Anda di halaman 1dari 79

SKRIPSI

HAL – HAL YANG ADA HUBUNGAN DENGAN TERJADINYA


DIARE AKUT PADA BALITA DI BEBERAPA LOKASI DI
WILAYAH INDONESIA PERIODE TAHUN 2011 SAMPAI
DENGAN TAHUN 2021
(SYSTEMATIC REVIEW)

TEMA : GASTROENTESTINAL

Elsyah Mayora
4518111031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2020
SKRIPSI

Hal – Hal Yang Ada Hubungan Dengan Terjadinya Diare


Akut Paru Pada Balita Di Beberapa Lokasi Di Wilayah
Indonesia Periode Tahun 2011 Sampai Dengan Tahun 2021

Disusun dan diajukan oleh

Elsyah Mayora
4518111031

Menyetujui

Tim Pembimbing

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Dr. Andi Machmud Rompegading,M.Kes Dr. Adryandy Shaleh, Sp. B


Tanggal: Tanggal:

Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa

Mengetahui
Ketua Program Studi, Dekan,

Dr. Fatmawati A. Syamsuddin, M.Biomed Dr. Marhaen Hardjo, M. Biomed, PhD


Tanggal: Tanggal:

ii
HAL – HAL YANG ADA HUBUNGAN DENGAN TERJADINYA
DIARE AKUT PARU PADA BALITA DI BEBERAPA LOKASI
DI WILAYAH INDONESIA PERIODE TAHUN 2011 SAMPAI
DENGAN TAHUN 2021

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Program Studi
Pendidikan Dokter

Disusun dan diajukan oleh

Elsyah Mayora

Kepada

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR

2022

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Elsyah Mayora

Nomor Induk : 4518111031

Program Studi : Pendidikan Dokter

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan mengambil alih

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya

orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 19 Januari 2022

Yang menyatakan

Elsyah Mayora

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hal – Hal Yang Ada Hubungan
Dengan Terjadinya Diare Akut Pada Balita Di Beberapa Lokasi Di Wilayah
Indonesia Periode Tahun 2011 Sampai Dengan Tahun 2021”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Bosowa Makassar.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak DR.Dr. Ilham Jaya Patellongi. M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Bosowa Makassar periode tahun 2018 sampai

dengan tahun 2021.

2. Bapak Dr. Marhaen Hardjo, M. Bomed, PhD., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Bosowa Makassar

3. Dr. Andi Machmud Rompegading,M.Kes selaku Dosen Pembimbing I

atas segala kebaikan dalam meluangkan waktu dan pikirannya

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

4. Dr. Andryandi Shaleh, Sp. B selaku Dosen Pembimbing II atas segala

kebaikan dalam meluangkan waktu dan pikirannya memberikan

v
arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Dr. Baedah Madjid, Sp. Mk (K) selaku dosen dan orang tua yang

senantiasa berjuang dalam meluangkan waktu dan pikirannya dalam

membeikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis, shingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa

Makassar.

7. Bapak Amir dan Ibu Hafsah selaku orang tua yang senantiasa

memberikan motivasi untuk mengerjakan skripsi kepada penulis,

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Mardewiyanti, Nurfadila, Nurwahyuli, dan Umi Kalsum Nasir selaku

sahabat yang senantiasa memotivasi untuk mengerjakan skripsi

kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Makassar, 19 Januari 2022

Penulis

Elsyah Mayora

vi
Elsyah, Hal-Hal yang Ada Hubungan dengan terjadinya diare akut paru pada balita di
beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun
2021. (Dibimbing dr. Machmud Andi Rompegading, M.kes dan dr. Ardyandy Shaleh, Sp.
B).

ABSTRAK

Diare menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di Indonesia pada


balita dan sering terjadi pada anak usia 1-5 tahun karena usus anak
sangat peka di usia Balita. Banyak faktor yang secara langsung maupun
tidak langsung menjadi penyebab diare.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang ada
hubungannya dengan terjadinya diare akut pada balita di beberapa lokasi
di wilayah Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021.
Metode penelitian merupakan penelitian analitik dengan cara
mensintesis hasil yang diperoleh dari sepuluh jurnal penelitian ilmiah
dengan desain case control.
Hasil penelitian dari sepuluh yang dianalisis menunjukkan bahwa
terdapat hal-hal yang mempunyai hubungan dengan dengan terjadinya
diare akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia yaitu
adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI (p value 0,000),
status gizi (p value 0,000), kualitas jamban (p value 0,000), sumber air
bersih (p value 0,000), dan pendidikan ibu (p value 0,000) terhadap
kejadian diare akut pada balita
Kesimpulan kejadian Diare akut pada balita di beberapa lokasi di
wilayah Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021
memiliki hubungan yang bermakna terhadap pemberian ASI, status gizi,
kualitas jamban, sumber air bersih, dan pendidikan ibu terhadap kejadian
diare akut pada balita.

Kata Kunci : Diare Akut Pada Balita, Indonesia, Pemberian ASI,


Status Gizi, Kualitas Jamban, Sumber Air Bersih, Pendidikan Ibu

vii
Elsyah, Things Related to acute diarrhea in toddler in Various Location in the Indonesian
Region in the year of 2011 to 2021 (Supervised by Dr. Andi Machmud Rompegading,
M.kes and Dr. Ardyandi Shaleh, Sp.B).

ABSTRACT

Diarrhea is the second highest cause of death in Indonesia in


infants and often occurs in children aged 1-5 years because the child's
intestines are very sensitive at the age of toddlers. Many factors directly or
indirectly cause diarrhea.
The purpose of this study was to find out things that have to do
with the occurrence of acute diarrhea in children under five in several
locations in Indonesia for the period 2011 to 2021.
The results of the ten studies analyzed show that there are things
that have a relationship with the occurrence of acute diarrhea in children
under five in several locations in Indonesia, namely there is a significant
relationship between breastfeeding (p value 0.000), nutritional status (p
value 0.000), quality of latrines (p value 0.000), clean water sources (p
value 0.000), and mother's education (p value 0.000) on the incidence of
acute diarrhea in children under five
The conclusion is that the incidence of acute diarrhea in children
under five in several locations in Indonesia for the period from 2011 to
2021 has a significant relationship with breastfeeding, nutritional status,
quality of latrines, clean water sources, and maternal education on the
incidence of acute diarrhea in toddlers.

Keywords : Acute Diarrhea in Toddlers, Indonesia, Breastfeeding,


Nutritional Status, Quality of Latrine, Clean Water Sources, Mother's
Education

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................................iv

KATA PENGANTAR...................................................................................v

ABSTRAK..................................................................................................vii

DAFTAR ISI................................................................................................ix

DAFTAR TABEL......................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................xiv

DAFTAR SINGKATAN..............................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Permasalahan........................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................1

C. Pertanyaan Penelitian.....................................................................2

D. Tujuan Penelitian.............................................................................2

E. Manfaat Penelitian...........................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4

A. Diare Akut........................................................................................4

1. Faktor-Faktor yang Ada Hubungan dengan Kejadian Diare Akut


Pada Balita......................................................................................4

a. Definisi Diare Akut....................................................................................4

b. Epidemiologi..............................................................................................7

c. Faktor Risiko..............................................................................................8

ix
d. Etiologi.........................................................................................................9

f. Penularan.................................................................................................10

e. Patomekanisme......................................................................................10

f. Gambaran Klinis.....................................................................................12

g. Diagnosis..................................................................................................18

1) Anamnesis............................................................................18

2) Pemeriksaan Fisik................................................................18

3) Pemeriksaan Penunjang.....................................................19

h. Penatalaksanaan....................................................................................20

i. Obat yang digunakan pada TB anak....................................21

ii. Kombinasi dosis tetap (KDT) atau Fixed Dose Combination


(FDC)....................................................................................23

j. Komplikasi................................................................................................25

k. Prognosis..................................................................................................25

l. Pengendalian Tuberkulosis Paru.......................................................26

2. Hal-hal yang Ada Hubungan dengan Kejadian Diare Akut Pada


Balita..............................................................................................26

a. Usia...........................................................................................26

b. Pemberian ASI..........................................................................26

c. Status Gizi.................................................................................27

d. Kualitas Jamban ......................................................................27

e. Sumber Air Bersih.....................................................................27

f) Pendidikan Ibu...........................................................................

B. Kerangka Teori..............................................................................29

x
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL............................................................................30

A. Kerangka Konsep..........................................................................30

B. Hipotesis........................................................................................30

C. Definisi Operasional......................................................................31

1) Subjek Penelitian......................................................................31

2) Pemberian ASI..........................................................................31

3) Status Gizi.................................................................................32

4) Kualitas Jamban ......................................................................32

5) Sumber Air Bersih.....................................................................33

6) Pendidikan Ibu...........................................................................

BAB IV METODE PENELITIAN................................................................34

A. Metode dan Desain Penelitian......................................................34

1. Metode Penelitian.....................................................................34

2. Desain Penelitian......................................................................34

B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................35

1. Tempat penelitian.....................................................................35

2. Waktu penelitian.......................................................................35

C. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................36

1. Populasi Penelitian...................................................................36

2. Sampel Penelitian.....................................................................36

D. Kriteria Jurnal Penelitian...............................................................36

E. Cara Pengambilan Sampel...........................................................38

F. Teknik Pengumpulan Data............................................................38

G. Alur Penelitian...............................................................................39

xi
H. Prosedur Penelitian.......................................................................40

I.Pengolahan dan Analisa Data.........................................................41

J. Aspek Etika...................................................................................42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................43

A. Hasil...............................................................................................43

B. Pembahasan.................................................................................51

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN


PENELITIAN.................................................................................58

A. Kesimpulan....................................................................................58

B. Saran.............................................................................................58

C. Keterbatasan Penelitian................................................................58

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................60

LAMPIRAN................................................................................................63

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman


Tabel 2 Estimasi Insiden Tuberkulosis Menurut 7
Regional, 2016
Tabel 3 Sistem Skoring Tuberkulosis pada Anak 19
Tabel 4 Dosis OAT untuk Anak 22
Tabel 5 Paduan OAT TB pada Anak 23
Tabel 6 Dosis OAT KDT pada TB Paru Anak 23
Tabel 2 Jurnal Penelitian tentang Tuberkulosis Paru 37
pada Anak yang Diteliti di Beberapa Lokasi di
Wilayah Asia Afrika periode Tahun 2015 sampai
dengan Tahun 2020, yang Akan Digunakan
sebagai Sumber Data
Tabel 7 Rangkuman Data Hasil Penelitian tentang 44
Tuberkulosis Paru pada Anak di Beberapa
Lokasi di Wilayah Asia Afrika periode Tahun
2012 sampai dengan Tahun 2021
Tabel 8 Hubungan antara Status Gizi dengan 47
Terjadinya Tuberkulosis Paru pada Anak di
Beberapa Lokasi di Wilayah Asia Afrika periode
Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2021
Tabel 9 Hubungan antara Riwayat kontak TB dengan 48
Terjadinya Tuberkulosis Paru pada Anak di
Beberapa Lokasi di Wilayah Asia Afrika periode
Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2021
Tabel 10 Hubungan antara Kepadatan Hunian dengan 49
Terjadinya Tuberkulosis Paru pada Anak di
Beberapa Lokasi di Wilayah Asia Afrika periode
Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2021
Tabel 11 Hubungan antara Riwayat Imunisasi BCG 50
dengan Terjadinya Tuberkulosis Paru pada
Anak di Beberapa Lokasi di Wilayah Asia Afrika
periode Tahun 2012 sampai dengan Tahun
2021

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Tabel Halaman


Gambar 1 Estimasi Jumlah Kasus Baru (incidence) 8
Tuberkulosis di Negara yang Memiliki Paling
Sedikit 100.000 Kasus Baru, 2016.
Gambar 2 Mycobacterium tuberculosis dengan Pewarnaan 9
Ziehl Neelsen
Gambar 3 Kerangka Teori 29
Gambar 4 Kerangka Konsep 30
Gambar 5 Desain Penelitian 34
Gambar 6 Alur penelitian 39

xiv
DAFTAR SINGKATAN

Arti dan Keterangan


No. Singkatan

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran Halaman


Lampiran 1 Jadwal Penelitian 61
Lampiran 2 Tim Peneliti dan Biodata Peneliti Utama 62
Lampiran 3 Rencana Biaya Penelitian Dan Sumber Dana 64
Lampiran 4 Rekomendasi Etik 65
Lampiran 5 Sertifikat Bebas Plagiarisme 66

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi kronik parenkim paru


yang menular melalui inhalasi, disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit Tuberkulosis (TB) paru masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat dengan kasus yang tinggi di dunia karena dapat
menyerang siapa saja termasuk anak-anak dan bahkan merupakan salah
satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering pada anak (Setiati,
2017).
Setelah pajanan, risiko anak terkena infeksi M. tuberkulosis akan
dipengaruhi oleh daya menular dari kasus sumber, lama kontak, intensitas
interaksi, daya infeksi organisme, dan imunologi anak. Karakteristik
kelompok yang beresiko TB perlu diketahui supaya dapat meningkatkan
angka penemuan kasus dan pemberian pengobatan dini. Maka dari itu,
penelitian yang akan dilakukan adalah untuk memberikan hal-hal yang
ada hubungan dengan terjadinya tuberkulosis paru pada anak (Setiati,
2017).
Jika tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan
komplikasi dini yaitu pleuritis, efusi pleura, empiyema, laryngitis,
tuberkulosis usus atau komplikasi lanjut berupa obstruksi jalan napas,
kerusakan berat parenkim paru, tuberkulosis milier, aspergilosis dan
kavitas (Setiati, 2017).

1
B. Rumusan Masalah

Tuberkulosis paru pada anak merupakan penyakit infeksi yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dimana insidennya sebagian
besar terjadi di kawasan Asia Tenggara dan Indonesia termasuk di
kawasan tersebut sehingga jika tidak ditangani dengan baik maka dapat
menyebabkan komplikasi dini yaitu pleuritis, efusi pleura, empiyema,
laryngitis, tuberkulosis usus atau komplikasi lanjut berupa obstruksi jalan
napas, kerusakan berat parenkim paru, tuberkulosis milier, aspergilosis
dan kavitas.
Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Hal - Hal Apa saja yang Ada Hubungan dengan Terjadinya
Tuberkulosis Paru pada Anak di Beberapa Lokasi di wilayah Asia dan
Afrika periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020?“

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan


sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara pemberian asi dengan diare akut pada
balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun periode
tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
2. Apakah ada hubungan antara status gizi dengan diare akut pada
balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun periode
tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
3. Apakah ada hubungan antara kualitas gizi dengan diare akut pada
balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun periode
tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
4. Apakah ada hubungan antara sumber air minum dengan diare akut
pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?

2
5. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dengan diare akut pada
balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun periode
tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hal – hal yang ada hubungan dengan dengan
diare akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia
periode tahun periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI dengan
terjadinya Tuberkulosis Paru pada Anak di beberapa lokasi di
wilayah Asia Afrika periode tahun 2011 sampai dengan tahun
2021.
b. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan terjadinya
diare akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia
periode tahun periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
c. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas jamban dengan diare
akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode
tahun periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
d. Untuk mengetahui hubungan antara sumber air bersih dengan
dengan diare akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah
indonesia periode tahun periode tahun 2011 sampai dengan tahun
2021?
e. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan diare
akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode
tahun periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?

3
E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan


a. Sebagai bahan bacaan untuk civitas akademika diiInstitusi
pendidikan kesehatan dan kedokteran.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu
pengetahuan dan menambah informasi tentang penyakit diare
akut pada balita
2. Manfaat bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk promosi
kesehatan mengenai diare akut pada balita oleh petugas kesehatan
dengan tujuan untuk pengendalian kejadian diare akut
3. Manfaat bagi Peneliti
1. Menambah dan memperkaya pengetahuan mengenai diare akut
pada balita
2. Menjadi sarana untuk mengembangkan diri, serta menambah
pengalaman meneliti penulis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

1. Faktor-Faktor yang Ada Hubungan dengan Kejadian Diare Akut Pada Balita

a. Definisi Diare Akut


Menurut WHO (2013a) diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diáppoia. Diare
terdiri dari 2 kata yaitu õiall dia (melalui) dan péoll rheo (aliran). Secara harfiah berarti
mengalir melalui. Diare merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami buang
air dengan frekuensi sebanyak 3 atau lebih per hari dengan konsistensi tinja dalam
bentuk cair. Ini biasanya merupakan gejala infeksi saluran pencernaan.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010b), diare adalah suatu kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari. Diare terdiri dari 2 jenis yaitu diare akut dan diare persisten/ kronik.
Diare akut berlangsung kurang dari 14 hari. Diare kronik berlangsung lebih dari 14
hari.

5
b. Epidemiologi
Berdasarkan data WHO tahun 2019, diare menjadi penyebab
menurunkan usia harapan hidup sebesar 1,97 tahun pada penderitanya, di bawah
penyakit infeksi saluran pernapasan bawah (2,09 tahun). Secara global pada
tahun 2016, air minum yang tidak sehat, sanitasi buruk, dan lingkungan kurang
bersih menjadi faktor utama terhadap kematian 0,9 juta jiwa termasuk lebih dari
470.000 kematian bayi yang diebabkan oleh diare. Oleh karena itu, diare menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah bahkan organisasi dunia untuk
menanggulanginya.
Di indonesia, diare merupakan penyakit endemis dan penyakit potensial
kejadian luar biasa yang sering berhubungan dengan kematian. Pada tahun 2016,
penderita diare semua umur yang dilayani di fasilitas kesehatan berjumlah
3.176.079 jiwa dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 4.274.790 jiwa. Di tahun
tersebut telah terjadi 21 kali KLB yang tersebar di 12 provinsi, 17 kabupaten/kota.
Di tahun 2017, cakupan pelayanan penderita diare balita di Indonesia sebesar
40,07% dengan tertinggi Nusa Tenggara Barat (96,94%). Tidak berbeda dengan
tahun sebelumnya, tahun 2018 kasus diare juga meningkat menjadi 4.504.524
jiwa yang terdata di fasilitas kesehatan. Telah terjadi 10 kali KLB yang tersebar di
8 provinsi, 8 kabupaten/kota. Pada tahun 2018 cakupan pelayanan penderita
balita di Indonesia sebesar 40,90% dengan tertinggi Nusa Tenggara Barat
(75,88%). Dan pada tahun 2019, kasus diare mengalami penurunan sedikit
daripada tahun sebelumnya menjadi 4.485.513 jiwa. Pada tahun 2019 cakupan
pelayanan penderita diare balita di Indonesia sebesar 40% dengan tertinggi masih
Nusa Tenggara Barat (68,6%). Insiden diare tersebut secara nasional adalah
270/1.000 penduduk. Ini menunjukkan bahwa kasus diare menjadi sorotan di
dunia kesehatan Indonesia.

6
c. Faktor Risiko

1. Faktor lingkungan

a. Sumber air
Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan
manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci,
mandi dan sebagainya. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang
sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk
keperluan minum (termasuk untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan
khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk
diare.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah:
a) Mengambil air dari sumber air yang bersih.
b) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup,
serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
c) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,
anak- anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara
d) yang direbus.
e) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup (Depkes RI, 2015)
b. Kualitas fisik air bersih
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa
dan tidak berbau. Menurut Notoatmodjo (2015), syarat-syarat air minum yang
sehat adalah sebagai berikut:
a) Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening
(tidak berwarna), tidak berasa, tidak berbau, suhu dibawah suhu
udara di luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik tidak sukar.
b) Syarat bakteriologis

7
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari
segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara untuk mengetahui
apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah
dengan memeriksa sampel air tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc
air terdapat kurang dari empat bakteri E. coli, maka air tersebut
sudah memenuhi syarat kesehatan.
c) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu di
dalam jumlah tertentu pula. Kekurangan atau 27 kelebihan salah satu
zat kimia di dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada
manusia seperti flour (1-1,5 mg/l), chlor (250 mg/l), arsen (0,05 mg/l),
tembaga (1,0 mg/l), besi (0,3 mg/l), zat organik (10 mg/l), pH (6,5-9,6
mg/l), dan CO2 (0 mg/l). Berdasarkan hasil penelitian Rahadi (2005)
bahwa air mempunyai peranan besar dalam penyebaran beberapa
penyakit menular. Besarnya peranan air dalampenularan penyakit
disebabkan keadaan air itu sendiri sangat membantu dan sangat baik
untuk kehidupan mikroorganisme. Hal ini dikarenakan sumur
penduduk tidak diplester dan tercemar oleh tinja. Banyaknya sarana
air bersih berupa sumur gali yang digunakan masyarakat mempunyai
tingkat pencemaran terhadap kualitas air bersih dengan kategori
tinggi dan amat tinggi. Kondisi fisik sarana air bersih yang tidak
memenuhi syarat kesehatan berdasarkan penilaian inspeksi sanitasi
dengan kategori tinggi dan amat tinggi dapat mempengaruhi kualitas
air bersih dengan adanya pencemaran air kotor yang merembes ke
dalam air sumur.

c. Kondisi jamban
Pembuangan tinja merupakan bagian penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung
terhadap insiden penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain

8
penyakit diare. Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat jamban
dan keluarga harus membuang air besar dijamban. Jamban harus dijaga
dengan mencucinya dengan teratur, jika tidak ada jamban maka anggota
keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan, dan daerah anak
bermain dan paling kurang 10 meter dari air bersih. Untuk menjaga kontaminasi
tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola
dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi
syarat kesehatan yaitu jarak jamban dengan sumber air bersih lebih dari 10
meter, tidak terjangkau vector, mudah digunakan dan dibersihkan, tidak
menimbulkan baud dan tidak mencemari permukaa (Notoatmodjo, 2015).
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan resiko terjadinya diare berdarah pada anak sebesar dua kali lipat
dibandingkan keluarga yang 29 mempunyai kebiasaan membuang tinjanya
yang memenuhi syarat sanitasi. Menurut hasil penelitian Irianto, bahwa anak
berasal dari keluarga yang menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi
dengan tangki septik, prevalensi diare 7,4% terjadi dikota dan 7,2% didesa.
Sedangkan keluarga yang menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare
terjadi dikota dan 8,9% didesa. Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluarga
yang mempergunakan sungai sebagai tempat pembuangan tinja, yaitu 17,0%
dikota dan 12,7% di desa. Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan
terdiri dari : rumah kakus, lantai kakus, sebaiknya semen, slab, closet tempat
feses masuk, pit sumur penampungan feses atau cubluk, bidang resapan,
bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau, disediakan alat pembersih seperti air atau
kertas pembersih.

2. Faktor Karakteristik Individu


a. Status gizi
Hubungan status diare dengan diare atau penyakit infeksi
membawa konsekuensi akan meningkatnya diare sampai gizi buruk
pada anak. Dampak negatif dari malnutrisi 30 adalah kekurangan zat

9
besi dan rendahnya daya tahan tubuh baik selular maupun humular.
Selain itu, keadaan hati, enzim, pankreas, dan mukosa usus pada anak-
anak yang malnutrisi juga berpengaruh bagi timbulnya diare pada anak.
Pada anak malnutrisi serangan diare terjadi lebih sering dan lebih lama.
Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering berat diare yang
dideritanya (FKUI, 2018)
b. Umur
Menurut Wong (2018), usia pra sekolah adalah anak pada usia1-5
tahun, yaitu artinya anak masih dalam lingkungan keluarga sepenuhnya.
Periode ketika anak-anak mulai bertanggung jawab atas perilakunya
sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka. Pernyataan ini
didukung oleh penelitian dari Nelly (2018) bahwa anak dengan umur 1- 5
tahun sebanyak 60,0% menderita diare, lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok umur lainnya. Hasil ini dapat dihubungkan dengan
meningkatnya aktifitas bermain dan mobilitas anak pada kelompok umur
tersebut sehingga risiko terkena diare lebih besar.
c. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ficher dkk
(2015), diperoleh jeneis kelamin laki-laki 31 sebanyak 60 % dan
perempuan 40 % terkena diare hal ini dapat dikarenakan aktivitas siswa
laki-laki yang lebih banyak kontak dengan tanah dan diluar kelas
daripada anak perempuan.
d. Prilaku mencuci tangan
Perilaku cuci tangan yang buruk berhubungan erat dengan
peningkatan kejadian diare dan penyakit yang lain. Perilaku cuci tangan
yang baik dapat menghindarkan diri dari diare. Apabila kita selalu
mencuci tangan ,kondisi tangan kita selalu bersih sehingga dapat
melakukan aktivitas terutama makan tangan yang kita gunakan selalu
bersih sehingga tidak ada kuman yang masuk kedalam tubuh. Cuci
tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh

10
manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.
Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun selain
membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari
dengan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak / lemak/
kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan
kebersihan dan bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif
yang diperoleh setelah menggunakan sabun(Depkes RI, 2019).

e. Pemberian asi ekslusif

3. Tingkat pendidikan ibu

4. Status ekonomi keluarga


Menurut BPS (2016), pendapatan adalah imbalan yang diterima baik
berbentuk uang maupun barang, yang dibayarkan perusahaan/kantor/majikan.
Semakin tinggi pendapatan keluarga, maka semakin tinggi presentase anak
yang diare mendapat perawatan dari tenaga kesehatan dibanding dengan anak
lainnya (Kemenkes, 2011). Penyakit diare erat hubungannya dengan
pendapatan keluarga, karena prevalensi diare cenderung lebih tinggi pada
kelompok dengan pendapatan keluarga lebih rendah. Keadaan ekonomi yang
rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini terlihat dari
ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga
sehingga mereka cenderung memiliki status diare bahkan status gizi buruk
yang memudahkan terjangkit penyakit diare.
Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan failitas kesehatan.
Pendatan keluarga yang baik akan berpengaruh dalam menjaga kebersihan
dan penanganan yang selanjutnya berperan dalam prioritas penyediaan failitas
kesehatan berdasarkan kemampuan pendapatan pada suatu keluarga. Bagi
mereka yang berekonomi rendah hanya dapat memenihi kebutuhan berupa

11
fasilitas kesehatan apa adanya sesuai kemampuan mereka. Dengan demikian
ada hubungan erat anatara penadapatan keluarga terhadap kejadian diare
(Depkes, 2016)

d. Etiologi
Etiologi diare akut pada anak sangat bervariasi. Penyebab sebagian besar
kasus adalah infeksi oleh virus, bakteri atau parasit. Namun beberapa penyakit
sistemik lain juga dapat menyebabkan diare akut seperti sindroma malabsorbsi.
Pathogen penyebab diare antara lain Rotavirus (60-70%), bakteri (10-20%), dan
infeksi parasit (10%). Diare akibat virus biasanya self limiting, sehingga komponen
penting dalam pengobatan diare adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang
merupakan penyebab utama kematian pasien akibat diare.
Selain mencegah dan mengatasi dehidrasi, pengobatan diare juga
bertujuan untuk mangatasi keadaan imbalance elektrolit dan asam basa, faktor
alergi dan intolerasi makanan, pengobatan etiologi secara spesifik, mencegah dan
mengatasi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.

12
e. Penularan

Penyebaran kuman menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fecal


oral antara lain melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan atau
kontak langsung dengan tinja penderita. Jalur masuknya virus, bakteri atau kuman
penyebab diare ketubuh manusia dapat mudah dihafal dengan istilah 4F yang
pertama kali dikemukakan oleh Wagner dan Lenoix (1985) . 4F adalah singkatan
dari fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), fingers (tangan). Menurut Wagner dan
Lenoix, tahapannya dimulai dari cemaran yang berasal dari kotoran manusia
(feces) yang mencemari 4F, lalu cemaran itu berpindah kemakanan yang kemudia
disantap manusia (Sardjana, 2017)

f. Patomekanisme

Menurut Mohammad (2017), mekanisme dasar yang menyebabkan


timbulnya diare ialah :

1) Gangguan osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obatobat/zat kimia
yang hiperosmotik malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi
mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa
/ galaktosa.
2) Gangguan sekresi
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini
yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa
makan/minum.
3) Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas
usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.

13
Penyebabnya antara lain: Diabetes mellitus, Pasca vagotomi,
Hipertiroid.
4) Malabsorpsi asam empedu dan lemak.
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan atau
produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
5) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme
transport aktif.
6) Gangguan permeabelitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal
disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada
usus halus.

g. Gambaran Klinis

Gejala diare mula-mula anak menjadi, gelisah, suhu tubuh biasanya


meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat,
sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi Dehidrasi
hipotonik,Isotonik, dan Hipertonik (Indriasari, 2019).

14
1) Anamnesis

2) Pemeriksaan Fisik

3) Pemeriksaan Penunjang

h. Penatalaksanaan

Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi,


nutrisi, terapi medikamentosa sesuai indikasi dan edukasi. Tujuan pengobatan
meliputi mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi, antibiotika selektif,
mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah
diare, mengurangi lama dan beratnya diare serta berulangnya episode diare
dengan pemberian zinc dan edukasi. Tujuan pengobatan dapat tercapai jika
mengikuti rencana terapi yang sesuai.
1. Rehidrasi Cairan
Koreksi cairan dan elektrolit dibedakan 2 macam :
a. Diare Akut Murni
 Diare akut dehidrasi ringan sedang menggunakan oralit dosis 75
mg/kgBB/4 jam. Jika terdapat gagal upaya rehidrasi oral (URO)
lakukan rehidrasi menggunakan IVFD dengan cairan Ringer Laktat
(RL) dosis 75ml/kgBB/4jam.
 Diare akut dehidrasi berat dapat menggunakan salah satu cara di
bawah:
I. Cairan Ringer Laktat dengan dosis 30ml/jam/kgBB sampai
tanda-tanda dehidrasi hilang (target 4 jam atau 120
ml/kgBB), atau
II. Umur 1-11 bulan : 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama,
selanjutnya 70 ml/kgBB dalam 5 jam. Setelah bayi bisa
mlnum tambahkan oralit 5ml/kgBB/jam.

15
III. 1 tahun keatas: 30ml/kgBB dalam 30 menit pertama,
selanjutnya 70ml/kgBB dalam 2,5 jam. Setelah anak bisa
minum tambahkan oralit 5ml/kgBB/jam.
a. Diare Akut dengan komplikasi
Mengunakan modifikasi Sutejo dengan cairan yang mengandung
Na: 63,3 mEq/L, K: 104mEq/L, Cl: 61,4 mEq/L, HCO3: 12,6 mEq/L (mirip
cairan KAEN 3A). Koreksi cairan diberikan secara intravena dengan
kecepatan:
 Diare akut dehidrasi ringan - sedang: 4 jam I: 50 cc/kgBB, 20 jam
II : 150 cc/kgBB Atau dapat diberikan dengan kecepatan yang
sama 200 cc/kgBB/hari.
 Diare akut dehidrasi berat: 4 jam I: 60 cc/kgBB, 20 jam II : 190
cc/kgBB.
Monitoring rehidrasi yang diberikan perhari dengan mengukur
keseimbangan cairan. Pada kasus dehidrasi berat sebaiknya terpasang
kateter. Rehidrasi dihentikan jika status rehidrasi telah tercapai atau tidak
terdapat tanda tanda dehidrasi. Diare akut dehidrasi ringan - sedang
dengan penyulit memerlukan cairan rehidrasi antara 150 - 200
ml/kgBB/hari, sedangkan dehidrasi berat dengan penyulit memerlukan
cairan rehidrasi 250 ml/kgBB/hari. Kebutuhan cairan dehidrasi untuk anak
yang lebih besar (>10 kg) kurang dari nilai tersebut, sebagai patokan
praktisnya adalah dehidrasi ringan - sedang memerlukan 1,5 - 2 kali
kebutuhan maintenance (misalnya anak 20 kg, kebutuhan maintanance
nya adalah 1500 ml berarti kebutuhan rehidrasinya 2250-3000 ml),
sedangkan dehidrasi berat 2,5 kali maintanance.

2. Terapi medikamentosa
Semua anak dengan diare harus diberikan zink elemental, untuk usia <6
bulan sebanyak 1x10 mg (1/2 tablet) dan usia 2 6 bulan sebanyak 1x20 mg (1

16
tablet) selama 10 - 14 hari. Pemberian besi elemental bertujuan untuk
mempertahankan integritas mukosa usus, pertumbuhan dan diferensiasi sel,
dan menjaga stabilitas dinding sel usus sehingga pemberian besi elemental
bukan hanya untuk mengobati diare yang sekarang, tetapi juga memiliki efek
protektif untuk infeksi diare mendatang.
Obat-obatan antimikroba termasuk antibiotik tidak dipakai secara rutin.
Pilihan pemberian antimikroba adalah sebagai berikut:

Etiologi Utama Alternatif


Vibrio cholerae Tetracycline 12,5 Erythromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari mg/kgBB 4x sehari
selama 3 hari selama 3 hari
Shigella disentri Nalidixid acid Ceftriaxone 100
55mg/kgBB/hari diberi mg/kg/BB 1x sehari IV
4 dosis selama 10 hari selama 2-5 hari atau
atau ciprofloxacin 15 Azitromycin
mg/kg/BB 2x sehari 10mg/kgBB 1x sehari
selama 5 hari selama 3 hari
Salmonella Kloramfenikol
100mg/kg/BB/hari
dibagi 4 dosis selama
10 hari
Amoebiasis Metronidazole 30-50
mg/kgBB dibagi 3
dosis 3x sehari selama
5 hari (10 hari pada
kasus berat)
Giardiasis Metronidazole 30-50
mg/kgBB/hari dibagi 3
dosis selama 5 hari
Helminthiasis Pyrantel pamoat 10 Albendazole 400 mg

17
• Ascaris/ mg/kgBB/hari dosis dosis tunggal untuk
Ankylostoma/ tunggal atau anak > 2 tahun
oxyuris Mebendazole 2x100
• Trichuris mg selama 3 hari
Candidiasis < 1 tahun 4x100.000
IU selama 5 hari
>1 tahun 4x300.000
IUn selama 5 hari

3. Diet
Prinsip pemberikan nutrisi pada anak yang mengalami diare adalah :
a. ASI tetap diberikan untuk anak usia < 6 bulan
b. Pemberian makan harus tetap diupayakan pada anak berumur 6
bulan atau lebih, walaupun nafsu makan anak belum membaik.

Jika anak biasanya tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi
(memulai kembali pemberian ASI setelah dihentikan) atau beri susu formula
yang biasanya diberikan. Jika anak berumur 6 bulan atau lebih atau sudah
makan makanan padat, beri makanan yang disajikan dalam bentuk bubur
saring. Tingkatkan frekuensi pemberian makanan setidaknya 6 kali sehari. Beri
makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per
harinya selama 2 minggu.

18
i. Komplikasi

j. Prognosis

Prognosis pada umumnya baik. Kematian yang banyak terjadi pada balita
dengan diare disebabkan karena dehidrasi. Namun, penatalaksanaan yang cepat
dan tepat serta edukasii yang baik kepada orang tua dapat mencegah prognosis
yang buruk pada pasien

k. Pengendalian Diare Akut

Penyebaran kuman penyebab diare umumnya secara fekal-oral. Upaya


pencegahan diare meliputi pemberian ASI yang benar, evaluasi persiapan dan
penyimpanan makanan dengan benar, penggunaan air bersih, menerapkan
budaya cuci tangan setelah buang air besar, setelah membersihkan feses bayi
dan sebelum makan, penggunaan jamban yang bersih oleh semua anggota
keluarga. Selain itu, meningkatkan daya tahun tubuh anak juga bisa mencegah
tejadinya diare sepertti dengan memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
dan memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi
anak.

Pada balita 1-7% kejadian diare berhubungan dengan campak.


Diperkirakan imunisasi campak yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan
dapat mencegah 40- 60% kasus campak. Selain imunisasi campak, dapat juga
diberikan vaksin rotavirus apabila tersedia. Vaksin rotavirus oral yang diberikan
sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberian interval 4-6 minggu.

l. Edukasi
Edukasi diberikan tentang penyakit diare itu sendiri dan pengobatan,
kebersihan diri dan lingkungan, pengaturan diet serta informasi mengenai kapan
harus segera membawa penderita ke rumah sakit. Edukasi ke orang tua sangat
penting. Orang tua sebaiknya membawa anak berobat ke fasilitas kesehatan jika
selama diare terdapat demam tinggi, díare disertai darah, anak mulai malas minum

19
dan makan, anak tampak haus terus menerus, atau diare tidak kunjung membaik
dalam waktu 3 hari.

2. Hal-hal yang Ada Hubungan dengan Kejadian Diare Akut Pada Balita

(a) Usia

Menurut Wong (2018), usia pra sekolah adalah anak pada usia1-5 tahun, yaitu
artinya anak masih dalam lingkungan keluarga sepenuhnya. Periode ketika anak-anak
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua
mereka. Pernyataan ini didukung oleh penelitian dari Nelly (2018) bahwa anak dengan
umur 1- 5 tahun sebanyak 60,0% menderita diare, lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok umur lainnya. Hasil ini dapat dihubungkan dengan meningkatnya aktifitas
bermain dan mobilitas anak pada kelompok umur tersebut sehingga risiko terkena
diare lebih besar.

(b) Status Gizi

Hubungan status diare dengan diare atau penyakit infeksi membawa

konsekuensi akan meningkatnya diare sampai gizi buruk pada anak. Dampak negatif

dari malnutrisi 30 adalah kekurangan zat besi dan rendahnya daya tahan tubuh baik

selular maupun humular. Selain itu, keadaan hati, enzim, pankreas, dan mukosa usus

pada anak-anak yang malnutrisi juga berpengaruh bagi timbulnya diare pada anak.

Pada anak malnutrisi serangan diare terjadi lebih sering dan lebih lama. Semakin

buruk keadaan gizi anak, semakin sering berat diare yang dideritanya (FKUI, 2018).

20
(c) Kualitas Jamban

Pembuangan tinja merupakan bagian penting dari kesehatan lingkungan.


Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden
penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Keluarga
yang tidak memiliki jamban harus membuat jamban dan keluarga harus membuang air
besar dijamban. Jamban harus dijaga dengan mencucinya dengan teratur, jika tidak
ada jamban maka anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan,
dan daerah anak bermain dan paling kurang 10 meter dari air bersih. Untuk menjaga
kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus
dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi
syarat kesehatan yaitu jarak jamban dengan sumber air bersih lebih dari 10 meter,
tidak terjangkau vector, mudah digunakan dan dibersihkan, tidak menimbulkan baud
dan tidak mencemari permukaa (Notoatmodjo, 2015).

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan


meningkatkan resiko terjadinya diare berdarah pada anak sebesar dua kali lipat
dibandingkan keluarga yang 29 mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang
memenuhi syarat sanitasi. Menurut hasil penelitian Irianto, bahwa anak berasal dari
keluarga yang menggunakan jamban (kakus) yang dilengkapi dengan tangki septik,
prevalensi diare 7,4% terjadi dikota dan 7,2% didesa. Sedangkan keluarga yang
menggunakan kakus tanpa tangki septik 12,1% diare terjadi dikota dan 8,9% didesa.
Kejadian diare tertinggi terdapat pada keluarga yang mempergunakan sungai sebagai
tempat pembuangan tinja, yaitu 17,0% dikota dan 12,7% di desa. Bangunan kakus
yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : rumah kakus, lantai kakus, sebaiknya
semen, slab, closet tempat feses masuk, pit sumur penampungan feses atau cubluk,
bidang resapan, bangunan jamban ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu
pandangan, tidak menimbulkan bau, disediakan alat pembersih seperti air atau kertas
pembersih.

21
(d) Sumber Air

Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan
sebagainya. Di antara 25 kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk
untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakitbagi manusia termasuk diare.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah :

1) Mengambil air dari sumber air yang bersih.


2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan
tertutup, serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
3) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh
binatang, anak- anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara
sumber air minum dengan sumber pengotoran (tangki septik),
tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10
meter.
4) Menggunakan air yang direbus.
5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang
bersih dan cukup (Depkes RI, 2015).

(e) Pemberian ASI

(f) Pendidikan Ibu

22
23
B. Kerangka Teori

Gambar 3
Kerangka Teori

24
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Riwayat
Pemberian ASI

Status Gizi

Jamban
Keluarga
Diare Akut

Sumber Air
Bersih

Pendidikan IBU

Variabel Variabel
Independent Dependent

Gambar 4
Kerangka Konsep

25
B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pemberian ASI dengan terjadinya diare akut


pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
2. Ada hubungan antara status gizi dengan terjadinya diare akut pada
balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun periode
tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?

3. Ada hubungan antara kualitas jamban dengan terjadinya diare akut


pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
4. Ada hubungan antara sumber air bersih dengan terjadinya diare akut
pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?
5. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan terjadinya diare akut
pada balita di beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun
periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021?

C. Definisi Operasional

1) Subjek Penelitian

Anak pada penelitian ini adalah anak yang berusia 1-5 tahun di
beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan
tahun 2021, yang tercatat pada jurnal sumber data penelitian.

Kriteria obyektif populasi subyek:


a. Kasus: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat balita

26
menderita diare akut
b. Kontrol: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat balita tidak
menderita diare akut

2) Pemberian ASI

Pemberian ASI pada penelitian ini adalah pemberian asi pada


balita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2011 sampai
dengan tahun 2021, yang tercatat pada jurnal sumber data penelitian.
Kriteria obyektif pemberian ASI:
a. Asi ekslusif: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat
balita mendapat asi ekslusif selama 6-24 bulan.
b. Non-asi ekslusif: bila pada jurnal sumber data penelitian
tercatat balita tidak mendapat asi ekslusif selama 6-24 bulan.

3) Status gizi

Status gizi pada penelitian ini adalah status gizi balita di beberapa
lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun
2021, yang tercatat pada jurnal sumber data penelitian.
Kriteria obyektif status gizi anak:
a. Berisiko: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat status gizi
anak dengan z-score ≤ -2 berdasarkan kategori status gizi BB/U.
b. Tidak beresiko : bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat status
gizi anak dengan z-score ≥ -2 berdasarkan kategori status gizi BB/U.

4) Kualitas Jamban

Kualitas jamban pada penelitian ini adalah kualitas jamban di


beberapa lokasi di wilayah indonesia periode tahun 2011 sampai dengan
tahun 2021, yang tercatat pada jurnal sumber data penelitian.

Kriteria objektif Kualitas jamban:

27
a. Sehat: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat kualitas
jamban memenuhi syarat
b. Tidak sehat: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat kualitas
jamban tidak memenuhi syarat

5) Sumber Air Bersih

Sumber air bersih pada penelitian ini adalah sumber air bersih di
beberapa wilaya indonesia pada periode tahun 2011 sampai dengan
tahun 2021.

Kriteria objektif sumber air bersih:

a. Tinggi: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat


kualitas sumber air bersih tinggi.
b. Tidak berisiko: bila pada jurnal sumber data penelitian
tercatat kualitas air bersih rendah.

6) Pendidikan Ibu

Pendidikan ibu pada penelitian ini adalah pendidikan ibu balita di


beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan
tahun 2020, yang tercatat pada jurnal sumber data penelitian.
Kriteria objektif pendidikan ibu:
a. Berisiko: bila pada jurnal sumber data penelitian anak tidur sekamar
dengan ≥ 2 individu.
b. Tidak berisiko: bila pada jurnal sumber data penelitian anak tidur
sekamar dengan ≥ 2 individu.

28
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode systematic review menggunakan beberapa jurnal hasil
penelitian tentang diare akut pada balita di beberapa lokasi di
wilayah indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2021
yang bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang ada hubungan
terjadinya diare akut pada balita.

2. Desain Penelitian

Faktor Risiko
Positif
Kasus
Faktor Risiko
Negatif

Faktor Risiko
Positif Kontrol

Faktor Risiko
Negatif

Gambar 5
Desain Penelitian

29
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat dan waktu penelitian

Disesuaikan dengan tempat dan waktu penelitian pada jurnal


sumber data penelitian. Tempat penelitian dari sepuluh jurnal
sumber data penelitian adalah di beberapa wilayah di Indonesia,
seperti dibawah ini:
a) Indonesia, 2011
b) Indonesia,2014
c) Indonesia, 2014
d) Indonesia, 2017
e) Indonesia, 2017
f) Indonesia, 2018
g) Indonesia,2018
h) Indonesia, 2020
i) Indonesia, 2021

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah sembilan jurnal penelitian tentang


diare akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah di Indonesia
periode tahun 2011 sampai dengan 2021.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah sembilan jurnal penelitian tentang


diare akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia
periode tahun 2011 sampai dengan 2021.

30
D. Kriteria Jurnal Penelitian

a. Jurnal penelitian tentang diare akut pada balita di beberapa wilayah di

Indonesia pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2021

b. Jurnal penelitian minimal memuat satu variabel yaitu riwayat pemberian

ASI, status gizi, jamban keluarga, sumber air bersih dan pendidikan ibu.

c. Jurnal penelitian kasus menggunakan metode analitik, dengan

pendekatan case-control.

Berdasarkan kriteria jurnal penelitian tersaring sembilan

jurnal yang akan digunakan sebagai sumber data penelitian,

seperti pada tabel berikut.

Tabel 2. Jurnal Penelitian tentang Diare Akut pada Balita yang Diteliti
di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia Tahun 2011 sampai dengan
Tahun 2021, yang Akan Digunakan sebagai Sumber Data.

31
Tempat Jumlah Desain
Peneliti Judul Penelitian
Penelitian Sampel Penelitian

Poernomo Faktor Resiko kejadian Indonesia 43 Case


et al, 2016 diare akut pada anak control
balita (studi epidemiologis
di puskesmas baamang
unit I Kabupaten
kotawaringin timur)

Hannif et Faktor risiko diare akut Indonesia 125 Case


al, 2011 pada balita Control

Putra et Faktor-faktor risiko Indonesia 36 Case


al, 2014 terjadinya diare akut pada Control
balita di desa tegallalang
pada bulan januari
sampai juli tahun 2014

Bancin et Faktor-faktor yang Indonesia 150 Case


al, 2017 berhubungan dengan control
kejadian diare pada anak
balita di wilya kerja
puskesmas helvetia tahun
2017

Novitasari Faktor-faktor yang Indonesia 41 Case


et al, 2017 berhubungan dengan Control
kejadian diare pada balita
di ruah sakit islam bogor
jawa barat

Wijaya et Indonesia 20 Case


al, 2012 Control
Faktor Risiko Kejadian
Diare Balita Di Sekitar
TPS Banaran Kampus
Unnes

Sugiarto Faktor risiko kejadian Indonesia 90 Case


et al, 2019 diare pada balita Control

Lanjutan Tabel 2

32
Susanto et Hubungan Pemberian Indonesia 56 Case
al, 2016 Imunisasi BCG dengan Control
Kejadian TB Paru pada
Anak

magdalen Indonesia 72 Case


a et al, Risk factors for control
2020 tuberculosis in children

E. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan data sampel pada penelitian ini


disesuaikan dengan cara pengambilan sampel jurnal penelitian
yang dijadikan sebagai sumber data penelitian di berbagai tempat
yaitu total sampling.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan


memasukkan semua data dari penelitian-penelitian yang digunakan
sebagai sampel ke dalam komputer dengan menggunakan program
Microsoft Excel. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
hasil penelitian masing-masing jurnal menyangkut riwayat
pemberian ASI, status gizi, jamban keluarga, sumber air bersih, dan
pendidikan ibu.

33
G. Alur Penelitian

Penelusuran jurnal penelitian tentang diare akut pada balita yang diteliti di
beberapa lokasi di wilayah Indonesia

Terkumpul sembilan jurnal penelitian tentang diare akut pada balita yang
diteliti di beberapa lokasi di wilayah Indonesia

Memenuhi Kriteria
Jurnal Penelitian

Terpilih sembilan jurnal penelitian analitik tentang diare akut pada balita yang
diteliti di beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2011 sampai
dengan tahun 2021

Membuat tabel rangkuman data dari jurnal sumber data

Melakukan pengambilan data kasus dan kontrol dari jurnal sumber data yang
terdiri dari :
1. Nama Peneliti dan tahun terbit; 2. Judul penelitian; 3. Tempat dan Waktu
Penelitian; 4.Riwayat pemberian ASI; 5. Status Gizi ; 6. Jamban Keluarga ; 7.
Sumber Air Bersih ; 8. Pendidikan Ibu

Pengumpulan0Data

Pengolahan dan Analisis Data

Penulisan Hasil
34

Penyajian Hasil Penelitian


Gambar 6
Alur penelitian

H. Prosedur Penelitian

1. Peneliti melakukan penelusuran penelitian/jurnal tentang diare akut


pada balita di Indonesia, yang ditelusuri pada Google Scholar,
Clinicalkey, Pubmed, situs web Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia, Scopus, atau Ebsco.
2. Peneliti akan melakukan pengumpulan semua jurnal penelitian tentang
diare akut pada balita di beberapa wilayah diindonesia.
3. Jurnal penelitian kemudian akan dipilah berdasarkan kriteria jurnal
penelitian
4. Akan dipilih 9 jurnal penelitian tentang diare akut pada balita yang
diteliti di beberapa lokasi di wilayah indonesia pada periode tahun
2011 sampai dengan tahun 2021, yang memenuhi kriteria jurnal
penelitian.
5. Data akan dikumpulkan dengan meng-input ke dalam komputer
dengan menggunakan program Microsoft Excel.
6. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil penelitian
masing masing literatur menyangkut riwayat pemberian ASI, status
gizi, jamban keluarga, sumber air bersih dan pendidikan ibu.
7. Data dari 9 jurnal sumber data penelitian akan dituangkan dalam tabel
rangkuman data hasil penelitian.
8. Kemudian akan dilakukan pengambilan data dari jurnal penelitian
sumber data yang terdiri dari :
a. Nama Peneliti dan Tahun Terbit

35
b. Judul Penelitian
c. Tempat dan Waktu Penelitian
d. Status Gizi: akan diambil data status gizi dari jurnal sumber data
penelitian kemudian dikelompokkan menjadi kelompok berisiko bila
pada jurnal sumber data penelitian tercatat status gizi anak kurang
atau malnutrisi, atau kelompok tidak berisiko bila pada jurnal sumber
data penelitian tercatat status gizi anak normal
e. Riwayat Imunisasi BCG: akan diambil data status imunisasi BCG dari
jurnal sumber data penelitian kemudian dikelompokkan menjadi
kelompok berisiko bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat anak
tidak mendapat imunisasi BCG, atau kelompok tidak berisiko bila pada
jurnal sumber data penelitian tercatat anak mendapat imunisasi BCG.
f. Riwayat kontak TB: akan diambil data riwayat kontak serumah dari
jurnal sumber data penelitian kemudian dikelompokkan menjadi
kelompok berisiko bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat anak
ada riwayat kontak serumah, atau kelompok tidak berisiko bila pada
jurnal sumber data penelitian tercatat anak tidak ada riwayat kontak
serumah.
g. Kepadatan hunian: akan diambil data kepadatan hunian dari jurnal
sumber data penelitian kemudian dikelompokkan menjadi kelompok
berisiko bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat kepadatan
hunian pada kamar tidur lebih dari 2 orang per kamar, atau kelompok
tidak berisiko bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat luas
kepadatan hunian pada kamar tidur lebih dari 2 orang per kamar.
9. Akan dilakukan pengolahan data menggunakan program microsoft
excel dan analisis data lebih lanjut menggunakan program SPSS.
10. Setelah analisis data selesai, peneliti akan melakukan penulisan hasil
penelitian sebagai penyusunan laporan tertulis dalam bentuk skripsi.
11. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk lisan dan tulisan.

36
I. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel,


setelah data dikumpulkan, kemudian dianalisa menggunakan program
SPSS 23 untuk memperoleh hasil analisa bivarian yang diharapkan.
Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel chi-square.

J. Aspek Etika

Penelitian ini tidak mempunyai masalah yang dapat


melanggar etik penelitian karena:

1. Peneliti akan mencantumkan nama penulis/editor dan tahun terbit dari


jurnal/buku sumber referensi pada setiap rujukan yang dirujuk dari
jurnal/buku yang bersangkutan.
2. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua
pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah
disebutkan sebelumnya.

37
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil analisis bivariat menunjukkan rangkuman masing-masing hasil penelitian terkait hal-hal yang ada hubungan
dengan terjadinya tuberculosis paru pada anak dibeberapa lokasi di wilayah Asia Afrika periode tahun 2015 sampai
dengan tahun 2020. Dari sembilan jurnal sumber data penelitian tersebut dapat mewakili hal-hal yang ada hubungan
dengan tuberculosis paru anak seperti status gizi, riwayat kontak dengan penderita tb, riwayat imunisasi BCG dan
kepadatan hunian. Jumlah sampel yang diteliti bervariasi antara 200 – 1.406 sampel dengan desain penelitian yang
diterapkan menggunakan case control. Penggunaan metode case control banyak digunakan pada penulisan skripsi.

38
JURNAL SUMBER DATA RIWAYAT PEMBERIAN ASI STATUS GIZI JAMBAN KELUARGA SUMBER AIR BERSIH PENDID
NO KASUS KONTROL KASUS KONTROL KASUS KONTROL KASUS KONTROL KASUS
N % N % N % N % N % N % N % N % N %

FAKTOR RISIKO 19 95,00% 8 40,00% 0 0,00% 0 0,00% 15 75,00% 3 15,00% 2 10,00% 2 10,00% 0 0,00%
KEJADIAN DIARE BALITA
1. DI SEKITAR
TPS BANARAN KAMPUS
UNNES
1 5,00% 12 60,00% 0 0,00% 0 0,00% 5 25,00% 17 85,00% 18 90,00% 18 90,00% 0 0,00%

0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 35 35,70% 3 4,90% 30 30,60% 2 3,30% 0 0,00%

FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
2.
KEJADIAN
DIARE PADA BALITA

0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 63 64,30% 58 95,10% 68 69,40% 59 96,70% 0 0,00%

22 61,10% 3 8,30% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 28 77,80% 10 27,80% 0 0,00%


FAKTOR-FAKTOR RISIKO
TERJADINYA DIARE AKUT
PADA BALITA DI DESA
3.
TEGALLALANG PADA
BULAN JANUARI SAMPAI
JULI TAHUN 2014
14 38,90% 33 91,70% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 8 22,20% 26 72,20% 0 0,00%

39
FAKTOR-FAKTOR YANG 33 80,40% 20 48,80% 33 80,50% 17 41,50% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%
BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DI
4.
RUMAH SAKIT ISLAM
BOGOR
JAWA BARAT TAHUN
2017 8 19,60% 21 51,20% 8 19,50% 24 58,50% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%

FAKTOR-FAKTOR YANG 0 0,00% 0 0,00% 35 58,30% 15 25,00% 33 55,00% 22 36,70% 32 53,30% 20 33,30% 0 0,00%
BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN
5. DIARE PADA ANAK
BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS
HELVETIA TAHUN 2017
0 0,00% 0 0,00% 25 41,70% 45 75,00% 27 45,00% 38 63,30% 28 46,70% 40 66,70% 0 0,00%

ANALISIS FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN 34 72,30% 4 30,80% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 39 83,00%
DENGAN KEJADIAN
6. DIARE
BALITA DI KELURAHAN
KARYAJAYA KOTA 13 27,70% 9 69,20% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 8 17,00%
PALEMBANG

7. FAKTOR RISIKO 21 70,00% 17 28,30% 14 46,70% 7 11,70% 21 70,00% 19 31,70% 12 40,00% 8 13,30% 0 0,00%
KEJADIAN DIARE PADA
BALITA

40
9 30,00% 43 71,70% 16 53,30% 53 88,30% 9 30,00% 41 68,30% 18 60,00% 52 86,70% 0 0,00%

10 20,00% 1 2,00% 0 0,00% 0 0,00% 3 6,00% 1 2,00% 10 20,00% 1 2,00% 7 30,40%


Analisis Faktor Risiko
Terjadinya Diare Pada
8. Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pakuan Baru
Kota Jambi
40 80,00% 49 98,00% 0 0,00% 0 0,00% 47 94,00% 49 98,00% 40 80,00% 49 98,00% 16 69,60%

HUBUNGAN PENDIDIKAN,
PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DAN STATUS 34 81,00% 26 55,30% 26 61,90% 7 14,90% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 27 64,30%
GIZI
BALITA DENGAN
9. KEJADIAN DIARE PADA
BALITA DI WILAYAH
KERJA
UPTD PUSKESMAS
8 19,00% 21 44,70% 16 38,10% 40 85,10% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00% 15 35,70%
TANJUNG BARU
BATURAJA TAHUN 2021

173 79 108 46 107 48 114 43 73


JUMLAH
93 188 65 162 151 203 180 244 39

RIWAYAT PEMBERIAN ASI STATUS GIZI JAMBAN KELUARGA SUMBER AIR BERSIH PENDID

41
1. Hubungan antara Riwayat Pemberian ASI dengan Tejadinya Diare
Akut pada Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia periode
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2021.

Tabel 8. Hubungan antara Riwayat Pemberian ASI dengan


Tejadinya Diare Akut pada Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah
Indonesia periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2021.

Riwayat Kasus Kontrol


OR (95%
No Pemberi Total P
n % N % CI)
an ASI

1 Berisiko 173 65,0 79 29,6 252

Tidak 4,427(3,0
2 93 35,0 188 70,4 281 <,001
berisiko 76-6,371)

Total 266 100 267 100 533

Keterangan : n: Jumlah
%: Persentase

Tabel 8 menunjukkan tabel hubungan riwayat pemberian ASI dengan

diare akut pada balita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia, riwayat

pemberian ASI berisiko sebanyak 252 sampel, yang terdiri dari 173 (68,7)

sampel untuk kelompok kasus dan 79 (31,3) sampel untuk kelompok

kontrol. Sedangkan riwayat pemberian asi tidak berisiko sebanyak 281

sampel, yang terdiri dari 93 (31,3) sampel untuk kelompok kasus dan 188

(68,7) sampel untuk kelompok kontrol. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai

42
p = 0.000 (< 0.05) yang berarti terdapat hubungan antara riwayat

pemberian ASI dengan terjadinya diare akut pada balita.

2. Hubungan antara status gizi dengan Terjadinya Diare Akut pada


Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia periode Tahun
2011 sampai dengan Tahun 2021.

Tabel 11. Hubungan antara status gizi dengan Terjadinya Diare Akut
pada Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia periode Tahun
2011 sampai dengan Tahun 2021.

Kasus Kontrol
Status OR (95%
No Total P
gizi n % N % CI)

1 Berisiko 108 62,4 46 22,1 154

Tidak 5,852(3,7
2 65 37,6 162 77,9 227 <,001
berisiko 34-9,171)

Total 173 100 208 100 381

Keterangan: n = Jumlah

% = Persentase

Tabel 11 menunjukkan tabel hubungan riwayat imunisasi BCG

hunian dengan tuberkulosis paru pada anak di beberapa lokasi di wilayah

Asia Afrika, riwayat imunisasi BCG berisiko sebanyak 504 sampel, yang

terdiri dari 299 (79,2%) sampel untuk kelompok kasus dan 205 (40%)

sampel untuk kelompok kontrol. Sedangkan riwayat imunisasi BCG tidak

43
berisiko sebanyak 418 sampel, yang terdiri dari 111 (27,1%) sampel untuk

kelompok kasus dan 307 (60%) sampel untuk kelompok kontrol. Dari hasil

uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (< 0.05) yang berarti terdapat

hubungan antara riwayat imunisasi BCG hunian dengan tuberkulosis paru

pada anak.

3. Hubungan antara Jamban Keluarga dengan Terjadinya Diare Akut


pada Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia periode
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2021.

Tabel 9. Hubungan antara jamban keluarga dengan Terjadinya


diare akut pada balita di Beberapa Lokasi di Wilayah indonesia
periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2021.

Kasus Kontrol
Jamban OR (95%
No Total P
keluarga n % N % CI)

1 Berisiko 107 41,5 48 19,1 155


2,997
Tidak (2,008- <,001
2 151 58,5 203 80,9 354
berisiko 4,472)
Total 258 100 251 100 509

Keterangan: n = Jumlah
% = Persentase

Tabel 9 menunjukkan tabel hubungan riwayat kontak tb dengan


tuberkulosis paru pada anak di beberapa lokasi di wilayah asia afrika,
riwayat kontak tb berisiko sebanyak 435 sampel, yang terdiri dari 353
(65,2%) sampel untuk kelompok kasus dan 82 (12,4%) sampel untuk
kelompok kontrol. Sedangkan riwayat kontak tb tidak berisiko sebanyak

44
765 sampel, yang terdiri dari 188 (34,8%) sampel untuk kelompok kasus
dan 577 (87,6%) sampel untuk kelompok kontrol. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0.000 (< 0.05) yang berarti terdapat hubungan antara
riwayat kontak tb dengan tuberkulosis paru pada anak.

4. Hubungan antara sumber air bersih dengan Terjadinya Diare Akut


pada Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia periode
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2021.

Tabel 10. Hubungan antara sumber air bersih dengan Terjadinya


Diare Akut pada Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia
periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2021.

Sumber Kasus Kontrol


OR (95%
No Air Total P
n % N % CI)
Bersih

1 Berisiko 114 38,8 43 15,0 157

Tidak 3,594(2,4
2 180 61,2 244 85,0 424 <0,01
berisiko 09-5,362)

Total 294 100 287 100 581

Keterangan: n = Jumlah
% = Persentase

Tabel 10 menunjukkan tabel hubungan kepadatan hunian dengan

tuberkulosis paru pada anak di beberapa lokasi di wilayah Asia Afrika.

Kepadatan hunian berisiko sebanyak 201 sampel, yang terdiri dari 104

45
(72,8%) sampel untuk kelompok kasus dan 97 (49,5 sampel untuk

kelompok kontrol. Sedangkan riwayat kepadatan hunian tidak berisiko

sebanyak 138 sampel, yang terdiri dari 39 (27,2%) sampel untuk

kelompok kasus dan 99 (50,5%) sampel untuk kelompok kontrol. Dari

hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (< 0.05) yang berarti terdapat

hubungan antara kepadatan hunian dengan tuberkulosis paru pada anak.

5. Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Terjadinya Diare Akut


pada Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia periode
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2021.

Tabel 10. Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Terjadinya


Diare Akut pada Balita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia
periode Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2021.

Kasus Kontrol
Pendidi OR (95%
No Total P
an Ibu n % N % CI)

1 Berisiko 73 65,2 24 30,4 97


4,290
Tidak (2,314- <,001
2 39 34,8 55 69,6 94
berisiko 7,952)
Total 112 100 79 100 191

Keterangan: n = Jumlah
% = Persentase

46
Tabel 10 menunjukkan tabel hubungan kepadatan hunian dengan

tuberkulosis paru pada anak di beberapa lokasi di wilayah Asia Afrika.

Kepadatan hunian berisiko sebanyak 201 sampel, yang terdiri dari 104

(72,8%) sampel untuk kelompok kasus dan 97 (49,5 sampel untuk

kelompok kontrol. Sedangkan riwayat kepadatan hunian tidak berisiko

sebanyak 138 sampel, yang terdiri dari 39 (27,2%) sampel untuk

kelompok kasus dan 99 (50,5%) sampel untuk kelompok kontrol. Dari

hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.000 (< 0.05) yang berarti terdapat

hubungan antara kepadatan hunian dengan tuberkulosis paru pada anak.

B. Pembahasan

1. Hubungan antara Status Gizi dengan Terjadinya Tuberkulosis


Paru pada Anak di Beberapa Lokasi di Wilayah Asia Afrika
periode Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2020.

Dari hasiI anaIisisis bivariat, terdapat hubungan secara statistik antara

status gizi dengan terjadinya tuberkulosis paru pada anak di beberapa

lokasi di wilayah Asia Afrika periode tahun 2015 sampai dengan tahun

2020 dengan nilai p = 0.000 (<0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian

Shafira, (2018) yang menunjukkan adanya hubungan antara status gizi

47
terhadap terjadinya tuberkulosis paru pada anak dengan nilai p = 0,004 (<

0.05).

Status gizi sangat berperan penting terhadap terjadinya berbagai

penyakit termasuk penyakit TB paru. Anak dengan gizi buruk akan

mengakibatkan kekurusan, lemah dan rentan terserang infeksi TB

sehingga berdampak kepada melemahnya daya tahan tubuh anak. Anak

yang memiliki status gizi buruk dapat memengaruhi tanggapan tubuh

berupa pembentukan antibody dan limfosit terhadap adanya kuman

penyakit yang menyerang tubuh anak. Pembentukan antibody dan limfosit

memerlukan bahan baku protein dan karbohidrat sehingga anak yang

memiliki status gizi buruk akan memiliki produksi antibody dan limfosit

yang berkurang. Gizi buruk pada anak akan berdampak kepada terjadinya

gangguan imunologi dan memengaruhi proses penyembuhan penyakit

(Husna, et al., 2016).

2. Hubungan antara Riwayat Imunisasi BCG dengan Terjadinya


Tuberkulosis Paru pada Anak di Beberapa Lokasi di Wilayah Asia
Afrika periode Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2021.

Dari hasiI anaIisisis bivariat, terdapat hubungan secara statistik antara

riwayat imunisasi BCG dengan dengan terjadinya tuberkulosis paru pada

anak di beberapa lokasi di wilayah Asia Afrika periode tahun 2015 sampai

dengan tahun 2020 dengan nilai p = 0.000 atau (< 0.05). Hal ini sesuai

dengan studi yang dilakukan oleh Ridho (2017) di RSUD Dr. Pirngadi

48
Medan dengan hasil uji statistik diperoleh p-value 0,000 atau < 0.05 yang

berarti bahwa terdapat antara riwayat imunisasi BCG dengan terjadinya

tuberkulosis paru pada anak (Ridho, 2017).

Imunisasi BCG dapat mengurangi risiko anak terkena penyakit TB

paru dengan efektifitas sebesar 50%. Imunitas yang terbentuk ketika bayi

diberikan imunisasi BCG sebenarnya tidaklah menjamin sepenuhnya bayi

akan terlindungi dari infeksi TB paru tetapi jika bayi tidak diberikan

perlindungan dalam bentuk pemberian imunisasi BCG maka tidak memiliki

sebuah perlindungan didalam tubuhnya dan jika terkena penyakit TB paru

akan memiliki risiko mendapatkan komplikasi penyakit lainnya. Keefektifan

imunisasi BCG sebenarnya sangat bervariasi karena terdapat beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas imunisasi BCG terhadap

penyakit TB paru seperti perbedaan vaksin BCG yang diberikan,

keterpaparan bakteri mycobacterium tuberculosis yang tinggi didalam

lingkungan anak, faktor genetik yang dimiliki anak, status gizi anak dan

faktor lainnya seperti paparan sinar ultraviolet terhadap vaksin sehingga

kualitas vaksin menjadi kurang baik dan kesalahan petugas kesehatan

dalam melakukan penyuntikan sehingga kinerja vaksin yang diberikan

tidak optimal (Michelsen et al., 2014).

3. Hubungan antara Riwayat kontak TB dengan Terjadinya


Tuberkulosis Paru pada Anak di Beberapa Lokasi di Wilayah Asia
Afrika periode Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2020.

49
Dari hasiI anaIisisis bivariat, terdapat hubungan secara statistik antara

riwayat kontak TB dengan terjadinya tuberkulosis paru pada anak di

beberapa lokasi di wilayah Asia Afrika periode tahun 2015 sampai dengan

tahun 2020 dengan nilai p = 0.000 (<0.05). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Muhammad S, dkk (2015) mahasiswa

fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado dengan hasil uji

statistik diperoleh p = 0,000 atau (< 0.05) yang berarti bahwa terdapat

hubungan antara riwayat kontak TB dengan terjadinya tuberkulosis paru

pada anak.

Penentuan riwayat kontak sebagai salah satu indikator utama,

menunjukkan bahwa riwayat kontak merupakan faktor penting dalam

proses terjadinya tuberkulosis pada anak (Kemenkes, 2013). Kontak

dengan penderita tuberkulosis merupakan faktor risiko utama terjadinya

tuberkulosis pada anak sehingga makin erat dan lama kontaknya semakin

besar risiko terjadinya (Sidhi, 2010). Peluang peningkatan paparan

tuberkulosis salah satunya sangat terkait dengan jumlah kasus menular di

masyarakat dan intensitas batuk dari sumber penularan (Kemenkes,

2014). Peluang peningkatan paparan berhubungan dengan banyaknya

jumlah sumber penularan sesuai dengan penelitian yang dilakukan Diani

dkk (2011) di mana jumlah sumber penularan dalam satu rumah atau

yang ada dalam masyarakat akan meningkatkan risiko infeksi tuberkulosis

pada seorang anak. Semakin banyak sumber penularan tuberkulosis

dewasa, semakin tinggi derajat sputum BTA pasien tuberkulosis, maka

50
semakin tinggi persentase infeksi tuberkulosis pada subjek. Anak sangat

rentan tertular bakteri tuberkulosis dari orang dewasa. Penderita dewasa

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak)

pada waktu berbicara, batuk, atau bersin.

4. Hubungan antara Kepadatan Hunian dengan Terjadinya


Tuberkulosis Paru pada Anak di Beberapa Lokasi di Wilayah Asia
Afrika periode Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2021.

Dari hasiI anaIisisis bivariat, terdapat hubungan secara statistik antara

kepadatan hunian dengan terjadinya tuberkulosis paru pada anak di

beberapa lokasi di wilayah Asia Afrika periode tahun 2015 sampai dengan

tahun 2020, dengan nilai p = 0.000 atau (< 0.05). Hal ini sejalan dengan

penelitian Ika, (2020) yang menunjukkan adanya hubungan kepadatan

hunian dengan terjadinya tuberkulosis paru pada anak dengan nilai p-

value 0,001 atau < 0.05 (Ika, 2019)

Kepadatan hunian merupakan salah satu faktor risiko penyebab

terjadinya tuberkulosis paru dimana kepadatan hunian penduduk lebih

banyak ditemukan pada kelompok masyarakat yang memiliki sumber

penularan lebih dari satu orang. Jika rumah tempat tinggal atau hunian

semakin padat maka penularan penyakit melalui udara akan terjadi lebih

mudah dan cepat apalagi dalam rumah tersebut terdapat seseorang yang

menderita tuberkulosis paru maka akan sangat rentan anak untuk

terinfeksi penyakit tuberkulosis paru.

51
Ukuran luas ruangan suatu rumah atau hunian sangat berkaitan erat

dengan luas lantai rumah, dimana luas rumah tempat tinggal atau hunian

yang sehat itu harus cukup bagi setiap penghuni di dalamnya. Termasuk

penghuni kamar tidur apabila jumlah penghuni kamar lebih banyak dan

tidak sebanding dengan luas kamar maka akan menyebabkan

overcrowded. Kamar yang dihuni banyak orang akan menimbulkan

dampak buruk untuk kesehatan dan akan menjadi sumber potensial pada

penyakit infeksi. Semakin banyak jumlah penghuni maka akan

berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan tersebut.

Peningkatan kadar CO2 di udara, maka kuman mycobacterium

tuberculosis memiliki kesempatan lebih untuk berkembang biak. Oleh

sebab itu untuk menjaga kelembaban dan suhu maka perlu adanya siklus

pertukaran udara baik alami maupun buatan yang dapat menjaga

kesegaran dari ruangan itu sendiri (Kenia, 2019).

52
BAB VI
KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari sembilan jurnal sumber data yang


khusus mengkaji hal-hal yang ada hubungan dengan dengan terjadinya
tuberkulosis paru pada anak di beberapa lokasi di wilayah Asia Afrika
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara status gizi, riwayat kontak TB, riwayat
imunisasi BCG dan kepadatan hunian dengan dengan terjadinya
tuberkulosis paru pada anak di beberapa lokasi di wilayah Asia Afrika
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

B. Saran

Kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang


hal-hal yang ada hubungan dengan tuberkulosis paru pada anak
diharapkan untuk mencari lebih banyak hal-hal yang memiliki hubungan
dengan tuberkulosis paru pada anak karena selama pandemi Covid-19
penulis memiliki banyak keterbatasan untuk melakukan pencarian data
sehingga data yang digunakan merupakan data yang diambil dari jurnal
penelitian.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun beberapa keterbatasan penelitian yang didapatkan dalam


penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Oleh karena adanya pandemi COVID-19, penelitian ini tidak dilakukan


dengan menggunakan data primer sehingga data yang digunakan
bukan merupakan data terbaru.

53
2. Terbatasnya jurnal penelitian dari berbagai situs website tentang
tuberkulosis paru pada anak yang memenuhi kriteria inklusi
penelitian.

54
DAFTAR PUSTAKA

1. S Setiati, S., Alwi, I., Sudaya, A. W., K, M. S., Setiyohadi, B., &
Syam, A. F. (2017). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (6 ed.). Jakarta
Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Diponegoro.
2. Indah, M. (2018). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta Selatan. Retrieved March 5, 2020.
3. Sharma, D.,Dkk. Pathophysiology of Tuberculosis: An Update
Review.Hi – Tech College of Pharmacy. 2018; 6(2); 15-21
4. petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB pada Anak.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2016
5. Jahroni MK, Mood BS. Pulmonary tuberculosis in children.
International journal of Infection2014.
6. Crofton J, Horne N, Miler F. Tuberkulosis klinis, Edisi 2. Alih bahasa
Muherman Harun. Jakarta: Widya Medika; 2002.
7. World Health Organization. Global tuberculosis control. a short
update to the 2009 report. Geneva Switzerland. WHO; 2009.
8. Kemenkes, R.I. 2013. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak.
Jakarta: Kementerian Kesehatan, Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
9. Kliegman, R. M., Stanton, B. F., III, J. W., & Schor, N. F. (2016).
Nelson Textbook of Pediatrics (20nd ed.).
10. Hadifah, Z., Dkk. Gambaran Penderita Tuberkulosis Paru di Tiga
Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. SEL
Jurnal Penelitian Kesehatan.2017; 4: 34- 40.
11. Oktavia, S., Mutahar, R., & Destriatania, S. (2016, July). Analisis
Faktor Risiko Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Kertapati Palembang. Retrieved 6 March, 2020.
12. Kementerian Kesehatan RI. Konsensus Pengelolaan Tuberkulosis
dan diabtes Melitus (TB-DM) di Indonesia. Indonesia: Kemenkes RI

55
13. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Manajemen Terpadu
Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat. Indonesia: Kemenkes RI,
2014
14. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis, Kementerian Kesehatan RI, 2014
15. Diani, A.; Setyanto, D.B.; Nurhamzah, W. 2011. Proporsi Infeksi
Tuberkulosis dan Gambaran faktor Risiko pada Balita yang tinggal
dalam Satu Rumah dengan Pasien Tuberkulosis paru Dewasa.
Jurnal Sari Pediatri, Volume XIII(1), p. 66.
16. Jahromi, Maryam Keshtkar.,Dkk. Pulmonary Tuberculosis in
Children. Int J Infect.2014.
17. Setyaningsih, N., Setyobroto, I., & Supartuti. (2016). Kajian Status
Gizi, Imunisasi Bacillus calmette guerin (BCG), dan Kondisi
Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis pada Bakita di
Kecamatan Mlati Sleman. Retrieved March 7, 2020.
18. Shenoi, S.,Dkk. Diagnostics for pulmonary tuberculosis. Postgrad
Med J. Author manuscript; available in PMC. 2016
19. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan. 2020
20. Fletcher, H., TB Vaccine Development and the End TB Strategy:
Importance and Current Status. Oxford University Press on behalf of
Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. 2016.Page: 212
21. Marais BJ, Hesseling AC, Gie RP, Schaaf HS, Beyers N. The burden
of childhood tuberculosis and the accuracy of community based
surveillance data. Int J Tuberc Lung Dis 2006.
22. Hadifah, Z., Dkk. Gambaran Penderita Tuberkulosis Paru di Tiga
Puskesmas Wilayah Kerja Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. SEL
Jurnal Penelitian Kesehatan.2017; 4: 34- 40.
23. World Health Organization. (2020, March 24). Retrieved May 15,
2020, from TBC.
24. Yusuf, R. N., & Nurleli. (2018). Hubungan Status Gizi dengan
Kejadian TB Paru. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, I, 38-39.

56
25. Shafira, Z., Sudarwati, S., & Alam, A. (2018). Profil pasien
tuberkulosis anak dengan anti tuberculosis drug induced
hepatotoxicity di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Sari Pediatri, 19(5), 290–294.
26. Husna, C. A., Yani, F. F., & Masri, M. (2016). Gambaran status gizi
pasien tuberkulosis anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 5(1), 228–232.
27. Muhammad S. D. Wijaya, Max F. J. Mantik, Novie H. Rampengan.
2019. Faktor Risiko Tuberkulosis pada Anak. Manado: Universitas
Sam Ratulangi.
28. Sidhi, D. P. 2010. Riwayat Kontak Tuberkulosis sebagai Faktor
Risiko Hasil Uji Tuberkulin. Positif. 2010. Tesis. Semarang:
Universitas Diponegoro.
29. Kenia, D. P. 2019. Hubungan Kepadatan Iiunian dengan Kejadian TB
Paru di wilayah Kerja Puskesrnas Karya Jaya Palembang.
30. Ridho Prip Trijasa Siringoringo, Novita Hasiani Simanjuntak.2017.
Hubungan Antara Pemberian Imunisasi BCG Dengan
Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Anak Balita Di
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
31. Michelsen, S. W., Soborg, B., Koch, A., Carstensen, L., Hoff, S. T.,
Agger, E. M., Melbye, M. (2014). The effectiveness of BCG
vaccination in preventing mycobacterium tuberculosis infection and
disease in Greenland. Thorax, 69(1), 851– 856.

57
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Kegiatan Penelitian
No. Tahun 2020 2021 2022
Bulan 1 2 3-12 1 2 3-11 12 1 2
I Persiapan
1. Pembuatan proposal
2. Seminar Draft Proposal
3. Ujian Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Pengurusan rekomendasi etik
II Pelaksanaan
1. Pengambilan data
2. Membuat Rangkuman Data
3. Pemasukan data
4. Analisa data
5. Penulisan laporan
III Pelaporan
1. Seminar hasil
2. Perbaikan laporan
3. Ujian skripsi

58
Lampiran 2. Tim Peneliti dan Biodata Peneliti Utama

1. Daftar Tim Peneliti

Kedudukan
No Nama Dalam Keahlian
Penelitian

1. Angelina Permatasari Peneliti Utama Belum ada

2. Dr. Suriana Dwi Sartika Dokter Spesialis Penyakit


Rekan Peneliti 1
,Sp.PD Dalam

3. Dr. Fatmawati Annisa


Syamsuddin, M. Rekan Peneliti 2 Dokter Magister Biomed
Biomed

2. Biodata Peneliti Utama

a. Data Pribadi

Nama : Angelina Permatasari


Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 14 Oktober 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katolik
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan Perumnas ra blok 2 no.96 Kecamatan
Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Nomor Telepon/Hp : 082196293952
E-mail : angelinapermatasarii14@gmail.com
Status : Mahasiswa

b. Riwayat Keluarga

Nama Ayah : Denny Boy


Nama Ibu : Yuli Astanti

37
Saudara : Dewi Permatasari
Carolina Permatasari

c. Riwayat Pendidikan

Tahun 2006-2012 : SD 81 Langkanae Palopo¸Sulawesi Selatan

Tahun 2012-2014 : SMPN 1 Palopo, Sulawesi Selatan

Tahun 2014-2017 : SMAN 3 Palopo, Sulawesi Selatan

Tahun 2018 : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas

Kedokteran Universitas Bosowa

d. Pengalaman Organisasi

1) Anggota English Club SMAN 3 Palopo 2015-2016

2) Staff Pendidikan dan Profesi BEM FK Bosowa 2019-2020

3) Anggota AMSA Indonesia

4) Staff Pendidikan dan Profesi BEM FK Bosowa 2020-2021

e. Pengalaman Meneliti:

Belum ada

60
Lampiran 3. Rencana Biaya Penelitian Dan Sumber Dana

No. Biaya Penelitian Jumlah Sumber


Dana
1. Pengurusan Administrasi
Rp. 250.000,-
Rekomendasi Etik
2. Biaya Administrasi Tes Turnitin Rp. 200.000,-
3. Biaya Penggandaan dan Mandiri
Rp. 1.000.000,-
Penjilidan Proposal dan Skripsi
4. Biaya Pulsa Rp. 500.000,-
5. Biaya ATK Rp. 150.000,-
6. Lain-lain Rp. 100.000,-
TOTAL BIAYA Rp. 2.200.000,-

61
Lampiran 4. Rekomendasi Etik

62
Lampiran 5. Sertifikat Bebas Plagiarisme

63

Anda mungkin juga menyukai