Anda di halaman 1dari 114

PETUNJUK SINGKAT

Aplikasi HEC-HMS

Oleh:

Joko Sujono

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

2014
i
ii

PRAKATA

Transformasi hujan menjadi aliran merupakan salah satu analisis yang diperlukan dalam
bidang sumberdaya air khususnya hidrologi. Analisis tersebut dapat dilakukan secara
manual maupun dengan bantuan perangkat lunak yang ada misal HEC-HMS
(Hydrologic Engineering Center-Hydrologic Modeling System (HEC-HMS). HEC-HMS
merupakan free software yang dikeluarkan oleh HEC sejak tahun 2001 dan hingga kini
sudah sampai versi 4.0.

Buku Pedoman HEC-HMS dan Aplikasinya merupakan buku yang berisi pedoman
pemakaian HEC-HMS dan aplikasinya yang terbagi dalam beberapa bagian yaitu:

Bab I Pendahuluan

BAB II Transformasi Hujan-ALiran

Bab II HEC-HMS

Bab III HEC-HMS Single Basin

Bab IV HEC-HMS Multi Basin

Bab V Aplikasi HEC-HMS

Buku ini merupakan panduan pemakaian HEC-HMS beserta aplikasinya yang digunakan
sebagai acuan pada mata kuliah Hidrologi Terapan Program Studi S1 dan mata kuliah
Model Hirologi dan Hidraulika Banjir Program Studi Teknik Pengelolaan Bencana Alam
Jurusan Teknik dan Lingkungan FT UGM.

Penulis berharap, buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam bidang
sumberdaya air dan hidrologi.

Penulis
iii

DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

II. TRANSFORMASI HUJAN ALIRAN ............................................................................ 2

2.1 Hujan .............................................................................................................. 3

2.2 Sistem DAS .................................................................................................... 6

III. Model HEC-HMS ......................................................................................................20

3.1 Komponen Model HEC-HMS .........................................................................20

3.2 Simulasi hujan-aliran Model HEC-HMS .........................................................20

3.3 Prosedur Penggunaan Software HEC-HMS ..................................................22

IV. HEC-HMS SINGLE BASIN .......................................................................................24

4.1 Pembuatan proyek baru (create a new project) .............................................25

4.2 Pembuatan Model Components.....................................................................28

4.3 Membuat Basin Model ...................................................................................45

4.4 Memilih dan Mengisi Basin Model..................................................................52

4.5 Mengisi Meteorologic Model ..........................................................................59

4.6 Mengisi Control Specification .........................................................................61

4.7 Mengisi Time Series Data ..............................................................................63

4.8 Mengisi Paired Data ......................................................................................70

4.9 Memeriksa Data Parameter DAS ...................................................................72

4.10 Melakukan Simulasi .......................................................................................73

4.11 Kalibrasi model ..............................................................................................80

V. HEC-HMS MULTI BASINS .......................................................................................88

5.1 Pembuatan Reaches .........................................................................................88

5.2 Metoda Penelusuran......................................................................................92


iv

5.3 Simulasi dan Kalibrasi ...................................................................................92

5.5 Contoh data ...................................................................................................96

VI. APLIKASI HEC-HMS ................................................................................................99

6.1 Transformasi hujan-aliran ..............................................................................99

6.2 Analisis Pelimpah ........................................................................................101

6.3 Pengelolaan Sumberdaya Air ......................................................................105

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................110


I. PENDAHULUAN

Model hidrologi merupakan sebuah sajian sederhana dari sebuah sistem hidrologi
(lihat Gambar 1) pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Model tersebut bertujuan untuk
menggambarkan tanggapan suatu DAS terhadap proses hidrologi yang terjadi jika diberi
masukan-masukan tertentu. Dalam penyusunan model hidrologi, titik berat analisa
dipusatkan pada proses pengalihragaman hujan menjadi aliran melalui satu sistem DAS.
Salah satu model hidrologi yang dapat digunakan untuk mengalihragamkan hujan menjadi
aliran baik event flow maupun continuous flow adalah HEC-HMS (Hydrologic Engineering
Center- Hydrologic Modeling System, US Army Corps of Engineers, 2000).

39
1 0 0 Moisture over land
P r e c i pdi t a t i o n o n l a n

61 385
Evaporation from land Precipitation
on ocean
Snow
melt

Surface Precipitation
runoff
424
Evaporation
from ocean

Infiltration
Groundwater Wa
ter t ab
Recharge le

38 Surface discharge
Groundwater flow

Impervious 1 Groundwater
strata discharge

Gambar 1.1 Siklus hidrologi

1
2

II. TRANSFORMASI HUJAN ALIRAN

Dari siklus hidrologi seperti Gambar 1.1 di atas, terlihat bahwa transformasi hujan
menjadi aliran di sungai melewati banyak proses. Proses diawali dengan adanya hujan
yang jatuh di sistem (DAS), aliran di sungai berupa hidrograf aliran merupakan
respon/tanggapan dari DAS akan hujan tersebut yang secara skematik dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

50
intensitas hujan (mm/jam)

40

30

20

10

Jam
Σlimpasan langsung
= 29.16mm
Σhujan = 90.48mm

Gambar 2.1. Hubungan antara hujan, DAS dan aliran

Gambar di atas memperlihatkan bahwa dalam transformasi hujan menjadi aliran


terdapat tiga komponen utama yaitu hujan sebagai masukan (input) ke sistem DAS dan
keluaran (output) dari sistem DAS berupa aliran (hidrograf debit). Secara skematis,
proses transformasi hujan menjadi aliran disajikan pada Gambar 2.2.
3

Gambar 2.2. Proses transformasi hujan-aliran

Tidak semua hujan yang jatuh di sistem DAS akan menjadi limpasan. Gambar 2.1
di atas menunjukkan bahwa total hujan selama 4 jam di DAS sebesar 90.48mm, sedang
yang menjadi limpasan langsung (limpasan yang diakibatkan langsung oleh hujan
tersebut) hanya 29.16mm. Sebagian air hujan hilang di sistem DAS dalam berbagai
bentuk seperti infiltrasi, pengisian cekungan.

Besarnya air hujan yang hilang di sistem DAS sangat tergantung dari kondisi DAS
tersebut. Gambar di atas juga memperlihatkan bahwa aliran yang terukur di titik control
DAS tidak semuanya diakibatkan oleh hujan yang terjadi pada saat itu. Hal tersebut
terlihat dari waktu kejadian hujan di mulai jam 15:00, sedangkan sebelum jam 15:00
sudah ada aliran yang keluar dari sistem DAS tersebut (baseflow). Dengan demikian
terdapat sekurang-kurangnya dua komponen aliran yaitu limpasan langsung dan aliran
dasar (baseflow). Komponen aliran lainnya yaitu aliran antara dalam analisis pada
umumnya digabungkan dengan aliran limpasan langsung.

2.1 Hujan

Dalam transformasi hujan menjadi aliran khususnya untuk hidrograf banjir,


terdapat dua komponen utama dari hujan yaitu kedalaman dan pola agihan/distribusi
hujannya. Kedalaman hujan DAS dapat diperoleh dari nilai rerata kedalaman hujan yang
terukur di stasiun pengukur hujan yang berada/mewakili DAS tersebut. Hujan DAS dapat
dihitung dengan metode yang ada seperti rerata aljabar, metode polygon Thissen.

Pola distribusi hujan yang mewakili DAS yang ditinjau dapat diperoleh dari analisis
pola hujan yang terjadi di daerah tersebut. Analisis dilakukan berdasarkan data hujan
4

otomatis. Dalam analisis pola hujan, terdapat dua komponen penting yaitu durasi/lama
hujan dan distribusinya selama durasi hujan tersebut. Durasi hujan dapat diperoleh dari
nilai rerata dari durasi hujan lebat yang terjadi di wilayah tersebut. Durasi hujan juga dapat
diperoleh dari durasi hujan dominan yang terjadi di wilayah tersebut. Menurut
Sosodarsono dan Takeda (1975), dikatakan hujan lebat apabila intensitas hujan
>20mm/jam atau kedalaman hujan >50mm/hari.

Ellida Novita Lydia (2012) membuat grafik semacam windrose, yaitu grafik yang
menggambarkan hubungan antara lama/durasi hujan dan kedalaman hujannya, seperti
ditunjukkan pada Gambar 8.3. Dalam gambar ini hanya dibuat untuk hujan dengan
kedalaman lebih besar dari 50 mm/hari

Gambar 2.3. “Windrose” kejadian hujan DAS Code

Dari gambar tersebut terlihat bahwa di DAS Code durasi hujan 3 jam dan 4 jam
memiliki kejadian hujan yang sama yaitu hujan terjadi hampir di seluruh kelas kedalaman
hujan. Namun demikian, durasi hujan 3 jam memiliki persentase kejadian hujan yang lebih
besar, sehingga durasi hujan 3 jam tersebut dianggap mewakili durasi hujan pada DAS
Code seperti terlihat pada Gambar 2.4.
5

Berdasarkan durasi hujan dominan 3 jam tersebut, selanjutnya dicari pola


distribusi/agihan hujan yang mewakili DAS Code. Dengan membuat grafik hubungan
antara kumulatif prosen waktu (Σ%t) vs (Σ%P) akan terlihat pola distribusi hujan yang
terjadi di DAS tersebut. Contah grafik pola distribusi hujan untuk DAS Code disajikan
pada Gambar 7.5. Selanjutnya, pola distribusi hujan yang dipakai untuk analisis
transformasi hujan aliran dapat menggunakan nilai rerata dari pola yang ada atau dengan
mengambile pola distribusi dengan prosen quantile tertentu (Chow et al., 1988). Pola
agihan hujan rerata untuk durasi hujan dominan di beberapa DAS disajikan pada Tabel
7.1 (Ellida Novita Lydia, 2012).

Gambar 2.4. Frekuensi kejadian hujan DAS Code

100

80
Persentase Hujan Kumulatif (%)

60

40

20

0
0 20 40 60 80 100
Persentase Durasi Hujan (%)
6

Gambar 2.5. Pola agihan hujan DAS Code

Tabel 2.1 Distribusi hujan berdasarkan distribusi hujan dengan durasi hujan dominan

Prosentase kedalaman hujan (%) pada jam ke-


DAS Lokasi
1 2 3 4 5

Bogowonto Pungangan 31.8 33.7 20.3 7.9 6.4

Progo Badran 24.7 49.3 21.2 4.9 -

Bedog Guwosari 39.8 39.1 21.1 - -

Code Kaloran 37.3 40.8 21.9 - -

Gajahwong Papringan 36.8 41.2 22.0 - -

2.2 Sistem DAS

Tidak semua hujan yang turun di suatu DAS akan menjadi limpasan langsung
(direct runoff). Sebagian air hujan akan hilang melalui beberapa proses seperti infiltrasi,
pengisian cekungan. Hujan yang menjadi limpasan sering juga dikenal sebagai volume
limpasan atau hujan efektif merupakan selisih antara hujan dengan hujan yang hilang.
Besarnya hujan yang hilang dipengaruhi oleh sistem DASnya. Sistem DAS tersebut
meliputi banyak hal seperti kondisi DAS baik tataguna lahan, jenis tanah maupun kondisi
DAS sebelum terjadinya hujan (tingkat kebasahan DAS).

2.3 Abstraksi/Loss Method

Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk analisis besarnya kehilangan air
hujan atau volume limpasan seperti metode koefisien limpasan (runoff coefficient),
metode indek-Φ (Φ-index), metode infiltrasi (misal Horton, Green Ampt), metode Soil
Conservation Service-Curve Number (SCS-CN).

A. Koefisien Limpasan

Koefisien Limpasan (Runoff Coefficients) dapat digunakan untuk menghitung


besarnya hujan efektif/volume hujan yang menjadi limpasan. Koefiein limpasan
didefinisikan sebagai nilai perbandingan antara laju puncak limpasan permukaan dengan
rerata intensitas hujannya. Akan tetapi nilai ratio ini relatif sulit dicari mengingat
variabilitas hujan yang sangat tinggi Definisi lain dari koefisien limpasan yang banyak
digunakan adalah nilai perbandingan antara limpasan dengan hujan untuk durasi tertentu.
7

Nilai koefisien limpasan untuk berbagai kondisi lahan dapat dilihat di buku hidrologi
seperti Chow, et al., (1988).

tll
C= M
∑ Rm
m =1

dengan C : limpasan permukaan,


tll : tinggi limpasan (mm),
Rm : total hujan (mm).

Contoh 2.1. Hitung besarnya koefien limpasan untuk data hujan-aliran di DAS dengan
luas 40.6 km2 seperti pada tabel di bawah.

Tabel 2.2 Data hujan-aliran DAS Code di Kaloran (23-24 Februari 2005)

Jam P (mm) Q (m3/s) Jam P (mm) Q (m3/s)


14:00 0 15.31 2:00 0.0 17.14
15:00 0 12.89 3:00 0.0 15.82
16:00 17.5 11.76 4:00 0.0 14.56
17:00 44.3 10.28 5:00 0.0 13.83
18:00 22.1 41.19 6:00 0.0 12.66
19:00 6.5 95.10 7:00 0.0 12.21
20:00 0.0 110.52 8:00 0.0 11.54
21:00 0.0 54.18 9:00 0.0 11.11
22:00 0.0 39.07 10:00 0.0 10.69
23:00 0.0 29.37 11:00 0.0 10.69
0:00 0.0 22.04 12:00 0.0 10.69
1:00 0.0 19.08 13:00 0.0 10.69

Penyelesaian:

Limpasan langsung = hidrograf terukur – aliran dasar (Tabel 7.3 dan Gambar 7.6))

Hujan efektif (tinggi limpasan langsung) = hujan terukur – abstraksi

Tinggi limpasan langsung = volume limpasan langsung (Vll) per satuan luas

m
Vll = ∑ Q m ∆t
n =1
8

Tabel 2.3 Hitungan hidrograf limpasan langsung

Jam ke- P (mm) Q (m3/s) Aliran Dasar (m3/s) HLL (m3/s)

0 15.31 15.31 0.00


0 12.89 12.89 0.00
17.5 11.76 11.76 0.00
0 44.3 10.28 10.28 0.00
1 22.1 41.19 1.33 39.86
2 6.5 95.10 1.33 93.77
3 0.0 110.52 1.33 109.19
4 0.0 54.18 1.33 52.85
5 0.0 39.07 1.33 37.74
6 0.0 29.37 1.33 28.03
7 0.0 22.04 1.33 20.71
8 0.0 19.08 1.33 17.74
9 0.0 17.14 1.33 15.80
10 0.0 15.82 1.33 14.49
11 0.0 14.56 1.33 13.23
12 0.0 13.83 1.33 12.50
13 0.0 12.66 1.33 11.33
14 0.0 12.21 1.33 10.87
15 0.0 11.54 1.33 10.21
16 0.0 11.11 1.33 9.78
17 0.0 10.69 1.33 9.36
18 0.0 10.69 10.69 0.00
0.0 10.69 10.69 0.00
0.0 10.69 10.69 0.00
Total 90.5 507.45
9

175 0
6.5
150 17.5 25
22.1
Hujan
125
44.3 limpasan langsung 50
aliran dasar
Debit (m 3/s)

100

hujan (mm)
75
75

100
50

125
25

0 150
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00

10:00
11:00
Gambar 2.6. Hujan dan aliran DAS Code di Kaloran, 23-24 Februari 2005

m
Vll = ∑ Qm ∆t
n =1
= 507.45 x 3600
=1266065 m 3
Volume
t ll =
luas DAS
1266065
= x 1000 mm
40.6 x 10 6
= 31.18 mm

Selanjutnya besarnya koefisien limpasan dapat dihitung sebagai berikut:

t ll
C= M
∑ Rm
m=1
31.18
=
90.5
= 0.345
10

B. Indeks-Φ

Indeks-Φ (Φ-index) adalah kehilangan air hujan dengan laju tetap


(konstan) sedemikian ruapa sehingga total hujan efektif sama dengan besarnya tinggi
limpasan langsung.

M
tll = ∑ ( Rm − Φ∆t )
m=1

dengan:

tll : tinggi limpasan langsung (mm),


R : hujan (mm),
△t : interval waktu,
M : jumlah lama hujan (lama hujan penyebab terjadinya limpasan
langsung).

Misalkan di suatu DAS terjadi hujan selama 4 jam berturut-turut P1, P2, P3 dan P4.
Hujan tersebut menyebabkan terjadinya limpasan langsung sebesar tll, maka besarnya
Indeks-Φ dapat dihitung dengan persamaan di atas.

50 50
P2 P2
intensitas hujan (mm/jam)

intensitas hujan (mm/jam)

40 40

30 30
P3 P3
20 P1 20 P1
P4 P4

10 10 indeks-Φ
indeks-Φ
0 0
1 2 3 4 1 2 3 4
Waktu (jam ke-) Waktu (jam ke-)

Indeks-Φ dihitung dengan cara coba-coba sebagai berikut:

Untuk Φ < P4, maka semua hujan akan berkontribusi terhadap limpasan langsung,
sehingga besaranya tll adalah:

t ll = (P1 − Φ∆t ) + (P2 − Φ∆t ) + (P3 − Φ∆t ) + (P4 − Φ∆t )


= P1 + P2 + P3 + P4 − 4Φ∆t
4Φ∆t = P1 + P2 + P3 + P − t ll
P1 + P2 + P3 + P − t ll
Φ= (mm / jam)
4∆t
11

untuk Δt = 1 jam, maka:

P1 + P2 + P3 + P4 − tll
Φ=
4

Apabila Φ tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Φ < P), maka
prosedur hitungan di atas harus diulangi dengan nilai Φ yang berbeda, seperti di bawah
ini.

Untuk P4< Φ < P1, maka dengan cara yang sama seperti di atas akan diperoleh:

P1 + P2 + P3 − tll
Φ=
3
Prosedur di atas diulang hingga diperoleh nilai Φ yang memenuhi criteria yang
dtelah ditentukan sebelumnya.

Contoh 2.2. Berdasarkan contoh soal 2.1, hitung besarnya Indeks- Φ.

Penyelesaian:

50 50
44.3 44.3
intensitas hujan (mm/jam)
intensitas hujan (mm/jam)

40 40

30 30
22.1 22.1
20 17.5 20 17.5

10 6.5 10 indeks-Φ 6.5

indeks-Φ 0
0
1 2 3 4 1 2 3 4
Waktu (jam ke-) Waktu (jam ke-)

Misal Φ ≤ 6.5 mm/jam, maka semua hujan akan berkontribusi terhadap limpasan
sehingga:

P1 + P2 + P3 + P4 − t ll
Φ=
lama hujan

=
(17.5 + 44.3 + 22.1 + 6.5 − 31.18)
4
90.5 − 31.18
=
4
59.3
= = 14.82 mm / jam > 6.5mm / jam ===> tidak sesuai
4
12

Misal 6.5< Φ ≤ 17.5 mm/jam, maka hanya hujan selama 3 jam yang berkontribusi
terhadap limpasan sehingga:

P1 + P2 + P3 − t ll
Φ=
lama hujan

=
(17.5 + 44.3 + 22.1 − 31.18)
3
83.90 − 31.18
=
3
52.76
= = 17.59 mm / jam > 17.5 mm / jam ===> tidak sesuai
3
Misal 17.5< Φ ≤ 22.1 mm/jam, maka hanya hujan selama 2 jam yang berkontribusi
terhadap limpasan sehingga:

P2 + P3 − tll
Φ=
lama hujan

=
(44.3 + 22.1 − 31.18)
2
66.64 − 31.18
=
2
35.23
= = 17.62 mm / jam < 22.1 mm / jam ===> OK , sesuai
2

Nilai Φ tersebut harus dicek, sehingga diperoleh nilai ΣPefektif = tll (tinggi limpasan
langsung).
13

Waktu Indeks-Φ
P (mm) Pefektif (mm)
(jam ke-) (mm/jam)
1 17.53 17.62 0.00
2 44.28 17.62 26.66
3 22.14 17.62 4.52
4 6.54 17.62 0.00
Jumlah 31.18
OK, ΣPefektif = tinggi limpasan = 31.18 mm

C. SCS-CN

Soil Conservation Service pada tahun 1972 (Chow et al., 1988) mengembangkan
suatu metode untuk menghitung besarnya kehilangan air dari suatu kasus hujan. Metode
yang dikembangkan menggunakan beberapa anggapan sebegai berikut ini.

• In general Pe ≤ P
P = Pe + I a + Fa
Fa ≤ S
Precipitation

• After runoff begins


Pe
• Potential runoff
P − Ia
Ia Fa
• SCS Assumption
Time
Fa Pe tp
=
S P − Ia P = Total Rainfall
• continuity Pe = Rainfall Excess
I a = Initial Abstraction
P = Pe + I a + Fa Fa = Continuing Abstraction
S = Potential Maximum Storage

Berdasarkan asumsi dan persamaan kontinuitas tersebut, diperoleh persamaan


untuk menghitung besarnya hujan efektif sebagai berikut ini.

(∑ P − Ia )
2

∑ P =
∑ P − Ia + S
e

Dalam metode SCS-CN, besarnya nilai S merupakan fungsi dari nilai curve
number (CN) sebagai berikut:

 1000 
S = − 10  x 25.4 (mm)
 CN 
14

Gambar 2.7 menunjukkan grafik hubungan antara hujan efektif dan hujan total
untuk berbagai nilai CN. Nilai CN antara 0 ≤ CN ≤ 100, untuk daerah kedap air atau
permukaan air CN=100, sedangkan untuk permukaan normal CN<100. Selain kondisi
permukaan, nilai CN juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Selanjutnya SCS telah
membuat table nilai CN sebagai fungsi jenis tanah dan tata guna lahan seperti pada Tabel
7.4 (Chow et al., 1988). Tabel tersebut berlaku untuk kondisi normal (antecedent moisture
conditions, AMC II) dan nilai kehilangan awal (initial abstraction, Ia):

I a = 0.2 S
12
100
11 90
10 80
Cumulative Direct Runoff, Pe, in

9 70
8 60
7 40
6 20
5
10

3
2
1

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Cumulative Rainfall, P, in

Gambar 2.7. Hubungan antara hujan efektif dan total hujan untuk berbagai nilai CN

Untuk kondisi kelembaban DAS sebelumnya AMC yang berbeda yaitu AMC I
(kondisi kering) dan AMC III (kondisi basah), SCS membuat persamaan empiris sebagai
berikut:

4.2 CN ( II )
CN ( I ) = (dry )
10 − 0.058 CN ( II )
23 CN ( II )
CN ( III ) = ( wet )
10 + 0.13 CN ( II )
15

Kriteria penentuan kondisi DAS dalam keaddan kering, normal atau basah
didasarkan pada Kriteria pada Tabel 7.5.

Tabel 2.4. Nilai CN untuk berbagai jenis tanah dan kondisi landuse

Runoff Curve Numbers for Selected Agricultural, Suburban, and Urban Land Use (Antecedent
moisture condition II, I a =0.2S
Hydrological Soil Group
Land Use Description
A B C D
Without conservation treatment 72 81 88 91
Cultivated land
With conservation treatment 62 71 78 81
Pasture or Poor condition 68 79 86 89
range land Good condition 39 61 74 80
Meadow 30 58 71 78
Wood or Thin stand, poor cover, no mulch 45 66 77 83
forest land Good cover 25 55 70 77
Open spaces, Good condition: grass cover on 75% or 39 61 74 80
lawns, parks, Fair condition: 50-75% of the area 49 69 79 84
golf courses,
Commercial and business areas (85% 89 92 94 95
cemeteries,
etc. Industrial districts (72% impervious) 81 88 91 93
Average Average % Impervious
1/8 acre 65 77 85 90 92
1/4 acre 38 61 75 83 87
Residential
1/3 acre 30 57 72 81 86
1/2 acre 25 54 70 80 85
1 acre 20 51 68 79 84
Paved parking lots, roofs, driveways, etc. 98 98 98 98
Paved with curbs and storm sewers 98 98 98 98
Streets and
Gravel 76 85 89 91
roads
Dirt 72 82 87 89
16

Tabel 2.5. Klasisikasi AMC

Total 5-day antecedent rainfall


(mm)
AMC Group
Dormant season Growing season

I ∑P < 13 ∑P < 36

II 13 ≤ ∑P ≤ 28 36 ≤ ∑P ≤ 53

III 28 < ∑P 53 < ∑P

Nilai S dapat dihitung berdasarkan pasangan data hujan-aliran. Berdasarkan


persamaan S dan ΣPe (=Q), maka S dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Untuk nilai α=0.2 (ratio antara Ia dan S, α=Ia/S), maka S dihitung dengan
persamaan:

Contoh 2.3. Berdasarkan contoh soal 2.1, hitung besarnya CN dan hujan efektifnya
berdasarkan konsep SCS-CN.

Penyelesaian:

Dari data diperoleh bahwa total hujan adalah ΣP = 90.50mm dan total hujan efektif
ΣPe=31.18 mm.
17

Dengan persamaan:

Dengan P= ΣP = 90.50mm, dan Q= ΣPe=31.18 mm, maka dapat diperoleh besarnya

S = 93.469 mm

Berdasarkan nilai S ini, dapat dihitung nilai CNnya sbb:

 1000 
S = − 10  x 25.4 (mm)
 CN 
CN = 73.10

Apabila Ia = 0.2 S, maka diperoleh Ia = 18.69 mm.

Dengan nilai S dan Ia di atas, selanjutnya dapat dihitung hujan efektifnya seperti pada
tabel dan gambar hujan efektif berikut ini.

(∑ P − Ia )
2

∑ P =
∑ P − Ia + S
e

Waktu
Pefektif
(jam ke- P (mm) ΣP (mm) Ia (mm) ΣPe (mm)
(mm)
)
1 17.53 17.53 17.53 0.00 0.00
2 44.28 61.80 18.69 13.61 13.61
3 22.14 83.94 18.69 26.82 13.22
4 6.54 90.48 18.69 31.18 4.36
18

D. Green-Ampt Mein-Larsen

Hujan efektif dapat pula dihitung dengan persamaan empiris infiltrasi seperti
persamaan Horton dan Green-Ampt Mein-larsen (GAML). Persamaan GAML didasarkan
pada sifat fisik tanah. Detil analisis besarnya volume limpasan/hujan efektif dengan
metode GAML dapat dilihat di Chow et al., (1988).

