Petunjuk Pemakaian HEC-HMS
Petunjuk Pemakaian HEC-HMS
Aplikasi HEC-HMS
Oleh:
Joko Sujono
Yogyakarta
2014
i
ii
PRAKATA
Transformasi hujan menjadi aliran merupakan salah satu analisis yang diperlukan dalam
bidang sumberdaya air khususnya hidrologi. Analisis tersebut dapat dilakukan secara
manual maupun dengan bantuan perangkat lunak yang ada misal HEC-HMS
(Hydrologic Engineering Center-Hydrologic Modeling System (HEC-HMS). HEC-HMS
merupakan free software yang dikeluarkan oleh HEC sejak tahun 2001 dan hingga kini
sudah sampai versi 4.0.
Buku Pedoman HEC-HMS dan Aplikasinya merupakan buku yang berisi pedoman
pemakaian HEC-HMS dan aplikasinya yang terbagi dalam beberapa bagian yaitu:
Bab I Pendahuluan
Bab II HEC-HMS
Buku ini merupakan panduan pemakaian HEC-HMS beserta aplikasinya yang digunakan
sebagai acuan pada mata kuliah Hidrologi Terapan Program Studi S1 dan mata kuliah
Model Hirologi dan Hidraulika Banjir Program Studi Teknik Pengelolaan Bencana Alam
Jurusan Teknik dan Lingkungan FT UGM.
Penulis berharap, buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam bidang
sumberdaya air dan hidrologi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
Model hidrologi merupakan sebuah sajian sederhana dari sebuah sistem hidrologi
(lihat Gambar 1) pada suatu daerah aliran sungai (DAS). Model tersebut bertujuan untuk
menggambarkan tanggapan suatu DAS terhadap proses hidrologi yang terjadi jika diberi
masukan-masukan tertentu. Dalam penyusunan model hidrologi, titik berat analisa
dipusatkan pada proses pengalihragaman hujan menjadi aliran melalui satu sistem DAS.
Salah satu model hidrologi yang dapat digunakan untuk mengalihragamkan hujan menjadi
aliran baik event flow maupun continuous flow adalah HEC-HMS (Hydrologic Engineering
Center- Hydrologic Modeling System, US Army Corps of Engineers, 2000).
39
1 0 0 Moisture over land
P r e c i pdi t a t i o n o n l a n
61 385
Evaporation from land Precipitation
on ocean
Snow
melt
Surface Precipitation
runoff
424
Evaporation
from ocean
Infiltration
Groundwater Wa
ter t ab
Recharge le
38 Surface discharge
Groundwater flow
Impervious 1 Groundwater
strata discharge
1
2
Dari siklus hidrologi seperti Gambar 1.1 di atas, terlihat bahwa transformasi hujan
menjadi aliran di sungai melewati banyak proses. Proses diawali dengan adanya hujan
yang jatuh di sistem (DAS), aliran di sungai berupa hidrograf aliran merupakan
respon/tanggapan dari DAS akan hujan tersebut yang secara skematik dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
50
intensitas hujan (mm/jam)
40
30
20
10
Jam
Σlimpasan langsung
= 29.16mm
Σhujan = 90.48mm
Tidak semua hujan yang jatuh di sistem DAS akan menjadi limpasan. Gambar 2.1
di atas menunjukkan bahwa total hujan selama 4 jam di DAS sebesar 90.48mm, sedang
yang menjadi limpasan langsung (limpasan yang diakibatkan langsung oleh hujan
tersebut) hanya 29.16mm. Sebagian air hujan hilang di sistem DAS dalam berbagai
bentuk seperti infiltrasi, pengisian cekungan.
Besarnya air hujan yang hilang di sistem DAS sangat tergantung dari kondisi DAS
tersebut. Gambar di atas juga memperlihatkan bahwa aliran yang terukur di titik control
DAS tidak semuanya diakibatkan oleh hujan yang terjadi pada saat itu. Hal tersebut
terlihat dari waktu kejadian hujan di mulai jam 15:00, sedangkan sebelum jam 15:00
sudah ada aliran yang keluar dari sistem DAS tersebut (baseflow). Dengan demikian
terdapat sekurang-kurangnya dua komponen aliran yaitu limpasan langsung dan aliran
dasar (baseflow). Komponen aliran lainnya yaitu aliran antara dalam analisis pada
umumnya digabungkan dengan aliran limpasan langsung.
2.1 Hujan
Pola distribusi hujan yang mewakili DAS yang ditinjau dapat diperoleh dari analisis
pola hujan yang terjadi di daerah tersebut. Analisis dilakukan berdasarkan data hujan
4
otomatis. Dalam analisis pola hujan, terdapat dua komponen penting yaitu durasi/lama
hujan dan distribusinya selama durasi hujan tersebut. Durasi hujan dapat diperoleh dari
nilai rerata dari durasi hujan lebat yang terjadi di wilayah tersebut. Durasi hujan juga dapat
diperoleh dari durasi hujan dominan yang terjadi di wilayah tersebut. Menurut
Sosodarsono dan Takeda (1975), dikatakan hujan lebat apabila intensitas hujan
>20mm/jam atau kedalaman hujan >50mm/hari.
Ellida Novita Lydia (2012) membuat grafik semacam windrose, yaitu grafik yang
menggambarkan hubungan antara lama/durasi hujan dan kedalaman hujannya, seperti
ditunjukkan pada Gambar 8.3. Dalam gambar ini hanya dibuat untuk hujan dengan
kedalaman lebih besar dari 50 mm/hari
Dari gambar tersebut terlihat bahwa di DAS Code durasi hujan 3 jam dan 4 jam
memiliki kejadian hujan yang sama yaitu hujan terjadi hampir di seluruh kelas kedalaman
hujan. Namun demikian, durasi hujan 3 jam memiliki persentase kejadian hujan yang lebih
besar, sehingga durasi hujan 3 jam tersebut dianggap mewakili durasi hujan pada DAS
Code seperti terlihat pada Gambar 2.4.
5
100
80
Persentase Hujan Kumulatif (%)
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100
Persentase Durasi Hujan (%)
6
Tabel 2.1 Distribusi hujan berdasarkan distribusi hujan dengan durasi hujan dominan
Tidak semua hujan yang turun di suatu DAS akan menjadi limpasan langsung
(direct runoff). Sebagian air hujan akan hilang melalui beberapa proses seperti infiltrasi,
pengisian cekungan. Hujan yang menjadi limpasan sering juga dikenal sebagai volume
limpasan atau hujan efektif merupakan selisih antara hujan dengan hujan yang hilang.
Besarnya hujan yang hilang dipengaruhi oleh sistem DASnya. Sistem DAS tersebut
meliputi banyak hal seperti kondisi DAS baik tataguna lahan, jenis tanah maupun kondisi
DAS sebelum terjadinya hujan (tingkat kebasahan DAS).
Banyak metode yang dapat dipergunakan untuk analisis besarnya kehilangan air
hujan atau volume limpasan seperti metode koefisien limpasan (runoff coefficient),
metode indek-Φ (Φ-index), metode infiltrasi (misal Horton, Green Ampt), metode Soil
Conservation Service-Curve Number (SCS-CN).
A. Koefisien Limpasan
Nilai koefisien limpasan untuk berbagai kondisi lahan dapat dilihat di buku hidrologi
seperti Chow, et al., (1988).
tll
C= M
∑ Rm
m =1
Contoh 2.1. Hitung besarnya koefien limpasan untuk data hujan-aliran di DAS dengan
luas 40.6 km2 seperti pada tabel di bawah.
Tabel 2.2 Data hujan-aliran DAS Code di Kaloran (23-24 Februari 2005)
Penyelesaian:
Limpasan langsung = hidrograf terukur – aliran dasar (Tabel 7.3 dan Gambar 7.6))
Tinggi limpasan langsung = volume limpasan langsung (Vll) per satuan luas
m
Vll = ∑ Q m ∆t
n =1
8
175 0
6.5
150 17.5 25
22.1
Hujan
125
44.3 limpasan langsung 50
aliran dasar
Debit (m 3/s)
100
hujan (mm)
75
75
100
50
125
25
0 150
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
14:00
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
10:00
11:00
Gambar 2.6. Hujan dan aliran DAS Code di Kaloran, 23-24 Februari 2005
m
Vll = ∑ Qm ∆t
n =1
= 507.45 x 3600
=1266065 m 3
Volume
t ll =
luas DAS
1266065
= x 1000 mm
40.6 x 10 6
= 31.18 mm
t ll
C= M
∑ Rm
m=1
31.18
=
90.5
= 0.345
10
B. Indeks-Φ
M
tll = ∑ ( Rm − Φ∆t )
m=1
dengan:
Misalkan di suatu DAS terjadi hujan selama 4 jam berturut-turut P1, P2, P3 dan P4.
Hujan tersebut menyebabkan terjadinya limpasan langsung sebesar tll, maka besarnya
Indeks-Φ dapat dihitung dengan persamaan di atas.
50 50
P2 P2
intensitas hujan (mm/jam)
40 40
30 30
P3 P3
20 P1 20 P1
P4 P4
10 10 indeks-Φ
indeks-Φ
0 0
1 2 3 4 1 2 3 4
Waktu (jam ke-) Waktu (jam ke-)
Untuk Φ < P4, maka semua hujan akan berkontribusi terhadap limpasan langsung,
sehingga besaranya tll adalah:
P1 + P2 + P3 + P4 − tll
Φ=
4
Apabila Φ tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Φ < P), maka
prosedur hitungan di atas harus diulangi dengan nilai Φ yang berbeda, seperti di bawah
ini.
Untuk P4< Φ < P1, maka dengan cara yang sama seperti di atas akan diperoleh:
P1 + P2 + P3 − tll
Φ=
3
Prosedur di atas diulang hingga diperoleh nilai Φ yang memenuhi criteria yang
dtelah ditentukan sebelumnya.
Penyelesaian:
50 50
44.3 44.3
intensitas hujan (mm/jam)
intensitas hujan (mm/jam)
40 40
30 30
22.1 22.1
20 17.5 20 17.5
indeks-Φ 0
0
1 2 3 4 1 2 3 4
Waktu (jam ke-) Waktu (jam ke-)
Misal Φ ≤ 6.5 mm/jam, maka semua hujan akan berkontribusi terhadap limpasan
sehingga:
P1 + P2 + P3 + P4 − t ll
Φ=
lama hujan
=
(17.5 + 44.3 + 22.1 + 6.5 − 31.18)
4
90.5 − 31.18
=
4
59.3
= = 14.82 mm / jam > 6.5mm / jam ===> tidak sesuai
4
12
Misal 6.5< Φ ≤ 17.5 mm/jam, maka hanya hujan selama 3 jam yang berkontribusi
terhadap limpasan sehingga:
P1 + P2 + P3 − t ll
Φ=
lama hujan
=
(17.5 + 44.3 + 22.1 − 31.18)
3
83.90 − 31.18
=
3
52.76
= = 17.59 mm / jam > 17.5 mm / jam ===> tidak sesuai
3
Misal 17.5< Φ ≤ 22.1 mm/jam, maka hanya hujan selama 2 jam yang berkontribusi
terhadap limpasan sehingga:
P2 + P3 − tll
Φ=
lama hujan
=
(44.3 + 22.1 − 31.18)
2
66.64 − 31.18
=
2
35.23
= = 17.62 mm / jam < 22.1 mm / jam ===> OK , sesuai
2
Nilai Φ tersebut harus dicek, sehingga diperoleh nilai ΣPefektif = tll (tinggi limpasan
langsung).
13
Waktu Indeks-Φ
P (mm) Pefektif (mm)
(jam ke-) (mm/jam)
1 17.53 17.62 0.00
2 44.28 17.62 26.66
3 22.14 17.62 4.52
4 6.54 17.62 0.00
Jumlah 31.18
OK, ΣPefektif = tinggi limpasan = 31.18 mm
C. SCS-CN
Soil Conservation Service pada tahun 1972 (Chow et al., 1988) mengembangkan
suatu metode untuk menghitung besarnya kehilangan air dari suatu kasus hujan. Metode
yang dikembangkan menggunakan beberapa anggapan sebegai berikut ini.
