalah kadar fluor air tandah antara desa
daerah pegunungan dan jarak yang jauh dengan laut dimana pada resapan air laut
pada air tanah mampu meningkatkan kadar fluor pada air tanah. Selain itu
mengakibatkan rendahnya kadar fluor dalam air. Rata-rata kedalaman sumur yang
dimiliki masyarakat kelurahan Rurukan dan desa Lihunu adalah 5-10 meter.
Keadaan kedalaman sumber air memengaruhi kadar fluor dalam air. Semakin
dalam tanah, maka semakin tinggi juga kadar mineral yang terlarut dalam air.
Hasil review penelitian Iswanto Lidia ini dapat disimpulkan bahwa pemenuhan
51
kebiasaan mengkonsusmi ikan laut memiliki kekerasan enamel gigi lebih baik
daripada masyarakat yang kurang mengkonsumsi ikan laut. Pada daerah pesisir
memiliki frekuensi konsumsi ikan yang tinggi, hal ini disebabkan daerah pesisir
ketersedian ikan di daerah tersebut lebih banyak bahkan ikan yang didapatkan
cenderung segar. Wilayah non pesisir memiliki frekuensi pola konsumsi ikan
yang rendah, hal ini disebabkan karena masyarakat daerah non pesisir sebagai
memiliki pekerjaan sebagai petani. Daerah yang jauh dari pantai akan
pada penelitian Diyah Ayu R dkk. Hasil penelitian yaitu pada uji korelasi
Spearman disimpulkan terdapat hubungan antara kadar fluor air tanah dengan
indeks DMF-T siswa SMP Negeri 3 Kurau, yaitu semakin tinggi kadar fluor air
tanah, maka indeks DMF-T semakin rendah. Hal tersebut terjadi karena air yang
yang terserang karies, serta menghambat produksi asam oleh bakteri dalam plak
gigi. Apabila asam organik bakteri plak yang dihasilkan selama demineralisasi
enamel terdapat ion kalsium dan fosfat, maka ion fluor mendorong pembentukan
glikolisis bakteri, sehingga bakteri tidak dapat menghasilkan cukup energi dan
saliva secara tetap meletakkan komposisi mineral langsung kepermukaan gigi atau
enamel (maturasi setelah erupsi). Kadar fluor akan berikatan dengan kalsium yang
berdifusi ke dalam plak, sehingga kadar fluor yang bebas di air tanah ketika
berada di dalam mulut akan terjadi proses pengendapan dan disolusi ion fluor ke
dalam cairan plak pada permukaan gigi, sehingga dapat mencegah karies gigi
Gambaran kadar fluor pada anak yang mengalami karies ditunjukkan pada
penelitian Rusdiana. Penelitian ini menunjukkan adanya bahwa karies gigi pada
anak usia 12 tahun memiliki DMF-T 5,49 dan rata-rata kadar fluorida yang
terdapat dalam air minum adalah <0,05 ppm. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
bahwa berdasarkan WHO batas optimum kadar fluor yang dianjurkan dapat
yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan
enamel gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara enzimatis sehingga
53
terbentuk kavitas yang bila didiamkan menembus enamel serta dentin dan dapat
Karies gigi erat hubungannya dengan kondisi dari email gigi. Email gigi
yang mengandung fluor yang cukup dapat menyebabkan gigi lebih tahan terhadap
karies. Fluor termasuk mikro mineral yang berperan dalam proses peningkatan
laju remineralisasi yang membuat struktur gigi lebih kuat dan menghambat bakteri
pada gigi dalam konsentrasi yang tepat terbukti mereduksi insidensi karies
(Scheid, 2013).
Fluorida sejak dahulu telah dikenal dapat mencegah karies dengan aktif
disusun atas atom dan ion dalam kristal dengan ion karbonat (CO3) terjadi
sehingga fluorapatit yang terbentuk lebih resisten untuk tidak larut oleh asam.
kristal dan menarik ion kalsium diikuti oleh ion fosfat sehingga terjadi
54
bakteri. bentuk ion dari fluorida (F-) tidak dapat melewati dinding sel dan
membran tetapi secara cepat bergerak ke dalam sel bakteri Fluorida di dalam
dalam sel, mengakibatkan sel menjadi asam dan melepaskan ion fluorida yang
meningkatkan resistensi enamel. Fluor juga diserap oleh permukaan kristal gigi
Pada kondisi tersebut maka akan menghambat aktivitas bakteri yaitu dengan
air minum dari air tanah, namun juga oleh pola konsumsi makanan lainnya
pesisir secara umum memiliki sumber daya makanan yang mengandung fluor
55
yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat non pesisir, khususnya pada makanan
ikan laut yang memiliki kandungan fluor yang tinggi (Ismi, 2018).
subsurface berporus. Fluor dosis tinggi menyebabkan porositas email, pada saat
gigi erupsi timbul white spot, kuning atau coklat dan semakin lama muncul
retakan atau lubang sehingga pewarnaan berpusat di tempat ini. Fluorosis gigi
bisa disebabkan oleh dosis tunggal yang tinggi, dosis rendah yang berulang kali
(Yetty, 2018).
non pesisir. Berdasarkan kedua hasil review tersebut maka disimpulkan bahwa
konsentrasi fluor air berbeda pada kelompok masyarakat pesisir dan non pesisir
adalah terbukti.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
tingkat konsumsi fluor yang lebih tinggi daripada masyarakat non pesisir.
B. Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
Afifah A. F. P dan Faridah Putri, 2018. Indentifikasi Kadar Ion Fluorida pada
Depot Air Minum Isi Ulang di Kelurahan Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan
Andalas. Volume 7. No. 2.
Agus Hari Pranata, 2015. Prakiraan Resiko Kesehatan Sebagai Dampak Flouride
(F-) Pada Sumber Air Minum yang Dikonsumsi Siswa Kelas 6 Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Setu Tangerang Selatan Tahun 2015. Skripsi
tidak dipublikasikan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ahmad Iwan. 2018. Mekanisme Fluor Sebagai Kontrol Karies Pada Gigi
Anak. Journal of Indonesian Dental Association. Vol. 1. No. 1.
Aji Raditya, 2017. Hubungan Pola Konsumsi Ikan dengan Karies Gigi Pada
Masyarakat Pesisir Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi. Poltekkes
Surabaya.
Diajeng Sri A. P. 2016. Gambaran Beberapa Faktor Kejadian Karies Gigi Pada
Siswa Tunagrahita di SLB C Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Vol. 4. No 4.
57
58
Dorland WA, Newman, 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC: 702
Ismi Inayatur Y, 2018. Hubungan Karies dan Kadar Fluor Air Minum pada
Siswa SD di Daerah Pesisir Pantai Dusun Watu Ulo Desa Sumberejo
Kabupaten Jember. Skripsi tidak di publikasiikan. Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Jember.
Hamidah Siti. 2016. Perbedaan Pola Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein
Keluarga di Daerah Pantai, Dataran Rendah dan Dataran Tinggi di
Wilayah Kota Semarang. Skripsi tidak di publikasikan. Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Iswanto L. 2016. Profil Status Karies Pada Anak Usia 13-15 Tahun dan Kadar
Fluor Air Sumur di Daerah Pesisir Pantai dan Daerah Pegunungan. Jurnal
E-GiGi (eG). Volume 4 no 2.
Jaini Rahma, 2019. Gambaran Status Karies Gigi Pada Masyarakat Pesisir Yang
Mengkonsumsi Air Sumur Gali dan Air Isi Ulang di Desa Pematang Kasih
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Karya Tulis Ilmiah
tidak di publikasikan. Politeknik Kesehatan Medan.
59
Made Ni Sirat. 2016. Analisis Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Karies Gigi
Pada Anak SD Kelas V-VI di Kelurahan Peguyangan Kangin Tahun 2015.
Jurnal Kesehatan Gigi. Vol. 4 No. 1.
Putri Herlijulianti El, 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC: 2-10
Rusdiana S . P, 2019. Gambaran Kadar Fluorida Dalam Air Minum dan Skor
DMF-T Anak 12 Tahun di Sungai Pedado Palembang. Jurnal Riset
Kesehatan. Volume. 8 No. 1, 68-75.
Wina dwi O. 2014. Perbedaan OHI-S DMF-T dan def-t Pada Siswa Sekolah
Dasar Berdasarkan Letak Geografis di Kabupaten Situbondo. E-jurnal
Pustaka Kesehatan, Vol. 2. No. 1.
Yetty PN, 2018. Tingkat Fluor Dalam Air Minum dan Pengobatan Fluorosis
Berdasarkan Indeks Thylstrup Fejerskov. Interdental Jurnal Kedokteran
Gigi, Vol. 14. No. 2.