2.4 Transform Method

Dalam analisis hidrologi khususnya analisis banjir, diperlukan metode transformasi


dari volume limpasan (hujan efektif) menjadi hidrograf limpasan permukaan. Metode
transformasi yang sering digunakan terutama untuk menghasilkan banjir rancangan baik
puncak dan bentuk hidrografnya adalah hidrograf satuan. Hidrograf satuan dapat
diperoleh dari pasangan data hujan dan hidrograf yang dihasilkannya pada titik control
DAS yang ditinjau. Hidrograf satuan yang dihasilkannya disebut hidrograf satuan terukur.
Apabila pasangan data hujan dan aliran tidak tersedia, hidrograf satuan di DAS tersebut
masih dapat diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik DAS-nya. Hidrograf satuan
yang diperoleh dari data karakteristik DAS disebut hidrograf satuan sintetik. Banyak
ragam HSS seperti HSS Gama I (Sri Harto, 1985) untuk pulau Jawa, HSS Nakayasu yang
dikembangkan di Jepang (1960s) dan HSS SCS yang dikembangkan di USA (1972) ,
Limantara (2006), ITB (2012).
19

2.5 Baseflow Method

Aliran dasar (baseflow) merupakan bagian dari hidrograf aliran yang berasal dari
hujan yang terjadi jauh sebelumnya. Besarnya aliran dasar pada waktu t dapat
diperkirakan dengan baseflow recession method sbb:

Qt = Q o K t
dengan Qo = aliran dasar awal dan K adalah konstanta resesi aliran dasar dengan nilai: 0
< K ≤ 1.0.
20

III. Model HEC-HMS

Software HEC-HMS dirancang untuk menghitung proses hujan aliran suatu sistem
DAS. Sofware ini dikembangkan oleh Hidrologic Engineering Center (HEC) dari US Army
Corps of Engineering. HEC-HMS merupakan pengembangan program HEC-1. HEC-HMS
terus dikembangkan dan saat ini telah sampai pada HEC-HMS versi 4.0 yang dikeluarkan
pada Desember 2013. HEC-HMS merupakan “Public Domain” Program dan dapat di
download melalui http://www.wrc-hec.usace.army.mil

Dalam HEC-HMS terdapat beberapa fasilitas seperti kalibrasi, kemampuan


simulasi model distribusi, model event flow maupun continuous flow.

3.1 Komponen Model HEC-HMS

Komponen utama dalam model HEC-HMS adalah sebagai berikut:

1. Basin model – berisi elemen-elemen yang terdapat pada suatu DAS seperti sub-
DAS, titik control DAS, penggal/ruas sungai, waduk.

2. Meteorologic model – berisi data hujan dan penguapan

3. Control Specifications –berisi waktu mulai dan berakhirnya hitungan atau simulasi.

Selain tiga komponen diatas masih terdapat komponen lain yaitu:

4. Time series data – berisi masukan data seperti runtun waktu data hujan, debit

5. Paired data – berisi pasangan data seperti hidrograf satuan

3.2 Simulasi hujan-aliran Model HEC-HMS

Simulasi hujan-aliran dalam setiap sub-DAS memerlukan beberapa komponen


model yaitu:

1. hujan (precipitation) model - merupakan masukan pada sistem DAS

2. loss models - untuk menghitung volume runoff (hujan efektif)

3. transform model – untuk mentransformasikan hujan efektif yang merupakan selisih


antara besarnya hujan dengan kehilangan menjadi aliran/limpasan permukaan

4. baseflow model – untuk mengitung besarnya aliran dasar


21

Apabila sistem DAS yang akan dimodelkan lebih dari 1 sub-basin (multi basins),
maka diperlukan analisis penelusuran aliran dari hulu ke hilir (titik kontrol DAS). Dalam
HEC-HMS analisis penelusuran aliran tersebut difasilitasi dengan hidrologic routing
models.

Berbagai metode dari model tersebut di atas yang terdapat dalam program HEC-
HMS disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini (Anonim, 2001).

Tabel 3. 1 Metode simulasi dalam program HEC-HMS

No Model Metode

1 Hujan • User hyetograph

• User gage weighting

• Inverse-distance gage weights

• Gridded precipitation

• Frequency storm

• Standard project storm

2 Volume runoff • Initial and constant-rate

• SCS curve number

• Gridded SCS curve number

• Green and Ampt

• Deficit and constant rate

• Soil moisture accounting

• Gridded SMA

3 Direct runoff • User-specified unit hydrograph (UH)

• Clark’s UH

• Snyder’s UH

• SCS UH
22

• Modclark

• Kinematic wave

4 Baseflow • Constant monthly

• Exponential recession

• Linear reservoir

5 Routing • Kinematic wave

• Lag

• Modified Puls

• Muskingum

• Muskingum-Cunge Standard
Section

• Muskingum-Cunge 8- point section

3.3 Prosedur Penggunaan Software HEC-HMS

Secara garis besar, prosedur penggunaan Software HEC-HMS adalah sebagai


berikut ini.

1. Membuat suatu project baru (new project),

2. Membuat Component Models

a. Basin Model

b. Meteorologic Model

c. Control Specification

3. Membuat Time Series Data, seperti:

a. Time series data hujan

b. Time series data debit

4. Membuat Paired data (jika diperlukan), seperti:

a. Hidrograf satuan
23

b. Hubungan hubungan antara elevasi-tampungan

Setelah Component models selesai dibuat, selanjutnya dapat dilakukan


roses pengisian komponen tiap-tiap model tersebut.

5. Membuat Basin Models

6. Memilih dan mengisi Basin Models

7. Mengisi Meteorologic Model

8. Mengisi Control Specification

9. Mengisi Time-series Data

10. Mengisi Paired Data

11. Memeriksa Data

12. Melakukan Simulation

13. Melakukan Calibration (jika tersedia data debit)


24

IV. HEC-HMS SINGLE BASIN

Untuk mulai menggunakan software HEC-HMS click icon HEC-HMS 3.3 atau
versi terbaru, pada layar akan muncul tampilan HEC-HMS versi 4.0. berikut ini.

Gambar 4.1 Tampilan HEC-HMS versi 4.0

Gambar tersebut menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) windows dalam HEC-


HMS seperti disajikan pada gambar berikut ini.
25

Watershed/Basin Desktop

Component Message
editor L

Gambar 4.2 Windows dalam HEC-HMS

4.1 Pembuatan proyek baru (create a new project)

Langkah pertama menjalankan HEC-HMS adalah membuat suatu proyek baru.


Pembuatan proyek baru dilakukan dengan memilih menu File, New… pada menu bar.
Pada layar akan muncul tampilan create a new Project seperti pada gambar berikut:
26

Gambar 4.3 Pembuatan proyek baru

Pada Create a New Project, isikan nama project , deskripsi proyek dan lokasi
dimana file akan disimpan serta unit satuan yang akan digunakan. Dengan menekan
tombol Create, maka akan muncul tampilan seperti berikut ini. Isikan nama projectnya
dan deskripsi (optional) seperti contoh berikut.
27

Gambar 4.4 Tampilan pada pembuatan proyek baru


28

4.2 Pembuatan Model Components

Model components utama pada HEC-HMS terdiri dari basin model,


meteorologic model dan control specifications. Selain itu pada menu Components
masih terdapat 3 (tiga) komponen lain yaitu Time Series Data, Paired Data dan Grid
Data

a. Pembuatan Basin Model

Dari menu Components pada menu bar, pilih Basin Model Manager. Pada
layar akan muncul Basin Model Manager editor sebagai berikut.

Gambar 4.4 Basin model manager


29

Click New… pada layar akan muncul Create a new basin Model editor. Isikan
nama Basin Model beserta deskripsinya seperti gambar berikut.

Gambar 4.5 Pembuatan basin model

Dengan click Create, akan muncul Basin Model Manager beserta nama
basin yang telah dimasukkan. Selanjutnya tutup editor tersebut dan pada layar
khususnya pada Window Basin Explorer akan muncul tampilan berikut.
30

Gambar 4.6 Pembuatan basin model

b. Pembuatan Meteorologic Model

Meteorologic model dapat dibuat dengan prosedur yang sama seperti


pembuatan basin model yaitu dengan memilih Meteorologic Model Manager pada
menu Components seperti pada gambar berikut ini.
31

Gambar 4.7 Meteorologic model manager

Click New… pada layar akan muncul Create A New Meteorologic Model
editor. Isikan nama Meteorologic Model beserta deskripsinya seperti gambar berikut
(optional). Contoh pengisian dan hasil dari pengisian tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
32
33

Gambar 4.8 Pembuatan Meteorologic model

c. Pembuatan Control Specifications

Control Specifications yang digunakan sebagai konrol dalam proses running


model (simulasi maupun kalibrasi) dibuat dengan prosedur yang sama seperti
pembuatan basin model maupun meteorologic model. Pada menu Components 
pilih Control Specifications Manager, pada layar akan muncul tampilan berikut.
34
35

Gambar 4.9 Pembuatan Control Specifications

d. Pembuatan Time-Series Data

Melalui Time-Series Data Manager beberapa tipe data yang akan digunakan
dalam aplikasi model HEC-HMS dapat dibuat. Data tersebut antara lain adalah data
hujan, data debit, data elevasi muka air, data temperatur.

Pada menu Components  pilih Time-Series Data Manager, selanjutnya


pilih tipe data yang akan dibuat seperti pada gambar berikut ini.
36

Gambar 4.10 Time series data manager

1. Pembuatan Time Series Data Hujan

Melalui Time-Series Data Manager, click New…, pilih


Precipitation Gages seperti gambar berikut ini. Selanjutnya isikan nama stasiun
hujan beserta deskripsinya.
37
38

Gambar 4.11 Pembuatan Time Series Data Hujan

2. Pembuatan Time Series Data Debit

Pembuatan time seires data debit dilakukan dengan cara yang sama
sepeti pada data hujan. Melalui Time-Series Data Manager pilih dan click
Discharge Gages. Selanjutnya pada Time-Series Data Manage, click New…,
dan isikan nama stasiun debit beserta deskripsinya.
39
40

Gambar 4.12 Pembuatan Time Series Data Debit


41

e. Pembuatan Paired Data

Pasangan data seperti hubungan antara tampungan vs debit, elevasi vs


tampungan, elevasi vs luas, kurva-hidograf satuan dibuat melalui Paired Data
Manager. Pada menu Components pilih Paired Data Manager, selanjutnya pilih tipe
data yang akan dibuat seperti pada contoh berikut ini.

Gambar 4.13 Paired Data Manager Component


42

Misalkan dalam transformasi hujan aliran ingin menggunakan hidrograf satuan


terukur atau sintetik, maka tipe data yang akan dibuat adalah Unit Hydrograph Curves.
Pada Paired Data Manager, pilih Unit Hydrograph Curves.
43

Click New…., selanjutnya isikan nama hidrograf satuan dan diskripsinya yang
akan digunakan untuk transformasi hujan menjadi aliran.

Gambar 3.14 Pengisian nama hidrograf satuan

Hasil dari pengisian tersebut ditampilkan pada gambar berikut.


44

Gambar 4.15 Pembuatan paired data: hidrograf satuan


45

4.3 Membuat Basin Model

Basin model terdiri dari banyak elemen DAS seperti berikut ini.

Subbasins – berisi data tentang sub-basins seperti


kehilangan/losses (misal metode SCS Curve Number), transform model
(misal metode hidrograf satuan), baseflow (misal metode resesi). Data
tersebut ini digunakan untuk transformasi hujan menjadi aliran

Reaches – menghubungkan elemen-element yang ada (sub-DAS,


junction) dan berisi data penelusuran sungai. Digunakan untuk
membawa/menelusur aliran dari hulu ke hilir.

Junctions - titik hubung antar elemen-elemen yang ada atau titik


kontro pada setiap sub-DAS. Digunakan untuk menggabungkan aliran dari
sub-DAS maupun reaches (ruas-ruas sungai).

Reservoirs – sebagai tampungan dan melepaskan aliran sesuai laju


yang telah ditentukan (hubungan antara tampungan-debit).

Diversions – digunakan untuk memodelkan alian dari sungai utama


berdasarkan rating curve yang ada (digunakan untuk kolam tampungan
retensi atau overflows).

Sources – mempunyai outflow tetapi tidak ada inflow; digunakan


untuk memodelkan alran masuk ke basin model

Sinks – mempunyai inflow tetapi tidak ada outflow. Digunakan untuk


merepresentasikan outlet dari DAS.

Untuk menggambarkan elemen-elemen hidrologi pada suatu DAS ke dalam


HEC-HMS dilakukan langkah berikut ini. Double click pada basin model yang
terdapat pada Basin Explorer, maka akan tampak Basin Model Editor pada
Window Dekstop seperti gambar berikut.
46

Gambar 4.16 Basin Model Editor pada Window Dekstop

Sub-basin dibuat dengan menggunakan sub-basin creation tool yang


ditempatkan pada window Desktop.

Gambar 4.16 Sub-basin creation tool


47

Click mouse kiri maka akan diperoleh tampilan Create A New Subbasin
Element sebagai berikut.

Dengan mengisi nama sub-basin/sub-DAS beserta diskripsinya (optional)


selanjutnya akan diperoleh hasil berikut ini.

Gambar 4.17 Pembuatan elemen Sub-DAS

Dengan menggunakan basin model element tools seperti pada pembuatan


sub-DAS di atas, maka semua elemen DAS yang lain dapat digambarkan. Berikut
48

contoh lain dalam pembuatan elemen DAS yaitu membuat junction yang

dilakukan dengan junction creation tool.


49

Gambar 4.18 Pembuatan elemen Junction

Elemen DAS Code Hulu dan Junction Sta. AWLR Pogung merupakan satu
kesatuan, sehingga kedua elemen tersebut harus dihubungkan. Untuk

menghubungkan elemen DAS Code Hulu dan Sta. AWLR Pogung dapat
dilakukan dengan dua cara:

1. Menggunakan Component Editor window (kiri bawah)

Double Click DAS Code di Basin Explorer Window, kemudian pilih


elemen DAS Code Hulu.
50

Di Component Editor window, pilih Sta. AWLR Pogung sebagai


downstream dari DAS Code Hulu, kemudian click element Junction di Basin
Explorer window (kiri atas) sehingga akan dihasilkan gambar berikut.

Gambar 4.19 Menghubungkan dua elemen DAS


51

2. Menggunakan Arrow Tool

Dengan Arrow tool, letakkan pointer pada DAS Code, Click mouse

kanan dan pilih Connect Downstream. Selanjutnya click pointer pada Sta.
AWLR Pogung, maka kedua elemen tersebut akan terhubungkan.

Gambar 4.20 Menghubungkan dua elemen DAS dengan Arrow Tool


52

4.4 Memilih dan Mengisi Basin Model

a. Memilih Basin Model

Untuk setiap Subbasin terdapat tiga model untuk transformasi hujan menjadi aliran.
Ketiga model tersebut akan muncul di Component Editor dengan Click elemen

DAS Code Hulu yang terdapat pada Watershed/Basin Explorer, yaitu (lihat
Gambar 3.20):

a. Loss model : utk menghitung hujan yang menjadi limpasan (hujan efektif)

b. Transform model : untuk transformasi dari hujan efektif menjadi aliran limpasan
langsung,

c. Baseflow model : untuk simulasi aliran dasar.

Untuk setiap sub-basin, luas DASnya perlu diisi sesuai dengan sub-basin yang
ditinjau, Dalam contoh ini luas DAS Code Hulu adalah 29.218 km2.

Gambar 4.20 Subbasin model DAS Code Hulu


53

Selanjutnya pilih metode yang ingin digunakan dalam simulasi hujan aliran
dengan cara Click pada anak panah untuk setiap modelnya, seperti pada gambar
berikut. Dalam contoh ini dipilih metode sebagai berikut:

Loss method : Initial and Constant

Transform method : User Specified Unit Hydrograph

Basefow method : Recession.

Gambar 4.21 Pemilihan Loss method: Initial and Constant


54

Gambar 4.22 Pemilihan Transform method:user specified unit hydrograph

Gambar 3.23 Pemilihan Baseflow method: recession

b. Mengisi Basin Model Parameters

Setiap basin model yang digunakan untuk merepresentasikan DAS terdiri


dari beberapa parameters. Jumlah dan jenis parameter berbeda antara metoda yang satu
dengan lainnya. Pengisian nilai parameter model sesuai dengan data yang ada, apabila
nilai parameter tidak diketahui dapat dilakukan dengan sembarang nilai sebagai nilai awal
(initial value) namun demikian nilai tersebut harus sesuai/logis untuk DAS yang ditinjau.

1. Parameter Loss Method

Click Loss yang terdapat pada Component Editor, selanjutnya isikan nilai
parameter yang sesuai. Misal nilai parameter Loss dengan metode phi-Index sbb:

Parameter Nilai

Initial loss (mm) 0

Constant rate (mm/jam) 10

Imprevious (%) 0
55

Gambar 4.24 Pengisian parameter Loss method (Phi-index)

2. Parameter Transform Method

Click Transform yang terdapat pada Component Editor, selanjutnya pilih


metode yang sesuai. Dalam contoh ini metode transform yang digunakan yaitu User
Specified Unit Hydrograph: HS terukur di Pogung.
56

Gambar 4.25 Pemilihan hidrograf satuan

3. Parameter Baseflow Method

Click Baseflow yang terdapat pada Component Editor, selanjutnya isikan


nilai parameter/ pilihan yang sesuai yang sesuai. Misal nilai parameter baseflow
dengan metode resesi sbb:

Parameter Nilai
57

Initial discharge (m3/s) 4.0

Recession constant 1

Ratio to peak 0.05

Gambar 4.26 Pengsisian parameter baseflow


58

4. Option

Click Option yang terdapat pada Component Editor, selanjutnya isikan nilai
parameter/ pilihan yang sesuai. Dalama contoh ini pilih Observed flow: Sta. AWLR
Pogung.

Gambar 4.27 Pengisian Option pada komponen subbasin


59

4.5 Mengisi Meteorologic Model

Pengisian meteorologic model dilakukan dengan click Meteorologic Model pada


Watershed/Basin Explorer. Click pada nama meteorologic modelnya (Hujan 23-24 Feb.
2005) selanjutnya isikan pilihan yang sesuai dengan data yang ada. Dalam contoh ini
dipilih pada Precipitation: Specified Hyetograph

Gambar 4.28 Pemilihan tipe data hujan


60

Selanjutnya dengan Click pada Basins dan Option yang terdapat pada
Component Editor, isikan pilihan yang sesuai, seperti gambar berikut.
61

Pemilihan stasiun hujan yang akan digunakan dalam analisis dilakukan dengan
click pada pilihan data hujan yang telah dilakukan sebelumnya (di Watershed Explorer),
dalam contoh ini adalah Specified Hyetograph. Selanjutnya pilih stasiun hujan yang
akan digunakan untuk DAS Code Hulu seperti pada gambar berikut.

