Anda di halaman 1dari 74

PERBEDAAN KEADAAN KARIES BERDASARKAN KONSENTRASI

FLUOR AIR BERBEDA PADA KELOMPOK MASYARAKAT


PESISIR DAN NON PESISIR
(Studi Literatur)

SKRIPSI

Oleh :

RIFKIY ADHELIA NOORSYAFITRI


NIM: 10616073

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021
PERBEDAAN KEADAAN KARIES BERDASARKAN KONSENTRASI
FLUOR AIR BERBEDA PADA KELOMPOK MASYARAKAT
PESISIR DAN NON PESISIR
(Studi Literatur)

SKRIPSI

Oleh :

RIFKIY ADHELIA NOORSYAFITRI


NIM: 10616073

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN KEADAAN KARIES BERDASARKAN KONSENTRASI


FLUOR AIR BERBEDA PADA KELOMPOK MASYARAKAT
PESISIR DAN NON PESISIR
(Studi Literatur)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Sarjana


Kedokteran Gigi Di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri

Oleh :

RIFKIY ADHELIA NOORSYAFITRI


NIM: 10616073

Telah disetujui ………

Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Adi Hapsoro, drg,. MS. Dwayuningtyas, drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI BERJUDUL:

PERBEDAAN KEADAAN KARIES BERDASARKAN KONSENTRASI


FLUOR AIR BERBEDA PADA KELOMPOK MASYARAKAT
PESISIR DAN NON PESISIR

Oleh :

RIFKIY ADHELIA NOORSYAFITRI


NIM: 10616073

Telah Diuji
Pada………………..

Oleh Tim Penguji:

Ketua : Adi Hapsoro, drg., MS ( )

Sekretaris : Dwayuningtyas, drg ( )

Penguji I : Sahat Manampin Siahaan, drg.,MMRS ( )

Penguji II : Fiory Dioptis P, drg., M.Kes ( )

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2021

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rifkiy Adhelia Noorsyafitri


NIM : 10616073
Program Studi : S-1 Kedokteran Gigi
Fakultas : Kedokteran Gigi
Judul Skripsi : Perbedaan Keadaan Karies Berdasarkan Konsentrasi Fluor Air
Berbeda Pada Kelompok Masyarakat Pesisir Dan Non Pesisir
(Studi Literatur)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi, yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kediri, Juni 2021


Yang Membuat Pernyataan

Rifkiy Adhelia Noorsyafitri


NIM. 10616073

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah -Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Keadaan Karies
Berdasarkan Konsentrasi Fluor Air Berbeda Pada Kelompok Masyarakat
Pesisir dan Non Pesisir” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sarjana
kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri.
Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan pendidikan.
2. Multia Ranum Sari,drg.,M.Med.Ed., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.
3. Adi Hapsoro,drg.,MS., selaku pembimbing satu yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi.
4. Dwayuningtyas,drg., selaku pembimbing dua yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan saran kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi.
5. Faisal dan Rusnani., selaku orang tua penulis yang senantiasa
memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan bimbingan penuh dalam segala
hal.
6. Elbasvia Risky Nahar., selaku suami penulis yang telah memberikan Doa,
dukungan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi.
7. Seluruh Dokter / Bapak / Ibu Dosen yang selalu memberikan ilmu selama
perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti

v
Wiyata Kediri.
8. Teman-teman angkatan 2016 yang telah berjuang bersama selama masa
pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat


banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis
berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Kediri, 21 April 2021

Penulis

vi
ABSTRAK

PERBEDAAN KEADAAN KARIES BERDASARKAN KONSENTRASI


FLUOR AIR BERBEDA PADA KELOMPOK MASYARAKAT
PESISIR DAN NON PESISIR
(Studi Literatur)

Rifkiy Adhelia Noorsyafitri, Adi Hapsoro1, Dwayuningtyas2

Latar Belakang : Keragaman wilayah demografi di Indonesia yang


memiliki karakteristik berbeda-beda berhubungan dengan ketersediaan kebutuhan
hidup bagi masyarakatnya. Kecukupan unsur fluorida berhubungan dengan
karakteristik alam suatu wilayah serta kebiasaan konsumsi masyarakat yang
mencerminkan ketersediaan bahan pangan di suatu wilayah. Masyarakat pesisir
dan non pesisir memiliki karakter alam dan pola konsumsi fluor yang berbeda.
Perbedaan pola konsumsi fluor pada masyarakat dianggap sebagai factor
penyebab terjadinya karies pada anak-anak di Indonesia. Tujuan: Untuk
mengetahui perbedaan keadaan karies berdasarkan konsentrasi fluor air berbeda
pada kelompok masyarakat pesisir. Metode Penelitian : Desain penelitian yang
dilakukan adalah literature review. Literature review merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mereview penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
topik yang akan diteliti. Hasil Penelitian: hasil review pada kelima penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat pesisir memiliki tingkat konsumsi fluor yang
lebih tinggi dibandingkan masyarakat non pesisir. Review jurnal penelitian
sampel juga menunjukkan bahwa tingkat karies masyarakat pesisir lebih rendah
dibandingkan masyarakat non pesisir. Berdasarkan kedua hasil review tersebut
maka disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yaitu ada perbedaan keadaan
karies berdasarkan konsentrasi fluor air berbeda pada kelompok masyarakat
pesisir dan non pesisir adalah terbukti. Simpulan: terdapat perbedaan keadaan
karies berdasarkan konsentrasi fluor air berbeda pada kelompok masyarakat
pesisir dan non pesisir.

Kata kunci: karies, remineralisasi, fluorapatite dan demografi.

vii
ABSTRACT

DIFFERENCES IN CARRIES BASED ON CONCENTRATION


WATER FLUOR IS DIFFERENT IN COMMUNITY GROUP
COASTAL AND NON COASTAL
(Study of literature)

Rifkiy Adhelia Noorsyafitri, Adi Hapsoro1, Dwayuningtyas2

Background : The diversity of demographic areas in Indonesia which


have different characteristics related to the availability of the necessities of life
for the people. The adequacy of the element fluoride is related to the natural
characteristics of a region and the consumption habits of the people that reflect
the availability of food in an area. Coastal and non-coastal communities have
different natural characteristics and fluorine consumption patterns. Differences in
fluoride consumption patterns in the community are considered a factor causing
caries in children in Indonesia. Objective: To determine the differences in caries
conditions based on different water fluoride concentrations in coastal community
groups. Research Methods: The research design is a literature review. Literature
review is a study that aims to review previous studies related to the topic to be
studied. Research Results: the results of a review of the five studies show that
coastal communities have higher fluoride consumption levels than non-coastal
communities. A review of sample research journals also shows that the caries rate
of coastal communities is lower than that of non-coastal communities. Based on
the results of the two reviews, it is concluded that the research hypothesis, namely
that there are differences in caries conditions based on different concentrations of
water fluoride in coastal and non-coastal community groups, is proven.
Conclusion: there are differences in the state of caries based on different
concentrations of water fluoride in coastal and non-coastal community groups.

Keywords: caries, remineralisasi, fluorapatite, and demographic.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1. Tujuan Umum .................................................................................... 4
2. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6


A. Fluor ......................................................................................................... 6
1. Definisi Fluor ..................................................................................... 6
2. Perbedaan fluor berdasarkan letak geografis ..................................... 6
3. Hubungan fluor dengan karies ........................................................... 7
4. Mekanisme Remineralisasi ................................................................ 10
5. Sumber fluor ..................................................................................... 11
6. Kekurangan dan Kelebihan Fluor ...................................................... 12
B. Karies Gigi ............................................................................................... 14
1. Definisi karies gigi ............................................................................ 14
2. Etiologi Karies Gigi ........................................................................... 14
3. Gambaran klinis dan gejala karies ..................................................... 20
4. Mekanisme karies gigi ....................................................................... 21
C. Pola Konsumsi Masyarakat ...................................................................... 22

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS.................................. 24


A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 24
B. Keterangan Kerangka Konsep ................................................................... 25
C. Hipotesis .................................................................................................... 26

ix
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 27
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 27
B. Populasi, sampel dan Teknik Sampling ................................................... 27
1. Populasi ............................................................................................. 27
2. Sampel penelitian .............................................................................. 28
3. Teknik Sampling ............................................................................... 29
C. Unit Analisis .............................................................................................. 30
D. Sumber Data dan Prosedur Pengumpulan Data ....................................... 31
1. Sumber Data ....................................................................................... 31
2. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 31
E. Analisis Data ............................................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 33


A. Identitas Sumber Data ............................................................................... 33
B. Analisis Sumber Data ............................................................................... 37
1. Jurnal 1 ............................................................................................... 37
2. Jurnal 2 ............................................................................................... 40
3. Jurnal 3 ............................................................................................... 43
4. Jurnal 4 ............................................................................................... 44
5. Jurnal 5 ............................................................................................... 46

BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 48

BAB VII PENUTUP....................................................................................... 56


A. Kesimpulan ............................................................................................... 56
B. Saran ......................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Gigi yang mengalami Fluorosis ............................................... 13


Gambar III.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 24
Grafik V. 1 Hasil perhitungan rata-rata DMF-T .......................................... 39
Grafik V. 2 Hasil perhitungan rata-rata def-t ............................................... 40
Grafik V .3 Rata-rata DMF-T kadar fluor air di daerah pesisir pantai
dan daerah pegunungan ............................................................ 42
Grafik V. 4 Nilai rata-rata kekerasan enamel ............................................. 44
Grafik V. 5 Kategori Indeks DMF-T ........................................................... 46

xi
DAFTAR TABEL

Tabel IV. 1 Sampel Penelitian ...................................................................... 29


Tabel V. 1 Karakteristik Sumber Data.......................................................... 33
Tabel V. 2 Karakteristik Masing – Masing Sumber Data............................. 34
Tabel V .3 Hasil perhitungan rata-rata DMF-T dan def-t pada siswa SD
di wilayah pantai, dataran rendah dan perbukitan Kabupaten
Situbondo .................................................................................... 38
Tabel V .4 Distribusi DMF-T responden berdasarkan letak geografis ......... 41
Tabel V .5 Rata-rata DMF-T dan kadar fluor air di daerah pesisir pantai
dan daerah pegunungan .............................................................. 41
Tabel V .6 Nilai rata-rata kekerasan enamel................................................ 43
Tabel V .7 Uji korelasi spearman Hubungan Kadar Fluor dengan
Indeks DMF-T di Daerah Pesisir. .............................................. 45
Tabel V. 8 Gambaran Kadar Fluorida dalam Air Minum Sungai
Pedado Kabupaten Kepulauan Talaud ........................................ 47
Tabel V .9 Distribusi Frekuensi Kadar Fluorida dan Skor DMF-T .............. 47

xii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Arti Lambang :
& : Dan
= : Sama Dengan
% : persen
+ : Tambah
→ : menjadi

Nama singkatan :
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
Km : kilometer
ASEAN : Association Of Southeast Nations
DMF-T : Decay, Missing, Filling – Teeth
Ppm : Parts per million
Ca2+ : kalsium
PO43- : Fosfat
pH : Power of Hydrogen
HA : Hidroksiapatit
mg : Miligram
Kg : kilogram
L : Liter

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki luas wilayah laut mencakup 70% dari total

luas wilayah Indonesia. Indonesia juga merupakan salah satu negara

kepulauan terbesar di dunia yang menempati urutan kedua dengan panjang

garis pantai 81.000km. Sesuai dengan prinsip Deklarasi Djuanda yang

menyatakan bahwa selain Indonesia sejak dahulu merupakan negara

kesatuan, juga merupakan negara kepulauan yang memiliki corak

tersendiri. Panjangnya garis pantai, banyaknya jumlah pulau dan wilayah

perairan yang sangat luas, berpengaruh pada banyaknya kekayaan alam

yang dimiliki oleh Indonesia. Kekayaan alam yang menjadi

keanekaragaman hayati tersebut salah satunya terdapat di pesisir (Cahyani,

2016).

Menurut Zamdial (2017), Wilayah pesisir secara sederhana dapat

dipandang sebagai wilayah yang berbatasan dengan laut dan daratan.

Wilayah pesisir adalah daerah peralihan atau tempat pertemuan antara

daratan dan laut, yang mencakup lingkungan tepi pantai dan perairan pantai.

Masyarakat pesisir adalah kumpulan manusia yang menggantungkan

hidupnya di wilayah pesisir. Wilayah yang potensial untuk dilakukan

berbagai usaha dibidang perikanan adalah wilayah pesisir. Wilayah tersebut

merupakan peralihan antara daratan dan lautan sehingga pengelolaan

1
2

dibidang perikanan pada wilayah pesisir di Indonesia perlu untuk

ditingkatkan, ditambah lagi dengan dukungan dari luas wilayah garis

pantai yang sangat besar (Fama, 2016).

Menurut Indrianingsih (2018), pada data Dental Caries Status In

ASEAN Countries menyatakan bahwa Indonesia menepati urutan ke-6

setelah Brunai Darusalam, Philipina, Laos, Thailand dan Kamboja.

Menurut data survei World Health Organization tercatat bahwa diseluruh

dunia 60-90% anak mengalami karies gigi. Indeks DMF-T di Indonesia

adalah 7,1 yang berarti kerusakan gigi masyarakat di Indonesia 710 buah

gigi per 100 orang. Hasil survei Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 di daerah

Jawa Timur, antara lain: prevalensi penduduk yang mempunyai masalah

gigimulut adalah 42,4% penduduk yang gigi nya berlubang, gigi yang

hilang karena dicabut atau tanggal 18,0%, gigi yang telah ditambal 3,8%

(RISKESDAS, 2018).

Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi yang telah menyebar

luas di sebagian besar penduduk di dunia. Karies dapat diartikan sebagai

gigi berlubang dan ditandai oleh rusaknya lapisan email dan dentin yang

terjadi secara progresif. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas

mikroorganisme dalam mulut, atau bakteri dalam plak, banyak faktor yang

dapat mempengaruhi terjadinya karies, baik faktor dari luar maupun dari

dalam. Faktor dari dalam, merupakan faktor yang langsung berhubungan

dengan karies. Ada empat faktor yang berinteraksi yaitu Host yang meliputi

gigi dan saliva, mikroorganisme atau plak, substrat, dan waktu. Beberapa
3

faktor dari luar atau faktor yang tidak berhubungan langsung dengan

proses terjadinya karies, antara lain: usia, jenis kelamin, suku bangsa,

letak geografis, sosial ekonomi, kesadaran, sikap, dan perilaku individu

terhadap kesehatan gigi (Made, 2016).

Karies yang tinggi erat hubugannya dengan kondisi email gigi. Email

gigi yang mengandung fluor yang cukup akan menyebabkan gigi lebih tahan

terhadap karies, karena tidak mudah larut oleh asam. Keberadaan fluor pada

kondisi asam di dalam rongga mulut mendorong terbentuknya

fluorhydroxyapatit sehingga terjadi remineralisasi pada permukaan enamel.

Fluorhydroxiapatit dapat mencegah terjadinya demineralisasi pada

enamel gigi. Keuntungan penting lainnya adalah fluor dapat juga

membantu mengurangi aktivitas metabolik bakteri. Pemberian fluor pada

gigi melalui asupan makanan dan minuman merupakan cara yang dianggap

efektif untuk mencegah terjadinya kerusakan pada gigi (Sumiok et al,.

2015).

Fluor dalam air berbeda-beda kadarnya. Kandungan yang bervariasi

tersebut sesuai dengan kondisi dan letak geografis sumber air tanah tersebut

didapatkan. Sumber air tanah yang berasal dari sekitar air laut berbeda

kandungan mineralnya dengan daerah lain, misalnya daerah pegunungan.

Air sumur di sekitar laut mendapatkan suplai air dari air tanah maupun dari

air resapan air laut yang mengandung mineral fluor lebih banyak.

Ketinggian suatu tempat menentukan besarnya kadar fluor, semakin rendah

ketinggian suatu tempat maka daerah tersebut akan memiliki kadar fluor
4

yang lebih tinggi karena mendapatkan resapan fluor yang lebih banyak, baik

dari tanah maupun dari resapan air laut (Sumiok et al. , 2015).

Menurut Ihsanti (2018), Secara geografis penduduk yang letak tempat

tinggalnya berbeda-beda mempunyai tingkat risiko karies yang berbeda pula

jika dihubungkan dengan jumlah kandungan fluor air yang digunakan

masyarakat sebagai keperluan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan keadaan karies berdasarkan konsentrasi

fluor air berbeda pada kelompok masyarakat pesisir dan non pesisir.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan keadaan karies berdasarkan

konsentrasi fluor air berbeda pada kelompok masyarakat pesisir.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat untuk mahasiswa :

Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman

peneliti saat melakukan penelitian.

b. Manfaat untuk instansi :

1) Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan salah satu

acuan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

2) Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai data


5

status kesehatan gigi dan mulut khusus di daerah tempat

dilakukannya penelitian.

c. Manfaat untuk masyarakat :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai pengaruh fluor terhadap karies.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fluor

1. Definisi Fluor

Fluor merupakan kandungan kimia anorganik. Salah satu

sumber asupan fluorida terbanyak pada manusia adalah air minum

terutama yang berasal dari air tanah. Fluorida tersebut di perlukan pada

kadar yang sesuai untuk mencegah terjadinya karies gigi, namun

jika berlebihan dapat menyebab fluorosis gigi pada paparan fluorida

dengan kadar yang sangat tinggi dan dalam waktu yang lama (Afifah,

2018).

2. Perbedaan fluor berdasarkan letak geografis

Secara geografis penduduk yang letak tempat tinggalnya berbeda-

beda mempunyai tingkat resiko karies yang berbeda pula jika

dihubungkan dengan faktor lingkungan yaitu air yang digunakan

sebagai keperluan sehari-hari, jumlah kandungan fluor air yang

digunakan masyarakat di wilayah tertentu berbeda-beda (Ihsanti, 2018).

Penurunan kualitas air akan mempengaruhi kandungan zat di

dalamnya seperti fluor. Kandungan fluor ditiap tempat berbeda karena

dipengaruhi oleh temperatur dan kelembapan daerah tersebut, serta

jarak dengan laut. Daerah yang beriklim sedang biasanya memiliki

kandungan fluor dalam air cukup ideal yaitu 1 ppm, dan daerah yang

6
7

beriklim tropis kadar fluornya dibawah 1 ppm (Hadnyanawati, 2015).

Air sumur merupakan air tanah yang kandungan mineral-mineral di

dalamnya bervariasi kadarnya sesuai dengan letak geografis sumber air

tanah tersebut didapatkan. Sumber air tanah yang berasal dari sekitar

laut berbeda kandungan mineralnya dengan daerah lain. Air sumur

disekitar laut mendapat suplai air dari tanah maupun dari resapan aliran

air laut yang mengandung fluor jauh lebih banyak (Sumiok et al,.

2015).

Kandungan fluor yang lebih banyak pada sumur di wilayah

pantai dapat terjadi akibat proses intrusi air laut dan keadaan struktur

tanah yang memiliki densitas lebih rendah dan permeabilitas tinggi

dibanding daerah pegunungan atau dataran tinggi, sehingga kandungan

pada air dapat terbawa oleh aliran air dalam jumlah lebih banyak

(Sumiok et al,. 2015).

Kandungan fluor dalam air tanah di sekitar laut akan meningkat,

sehingga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut akan mendapat

intake fluor lebih banyak dari air minum yang mereka konsumsi.

Konsumsi fluor dalam air minum mempengaruhi keadaan enamel gigi

apabila dalam jumlah yang ideal dapat menghambat proses

demineralisasi (pembentukan karies gigi) sedangkan dalam jumlah

besar menimbulkan fluorosis (Sumiok et al,.2015).

3. Hubungan fluor dengan karies

Karies erat hubungannya dengan kondisi email gigi. Email gigi


8

yang mengandung cukup fluor akan menyebabkan gigi lebih tahan

terhadap karies karena tidak mudah terlarut oleh asam. Fluor pada

kondisi rongga mulut yang asam mendorong terbentuknya

flourohydroksiapatit sehingga terjadi remineralisasi pada permukaan

email. Flourohydroksiapatit kurang dapat larut bila dibandingkan

dengan hydroksiapatit. Keuntungan lainnya adalah fluor dapat

membantu mengurangi aktivitas metabolik oleh bakteri. Keuntungan

ini diperoleh dari keberadaan fluor dalam jumlah sedikit didalam

rongga mulut (Sumiok et al,. 2015).

Fluor memiliki mekanisme dalam melindungi gigi dapat

dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu:

a. Fluor dapat menghambat bakteri. Ion-ion fluor dapat

menghambat produksidari glukosiltransferase sel bakteri yang

berfungsi untuk membentuk polisakarida ekstra seluler sehingga

menyulitkan proses adhesi bakteri.

b. Fluor menghambat demineralisasi. Fluor pada lingkungan yang

asam akan bekerja dengan ion Ca+2 dan HPO-2 yang akan

membentuk kristal flouroapatit (Ca10(PO4)6(OH)F2) dengan

reaksi kimia sebagai berikut: Ca10(PO4)6(OH)2+F→Ca10

(PO4)6(F2) Kristal ini bersifat lebih tahan terhadap asam dibanding

dengan Kristal hydroksiapatit.

c. Fluor meningkatkan remineralisasi dengan mengabsorpsi

permukaan kristal dan menarik ion kalsium diikuti oleh ion fosfat
9

sehingga terjadi pembentukan mineral atau lapisan baru. Fluor

apatit mengandung fluor sekitar 30ppm dan mempunyai kelarutan

yang sangat rendah dalam asam (Puspitaningrum, 2018).

Air laut mengandung fluor 1,2-1,5 ppm. Fluor juga ditemukan

di tanaman daun teh (camellia sinensis, syn. Thea sinensis). Fluor

adalah zat kimia inorganik anion yang sangat elektronegatif dan

merupakan elemen reaktif. Fluor biasanya berikatan dan tidak

ditemukan dalam keadaan tunggal, karena kereaktifannya. Struktur

kristal fluor lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat

proses inisiasi dan progresi karies (Ahmad, 2018).

Konsentrasi ion fluor dalam jaringan bervariasi sesuai dengan

asupan fluor dan lamanya waktu selama asupan tersebut. Cukup

konstan dalam email, pada permukaan luar 100 µm dan dalam dentin

lebih tinggi. Fluor terakumulasi pada lapisan di antara dentin-pulpa.

Fluor dapat diendapkan pada jaringan keras gigi, terikat pada mukosa

oral dan diserap oleh plak gigi. Mukosa oral telah terbukti menjadi

reservoir fluor. Berdasarkan beberapa penelitian, untuk mengganggu

proses pembentukan karies gigi, fluor harus selalu hadir di rongga

mulut (Ahmad, 2018).

Fluorida dapat ditemukan dimana saja karena unsurnya

yang melimpah, salah satunya dalam air minum yang dikonsumsi

sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Mansooreh et. al di Shiraz,

Iran menunjukkan skor DMF-T yang rendah dengan kadar fluoride


10

yang tinggi 0,7-1,15 ppm dalam air minum. Hal ini mengidentifikasikan

bahwa air minum yang mengandung fluoride dapat menurunkan karies

gigi (Rusdiana, 2019).

4. Mekanisme Remineralisasi

Proses remineralisasi dapat terjadi jika pH di netralkan dan terdapat

ion Ca2+ dan PO43- dalam jumlah yang cukup. Pelarutan apatit dapat

menjadi netral dengan buffering, dengan kata lain ion Ca2+ dan PO43-

pada saliva dapat mencegah proses pelarutan tersebut. Ini dapat

membangun kembali bagian-bagian kristal apatit yang larut. Pada

mulanya apatit enamel terdiri atas ion karbonat dan magnesium namun

mereka sangat mudah larut pada keadaan asam. Sehingga terjadi

pergantian yakni hidroksil dan floride menggantikan karbonat dan

magnesium yang telah larut, menjadikan email lebih matang dengan

resistensi terhadap asam yang lebih besar (Corvianindya, 2015).

Tingkat kematangan atau resistensi asam dapat ditingkatkan

dengan kehadiran fluoride. Pada saat pH menurun, ion asam bereaksi

dengan fosfat pada saliva dan plak (atau kalkulus), sampai pH kritis

disosiasi Hidroxy apatite (HA) tercapai pada 5,5. Penurunan pH lebih

lanjut menghasilkan interaksi progresif antara ion asam dengan fosfat

pada HA menghasilkan kelarutan permukaan kristal parsial atau

penuh. Fluoride yang tersimpan dilepaskan pada proses ini dan

bereaksi dengan Ca2+ dan PO43- membentuk fluoroapatit

(Corvianindya, 2015).
11

5. Sumber fluor

Beberapa sumber fluor antara lain :

a. Fluor di lithosphere

Fluor merupakan elemen kimia yang bersifat paling

elektronegatif karena itu tidak pernah ditemukan di alam dalam

bentuk elemen bebas. Fluor hanya terdapat dalam bentuk ikatan

kimiawi. Fluor dalam batu dan tanah ditemukan dalam berbagai air

minum berupa zat fluorspar, kriolit, apatit, mika.

b. Fluor dalam air

Semua air mengandung fluor dalam konsentrasi yang berbeda-

beda sebagaian besar tersedia untuk manusia berkaitan dengan

siklus hidrologis, yang berarti bahwa air berasal dari air laut. Air

laut mempunyai kandungan fluor yang besar dengan konsentarasi

0,8-1,4 mg/liter. Kadar fluor air danau, sungai dan air sumur buatan

umumnya dibawah 0,5 mg/liter.

c. Fluor di udara

Fluor di udara berasal dari debu tanah yang mengandung

fluor dari limbah gas industri dari pembakaran batu bara domestik

dan dari gas yang dikelurkan dari daerah gunung berapi.

d. Fluor dalam garam

Sejumlah penelitian mengemukakan hasilnya bahwa garam

berfluor mempunyai pengaruh yang besar dalam menghambat

karies, sama dengan fluor dalam air minum bila digunakan pada
12

konsentrasi dan pemakaian yang tepat (Jaini, 2019).

e. Fluor dalam makanan dan minuman

Fluor didapat dari berbagai bahan makanan dan minuman,

kadar fluoride pada seafood sebesar 1mg/kg. sedikit pada buah,

sayuran, susu dan telur. Asupan fluoride secara alami diperkirakan

tidak lebih dari 1 mg/Liter sehingga tidak memiliki efek

samping terhadap kesehatan tubuh manusia (Puspitaningrum,

2018).

6. Kekurangan dan Kelebihan Fluor

a. Kekurangan

Kurangnya asupan fluor selama pertumbuhan tidak akan

mengubah perkembangan gigi tetapi dapat mengakibatkan

peningkatan kerentanan enamel terhadap serangan asam yang

dihasilkan bakteri asidogenik setelah gigi erupsi. Hal ini

menyebabkan struktur gigi mudah mengalami demineralisasi dan

terjadi karies.

b. Kelebihan

1) Fluorosis

Konsumsi fluor dengan konsentrasi melebihi batas optimal

dapat menyebabkan fluorosis pada gigi yang terlihat berwarna

seperti stain yang menutupi enamel atau pitting pada gigi.

Mekanismenya berupa hancurnya ameloblas dan timbulnya

bintik-bintik abnormal pada email. Pada fluorosis gigi


13

ditemukan kelainan gigi yang awalnya email yang tampak

berbintik-bintik, disebut mottled enamel. Bintik-bintik ini bisa

berwarna kuning atau coklat akibat permukaan email gigi yang

tidak sempurna. Istilah mottled enamel digunakan untuk

menggambarkan beberapa gejala dan akibat dari fluorosis gigi.

Fluor dengan dosis yang sama dapat menyebabkan tingkat

fluorosis gigi yang berbeda. Keparahan fluorosis gigi

tergantung pada waktu dan lamanya pemajanan fluor (Wayan,

2015).

Gambar II.1 Gigi yang mengalami Fluorosis


(Puspitaningrum , 2018)

2) Sistem gastrointestinal

Fluor yang dikonsumsi berlebih akan menghasilkan

hydrogen fluoride, kemudian akan bercampur dengan asam

hidroklorid dalam perut menyebabkan iritasi pada mukosa

lambung.

3) Organ reproduksi dapat mengurangi laktasi (Daniel, 2016).


14

B. Karies Gigi

1. Definisi karies gigi

Karies gigi adalah salah satu penyakit gigi dan mulut yang

paling sering ditemui di masyarakat yang merupakan penyakit infeksi

yang disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin yang erat

hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik. Terjadinya

karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang

terdapat pada golongan Streptoccocus dalam mulut yang secara

kolektif disebut Streptoccocus mutans. Indonesia menghadapi

tantangan yang berkaitan dengan status kesehatan gigi dan mulut yang

buruk pada anak-anak. Masalah ini berlanjut sampai usia remaja dan

dewasa, dimana lebih dari 70% mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan karies gigi (Suratri et al,. 2018).

2. Etiologi Karies Gigi

Beberapa hal yang dapat memengaruhi terjadinya karies gigi

pada manusia:

a. Keturunan

Suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan

gigi yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang

tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik.

Penelitian juga menunjukkan bahwa dari 46 pasang orang tua

dengan persentase karies yang tinggi, hanya satu pasang yang

memiliki anak dengan gigi yang baik, lima pasang dengan


15

persentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi, dengan

persentase karies yang tinggi. Akan tetapi, dengan teknik

pencegahan karies yang demikian maju pada akhir- akhir ini,

sebetulnya faktor keturunan dalam proses terjadinya karies tersebut

telah dapat dikurangi.

b. Ras

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit

ditentukan. Namun, keadaan tulang rahang suatu ras bangsa

mungkin berhubungan dengan persentase karies yang semakin

meningkat atau menurun. Misalnya, pada ras tertentu dengan

rahang yang sempit sehingga gigi geligi pada rahang sering tumbuh

tidak teratur. Dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan

mempersukar pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi

persentase karies pada ras tersebut.

c. Usia

Sepanjang hidup dikenal tiga fase umur dilihat dari sudut gigi-

geligi.

1) Periode gigi campuran, di sini molar satu paling sering terkena

karies.

2) Periode pubertas (remaja) usia antara 14-20 tahun. Pada

masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat

menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut

menjadi kurang terjaga. Hal inilah yang menyebabkan


16

persentase karies lebih tinggi.

3) Usia antara 40-50 tahun. Pada usia ini sudah terjadi

retraksi atau menurunnya gusi dan papil sehingga sisa-sisa

makanan sering lebih sukar dibersihkan.

d. Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh

ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1) Isi dari makanan yang menghasilkan energi. Misalnya,

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral.

Unsur-unsur tersebut berpengaruh pada masa pra erupsi serta

pasca erupsi dari gigi geligi.

2) Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makanan yang

bersifat membersihkan gigi, yaitu makanan yang merupakan

penggosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan

gigi. Makanan bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu

air, bengkoang, dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan-

makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi,

seperti, permen, coklat, biskuit, dan lain sebagainya.

Sejak tahun 1901, Rigolet telah menemukan bahwa pasien

dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,

misalnya karena aprialismus, terapi radiasi kanker ganas, dan

xerostomia memiliki persentase karies gigi yang semakin

meninggi. Sering juga ditemukan pasien balita berumur dua


17

tahun dengan kerusakan atau karies pada seluruh giginya

karena aplasia kelenjar parotis.

Akhir-akhir ini penelitian terhadap plak lebih intensif dilakukan

untuk mencegah karies gigi. Plak terbentuk dari campuran antara

bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut,

leukosit, limposit, dan sisa-sisa makanan, serta bakteri. Plak ini

mula-mula berbentuk agak cair yang lama kelamaan menjadi kelat,

tempat bertumbuhnya bakteri (Rizkia, 2016).

Faktor resiko di dalam mulut yang langsung berhubungan

dengan karies. Ada 4 faktor yang berinteraksi :

a. Gigi

Kawasan-kawasan gigi yang memudahkan peletakan

plak sehingga menyebabkan karies yaitu :

a) Pit dan Fisur pada permukaan oklusal molar dan

premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisif.

b) Permukaan harus didaerah aproksimal sedikit dibawah

titik kontak.

c) Email pada tepisan di daerah leher gigi sedikit diatas tepi

gingival.

d) Permukaan akar yang terbuka merupakan daerah tempat

melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingival

karena penyakit periodentium.

e) Tepi tumpatan terutama yang kurang menempel.


18

f) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan

jembatan.

b. Mikroorganisme

Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak

merupakan syarat utama bagi terbentuknya karies. Pada gigi-

gigi yang belum erupsi dan belum berhubungan dengan flora

mulut tidak terbentuk karies, tetapi begitu gigi-gigi tersebut

erupsi dapat terserang karies. Jenis bakteri yang dapat

menimbulkan karies yaitu Streptococcus mutans, beberapa

jenis Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis,

Streptococcus miller, dan banyak Lactobacillus serta beberapa

spesies Actinomyces.

Streptococcus berperan dalam proses awal karies yaitu

lebih dahulu merusak lapisan luar gigi. Selanjutnya

lactobacillus mengambil alih peranan itu pada karies yang

lebih dalam dan lebih merusak gigi. Plak gigi adalah media

lunak nonmineral yang menempel erat di permukaan gigi.

Proses pembentukan plak beberapa menit setelah gigi bersih,

akan terbentuk pelikel yang menempel pada permukaan gigi.

Setelah 24 jam terbentuk koloni mikroorganisme di pelikel.

Pelikel dan plak tidak bisa dilihat dengan mata hanya bisa

dilihat dengan bahan pewarna (disclosing solution). Bila plak

tebal dan jelas terlihat disebut Debris. Debris lebih banyak


19

mengandung sisa makanan sedangkan plak lebih banyak

kandungan mikroorganismenya. Adanya plak atau debris yang

terdapat di permukaan gigi dipakai sebagai indikator

kebersihan gigi dan mulut.

c. Substrat (sisa makanan)

Pembentukan plak yang sangat cepat terjadi pada

pemberian makanan lewat mulut. Sebagian dari makanan yang

diberikan menggabungkan diri dan cocok sebagai substrak

bakteri plak. Substrat dari makanan, kebalikannya dari air

ludah hanya dijumpai beberapa saat setiap hari, tetapi pada

konsentrasi tinggi polisakarida disintesis di dalam plak dan

asam dalam jumlah besar dibentuk dari gula. Salama periode

penyediaan makanan terjadi seleksi yang menyimpang,

penggunaan gula 11 berkali-kali menambah pertumbuhan plak

dan menambah jumlah streptococcus mutans didalamnya.

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman

yang dimakan sehari-hari yang menempel dipermukaan gigi.

Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak dan

protein. Pada dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan gigi saat pembentukan

matriks email dan kalsifikasi. Nutrisi berperan dalam

membentuk kembali jaringan mulut dan membentuk daya

tahan terhadap infeksi juga karies. Nutrisi berhubungan dengan


20

pertumbuhan dan perkembangan gigi dalam struktur, ukuran,

komposisi, erupsi dan ketahanan gigi terhadap karies.

d. Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali

mineral selama berlangsung proses karies, menandakan

bahwa proses karies tersebut terjadi atas periode perusakan dan

perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada

di dalam lengkungan gigi maka karies tidak menghancurkan

dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau

tahunan. Karies merupakan penyakit kronis , kerusakan

berjalan dalam periode bulan atau tahun. Rata– rata kecepatan

karies gigi tetap yang diamati di klinik adalah ± 6 bulan

(Made, 2016).

3. Gambaran Klinis dan Gejala Karies

Tanda awal dari karies adalah white spot pada permukaan gigi,

menunjukkan daerah yang mengalami demineralisasi enamel. Jika

demineralisasi berlanjut, maka akan berubah menjadi warna kecoklatan

dan mulai berlubang. Sebuah brown spot merubah dan selanjutnya

terjadi kerusakan pada enamel atau dentin. Jika lubang terbentuk pada

enamel dan tubulus dentin terpapar, maka akan menyentuh saraf gigi

dan menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit bertambah parah jika terkena

panas, dingin atau makanan dan minuman manis. Karies juga dapat

menyebabkan infeksi di sekitar gigi yang terkena karies (Diajeng,


21

2016).

4. Mekanisme Karies Gigi

Sukrosa atau gula dari sisa makanan dan bakteri berproses

menempel pada waktu tertentu Bakteri endogen (sebagian besar

Streptococcus mutans yaitu Streptococcus mutans dan Streptococcus

sobrinus, serta Lactobacillus spp) dalam plak menghasilkan asam

organik lemah sebagai produk dari metabolisme karbohidrat.

Streptococcus mutans dan Lactobacillus merupakan kuman yang

kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang

dapat diragikan. Asam ini menyebabkan nilai pH local jatuh di bawah

nilai kritis yang mengakibatkan demineralisasi jaringan gigi. Jika difusi

kalsium, fosfat, dan karbonat dari gigi ini dibiarkan berlanjut, kavitasi

pada akhirnya akan terjadi.

Demineralisasi dapat diatasi pada tahap awal melalui penyerapan

kalsium, fosfat, dan fluor. Fluor bertindak sebagai katalis untuk

difusi kalsium dan fosfat dalam gigi, yang meremineralisasi struktur

kristal dalam lesi. Permukaan Kristal dibangun kembali, terdiri dari

hidroksiapatit ber fluoride, sehingga jauh lebih tahan terhadap

serangan asam daripada struktur aslinya. Enzim bakterial juga dapat

terlibat dalam perkembangan karies. Proses karies dimulai dari

permukaan gigi (pit, fisur dan daerah interproksimal) meluas kea rah

pulpa (Diajeng, 2016).


22

C. Pola Konsumsi Masyarakat

Pola konsumsi makanan terdiri dari keragaman, tingkat keragaman,

jumlah dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi oleh sekelompok

orang. Selain infrastruktur daerah, faktor yang diduga kuat berpengaruh

pada pola pangan adalah tipe wilayah yang erat kaitannya dengan potensi

wilayah tersebut dalam menyediakan bahan makanan secara alami bagi

penduduknya. Ketersediaan aneka ragam pangan banyak ditentukan oleh

kondisi geografis (termasuk topografis) wilayah karena akan berpengaruh

pada jumlah dan jenis pangan yang dapat dihasilkan oleh wilayah tersebut

(Hamidah, 2016).

Dilihat dari keadaan geografis dan sumberdaya perairan,

diduga masyarakat di daerah pantai yang sebagian besar adalah nelayan

akan lebih banyak mengonsumsi makanan sumber protein hewani yang

berasal dari laut seperti ikan, kerang dan sejenisnya. Masyarakat di daerah

non pesisir sebagian besar adalah petani sawah atau lading sehingga akan

cenderung lebih banyak mengonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat

dan sumber protein nabati. Masyarakat di daerah non pesisir akan cenderung

lebih banyak mengonsumsi bahan pangan yang berasal dari ternak kecil,

seperti unggas dan sejenisnya (Hamidah, 2016).

Ikan laut yang banyak dikonsumsi masyarakat pesisir memiliki

kandungan mineral contohnya fluor. Adanya fluor yang diikat email gigi

menyebabkan proses remineralisasi pada gigi yang lebih cepat sehingga

dapat menekan angka karies. Mineral dalam ikan mengandung banyak


23

mineral termasuk magnesium, phosphor, iodium, fluoride, iron, copper, zinc

dan selenium. Ikan mengandung fluor yang bermanfaat bagi kesehatan gigi.

Seseorang yang cukup mendapat fluor di dalam makanannya giginyalebih

sehat. Kadar fluor yang paling tinggi dimiliki oleh ikan laut, misalnya kadar

fluor pada udang 63,73 mg/kg dan kandungan fluor pada ikan laut rata-rata

0,1-5,0 mg/kg (Aji, 2018).

Sayuran dan buah-buahan biasanya memiliki tingkat kandungan

fluoride yang rendah. Konsentrasi tingkat kandungan fluoride dalam

sayuran dan buah- buahan berkisar 0,1-0,4 mg/kg, dengan demikian sayuran

dan buah-buahan memberi paparan kandungan yang sedikit. Secara umum

tingkat konsentrasi fluoride dalam daging relatif rendah 0,2-1,0 mg/kg. Susu

memiliki kandungan fluoride, kandungan fluoride dalam susu yaitu 0,02

mg/L sehingga susu memiliki kandungan fluoride yang rendah (Agus,

2015).
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

24
25

B. Keterangan Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep yang saya buat, Pengaruh fluor terhadap karies

pada dua wilayah yang berbeda yaitu wilayah di pesisir dan non pesisir.

Wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan.

Fluor dalam air memiliki kadar yang berbeda – beda sesuai dengan letak

geografis sumber air tanah, Sumber air tanah yang berasal dari sekitar air

laut memiliki kandungan fluor yang lebih banyak. Sehingga dapat dikatakan

wilayah pesisir memiliki sumber air yang lebih tinggi daripada wilayah non

pesisir. fluor akan memberikan manfaat pada gigi apabila pada batas

tertentu. Normalnya penggunaan fluor adalah 0,6 – 1,5 ppm.

Gigi tersusun dari kristal hydroksiapatit apabila terpapar dengan

kandungan fluor maka akan membentu senyawa flourohydroksiapatit yang

dapat mengurangi daya kelarutan sehingga meningkatkan resistensi enamel.

Fluor juga diserap oleh permukaan kristal gigi yang mengalami

demineralisasi sehingga dapat meningkatkan remineralisasi. Pada kondisi

tersebut maka akan menghambat aktivitas bakteri yaitu dengan mengurangi

tempat berkembangbiaknya bakteri yang sangat berperan dalam timbulnya

karies gigi.

Fluor tidak hanya bersumber dari air namun juga dapat ditemukan

dalam makanan yang dikonsumsi masyarakat. Ketersediaan pangan

ditentukan oleh letak geografis. Penduduk wilayah pesisir mayoritas lebih

banyak mengkonsumsi sumber daya alam dari laut seperti ikan karena rata –

rata mata pencaharian nya sebagai nelayan sedangkan wilayah non pesisir
26

mayoritas lebih banyak mengkonsumsi sumber daya alam jenis nabati

karena sumber daya alam jenis nabati lebih mudah didapatkan. Ikan laut

yang banyak dikonsumsi masyarakat pesisir memiliki kandungan fluor yang

tinggi daripada kandungan fluor yang terdapat pada produk nabati sehingga

angka karies pada wilayah di pesisir lebih rendah daripada non pesisir.

C. Hipotesis

Ada perbedaan keadaan karies berdasarkan konsentrasi fluor air

berbeda pada kelompok masyarakat pesisir dan non pesisir.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Literatur Review

(LR). Literatur review merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mereview penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang akan

diteliti. Literatur review merupakan cara yang dipakai untuk

mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada suatu topik

tertentu yang bisa didapat dari sumber berbagai sumber seperti jurnal,

buku, internet dan lain sebagainya.

Penelitian ini tergolong pula dalam penelitian kuantitatif deskriptif.

Metode kuantitatif deskriptif adalah metode untuk menggambarkan suatu

fenomena secara jelas, obyektif, sistematis, analisis dan kritis mengenai

perbedaa keadaan karies gigi berdasarkan konsentrasi fluor air berbeda

pada kelompok masyarakat pesisir dan non pesisir. Pendekatan kwantitatif

dimaksudkan dalam penelitian ini dikumpulkan data-data yang

dibutuhkan, kemudian dilakukan klarifikasi dan deskripsi untuk

menerangkan atau menarik kesimpulan terhadap topik yang dibahas.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ada 20 jurnal

27
28

merujuk sebagai literatur dengan keywords caries, remineralisasi,

fluorapatite, dan demografi.

2. Sampel penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah artikel

ilmiah yang merujuk sebagai literatur dengan keywords caries,

remineralisasi, fluorapatite dan demografi. Berdasarkan karakteristik

populasi yang sudah diketahui sebelumnya yaitu telah disebutkan dalam

kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini :

a. Kriteria Inklusi adalah sebagai berikut :

1) Sumber data penelitian ini adalah berupa data sekunder yang

diambil dari penelitian sebelumnya yang terkait.

2) Sumber data merupakan naskah berbentuk jurnal.

3) Sumber data mengandung topik mengenai unit analisis yaitu kajian

mengenai fluor, karies, dan karakteristik wilayah (demografi).

4) Sumber data dapat diakses secara full text.

b. Kriterial eksklusi adalah sebagai berikut :

1) Jurnal dengan judul selain tentang caries, remineralisasi,

fluorapatite dan demografi pesisir non pesisir.

2) Buku dan artikel dengan judul selain tentang caries, remineralisasi,

fluorapatite dan demografi pesisir non pesisir.

3) Jurnal tidak dalam bentuk full text (tidak dapat diakses secara

penuh).

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, maka sampel penelitian


29

ditetapkan sebanyak 5 jurnal sebagai berikut.

Tabel IV. 1 Sampel Penelitian

No Penulis Judul Tahun Sumber


1. Wina Perbedaan OHI-S 2014 E-jurnal Pustaka
DMF-T dan def-t Pada Kesehatan, Vol. 2. No.
Siswa Sekolah Dasar 1
Berdasarkan Letak
Geografis di Kabupaten
Situbondo
2. Iswanto Lidia Profil Status Karies 2016 Jurnal E-GiGi (eG).
Pada Anak Usia 13-15 Volume 4 no 2.
Tahun dan Kadar Fluor
Air Sumur di Daerah
Pesisir Pantai dan
Daerah Pegunungan
3. Astrid, Sandi Perbedaan kekerasan 2018 Odonto Dental
dan Eko permukaan enamel gigi Journal. Vol 5 nomor
desidui terhadap pola 1 Juli 2018. Program
konsumsi ikan laut Pendidikan Dokter
Studi Pada Anak Usia 5 Gigi Fakultas
– 7 Tahun di Desa Kedokteran Gigi
Teluk Awur dan Desa Universitas Islam
Jlegong Kabupaten Sultan Agung
Jepara
4. Diyah Ayu, Hubungan Antara 2019 Dentin, Vol III. No 2.
Isnur Hatta, Kadar Fluor Air Tanah
Sherli Diana dengan Indeks DMF-T
di Daerah Pesisir
5. Rusdiana Gambaran Kadar 2019 Jurnal Riset
Sitti PD Fluorida Dalam Air Kesehatan Vol 9. No.
Minum dan Skor DMF- 1
T Anak 12 Tahun di
Sungai Pedado
Palembang

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan teknik purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian

sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian sesuai


30

dengan yang dikehendaki oleh peneliti, sehingga sampel dianggap

mampu mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui

sebelumnya (Nursalam, 2013).

C. Unit Analisis

Unit analisis merupakan satuan yang diteliti dan biasanya berupa

individu, kelompok benda atau suatu latar peristiwa social seperti aktivitas

individu atau kelompok sebagai subyek penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Unit analisis dalam penelitian ini adalah:

1. Karies Gigi

Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan

kalsifikasi yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses

dekalsifikasi lapisan enamel gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik

secara enzimatis sehingga terbentuk kavitas (lubang) yang bila

didiamkan akan menembus enamel serta dentin dan dapat mengenai

bagian pulpa (Dorland, 2010).

2. Fluor

Fluor merupakan elemen kimia yang bersifat sangat elektronegatif di

antara semua elemen-elemen kimia. Oleh karena itu tidak pernah

ditemukan dalam bentuk elemen bebas. Pada umumnya bersama-sama

dengan elemen lain dalam bentuk garam-garam fluor seperti antara lain

calcium fluoride (Putri, 2011).


31

3. Perbedaan Kadar Fluor pada Pesisir dan Non Pesisir

Kandungan fluor dalam air tanah di sekitar laut akan meningkat,

sehingga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut akan mendapat

intake fluor lebih banyak dari air minum yang mereka konsumsi.

Konsumsi fluor dalam air minum mempengaruhi keadaan enamel gigi

apabila dalam jumlah yang ideal dapat menghambat proses

demineralisasi (pembentukan karies gigi) sedangkan dalam jumlah besar

menimbulkan fluorosis (Sumiok et al,. 2015).

D. Sumber Data dan Prosedur Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dengan pendekatan literature

review berasal dari tinjauan literature yaitu buku, artikel ilmiah maupun

sumber data lainnya yang dapat membantu peneliti untuk mendapat

data yang relevan. Sumber sekunder adalah referensi-referensi

pendukung dan pelengkap bagi sumber primer.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode

pengumpulan data dengan mencari atau menggali data dari literature

yang terkait dengan apa yang dimaksud dalam rumusan masalah. Data-

data yang telah didapatkan dari berbagai literatur dikumpulkan sebagai

suatu kesatuan dokumen yang digunakan untuk menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan.


32

E. Analisis Data

Analisis data yang dapat dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode studi pustaka atau literature review pada penelitian

ini yaitu dengan cara melakukan sintesa fakta menurut karakteristik data

pada sumber data yang digunakan, dimana fakta yang ditemukan tersebut

terkait dengan unit analisis dalam penelitian ini. Kemudian fakta yang

ditemukan tersebut disajikan dalam bentuk narasi deskriptif untuk

menjawab hipotesis.
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Identitas Sumber Data

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian literatur review. Literatur

review merupakan penelitian yang bertujuan untuk mereview penelitian-

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti

(Nursalam, 2013). Sumber data yang digunakan pada penelitian dengan

pendekatan literatur review berasal dari tinjauan literatur jurnal yang dapat

membantu peneliti untuk mendapatkan data yang relevan. Identitas sumber

data yang digunakan pada hasil penelitian dengan pendekatan literature

review diuraikan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel V. 1 Karakteristik Sumber Data

No Sumber Data Dokumentasi


1 Jurnal E-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 2. No. 1 /
Dipublikasikan pada Tahun 2014 / Perbedaan
OHI-S DMF-T dan def-t pada Siswa Sekolah
Dasar Berdasarkan Letak Geografis di
Kabupaten Situbondo / Diakses pada bulan
Januari 2014
2 Jurnal Jurnal e-GiGi (eG), Vol. 4 No. 2 /
Dipublikasikan pada tahum 2016 / Profil
Status Karies pada Anak Usia 13-15 Tahun
dan Kadar Fluor Air Sumur di Daerah Pesisir
Pantai dan Daerah Pegunungan / Diakses pada
bulan Desember 2016
3 Jurnal ODONTO Dental Journal. Volume 5. Nomor
1 / Dipublikasikan Pada Tahun 2018 /
Perbedaan Kekerasan Permukaan Enamel Gigi
Desidui Terhadap Pola Konsumsi Ikan Laut

33
34

No Sumber Data Dokumentasi


Studi Pada anak USia 5 – 7 Tahun di Desa
Teluk Awur dan Desa Jlegong Kabupaten
Jepara / Diakses pada Bulan Desember 2018.
4 Jurnal Dentin (Jur. Ked. Gigi), Vol III. No. 2 /
Dipublikasikan pada Tahun 2019 / Hubungan
Antara Kadar Fluor Air Tanah dengan Indeks
DMF-T di Daerah Pesisir / Diakses pada
Bulan Agustus 2019
5 Jurnal Jurnal Riset Kesehatan Vol 9. No. 1 /
Dipublikasikan pada Tahun 2019 / Gambaran
Kadar Fluorida Dalam Air Minum dan Skor
DMF-T Anak 12 Tahun di Sungai Pedado
Palembang / Diakses pada Bulan Oktober
2019

Tabel V. 2 Karakteristik Masing-Masing Sumber Data

Judul Tujuan Metode Hasil


Penulis Sampel Variabel
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Wina Dwi Perbedaan Untuk Jumlah Def-t, Observasional Berdasarkan
Oktavia, OHI-S mengetahui sampel 450 DMF-T, analitik hasil
Niken DMF-T dan perbedaan orang dengan OHI-S dengan penelitian
Probosari, def-t Pada O-HIS, perincian metode didapatkan
Sulistiyani Siswa DMF-T dan wilayah pendekatan bahwa
Sekolah def-t pada pantai 320 cross terdapat
Dasar siswar SD dataran sectional perbedaan
Berdasarkan berdasarkan rendah 90 dengan nilai DMF-T
Letak letak siswa dan Teknik yaitu
Geografis di geografis di perbukitan 40 purposive wilayah
Kabupaten Kabupaten siswa dengan sampling. pantai lebih
Situbondo Situbondo kriteria siswa baik
yaitu di berumur 6 – daripada
wilayah 12 tahun dan wilayah
pantai, telah dataran
dataran bertempat rendah dan
rendah, dan tinggal di perbukitan
perbukitan. wilayah sedangkan
tersebut nilai def-t
35

Judul Tujuan Metode Hasil


Penulis Sampel Variabel
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
minimal 5 menunjukka
tahun. n wilayah
pantai 1,20;
dataran
rendah 1,61;
dan
perbukitan
1,32
sehingga
semua hasil
rata-rata di
kategorikan
sama yaitu
remdah.
Iswanto Profil Status Untuk Sampel dalam Karies Jenis Status karies
Lidia Karies pada mengetahui penelitian ini dan fluor penelitian daerah
Anak Usia perbedaan yaitu anak air deskriptif pegunungan
13-15 status karies usia 13-15 dengan desain berdasarkan
Tahun dan gigi pada orang. Jumlah potong pemeriksaan
Kadar Fluor anak usia 13- sampel lintang. indeks
Air Sumur 15 tahun dan sebesar 30 Pengambilan DMF-T
di Daerah kadar fluor siswa di Desa sampel sebesar 6,2
Pesisir air sumur di Lihunu dan dengan dengan
Pantai dan daerah 30 siswa di menggunakan status karies
Daerah pesisir pantai Desa Rurukan metode tinggi
Pegunungan dan di purposive non sedangkan
daerah probability status karies
pegunungan sampling di daerah
pesisir
berdasarkan
pemeriksaan
indeks
DMF-T
sebesar 2,5
dengan
status karies
rendah.
Astrid Perbedaan untuk 14 gigi Enamel Analitik Berdasarkan
36

Judul Tujuan Metode Hasil


Penulis Sampel Variabel
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Nurlaila Kekerasna mengetahui desidui gigi eksperimental penelitian
Noviasari, Permukaan perbedaan anterior laboratorium yang telah
Sandy enamel Gigi pola bawah yang dengan post dilakukan
Christiono, Desidui konsumsi telah di cabut test only menunjukka
Eko Terhadap ikan usia 5 – 7 control desain n bahwa
Hadianto Pola terhadap tahun antara kekerasan
Konsumsi kekerasan pesisir dan gigi decidui
Ikan Laut email gigi non pesisir yang
Laut Studi sulung di kabupaten mengkonsu
Pada anak Desa Teluk Jepara. msi ikan laut
USia 5 – 7 Awur dan pada desa
Tahun di Desa telukawur
Desa Teluk Jlegong lebih keras
Awur dan Kabupaten daripada
Desa Jepara desa jlegong
Jlegong kabupaten
Kabupaten Jepara
Jepara
Diyah Ayu Hubungan Menganalisis Sampel Variable Penelitian Terdapat
Rizki Antara hubungan sebanyak 73 dalam observasional hubungan
Tiara Defi, Kadar Fluor antara kadar siswa yang penelitian analitik antara kadar
Isnur Air Tanah fluor air terdiri dari fluor air dengan fluor air
Hatta, dengan tanah dengan siswa kelas tanah dan menggunakan tanah
Sherli Indeks indeks VII, VIII, IX karies metode cross dengan
Diana DMF-T di DMF-T di sectional indeks
Daerah daerah DMF-T di
Pesisir pesisir pada daerah
siswa SMP pesisir pada
Negeri 3 siswa SMP
Kurau Desa Negeri 3
Sungai Kurau Desa
Rasau Sungai
Kecamatan Rasau
Bumi Kecamatan
Makmur Bumi
Kabupaten Makmur
Tanah Laut Kabupaten
Tanah Laut
37

Judul Tujuan Metode Hasil


Penulis Sampel Variabel
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Rusdiana Gambaran mengetahui Sampel Fluor Penelitian Hasil
Sitti Puspa Kadar gambaran diambil dari pada air deksriptif penelitian
Dewi Fluorida kadar 36 orang anak dan menggunakan menunjukka
Dalam Air fluorida berusia 12 karies metode cross n bahwa
Minum dan dalam air tahun. Sampel gigi sectional karies gigi
Skor DMF- minum dan air minum pada anak
T anak 12 skor DMF-T diambil dari usia 12
Tahun di anak usia 12 empat titik tahun
Sungai tahun di lokasi yang memiliki
Pedado Sungai berbeda yang DMF-T 5,49
Palembang Pedado kemudian dan rata-rata
kandungan kadar
fluorida fluorida
dalam air yang
minumnya di terdapat
ukur dalam air
menggunakan minum
spektrofotome adalah <0,05
tri ppm.

B. Analisis Sumber Data

1. Jurnal 1

Pada jurnal pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wina Dwi

Oktavia, Niken Probosari, Sulistiyani pada tahun 2014 dengan judul

Perbedaan OHI-S DMF-T dan def-t Pada Siswa Sekolah Dasar

Berdasarkan Letak Geografis di Kabupaten Situbondo adapun hasil dari

analisis penelitian tersebut, sebagai berikut :


38

Tabel V .3 Hasil perhitungan rata-rata DMF-T dan def-t pada siswa SD di


wilayah pantai, dataran rendah dan perbukitan Kabupaten Situbondo

Wilayah Jumlah DMF-T Rata-rata def-t Rata-rata


Sampel DMF-T def-t
Pantai 320 179 0.56 384 1.2
Dat. Rendah 90 88 0.97 145 1.61
Perbukitan 40 48 1.2 53 1.32

Pada tabel V .3 didapatkan bahwa ketiga wilayah tersebut memiliki

perbedaan rata-rata DMF-T. Rata-rata DMF-T untuk wilayah

perbukitan yaitu 1,20 lebih tinggi dibandingkan dengan dataran rendah

yaitu 0,97 dan pantai yaitu 0,56. Hasil rata-rata DMF-T ini dapat

dikategorikan rata-rata DMF-T untuk siswa SD di wilayah dataran

rendah dan pantai sangat rendah sedangkan rata-rata DMF-T siswa SD

di wilayah perbukitan rendah. Nilai rata-rata def-t tidak memiliki

perbedaan karena rata-rata def-t untuk siswa SD di wilayah pantai,

dataran rendah dan perbukitan memiliki selisih nilai rata-rata yang

tidak begitu besar, yaitu wilayah pantai 1,20, dataran rendah 1,61 dan

perbukitan 1,32 sehingga semua hasil rata-rata def-t ini dapat

dikategorikan sama yaitu rendah.

Grafik V. 1 Hasil perhitungan rata-rata DMF-T pada siswa SD di

wilayah pantai, dataran rendah dan perbukitan mengetahui perbedaan

karies gigi dengan menggunakan indeks DMF-T berdasarkan letak

geografis di Kabupaten Situbondo yaitu di wilayah pantai, dataran

rendah dan perbukitan pada Januari, 2014 di Sekolah Dasar di wilayah

pantai, dataran rendah dan perbukitan.


39

Grafik V. 1 Hasil perhitungan rata-rata DMF-T

Pada grafik V .1 rata-rata DMF-T untuk wilayah perbukitan yaitu

1,2 lebih tinggi dibandingkan dengan dataran rendah yaitu 0,97 dan

pantai yaitu 0,56. Hasil rata-rata DMF-T ini dapat dikategorikan rata-

rata DMF-T untuk siswa SD di wilayah dataran rendah dan pantai

sangat rendah sedangkan rata-rata DMF-T siswa SD di wilayah

perbukitan rendah.

Grafik V. 2 Hasil perhitungan rata-rata def-t pada siswa SD di

wilayah pantai, dataran rendah dan perbukitan mengetahui perbedaan

karies gigi dengan menggunakan indeks def-t berdasarkan letak

geografis di Kabupaten Situbondo yaitu di wilayah pantai, dataran

rendah dan perbukitan pada Januari, 2014 di Sekolah Dasar di wilayah

pantai, dataran rendah dan perbukitan.


40

Grafik V. 2 Hasil perhitungan rata-rata def-t

Pada grafik V .2 didapatkan Nilai rata-rata def-t tidak memiliki

perbedaan karena rata-rata def-t untuk siswa SD di wilayah pantai,

dataran rendah dan perbukitan memiliki selisih nilai rata-rata yang

tidak begitu besar, yaitu wilayah pantai 1,20, dataran rendah 1,61 dan

perbukitan 1,32 sehingga semua hasil rata-rata def-t ini dapat

dikategorikan sama yaitu rendah.

2. Jurnal 2

Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Iswanto Lidia pada

tahun 2016 dengan judul Profil Status Karies pad Anak USia 13-15

Tahun dan Kadar Fluor Air Sumur di daerah Pesisir Pantai dan Daerah

Pegunungan adapun hasil dari analisis penelitian tersebut, sebagai

berikut :
41

Tabel V .4 Distribusi DMF-T responden berdasarkan letak geografis

Indeks
Jenis Komponen Indeks DMF-T Kategori
N DMF-T
Geografis
D M F DMF-T
Pegunungan 30 182 4 0 186 6,2 Tinggi
Pesisir Pantai 30 73 2 0 75 2,5 Rendah

Tabel V .4 menunjukan bahwa, responden dengan letak geografis

di daerah pegunungan memiliki rata-rata indeks DMF-T sebesar 6,2 dan

termasuk dalam kategori tinggi. Responden dengan letak geografis di

daerah pesisir pantai memiliki indeks DMF-T lebih rendah yaitu

sebesar 2,5 dan termasuk dalam kategori rendah, fluor air termasuk

dalam kategori sangat rendah.

Tabel V .5 Rata-rata DMF-T dan kadar fluor air di daerah pesisir pantai
dan daerah pegunungan

Retata DMF- Rerata kadar


Daerah N DMF-T
T flour (ppm)
Lihunu 30 75 2,5 0,25
Rurukan 30 186 6,2 0,28

Tabel V .5 Menunjukkan bahwa kedua daerah tersebut memiliki

perbedaan rata-rata DMF-T. Daerah pesisir pantai memiliki rata-rata

DMF-T sebesar 2,5 lebih rendah bila dibandingan daerah pegunungan

yaitu memiliki rata-rata DMF-T sebesar 6,2. Rata-rata kadar fluor

daerah pesisir pantai yaitu sebesar 0,25 ppm lebih rendah bila

dibandingkan dengan daerah pegunungan yang memiliki rata-rata kadar

fluor sebesar 0,28 ppm.


42

Grafik V .3 Rata-rata DMF-T kadar fluor air di daerah pesisir

pantai dan daerah pegunungan mengetahui perbedaan status karies gigi

pada anak usia 13-15 tahun dan kadar fluor air sumur dan kadar fluor

air sumur di daerah pesisir pantai dan di daerah pegunungan pada bulan

Juli – Desember tahun 2016 di Daerah pesisir pantai Desa Lihunu

Kecamatan Likupang Timur dan di daerah pegunungan Desa Rurukan

Kecamatan Tomohon Timur.

Grafik V .3 Rata-rata DMF-T kadar fluor air di daerah pesisir pantai dan
daerah pegunungan

Menunjukkan bahwa kedua daerah tersebut memiliki perbedaan

rata-rata DMF-T. Daerah pesisir pantai memiliki rata-rata DMF-T

sebesar 2,5 lebih rendah bila dibandingan daerah pegunungan yaitu

memiliki rata-rata DMF-T sebesar 6,2.


43

Rata-rata kadar fluor daerah pesisir pantai yaitu sebesar 0,25 ppm

lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah pegunungan yang

memiliki rata-rata kadar fluor sebesar 0,28 ppm.

3. Jurnal 3

Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Astrid Nurlaila

Noviasari, Sandy Christiono, Eko Hadianto pada tahun 2018 dengan

judul Perbedaan Kekerasan Permukaan Enamel Gigi Desidui Terhadap

Pola Konsumsi Ikan Laut Studi pada Anak Usia 5-7 Tahun di Desa

Teluk Awur dan Desa Jlegong Kabupaten Jepara adapun hasil dari

analisis penelitian tersebut, sebagai berikut :

Tabel V .6 Nilai rata-rata kekerasan enamel

Kelompok Rata-rata Standar deviasi


Pesisir 1009,91 1301,08
Non Pesisir 691,31 235,63

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa

rata – rata kekerasan enamel pada daerah pesisir di desa Teluk Awur
44

lebih keras yaitu 1009,91 VHN dibandingkan dengan daerah non pesisir

di desa Jlegong yaitu 691,31 VHN. Hal ini disebabkan karena adanya

perbedaan pola konsumsi ikan terhadap kekerasan enamel gigi desidui

usia (5-7 tahun) antara pesisir dan non pesisir di Kabupaten Jepara.

Grafik V. 4 Mengetahui perbedaan kekerasan enamel gigi desidui

terhadap pola konsumsi ikan laut pada bulan Juli tahun 2018 di Desa

Teluk Awur dan Desa Desa Jlegong Kabupaten Jepara.

Grafik V. 4 Nilai rata-rata kekerasan enamel

Pada grafik V .4 rata – rata kekerasan enamel pada daerah pesisir di

desa Teluk Awur lebih keras yaitu 1009,91 VHN dibandingkan dengan

daerah non pesisir di desa Jlegong yaitu 691,31 VHN.

4. Jurnal 4

Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Diyah Ayu Rizki Tiara

Defi, Isnur Hatta, Sherli Diana pada tahun 2019 dengan judul

Hubungan Antara Kadar Fluor Air Tanah dengan Indeks DMF-T di


45

Daerah Pesisir adapun hasil dari analisis penelitian tersebut, sebagai

berikut :

Tabel V .7 Uji korelasi spearman Hubungan Kadar Fluor dengan Indeks


DMF-T di Daerah Pesisir.

Variabel Sig Koefisien Mean + SD


Korealiasi
Indeks DMF-T 0,000 -.625** 1.99+1.1
Kadar Flour 0,000 -,625** 0.3+0.4

Pada uji Spearman didapatkan nilai signifikansi 0,000; artinya

(p<0,05), terdapat hubungan yang bermakna antara kadar fluor air tanah

dengan indeks DMF- T siswa yang menggosok gigi menggunakan air

tanah. Berdasarkan hasil uji statistik Spearman menunjukkan koefisien

korelasi -0,625 artinya korelasi negatif atau berbalik arah, serta

memiliki hubungan yang kuat antara kadar fluor air tanah dengan

indeks DMF-T di daerah pesisir. Rata-rata indeks DMF-T di SMP

Negeri 3 Kurau yaitu 1,98 termasuk kategori rendah yang terdiri dari

kelompok siswa pengguna air sumur bor 5 termasuk kategori sangat

rendah yaitu 0,3; kategori rendah terdapat pada kelompok siswa

pengguna air sumur bor 1 yaitu 2,4; kelompok siswa pengguna air

sumur bor 2 yaitu 2,2; kelompok siswa pengguna air sumur bor 3 yaitu

1,4; kelompok siswa pengguna air sumur bor 4 yaitu 2,6; dan kelompok

siswa pengguna air sumur bor 6 yaitu 2,1; kategori sedang yaitu

kelompok siswa pengguna air sumur bor 7 yaitu 4,3; kelompok siswa
46

pengguna air sumur bor 8 yaitu 3,2; dan kelompok siswa pengguna air

sumur bor 9 yaitu 2,8.

Grafik V. 5 Kategori Indeks DMF-T

Pada grafik V. 5 rata – rata indeks DMF-T pada daerah pesisir di

SMP Negeri 3 Kurau termasuk kategori rendah. Terdiri dari kelompok

siswa dengan indeks sangat rendah yaitu pengguna sumur bor 5; indeks

rendah yaitu pengguna sumur bor 1, 2, 3, 4 dan 6; indeks sedang yaitu

pengguna sumur bor 7, 8, dan 9.

5. Jurnal 5

Pada jurnal penelitian yang dilakukan oleh Rusdiana siti puspa

dewi pada tahun 2019 yang berjudul Gambaran Kadar Fluorida Dalam

Air Minum dan Skor DMF-T anak 12 Tahun di Sungai Pedado

Palembang Adapun hasil dari analisi penelitian tersebut sebagai

berikut :
47

Tabel V. 8 Gambaran Kadar Fluorida dalam Air Minum Sungai Pedado


Kabupaten Kepulauan Talaud

Lokasi Pengambilan Air Kadar Fluor (ppm) Kategori


Hulu 1 < 0,05 ppm Sangat Rendah
Hulu 2 < 0,05 ppm Sangat Rendah
Ilir 1 < 0,05 ppm Sangat Rendah
Ilir 2 < 0,05 ppm Sangat Rendah
Rata-rata <0,05 ppm Sangat Rendah

Gambaran kadar fluorida dalam air minum dalam penelitian ini

didapatkan dari hasil pemeriksan empat sampel air minum yang didapat

dari empat titik dapat dilihat pada tabel V. 8. Dari tabel V .8 tersebut

terlihat bahwa semua sampel yang berasal dari sumber yang bebeda

memiliki fluorida <0,05 ppm. Menurut WHO, fluorida yang terkandung

di dalam air yang dipergunakan untuk minum tersebut termasuk dalam

kategori sangat rendah.

Tabel V .9 Distribusi Frekuensi Kadar Fluorida dan Skor DMF-T

Rata-rata Kadar Kategori Skor Indeks Kategori


Fluorida (n=4) DMFT (n=36)
< 0,05 ppm Sangat Rendah 5,49 Tinggi

Distribusi frekuensi skor indeks DMFT berdasarkan kadar fluorida

dapat dilihat pada tabel V .9. Data tersebut menunjukkan bahwa karies

gigi anak usia 12 tahun di RT 20 dan 21 Sungai Pedado yang

menggunakan air sungai sebagai air minum tergolong tinggi (DMF-T

sebesar 5,49). Rata-rata kadar fluorida air sungai di Sungai Pedado

tergolong sangat rendah (<0,05 ppm).


BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan

keadaan karies berdasarkan konsentrasi fluor air berbeda pada kelompok

masyarakat pesisir dan non pesisir. Penelitian merupakan studi literature dengan

menganalisis lima jurnal penelitian yang memiliki keyword caries, remineralisasi,

fluorapatite, dan demografi.

Hasil review penelitian Wina Dwi Oktavia dkk, menunjukkan adanya

perbedaan nilai rata-rata DMF-T di masing-masing wilayah. Nilai rata-rata def-t

siswa SD di wilayah pantai, dataran rendah dan perbukitan menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan, walaupun diantara masing-masing wilayah memiliki

selisih nilai rata-rata yang relative tidak begitu besar. Hasil penelitian juga

didukung oleh penelitian Wiratmo, menyatakan secara demografis antara wilayah

pantai dan pegunungan terdapat adanya hubungan antara air minum yang

mengandung fluor dengan dengan terjadinya karies. Dalam penelitiannya di

wilayah pantai memiliki DMF-T sangat rendah dibandingkan dengan wilayah

pegunungan, karena kadar fluor air minum di wilayah pantai lebih tinggi

dibandingkan pegunungan.

Adanya perbedaan nilai DMF-T pada siswa SD di Kabupaten Situbondo

juga dipengaruhi oleh faktor luar yaitu kondisi geografis yang berbeda-beda di

setiap wilayah. Kondisi geografis yang berbeda berpengaruh terhadap kandungan

fluor dalam air minum di setiap tempat, hal ini disebabkan karena berbedanya

48
49

iklim, temperatur, kelembaban dan jarak dengan laut di setiap wilayah. Sumber air

tanah yang dikonsumsi masyarakat wilayah pantai dan sekitarnya berasal dari

sekitar laut yang berbeda kandungannya dengan wilayah lain, misalnya di wilayah

perbukitan atau pegunungan. Perbedaan ini terjadi akibat proses intrusi air laut

dan keadaan struktur tanah yang memiliki densitas lebih rendah dan permeabilitas

tinggi dibandingkan wilayah perbukitan atau pegunungan yang menyebabkan air

sumur disekitar laut mendapatkan suplai dari air tanah maupun resapan air laut

yang mengandung mineral fluor jauh lebih banyak, sehingga nilai DMF-T siswa

SD di wilayah pantai dan dataran rendah sangat rendah dibandingkan siswa di

wilayah perbukitan (Wina dkk, 2014).

Fluor merupakan unsur alami dari lingkungan alam sehingga menjadi

bagian dari kehidupan manusia dan memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan.

Fluor memasuki tubuh melalui makanan, minuman, respirasi, dan produk yang

mengandung fluor. Asupan fluor dari berbagai sumber pangan diantaranya seperti

air, daging, dan ikan yang dapat menyebabkan asupan fluor meningkat (Scheid,

2013).

Air termasuk salah satu unsur lingkungan hidup yang memiliki peran

penting bagi kehidupan. Kadar fluor pada air tanah di setiap daerah relatif

berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu iklim,

temperatur di daerah tersebut serta jarak dengan laut. Penduduk dengan letak

kediaman yang berbeda secara geografis memiliki resiko karies yang berbeda pula

jika dihubungkan dengan kadar fluor dalam air yang dikonsumsi yang berasal dari

air sumur. Semakin tinggi suatu daerah maka kadar fluor air semakin rendah
50

sedangkan semakin rendah suatu daerah maka kadar fluor semakin tinggi (Ismi,

2018).

Hasil review terhadap penelitian Iswanto Lidia menunjukkan rata-rata

anak usia 13-15 tahun di Desa Lihunu (daerah pesisir pantai) mempunyai status

karies dengan kategori rendah dan rata-rata karies pada anak usia 13-15 tahun di

Kelurahan Rurukan (daerah pegunungan) dengan kategori tinggi. Perbedaan nilai

rata-rata DMF-T ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat

menimbulkan karies gigi diantaranya adalah faktor konsumsi makanan dan

kandungan fluor dalam air minum. Pola konsumsi makanan masyarakat desa

Lihunu yang merupakan wilayah pesisir pantai pada umumnya terbiasa

mengonsumsi makanan laut. Makanan laut kaya akan mineral dibandingkan

makanan lainnya, dan kadar fluor dalam makanan laut seperti ikan dapat

mencapai 1,0 ppm, sehingga kecukupan asupan fluor pada masyarakat di desa

Lihunu relatif tercukupi. Factor lain adalah kadar fluor air tandah antara desa

Lihunu dan kelurahan Rurukan. Kelurahan Rurukan secara geografis berada di

daerah pegunungan dan jarak yang jauh dengan laut dimana pada resapan air laut

pada air tanah mampu meningkatkan kadar fluor pada air tanah. Selain itu

kurangnya kedalaman sumur pada sumur di Kelurahan Rurukan juga

mengakibatkan rendahnya kadar fluor dalam air. Rata-rata kedalaman sumur yang

dimiliki masyarakat kelurahan Rurukan dan desa Lihunu adalah 5-10 meter.

Keadaan kedalaman sumber air memengaruhi kadar fluor dalam air. Semakin

dalam tanah, maka semakin tinggi juga kadar mineral yang terlarut dalam air.

Hasil review penelitian Iswanto Lidia ini dapat disimpulkan bahwa pemenuhan
51

kebutuhan kadar fluor oleh masyarakat berpengaruh terhadap tingkat kejadian

karies gigi (Iswanto , 2016).

Pengaruh kadar fluor terhadap tingkat kejadian karies juga ditunjukkan

pada review penelitian Astrid Nurlaila N. Penelitian tersebut menunjukkan adanya

perbedaan kekerasan enamel gigi antara masyarakat yang memiliki perbedaan

pola konsumsi ikan laut. Penelitian menyimpulkan masyarakat yang memiliki

kebiasaan mengkonsusmi ikan laut memiliki kekerasan enamel gigi lebih baik

daripada masyarakat yang kurang mengkonsumsi ikan laut. Pada daerah pesisir

memiliki frekuensi konsumsi ikan yang tinggi, hal ini disebabkan daerah pesisir

pantai rata – rata penduduk memiliki pekerjaan sebagai nelayan sehingga

ketersedian ikan di daerah tersebut lebih banyak bahkan ikan yang didapatkan

cenderung segar. Wilayah non pesisir memiliki frekuensi pola konsumsi ikan

yang rendah, hal ini disebabkan karena masyarakat daerah non pesisir sebagai

memiliki pekerjaan sebagai petani. Daerah yang jauh dari pantai akan

mempengaruhi persediaan ikan dikarenakan waktu transportasi yang lama

menyebabkan distribusi ikan ke daerah non pesisir sedikit (Astrid, 2018).

Adanya hubungan kadar fluor dengan kejadian karies ditunjukkan pula

pada penelitian Diyah Ayu R dkk. Hasil penelitian yaitu pada uji korelasi

Spearman disimpulkan terdapat hubungan antara kadar fluor air tanah dengan

indeks DMF-T siswa SMP Negeri 3 Kurau, yaitu semakin tinggi kadar fluor air

tanah, maka indeks DMF-T semakin rendah. Hal tersebut terjadi karena air yang

mengandung kadar fluor optimum efektif dalam pencegahan karies gigi.

Pencegahan karies gigi bekerja melalui peningkatkan remineralisasi enamel gigi


52

yang terserang karies, serta menghambat produksi asam oleh bakteri dalam plak

gigi. Apabila asam organik bakteri plak yang dihasilkan selama demineralisasi

enamel terdapat ion kalsium dan fosfat, maka ion fluor mendorong pembentukan

fluorapatit di dalam enamel, serta mendorong remineralisasi enamel yang

sebelumnya terdemineralisasi. Ion fluor menghambat kerja enzim pada jalur

glikolisis bakteri, sehingga bakteri tidak dapat menghasilkan cukup energi dan

perkembangan bakteri terhambat. Remineralisasi enamel melalui ion-ion pada

saliva secara tetap meletakkan komposisi mineral langsung kepermukaan gigi atau

enamel (maturasi setelah erupsi). Kadar fluor akan berikatan dengan kalsium yang

berdifusi ke dalam plak, sehingga kadar fluor yang bebas di air tanah ketika

berada di dalam mulut akan terjadi proses pengendapan dan disolusi ion fluor ke

dalam cairan plak pada permukaan gigi, sehingga dapat mencegah karies gigi

(Diyah ayu R dkk, 2019).

Gambaran kadar fluor pada anak yang mengalami karies ditunjukkan pada

penelitian Rusdiana. Penelitian ini menunjukkan adanya bahwa karies gigi pada

anak usia 12 tahun memiliki DMF-T 5,49 dan rata-rata kadar fluorida yang

terdapat dalam air minum adalah <0,05 ppm. Hasil ini sesuai dengan pernyataan

bahwa berdasarkan WHO batas optimum kadar fluor yang dianjurkan dapat

mencegah karies gigi yaitu 0,6-1,5mg/L (Rusdiana, 2019).

Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan kalsifikasi

yang dimulai pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan

enamel gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara enzimatis sehingga
53

terbentuk kavitas yang bila didiamkan menembus enamel serta dentin dan dapat

mengenai bagian pulpa (Dorland, 2010).

Karies gigi erat hubungannya dengan kondisi dari email gigi. Email gigi

yang mengandung fluor yang cukup dapat menyebabkan gigi lebih tahan terhadap

karies. Fluor termasuk mikro mineral yang berperan dalam proses peningkatan

laju remineralisasi yang membuat struktur gigi lebih kuat dan menghambat bakteri

kariogenik sehingga menghambat laju demineralisasi. Fluor yang diaplikasikan

pada gigi dalam konsentrasi yang tepat terbukti mereduksi insidensi karies

(Scheid, 2013).

Fluorida sejak dahulu telah dikenal dapat mencegah karies dengan aktif

fluorida memberikan pengaruh anti karies melalui tiga mekanisme :

1. Mencegah terjadinya demineralisasi, Molekul kristal hidroksiapatit yang

disusun atas atom dan ion dalam kristal dengan ion karbonat (CO3) terjadi

selama pembentukan gigi. Karbonat hilang selama demineralisasi dan

karbonat tidak termasuk bagian dari pembentukan mineral baru selama

remineralisasi. Hidroksiapatit karbonasi (carbonated hydroxyapatite) dari gigi

lebih larut dalam asam daripada hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2), dan lebih

mudah larut daripada fluorapatit (Ca10(PO4)6F2). Ion OH dalam hidroksiapatit

murni digantikan secara keseluruhan oleh ion F- pada proses remineralisasi,

sehingga fluorapatit yang terbentuk lebih resisten untuk tidak larut oleh asam.

2. Fluorida meningkatkan remineralisasi dengan mengabsorpsi permukaan

kristal dan menarik ion kalsium diikuti oleh ion fosfat sehingga terjadi
54

pembentukan mineral fluorapatit (Ca10(po4)66F2). Mineral fluorapatite ini

lebih stabil dan lebih tahan terhadap asam.

3. Fluorida memiliki zat antimikroba sehingga dapat menghambat metabolisme

bakteri. bentuk ion dari fluorida (F-) tidak dapat melewati dinding sel dan

membran tetapi secara cepat bergerak ke dalam sel bakteri Fluorida di dalam

cairan plak berkombinasi dengan ion hidrogen untuk membentuk HF dan

secara cepat berdifusi ke dalam sel ketika pH plak turun. HF berdisosiasi di

dalam sel, mengakibatkan sel menjadi asam dan melepaskan ion fluorida yang

terlibat dengan aktivitas enzim di dalam bakteri. Sebagai contoh, fluorida

menghambat enolase, yaitu enzim pada bakteri yang penting untuk

metabolisme karbohidrat (Rusdiana, 2019).

Pemenuhan fluor yang baik akan membantu terbentuknya senyawa

flourohydroksiapatit yang dapat mengurangi daya kelarutan sehingga

meningkatkan resistensi enamel. Fluor juga diserap oleh permukaan kristal gigi

yang mengalami demineralisasi sehingga dapat meningkatkan remineralisasi.

Pada kondisi tersebut maka akan menghambat aktivitas bakteri yaitu dengan

mengurangi tempat berkembangbiaknya bakteri yang sangat berperan dalam

timbulnya karies gigi (Ismi, 2018).

Keterpenuhan fluor oleh masyarakat tidak hanya dipenuhi dari konsumsi

air minum dari air tanah, namun juga oleh pola konsumsi makanan lainnya

khususnya makanan yang memiliki kandungan fluor yang tinggi. Masyarakat

pesisir secara umum memiliki sumber daya makanan yang mengandung fluor
55

yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat non pesisir, khususnya pada makanan

ikan laut yang memiliki kandungan fluor yang tinggi (Ismi, 2018).

Asupan fluor berlebih menyebabkan fluorosis gigi. Fluorosis adalah

hipomineralisasi email yang disebabkan retensi protein amelogenin oleh fluor

sehingga email tidak mengalami maturasi menyebabkan permukaan luar

subsurface berporus. Fluor dosis tinggi menyebabkan porositas email, pada saat

gigi erupsi timbul white spot, kuning atau coklat dan semakin lama muncul

retakan atau lubang sehingga pewarnaan berpusat di tempat ini. Fluorosis gigi

bisa disebabkan oleh dosis tunggal yang tinggi, dosis rendah yang berulang kali

(Yetty, 2018).

Hasil review pada kelima penelitian menunjukkan bahwa masyarakat

pesisir memiliki tingkat konsumsi fluor yang lebih tinggi dibandingkan

masyarakat non pesisir. Review jurnal penelitian sampel juga menunjukkan

bahwa tingkat karies masyarakat pesisir lebih rendah dibandingkan masyarakat

non pesisir. Berdasarkan kedua hasil review tersebut maka disimpulkan bahwa

hipotesis penelitian yaitu ada perbedaan keadaan karies berdasarkan

konsentrasi fluor air berbeda pada kelompok masyarakat pesisir dan non pesisir

adalah terbukti.
BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang menggunakan metode kuantitatif

berupa studi literature (Literatur Riview) adalah masyarakat pesisir memiliki

tingkat konsumsi fluor yang lebih tinggi daripada masyarakat non pesisir.

hasil review literature juga didapatkan bahwa tingkat karies masyarakat

pesisir lebih rendah daripada masyarakat non pesisir.

Sehingga dapat disimpulkan adanya perbedaan keadaan karies

berdasarkan konsentrasi fluor air berbeda pada kelompok masyarakat pesisir

dan non pesisir.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian analitik untuk mengetahui perbedaan

keadaan karies berdasarkan konsentrasi fluor air berbeda pada

kelompok masyarakat pesisir dan non pesisir.

2. Perlu diperbanyak penelitian tentang peran fluor dalam mencegah

karies gigi dan menilai faktor lain penyebab karies.

56
DAFTAR PUSTAKA

Afifah A. F. P dan Faridah Putri, 2018. Indentifikasi Kadar Ion Fluorida pada
Depot Air Minum Isi Ulang di Kelurahan Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan
Andalas. Volume 7. No. 2.

Agus Hari Pranata, 2015. Prakiraan Resiko Kesehatan Sebagai Dampak Flouride
(F-) Pada Sumber Air Minum yang Dikonsumsi Siswa Kelas 6 Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Setu Tangerang Selatan Tahun 2015. Skripsi
tidak dipublikasikan. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Ahmad Iwan. 2018. Mekanisme Fluor Sebagai Kontrol Karies Pada Gigi
Anak. Journal of Indonesian Dental Association. Vol. 1. No. 1.

Aji Raditya, 2017. Hubungan Pola Konsumsi Ikan dengan Karies Gigi Pada
Masyarakat Pesisir Surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi. Poltekkes
Surabaya.

Astrid N, 2018. Perbedaan Kekerasan Permukaan Enamel Gigi Desidui


Terhadap Pola Konsumsi Ikan Laut. Odonto Dental Jurnal. Vol. 5. No. 1.

Cahyani F. A. 2016. Upaya Pengelolaan Wilayah Pesisir Dalam mewujudkan


Perlindungan dan Konservasi di Wilayah Taman Pesisir Ujungnegoro-
Roban Kabupaten Batang. Jurnal Hukum dan Pembangunan Ekonomi. Vol
6. No 2.

Corvianindya Y. R. 2015. Peran Agen Remineralisasi Pada Lesi Karies Dini.


Stomatogantic Vol. 10. No. 1:25-30

Daniel Dwayne F. R, 2016. Gambaran Status Karies Pada Anak Usia 12 – 15


Tahun Yang Mengkonsumsi Air Minum Kemasan di SMP Nusantara Tahun
2016. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Hasanuddin.

Diajeng Sri A. P. 2016. Gambaran Beberapa Faktor Kejadian Karies Gigi Pada
Siswa Tunagrahita di SLB C Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Vol. 4. No 4.

Diyah Ayu.Isnur H. S D, 2019. Hubungan Antara Kadar Fluor Air Tanah

57
58

dengan Indeks DMF-T di Daerah Pesisir ( Tinjauan Pada Siswa SMP


Negeri 3 Kurau Desa Sungai Rasau Kecamatan Bumi Makmur Kabupateen
Tanah Laut ). Jurnal ULM Fakultas Kedokteran Gigi. Vol. 3. No. 2.

Dorland WA, Newman, 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC: 702

Fama Achmad, 2016. Komunitas Masyarakat Pesisir Di Tambak Lorok


Semarang. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol. 11, No 2: 1410–7910.

Ihsanti Fitria, 2018. Perbandingan Indeks Karies DMF-T Berdasarkan Jumlah


Kandungan Fluor Air Gunung di Kabupaten Balangan dengan Air Sungai
di Banjarmasin. Jurnal Kedokteran Gigi. (2)1: 45-50.

Ismi Inayatur Y, 2018. Hubungan Karies dan Kadar Fluor Air Minum pada
Siswa SD di Daerah Pesisir Pantai Dusun Watu Ulo Desa Sumberejo
Kabupaten Jember. Skripsi tidak di publikasiikan. Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Jember.

Hadnyanawati H. 2015. Gambaran Spasial Kadar Fluor Jaringan PDAM


Berbasis Google Earth. Stomatognatic. Vol. 7. No. 2: 132-35.

Hamidah Siti. 2016. Perbedaan Pola Konsumsi Bahan Makanan Sumber Protein
Keluarga di Daerah Pantai, Dataran Rendah dan Dataran Tinggi di
Wilayah Kota Semarang. Skripsi tidak di publikasikan. Fakultas
Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Indrianingsih Nurfaida. 2018. Dukungan Sosial Keluarga dan Perilaku Anak


dengan Karies Gigi Dailam Melakukan perawatan Gigi dan Mulut. journal
UMM Keperawatan. Volume 9. Nomor 2.

Iswanto L. 2016. Profil Status Karies Pada Anak Usia 13-15 Tahun dan Kadar
Fluor Air Sumur di Daerah Pesisir Pantai dan Daerah Pegunungan. Jurnal
E-GiGi (eG). Volume 4 no 2.

Jaini Rahma, 2019. Gambaran Status Karies Gigi Pada Masyarakat Pesisir Yang
Mengkonsumsi Air Sumur Gali dan Air Isi Ulang di Desa Pematang Kasih
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Karya Tulis Ilmiah
tidak di publikasikan. Politeknik Kesehatan Medan.
59

Made Ni Sirat. 2016. Analisis Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Karies Gigi
Pada Anak SD Kelas V-VI di Kelurahan Peguyangan Kangin Tahun 2015.
Jurnal Kesehatan Gigi. Vol. 4 No. 1.

Nursalam, 2013. Metode Penelitian: Pendekatan Praktis (Edisi 3). Jakarta:


Salemba Medika.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Puspitaningrum Larashati, 2018. Hubungan Kadar Fluor Air Minum Dengan


Karies Gigi Pada Masyarakat Pesisir Dusun Watu Ulo Desa Sumberejo
Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Skripsi tidak dipublikasikan.
Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Jember.

Putri Herlijulianti El, 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC: 2-10

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2018. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Rizkia Isna. 2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi.


Jurnal Kedokteran Gigi, USU Medan.

Rusdiana S . P, 2019. Gambaran Kadar Fluorida Dalam Air Minum dan Skor
DMF-T Anak 12 Tahun di Sungai Pedado Palembang. Jurnal Riset
Kesehatan. Volume. 8 No. 1, 68-75.

Sumiok J. B. D. H. Pangemanan, dan M. Niwayan. 2015. Gambaran Kadar


rFluor Air Sumur dengan Karies Gigi Anak di Desa Boyongpante Dua.
Jurnal Ilmiah Farmasi Universitas Sam Ratulangi. 4(4): 116- 126.

Suratri M . L. Tince A. J, dan Indirawati T. N. 2018. Hubungan Kejadian Karies


Gigi dengan Konsumsi Air Minum pada Masyarakat di Indonesia. Media
Litbangkes. Vol. 28 No. 3, 211- 218.

Scheid, R. C. 2013. Woelfel Anatomi Gigi Ed.8. Jakarta: EGC.

Wayan Ni Mariyati, 2015. Penanganan Fluorosis Gigi dengan Menggunakan


Tekhnik Mikroabrasi. Jurnal e-GiGi (eG), Vol. 3. No. 1.
60

Wina dwi O. 2014. Perbedaan OHI-S DMF-T dan def-t Pada Siswa Sekolah
Dasar Berdasarkan Letak Geografis di Kabupaten Situbondo. E-jurnal
Pustaka Kesehatan, Vol. 2. No. 1.

Yetty PN, 2018. Tingkat Fluor Dalam Air Minum dan Pengobatan Fluorosis
Berdasarkan Indeks Thylstrup Fejerskov. Interdental Jurnal Kedokteran
Gigi, Vol. 14. No. 2.

Zamdial, 2017. Studi Identifikasi Kerusakan Wilayah Pesisir di Kabupaten


Mukomuko Provinsi Bengkulu. Jurnal Enggano Vol. 2. No. 2.

Anda mungkin juga menyukai