• In general Pe ≤ P
P = Pe + I a + Fa
Fa ≤ S
Precipitation
(∑ P − Ia )
2
∑ P =
∑ P − Ia + S
e
Dalam metode SCS-CN, besarnya nilai S merupakan fungsi dari nilai curve
number (CN) sebagai berikut:
1000
S = − 10 x 25.4 (mm)
CN
14
Gambar 2.7 menunjukkan grafik hubungan antara hujan efektif dan hujan total
untuk berbagai nilai CN. Nilai CN antara 0 ≤ CN ≤ 100, untuk daerah kedap air atau
permukaan air CN=100, sedangkan untuk permukaan normal CN<100. Selain kondisi
permukaan, nilai CN juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Selanjutnya SCS telah
membuat table nilai CN sebagai fungsi jenis tanah dan tata guna lahan seperti pada Tabel
7.4 (Chow et al., 1988). Tabel tersebut berlaku untuk kondisi normal (antecedent moisture
conditions, AMC II) dan nilai kehilangan awal (initial abstraction, Ia):
I a = 0.2 S
12
100
11 90
10 80
Cumulative Direct Runoff, Pe, in
9 70
8 60
7 40
6 20
5
10
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Cumulative Rainfall, P, in
Gambar 2.7. Hubungan antara hujan efektif dan total hujan untuk berbagai nilai CN
Untuk kondisi kelembaban DAS sebelumnya AMC yang berbeda yaitu AMC I
(kondisi kering) dan AMC III (kondisi basah), SCS membuat persamaan empiris sebagai
berikut:
4.2 CN ( II )
CN ( I ) = (dry )
10 − 0.058 CN ( II )
23 CN ( II )
CN ( III ) = ( wet )
10 + 0.13 CN ( II )
15
Kriteria penentuan kondisi DAS dalam keaddan kering, normal atau basah
didasarkan pada Kriteria pada Tabel 7.5.
Tabel 2.4. Nilai CN untuk berbagai jenis tanah dan kondisi landuse
Runoff Curve Numbers for Selected Agricultural, Suburban, and Urban Land Use (Antecedent
moisture condition II, I a =0.2S
Hydrological Soil Group
Land Use Description
A B C D
Without conservation treatment 72 81 88 91
Cultivated land
With conservation treatment 62 71 78 81
Pasture or Poor condition 68 79 86 89
range land Good condition 39 61 74 80
Meadow 30 58 71 78
Wood or Thin stand, poor cover, no mulch 45 66 77 83
forest land Good cover 25 55 70 77
Open spaces, Good condition: grass cover on 75% or 39 61 74 80
lawns, parks, Fair condition: 50-75% of the area 49 69 79 84
golf courses,
Commercial and business areas (85% 89 92 94 95
cemeteries,
etc. Industrial districts (72% impervious) 81 88 91 93
Average Average % Impervious
1/8 acre 65 77 85 90 92
1/4 acre 38 61 75 83 87
Residential
1/3 acre 30 57 72 81 86
1/2 acre 25 54 70 80 85
1 acre 20 51 68 79 84
Paved parking lots, roofs, driveways, etc. 98 98 98 98
Paved with curbs and storm sewers 98 98 98 98
Streets and
Gravel 76 85 89 91
roads
Dirt 72 82 87 89
16
I ∑P < 13 ∑P < 36
II 13 ≤ ∑P ≤ 28 36 ≤ ∑P ≤ 53
Untuk nilai α=0.2 (ratio antara Ia dan S, α=Ia/S), maka S dihitung dengan
persamaan:
Contoh 2.3. Berdasarkan contoh soal 2.1, hitung besarnya CN dan hujan efektifnya
berdasarkan konsep SCS-CN.
Penyelesaian:
Dari data diperoleh bahwa total hujan adalah ΣP = 90.50mm dan total hujan efektif
ΣPe=31.18 mm.
17
Dengan persamaan:
S = 93.469 mm
1000
S = − 10 x 25.4 (mm)
CN
CN = 73.10
Dengan nilai S dan Ia di atas, selanjutnya dapat dihitung hujan efektifnya seperti pada
tabel dan gambar hujan efektif berikut ini.
(∑ P − Ia )
2
∑ P =
∑ P − Ia + S
e
Waktu
Pefektif
(jam ke- P (mm) ΣP (mm) Ia (mm) ΣPe (mm)
(mm)
)
1 17.53 17.53 17.53 0.00 0.00
2 44.28 61.80 18.69 13.61 13.61
3 22.14 83.94 18.69 26.82 13.22
4 6.54 90.48 18.69 31.18 4.36
18
D. Green-Ampt Mein-Larsen
Hujan efektif dapat pula dihitung dengan persamaan empiris infiltrasi seperti
persamaan Horton dan Green-Ampt Mein-larsen (GAML). Persamaan GAML didasarkan
pada sifat fisik tanah. Detil analisis besarnya volume limpasan/hujan efektif dengan
metode GAML dapat dilihat di Chow et al., (1988).
Aliran dasar (baseflow) merupakan bagian dari hidrograf aliran yang berasal dari
hujan yang terjadi jauh sebelumnya. Besarnya aliran dasar pada waktu t dapat
diperkirakan dengan baseflow recession method sbb:
Qt = Q o K t
dengan Qo = aliran dasar awal dan K adalah konstanta resesi aliran dasar dengan nilai: 0
< K ≤ 1.0.
20
Software HEC-HMS dirancang untuk menghitung proses hujan aliran suatu sistem
DAS. Sofware ini dikembangkan oleh Hidrologic Engineering Center (HEC) dari US Army
Corps of Engineering. HEC-HMS merupakan pengembangan program HEC-1. HEC-HMS
terus dikembangkan dan saat ini telah sampai pada HEC-HMS versi 4.0 yang dikeluarkan
pada Desember 2013. HEC-HMS merupakan “Public Domain” Program dan dapat di
download melalui http://www.wrc-hec.usace.army.mil
1. Basin model – berisi elemen-elemen yang terdapat pada suatu DAS seperti sub-
DAS, titik control DAS, penggal/ruas sungai, waduk.
3. Control Specifications –berisi waktu mulai dan berakhirnya hitungan atau simulasi.
4. Time series data – berisi masukan data seperti runtun waktu data hujan, debit
Apabila sistem DAS yang akan dimodelkan lebih dari 1 sub-basin (multi basins),
maka diperlukan analisis penelusuran aliran dari hulu ke hilir (titik kontrol DAS). Dalam
HEC-HMS analisis penelusuran aliran tersebut difasilitasi dengan hidrologic routing
models.
Berbagai metode dari model tersebut di atas yang terdapat dalam program HEC-
HMS disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini (Anonim, 2001).
No Model Metode
• Gridded precipitation
• Frequency storm
• Gridded SMA
• Clark’s UH
• Snyder’s UH
• SCS UH
22
• Modclark
• Kinematic wave
• Exponential recession
• Linear reservoir
• Lag
• Modified Puls
• Muskingum
• Muskingum-Cunge Standard
Section
a. Basin Model
b. Meteorologic Model
c. Control Specification
a. Hidrograf satuan
23
Untuk mulai menggunakan software HEC-HMS click icon HEC-HMS 3.3 atau
versi terbaru, pada layar akan muncul tampilan HEC-HMS versi 4.0. berikut ini.
Watershed/Basin Desktop
Component Message
editor L
Pada Create a New Project, isikan nama project , deskripsi proyek dan lokasi
dimana file akan disimpan serta unit satuan yang akan digunakan. Dengan menekan
tombol Create, maka akan muncul tampilan seperti berikut ini. Isikan nama projectnya
dan deskripsi (optional) seperti contoh berikut.
27
Dari menu Components pada menu bar, pilih Basin Model Manager. Pada
layar akan muncul Basin Model Manager editor sebagai berikut.
Click New… pada layar akan muncul Create a new basin Model editor. Isikan
nama Basin Model beserta deskripsinya seperti gambar berikut.
Dengan click Create, akan muncul Basin Model Manager beserta nama
basin yang telah dimasukkan. Selanjutnya tutup editor tersebut dan pada layar
khususnya pada Window Basin Explorer akan muncul tampilan berikut.
30
Click New… pada layar akan muncul Create A New Meteorologic Model
editor. Isikan nama Meteorologic Model beserta deskripsinya seperti gambar berikut
(optional). Contoh pengisian dan hasil dari pengisian tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
32
33
Melalui Time-Series Data Manager beberapa tipe data yang akan digunakan
dalam aplikasi model HEC-HMS dapat dibuat. Data tersebut antara lain adalah data
hujan, data debit, data elevasi muka air, data temperatur.
Pembuatan time seires data debit dilakukan dengan cara yang sama
sepeti pada data hujan. Melalui Time-Series Data Manager pilih dan click
Discharge Gages. Selanjutnya pada Time-Series Data Manage, click New…,
dan isikan nama stasiun debit beserta deskripsinya.
39
40
Click New…., selanjutnya isikan nama hidrograf satuan dan diskripsinya yang
akan digunakan untuk transformasi hujan menjadi aliran.
Basin model terdiri dari banyak elemen DAS seperti berikut ini.
Click mouse kiri maka akan diperoleh tampilan Create A New Subbasin
Element sebagai berikut.
contoh lain dalam pembuatan elemen DAS yaitu membuat junction yang
Elemen DAS Code Hulu dan Junction Sta. AWLR Pogung merupakan satu
kesatuan, sehingga kedua elemen tersebut harus dihubungkan. Untuk
menghubungkan elemen DAS Code Hulu dan Sta. AWLR Pogung dapat
dilakukan dengan dua cara:
Dengan Arrow tool, letakkan pointer pada DAS Code, Click mouse
kanan dan pilih Connect Downstream. Selanjutnya click pointer pada Sta.
AWLR Pogung, maka kedua elemen tersebut akan terhubungkan.
Untuk setiap Subbasin terdapat tiga model untuk transformasi hujan menjadi aliran.
Ketiga model tersebut akan muncul di Component Editor dengan Click elemen
DAS Code Hulu yang terdapat pada Watershed/Basin Explorer, yaitu (lihat
Gambar 3.20):
a. Loss model : utk menghitung hujan yang menjadi limpasan (hujan efektif)
b. Transform model : untuk transformasi dari hujan efektif menjadi aliran limpasan
langsung,
Untuk setiap sub-basin, luas DASnya perlu diisi sesuai dengan sub-basin yang
ditinjau, Dalam contoh ini luas DAS Code Hulu adalah 29.218 km2.
Selanjutnya pilih metode yang ingin digunakan dalam simulasi hujan aliran
dengan cara Click pada anak panah untuk setiap modelnya, seperti pada gambar
berikut. Dalam contoh ini dipilih metode sebagai berikut:
Click Loss yang terdapat pada Component Editor, selanjutnya isikan nilai
parameter yang sesuai. Misal nilai parameter Loss dengan metode phi-Index sbb:
Parameter Nilai
Imprevious (%) 0
55
Parameter Nilai
57
Recession constant 1
4. Option
Click Option yang terdapat pada Component Editor, selanjutnya isikan nilai
parameter/ pilihan yang sesuai. Dalama contoh ini pilih Observed flow: Sta. AWLR
Pogung.
Selanjutnya dengan Click pada Basins dan Option yang terdapat pada
Component Editor, isikan pilihan yang sesuai, seperti gambar berikut.
61
Pemilihan stasiun hujan yang akan digunakan dalam analisis dilakukan dengan
click pada pilihan data hujan yang telah dilakukan sebelumnya (di Watershed Explorer),
dalam contoh ini adalah Specified Hyetograph. Selanjutnya pilih stasiun hujan yang
akan digunakan untuk DAS Code Hulu seperti pada gambar berikut.
Pengisian Time Series Data dilakukan dengan double click Time Series Data
pada Watershed Explorer, selanjutnya click jenis data yang akan diisi. Dalam contoh ini
ada dua pilihan yaitu data hujan dan data debit seperti tampilan berikut.
a. Data Hujan
Double click pada Precipitation Gages akan tampak layar nama stasiun hujan
yang ada. Selanjutnya dengan click stasiun tersebut akan muncul layar Time-Series
Gage pada Component Editor. Selanjutnya isikan data sesuai dengan karakteristik
data stasiun hujan yang ada seperti satuan data hujan (incremental atau cummulative
dalam mm), cara memasukkan data, interval waktu data seperti pada gambar berikut.
64
Pada Component Editor, click Time window untuk mengisi ketersediaan data
hujan. Isikan tanggal dan jam ketersediaan datanya, seperti tampak pada tampilan
berikut ini.
Pengisian data hujan dilakukan dengan click Table. Pengisian data hujandapat
dilakukan secara manual atau copy dari file lain misal Microsoft Excel. Untuk melihat
grafik dari data hujan yang telah dimasukkan, click Graph pada Component Editor.
b. Data Debit
Prosedur pengisian data debit sama seperti pada time-series data yang lain
seperti data hujan di atas. Double click pada Discharge Gages akan tampak layar
nama stasiun debit yang telah dimasukkan pada saat pembuatan Time-series Data
Manager. Selanjutnya dengan click stasiun tersebut akan muncul layar Time-Series
Gage pada Exponent Editor. Selanjutnya isikan data sesuai dengan karakteristik
data debit yang ada seperti satuan debit (cubic meters per second), cara memasukkan
data, interval waktu dari data seperti berikut.
Pada Component Editor, click Time window untuk mengisi ketersediaan data
hujan seperti tampak pada tampilan berikut ini. Dalam pengisian ketersediaan data,
waktu mulai data harus sama dengan data hujannya.
68
Pengisian data debit dilakukan dengan click Table yang terdapat pada
Component Editor, sedang pengisian datanya dapat dilakukan secara manual atau
copy dari file lain misal Microsoft Excel. Untuk melihat grafik dari data yang telah
dimasukkan, click Graph pada Component Editor.
69
Pengisian Paired Data dilakukan dengan double click Paired Data Components
pada Watershed Explorer, selanjutnya click data yang ada (dalam contoh ini Unit
Hydrograph Curve). Selanjutnya click Paired data di Component Editor seperti tampilan
berikut. Isikan karakteristik dari Paired Data (HS Terukur di Pogung) yang akan
dimasukkan. Dalam contoh ini time interval HS di Pogung adalah 1 jam
Pengisian datanya (HS terukur) dilakukan dengan click Table yang terdapat pada
Component Editor, pengisian data dapat dilakukan secara manual atau copy dari file lain
misal Microsoft Excel. Untuk melihat grafik dari data yang telah dimasukkan, click Graph
pada Component Editor.
71
Pada menu bar, Click Compute click Create Simulation Run akan tampil layar
seperti pada gambar berikut ini. Isikan nama dari simulation run, kemudian click
Next>
74
b. Simulasi
Selanjutnya click nama simulasi dalam contoh ini Simulasi awal, maka pada
Component Editor akan tampak nama dari tiga komponen yang telah dipilih pada saat
pembuatan Simulation Runs (basin model, meteorologic model dan Control
Specifications). Selanjutnya click Simulasi Awal tekan mouse kanan dan pilih
Compute, maka proses simulasi akan berjalan sebagai berikut. Simulasi dapat juga
Catatan : Pada HEC-HMS 3.3, pertama kali melakukan simulasi dengan menggunakan
User Specified Unit Hydrograph biasanya tidak jalan atau terjadi Error 14703: No data
source is specified for unit hydrograph “null” seperti tampak pada Message Log. Hal ini karena
data HS atau HSS yang sudah dimasukkan tidak dapat diakses oleh program. Untuk
mengatasinya keluar dari program, dan jalankan kembali program HEC-HMS. Isikan kembali
data unit hydrograph-nya, selanjutnya ulangi proses simulasi di atas.
77
dan junction. Click icon yang akan dilihat hasilnya. Misal double click maka akan
tampak banyak pilihan dari hasil simulasi.
Dari pilihan hasil yang ada, pilih hasil yang akan dilihat seperti contoh berikut.
78
79
2. optimasi didasarkan pada hasil simulasi sebelumnya dan harus tersedia data
aliran (debit),
Double click nama Calibration Trial, akan muncul layar berikut ini. Click objective
functions dan pilih salah satu dari metoda yang tersedia (pada Component Editor)
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai misal Percent Error Peak, seperti contoh
berikut.
82
c. Proses Kalibrasi
d. Hasil Kalibrasi
Untuk melihat hasil kalibrasi click Results, dilayar akan muncul banyak pilihan
hasil yang dapat dilihat baik secara global maupun tiap elemen DAS. Bila ingin melihat
parameter optimum, click Optimized Parameters seperti gambar berikut.
86
Untuk melihat hasil yang lain, click pada pilihan hasil yang dikehendaki misal
Hydrograph Comparison untuk grafik hidrograf hasil kalibrasi dan terukur. Grafik
tersebut dihasilkan dengan nilai optimum parameter hasil kalibrasi seperti gambar di
bawah. Demikian pula untuk hasil yang lainnya.
87
Prosedur aplikasi HEC-HMS yang telah dijelaskan di atas berlaku untuk satu basin.
Untuk multi basins (dalam satu project terdapat banyak sub-DAS) prosedur yang
digunakan sama dengan single basin, hanya terdapat tambahan elemen basin yaitu
Perlu diingat bahwa untuk subbasin yang lain (DAS Code Hilir) proses pemilian
dan pengisian parameter basinnya sama dengan yang dilakukan pada single basin.
Pada setiap subbasin terdapat Loss method, Transform dan Baseflow method beserta
nilai parameter-parameternya. Dalam contoh ini metode dan nilai parameternya
disajikan pada Tabel berikut.
90
tersebut. Pilih DAS Sta. AWLR Kaloran sebagai hilir dari Ruas Pogung-
Kaloran. Ketiga elemen tersebut akan terhubungkan seperti pada layar berikut.
92
Prosedur untuk simulasi dan kalibrasi pada kondisi multi basin sama dengan
prosedur yang ada pada single basin. Pertama pada menu Compute pilih Create
93
Simulasion Run. Misal simulasi ini diberi nama Simulasi multi basins. Contoh hasil
simulasi disajikan pada gambar berikut.
Hasil di atas menunjukkan bahwa, hasil simulasi multi basin belum memberikan hasil
yang optimal. Perbedaan volume antara simulasi dan terukur masih relatif besar
94
terutama pada sisi resesi. Untuk itu kalibrasi perlu dilakukan. Hasil kalibrasi disajikan
pada gambar berikut.
95
96
Berikut adalah data yang digunakan pada contoh aplikasi HC-HMS versi 3.3
seperti dijelaskan di atas.
97
Berikut contoh persoalan dalam analisis hidrologi yang dapat diselesaikan dengani
HEC-HMS.
1. Untuk melindungai suatu daerah dari bahaya banjir, akan dibangun tanggul
pengaman banjir dengan kala ulang 20 tahunan. Tentukan besarnya debit/hidrograf
20 tahunan tersebut apabila tersedia data sebagai berikut
2. Apabila terjadi kenaikan nilai CN sebesar 10% sebagai akibat adanya perubahan tata
guna lahan, dengan metode SCS-CN hitung banjir 20 tahunan setelah terjadi
perubahan tata guna lahan apabila DAS dalam kondisi normal dan basah.
3. Untuk mengurangi debit banjir soal No.2 di atas, dapat dilakukan dengan membuat
tampungan/waduk. Tentukan dimensi pelimpah (broad crested spillway) apabila
diinginkan bahwa debit outflow spillway tidak boleh lebih besar dengan kapasitas hilir
sungai yaitu sebesar 150 m3/s. Tampungan dianggap tegak dengan luas tampungan
sebesar 50.0Ha
100
Penyelesaian:
CN Q (m3/s) %Δ
72 134 0
Pada tanggal 27 Maret 2009 pagi hari waduk Situ Gintung jebol yang mengakibatkan
tidak kurang dari 100 orang meninggal dan merusak daerah di hilir waduk tersebut. Dari
catatan data hujan di Stasiun Ciputat (Balai II) diperoleh informasi bahwa sebelum waduk
jebol terjadi hujan sebesar 111.1 mm dengan distribusi seperti Gambar 1. Berdasarkan
data karakteristik DAS (Tabel 1), karakteristik waduk (Tabel 2) dan pelimpah dan dengan
menggunakan transform model: HSS Gama I, loss model: Φ-index, baseflow: recession,
hitung:
Hujan rancangan:
Penyelesaian:
HSS Gama I
Parameter Satuan Nilai
TR jam 1.47
Qp m3/s 0.36
Tb jam 28.84
K - 1.5
Φ mm/jam 10.49
Qb m3/s 0.51
Routing waduk
Pada tanggal 28 Desember 2012 Kali Belik yang melintas di Lembah UGM menyebabkan
banjir di daerah hilir dan tembok Asrama Stella Duce roboh. Untuk mengatasi hal tersebut
akan dibangun kolam detensi di Lembah UGM tepatnya di depan Masjid UGM (gambar
terlampir). Kolam tersebut selain untuk meredam banjir juga harus dapat mengalirkan air
pada saat musim kemarau (untuk penggelontoran kota). Kapasitas sungai Belik di hilir
pelimpah adalah 4.0 m3/s dan debit minimum 0.4 m3/s. Tentukan dimensi peluap samping
A, dimensi pelimpah dan dimensi outlet kolam detensi (orifice, Cd=0.62) apabila diketahui
data sbb. (routing di sungai diabaikan):
Penyelesaian:
b. Banjir 5 tahunan
107
DAFTAR PUSTAKA
Chow, V.T., Maidment, D.R., dan Mays, L.Y., (1988). Applied Hydrology, McGraw-Hill,
New-York.
Ellida Novita Lydia, 2012. Pola Agihan Hujan dan Pengaruhnya Terhadap Banjir
Rancangan, Tesis, Magister Pengelolaan Bencana Alam, Program Studi Teknik
Sipil, FT UGM
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K., 1993. Hidrologi untuk Pengairan, PT. Pradnya Pradnya
Paramita, Jakarta.
Scharffenberg, W.A., 2013, Hydrologic Modeling System HEC-HMS: User’s Manual, U.S.
Army Corps of Engineers, HEC, Davis, CA.
Sri Harto, Br., 2009. Hidrologi: Teori, Masalah, Penyelesaian, Nafiri Offset, Yogyakarta.