Gambar 4.29 Pemilihan stasiun data hujan

4.6 Mengisi Control Specification

Pengisian Control Specification dilakukan dengan click Control Specification


pada Watershed Explorer. Selanjutnya Click pada nama controlnya (dalam contoh ini
Banjir 23-24 Feb. 2005); isikan range waktu untuk simulasi dan interval waktu yang akan
digunakan (waktu mulai sampai akhir simulasi) seperti contoh berikut.
62

Gambar 4.30 Pengisian Control Specifications


63

4.7 Mengisi Time Series Data

Pengisian Time Series Data dilakukan dengan double click Time Series Data
pada Watershed Explorer, selanjutnya click jenis data yang akan diisi. Dalam contoh ini
ada dua pilihan yaitu data hujan dan data debit seperti tampilan berikut.

a. Data Hujan

Double click pada Precipitation Gages akan tampak layar nama stasiun hujan
yang ada. Selanjutnya dengan click stasiun tersebut akan muncul layar Time-Series
Gage pada Component Editor. Selanjutnya isikan data sesuai dengan karakteristik
data stasiun hujan yang ada seperti satuan data hujan (incremental atau cummulative
dalam mm), cara memasukkan data, interval waktu data seperti pada gambar berikut.
64

Gambar 4.31 Pemilihan tipe dan durasi hujan


65

Pada Component Editor, click Time window untuk mengisi ketersediaan data
hujan. Isikan tanggal dan jam ketersediaan datanya, seperti tampak pada tampilan
berikut ini.

Gambar 4.32 Pengisian ketersediaan data hujan


66

Pengisian data hujan dilakukan dengan click Table. Pengisian data hujandapat
dilakukan secara manual atau copy dari file lain misal Microsoft Excel. Untuk melihat
grafik dari data hujan yang telah dimasukkan, click Graph pada Component Editor.

Gambar 4.33 Pengisian data hujan


67

b. Data Debit

Prosedur pengisian data debit sama seperti pada time-series data yang lain
seperti data hujan di atas. Double click pada Discharge Gages akan tampak layar
nama stasiun debit yang telah dimasukkan pada saat pembuatan Time-series Data
Manager. Selanjutnya dengan click stasiun tersebut akan muncul layar Time-Series
Gage pada Exponent Editor. Selanjutnya isikan data sesuai dengan karakteristik
data debit yang ada seperti satuan debit (cubic meters per second), cara memasukkan
data, interval waktu dari data seperti berikut.

Pada Component Editor, click Time window untuk mengisi ketersediaan data
hujan seperti tampak pada tampilan berikut ini. Dalam pengisian ketersediaan data,
waktu mulai data harus sama dengan data hujannya.
68

Gambar 4.34 Pengisian waktu ketersediaan data debit

Pengisian data debit dilakukan dengan click Table yang terdapat pada
Component Editor, sedang pengisian datanya dapat dilakukan secara manual atau
copy dari file lain misal Microsoft Excel. Untuk melihat grafik dari data yang telah
dimasukkan, click Graph pada Component Editor.
69

Gambar 4.35 Pengisian data debit


70

4.8 Mengisi Paired Data

Pengisian Paired Data dilakukan dengan double click Paired Data Components
pada Watershed Explorer, selanjutnya click data yang ada (dalam contoh ini Unit
Hydrograph Curve). Selanjutnya click Paired data di Component Editor seperti tampilan
berikut. Isikan karakteristik dari Paired Data (HS Terukur di Pogung) yang akan
dimasukkan. Dalam contoh ini time interval HS di Pogung adalah 1 jam

Gambar 4.36 Pengisian time interval Hidrograf Satuan

Pengisian datanya (HS terukur) dilakukan dengan click Table yang terdapat pada
Component Editor, pengisian data dapat dilakukan secara manual atau copy dari file lain
misal Microsoft Excel. Untuk melihat grafik dari data yang telah dimasukkan, click Graph
pada Component Editor.
71

Gambar 4.37 Pengisian data Hidrograf Satuan


72

4.9 Memeriksa Data Parameter DAS

Parameter DAS yang telah dimasukkan dapatnya dapat dicek/diperiksa melalui


menu Parameters yang terdapat pada menu Bar. Click Parameters pilih parameter
yang akan dicek datanya, misal Loss parameter. Selanjutnya pilih metode Loss yang
digunakan misalkan metode Initial aand Constant
73

Gambar 4.38 Checking data parameter DAS

4.10 Melakukan Simulasi

Simulasi pada model HEC-HMS dilakukan dengan prosedur berikut.

a. Create Simulation Run

Pada menu bar, Click Compute click Create Simulation Run akan tampil layar
seperti pada gambar berikut ini. Isikan nama dari simulation run, kemudian click
Next>
74

Terdapat 4 (empat) langkah dalam pembuatan Simulation Run, yaitu:

1. pemberian nama Simulasi,

2. pemilihan basin model yang akan di run,

3. pemilihan meteorologic model dan

4. pemilihan control specification.

Ke empat langkah tersebut dapat dilihat pada tampilan berikut ini.


75

Gambar 4.38 Pembuatan simulation run

b. Simulasi

Click Compute di Watershed Explore, akan muncul Simulation Runs. Double


click Simulation Runs, akan tampak nama simulasi yang telah dibuat.

Selanjutnya click nama simulasi dalam contoh ini Simulasi awal, maka pada
Component Editor akan tampak nama dari tiga komponen yang telah dipilih pada saat
pembuatan Simulation Runs (basin model, meteorologic model dan Control
Specifications). Selanjutnya click Simulasi Awal tekan mouse kanan dan pilih
Compute, maka proses simulasi akan berjalan sebagai berikut. Simulasi dapat juga

dilakukan dengan Click pada simbol compute current run .


76

Catatan : Pada HEC-HMS 3.3, pertama kali melakukan simulasi dengan menggunakan
User Specified Unit Hydrograph biasanya tidak jalan atau terjadi Error 14703: No data
source is specified for unit hydrograph “null” seperti tampak pada Message Log. Hal ini karena
data HS atau HSS yang sudah dimasukkan tidak dapat diakses oleh program. Untuk
mengatasinya keluar dari program, dan jalankan kembali program HEC-HMS. Isikan kembali
data unit hydrograph-nya, selanjutnya ulangi proses simulasi di atas.
77

c. Melihat Hasil Simulasi

Untuk melihat hasil running simulasi, di Watershed Explorer click Results.


Double click nama simulasinya, pada Watershed Explorer akan tampak beberapa
pilhan hasil yang dapat dilihat baik Global Summary maupun pada komponen basin

dan junction. Click icon yang akan dilihat hasilnya. Misal double click maka akan
tampak banyak pilihan dari hasil simulasi.

Gambar 4.40 Melihat hasil simulasi

Dari pilihan hasil yang ada, pilih hasil yang akan dilihat seperti contoh berikut.
78
79

Gambar 4.41 Contoh hasil simulasi


80

4.11 Kalibrasi model

Kalibrasi dilakukan untuk mendapatkan parameter model optimum yang


memberikan hasil debit/hidrograf simulasi mendekati dengandebit terukur.

a. Create Optimization Trial

Sebelum kalibrasi dilakukan, terlebih dahulu harus membuat Create Optimization


Trial. Pilih menu Compute pada menu bar. Click Create Optimization Trial, di layar
akan muncul gambar berikut.

Untuk membuat suatu Optimization Trial, diperlukan kondisi berikut:

1. diperlukan nama Trial,

2. optimasi didasarkan pada hasil simulasi sebelumnya dan harus tersedia data
aliran (debit),

3. evaluasi parameter didasarkan pada data debit terukur.


81

b. Kalibrasi Parameter Model

Double click nama Calibration Trial, akan muncul layar berikut ini. Click objective
functions dan pilih salah satu dari metoda yang tersedia (pada Component Editor)
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai misal Percent Error Peak, seperti contoh
berikut.
82

Untuk mengkalibrasi parameter model, click nama Optimization Trial (dalam


hal ini Kalibrasi Trial 1). Click mouse kanan dan pilih Add Parameter. Di Watershed
Explorer akan muncul Parameter 1, Parameter 2 , dst…, sesuai dengan jumlah
parameter yang akan dikalibrasi seperti pada gambar berikut. Selanjutnya ulangi
prosedur di atas untuk menambah parameter yang akan dikalibrasi.
83

Misalkan parameter yang akan dikalibrasi adalah parameter dari Loss


model, dalam contoh ini menggunakan metode Initial and Constant. Pada metode ini
terdapat dua parameter yaitu initial loss dan nilai Constant loss rate. Click parameter 1,
maka pada Component Editor akan muncul banyak option tentang parameter yang
akan dikalibrasi. Pilih parameter constant loss rate (phi-index). Nilai minimum dan
maximum dari parameter dapat diubah sesuai dengan karakteristik DAS yang ditinjau.
Dengan cara yang sama untuk Parameter 2 dan seterusnya.
84

c. Proses Kalibrasi

Untuk mengkalibrasi parameter di atas, click Kalibration Phi-index tekan


mouse kanan dan pilih compute maka proses kalibrasi akan berjalan seperti gambar
berikut. Running kalibrasi juga dapat dilakukan dengan dengan Click pada simbol

compute current run .


85

d. Hasil Kalibrasi

Untuk melihat hasil kalibrasi click Results, dilayar akan muncul banyak pilihan
hasil yang dapat dilihat baik secara global maupun tiap elemen DAS. Bila ingin melihat
parameter optimum, click Optimized Parameters seperti gambar berikut.
86

Untuk melihat hasil yang lain, click pada pilihan hasil yang dikehendaki misal
Hydrograph Comparison untuk grafik hidrograf hasil kalibrasi dan terukur. Grafik
tersebut dihasilkan dengan nilai optimum parameter hasil kalibrasi seperti gambar di
bawah. Demikian pula untuk hasil yang lainnya.
87

Hasil kalibrasi tersebut masih dapat ditingkatkan dengan mengubah nilai


parameter yang ada atau mengubah fungsi tujuannya. Hasil kalibrasi dianggap optimal
apabila nilai % difference pada baris volume maupun peak flow menunjukkan angka di
bawah nilai tertentu sesuai yang diinginkan misal10 %. Jika nilai % difference masih di
atas 10 % maka proses kalibrasi harus diulangi lagi dengan merubah parameter-
parameter model DAS-nya. Kalibrasi dilakukan dengan cara trial and error sampai
diperoleh nilai % difference lebih kecil dari 10%.
88

V. HEC-HMS MULTI BASINS

Prosedur aplikasi HEC-HMS yang telah dijelaskan di atas berlaku untuk satu basin.
Untuk multi basins (dalam satu project terdapat banyak sub-DAS) prosedur yang
digunakan sama dengan single basin, hanya terdapat tambahan elemen basin yaitu

Reaches . Reaches berfunsi untuk menghubungkan elemen-elemen basin yang ada


(subbasins, junctions). Pada setiap reach berisi data penelusuran sungai yang
digunakan untuk membawa/menelusur aliran ke hilir.

5.1 Pembuatan Reaches

Prosedur pembuatan elemen Reaches sama dengan pembuatan elemen


yang lain seperti pada elemen yang ada di single basin. Contoh pembuatan multi basin
ditunjukkan pada gambar berikut. Pertama buat subbasin yang lain seperti pada single
basin, kemudian click elemen reaches creation tool. Click pointer di Desktop window,
maka akan muncul layar Create A New Reach Element. Selanjutnya isikan nama reach
dan diskripsinya.
89

Perlu diingat bahwa untuk subbasin yang lain (DAS Code Hilir) proses pemilian
dan pengisian parameter basinnya sama dengan yang dilakukan pada single basin.
Pada setiap subbasin terdapat Loss method, Transform dan Baseflow method beserta
nilai parameter-parameternya. Dalam contoh ini metode dan nilai parameternya
disajikan pada Tabel berikut.
90

Tabel Model, Metode dan parameter DAS Code Hilir

Model Metode Parameter Nilai


Initial Loss (mm) 0
Loss
(volume Initial and Constant Constant rate (mm/jam) 10
Runoff)
Imprevious (%) 0
Time of Concentration (jam) 2
Transform Clark Unit Hydrograph
Storage Coefficient (jam) 2
Initial Discharge (m3/s) 1
Baseflow Recession Recession Constant 1
Ratio to peak 0.01

Untuk menghubungkan junction Sta. AWLR Pogung dan junction Sta.

AWLR Kaloran dengan Ruas Pogung-Kaloran dilakukan langkah-langkah berikut.

a. Double Click junction Sta. AWLR di Watershed Explorer, maka pada


Component Editor akan muncul pilihan tentang Downstream dari junction
tersebut. Pilih Ruas Pogung-Kaloran sebagai hilir dari Sta. AWLR Pogung.
91

b. Double Click Sungai Code di Watershed Explorer, maka pada Component

Editor akan muncul pilihan tentang Downstream dari Ruas Pogung-Kaloran

tersebut. Pilih DAS Sta. AWLR Kaloran sebagai hilir dari Ruas Pogung-
Kaloran. Ketiga elemen tersebut akan terhubungkan seperti pada layar berikut.
92

5.2 Metoda Penelusuran

Click Ruas Pogung-Kaloran, pilih metode penelusuran yang akan digunakan


dan lengkapi nilai parameternya dengan click Routing di Component Editor. Click

Option apabila di hilir dari Ruas Pogung-Kaloran terdapat data aliran.

Nilai awal parameter penelusuran dengan metoda Muskinghum disajikan pada


table berikut:

Tabel Nilai awal parameter Muskinghum

Metode Parameter Nilai


Muskinghum K (jam) 2
Muskinghum
Muskinghum X (jam) 0.25

5.3 Simulasi dan Kalibrasi

Prosedur untuk simulasi dan kalibrasi pada kondisi multi basin sama dengan
prosedur yang ada pada single basin. Pertama pada menu Compute pilih Create
93

Simulasion Run. Misal simulasi ini diberi nama Simulasi multi basins. Contoh hasil
simulasi disajikan pada gambar berikut.

Hasil di atas menunjukkan bahwa, hasil simulasi multi basin belum memberikan hasil
yang optimal. Perbedaan volume antara simulasi dan terukur masih relatif besar
94

terutama pada sisi resesi. Untuk itu kalibrasi perlu dilakukan. Hasil kalibrasi disajikan
pada gambar berikut.
95
96

5.5 Contoh data

Berikut adalah data yang digunakan pada contoh aplikasi HC-HMS versi 3.3
seperti dijelaskan di atas.
97

Basic characteristics Code river basin

Parameter Pogung Kaloran


2
Area (km ) 29.218 40.760
SCS Curve Number 72.18 74.25
Impervious area (%) 4.13 5.85
Phi-index (mm/hr) 18.30 19.22
Length of main river (km) 24.00 41.00
Estimated time concentration (hr) 5.56 9.49

Data hujan jam-jaman dan hidrograf banjir 23-24 Februari 2005

AWLR Pogung AWLR Kaloran


Tanggal Jam 3 3
P (mm) Q (m /s) P (mm) Q (m /s)
23/02/05 14:00 0 4.044 0 3.228
15:00 17.53 4.044 17.53 3.228
16:00 44.28 4.228 44.28 5.685
17:00 22.14 21.285 22.14 30.750
18:00 6.54 68.338 6.54 78.187
19:00 0.00 46.918 0.00 92.076
20:00 0.00 29.231 0.00 41.942
21:00 0.00 21.656 0.00 28.945
22:00 0.00 18.410 0.00 20.789
23:00 0.00 16.042 0.00 14.789
0:00 0.00 14.436 0.00 12.419
24/02/05 1:00 0.00 12.903 0.00 10.891
2:00 0.00 11.873 0.00 9.865
3:00 0.00 11.729 0.00 8.893
4:00 0.00 11.443 0.00 8.335
5:00 0.00 11.020 0.00 7.449
6:00 0.00 10.466 0.00 7.109
7:00 0.00 9.791 0.00 6.616
8:00 0.00 8.004 0.00 6.297
9:00 0.00 7.285 0.00 5.835
10:00 0.00 6.937 0.00 5.685
11:00 0.00 6.483 0.00 5.685
98

n HS terukur DAS Code


3
Tanggal Jam P (mm) Q (m /s) Baseflow HLL U-P1ef U-P2ef HS (1mm)

23/02/05 0 17.53 4.04 4.04 0.00 0.00 0


1 44.28 4.23 4.17 0.06 0.06 0 0.002
2 22.14 21.28 4.29 17.00 16.99 0.00924 0.654
3 6.54 68.34 4.41 63.93 61.42 2.51058 2.364
4 0.00 46.92 4.53 42.39 33.31 9.07672 1.282
5 0.00 29.23 4.65 24.58 19.65 4.92266 0.757
6 0.00 21.66 4.78 16.88 13.98 2.90471 0.538
7 0.00 18.41 4.90 13.51 11.45 2.0655 0.441
8 0.00 16.04 5.02 11.02 9.33 1.69175 0.359
9 0.00 14.44 5.14 9.29 7.92 1.37896 0.305
24/02/05 10 0.00 12.90 5.26 7.64 6.47 1.16982 0.249
11 0.00 11.87 5.39 6.49 5.53 0.95609 0.213
12 0.00 11.73 5.51 6.22 5.40 0.8175 0.208
13 0.00 11.44 5.63 5.81 5.02 0.79866 0.193
14 0.00 11.02 5.75 5.27 4.53 0.74116 0.174
15 0.00 10.47 5.87 4.59 3.92 0.66908 0.151
16 0.00 9.79 6.00 3.80 3.22 0.57987 0.124
17 0.00 8.00 6.12 1.89 1.41 0.47526 0.054
18 0.00 7.29 6.24 1.05 0.84 0.20858 0.032
19 0.00 6.94 6.36 0.58 0.45 0.12376 0.000
20 0.00 6.48 6.48 0.00 0.00 0

volume limpasan langsung (m3) 871165.83


tinggilimpasan (VOL/luas DAS), mm 29.82

Jam P (mm) Phi index Pef. (mm)


0 17.53 0
1 44.28 25.98
18.30
2 22.14 3.84
3 6.54 0
Jumlah 29.82
99

VI. APLIKASI HEC-HMS

Berikut contoh persoalan dalam analisis hidrologi yang dapat diselesaikan dengani
HEC-HMS.

6.1 Transformasi hujan-aliran

1. Untuk melindungai suatu daerah dari bahaya banjir, akan dibangun tanggul
pengaman banjir dengan kala ulang 20 tahunan. Tentukan besarnya debit/hidrograf
20 tahunan tersebut apabila tersedia data sebagai berikut

a. Luas daerah aliran sungai (DAS)


adalah 30.0 km2, panjang sungai 15.7
km dengan kemiringan sungai 0.035
A1=8.0 km2
CN=65 b. hujan 20 tahunan sebesar 120 mm
yang terdistribusi selama 4 jam
berturut-turut 30%, 35%, 20% dan
15%,.
A2=4.0 km2
CN=75 A3=10.0 km2 c. kondisi tanah dan landuse DAS
CN=70
disajikan dalam gambar berikut.

d. aliran dasar (baseflow) sebesar 0.5


m3/s dengan konstanta resesi=1, ratio
A4=8.0 km2 aliran dasar dan debit puncak =0.01
CN=80

2. Apabila terjadi kenaikan nilai CN sebesar 10% sebagai akibat adanya perubahan tata
guna lahan, dengan metode SCS-CN hitung banjir 20 tahunan setelah terjadi
perubahan tata guna lahan apabila DAS dalam kondisi normal dan basah.

3. Untuk mengurangi debit banjir soal No.2 di atas, dapat dilakukan dengan membuat
tampungan/waduk. Tentukan dimensi pelimpah (broad crested spillway) apabila
diinginkan bahwa debit outflow spillway tidak boleh lebih besar dengan kapasitas hilir
sungai yaitu sebesar 150 m3/s. Tampungan dianggap tegak dengan luas tampungan
sebesar 50.0Ha
100

Penyelesaian:

1. CN=72, S=98.78 mm, Ia=4.94mm 2. CN=79.2, S=66.71 mm, Ia=3.34mm

2. CN=89.75, S=29.0 mm, Ia=1.454mm

Debit puncak hasil simulasi Dengan waduk seluas 50Ha

CN Q (m3/s) %Δ

72 134 0

79.2 163 21.1

89.75 210 56.6


101

6.2 Analisis Pelimpah

Pada tanggal 27 Maret 2009 pagi hari waduk Situ Gintung jebol yang mengakibatkan
tidak kurang dari 100 orang meninggal dan merusak daerah di hilir waduk tersebut. Dari
catatan data hujan di Stasiun Ciputat (Balai II) diperoleh informasi bahwa sebelum waduk
jebol terjadi hujan sebesar 111.1 mm dengan distribusi seperti Gambar 1. Berdasarkan
data karakteristik DAS (Tabel 1), karakteristik waduk (Tabel 2) dan pelimpah dan dengan
menggunakan transform model: HSS Gama I, loss model: Φ-index, baseflow: recession,
hitung:

6. hidrograf banjir yang mengakibatkan jebolnya waduk tersebut


7. hidrograf outflow pelimpah untuk banjir 26-27 Maret 2009
8. tinggi aliran di atas pelimpah untuk banjir 26-27 Maret 2009
9. hidrograf outflow pelimpah untuk banjir 100 tahunan
10. tingggi aliran di atas pelimpah untuk banjir 100 tahunan
11. apa kesimpulan saudara dari hasil di atas?
12. hidrograf outflow sebagai akibat adanya dam break.

Tabel 1. Karakteristik DAS Gintung

Parameter DAS Gintung Nilai

Luas DAS, A (km2) 3.1

Panjang sungai utama, L (km) 5

Kemiringan sungai rerata, S (tak berdimensi) 0.008

Kerapatan jaringan kuras, D (km/km2) 0.5


Luas relatif DAS bag. hulu, RUA (tak
0.35
berdimensi)
Faktor lebar, WF (tak berdimensi) 0.5

Faktor simetri, SIM (tak berdimensi) 0.18

Faktor sumber, SF (tak berdimensi) 0.9

Frekuensi sumber, SN (tak berdimensi) 0.75

Jumlah pertemuan sungai, JN (tak berdimensi) 2


102

Tabel 1. Karakteristik Waduk Gintung


Elevasi Volume
Luas (ha) (103m3)
(+m)
90.0 1.000 0.00
94.0 1.068 289.43
94.5 1.167 344.47
95.0 1.252 403.93
95.5 1.291 466.42
96.0 1.319 529.83
96.5 1.449 594.72
97.0 1.674 669.57
97.5 2.058 758.63
98.0 2.266 862.2
98.5 2.5 974.91 Gambar 1. Agihan hujan 26 maret 2009
99.0 2.718 1096.23
99.5 2.922 1229.41
100.0 3.443 1381.96
100.5 3.843 1554.15
101.0 4.276 1748.36
101.5 4.774 1967.89
102.0 5.146 2206.63

Hujan rancangan:

P100 tahunan = 170 mm


Distribusi hujan sesuai dengan Gambar 1
Data pelimpah:
Elevasi puncak pelimpah : +98.00;
Elevasi puncak bendungan : +100.00;
Lebar pelimpah (B) : 10 m
Tipe pelimpah : broad-crested spillway
Debit pelimpah : Q = 2.0 B H 3 / 2

Data dam break:


Elevasi dasar : +90.0m
Lebar dasar : 25.0m
Slope kiri dan kanan (xH:1V) : 0.1
Trigger method : specific time
Trigger time and date :03:00; 27Mar2009
Progression method : sine wave
103

Penyelesaian:

HSS Gama I
Parameter Satuan Nilai
TR jam 1.47
Qp m3/s 0.36
Tb jam 28.84
K - 1.5
Φ mm/jam 10.49
Qb m3/s 0.51

Routing waduk

a. Banjir 26-27 Maret 2009


104

b. Banjir 100 tahunan

c. Banjir 26-27 Maret 2009 dengan dam breach


105

6.3 Pengelolaan Sumberdaya Air

Pada tanggal 28 Desember 2012 Kali Belik yang melintas di Lembah UGM menyebabkan
banjir di daerah hilir dan tembok Asrama Stella Duce roboh. Untuk mengatasi hal tersebut
akan dibangun kolam detensi di Lembah UGM tepatnya di depan Masjid UGM (gambar
terlampir). Kolam tersebut selain untuk meredam banjir juga harus dapat mengalirkan air
pada saat musim kemarau (untuk penggelontoran kota). Kapasitas sungai Belik di hilir
pelimpah adalah 4.0 m3/s dan debit minimum 0.4 m3/s. Tentukan dimensi peluap samping
A, dimensi pelimpah dan dimensi outlet kolam detensi (orifice, Cd=0.62) apabila diketahui
data sbb. (routing di sungai diabaikan):

a. Luas DAS 1.2 Km2, dengan


panjang sungai 2.0 km,
slope = 0.005, Φ=10.5
mm/jam, Qb=0.4 m3/s, K=1;
2 transform method dengan
SCS UH; waktu konsentrasi
dengan persamaan Kirpich.
b. Luas kolam lembah 0.68ha
(dianggap dinding tegak),
elevasi dasar kolam
+129.0m, elevasi pelimpah
+131.0m, lebar pelimpah
3.0m
c. Peluap samping dengan
persamaan rating curve:
Q = 3.672 H 1.424
(Q dalam m3/s, H dalam m).
Elevasi dasar sungai di
peluap A (+134m).
d. Luas kolam detensi 1.0ha,
kolam dinding tegak, elevasi
dasar kolam +120m
e. Hujan rancangan 5 tahunan
125 mm terdistribusi selama
3 jam berturut-turut 37%,
41% dan 22%.
f. Orifice: Q = C d A 2 gh
g. Broad crested spillway:
Q = 2.0 BH 3 / 2
106

Penyelesaian:

a. Skematisasi DAS dalam HEC-HMS:

b. Banjir 5 tahunan
107

c. Hidrograf di peluap samping A

d. Hidrograf outflow dari kolam retensi Lembah


108

e. Hidrograf di junction Tennis-Indoor


109

f. Hidrograf outflow dari kolam detensi Kuningan


110

DAFTAR PUSTAKA

Chow, V.T., Maidment, D.R., dan Mays, L.Y., (1988). Applied Hydrology, McGraw-Hill,
New-York.

Ellida Novita Lydia, 2012. Pola Agihan Hujan dan Pengaruhnya Terhadap Banjir
Rancangan, Tesis, Magister Pengelolaan Bencana Alam, Program Studi Teknik
Sipil, FT UGM

Sosrodarsono, S. dan Takeda, K., 1993. Hidrologi untuk Pengairan, PT. Pradnya Pradnya
Paramita, Jakarta.

Scharffenberg, W.A., 2013, Hydrologic Modeling System HEC-HMS: User’s Manual, U.S.
Army Corps of Engineers, HEC, Davis, CA.

Sri Harto, Br., 2009. Hidrologi: Teori, Masalah, Penyelesaian, Nafiri Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai