ABSES CEREBRI
Disusun oleh:
Elsyah Mayora
4522112018
Pembimbing:
Dr. dr. Nurussyariah Hammado, M.AppSci, M.NeuroSci, Sp.N(K), FIPM
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Definisi 1
1.2 Epidemiologi 1
1.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi 1
1.4 Patofisiologi 2
1.5 Manifestasi Klinis 3
BAB V. PENUTUP 9
DAFTAR PUSTAKA 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Abses cerebri adalah infeksi intraserebral fokal yang dimulai
sebagai sebagai serebritis yang terlokalisir di jaringan otak dan
berkembang menjadi kumpulan pus yang dikelilingi oleh kapsul otak
disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus, dan
protozoa.10,11
1.2 Epidemiologi
Abses cerebri paling sering terjadi pada anak berusia 4 sampai 8
tahun. Abses otak dapat terjadi akibat emboli penyakit jantung kongenital
dengan pintas atrioventrikuler (terutama tetralogi fallot), meningitis, otitis
media kronis dan mastoiditis, sinusitis, infeksi jaringan lunak pada wajah
ataupun scalp, status imunodefisiensi dan infeksi pada pintas
ventrikuloperitonial. Pada pada 10-15% kasus patogenesis abses cerebri
tidak begitu dimengerti.11
Abses cerebri termasuk dalam golongan penyakit infeksi yang
mengancam kehidupan masyarakat (life threatening infection) karena
memiliki resiko kematian yang sangat tinggi yaitu sekitar 10-60% atau
rata-rata 40%. Di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 1500-2500 kasus
abses serebri per tahun. Prevalensi diperkirakan 0,3-1,3 per 100.000
orang/tahun. Jumlah penderita pria lebih banyak daripada wanita, yaitu
dengan perbandingan 2:1 sampai dengan 3:1 bergantung pada kondisi
predisposisi yang menyebabkan terbentuknya abses cerebri.8
Hasil penelitian Xiang Y Han (The University of Texas MD.
Anderson Cancer Center Houston Texas) terhadap 9 penderita abses otak
yang diperolehnya selama 14 tahun (1989-2002), menunjukkan bahwa
jumlah penderita laki-laki > perempuan dengan perbandingan 7:2, berusia
sekitar 38-78 tahun dengan angka kematian 55%. 12 Demikian juga dengan
2
hasil penelitian Hakim AA. Terhadap 20 pasien abses otak yang terkumpul
selama 2 tahun (1984-1986) dari RSUD Dr Soetomo Surabaya,
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, dimana jumlah penderita
abses otak pada laki-laki > perempuan dengan perbandingan 11:9,
berusia sekitar 5 bulan-50 tahun dengan angka kematian 355 (dari 20
penderita, 7 meninggal).13
3. Faktor lingkungan
Faktor tersebut bersangkutan dengan transisi kuman. Yang dapat
masuk ke dalam tubuh melalui kontak antar individu, vektor, melaui
air, atau udara.
1.4 Patofisiologi
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari
fokus infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang
6
jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi.
Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian
otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea;
sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat
permukaan otak pada lobus tertentu12.
Pada tahap awal abses otak terjadi reaksi radang yang difus pada
jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan
kongesti jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah
beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan
pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia,
fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotikan. Mula-mula
abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang
progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul
antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli
membagi perubahan patologi abses otak dalam 4 stadium yaitu12
1. Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)
Terjadi reaksi radang local dengan infiltrasi polymofonuklear
leukosit, limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah
tepi, yang dimulai pada hari pertama dan meningkat pada hari ke 3.
Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia dari pembuluh
darah dan mengelilingi daerah nekrosis infeksi. Peradangan
perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini terjadi edema di sekita
otak dan peningkatan efek massa karena pembesaran abses.
2. Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis)
Saat ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah
pusat nekrosis membesar oleh karena peningkatan acellular
debris dan pembentukan nanah karena pelepasan enzim-enzim
dari sel radang. Di tepi pusat nekrosis didapati daerah sel radang,
makrofag-makrofag besar dan gambaran fibroblast yang terpencar.
Fibroblast mulai menjadi reticulum yang akan membentuk kapsul
7
1.6 Diagnosis
Diagnosis abses otak ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Selain itu penting juga untuk melibatkan evaluasi neurologis
secara menyeluruh mengingat keterlibatan infeksinya. Perlu ditanyakan
9
penderita, ketebalan ring (cicin tipis hanya 3-6 mm) dan biasanya uniform,
diameter ring, rasio lesi dan ring. Pada ½ kasus, kapsul bagian medial
lebih tipis dari kapsul subkortikal. Hal ini menunjukkan sedikitnya
vaskularisasi dari massa putih dan menjelaskan mengapa daughter
abscess biasanya berkembang di medial.
Abses serebri yang hematogen ditandai dengan adanya fokus
infeksi (yang tersering dari paru), lokasi pada daerah yang diperdarahi
oleh arteri serebri media di daerah perbatasanmassa putih dan abu-abu
dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
Sedangkan gambaran glioblastoma pada CT scan adalah adanya
mixed density tumor, ring enhancement yang berlekuk-lekuk disertai
perifokal edema yang luas8,12,13,15
12
BAB II
TATALAKSANA
BAB III
3.1 Komplikasi
Abses otak jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan
kecacatan bahkan kematian. Adapun komplikasi abses otak adalah
sebagai berikut.12
1. Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang
subarachnoid
2. Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan
hidrosefalus
3. Edema otak
4. Herniasi oleh massa Abses otak
3.2 Prognosis
Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak secara
signifikan berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau
MRI dan antibiotik yang tepat, serta manajemen pembedahan merupakan
faktor yang berhubungan dengan tingginya angka kematian dan waktu
yang mempengaruhi lesi, abses mutipel, kesadaran koma, dan minimnya
fasilitas CT-Scan9. Angka harapan yang terjadi paling tidak 50% dari
18
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA